Anda di halaman 1dari 22

PENEGAKAN HUKUM DALAM

MENGATASI PENYALAHGUNAAN
NARKOTIKA DI RSKO CIBUBUR

AKHDAN AUFA
1102013018
Blok Elektif Drug Abuse
Tutor : dr. H.M. Syamsir, MS.PA

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
JAKARTA
2016
Penyalahgunaan
narkotika

Peran LATAR Penegak


Pemerintah BELAKANG Hukum

Pasien
RSKO
PRESENTASI KASUS Pemakai shabu sejak
tahun 1995.

Tujuan : semangat,
stamina, dan
kepecayaan dirinya
Tuan Aw,41 tahun, dalam bekerja
menikah, meningkat,
pendidikan
terakhir SMA dan
tinggal di Tanjung Agustus 2016, pasien
Priok tertangkap tangan pada
operasi oleh kepolisian

Hukuman pengadilan
berupa rehabilitasi yang
seharusnya dipidana
penjarakan, karena ada
transaksi keuangan
DISKUSI

Golongan Narkotika

Golongan I : heroin/putauw, kokain, ganja

Pengunaan Ilmu pengetahuan, teknologi, laboratorium dan tidak untuk


terapi (Pasal 8 ayat 1 dan 2 UU No.35 thn 2009)

Golongan II : morfin, petidin

Pilihan terakhir pengobatan

Golongan III : Kodein


Terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan
(UU No.35 tahun 2009)
APA YANG SALAH DARI GOLONGAN
NARKOTIKA TERSEBUT?
Pasal 1 ayat 15 UU 35 tahun 2009

Penyalah Guna adalah orang


yang menggunakan
Narkotika tanpa hak atau
melawan hukum.

Ketergantungan Narkotika adalah


kondisi yang ditandai oleh dorongan
untuk menggunakan Narkotika secara
terus-menerus dengan takaran yang
meningkat (Pasal 1 ayat 14 UU 35 tahun 2009)

Pecandu Narkotika adalah orang yang


menggunakan atau menyalahgunakan
Narkotika dan dalam keadaan ketergantungan
pada Narkotika, baik secara fisik maupun
psikis. (Pasal 1 ayat 13 UU 35 tahun 2009 )
(UU No.35 tahun 2009)
(UU No.35 tahun 2009 )

Penyalahgunaan, Ketergantungan,
dan pecandu narkotika

Pelaporan diri dan dilaporkan


pihak keluarga ke BNN

Pengadilan

Tindak Pidana Rehabilitasi

Medis Sosial

PROSES HUKUM PENYALAHGUNAAN,


KETERGANTUNGAN, DAN PECANDU NARKOTIKA
Kriteria Penyalahgunaan Narkotika Golongan

Menanam, memelihara, Memproduksi,


memiliki, menyimpan, Membawa, mengirim,
menguasai, atau mengimpor, mengangkut, atau
menyediakan Narkotika mengekspor, atau mentransito
dalam bentuk tanaman menyalurkan

Menanam, memelihara, Menawarkan untuk dijual,


memiliki, menyimpan, menjual, membeli, Menggunakan Narkotika
menguasai, atau menerima, menjadi terhadap orang lain atau
menyediakan Narkotika perantara dalam jual beli, memberikan Narkotika
dalam bentuk bukan menukar, atau menyerahkan untuk digunakan orang lain
tanaman Narkotika

(UU No.35 tahun 2009)


Proses Penyidikan UU No.35 th.2009
Status Barang Sitaan
1. Dimusnahkan : paling lama 7 hari
Pelaporan ke
2. Pengembangan Pengetahuan &
penyidik Teknologi : Menteri Kesehatan
3. Pendidikan & Pelatihan : BNN

Penerimaan
Kepala kejaksaan negeri dalam
laporan oleh waktu paling lama 7 hari wajib
kepolisian atau menetapkan status barang sitaan
BNN

Melakukan Memberitahukan
penyitaan kepada
Penyegelan dan kepala kejaksaan negeri
membuat berita setempat dalam waktu
acara paling lama 3 x 24 Jam

(UU No.35 tahun 2009)


Proses Penyidikan UU No.22 th.1997
Status Barang Sitaan
Pelaporan 1. Dimusnahkan : paling lama 5 hari
ke penyidik 2. Pengembangan Ilmu Pengetahuan :
Menteri Kesehatan

Kepala kejaksaan negeri dalam


Penerimaan waktu paling lama 7 hari wajib
laporan oleh menetapkan status barang
kepolisian sitaan

Melakukan Memberitahukan
Penyegelan dan penyitaan kepada kepala
kejaksaan negeri
membuat berita setempat dalam waktu
acara paling lama 3 x 24 Jam

(UU No.22 th.1997)


Perbandingan UU No.22 th.1997 dengan UU No.35 th.2009

UU No.22 1997
Kepolisian
Penyidik
UU No.35 2009
Kepolisian & BNN
Perbandingan
UU No. 22 1997
Tidak ada minimal
Ketentuan pidana
tindak pidana UU No.35 2009
Ada minimal
pidana

(Rahayu, 2013)
Perbandingan UU No.22 th.1997 dengan UU No.35 th.2009
(lanjutan)

Perbandingan
Kewajiban
Rehabilitasi
Pidana yang
berlebihan
Kewenangan
BNN

(Hikmawati, 2011)
KODE ETIK DAN PERILAKU HAKIM

PRINSIP-PRINSIP KODE ETIK DAN PERILAKU HAKIM

Independensi Transparansi
Efektivitas
hakim dan Efisiensi

Praduga tidak Akuntabilitas Objektivitas Kemitraan


bersalah

Penghargaan
Kehati-hatian Perlakuan
terhadap kerahasiaan yang sama
profesi hakim

(kode etik dan pedoman perilaku hukum, 2012)


DISKUSI
Independensi Hakim
Independensi kekuasaan kehakiman telah
memberi kemerdekaan bagi hakim agar proses
persidangan tidak sampai dipengaruhi oleh
pihak manapun. Dalih demi independensi justru
dipakai sebagai senjata ampuh guna memuluskan
terjadinya penyimpangan. Artinya, hakim dapat
saja melakukan tindakan yang menciderai
independensinya, seperti menerima suap

(Susanto, 2010)
DISKUSI
Independensi Hakim
Hakim dalam menyelesaikan konflik yang
dihadapkan kepadanya harus dapat
menyelesaikan secara obyektif berdasarkan
hukum yang berlaku, maka dalam proses
pengambilan keputusan, para hakim harus
mandiri dan bebas dari pengaruh pihak
manapun, termasuk dari eksekutif.

(Adonara, 2015)
Penegakan Hukum dalam Islam

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang


berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum
di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya
Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya
Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat (Qs. An-Nisaa 58).


Perintah dari ALLAH SWT untuk menetapkan hukum diantara manusia dengan adil
.untuk itu Muhammad bin kaab, Zaid bin Aslam dan Syahr bin Hausyab berkata :
sesungguhnya Ayat ini diturunkan untuk para umara, yaitu para pemutus hukum
diantara manusia
(Tafsir Ibnu Katsir)


: - -

Dari Ibnu Abi Aufa ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya Allah
Azza wa Jalla senantiasa bersama seorang qadhi (hakim) selama ia tidak
berbuat aniaya dalam keputusannya. Maka apabila ia berbuat aniaya, Allah
menyerahkannya pada dirinya. (H.R. Baihaqi)
Shiddiq

Tabligh Amanah

KONSEP HUKUM ISLAM

Fathona
h Adhalah

Anti (Sarono, 2015)


Murtasyi
Raasyi
SIMPULAN
Penegakan hukum pada kasus penyalahgunaan narkotika harus
dilaksanakan dengan menjunjung tinggi keadilan dan tidak ada
perlakuan khusus kepada pelaku

Pasal 3 ayat 1 dan ada pasal 4 No. 02/PB/MA/IX/2012


02/PB/P.KY/09/2012 harus dijunjung tinggi karena banyak pelaku
yang melakukan berbagai cara seperti transaksi keuangan, untuk
meringankan keputusan hakim atau untuk terbebas dari jeratan pidana.

Sifat yang ada pada Rasulullah SAW harus digunakan dalam


penegakan hukum agar terlangsungnya keadilan yang benar
DAFTAR PUSTAKA
Adonara,FF.2015. Prinsip Kebebasan Hakim dalam Memutus Perkara Sebagai Amanat Konstitusi).
Jurnal Konstitusi , 12 (2) , Juni 2015 .Available from:
http://ejournal.mahkamahkonstitusi.go.id/index.php/jk/article/download/64/61 (Diakses pada 21
November 2016).
Departemen Kesahatan Indonesia. 2001. Buku Pedoman Praktis bagi Petugas Kesehatan (Puskesmas)
Mengenai Penyalahgunaan Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya(Napza). Jakarta:
Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat
Hikmawati,P.2011. Analisis Terhadap Sanksi Pidana Bagi Pengguna Narkotika .Jurnal DPR Negara
Hukum, 2 (2), November 2011 from: https://jurnal.dpr.go.id/index.php/hukum/article/view/220/161
(Diakses pada 22 November 2016).
Kitab Undang-undang Hukum Pidana Indonesia
Marcos,M.2014 Tinjauan Yuridis Tentang Pemidanaan Terhadap Pecandu Narkotika.Universitas Atma
jaya Yogyakarta.Available from: http://e-journal.uajy.ac.id/6041/1/JURNAL.pdf (Diakses pada 19
November 2016).
Rahayu,MHS.2013. Efektivitas Undang Undang No 35 Tahun 2009 Untuk Meneka Penyalahgunaan
Narkotika. Jurnal Widyatama, 2 (22) / 2013.Available from:
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=268375&val=7107&title=Efektivit
as%20Undang%20Undang%20No%2035%20Tahun%202009%20Untuk%20Menekan%20Penyalahgunaan%
20Narkotika
(Diakses pada 21 November 2016).
Republik Indonesia, 2012. Peraturan bersama mahkamah agung republik Indonesia dan komisi yudisial
Republik Indonesia No : 02/PB/MA/IX/2012 02/PB/P.KY/09/2012 tentang panduan penegak kode
etik dan pedoman perilaku hukum. Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial. Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA (lanjutan)
Republik Indonesia, 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.
Presiden Republik Indonesia. Jakarta
Republik Indonesia, 1997. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1997 Tentang Narkotika.
Sekretaris Negara. Jakarta
Ricardo,P.2010. Upaya Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba oleh Kepolisian (Studi Kasus Satuan
Narkoba Polres Metro Bekasi).Jurnal Kriminologi Indonesia 6 (3) Desember 2010:232-245.Available from:
http://journal.ui.ac.id/index.php/jki/article/viewFile/1105/1013 (Diakses pada 19 November 2016).
Sarono,A.2015. Penegakan Hukum Dalam Perspektif Hukum Islam..Majalah Ekonomi dan Bisnis Universtias
Muhammadiyah Semarang 11 (2) 2015.Available from:
http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/vadded/article/view/1779 (Diakses pada 19 November 2016).
Susanto,NA.2010. Independensi Kekuasaan Kehakiman Dan Efektivitas Sanksi Untuk Kasus Hakim Penerima
Suap. Jurnal Yudisial. 4 (10)/April/2011.Available from:
www.komisiyudisial.go.id/files/Jurnal%20Yudisial/jurnal-april-2011.pdf (Diakses pada 21 November
2016).
Wijayanto,PA.2014 Upaya Perlindungan Hukum Terhadap Kaum Difabel Sebagai Korban Tindak
Pidana.Universitas Atma jaya Yogyakarta.Available from:
http://e-journal.uajy.ac.id/4949/1/JURNAL%20Puguh%20Ari%20Wijayanto.pdf (Diakses pada 19
November 2016).

Anda mungkin juga menyukai