Oleh :
Muhammad Fachrul Dewantara
NPM : 20040020003
Kelas : A
Dosen :
Prof. Dr. Nandang Sambas, S.H., M.H dan Dr. Dini Dewi Heniarti., S.H., M.H.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
berbangsa dan bernegara.1 Sampai saat ini diprediksi lebih dua juta penduduk
Indonesia
narkotika, psikotropika serta zat-zat adiktif lainnya (napza). Bangsa ini terlihat
sebagaimana diubah dan ditambah dengan Protokol 1972 dan United Nations
1988.3
1
Gilang Fajar Shadiq, Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Narkotika New Psychoactive
Subtances Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika,Jurnal Wawasan
Yuridika,Vol 1 Nomor 01,Maret 2017,Hlm.36.
2
Anton Sudanto,Penerapan Hukum Pidana Narkotika Di Indonesia,ADIL:Jurnal Hukum,Vol 7 Nomor
01,2016,Hlm. 140.
3
Romli Atmasamita, Tindak Pidana Narkotika Transinternasional dalam Sistem Hukum Pidana
Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997, hlm. 52.
2
problem. Menghadapi masalah ini telah banyak dilakukan upaya untuk
kebijakan criminal (criminal policy) adalah upaya rasional dari suatu negara untuk
menanggulangi kejahatan.4
tentang Narkotika.
angka 1 dijelaskan bahwa narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat
a. Penenang
4
Dey Ravena dan Kristian, Kebijakan Kriminal, Kencana, Jakarta, 2017, Hlm.1.
5
M. Taufik Makarao, et.al., 2003, Tindak Pidana Narkotika, Ghalia Indonesia, Jakarta, hlm. 17.
6
Satjipto Rahardjo, Masalah Penegakan Hukum, Sinar Baru, Bandung, 1988. Hlm. 12.
7
Sudarsono, Kenakalan Remaja, Rineka Cipta, Jakarta, 2008, hlm. 65.
3
daya kecanduan yang dapat menimbulkan pemakainya untukmenggunakan secara
terus- menerus. Penggunaan dengan dosis yang melebihi ukuran normal tersebut,
the nervous system. the term 'narcotics' derived form greek means 'to make
numb.10
menjadi terbiasa dan sampai pada tingkat kekebalan.11 Sebagai contoh, dalam
penggunaan morfin, dosis yang digunakan semakin lama harus semakin banyak
untuk mencapai efek yang dikehendaki. Faktanya, efek tersebut tidak mungkin
efek buruk yang berlangsung lama dan apabila tidak ditolong oleh dokter dapat
kondisi dimana badan seseorang memiliki kepekaan atas suatu barang (narkotika)
dan kemudian badan tersebut menjadi terbiasa sehingga sampai pada tingkat
lumpuhnya generasi muda sebagai harapan bangsa yang memiliki potensi yang
berbagai istilah yang antara lain: “designer drugs”, “legal highs”, herbal highs”,
yang telah dilarang dengan cara memodifikasi struktur kimianya, dengan tujuan
dan dihisap.Namun ketika dilakukan tes urine kepada pemakainya, hasil tes urine
tidak merasakan kantuk, selalumerasa senang, dan menghayal. Narkoba jenis baru
2009 tentang Narkotika yang sama sekali belum mengatur zat adiktif herbal
sebagai salah satu dari New Psychoactive Substance. Padahal melihat efek
daripada penggunaan zat adiktif herbal ini sama dengan penggunaan narkotika,
tentu akan menghambat proses penegakan hukum oleh aparat hukum, sehingga
Berdasarkan permasalahan yang timbul terkait zat adiktif herbal yang tidak
B. Identifikasi Masalah
6
1. Apakah penyalahgunaan zat adiktif herbal yang mempunyai dampak
C. Tujuan Penelitian
D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
2. Kegunaan Praktis
7
hukum ataupun pembuat undang-undang, serta pihak-pihak yang terkait
secara khusus seperti: Kepolisian RI, Jaksa Penuntut Umum, dan Hakim.
E. Kerangka Pemikiran
yang mewujudkan hukum itu di dalam kenyataan. 20 Secara teoritis konsep negara
negara Anglo Saxon khususnya di Inggris dengan sebutan The Rule of Law atau
negara yang kekuasaannya dibatasi oleh hukum ( Bagir Manan :1996). Pengertian
masyarakat, tetapi harus pula mencakup lembaga (instiutions) dan proses yang
Koesoematmadja : 1995).21
“Laws proper, or properly so called, are commands; laws which are not
merupakan hukum yang bersifat publik, yang memiliki arti penting sebagai suatu
aturan hukum yang tegas dan dapat menimbulkan rasa takut bagi seseorang untuk
20
Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Ilmu Hukum, Alumni, Bandung, 2000, hlm. 11
21
Dini Dewi Heniarti dkk, Konstruksi Model Sistem Integratif Peradilan Militer Dalam Perspektif
Pembaruan Sistem Peradilan Militer di Indonesia, Volume 2, Nomor 1, 2011, Hlm. 84.
22
John Austin, The Province of Jusriprudence Determined, edited by Wilfrid E. Rumble, Cambridge:
Cambridge University Press, 1995, hlm. 10
23
Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, Alumni, Bandung, 1984, hlm.
25-26.
8
dengan disertai ancaman berupa pidana dan syarat-syarat pemidanaan tersebut
dapat dijatuhkan.24 Criminal law is a complex system of laws and rules that define
criminal acts, set punishments, and outline the rules guiding the process from
Perbuatan yang tidak boleh tersebut dinamakan dengan delik. 26 Delik atau
tindak pidana ini didefinisikan menurut Simons adalah suatu perbuatan yang (a)
oleh hukum diancam dengan hukuman, (b) bertentangan dengan hukum, (c)
dilakukan oleh seorang yang bersalah, dan (d) orang itu boleh dianggap
bertanggung jawab atas perbuatannya.27 Secara teoritis dikenal dua macam subjek
pendukung hak dan kewajiban. Pengakuan bahwa manusia adalah salah satu
subjek hukum dapat juga terlihat dan secara tersirat pada Pasal 6 Universal
(equality before the law dan man is person before the law).28
seseorang, harus ada aturan hukum yang tertulis terlebih dahulu yang mengatur
24
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Intermasa, Jakarta, 2000, hlm. 1.
25
Joshua dressler, Uderstanding Criminal Law,English,Carolina Academic Pr; 8th edition,2018, Hlm. 11.
26
E. Utrecht, Hukum Pidana I,Universitas Pajajaran, Bandung, 1958, hlm. 251.
27
Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, PT. Raja Grafindo, Jakarta, hlm.57
28
Prof. Dr. H. Toto Tohir Suriaatmadja, S.H., M.H., Dr. Ujang Charda S., S.H., Tranformasi Hukum
Perdata Indonesia Dari Kodifikasi Ke Sektoral,Fakultas Hukum Universitas Subang,Cetakan Ke -
1,2014,Hlm.17
9
mengenai perbuatan yang telah dilakukan oleh orang tersebut. 29 Selain itu, asas
adanya suatu kepastian hukum bagi pribadi-pribadi yang harus dijamin, yaitu
mengharuskan atau yang bersifat melarang harus ada terlebih dahulu.31 Asas
legalitas menitikberatkan pada dasar dan tujuan pemidanaan agar dengan sanksi
pidana itu hukum pidana bermanfaat bagi masyarakat serta tidak ada pelanggaran
hukum yang dilakukan oleh anggota masyarakat, karena itu masyarakat harus
mengetahui terlebih dahulu peraturan yang memuat tentang perbuatan pidana dan
ancaman pidananya.32
Ketentuan pidana yang diatur dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP mengandung
yang yang sangat penting bagi hukum pidana dan peradilan pidana. Persoalan itu
sehingga asas legalitas tidak dilanggar. Oleh karenanya diperlukan penafsiran oleh
29
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Bina Aksara, Jakarta, 1978, hlm. 25.
30
Moeljatno, Loc.Cit., hlm. 194.
31
P. A. F. Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997, hlm.
129.
32
Bambang Poernomo, Azas-Azas Hukum Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1978, hlm. 68.
33
P. A. F. Lamintang, Op.Cit., hlm. 141.
10
Hakim untuk menyesuaikan undang-undang dengan kejadian-kejadian yang
tidak dapat dibaca dengan begitu saja dari kata-kata undang-undang, maka
Hakim harus mencarinya dalam sejarah kata-kata tersebut, dalam sistem undang-
undang, atau dalam arti kata-kata itu seperti yang dipakai dalam pergaulan sehari-
hari pada waktu sekarang. Hakim wajib mencari kehendak pembuat undang-
undang, karena ia tidak boleh membuat tafsiran yang tidak sesuai dengan
kehendak itu. Setiap tafsiran adalah tafsiran yang dibatasi oleh kehendak
yang sudah ada, mengganti jika tidak sesuai lagi dan membentuk ketentuan
hukum yang baru. Dalam hal yang demikian, maka upaya-upaya hukum pidana
pendekatan nilai.38 Begitu pula terhadap narkotika perlu adanya regulasi yang
baru, karena hokum sebagai aturan-aturan hidup yang mengatur hubungan antar
manusia yang hidup bersama dalam suatu kumpulan manusia dan masyarakat dan
34
E. Utrecht, Op. Cit., hlm. 201.
35
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana 1, PT. Raja Grafindo,Jakarta,2011,hlm 121
36
Utrecht, Pengantar Dalam Hukum Indonesia, Sinar Harapan, Jakarta, 1989, hlm. 205.
37
Mien Rukmini, Aspek Hukum Pidana Dan Kriminologi (Sebuah Bunga Rampai), Alumni, Bandung,
2007, hlm. 80.
38
Ibid, hlm83.
11
karena aturan-aturan itu mengikat mereka karena mereka sepakat untuk tunduk
atau terikat oleh aturan-aturan itu.39 Dengan demikian dapat ditarik garis antara
hukum dan perbuatan melawan hukum. Perbuatan melawan hokum dalam hukum
merupakan suatu reaksi dari hukum pidana terhadap tindak pidana. “The evil
masyarakat menuju kearah tujuan yang rasional, sedangkan tujuan pidana yang
penerapan hukum pidana secara konkrit oleh aparat penegakan hukum. Dengan
penyerasian antara nilai dengan kaidah serta perilaku nyata manusia. Kaidah-
kaidah tersebut menjadi pedoman atau patokan, bagi perilaku dan tindakan yang
diartikan sebagai “the act of putting something such as a law into effect; the
penegakan hukum tidak terlepas dari suatu sistem hukum, hal ini dikarenakan
penegakan hukum dapat terlaksana apabila suatu sistem hukum berjalan dengan
yaitu:45
norma dan pola perilaku nyata manusia yang berada dalam sistem itu
mungkin terjadi, masalah pokok yang timbul dari penegakan hukum terletak pada
tersebut adalah:46
44
Hendry Campbell Black, Black’s Law Dictionary, Edisi VI, West Publishing, St. Paul Minesora, 1990,
hlm. 578.
45
Lawrance M. Friedman, Sistem Hukum: Perspektif Ilmu Sosial, terjemahan M.Khozim, Nusa Media,
Bandung, 2009, hlm. 15.
46
Ibid
13
1. Faktor hukum atau undang-undang.
4. Faktor masyarakat.
5. Faktor kebudayaan.
tidak adanya keserasian antara nilai, kaidah, dan pola perilaku. 47 Ketidakserasian
tindak pidana narkotika sudah menjadi fokus utama oleh aparat penegak hukum.
Narkotika merupakan zat atau obat yang sangat bermanfaat dan diperlukan untuk
merugikan bagi perseorangan atau masyarakat khususnya generasi muda. Hal ini
akan lebih merugikan jika disertai dengan penyalahgunaan dan peredaran gelap
narkotika yang dapat mengakibatkan bahaya yang lebih besar bagi kehidupan dan
nilai- nilai budaya bangsa yang pada akhirnya akan melemahkan ketahanan
nasional.
1. Segi prevensi;
2. Segi pembalasan.
mengandung hal-hal lain, yaitu pidana diharapkan sebagai sesuatu yang akan
sesuai dengan yang di cita-citakan oleh hukum itu sendiri, yakni mewujudkan
sikap atau tingkah laku manusia sesuai dengan bungkai (frame work) yang telah di
Bentuk tindak pidana yang baru itu perlu mendapatkan penyesuaian, seperti
sudah ada, mengganti jika tidak sesuai lagi, dan membentuk ketentuan hukum
yang baru. Dalam hal yang demikian, maka upaya-upaya hukum pidana untuk
pendekatan nilai.52
Begitu pula terhadap narkotika perlu adanya regulasi yang baru, karena
hukum sebagai aturan-aturan hidup yang mengatur hubungan antar manusia yang
hidup bersama dalam suatu kumpulan manusia dan masyarakat dan karena aturan-
aturan itu mengikat mereka karena mereka sepakat untuk tunduk atau terikat oleh
aturan-aturan itu.53 Dengan demikian dapat ditarik garis antara hukum dan
telah melakukan suatu tindak pidana.54 Narkotika merupakan zat atau obat yang
50
Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, Alumni, Bandung, 2010, hlm.
22.
51
Mien Rukmini, Aspek Hukum Pidana Dan Kriminologi (Sebuah Bunga Rampai), Alumni, Bandung,
2007, hlm. 80.
52
Ibid, hlm83.
53
Mochtar Kusumaatmadja dan Arif Sidharta, Pengantar Ilmu Hukum, Jilid 1, Alumni, Bandung, 2000,
hlm. 14.
54
Moeljatno, Op.cit, hlm. 63.
15
jika disalahgunakan atau digunakan tidak sesuai dengan standar pengobatan dapat
Narkotika dari yang lama ke Undang-Undang Narkotika yang baru yaitu Undang-
ketiga.
F. Metode Penelitian
a. Pendekatan Penelitian
menggunakan bahan pustaka atau data yang mencakup bahan hukum primer,
sekunder dan tersier yang ada sebagai alat untuk menyelesaikan permasalahan
zatnya.
b. Spesifikasi Penelitian.
Indonesia yang berkaitan dengan situasi dan keadaan yang terjadi terutama
a) Studi Kepustakaan
tulisan- tulisan para ahli hukum serta para aparatur penegak hukum,
57
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia, Jakarta,1990,
hlm. 97.
58
Ibid.
17
yaitu Polisi, Jaksa, dan Hakim untuk mendapatkan informasi baik
b) Wawancara
1) Lokasi Penelitian
Universitas Padjadjaran;
G. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bagian ini akan dibahas dan dijelaskan mengenai latar belakang
TENTANG NARKOTIKA
TURUAN.
19
dan penegakan hukumnya bagi pelaku penyalahgunaan narkotika di
indonesia.
BAB V : PENUTUP
Pada bagian ini berisi kesimpulan dan saran dari tugas akhir Penulis
DAFTAR PUSTAKA
20
A. BUKU-BUKU INDONESIA
2002.
1978.
Jakarta, 2003.
2000.
21
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Intermasa, Jakarta, 2000
Prof. Dr. H. Toto Tohir Suriaatmadja, S.H., M.H., Dr. Ujang Charda S.,
2014.
Jakarta,1987
1997.
1988.
2006.
22
Soedjono D., Hukum Narkotika Indonesia, Alumni, Bandung, 1987
1989.
B. BUKU-BUKU ASING
C. JURNAL
23
Eko Soponyono, Kebijakan Hukum Pidana Dalam Upaya
Nomor.1,2019.
D. SUMBER INTERNET
Januari 2021
Dedy Priatmojo dan Daru Waskita, Mengenal Good Shit, Narkoba Jenis
E. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
24
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika
25
1