Oleh:
JAKARTA
2021
ABSTRAK
2
anak paling lama ½ dari maksimun pidana penjara yang diancamkan terhadap
orang dewasa.
3
BAB I
PENDAHULUAN
1
https://nasional.kompas.com/read/2020/06/26/17590051/kementerian-pppa-naiknya-kasus-
narkoba-anak-jadi-alarm-bagi-orangtua?page=all (di akses pada tanggal)
4
maupun bukan pidana, akan tetapi memiliki sanksi pidana.2 Tujuan dari
pengaturan tindak pidana yang bersifat khusus adalah untuk mengisi
kekurangan ataupun kekosongan hukum yang tidak tercakup pengaturannya
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, namun dengan pengertian bahwa
pengaturan itu masih tetap dan berada dalam batas yang diperkenankan oleh
hukum pidana.
Dalam tindak pidana khusus salah satunya adalah Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 tentang Narkotika, bahwa tindak pidana Narkotika telah
bersifat transnasional yang dilakukan dengan menggunakan modus operandi
yang tinggi, teknologi canggih, didukung oleh jaringan organisasi yang luas,
dan sudah banyak menimbulkan korban, terutama di kalangan generasi muda
bangsa yang sangat membahayakan kehidupan masyarakat, bangsa, dan
negara.
Generasi muda maupun generasi tua, tiap generasi memiliki karakteristik
tersendiri. Karena pada umumnya suatu generasi dipengaruhi oleh lingkungan
yang dihadapi semasa hidup mereka. Maka setiap generasi akhirnya memiliki
perbedaan tabiat yang turut menghadirkan pola adaptasi dan pendekatan yang
juga berbeda.
Pendekatan pada generasi penerus bangsa sangat di butuhkan untuk
menyuarakan Genderang perang terhadap penyalahgunaan dan peredaran
gelap Narkoba di Indonesia agar terus ditabuh. Salah satunya bentuk yang
dilakukan oleh BNNP Riau bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Riau dan
Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Provinsi Riau yang ngemupulkan
Sebanyak 3.500 generasi milenial dan generasi Z, yang merupakan relawan
anti Narkoba, bersatu mendeklarasikan anti penyalahgunaan dan peredaran
gelap narkoba. Aksi ribuan generasi milenial Riau ini merupakan wujud nyata
komitmen masyarakat dan pemerintah Provinsi Riau dalam upaya Pencegahan
dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN).3
2
Aziz Syamsuddin, Tindak Pidana Khusus, (Jakarta: Sinar Grafika, 2017), h. 8.
3
https://bnn.go.id/3-500-generasi-riau-siap-bentengi-diri-dari-narkoba/ (di akses pada
tanggal 24 April 2021 jam 00.28)
5
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul “TINJAUAN YURIDIS TERHADAP
PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA GENERASI
Z”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi rumusan
masalah adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba pada generasi Z?
2. Bagaimana aturan Hukum bagi Penyalahgunaan Narkoba pada generasi Z?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk memberikan gambaran Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba pada
generasi Z.
2. Untuk memberikan gambaran mengenai aturan hukum bagi
penyalahgunaan Narkoba pada generasi Z.
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini adanya manfaat yang bertujuan untuk menjelaskan
kegunaan hasil penelitian bagi para pihak, maka manfaat penelitian ini dapat
dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan pada penelitian ini dapat memberikan pengetahuan baru
terhadap pengembangan ilmu hukum. Khususnya dalam hal yang terkait
dengan tindak pidana Penyalahgunaan Narkoba.
2. Manfaat Praktis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna secara praktis terhadap
perkembangan penegakan hukum di masa yang akan datang agar tercipta
keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum bagi masyarakat.
6
7
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN METODOLOGI
A. Kajian Teoritis
1. Definisi Narkoba
Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya.
Selain “narkoba”, istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia adalah Napza yang merupakan
singkatan dari narkotika, psikotropika dan zat adiktif. Narkotika berasal dari
bahasa Yunani, dari kata Narke, yang berarti beku, lumpuh dan dungu.
Menurut Undang-undang RI Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika pada
Bab I Pasal I, narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Prekursor
Narkotika adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat
digunakan dalam pembuatan Narkotika. 4
2. Jenis-Jenis Narkoba
Sesuai dengan Undang-undang Narkoba Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika, Narkoba dibagi dalam tiga jenis yaitu Narkotika, Psikotropika dan
Zat adiktif lainnya. UU tersebut juga mengatur tentang penggolongan
narkotika. Peningkatan penyalahgunaan beberapa zat baru yang memiliki
potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan yang belum termasuk
dalam Golongan Narkotika (UU tentang Narkotika) maka diterbitkan
Permenkes Nomor 5 Tahun 2020 Tentang Perubahan Penggolongan
Narkotika.5
1. Narkotika Golongan I adalah Narkotika yang hanya dapat digunakan
untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan
4
Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
5
Permenkes Nomor 7 Tahun 2018 Tentang Perubahan Penggolongan Narkotika
8
6
Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1997
9
3. Penyalahgunaan Narkoba
Penyalahgunaan narkoba atau NAPZA adalah suatu pola perilaku di mana
seseorang menggunakan obat-obatan golongan narkotika, psikotoprika, dan
zat aditif yang tidak sesuai fungsinya. Penyalahgunaan NAPZA umumnya
terjadi karena adanya rasa ingin tahu yang tinggi, yang kemudian menjadi
kebiasaan. Selain itu, penyalahgunaan NAPZA pada diri seseorang juga bisa
dipicu oleh masalah dalam hidupnya atau berteman dengan pecandu NAPZA.
Terdapat 4 kelas obat yang paling sering disalahgunakan, yakni:
10
4. Pencegahan Narkoba
a) Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan tidak hanya oleh dokter tetapi juga terapis.
Pemeriksaan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kecanduan yang
dialami dan adakah efek samping yang muncul. Jika si pemakai
mengalami depresi atau bahkan gangguan perilaku, maka terapis akan
menyembuhkan efek tersebut baru melakukan rehabilitasi.
b) Detoksifikasi
Mengatasi kecanduan harus melalui beberapa tahapan dan salah satu
yang cukup berat adalah detoksifikasi. Di sini pengguna harus 100%
11
c) Stabilisasi
Setelah proses detoksifikasi berhasil dilewati, selanjutnya dokter
akan menerapkan langkah stabilisasi. Tahapan ini bertujuan untuk
membantu pemulihan jangka panjang dengan memberikan resep dokter.
Tidak hanya itu, pemikiran tentang rencana ke depan pun diarahkan agar
kesehatan mental tetap terjaga dan tidak kembali terjerumus dalam
bahaya obat-obatan terlarang.
d) Pengelolaan Aktivitas
Jika sudah keluar dari rehabilitasi, pecandu yang sudah sembuh akan
kembali ke kehidupan normal. Diperlukan pendekatan dengan orang
terdekat seperti keluarga dan teman agar mengawasi aktivitas mantan
pemakai. Tanpa dukungan penuh dari orang sekitar, keberhasilan dalam
mengatasi kecanduan obat terlarang tidak akan lancar.
7
https://bnn.go.id/4-langkah-cara-mengatasi-kecanduan-narkoba/ (diakses pada tanggal 3 Mei
2021, pukul 21:52 WIB)
13
8
https://bnn.go.id/satuan-kerja/cegah/ (di akases pada tanggal 3 Mei 2021 pukul 22:27 WIB)
14
b) Rehabilitasi Sosial
Aktivitas yang dilakukan pada tahapan rehabilitasi ini meliputi
seminar, konseling individu, terapi kelompok, static group, dan
sebagainya.
c) Kegiataan Kerohanian
Tahapan ini bertujuan untuk mempertebal mental pecandu agar
semakin kuat mempertahankan niat untuk sembuh dari kecanduan.
d) Peningkatan Kemampuan
Kegiatan di lembaga rehabilitasi juga diisi oleh aktivitas positif salah
satunya adalah mengasah skill yang dimiliki oleh pecandu agar rasa tak
enak karena tidak mengkonsumsi obat-obatan teralihkan.
Selain layanan-layanan yang disebutkan di atas, disediakan juga
konseling untuk keluarga, terapi psikologi, hiburan, rekreasi, dan sebagainya.
Semua layanan dan fasilitas yang diberikan oleh balai besar rehabilitasi BNN
ini tidak dipungut biaya sama sekali kecuali penyediaan keperluan yang
bersifat pribadi. Pendaftaran pun semakin dimudahkan via online atau datang
ke instansi kesehatan terdekat.9
9
https://bnn.go.id/4-langkah-cara-mengatasi-kecanduan-narkoba/ (diakses pada tanggal 03
Mei 2021 pukul 21:59)
18
(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menanam, memelihara,
memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan
I dalam bentuk tanaman, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4
(empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda
paling sedikit Rp. 800.00.000.00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp. 8.000.00.000,00 (delapan miliar rupiah).
10
Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Pasal 1 Angka 13)
19
dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).
Selain pasal mengenai tindak pidana terkait narkotika diatas, ada juga
Pasal yang bisa dikenai yaitu Pasal 112 ayat (1) UU
Narkotika tentang penguasaan narkotika.
(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki,
menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I bukan
tanaman, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun
dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp.
800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.
8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).
11
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt52f93ee68a431/perlindungan-
hukum-bagi-anak-yang-dijadikan-kurir-narkotika/ (diakses pada hari kamis, tanggal 27 Mei 2021
pukul 12:42 WIB)
20
11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak jo, Pasal 67 Peraturan
Pemerintah RI Nomor 65 Tahun 2015 tentang Pelaksanaan Diversi dan
Penanganan Anak yang Belum Berumur 12 (Dua Belas) Tahun).
Kalau dalam perkara dewasa (usia 18 tahun ke atas) setiap tingkatan
pemeriksaan tidak perlu didampingi orang tua/wali namun dalam perkara
anak berhadapan hukum perlu didampingi orang tua/wali.
1) Teori Pemidanaan
Pandangan tujuan pemidanaan secara umumnya lebih dikenal dengan
ajaran pembalasan dan ajaran tujuan atau pencegahan atau menakutkan
dan juga gabungan dari kedua ajaran tersebut. Setidaknya ada tiga
golongan utama teori untuk mebenarkan penjatuhan pidana yakni: 12
1. Teori absolute atau teori pembalasan (vergeldings theorien);
2. Teori relative atau tujuan (doeltheorien);
3. Teori gabungan (vereningtheorien).
Berikut penjelasan dari ketiga teori tersebut:13
1. Teori absolute atau teori pembalasan (vergeldings theorien)
Pemikiran-pemikiran yang digolongkan ke dalam ajaran absolut
sebetulnya memiliki perbedaan antara yang dengan lainnya. Persamaan
yang mempertautkan mereka adalah pandangan bahwa syarat dan
pembenaran penjatuhan pidana tercakup di dalam kejahatan itu sendiri,
terlepas dari kegunaan praktikan yang diharapkan darinya. Dalam
12
Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana, (Jakarta: Rineka Cipta, 2014)., h. 31.
13
Ibid., h. 31-38.
28
14
Jan Remmelink, Hukum Pidana Komentar Atas Pasal-Pasal Terpenting Dari Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana Belanda dan Padanannya Dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka, 2003), h. 600.
15
Ibid., h. 601.
16
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bagian I, (Jakarta: Raja Grafindo,2013),
h. 160.
29
17
Ibid., h. 159.
18
Ibid., h. 161-165.
30
19
Ibid., h. 163-164
20
Ibid., h. 165-166
31
itu, pidana baru akan dijatuhkan jika memang tidak ada jalan untuk
mempertahankan tata tertib hukum. 21
Teori gabungan yang kedua yakni menitikberatkan pertahanan tata
tertib masyarakat. Teori ini tidak boleh lebih berat daripada yang
ditimbulkannya dan kegunaannya juga tidak boleh lebih besar daripada
yang seharusnya. Teori ini sejajar dengan teori yang dikemukakan oleh
Thomas Aquinas yang berpendapat bahwa kesejahteraan umum
menjadi dasar hukum undang-undang pidana khususnya. Pidana
bersifat pembalasan karena pidana hanya dijatuhkan terhadap delik-
delik, yakni perbuatan yang dilakukan secara sukarela, pembalasan
adalah sifat suatu pidana tetapi bukan tujuan. Tujuan pidana yaitu
melindungi kesejahteraan masyarakat.22
Simons berpandangan bahwa dasar primer pidana yaitu pencegahan
umum, sedangkan data sekundernya adalah pencegahan khusus. Pidana
pada umumnya ditujukan pada ancaman pidananya dalam undang-
undang. Apabila hal ini tidak cukup kuat dan tidak efektif dalam hal
pencegahan umum, maka barulah diadakan pecegahan khusus yang
terletak dalam hal menakut-nakuti, memperbaiki dan membuat tidak
berdayanya seorang penjahat yang melakukan suatu perbuatan
kejahatan. Dalam hal ini perlu diingat bahwa pidana yang dijatuhkan
haruslah sesuai dengan atau berdasarkan atas hukum dari elemen
masyarakat
21
Ibid., h. 167.
22
Andi Hamzah, Op.Cit., h. 37.
33
tua dari generasi ini kebanyakan berasal dari Lost Generation (Generasi
yang ada pada saat perang dunia I).
2. Baby Boomers
Baby Boomers adalah sebutan bagi orang-orang yang lahir pada
tahun 1946 hingga 1964. Generasi ini sering dikaitkan sebagai generasi
dengan hak istimewa, karena banyak yang tumbuh selama periode
peningkatan kemakmuran--sebagian karena subsidi pemerintah pasca-
perang yang meluas dalam perumahan dan pendidikan.
3. Generation X
Istilah Generation X diberikan pada orang-orang yang lahir pada
awal tahun 1960an hingga awal tahun 1980an, banyak orang juga setuju
bahwa tahun 1965 hingga tahun 1980 merupakan tahun yang tepat bagi
generasi ini.
5. Generation Z
Generasi ini melambangkan orang-orang yang lahir pada tahun 1996
hingga tahun 2010. Generasi ini biasanya merupakan anak dari Generasi
X dan juga millenials.
6. Generation Alpha
Generation Alpha adalah generasi paling muda yang hidup saat ini.
Nama generasi ini diberikan pada anak-anak yang lahir pada tahun 2010
hingga tahun 2025 mendatang. Biasanya, Generation Alpha adalah anak-
anak dari para Millenials.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian guna memberikan gambaran rancangan penelitian
yang meliputi antara lain prosedur dan langkah-langkah yang harus
ditempuh, waktu penelitian, sumber data dan dengan langkah apa data
tersebut diperoleh kemudian diolah dan dianalisis. Penelitian hukum adalah
suatu kejadian ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan
pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa
gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisisnya.24
1. Obyek Penelitian
Penelitian tentang “Tinjauan Yuridis Terhadap Pencegahan
Penyalahgunaan Narkoba Pada Generasi Z” dan peraturan perundang-
undangan yang akan di gunakan oleh penulis dalam penulisan skripsi ini
adalah Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
2. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah tipe
penelitian Yuridis Normatif, yakni penelitian hukum yang didasarkan
dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder, yang mencangkup
23
https://www.ef.co.id/englishfirst/kids/blog/generasi-milenial-alfa-boomer/ (di akses pada
tanggal 3 Mei 2021 pada pukul 22:11 WIB)
24
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: Universitas Indonesia,
2015), h.43.
37
3. Sifat Penelitian
Sifat penelitian yang digunakan oleh penulis adalah Deskriptif Analisis,
yaitu yang dimaksudkan untuk menggambarkan mengenai data yang seteliti
mungkin tentang kaidah-kaidah, norma-norma, asas-asas dan peraturan
hukum yang berlaku kemudian dianalisis untuk mencari jawaban atas
permasalahan yang diajukan pada pokok permasalahan. 26
25
Soerjono Soekanto, Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif : Suatu Tinjauan
Singkat (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h.14.
26
Ibid., h. 10
27
Ibid., h. 52
38
c. Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan hukum penelitian yang terdiri atas
buku teks bukan hukum yang terkait dengan penelitian seperti kamus
bahasa Indonesia.
5. Pengumpulan Data
Kegiatan pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan studi
kepustakaan (Library Research). Yaitu penulis akan mengumpulkan dan
mempelajari literatur yang ada kaitannya dengan penulisan skripsi ini,
mempelajari buku-buku karya tulis dari para ahli, peraturan perundang-
undangan dan internet.28 Cara pengambilan data ini dilakukan oleh penulis
di berbagai tempat seperti Perpustakaan Nasional, maupun mengakses
melalui internet.
6. Analisis Data
Dari hasil–hasil pengumpulan dan pengkajian data yang di peroleh
dalam pengumpulan data, maka data penelitian ini akan diolah untuk
dianalisis menggunakan metode analisis kualitatif untuk memperoleh
jawaban yang dapat menjadi suatu kesimpulan. Metode secara kualitatif
artinya data kepustakaan dianalisis secara mendalam dan lebih ditekankan
pada isi kualitas dari isi data. Tujuan dari pada analisis data dengan
menggunakan metode kualitatif yaitu bertujuan untuk mengerti atau
memahami gejala yang diteliti. 29
E. Definisi Oprasional
Dalam penelitian ini akan menggunakan beberapa penjelasan mengenai
Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba.
1. Tinjauan Yuridis
28
E. Zaenal Arifin, Metode Penulisan Ilmiah (Tangerang: Pusat Mandiri, 2017), h. 11.
29
Soerjono Soekanto, Op.Cit., h. 32.
39
F. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan ini terdiri dari 5 (lima) bab penulis akan
menjelaskan hasil penelitian dengan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Didalam bab ini diuraikan tentang latar belakang, pokok
permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian.
30
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa
(Edisi Keempat), (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2012), h. 1470.
31
M. Marwan dan Jimmy P., Kamus Hukum, (Surabaya: Realiti Publisher, 2009), h.
651
40
BAB IV : PENUTUP
Dalam bab ini merupakan bagian akhir dari seluruh kegiatan
penulisan. Dalam bab berisi kesimpulan yang didasarkan pada
hasil analisis dan pembahasan penelitian serta saran yang sesuai
dengan pembahasan.
41
BAB III
PEMBAHASAN
A. Deskripsi Masalah
1) Bagaimana Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba pada generasi Z?
2) Bagaimana aturan hukum bagi Penyalahgunaan Narkoba pada generasi Z?
B. Analisa Masalah
Indonesia darurat Narkoba, dengan semakin meningkatnya jumlah
peredaran gelap narkoba, generasi penerus bangsa terancam akan bahaya
penyalahgunaan narkoba, maka untuk mewujudkan Indonesia bersinar tanpa
Narkotika, kita selaku orang dewasa harus selalu mengingatkan anak-anak
muda bangsa, dengan membuat target sasaran kepada pemuda-pemudi
penerus bangsa untuk memerangi narkoba. Pada tiap generasi pemuda dan
pemudi selalu berbeda-beda dalam kebiasaan dan pemikirannya. Pada saat ini
kita sedang melewati masa generasi milenial, generasi milenial lahir pada
tahun 1981 hingga tahun 1996, karakteristik millennials berbeda-beda untuk
setiap wilayah dan juga individu, dan kelompok ini mengalami berbagai
kondisi sosial dan ekonomi, tetapi mereka umumnya ditandai oleh kemahiran
yang mereka miliki karena besar di zaman perkembangan informasi.
Generasi milenial telah menjadi anak remaja dan orang yang beranjak
menjadi orang dewasa, sudah saatnya generasi milenial untuk mendidik dan
mengajarkan generasi selanjutnya yaitu generasi Z. Generasi Z memiliki
rentan waktu orang-orang yang lahir pada tahun 1996 hingga tahun 2010 yang
memiliki kebiasaan berbeda dengan pertumbuhan anak generasi milenial,
anggota Generasi Z biasanya telah menggunakan teknologi digital sejak usia
muda dan merasa nyaman dengan Internet dan media sosial. Maka dengan ini
saya tertarik untuk meneliti atau membahas mengenai cara-cara efektif
Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba pada generasi Z.
Berdasarkan Data dari BNN, penyalahgunaan narkoba di Indonesia pada
2017 sebanyak 3.376.115 orang pada rentang usia 10-59 tahun. Kemudian
42
32
https://bnn.go.id/satuan-kerja/cegah/ (di akases pada tanggal 3 Mei 2021 pukul 22:27 WIB)
44
Dalam proses perdilan anak para pihak-pihak yang terlibat dalam yakni
Penyidik, Penuntut Umum, Hakim, Pembimbing Kemasyarakatan dan
Pekerja Sosial. Dengan ketentuan Penyidik adalah Penyidik Anak, Penuntut
Umum adalah Penuntut Umum Anak, Hakim adalah Hakim Anak,
Pembimbing Kemasyarakatan adalah pejabat fungsional penegak hukum
yang melaksanakan penelitian kemsyarakatan, pembimbingan, pengawasan,
pendampingan terhadap anak di dalam dan di luar proses peradilan pidana,
Pekerja Sosial adalah seseorang yang bekerja baik pada lembaga pemerintah
maupun swasta yang memiliki kompetensi dan profesi pekerjaan sosial serta
kepedulian dalam pekerjaan sosial yang diperoleh melalui pendidikan, dan
atau pengalaman praktik pekerjaan sosial untuk melaksanakan masalah
sosial.
Dalam melakukan pemeriksaan terhadap anak korban penyidik wajib
meminta laporan sosial dari pekerja sosial atau tenaga kesejahtaraan sosial
setelah tindak pidana dilaporkan; selanjutnya terhadap anak yang diajukan
sebagai anak yang berkonflik hukum (ABH) pada tingkat penyidikan,
penuntutan dan dan pemeriksaan perkara anak di pengadilan wajib
diupayakan diversi. Diversi adalah pengalihan penyelesaian perkara anak dari
proses peradilan pidana di luar proses peradilan pidana, dan terhadap proses
tersebut dengan syarat-syarat yaitu Diancam pidana penjara dibawah 7 (tujuh)
tahun dan bukan pengulangan tindak pidana. Selanjutnya selain ketentuan
tersebut, berlaku pula terhadap anak yang didakwa melakukan tindak pidana
yang diancam pidana penjara dibawah 7 (tujuh) tahun dan didakwa pula
dengan tindak pidana yang diancam pidana penjara (tujuh) tahun atau lebih
dalam bentuk dakwaan subsidiaritas, alternatif, kumulatif maupun kombinasi
(gabungan) (Pasal 7 PERMA Nomor 4 Tahun 2014 tentang Pedoman
Pelaksanaan Diversi dalam Sistem Peradilan Pidana Anak). Tujuan Diversi
adalah untuk Mencapai perdamaian anatara korban dan anak, Menyelesaikan
perkara anak diluar proses peradilan, Menghindarkan anak dari dari
perampasan kemerdekaan, Mendorong masyarakat untuk berpartisipasi, dan
menanamkan rasa tanggung jawab pada anak. Dalam proses Diversi itu
46
sendiri tentunya ada pihak yang dilibatkan yakni anak, orang tua, korban, dan
atau orang tua/wali, pembimbing kemasyarakatan dan pekerja sosial
profesional berdasarkan pendekatan keadilan restorative justice yang
mengadung arti bahwa penyelesain perkara tindak pidana yang melibatkan
pelaku, korban dan pihak-pihak lain terkait untuk bersama-sama mencari
penyelesaian yang adil dengan menekankan pemulihan kembali pada keadaan
semula.
Dari hasil kesepakatan diversi: perdamaian dapat berupa: dengan atau
ganti kerugian, penyerahan kembali kepada orang tua/wali, keikut sertaan
dalam pendidikan/pelatihan dilembaga pendidikan atau LPKS, pelayanan
masyarakat. Dalam hal kesepakatan tercapai, maka setiap pejabat yang
bertanggung jawab dalam pelaksanaan diversi untuk diterbitkan penghentian
penyidikan, penghentian penuntutan, penghentian pemeriksaan perkara dan
bilamana tercapai maka proses pemeriksaan dilanjutkan. Selanjutnya dalam
hal tidak terjadi kesepakatan dalam waktu yang ditentukan maka pembimbing
kemasyakatan segera melaporkan kepada pejabat untuk menindaklanjuti
proses pemeriksaan.
Proses Pemeriksaan Anak, Penyidik, Penuntut Umum, Pembimbing
Kemasyarakatan dan atau pemberi bantuan hukum dan petugas lainnya dalam
memeriksa perkara anak, anak korban dan atau anak saksi tidak memakai toga
atau atribut kedinasan (Pasal 22 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012
tentang Sistem Peradilan Pidana Anak), kemudian dalam setiap tingkatan
pemeriksaan anak wajib diberikan bantuan hukum dan didampingi oleh
pembimbing kemasyarakatan atau pendamping dengan ketentuan yang
berlaku. Selanjutnya terkait penahanan terhadap anak (Pasal 32 UU Nomor
11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak) adalah sebagai
berikut:
Penahanan terhadap anak tidak boleh dilakukan dalam hal memperoleh
jaminan dari orang tua atau lembaga bahwa anak tidak melarikan diri,
menghilangkan barang bukti atau merusak barang bukti atau tidak akan
mengulangi tindak pidana;
47
anak korban atau anak saksi tidak dapat untuk memberikan keterangan di
depan sidang pengadilan, hakim dapat memerintahkan anak korban atau anak
saksi didengar keterangannya di luar persidangan melalui perekaman
elektronik yang dilakukan oleh pembimbing kemasyarakatan dengan dihadiri
penyidik atau Penuntut Umum dan Advokat atau pemberi bantuan hukum,
melalui pemeriksaan jarak jauh atau teleconference (Pasal 58 Undang-
Undang RI Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak).
Hakim sebelum menjatuhkan putusan memberikan kesempatan kepada
orang tua/wali/pendamping untuk mengemukakan hal yang bermanfaat bagi
anak, kemudian pada saat pembacaan putusan pengadilan dilakukan dalam
sidang terbuka untuk umum dan dapat tidak dihadiri oleh anak. Penjatuhan
hukuman terhadap anak yang berkonflik hukum dapat dikenakan pidana dan
tindakan, dan anak hanya dapat dijatuhi pidana atau dikenai berdasarkan
ketentuan Undang-Undang ini.
Bahwa terhadap anak yang berkonflik hukum yang belum berusia 14
tahun hanya dapat dikenai tindakan bukan pemidanaan, yang meliputi
pengembalian kepada orang tua, penyerahan kepada seseorang, perawatan di
rumah sakit jiwa, dan perawatan di Lembaga Penyelenggaraan Kesejahteraan
Sosial (LPKS), kewajiban mengikuti pendidikan formal dan atau pelatihan
yang diadakan oleh pemerintah atau badan swasta dan pencabutan Surat Ijin
Mengemudi, dan perbaikan akibat tindak pidananya. Sedangkan anak yang
sudah berusia 14 tahun ke atas tersebut dapat saja dijatuhi pidana dengan
macam-macam pidana sebagaimana dalam Pasal 71 Undang-Undang RI
Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, yakni sebagai
Pidana pokok yang terdiri dari, pidana peringatan, pidana bersyarat
(pembinaan pada lembaga, pelayanan masyarakat, pengawasan), pelatihan
kerja, pembinaan dalam lembaga dan penjara, Pidana tambahan berupa
perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana, pemenuhan
kewajiban adat.
Apabila dalam hukum materil seorang anak yang berkonflik hukum
diancam pidana kumulatif berupa pidana penjara dan denda, maka pidana
49
denda diganti denan pelatihan kerja paling singkat 3 bulan dan paling lama 1
tahun. Pidana pembatasan kebebasan yang dijatuhkan terhadap anak paling
lama ½ dari maksimun pidana penjara yang diancamkan terhadap orang
dewasa (Pasal 79 ayat 2 Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2012 tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak), sedangkan terhadap ketentuan minimum
khusus pidana penjara tidak berlaku terhadap anak (Pasal 79 Undang-Undang
RI Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak).
Penahanan terhadap anak yang berkonflik hukum ditempatkan pada
Lembaga Penempatan Anak Sementara (LPAS), sedangkan tempat anak
menjalani masa pidananya ditempatkan pada Lembaga Pembinaan Khusus
Anak (LPKA). Kemudian terhadap tempat anak mendapatkan pelayanan
sosial berada pada Lembaga Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (LPKS).
Terhadap putusan Hakim pada tingkat pertama, baik anak yang berkonflik
hukum mapun Penuntut Umum tentunya dapat melakukan upaya hukum
selanjutnya yakni banding, kasasi dan peninjauan kembali.Terhadap anak
yang diajukan sebagai anak yang berkonflik hukum, yakni anak korban dan
anak saksi berhak atas semua perlindungan dan hak yang diatur dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Apabila seorang anak tharus di
laksakan rehabilitasi, maka dapat menggunakan layanan Rehabilitasi BNN
meliputi Rehabilitasi Medis, Rehabilitasi Sosial, Kegiataan Kerohanian, dan
Peningkatan Kemampuan.
Berdasarkan keterangan di atas, generasi Z merujuk pada usia 12 tahun
hingga usia 24 tahun, apabila anak yang berhadapan dengan hukum dalam hal
ini penyalahgunaan narkoba yang sudah berumur 12 tahun sampai dengan
berusia 21 tahun, maka akan mengikuti sidang anak dengan mengikuti
pedoman dalam Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem
Peradilan Anak seperti penjelasan di atas. Terkait dengan pemidanaan anak
sebagai pelaku penyalahgunaan seorang anak yang berkonflik hukum
diancam pidana kumulatif berupa pidana penjara dan denda, maka pidana
denda diganti denan pelatihan kerja paling singkat 3 bulan dan paling lama 1
tahun. Pidana pembatasan kebebasan yang dijatuhkan terhadap anak paling
50
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba pada generasi Z dapat dilakukan
dengan beberapa cara salah satunya yaitu dengan cara Pencegahan Primer,
pencegahan dapat mencangkup semua sektor masyarakat yang berpotensi
membantu generasi muda untuk tidak menyalahgunakan narkoba. Kegiatan,
Kegiatan pencegahan primer terutama dilaksanakan dalam bentuk
penyuluhan, penerangan dan pendidikan. Pencegahan Penyalahgunaan
Narkoba harus bergerak secara dinamis dan mengikuti berkembangan pada
tiap generasi, agar makna yang terkandung dapat sampai pada tiap orang.
Pemidanaan bagi Penyalahgunaan Narkoba pada generasi Z, generasi Z
merujuk pada usia 12 tahun hingga usia 24 tahun, apabila anak yang
berhadapan dengan hukum dalam hal ini penyalahgunaan narkoba yang sudah
berumur 12 tahun sampai dengan berusia 21 tahun, maka akan mengikuti
sidang anak. Pemidanaan seorang anak yang berkonflik hukum diancam
pidana kumulatif berupa pidana penjara dan denda, maka pidana denda
diganti denan pelatihan kerja paling singkat 3 bulan dan paling lama 1
tahun. Pidana pembatasan kebebasan yang dijatuhkan terhadap anak paling
lama ½ dari maksimun pidana penjara yang diancamkan terhadap orang
dewasa.
B. Saran
Dengan demikian untuk melakukan Pencegahan Penyalahgunaan
Narkoba pada saat ini sangat di butuhkan dalam media sosial dan tidak
menutup kemungkinan dalam bentuk poster, slogan yang ada pada
lingkungan umum dan pada lingkungan sekolah.
Pemidanaan bagi anak yang berhadapan dengan hukum harus sesuai
dengan ketentuan Peradilan Anak. dan Anak yang berhadapan dengan hukum
harus mendapatkan perlindungan hukum dengan maksimal.
52
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana, (Jakarta: Rineka Cipta, 2014).
Aziz Syamsuddin, Tindak Pidana Khusus, (Jakarta: Sinar Grafika, 2017).
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: Universitas Indonesia,
2015).
Jan Remmelink, Hukum Pidana Komentar Atas Pasal-Pasal Terpenting Dari Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana Belanda dan Padanannya Dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka, 2003)
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bagian I, (Jakarta: Raja Grafindo,2013)
Soerjono Soekanto, Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif : Suatu Tinjauan
Singkat (Jakarta: Rajawali Pers, 2014)
E. Zaenal Arifin, Metode Penulisan Ilmiah (Tangerang: Pusat Mandiri, 2017)
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa
(Edisi Keempat), (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2012)
M. Marwan dan Jimmy P., Kamus Hukum, (Surabaya: Realiti Publisher, 2009)
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika
Permenkes Nomor 7 Tahun 2018 Tentang Perubahan Penggolongan Narkotika
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt52f93ee68a431/perlindungan
-hukum-bagi-anak-yang-dijadikan-kurir-narkotika/
https://www.ef.co.id/englishfirst/kids/blog/generasi-milenial-alfa-boomer/