Anda di halaman 1dari 70

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebenarnya narkotika bermanfaat bagi umat manusia, akan tetapi

juga dapat membahayakan bila disalahgunakan. OIeh karena itu wajar

bila pengadaan narkotika mendapat pengaturan dan pengawasan dan

pemerintah atau yang berwenang dan juga dan masyarakat pada

umumnya diharapkan memiliki kesadaran untuk bersama-sama

menanggulangi penyalahgunaan narkotika. Dikatakan sangat bermanfaat

karena digunakan oleh dokter dalam pengobatan, juga digunakan untuk

kepentingan ilmu pengetahuan dan penelitian ilmiah.

Di Indonesia, tindak pidana narkotika termasuk tindak pidana yang

ancamannya sangat berat. OIeh sebab itu, penulis ingin mengkaji

penerapan Undang-undang mengenai narkotika yaitu Undang-undang

Nomor 22 Tahun 1997, utamanya yang terjadi di Kota Makassar yang

terjadi antara tahun 2001 sampai dengan tahun 2011.

Kenyataan menunjukan bahwa tidak sedikit anak remaja yang

memiliki sikap dan perilaku yang dapat dikategorikan sebagai kejahatan

ataukah kenakalan, misalnya; Penganiayaan, pembunuhan, kecanduan

alkohol di kota-kota besar. Bahkan ada pula yang dilakukan diatas kapal

taut, dan bahkan dalam lembaga permasyarakatan sekalipun.

Keadaan yang demikian itu membuat para orang tua prihatin,

sehingga menjadi salah satu masalah sosial yang perlu segera


ditanggulangi balk oleh pemerintah maupun masyarakat, guna

menyelamatkan generasi muda sebagai pelanjut masa depan bangsa dan

negara.

Penyalahgunaan narkotika merupakan suatu masalah yang serius

untuk mendapatkan penanganan secara serius, khususnya bagi aparat

hukum. Mengingat dampak negatif yang ditimbulkan, upaya-upaya

pencegahan kiranya akan lebih diingatkan lagi.

Radar Makassar (2009:10) menyatakan bahwa

Maraknya peredaran narkotika dan obat-obatan belakangan ini

seakan-akan memaksa aparat kepolisian untuk bekerja keras untuk

mengungkapkan pelakunya.

Persoalan terpenting adalah bagaimana upaya pencegahan

terhadap penyalahgunaan narkotika bagi generasi muda. Karena generasi

muda yang akan memberi contoh pada generasi yang akan datang.

Usaha-usaha ini dapat dilakukan antara lain mealier pendidikan keluarga,

pendidikan agama dan pendidikan informal untuk memerangi

penyalahgunaan narkotika terhadap remaja.

Dan berbagai kegiatan yang dilansir oleh media massa dan media

elektronik diketahui bahwa ditangan orang tualah terletak kendali

pembinaan sedangkan pemerintah hanyalah sebagai pengayom

menetapkan kebijaksanaan dan menyelamatkan remaja dan bahaya

penyalahgunaan narkotika. Kurangnya perhatian orang tua dalam

mengarahkan pendidikan dan mental keagamaan.

2
Pengaruh narkotika di Indonesia tampaknya sangat-

membahayakan pertumbuhan dan perkembangan jiwa generasi, terutama

kaum remaja. Suatu hal yang sangat mengagetkan semua orang seorang

antis yang cukup terkenal yang meninggal pada tanggal 1 April 2012 yang

lalu, terlepas mi merupakan takdir Tuhan atau bukan yang jelas ditempat

penginapan artis cantik yang bernama Alda Risma itu, ditemukan

beberapa alat suntikan untuk disuntik dalam tubuhnya sehingga

mengakibatkan nyawanya tidak tertolong lagi.

Bertitik tolak dan uraian latar belakang di atas maka penyusunan

skripsi ini akan disusun berdasarkan judul: “Tinjauan Kriminologi

Penyalahgunaan Narkotika Terhadap Perkembangan Jiwa Remaja di Kota

Makassar”.

B. Rumusan Masalah

1. Faktor apakah yang menyebabkan terjadinya penyalahgunaan

narkotika dan bagaimana pengaruhnya terhadap pertumbuhan jiwa

remaja di Kota Makassar tahun 2010-2014?

2. Upaya-upaya apa yang ditempuh oleh pihak kepolisian untuk

menanggulangi masalah penyalahgunaan narkotika di Kota

Makassar tahun 2010-2014?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan penyalahgunaan

narkotika di Kota Makassar tahun 2010-2014.

3
b. Mengetahui upaya-upaya yang dilakukan untuk menanggulangi

penyalahgunaan narkotika di kalangan di Kota Makassar.

2. Kegunaan Penelitian

a. Dapat menjadi bahan masukan bagi para orang tua dalam

mengarahkan anaknya agar terhindar dan bahaya

penyalahgunaan narkotika

b. Dapat menjadi bahan masukan bagi petugas kepolisian

khususnya dalam menanggulangi penyalahgunaan narkotika di

Kota Makassar.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kriminologi

Istilah kriminologi berasal dan bahasa Yunani “crime” yang artinya

kejahatan atau penjahat dan “logos” yang berarti ilmu pengetahuan, maka

kriminologi sebagai berikut: kriminoIog adalah suatu ilmu yang

mempelajari gejala kejahatan seIuas-luasnya. Dikatakan demikian karena

dalam mempelajari kejahatan, kita tidak dapat lepas dan berbagai

pengaruh dan sudut pandang. Ada yang memandang kriminologi dan

sudut perilaku yang menyimpang dan norma-norma yang berlaku dan

masyarakat. kesemuaannya ini sekaligus tidak juga dapat terlepas dan

berbagai pengaruh dan campur tangan berbagai disiplin, terutama yang

berkaitan dengan obyek studinya.

Melihat kenyataan tersebut, maka bahasan tentang kriminologi

dapat menimbulkan banyak tafsiran. OIeh karena itu, perlu dikemukakan

beberapa pengertian dan para sarjana agar mempermudah dalam

memahami dan para sarjana agar mempermudah dalam memahami dan

membedakannya.

Adapun pengertian kriminologi menurut Bonger (1982:210)

mengemukakan:

Kriminologi adalah suatu ilmu yang bertujuan untuk menyelidik

gejala-gejala kejahatan yang seluas-Iuasnya.

5
Sedangkan Soejono Dirdjosisworo (1986:3), memberikan rumusan

bahwa:

Kriminologi adalah ilmu pengetahuan dan berbagai ilmu yang

mempelajari kejahatan-kejahatan sebagai masalah manusia.

Melihat begitu luas ruang Iingkup kriminologi yang diberikan oleh

beberapa sarjana dengan perbedaan pandangan, maka penulis Iebih

sependapat dan apa yang disarankan oleh Romi Atmasasmita (1988:6),

yang mengatakan bahwa:

Bagi mereka menghendaki batasan dalam arti sempit dan


kriminologi, di dalam mempelajari bentuk tertentu dan tingkah laku
kriminal, disarankan agar selalu dipegang pada batasan dalam arti
yuridis. Dengan demikian diharapkan tidak hanya keseragaman
dalam mempelajari obyek kriminologi dalam batasan yang berbeda-
beda, tetapi juga diharapkan obyek kriminologi itu dapat
bekembang lebih mudah tanpa terikat pada perumusan yuridis.

Kiranya uraian di atas telah dapat menjadi alasan bagi penulis

untuk menyimpulkan tinjauan kriminologi yang dimaksud disini adalah

suatu tinjauan yang mempelajari kejahatan dalam arti yuridis.

Masalah mi telah dikomentari Widya (1989:11) bahwa :

Penyalahgunaan narkotika dikalangan remaja erat hubungannya


dengan kenakalan remaja itu sendiri, yang berakibat tidak saja
merugikan si pemakai tetapi juga bagi masyarakat dan Iingkungan.
Budaya penyalahgunaan narkotika ini, telah pada tingkatan yang
memperhatikan bila tidak ditanggulangi secara serius, terutama
apabila dikaitkan dengan generasi muda (para remaja dan
kenakalan remaja itu sendiri).
Sehubungan dengan itu Tejawiani (1988:39) mengemukakan

bahwa :

Tujuan pemerintah tidak lain adalah untuk menyelamatkan generasi


muda sebagai generasi penerus dalam mewujudkan cita-cita
masyarakat yang adil dan makmur sejahtera lahir dan batin. Upaya

6
pemerintah yang segencar apapun tentu tidak akan berhasil tanpa
didukung dan dibantu orang tua anak itu sendiri, karena terletak
pada orang tuanyalah sebenarnya pokok awal pembentukan watak
anak-anaknya, pengendalian emosinya bimbingan nurani putra-
putrinya.

B. Pengertian Narkotika

Berbagai pendapat mengenai definisi narkotika telah dikemukakan

para pakar maupun dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku,

misalnya Widya (1989:13), mengemukakan:

Narkotika adalah zat kimia atau obat yang biasanya mengandung


candu yang dapat menumbuhkan rasa mengantuk atau tidur yang
mendalam. Narkotika disebut juga sebagai zat (substance) yang
bila dipergunakan akan membawa efek dan mempengaruh tertentu
seperti kesadaran perilaku manusia, pengaruh tersebut dapat
berupa penenang, perangsang (bukan rangsangan, seks), dan
halusinasi. Ini berpengaruh terhadap diri si pemakai, lainnya telah
mempengaruhi kesadaran, dan menimbulkan dorongan yang
mempengaruhi kesadaran, dan menimbulkan dorongan yang
mempengaruhi kepada perilaku negatif.

Setelah mengemukakan pengertian narkotika berdasarkan

pendapat para sarjana, berikutnya penulis akan mengemukakan

pengertian narkotika berdasarkan UU No. 22 Tahun 1997 dalam pasal 1

point 1 yang menyatakan sebagai berikut:

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dan tanaman atau
bukan tanaman balk sintetis maupun yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan yang dibedakan keadaan golongan-golongan
sebagaimana terlampir dalam Undang-undang ini atau yang
kemudian ditetapkan dengan keputusan Menteri Kesehatan.

Pentingnya pengaturan penggunaan narkotika seperti obat,

menurut Soedjono Dirdjosisworo (1987:5) yaitu : Menghadapi kenyataan

tentang narkotika yang di satu pihak sangat diperlukan dan dilain pihak

7
sangat membahayakan maka diperlukan pengaturan oleh Undang-undang

mengenal:

1. Pengaturan narkotika untuk kepentingan pengobatan dan tujuan ilmu

pengetahuan (penggunaan secara legal)

2. Pengangkutan narkotika

3. Perbuatan-perbuatan yang dilarang

4. Penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di depan pengadilan

5. Perawatan dan rehabilitasi korban.

Pengaturan penggunaan narkotika untuk keperluan pengobatan

dan ilmu pengetahuan memang sangat diperlukan karena kemungkinan

yang memberi wewenang untuk itu dapat saja penyalahgunaan

kepercayaan yang diberikan kepadanya. Hal ini sering ditemukan bahwa

salah seorang aparat yang terlibat dalam sindikat penyalahgunaan

narkotika, karena tergiur untuk mendapatkan kekayaan dengan

mengorbankan tugas serta tanggung jawabnya sebagai abdi negara dan

masyarakat.

Pengangkutan narkotika, baik melalui darat maupun udara

hendaknya dilengkapi sesuai dengan dokumen-dokumen yang diperlukan

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal tersebut

dimaksudkan untuk menjaga/mencegah perdagangan illegal dan

penyelundupan narkotika. Kadang-kadang ditemukan berbagai cara yang

digunakan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab menyelundupkan

narkotika dengan pengangkutan yang menggunakan dokumen palsu dan

sebagainya.

8
Perbuatan-perbuatan yang demikian itu merupakan pelanggaran

yang harus diancam dengan hukuman yang berat, karena dapat

merugikan negara dan sangat membahayakan generasi muda. Tanpa

ancaman sangsi pidana yang berat, maka sulit diharapkan untuk menekan

apalagi menghilangkan perdagangan narkotika secara illegal, malahan

berdampak terhadap meningkatkan kriminalitas yang dilakukan oleh

remaja.

Bosu (1982:73), menyatakan bahwa :

Penggunaan narkotika semata-mata hanya untuk kepentingan

pengobatan, medis dan ilmu pengetahuan, selain dan pada itu

adalah kejahatan.

Dari beberapa pengertian narkotika tersebut, penulis memberikan

beberapa rangkuman sebagai berikut:

1. Narkotika adalah zat kimia atau obat yang mengandung candu yang

apalagi digunakan oleh seseorang secara illegal akan berpengaruh

terhadap kesadaran dan tingkah laku yang cenderung negatif, karena

pengaruh yang membuat malas, perangsang yang membuat

ketagihan, dan dibayangi halusinasi.

2. Narkotika sebagai kondisi, tidak boleh diperdagangkan secara bebas,

disimpan, diedarkan atau digunakan tanpa izin dan pemerintah Menteri

Kesehatan Republik Indonesia, karena dapat membahayakan generasi

muda sebagai harapan bangsa.

9
3. Narkotika di satu pihak sangat diperlukan dan dipihak lain sangat

berbahaya. Karena itu harus ada peraturan perundang-undangan yang

mencakup ketentuan penggunaan medis dan ilmu pengetahuan,

pengangkutan, penyalahgunaan dengan sangsi hukumnya, peradilan

dan rehabilitasi penderita.

C. Pengertian Remaja

Istilah remaja pada hakekatnya merupakan suatu pengertian yang

menunjukkan pada suatu proses perkembangan usia seseorang baik laki-

laki maupun perempuan yang berada di atas kategori anak-anak dan

berada dibawah kategori dewasa.

Masa remaja adalah suatu fase dalam siklus kehidupan dimana

pada masa ini berfokus kearah perkembangan dan perubahan. Untuk

lebih jelasnya, pengertian remaja ini dapat disimak dan beberapa

pendapat para ahli.

Para ahli berpendapat dalam memberikan pengertian remaja dan

usia remaja. Masa remaja merupakan taraf perkembangan dalam

kehidupan manusia. Tahap perkembangan mi pada umumnya disebut

masa pancaroba atau masa transisi dan anak-anak menuju masa

remajanya. Perlu juga diterangkan bahwa usia remaja mempunyai kriteria-

kriteria tertentu, Singgi Gunarsa (1981:15) mengemukakan bahwa :

Puberteit adalah masa antara 12 dan 16 tahun. Pengertian


puberteit meliputi perubahan-perubahan fisik dan psikis seperti
halnya pelepasan din dan ikatan emosional sendiri edolesen adalah
masa sesudah masa puberteit yakni masa antara 17 dan 22 tahun,
dalam masa mi Iebih diutamakan dalam hubungan dengan
Iingkungan hidup yang Iebih luas, yakni masyarakat.

10
Romli Atmasasmita (1985:8) mengatakan bahwa :

Pada umumnya yang diartikan sebagai juvenile adalah seseorang

yang masih dibawah usia tertentu dan belum dewasa dan belum

kawin.

Selain apa yang telah dikemukakan diatas, maka berdasarkan

kelompok umur, remaja dapat dikenal pula dengan memperhatikan

beberapa segi tujuan.

Menurut Sarlinto Wirawan Sarwono (1994:9), dan segi tujuan

biologisnya menunjukkan bahwa

1. Umur dan 0 sampai 1 tahun disebut bayi.

2. Umur dan 1 tahun hingga 12 tahun disebut masa kanak-kanak.

3. Umur dan 12 tahun hingga 15 tahun disebut masa puber.

4. Umur 15 tahun hingga 21 tahun disebut masa pemuda.

5. Umur 21 tahun ke atas disebut masa dewasa.

Sedangkan ditinjau dan segi budaya menunjukkan bahwa :

1. Umur dan 0 sampai 12 tahun disebut anak-anak

2. Umur 13 tahun hingga 18-21 tahun disebut remaja

3. Dari umur 18-21 tahun ke atas disebut dewasa.

Santinto Wirawan Sarwono (2008:52) seorang psikolog

mengemukakan pendapatnya mengenai defenisi dan remaja yaitu sebagai

berikut :

Masa remaja adalah masa peralihan dan anak-anak kedewasa,


bukan hanya dalam artian psikologis tetapi juga fisik. Bahkan
perubahan-perubahan fisik yang terjadi itulah yang merupakan

11
gejala primer dalam pertumbuhan remaja, sedangkan perubahan-
perubahan psikologis muncul antara lain sebagai akibat dan
perubahan-perubahan fisik itu.

Lebih lanjut Sarlinto Wirawan Sarwono (2008:6-7), mengatakan

bahwa:

Dalam ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu lain yang terkait (biologi dan
ilmu faal) remaja dikenal sebagai suatu tahap perkembangan fisik
di mana alat-alat kelamin manusia mencapai kematangannya.
Secara fisik alat-alat kelamin pada khususnya dan keadaan tubuh
pada umumnya memperoleh bentuknya yang sempurna dan secara
faal alat-alat kelamin tersebut sudah berfungsi secara sempurna
pula. Pada akhirnya dan peran perkembangan fisik mi akan
menjadi seorang pria yang berotot dan bekumis atau berjanggut
yang mampu menghasilkan beberapa ratus juta sel mani
(spermatozoa) setiap kali ia berejakulasi (memancarkan air mani),
atau wanita yang berpayudara dan berpinggul besar yang setiap
bulanya mengeluarkan sebuah sel telur dan indung-indungnya.

Undang-undang nomor 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak

menganggap semua orang di bawah umur 21 tahun dan belum menikah

sebagai anak-anak dan berhak mendapatkan perlakuan kemudian yang

diperuntukan bagi anak, perlindungan orang tua.

Berdasarkan pengklasifikasikan umur anak oleh beberapa ahli

tersebut, maka penulis dapat menggolongkan usia remaja pada saat

seseorang berusia 13 tahun sampai 21 tahun dengan alasan-alasan

sebagai berikut:

1. Pada usia 13-15 tahun umumnya remaja sudah duduk di bangku

sekolah lanjutan tingkat pertama, karena pada usia tersebut seorang

remaja mulai menginjak suatu masa kehidupan yang disebut masa

remaja awal.

12
2. Pada umumnya usia 18 tahun sampai mencapai usia 21 tahun

dikategorikan sebagai umur menjelang dewasa, apabila melanggar

hukum yang berlaku, maka penjatuhan pidananya Iebih ringan dan

perlakuan terhadap orang dewasa yang melanggar hukum.

D. Faktor Penyebab Terjadinya Kejahatan dan Upaya

Penanggulangannya

Kejahatan bukanlah suatu masalah baru bagi suatu bangsa.

Timbulnya kejahatan dapat dijumpai dalam berbagai faktor. Suatu faktor

dapat menimbulkan kriminalitas yang lain.

Pada dasarnya penyebab kejahatan dipengaruhi oleh dua faktor,

yaitu faktor intern dengan latar belakang biologisnya dan faktor ekstern

dengan latar belakang sosiologi.

1. Faktor Intern

Faktor intern adalah pengaruh yang timbul dan dalam tubuh

manusia itu sendiri untuk melakukan suatu kejahatan tanpa dipengaruhi

lingkungan sekitar atau motivasi yang timbul dan din seseorang untuk

melakukan kejahatan. Faktor intern ini menurut seorang pakar, yaitu Romli

Atmasasmita (1983:43), mengemukakan tiga faktor yaitu :

a. Faktor kelamin

Bahwa perbandingan kejahatan yang dilakukan oleh kaum lakilaki

dengan kaum perempuan berbanding 10:1, dimana 90% kejahatan

yang dilakukan oleh laki-laki dan 10% dilakukan oleh perempuan.

b. Faktor Psikologis

13
Bahwa banyak yang mengalami gangguan kejiwaan sehubungan

dengan perkembangan pribadi bagi para remaja.

c. Faktor Usia

Dimana usia seseorang dapat berpengaruh terhadap kematangan

berpikir.

Mengenai psikologis, Emil H. Tambunan (1982:47),

mengemukakan pendapatnya sebagai berikut:

Salah satu gangguan kejiwaan yang sering dialami oleh seorang

remaja adalah frustrasi atau kejengkelan sebagai adanya

hambatan untuk mencapai suatu keinginan. Umumnya manusia

yang frustasi cenderung menyalurkan keinginan melalui tindakan

yang negatif.

Sedangkan faktor usia menurut Bawangen (1977:183),

memberikan gambaran sebagai berikut:

Secara Iangsung atau tidak langsung usia memperlihatkan akibat

yang penting dalam banyak jenis kejahatan. Usia yang terlalu muda

masih banyak diliputi gejolak yang sulit dikendalikan sehingga

cenderung melakukan perbuatan yang melanggar norma hukum.

2. Faktor Ekstern

Faktor ekstern yaitu faktor yang timbul dan luar tubuh manusia.

Dapat timbul karena pengaruh lingkungan pendidikan, lingkungan

keluarga ataupun lingkungan pergaulan.

Dalam hubungannya dengan faktor lingkungan pendidikan, Romli

Atmasasmita (1983:53), menyatakan sebagai berikut:

14
Dari analisis statistic bahwa umumnya orang yang melakukan

kejahatan adalah berasal dan anak-anak yang sejak kecil tidak

mengecap pendidikan atau anak yang terbelakang pendidikannya.

Dari lingkungan pergaulan, Haru Saharjo (1980:53), menyatakan

sebagai berikut:

Kriminalitas manusia nasional adalah akibat dan faktor keturunan

maupun dan lingkungan, dimana kedua-duanya saling

mempengaruhi satu sama lain.

Sedangkan faktor lingkungan keluarga, Emil H. Tambunan

(1982:52), mengemukakan sebagai berikut:

Rumah tangga yang berantakan membuat anak merasa tidak


aman, lalu mengalami gangguan kejiwaan, sedangkan faktor
ekonomi yang mendorong suami isteri bekerja, menjadikan anak
tidak mendapat waktu dan kesempatan untuk diperhatikan,
akhirnya terjadi yang tidak diinginkan bagi perilaku seorang anak.

Dan uraian-uraian diatas dapatlah dipahami bahwa semua faktor

saling berkaitan bahkan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya.

Pada umumnya upaya penanggulangan kejahatan terdiri dan

upaya preventif dan represif. Upaya preventif adalah upaya yang

dilakukan untuk mencegah timbulnya kejahatan, dalam arti bahwa

peristiwa kejahatan itu belum terjadi. Sedangkan upaya represif adalah

suatu upaya penanggulangan kejahatan dengan mengambil tindakan

secara tegas untuk menindak pelaku-pelaku kejahatan.

E. Penyalahgunaan Narkotika

Begitu besar bahaya yang dapat ditimbulkan dalam

penyalahgunaan narkotika, sehingga dalam pasal 78 ayat (1) huruf (a)

Undang-undang Nomor 22 Tahun 1997, dikatakan :

15
Barang siapa tanpak hak dan melawan hukum, yaitu menanam,
memelihara, mempunyai dalam persediaan, memiliki, menyimpan
untuk dimiliki atau untuk persediaan, atau menguasai narkotika
golongan I bukan tanaman, dipidana dengan pidana penjara paling
lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp.
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Sedangkan pasal 82 ayat (1) huruf (a) Undang-undang Nomor 22

Tahun 1997 menyatakan :

Barang siapa tanpa hak dan melawan hukum dalam hal narkotika,
yaitu mengimpor, mengekspor, menawarkan untuk dijual,
menyalurkan, menjual, membeli, menyerahkan, menerima, menjadi
perantara dalam jual beli, atau menukar narkotika golongan I, di
pidana dengan pidana mati atau pidana penjara paling lama 20
(dua puluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00
(satu milyar rupiah).

Pasal 85 huruf (a) Undang-undang Nomor 22 Tahun 1997

dinyatakan :

Barang siapa tanpa hak dan melawan hukum menggunakan

narkotika golongan I bagi din sendiri, dipidana dengan pidana

penjara paling lama 4 (empat) tahun.

Undang-undang menemukan semua perbuatan dengan tanpa dan

melawan hukum untuk memakai, menyimpan, memiliki, mengimpor,

mengekspor, menawarkan untuk dijual, menyalurkan, menjual, membeli,

menyerahkan, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, atau menekar

narkotika golongan I karena sangat membahayakan dan berpengaruh

terhadap meningkatnya kriminalitas.

Apabila perbuatan-perbuatan tersebut dilakukan oleh seorang

dengan tanpa hak, dapat dikategorikan sebagai penyalahgunaan

16
narkotika suatu tindak pidana khusus yang dapat diancam dengan sanksi

hukum yang berat.

Sehubungan dengan itu perlu dirumuskan pengertian

penyalahgunaan narkotika, antara lain menurut Widjaya (1989:13), yaitu:

Penyalahgunaan narkotika diartikan tindakan atau perbuatan yang


tidak sebagaimana mestinya (menyimpang atau bertentangan
dengan seharusnva) mempergunakan narkotika secara berlebihan
(over dosis) sehingga membahayakan dirinya sendiri, baik fisik
maupun psikis. Atau apabila mereka menggunakan narkotika telah
pada taraf ketergantungan dan membahayakan dirinya.

Pengertian lain yang hampir senada dengan di atas, dikemukakan

oleh Yatim dan Irwanto (1985:5), sebagai berikut:

Penyalahgunaan obat (narkotika) adalah pemakaian obat secara


tetap yang bukan untuk pengobatan, atau yang digunakan tanpa
mengikuti aturan takaran yang seharusnya. Penyalahgunaan obat
ini, menimbulkan kerusakan fisik, mental, emosi, maupun sikap
hidup masyarakat.

Pengertian lain yang dinyatakan oleh ketua Umum DPP Grand

Hendry Yosodinigrat (2010:27), mengatakan bahwa pengguna narkotika

sangat banyak, dan hampir 1,5% penduduk Indonesia telah menjadi

pengguna narkotika.

Veronica Colondom (2010:27), selaku Ketua Umum Yayasan Cinta

Anak Bangsa mengatakan pengguna narkotika yang ada d Indonesia

khususnya pengguna narkotika dengan jarum suntik sangat mudah

tertular virus HIP/AIDS karena sering mengganti-ganti jarum suntik antara

sesama pemakai.

Komjen. PoI. Made Mangupastika (2010:27), selaku Ketua Umum

Pusat (BHN) Badan Narkotika Nasional mengatakan bahwa peredaran

17
narkotika sangat marak bukan hanya ditempat-tempat atau daerah rawan

penyebaran narkotika tetapi di dalam Iingkup Lapas juga terjadi peredaran

narkotika karena sebagian besar narapidana yang ada di Lapas hampir

60% kasus narkotika.

F. Jenis-jenis Narkotika dan Dampak Penyalahgunaan Narkotika

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997, narkotika

dibagi menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu :

1) Narkotika golongan I, terdiri dari:

a. Tanaman papaver somniverum L dan semua bagian-bagiannya

termasuk buah dan jeraminya, kecuali bijinya.

b. Opium mentah, yaitu getah yang membeku sendiri, diperoleh dan

buah tanaman Papaver Somniverum L yang hanya mengalami

pengolahan sekedar untuk pembungkus dan pengangkutan tanpa

memperhatikan kadar morfinnya.

c. Opium masak, terdiri dari:

1) Candu, has yang diperoleh dan opium mentah melalui suatu

rentetan pengolahan khususnya dengan pelarutan, pemanasan,

dan peragian dengan atau penambahan bahan-bahan lain,

dengan maksud mengubahnya menjadi suatu ekstrak yang

cocok untuk pemadatan.

2) Jicing, sisa-sisa dan candu setelah dihisap, tanpa

memperhatikan apakah candu itu dicampur dengan daun atau

bahan lain.

18
3) Jicingko, basil yang diperoleh dan pengolahan jicing.

d. Tanaman Kota, tanaman dan semua genus Erythroxylon dan

keluarga Erythroxylaceae termasuk buah dan bijinya.

e. Daun Koak, daun yang belum atau sudah dikeringkan atau dalam

bentuk serbuk dan semua tanaman genus erythroxylon dan

keluarga Erythroxylaceae yang menghasilkan kokain secara

langsung atau melalui perubahan kimia.

f. Kokain mentah, semua hasil-hasil yang diperoleh dan daun koka

yang dapat diolah secara langsung untuk mendapatkan kokaina.

g. Kokaina, metal ester-1 bensoil ekgonina.

h. Tanaman ganja, semua tanaman genius cannabis dan semua

bagian dan tanaman termasuk biji, buah, jerami, hasil olahan

tanaman ganja termasuk dammar ganja dan hasis.

i. Tetrahydrocannabinol, dan semua isomer serta semua bentuk

stereo kimianya.

j. Delta 9 tetrohydrocannabional dan semua bentuk stereo kimianya.

k. Asetorfina: 3-0 acetiltetrahidro-7a (i-hidrksi-1-metilbutil) -6, 1 4-

endeoteno-oripavina.

l. Acetil-Alfa metilfetanil: H-[i -(a-metilfenetil)-4-piperidil] asetanilida.

m. Alfa-metilfentanil, N-[1 -1 1-metil-2-(tienil) etil[-4 piperidil]

propionanlida.

n. Alfa-metiltiofentanhl: N-[1] 1 -metil-2(2-tienhl) etil[-4 piperdil]

propplonanlida.

19
o. Beta-hidroksi-3-metilpentanil: N[-beta-hidroksifenetil] -3-metil-4-

piperdil] proppionanilida.

p. Beta-hidroksi-3-metilpentanil : N-[1 -beta-hidroksifenetil] -3-metil -4-

piperidil] proppionanilida.

q. Desomorfine: dihhdrodeoksimorfhna.

r. Storfina:tetrahidro-7a-(1 -hidroksi-1 -metibutil)-6, 14-endo-eteno-

cripavina.

s. Heroina: diacetilmorfina.

t. Ketobemidona: 4- meta-hidroksifeni -1-metil -4-propionil piperidina

u. 3-metilfentanil: N-3 (-metil -1-1 fenetil -4-piperidil) proponanhlida

v. 3-mentiltiofennanil : N-3 [3-metil -1-[2-(2-tienil) etil] -4- piperidil]

proppionanlida.

w. M PPP: 1 -metil-4-fenhl-4-piperidinol-propianat (ester).

x. Para-fluorofentanil : 4’fluona -N-(1-fenetil -4-piperidil) propionanlida.

y. PEPAP : 1-fenetil -4- fenil-4 piperidinol asetar (ester)

z. Tiofentanil : N- [1 - - (2-tienil) etil -4-piperidd

2. Narkotika golingan II, terdiri dari :

1) Aifasentilmetadol AIfa-3-asetoksi-6-dimetil amino-4, 4-difenil-

hepatana.

2) Alfameprodina alfa-3-etii-1 -metii-4-fenhi amino-4 prop

plonoksipiperidina.

3) Alfamedtadol: alfa-l, 3-dimetii-4- fenil-4-propinoksipirperidina.

4) Alfaprodina: alfa-1, 3-dimeti! -4-fenil-4- propinoksipiperidina.

20
5) Alfentanil : N-i [1 -[2-94-etil-4, 5-dihidro-5-okso-1 H-tetrasol-i - iletil]-

4-(metoksimetil)-4- piperidinil] —N-fenilpropapnamida.

6) Alliiprodina: 3-aiiiI-1 -metil-4-fenit-4-propinoksipiperidina.

7) Aneliridina: asam i-para-aminmofenetil-4-fniipepiridina-4-karoksilat

etil ester.

8) Asetimitadol: 3-asetoksi-6-dimetiiamino-4, 4-difeniiheptana.

9) Benzetidin: asam 1 -(2-benziloksietii)-4- feniipiperidina-4-

karboksiiat etil ester.

10) Benziimorfina: 3-benzilforfina.

11) Betameproddina: beta-3-etil-1 -metil-4-fenil-4-

proplonoksipeperidna.

12) Betametadol: beta-6-dimetiiamino-4, 4-difenii-3-heptano.

13) Betaprodina: beta-i, 3-dimetil-4-fenii-4-propionoksipiperidina.

14) Betasentilimetadol: beta-3-asetoksi-6-dimetilamino-4,

difenilheptana.

15) Bezitramida: 1 -(3-siano-3, 3-difenilpropil)-4-(2-okso-3-propionil-1

-benzimidazolinhl)-piperid ma.

16) Dekstomoramida: (+)-4-[2-(metal-4-okso-3, 3-definil-4-(1 -

pirolidinhl) butyl]-morfilhna.

17) Diampromida: N-[2-(metilfenetilamino) propel] propiananilida.

18) Dietiliambutena: 3-dietilamino-1, 1 -di-(2-tienhl) -1-butena.

19) Difoksilat: asam 1-(3-siano-3, 3-difenilpropil)-4-fenhlpiperidina-4-

karboksilat etil ester.

21
20) Difenoksin: salam 1-(3-siano-3, 3-difenilpropil), 4-

tenilisionipekotik.

21) Dihidromorfina.

22) Dmefeptanol: 6-dimetilamino-4, 4-difenil-3-heptanol.

23) Dimenoksadol: 2-dimetilaminoetil-1-estosi-1, 1-difenilasetat.

24) Dimetiltiambutena: 3-dimetilamino-1, 1 -di-(2’tienil)-l -butena.

25) Dioksafetil butirat: etil-4-morfolino-2, 2-difenibutirat.

26) Dipipanona: 4, 4-difenil-6-piperidina-3-heptanona.

27) Drotebanol: 3, 4-dimoteksi-17-metiImortinan-6’, 14-diol.

28) Ekgonina, termasuk ester dan derivatnya yang setara dengan

ekgonina dan kokaina.

29) Etilmetitiambutena: 3-etilmatilamino-1, 1-di-(2’tienil)-1 -butena.

30) 30) Etokseridina : asam 1-[2-(2-hidrisietoksi)-eti]-4-feniipiperidina

-4-karboksilat etil ester.

31) Etonitazena:1-dietiIaminoetiI-2-para-etoksbenziI-5-

nitrobenzimidazol.

32) Furetidinal : asal -.1 -(2-tetrahidrofurfuriloksietil)-4- fenilpiperidina-

4-karboksilat etil ester.

33) Hidrokodona : dihidrokodeinona.

34) Hodroksipetid ma: asam-4-meta-hidroksifenil-1 –metUpiperidina -

4-karboksilat etil ester.

35) Hidromorfino: 14-hid roksidihidromorfina.

36) Hidromorfona: dihidromorfinona.

22
37) Isometadona: 6-dimetilamino-5-metil-4, 4-d ifenil-3- heksanona.

38) Fenadoksona: 6-morfolino-4, 4-difenil-3-heptanona.

39) Fenampromida: N-(1-metil-2-piperidinoetil) propionanilida.

40) Fenazosina: 2’hidroksi-5, 9-dimetil-2-fenetil-6, 7- benzomorfan.

41) Fenomorfan: 3-hidroksi-N-Nfenitilmorfinan.

42) Fenoperid ma: asam 1 -(3-hid roksi-3-fenilpropil)-4-

fenilpiperidina-4-karboksilat etil ester.

43) Fentanil: 1-fenetil-4-N-propionilanilinopperidina.

44) Klonitazena: 2-para-klorbenzil-1 -dietilaminoetil-5-

nitrobenzimidazoI.

45) Kodeksima: dihidrokodelnona-6-karboksimetiloksima.

46) Levofenasimorfan: (1)-3-hidroksi-N-fenisilmorfinan.

47) Levomoramida: (-)-4-[2-metil-4-okso-3, 3-d ifenil-4-(1 - pirodinil)-

butil] morfolina.

48) Levometorfan: (-)-3-metoksi-N-metilmorfinan.

49) Levorfanol: (-)-3-hidroksi-N-metilmofrinan.

50) Metadona: 6-dimetilamino-4, 4-difenil-3-heptanona.

51) Metadona intermediate: 4-siano-2-dimetilamino-4, 4difenilbutana.

52) Metazozina: 2’-hidroksi-2.5.9-trimetil-6, 7-benzomorfan.

53) Metildesorfina: 6-metil-delta-6-dioksimorfina.

54) Metildihidromorfina: 6-metildihidromorfina.

55) Metopon: 5-metildihiromorfina.

56) Mirofina: miristilbenzilmorfina.

23
57) Moramida intermediate: asam (2-metil-3-morfolino-1, 1-

difenilpropana karboksilat.

58) Morferid ma: asam 1-(2-morfolionetil)-4-fenilpiperidina-4-

karboksilat etil ester.

59) Morfina-N-oksida.

60) Morfin metobromida dan turunan morfinanitrogen pentafalen

Iainnya termasuk bagian turunan morfina-N-oksida, salah

satunya kodeina-N-oksida.

61) Morfina

62) Nikomorfina: 3,6-dinikotilmorfina.

63) Norasimetadol: (-f-)-alfa-3-asetoksi-6-metilamino-4, 4-

difenilheptana.

64) Norlevorfanol: (-)-3-hidriksimorfinan.

65) Normetadona: 6-dimetilamino-4, 4-difenil-3-heksanona.

66) Nomofinal: dimetHmorfina atau N-dimetilatedmorfina.

67) Norpipanona: 4,4-difenil-6-piperidina-3-heksanoria.

68) Oksikodona: 14-hidroksidihidrokodeinona.

69) Oksimorfona: 14-hidroksididrokodeinona.

70) Opium

71) Petidina intermediate A: 4-siano-1 -metil-4-fenilpiperidana.

72) Petidina intermediate B: asam 4-fenhlppeidina-4-karboksilat etil

ester.

24
73) Petidina intermediate C: asam 1-metil-4-fenilpiperidina-4-

karboksilat.

74) Petidina: asam 1 -metil-4-fenilpiperidina-4-karboksilat etil ester.

75) Piminodina: asam 4- fenil -1- (3 - fenilaminopropil) – pepiridina –

4 – karboksilat etil ester.

76) Piridtramida: asam 1-(3-siano-3, 3.-difenilpropil-4-(1-piperidi- no)-

piperidina-4-karboksilat amida).

77) Proheptasina: 1, 3-dimeditl-4-fenil-4- propionoksiazasikloheptana.

78) Properidma: asam 1 -metil-4-fenilpiperidina-4-karboksilat

isopropyl ester.

79) Rasemetorfan: (-4-)-3-metoksi-N-metilmorfina.

80) Rasemoramida: (÷)-4-[2-metil-4-okso-3,3-difenil-4-(pirolidinil)-

butill-morfolina.

81) Resemorfan: (-i-)-3-hidroksi-N-metilmofinan.

82) Sufentanit: N-[4-(metoksimetil)-1 -[2-(2-tienil)-etil]-4- piperidil]

propionanilida.

83) Tebaina

84) Tebakon: asetildihidrokodeinona

85) Tilidina: (±)-etil-trans-2-(dimetilamino)-1 -fenil-3-sikloheksina-1-

karboksilat.

86) Trimeperidina: 1 ,2,5-trimeil-4-fenil-4-propionoksipiperidina.

87) Garam-garam dan narkotika dalam golongan tersebut di atas.

3. Narkotika Golongan III, terdiri dari :

25
1) Asetildihidrokodeina

2) Dekstropropoksifena: a-(±)-4-dimetilamino-1 ,2-difenil-3-metil-2- b

uta no Ip rop ion at.

3) Dihidrokodeina

4) Etil morfina: 3-etil morfina

5) Kodeina: 3-etil morfina

6) Nikodekodina: 6-nokotinildihidrokodeina

7) Nikokodina: N-dimetilkodeina.

8) Norkodeina: N-dimetiklkodeina

9) Polkodeina: N-(1-metil-2-piperidionetil)-N-2-piridilpropiona-mida

10) Garam-garam dan narkotika dalam golongan tersebut di atas.

11) Campuran atau sediaan opium dengan bahan lain bukan

narkotika

12) Campuran atau sediaan difenoksin dengan bahan-bahan lain

bukan narkotika.

13) Campuran atau sediaan difenoksilat dengan bahan lain bukan

narkotika.

Adapun dampak memakai narkotika sebenarnya banyak sekali,

diantaranya adalah otak tidak berfungsi sebagaimana mestinya, organ

didalam tubuh rusak, impotent pada pria, gangguan haid dan alat

reproduksi pada wanita, HIV/AIDS dan yang paling mengerikan adalah

kematian. Jika seorang pecandu tidak memakai narkotika maka seluruh

tubuh sangat sakit sekali.

26
Seorang pecandu sangat besar sekali kemungkinannya tertular

HIV/AIDS. Karena kadang kala mereka menggunakan alat suntik secara

bersamaan dengan seseorang yang sudah terkena HIV/AIDS.

Dan bagi seorang pecandu wanita jikalau mereka tidak rnempunyai

uang untuk membeli narkotika, kadang kala mereka mempergunakan

tubuh mereka untuk mendapatkannya. Mereka melakukan hubungan seks

bebas untuk mendapatkan narkotika. Hal mi bisa menyebabkan seorang

pecandu terkena HIV/AIDS. Dan jika mereka masih menggunakan

narkotika ketika mengandung anak, kemungkinan besar anak yang

dilahirkannya akan mengalami kecanduan juga.

Karena seorang pecandu terus menerus mengkonsumsi narkotika

maka dapat mengakibatkan berbagai sistem di dalam tubuh menjadi rusak

atau tidak bekerja sebagaimana mestinya. Dikarenakan seorang pecandu

sering kali tidak merasa puas maka pecandu akan menambah terus dosis

yang dipakainya. Hal ini bisa menyebabkan seorang pecandu mengalami

over dosis dan meninggal dunia.

Sebenarnya masih banyak sekali dampak negatif atau akibat yang

ditimbulkan karena memakai narkotika dan jikalau dijelaskan satu persatu

akan menghabiskan berlembar-lembar halaman.

kematian. Jika seorang pecandu tidak memakai narkotika maka

seluruh tubuh sangat sakit sekali.

27
Seorang pecandu sar1gat besar sekali kemungkinannya tertular

HIV/AIDS. Karena kadang kala mereka menggunakan alat suntik secara

bersamaan dengan seseorang yang sudah terkena HIV/AIDS.

Dan bagi seorang pecandu wanita jikalau mereka tidak rnempunyai

uang untuk membeli narkotika, kadang kala mereka mempergunakan

tubuh mereka untuk mendapatkannya. Mereka melakukan hubungan seks

bebas untuk mendapatkan narkotika. Hal mi bisa menyebabkan seorang

pecandu terkena HIV/AIDS. Dan jika mereka masih menggunakan

narkotika ketika mengandung anak, kemungkinan besar anak yang

dilahirkannya akan mengalami kecanduan juga.

Karena seorang pecandu terus menerus mengkonsumsi narkotika

maka dapat mengakibatkan berbagai sistem di dalam tubuh menjadi rusak

atau tidak bekerja sebagaimana mestinya. Dikarenakan seorang pecandu

sering kali tidak merasa puas maka pecandu akan menambah terus dosis

yang dipakainya. Hal mi bisa menyebabkan seorang pecandu mengalami

over dosis dan meninggal dunia.

Sebenarnya masih banyak sekali dampak negatif atau akibat yang

ditimbulkan karena memakai narkotika dan jikalau dijelaskan satu persatu

akan menghabiskan berlembar-lembar halaman.

28
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Makassar di Kantor Kepolisian

Kota Makassar dan lembaga pemasyarakatan Kota Makassar. Dipilihnya

lokasi penelitian mi dengan pertimbangan bahwa sering terjadi

penyalahgunaan narkotika di kalangan remaja.

B. Pendekatan, Sifat dan Tipe Penelitian

1. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian mi adalah

pendekatan kriminologi dan psikologi perkembangan remaja.

2. Sifat penelitian mi adalah deskriptif yang mana dalam menguraikan

tentang perkembangan kasus penyalahgunaan narkotika di Kota

Makassar selama lima tahun terakhir ini.

3. Tipe penelitian adalah menelaah secara normative yaitu Iebih

ditekankan bagaimana upaya penanggulangan terhadap

penyalahgunaan narkotika dan penerapan hukum sebagai

konsekwensi baginya akan memberikan sanksi bagi siapa saja

yang melakukan penyalahgunaan narkotika di Kota Makassar.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi dalam penelitian ini adalah sebuah elemen yang ada di

Kepolisian dan Lembaga Pemasyarakatan Makassar, yang dalam

hal mi merupakan subjek penelitian itu sendiri.

29
2. Sampel penelitian adalah yang diambil dan bagian dan populasi

yang dianggap dapat mewakili dan total atau keseluruhan populasi

yang ada, kemudian cara pengambilan adalah dengan cara acak

(random) dengan pimpinan kedua instansi sebagai lokasi penelitian

D. Jenis dan Sumber Data

1. Data primer, yaitu data yang diambil Iangsung dan sumber data.

Dalam hal mi pihak kepolisian dan pihak lembaga pemasyarakatan

Makassar dan korban narkotika itu sendiri.

2. Data sekunder, yaitu data yang bersumber dan buku-buku,

majalah, surat kabar, dan peraturan perundang-undangan serta

bahan-bahan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan

pembahasan ini.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Dengan cara penelitian pustaka (library research) yaitu penelitian

yang dilakukan menganalisa dan mengkaji buku-buku dan bahan-

bahan yang berkaitan dengan penyalahgunaan narkotika dan

perkembangan jiwa remaja.

2. Penelitian lapang (field research) dengan cara wawancara

langsung kepada responden yang ada dilapangan atau lokasi

penelitian.

F. Analisis Data

Sudah barang tentu setelah dapat diperoleh maka penulis

melakukan pengolahan baik data primer maupun data sekunder.

30
Pengolahan data mi menggunakan teknik kualitatif dan kuantitatif yang di

satu pihak akan menggunakan telaah normative sebagai landasan

hukum/teori, dan di pihak lain menggunakan tabulasi.

31
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Faktor penyebab terjadinya penyalahgunaan narkotika dan


pengaruhnya terhadap pertumbuhan jiwa remaja di Kota
Makassar

Faktor-faktor yang mendorong seseorang untuk berbuat dinamakan

motivasi. Motivasi berarti kecenderungan untuk bergerak, dalam hal ini

pendorong untuk berbuat sesuatu tak terkecuali penyalah gunaan

narkotika dikalangan remaja.

Motivasi dari penyalahgunaan narkotika dikalangan remaja

khususnya di Kota Makassar dari hasil penelitian, pengamatan dan

wawancara penulis dengan pihak kepolisian Polres Kota Makassar bahwa

pada dasarnya disebabkan oleh 2 (dua) macam bentuk motifasi intern

motivasi ekstern dengan masing-masing faktor-faktor penyebabnya.

1. Motivasi Intern

Motivasi intern adalah motivasi yang timbul dari dalam diri

seseorang untuk melakukan suatu perbuatan. Lingkup motivasi intern ini

dalam kaitannya dengan penyalahgunaan narkotika dikalangan remaja

adalah disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:

a. Faktor usia remaja

Dalam hal ini masih kita jumpai kebanyakan anak ynag

melakukan kenakalan berupa penyalahgunaan narkotika adalah

dibawah usia 21 tahun karena pada masa ini adalah masa peralihan

dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

32
Pada masa perkembangan, jiwa mereka mempunyai sifat-sifat :

- Ingin diperhatikan

- Senang berfantasi

- Mengandalkan rasa “akunya”

- Ingin mengetahui masalah seksual dan lain sebagainya.

Tabel 1 Populasi pelaku penyalahgunaan narkotika dari data perkara


yang kelembaga pemasyarakatan Kota Makassar dari tahun
2010-2014

Tahun
Status Umur Jumlah
2010 2011 2012 2013 2014
Dewasa > 22 Thn 2 2 3 4 5 16
Remaja 13-21 Thn 2 4 5 6 7 24
Anak-anak 1-12 Thn - - - - - -
Total 4 6 8 10 12 40
Sumber : Lembaga Permasyarakatan Kota Makassar.

Berdasarkan tabel tersebut, maka dapat dilihat bahwa kasus

penyalahgunaan narkotika di Kota Makassar sebagian besar dilakukan

oleh remaja dibawah umur 21 tahun. Kondisi ini sangat

memprihatinkan, karena remaja diharapkan sebagai generasi yang

dapat melanjutkan cita-cita perjuangan bangsa justru terjebak dalam

kondisi ini.

b. Faktor Kepribadian

Berbicara tentang kepribadian, sebenarnya kita telah melibatkan

diri pada masalah psikologi. Kepribadian adalah suatu totalitas

terorganisir dari disposisi-disposisi psikis manusia yang indifidual, yang

memberikan kemungkinan untuk membedakan ciri-cirinya yang umum

33
dengan pribadi lainnya dan mempunyai aspek-aspek yang saling yang

saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya.

Individu ini berarti bahwa setiap orang itu mempunyai

kepribadian sendiri yang khas, yang tidak identik dengan orang lain,

yang dapat tidak dapat diganti atau disubtitusikan oleh orang lain. Jadi

ada ciri-ciri atau sifat indifidual pada aspek psikisnya yang bisa

membedakan dirinya dengan orang lain.

Dalam menyoroti pribadi remaja yang melakukan

penyalahgunaan narkotika di Kota Makassar, ada 6 (enam) faktor

kepribadian remaja yang menyebabkan mereka menyalahgunakan

narkotika, yaitu:

1) Rendah diri, rasa rendah diri dalam pergaulan masyarakat, karena

tidak dapat mengatasi perasaan tersebut maka untuk menutupi

kekurangan dan agar dapat menunjukkan eksistensi dirinya

kemudian melakukan dengan cara menyalahgunakan narkotika,

sehingga dapat merasa mendapatkan apa yang diangan-angankan

antara lebih aktif, lebih berani, dan sebagainya.

2) Emosional, emosi remaja pada umumnya masih labil apalagi masa

pubertas, pada masa-masa tersebut biasanya ingin lepas dari

ikatan aturan-aturan yang diberlakukan oleh orang tuanya, disisi

lain masuk ada ketergantungan dengan orang tua untuk memenuhi

kebutuhan pribadinya, sehingga hal itu berakibat timbulnya konflik

pribadi tersebut ia mencari pelarian dengan menyalahgunakan

34
narkotika dengan tujuan untuk mengurangi ketegangan atau agar

lebih berani menentang kehendak dan aturan yang diberikan oleh

orang tuanya.

3) Mental, lemahnya mental seseorang akan mudah untuk

dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya untuk bertindak dan atau

berbuat hal-hal yang negatif, sehingga pada gilirannya tanpa terasa

bahwa dirinya telah terjerumus dalam penyalahgunaan narkotika,

karena hal itu apabila tidak dilakukan dirinya merasa tidak dapat

mengimbangi perilaku dalam lingkungan dan dirinya merasa

diasingkan.

4) Konflik batiniyah, yaitu bertentangan antara dorongan infantile ke

kanak-kanak melawan pertimbangan yang rasional dan kemudian

terjadilah banyak ketegangan jiwa dan kecemasan sehingga akan

menghambat atau membelokan adaptasi anak terhadap tuntutan

lingkungan.

5) Pemaksaan intra psikis yang keliru terhadap segala pengalaman

sehingga terjadi harapan palsu, frustasi, ilusi, kecemasan yang

bersifat semu, tetapi dihayati oleh anak sebagai kenyataan

akibatnya anak beraksi dengan pola tingkah laku yang salah antara

lain mudah putus asa, aptiesme, agresi gejala-gejala ngamuk, ingin

mencoba hal-hal yang berbeda, dan lain-lain.

6) Menggunakan reaksi frustasi negatif lewat cara-cara penyelesaian

yang tidak rasional (mekanisme pelarian dan pembelaan diri yang

salah).

35
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat frekuensi terjadinya

penyalahgunaan narkotika berdasarkan bulan dan tahun di Kota

Makassar 2010-2014.

Tabel 2. Frekuensi Terjadinya Penyalahgunaan Narkotika di Kota


Makassar dari tahun 2010-2014.
Tahun
Umur Jumlah
2010 2011 2012 2013 2014
Januari - - - 1 - 1
Februari 1 - - - 1 2
Maret - 1 1 1 - 3
April 1 - - 2 2 5
Mei - 1 2 1 1 5
Juni - - - 1 - 1
Juli - 1 1 - - 2
Agustus 1 - - - 2 3
September - 2 2 2 1 7
Oktober - 1 - - - 1
November - - 1 - 1 2
April 2 1 1 2 2 8
Total 5 7 8 10 10 40
Sumber : Lembaga Permasyarakatan Kota Makassar.

c. Faktor rendahnya taraf kepatutan terhadap agama

Tidak dapat disangkal lagi, bahwa agama mempunyai peranan

penting dalam kehidupan manusia, dalam hal ini dikhususkan bagi

remaja. Agama merupakan wadah yang tinggi nilainya dalam usaha

memerangi tingkat kenakalan remaja khususnya penyalahgunaan

narkotika. Jika kita mengamati kehidupan para remaja yang

menyalahgunakan narkotika, mereka pada dasarnya terdiri dari

remaja-remaja yang mempunyai agama, tetapi mereka telah luntur

warga agamanya, mengabaikan kehidupan beragama dan bergerak

mengikuti hawa nafsu untuk melakukan atau berbuat tindakan tercela

dengan melakukan penyalahgunaan narkotika, sehingga dengan

36
sendirinya termotivasi untuk melakukan hal-hal yang dilarang baik oleh

agama maupun peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Motivasi Ekstern

Yang dimaksud dengan motivasi ekstern adalah motivasi yang

timbul karena pengaruh dari luar si pelaku. Motivasi ekstern dari tindakan

penyalahgunaan narkotika di kalangan remaja di Kota Makassar dari

tahun 2010-2014 adalah:

a. Faktor lingkungan sosial

Manusia sebagai makhluk sosial, tidak terlepas dari

lingkungannya, oleh karena itu baik buruk tingkah laku seseorang

tergantung lingkungannya, dan masalah lingkungan sosial sangatlah

besar pengaruhnya terhadap pembentukan jiwa seorang anak.

Dari hasil wawancara penulis dengan pihak Kepolisian Kota

Makassar yaitu Bapak AKP. Mursalim Awi pada tanggal 16 Maret 2015

dikatakan bahwa ada 6 (enam) faktor lingkungan sosial yang

menyebabkan remaja menyalahgunakan narkotika, yaitu:

 Motif ingin tahu, bahwa remaja mempunyai sifat selalu ingin tahu

segala sesuatu dan ingin mencoba sesuatu yang belum atau

kurang diketahui dampak negatifnya. Misalnya: ingin tahu rasanya

narkotika.

 Kesempatan, karena kesibukan kedua orang tua maupun keluarga

dengan kegiatannya masing-masing atau akibat broken home,

kurang kasih saying, dan sebagainya, maka dalam kesempatan

37
tersebut kalangan remaja berupaya mencari pelarian dengan cara

menyalahgunakan narkotika.

 Saran dan prasarana, sebagai rasa ungkapan kasih saying

terhadap putra putrinya terkadang orang tua memberikan fasilitas

dan uang yang berlebihan, namun hal itu disalahgunakan untuk

memuaskan segala keingintahuan dirinya antara lain berawal dari

minuman keras kemudian menggunakan narkotika.

 Pengaruh dari kawan sepermainan.

 Pengaruh lingkungan sekolah, misalnya kondisi sekolah, keadaan

guru, dan sistem pengajaran yang tidak menguntungkan, akan

menyebabkan anak cepat bosan sehingga lingkungan sekolah tidak

menarik perhatikannya. Akibatnya mereka melakukan pelarian

dengan cara menyalahgunakan narkotika.

 Pengaruh sosial ekonomi, bisa merupakan salah satu pendorong

untuk mengarahkan remaja melakukan penyalahgunaan narkotika.

b. Faktor lingkungan keluarga

Keluarga merupakan kesatuan dari masyarakat kecil yang

mempunyai motivasi dan tujuan hidup tertentu dimana dalam suatu

keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anaknya mempunyai

fungsi dan tanggung jawab yang saling mengisi baik eksistensi

maupun keselamatan dari persekutuan hidup.

Keluarga merupakan fundamen yang pertama dan utama bagi

pembentukan jiwa anak. Apabila lingkungan keluarga itu tidak

38
berfungsi secara wajar maka akan menimbulkan keadaan secara

potensial menghasilkan anak-anak nakal antara lain:

1) Rumah tangga yang berantakan (broken home)

2) Orang tua selalu memanjakan anak

3) Pendidikan anak yang kurang perhatian

c. Faktor Pergaulan

Penyalahgunaan narkotika oleh para remaja yang dapat

membawa mereka dalam kecanduan dan ketergantungan tidak dapat

terlepas dari lingkungan pergaulannya. Artinya saat pertama remaja

mengenal dan mencoba narkotika dan dimana obat-obat terkutuk itu

mereka temukan adalah ditengah pergaulan (pada pertemuan) dan

ditempat-tempat tertentu yang oleh kelompok kecil pecandu dikenal

dengan baik.

Nampak penyalahgunaan narkotika di kalangan remaja adalah

suatu pergaulan khusus dan diam-diam, antara pecandu ditengah

suatu pergaulan masyarakat luas yang mungkin acuh atau tidak begitu

mudah untuk mengetahui apa yang sedang mereka lakukan.

Jelaslah bahwa remaja-remaja pecandu narkotika hidup dalam

dunia pergaulan tersendiri, lepas dari lingkungan pergaulan yang

wajar. Mereka dipaksa oleh pengaruh narkotika untuk tidak peduli

dengan norma-norma dan nilai-nilai pergaulan hidup yang sebenarnya

telah dianut sejak masa kanak-kanak dalam asuhan orang tua dan

kekerabatan harmonis lingkungan terdekatnya (para tetangga dan

39
sekolah). Tetapi disamping daya paksa narkotika menarik remaja

kedunia tersendiri, lingkungannya mencari narkotika untuk memasuki

ketersendirian. Mereka yang dalam keadaan itu dapat diklasifikasikan

dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu:

1) Remaja yang ingin mengalami daya kerja narkotika

2) Remaja yang ingin menjauhi realitas

3) Remaja yang ingin mengubah kepribadiannya

Remaja yang demikian berpendirian bahwa hal-hal tersebut

dapat dilakukan melalui penyalahgunaan narkotika. Bahwa narkotika

bisa memiliki daya tersebut juga didengarnya dari teman-temannya.

Lingkungan pergaulan khusus para pecandu narkotika senantiasa ada

karena pengedar narkotika gelap dengan sindikatnya senantiasa

mencari korban, dan pengaruh dari lingkungan pergaulan

mempengaruhi keadaan remaja tertentu yang malahan mencari

narkotika untuk berbagai tujuan di atas. Maka ditengah lingkungan

pergaulan dimana remaja dengan aneka kondisi identitas berada

didalamnya terjadi penawaran dna permintaan (supply and demand)

yang sukar dihentikan, karena yang berusaha menawarkan dengan

cara paksa dan licin yaitu para pengedar gelap, melakukan dengan

motivasi yang kuat. Sebaliknya dalam lingkungan pergaulan ada

remaja-remaja yang potensial untuk menjadi pecandu malahan

merupakan konsumen yang mencari-cari narkotika.

40
Dari uraian diatas dapatlah digarisbawahi bahwa masalah-

masalah dalam lingkungan pergaulan dan operasi daripada produsen

dan pengedar gelap narkotika membentuk pasar yang mempertautkan

permintaan dan penawaran narkotika, sehingga berlangsunglah

kelompok pergaulan khusus agar remaja-remaja tertentu yang acuh

terhadap segalanya termasuk hidup pribadinya, kecuali “mustika” yang

tiap saat diidamkannya yaitu narkotika dalam berbagai jenisnya yang

telah melekat mulai dari yang agak lemah sampai jenis yang terkuat.

Adapun faktor-faktor penyebab terjadi penyalahgunaan

narkotika dikalangan remaja di Kota Makassar berdasarkan hasil

wawancara penulis dengan beberapa pihak di Pengadilan Negeri Kota

Makassar pada tanggal 16 Maret 2015 dikatakan bahwa ada banyak

sekali sebab-sebab penyalahgunaan narkotika, antara lain:

1) Merupakan reaksi permusuhan terhadap masyarakat luas.

2) Kurangnya informasi masalah bahaya penyalahgunaan narkotika

kepada masyarakat khususnya remaja sehingga banyak isu-isu

yang dilontarkan oleh pihak-pihak tertentu untuk mencoba

narkotika.

3) Kebijaksanaan dalam hal pariwisata membuat bebasnya wisatawan

masuk yang memungkinkan disertai membawa barang-barang

haram.

4) Harga dipasaran gelap untuk jenis narkotika yang terjangkau

dikalangan menengah keatas.

41
5) Kemudahan untuk mendapatkan narkotika dipasaran gelap.

6) Kurangnya pengketatan dan pengawasan izin usaha tempat

hiburan.

7) Pertumbuhan ekonomi yang meningkat mendorong untuk berfoya-

foya.

8) Untuk memperoleh pengalaman dari mempergunakan narkotika,

ingin tahu bagaimana rasanya.

9) Akibat perubahan tingkahlaku selama masa puber

10) Untuk mencari arti daripada hidup, menurut pendapat si pemakai

(dalam keadaan bimbang).

11) Untuk mengisi kekosongan dari perasaan bosan, karena

kurangnya aktivitas dan kesibukan.

12) Sebagai suatu cara untuk mengatasi stress frustasi.

13) Ingin masuk kedalam pergaulan yang ada

14) Ketidakmampuan berinteraksi pada kondisi sosial, emosi, dan

pribadi masing-masing.

15) Lingkungan sekolah yang rawan, seperti sekolah yang dekat

pusat perbelanjaan, dekat terminat, dilingkungan kumuh, dan

sebagainya.

16) Merasa mempunyai kekurangan.

17) Menghindari atau melarikan diri dari masalah.

18) Sebagai tindakan untuk menunjukkan protes dan melawan

sesuatu otoritas terhadap orang tua, guru, norma-norma, dan

sebagainya.

42
19) Untuk membuktikan keberanian dan melakukan tindakan-

tindakan yang berbahaya seperti ngebut, berkelahi, dan lain-lain.

20) Untuk menghilangkan rasa kesepian dengan maksud

mendapatkan pengalaman-pengalaman emosionil.

21) Sebagai pernyataan dirinya hebat atau sudah dewasa.

22) Ketidakadaan tantangan dalam hidup ini.

23) Sebagai perubahan nilai kehidupan yang menganggap

menggunakan narkotika sebagai suatu gaya hidp sekarang.

24) Menyukai efek yang terjadi pada dirinya.

25) Pola hidup konsumtif masyarakat kota-kota besar yang ingin

mencoba-coba sesuatu yang baru.

26) Akibat lamanya masa pendidikan, maka timbul suatu tantangan

dapat berdiri sendiri.

27) Keluarga yang broken home, miskin, konflik antara orang tua dan

anak, kesibukan orang tua, komunikasi satu arah dan tidak

terbukanya dalam suatu keluarga.

28) Ingin menikmati hal-hal yang baru dan berbahaya.

29) Akibat kegagalan dalam pencintaan, gagal dalam karir.

30) Pribadi yang lemah, orang yang tidak dapat menghadapi realita

hidup.

31) Rasa keingintahuan dari tawaran orang lain yang sudah lebih

dulu menjadi korban narkotika.

32) Tidak adanya percaya diri.

43
33) Mudahnya mendapat barang narkotika itu sendiri.

34) Semakin menjamurnya tempat-tempat hiburan malam diberbagai

pelosok yang disinyalir merupakan tempat transaksi narkotika.

35) Mudah terpengaruh pada orang lain, mudah kecewa, kecemasan,

depresi, dan cepat bosan.

36) Pengertian yang salah terhadap human right serta kebebasan

manusia.

37) Pelarian dari kesusahan.

38) Ingin mendemonstrasikan kedewasaan, ingin mengembangkan

kreatifitas kemampuan, misalnya pada pemain musik dan

sandiwara.

39) Adanya penyakit-penyakit mental jiwa.

40) Untuk mempermudah penyaluran perbuatan seks.

41) Untuk rasa kesetiakawanan.

42) Dan lain-lain.

B. Dampak Penyalahgunaan Narkotika Terhadap Perkembangan


Jiwa Remaja dan Upaya-upaya Untuk Menanggulangi
Penyalahgunaan Narkotika Di Kalangan Remaja di Kota Makassar

1. Dampak Penyalahgunaan Narkotika Terhadap Perkembangan


Jiwa Remaja

Adapun dampak pemakai narkotika sebenarnya banyak sekali,

diantaranya adalah otak tidak berfungsi sebagaimana mestinya, organ

dalam tubuh rusak, impotent pada pria, gangguan haid dan alat reproduksi

pada wanita, HIV/AIDS dan yang paling mengerikan adalah kematian.

44
Dampak yang paling menonjol pemakai narkotika di Kota Makassar

banyaknya para remaja memperlihatkan perubahan-perubahan mental

dan perilaku yang tidak seperti biasanya. Pengaruh terhadap

perkembangan jiwa remaja di Kota Makassar banyaknya remaja-remaja

pecandu narkotika hidup dalam dunia pergaulan sendiri, lepas dari

lingkungan pergaulan yang wajar. Mereka dipaksa oleh pengaruh

narkotika untuk tidak perduli dengan norma-norma dan nilai-nilai

pergaulan hidup yang sebenarnya telah dianut sejak masa kanak-kanak.

Nampak penyalahgunaan narkotika di Kota Makassar adalah suatu

pergaulan khusus dan diam-diam, antara pecandu ditengah suatu

pergaulan masyarakat luas yang mungkin acuh atau tidak begitu mudah

untuk mengetahui apa yang sedang mereka lakukan.

Remaja yang menggunakan narkotika di Kota Makassar dalam

kesehariannya mereka secara tidak sadar telah menjadi pencandu.

Adapun gejala-gejala yang ditimbulkan seperti munculnya halusinasi dan

delusi, perilaku maladatif, retardasi psikomotor, daya minat menurun,

depresi dan lain sebagainya. Remaja yang menggunakan narkotika di

Kota Makassar juga terjadi handaya (impairment), dalam fungsi sosial

atau pekerjaan, misalnya: perkelahian, kehilangan kawan-kawan, tidak

masuk sekolah/kerja, dikeluarkan dari sekolah (Drop Out), kehilangan

pekerjaan atau terlibat pelanggaran hukum (tindak kekerasan, perkosaan,

pembunuhan dan sejenisnya).

Remaja yang menggunakan narkotika di Kota Makassar tidak

hanya menimbulkan gejala gangguan mental dan perilaku tetapi dalam

jangka panjang dapat menimbulkan gangguan pada organ otak, liver, alat

pencernaan. Pankreas, otot, janin, endokrin, nutrisi, metabolisme dan

45
resiko kanker. Dalam penelitian yang penulis dapat bahwa sebagian besar

pengguna narkotika dalam jangka panjang mengalami penyakit dan

akhirnya meninggal dunia.

2. Upaya-upaya untuk menanggulangi penyalahgunaan narkotika di

dikalangan remaja di Kota Makassar

Sebelum penulis menguraikan upaya-upaya penanggulangan apa

saja yang diterapkan untuk menanggulangi penyalahgunaan narkotika,

maka terlebih dahulu penulis memberikan gambaran dengan tabel status

pendidikan jenis kelamin dan golongan umur, dan jumlah teman kelompok

sesama pemakai dan jumlah yang sudah meninggal pelaku

penyalahgunaan narkotika di Kota Makassar tahun 2010-2014.

Tabel 3. Keadaan dan status pendidikan pelaku penyalahgunaan


narkotika di Kota Makassar tahun 2010-2014.
Tahun
Status Pendidikan Jumlah
2010 2011 2012 2013 2014
Tidak pernah sekolah 1 2 4 6 3 16
Sekolah Dasar 3 1 2 3 2 11
SLPT 7 10 15 20 25 77
SMU 10 15 20 25 30 100
Perguruan Tinggi 5 2 1 5 7 37
TOTAL 26 38 51 59 67 241
Sumber : Lembaga Permasyarakatan Kota Makassar.

Tabel 4. Jumlah kasus menurut jenis kelamin dan golongan umur.

Golongan Umur (Thn) Laki-laki Perempuan Jumlah


14 – 18 23 6 29
19 – 23 46 6 52
24 – 28 13 3 16
29 – 33 2 - 2
34 - 1 - 1
TOTAL 85 15 100
Sumber : Lembaga Permasyarakatan Kota Makassar.

46
Dari data yang penulis peroleh di atas, maka dapat dilihat bahwa

usia yang rentang terhadap penyalahgunaan narkotika adalah kalangan

remaja, yaitu mereka yang duduk di bangku SLTP dan SMU, menurut

jenis kelamin dan golongan umur serta teman sepergaulannya sehari-hari

sehingga dapat digaris bahwa bahwa kalangan remaja adalah kelompok

masyarakat yang paling rawan terprofokasi oleh penyalahgunaan

narkotika.

Melihat kondisi di atas maka upaya-upaya penanggulangan

penyalahgunaan narkotika baik yang dilakukan oleh pemerintah, aparat

hukum, dan masyarakat luas sangat penting peranannya dalam rangka

mengurangi penyalahgunaan narkotika khususnya di kalangan remaja.

Untuk itu dibawah ini akan diuraikan upaya-upaya penanggulangan

penyalahgunaan narkotika berdasarkan pengamatan dan wawancara

penulis kepada pihak kantor Kepolisian Kota Makassar yaitu pada Bapak

Brigpol Jusman sebagai Kanit Narkoba pada tanggal 16 Maret 2015.

Mencegah terjadinya tindakan penyalahgunaan narkotika

dikalangan remaja adalah lebih baik daripada mencoba mendidik para

korban penyalahgunaan narkotika tersebut menjadi remaja yang baik-

baik. hal ini searah dengan falsafah dunia kedokteran yaitu “lebih baik

mencegah daripada mengobat”, kiranya demikian juga adanya dalam

dunia kriminologi, “lebih baik mencegah dari pada menghukum”.

Upaya-upaya yang ditempuh oleh pihak Kepolisian Kota Makassar

dalam menanggulangi penyalahgunaan narkotika dikalangan remaja yaitu

47
melakukan langkah-langkah pre-emtif, preventif, dan represif maupun

perawatan dan rehabilitasi para penderita penyalahgunaan narkotika,

yang dalam pelaksanaannya melibatkan Departemen dan instansi terkait

maupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sebagai berikut :

a. Upaya pre-emtif

Upaya pre-emtif adalah pencegahan secara dini melalui

kegiatan-kegiatan edukatif dengan sasaran mempengaruhi faktor-

faktor penyebab, pendorong, dan faktor peluang yang biasa disebut

dengan Faktor Korelatif Kriminologi (FKK) dari terjadinya pengguna

dan menciptakan suatu kesadaran dan kewaspadaan serta daya

tangkal guna terbinanya kondisi perilaku dan norma hidup bebas dari

penyalahgunaan narkotika dikalangan remaja yang mana secara

fungsional dan berkala memberikan penerangan terhadap pemuda

atau pelajar tentang bahaya penyalahgunaan narkotika.

Kegiatan ini pada dasarnya merupakan pembinaan dan

pengembangan lingkungan serta pengembangan sarana dan kegiatan

yang positif dimasyarakat dan bersama instansi terkait mengadakan

pengawasan terhadap pendistribusian obat keras tertentu khususnya

narkotika guna mencegah adanya kebocoran agar tidak terjadi

penyalahgunaan narkotika dikalangan remaja.

Lingkungan keluarga sangat besar peranannya dalam

mengantisipasi segala perbuatan yang dapat merusak kondisi keluarga

yang telah terbina dengan serasi dan harmonis disamping itu, sekolah

48
juga merupakan lingkungan yang sangat besar pengaruhnya bagi

perkembangan kepribadian remaja, baik untuk pengembangan ilmu

pengetahuan maupun pengaruh negatif dari sesama pelajar. Oleh

karena itu perlu terbina hubungan yang harmonis baik sesama pelajar

maupun antar pelajar dengan pengajar sehingga akan menghindari

bahkan akan menghilangkan peluang pengaruhi negatif untuk dapat

berkembang dilingkungan pelajar. Mengembangkan pengetahuan

kerohanian atau keagamaan dan pada saat-saat tertentu dilakukan

pengecekan terhadap murid untuk mengetahui apakah diantara

mereka telah menyalahgunakan narkotika. Selain itu dapat juga

dilakukan dengan cara memberikan penerangan terhadap

pemuda/pelajar tentang bahaya penyalahgunaan narkotika.

b. Upaya Preventif

Pencegahan lebih baik dari pada pemberantasan. Oleh karena

itu perlu dilakukan pengawasan dan pengendalian untuk mencegah

supply and demand agar tidak saling interaksi atau dengan kata lain

mencegah terjadinya Ancaman Faktual (AF).

Upaya preventif bukanlah semata-mata dibebankan kepada

polisi, namun juga melibatkan instansi terkait seperti bea dan cukai,

balai POM, guru, pemuka agama, dan tidak lepas dari dukungan

maupun peran serta masyarakat. Upaya preventif yang dilakukan oleh

polisi adalah:

1) Secara intensif dengan instansi terkait melakukan pengawasan

terhadap tempat-tempat yang diduga keras sebagai jalur lalu lintas

49
gelap narkotika seperti dipelabuhan laut dan udara yang menjadi

jalur masuknya para pendatang baik dalam negeri maupun luar

negeri.

2) Melakukan pengawasan secara rutin ditempat-tempat hiburan

malam seperti diskotik, pub, karaoke, night club, hotel-hotel.

3) Bekerjasama dengan para pendidik untuk melakukan pengawasan

terhadap sekolah-sekolah dan perguruan tinggi yang diduga telah

terjadi penyalahgunaan narkotika.

4) Meminta kepada instansi yang mempunyai kewenangan untuk

mencabut izin usaha terhadap pengusaha-pengusaha hiburan yang

melanggar ketentuan waktu membuka dan menutup kegiatannya,

terutama tempat hiburan yang diduga keras sebagai tempat

peredaran penyalahgunaan narkotika.

5) Pengendalian situasi khususnya yang menyangkut aspek budanya,

ekonomi, dan politik yang cenderung dapat merangsang terjadinya

penyalahgunaan narkotika dikalangan remaja.

6) Pembinaan atau bimbingan dan partisipasi masyarakat secara aktif

untuk menghindari penyalahgunaan tersebut dengan mengisi

kegiatan-kegiatan yang positif.

7) Melakukan operasi kepolisian dengan cara patroli, razia ditempat-

tempat yang dianggap rawan terjadinya penyalahgunaan narkotika.

8) Polisi dalam upaya mencegah penyalahgunaan narkotika bersama-

sama dengan instansi terkait melakukan penyuluhan terhadap

50
segala lapisan masyarakat baik secara langsung, melalui media

cetak maupun media elektronik.

c. Upaya Represif

Upaya represif adalah merupakan langkah terakhir yang harus

ditempuh apabila langkah-langkah melalui upaya pre-emtif dan

preventif tidak berhasil, upaya represif merupakan pemindahan

penegakkan hukum terhadap Ancaman Faktual (AF) yaitu terhadap

penyalahgunaan narkotika di kalangan remaja maupun efek yang

ditimbulkan daripada penyalahgunaan narkotika, melalui proses

penyidikan dengan mempedomani Undang-undang Republik Indonesia

Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara

Pidana dikaitkan dengan Undang-undang yang berkaitan dengan

tindak pidana yang terjadi.

Upaya regresif pada dasarnya adalah pemindahan terhadap

para pelaku yang melakukan tindak pidana pengedaran dan

penggunaan narkotika guna diproses sesuai hukum yang berlaku.

d. Rehabilitasi

Rehabilitasi merupakan usaha untuk menolong, merawat, dan

merehabilitasi korban penyalahgunaan narkotika dalam lembaga

tertentu, sehingga diharapkan para korban dapat kembali dalam

lingkungan masyarakat atau mendapatkan pekerjaan yang layak.

Dalam upaya penyembuhan dan pemulihan kondisi dari para

remaja penyalahgunaan narkotika di Kota Makassar, dewasa ini polisi

51
bekerjasama dengan lembaga-lembaga sosial masyarakat seperti

Geram (Gerakan Anti Madat) Granat (Gerakan Anti Narkotika), dan

lembaga-lembaga lainnya untuk melakukan pemulihan terhadap

korban penyalahgunaan narkotika di kalangan remaja. Hal ini sudah

dilakukan diberbagai tempat baik oleh lembawa swadaya masyarakat

dengan pendekatan berbagai disiplin ilmu ataupun oleh instansi-

instansi pemerintah seperti rumah sakit, Departemen kesehatan, dan

lain-lain.

Menurut Bapak AKP. Mursalim Awi, bahwa konsepsi

penanggulangan terpadu akan meliputi aspek-aspek idiologis, politik,

ekonomi, sosial, budaya, dan aspek pertahanan dan keamanan

negara. Implementasi aspek-aspek tersebut dapat diwujudkan dengan

meningkatkan pembinaan terhadap:

1) Aparatur penegak hukum yang menangani masalah

penyalahgunaan narkotika dengan meningkatkan kemampuan di

bidang organisasi, personal, dan sarana teknologi yang sarat.

2) Perundang-undangan yang efektif (Undang-undang Nomor 22

Tahun 1997 tentang Narkotika dalam hubungan dengan remaja

masih perlu dikaitkan dengan perundang-undangan lain yang

khusus menyangkut remaja seperti Undang-undang tentang

peradilan anak, tentang kesejahteraan anak, dan sebagainya).

3) Peradilan yang efektif yang didukung oleh sistem dan administrasi

peradilan yang favorable.

52
4) Koordinasi antara aparatur penegak hukum dan aparatur

pemerintah lain yang berhubungan seperti jalur-jalur Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan. Departemen Agama, Departemen

Sosial, dan sebagiannya secara serasi dan saling mengisi.

5) Pers yang bebas dan bertanggung jawab yang secara sadar ikut

serta menanggulangi penyalahgunaan narkotika melalui

pemberitaan yang terarah.

6) Keikutsertaan warga masyarakat dalam penanggulangan

penyalahgunaan narkotika dalam pengertian bahwa pribadi-pribadi

maupun dalam bentuk lembaga-lembaga sosial aktif mengambil

bagian dalam pelaksanaannya.

Sedangkan berdasarkan penghambatan dan wawancara

penulis terhadap beberapa pihak di Lembaga Pemasyarakatan Kota

Makassar tanggal 17 Maret 2015, dengan opininya masing-masing

dikatakan bahwa upaya-upaya penanggulangan penyalahgunaan

narkotika dikalangan remaja dapat dilakukan dengan cara-cara berikut:

1) Mempelajari bahaya narkotika dengan cara-cara menghindari

pengaruh narkotika dan menggunakan pengetahuan yang dimiliki

tersebut untuk membantu teman agar memahami dan menghindari

penyalahgunaan narkotika dikalangan remaja.

2) Mendorong orang tua siswa untuk aktif dalam kegiatan yang

diselenggarakan oleh sekolah dalam rangka penanggulangan

penyalahgunaan narkotika dikalangan remaja.

53
3) Berupaya menjamin komunikasi yang baik dengan guru, kepala

sekolah, dan orang tua siswa pada umumnya.

4) Jangan sekali-kali mencoba narkotika walaupun hanya sekali saja.

Jangan takut atau malu untuk menolak terhadap orang atan teman

yang menawarkan narkotika.

5) Orang tua hendaknya menetapkan standar perilaku, batasan dan

harapan yang jelas bagi anak-anaknya, baik dalam kegiatan

belajar, maupun dalam kegiatan lain.

6) Mengupayakan komunikasi yang baik bagi anak dan membangun

jaringan komunikasi dengan anak-anak lain yang bisa diajak diskusi

tentang isu penyalahgunaan narkotika.

7) Segera menindak lanjut dan mengambil tindakan yang tegas

apabila mendapat laporan tentang adanya kepemilikan, peredaran,

dan penggunaan narkotika oleh siswa dilingkungan sekolah.

8) Memantau kegiatan yang dilakukan oleh anak, mengenali teman

akrabnya, dan mengupayakan untuk mengenal orang tua mereka.

9) Perkuat dan perdalam agama dan iman. Hal ini sangat dianjurkan

mulai dari keluarga.

10)Sering mengikuti atau mendengar kampanye atau seminar

narkoba.

11)Mendorong masyarakat dan instansi terkait untuk mendukung

sekolah dan berpartisipasi dalam program pencegahan dan

penanggulangan penyalahgunaan narkotika dilingkungan

sekolah.

54
12)Mengembangkan program lingkungan sekolah bebas narkotika

berdasarkan situasi sekolah setempat, data yang akurat, dan

dengan mempertimbangkan sumber daya yang sesuai dengan

strategi yang telah/sedang dijalankan.

13)Mengusahakan fasilitas olah raga, kesenian, dan keterampilan

yang cukup memadai di sekolah yang memungkinkan siswa

dapat menyalurkan rasa tertekan, bosan, dan jenuh dalam

mengikuti kegiatan belajar.

14)Mendorong anak untuk mau menceritakan apa saja yang

dialaminya sehari-hari, teman-teman, guru, minat anak, dan

sebagainya.

15)Mengembangkan program pendidikan pencegahan

penyalahgunaan narkotika dikalangan remaja, antara lain melalui

peintegrasian dan kurikulum yang ada. Misalnya: melalui

pendidikan kesehatan jasmani, IPA, IPS, dan bahasa atau dalam

keadaan mendesak melalui mata pelajaran khusus.

16)Menghalangi ketahuan agar sekolah atau perguruan tinggi bebas

dari praktek jual beli narkotika (isolasi).

17)Mendiskusikan masalah-masalah yang dihadapi si anak sehingga

orang tua dapat turut langsung terlibat dalam memecahkan

masalah tersebut dengan penuh pertimbangan dan tetap

memperhatikan hal-hal yang positif.

55
18)Melaksanakan kampanye melawan penyalahgunaan narkotika

secara besar-besaran dilingkungan pendidikan dimana sasaran

penting kampanye tersebut yaitu para pembuat kebijakan baik

pusat maupun daerah, para pendidikan (guru, dosen, pamong

belajar), dan para peserta didik.

19)Di rumah diharapkan para orang tua dapat memperhatikan

perubahan-perubahan negatif putri-putrinya untuk dialihkan

dengan mengisi kegiatan-kegiatan yang positif.

20)Orang tua diharapkan dapat memberikan gambaran-gambaran dair

beberapa masalah yang nyata akibat yang ditimbulkan oleh

penyalahgunaan narkotika sehingga putra-putrinya terhindar dari

masalah tersebut.

21)Bersama BP3 dan masyarakat sekitar sekolah membentuk tim

gerakan keamanan sekolah dan menciptakan lingkungan sekolah

bebas narkotika.

22)Membuat kesepakatan dengan mengenal kegiatan-kegiatan yang

diizinkan untuk diikuti oleh anak, kapan saatnya berpergian,

tempat-tempat yang boleh dan tidak boleh dikunjungi, batasan

waktu bermain, jam pulang, dan sebagainya.

23)Menegakan kebijakan sekolah secara jelas dengan

mempertimbangkan masukan dari siswa dan orang tua siswa

serta kondisi yang berkembang saat itu. Kebijakan tersebut harus

56
secara jelas mencantumkan larangan kepemilikan, peredaran,

dan penyalahgunaan narkotika.

24)Aktif berpartisipasi dalam organisasi sekolah (OSIS) atau sekedar

membentuk mengembangkan gagasan kegiatan yang

berhubungan dengan program pencegahan dan penanggulangan

penyalahgunaan narkotika, atau program kegiatan lain yang

bertujuan untuk meningkatkan diri bagi siswa.

25)Dan lain-lain.

57
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dikemukakan keseluruhan pembahasan dari bab-bab

sebelumnya, maka dapatlah ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Faktor-faktor yang menyebabkan penyalahgunaan narkotika di

kalangan remaja di Kota Makassar adalah :

a. Motivasi intern, antara lain:

- Faktor usia

- Faktor kepribadian

- Faktor rendahnya taraf kepatutan terhadap agama

b. Motivasi ekstern, antara lain:

- Faktor lingkungan sosial

- Faktor lingkungan keluarga

- Faktor pergaulan

c. Pengaruh terhadap perkembangan jiwa remaja di Kota Makassar

yakni dapat merusak baik sisi moral maupun fisiknya.

2. Upaya yang ditempuh untuk menanggulangi penyalahgunaan

narkotika dikalangan remaja di Kota Makassar, adalah:

a. Upaya Pre-emtif

Upaya pre-emtif adalah pemecahan secara dini melalui kegiatan-

kegiatan edukatif dengan sasaran mempengaruhi faktor-faktor

penyebab, pendorong, dan faktor peluang yang biasa disebut

58
sebagai faktor korelatif kriminogen (FKK) dari terjadinya pengguna

untuk menciptakan suatu kesadaran dan kewaspadaan serta daya

tangkal guna terbinanya kondisi perilaku dan norma hidup bebas

dari penyalahgunaan narkotika dikalangan remaja.

b. Upaya Preventif

Upaya preventif adalah upaya melakukan pengawasan dan

pengendalian untuk mencegah supply and demand agar tidak

saling interaksi atau dengan kata lain mencegah terjadinya

Ancaman Faktual (AF) dalam hal ini narkotika.

c. Upaya Represif

Upaya represif merupakan penindakan penegak hukum terhadap

Ancaman Faktual (AF) yaitu terhadap penyalahgunaan narkotika

dikalangan remaja maupun efek yang ditimbulkan dari pada

penyalahgunaan narkotika.

d. Upaya rehabilitasi

Rehabilitasi merupakan usaha untuk menolong, merawat, dan

merehabilitasi korban penyalahgunaan narkotika dalam lembaga

tertentu, sehingga diharapkan para korban dapat kembali dalam

lingkungan masyarakat atau mendapatkan pekerjaan yang layak.

B. Saran

1. Diharapkan kepada aparat bersama masyarakat Kota Makassar

selalu mengawasi dan mengontrol segala perilaku anak-anak

remaja agar tidak melakukan pergaulan bebas sehingga dapat

menjerumuskan mereka untuk melakukan penyalahgunaan

narkotika.

59
2. Diharapkan pada pihak aparat, kepolisian, Kejaksaan, hakim dan

instansi yang terkait dengan penegakkan hukum dapat

menerapkan Undang-undang tentang Psikotropika dan narkotika

dengan konsisten dan tidak pandang bulu (diskriminasi).

60
DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani, 1987, Hukum Pidana, Sinar Giafika, Jakarta.

_________ Sosiologi Kriminalitas, Remaja Karya, Bandung.

Andi Hamzah, Delik-delik Tersebar di Luar HUKP, Pradya Praba.

Anonim, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.


Jakarta.

________ Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan


Anak, Jakarta.

Atmasasmita Romli, 1983, Problema Kenakalan Anak-anak/Remaja (Yuris


Sosiokriminologis), Armico, Bandung.

Bawengan, 1977, Sosiologi Anak, Alumni, Bandung.

Bimo Walgito, 1982, Kenakalan Anak, Yayasan Penerbit Fakultas


Psykologi UGM, Yogyakarta.

Bonger, 1982, Bunga Rampai Kriminologi, Arcan, Jakarta.

Bosu. B, 1982, Sendi-sendi Kriminologi, Nasional, Surabaya.

Daradjat, Zakiah, 1976, Pengaruh Agama Terhadap Masa Depan Remaja,


Alumni Bandung.

Didjowisworo, Soedjono, 1986, Segi Hukum Narkotika di Indonesia, PT.


Karya Nusantara, Bandung.

Gosita Arif, 1985, Masalah Kejahatan Korban Narkotika, Akademik


Pressindo, Jakarta.

Gunarsa, Singgi, D., 1981, Bahaya Narkotika dan Obat-obatan Terlarang


dalam Pembentukan Kepribadian Anak. Sinar Grafika, Jakarta.

H. Dadang Hawari, 2008, Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA,


Gaya Baru, Jakarta.

Muhammad Surya, 1975, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, CV.


Ilmu, Bandung.

61
Sarlinto Wirawan Sarwono, 1994, Pengaruh Alkohol dan Narkotika
Terhadap Kaum Remaja, Sinar Grafika, Jakarta.

_________ 2008, Psikologi Remaja, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Safiuddin Sastrawajaya, 1987, Beberapa Masalah Tentang Kenakalan


Remaja, PT. Karya Nusantara, Bandung.

Soejono Dirdjosisworo, 1983, Penanggulangan Kejahatan, Alumni,


Bandung.

________ 1985, Narkotika dan Remaja, Alumni, Bandung.

Tambunan, Emil, H. 1982, Faktor Pendorong Penyalahgunaan Narkotika,


CV. Mandar Maju, Jakarta.

Tejawiani, A.W., 1985, Masalah Narkotika dan Pemecahannya, Alumni


Bandung.

Widya, 1989, Bahaya Narkotika di Tengah-tengah Remaja, Alumni.


Bandung.

Yatim, Danny I, dan Irawanto, 1989, Kepribadian Keluarga dan Narkotika


Tinjauan Sosial Psikologi, Arcan, Jakarta.

62
TINJAUAN KRIMINOLOGI TERHADAP PENYALAHGUNAAN
NARKOTIKA YANG DILAKUKAN OLEH REMAJA
DI KOTA MAKASSAR

SKRIPSI

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana


Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Indonesia Timur

Oleh :

NAMA : YUFSAR
STAMBUK : 13.501.199

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
2015
PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI

Dekan Fakultas Hukum Universitas Indonesia Timur memberikan

Persetujuan menempuh ujian kepada :

Nama : YUFSAR

Nomor Stambuk : 11.501.199

Fakultas : Hukum

Judul : Analisis Kriminologi Terhadap Penyalahgunaan Narkotika


Terhadap Perkembangan Jiwa Remaja Di Kota Makassar

Telah diperiksa/diperbaiki dan dapat disetujui untuk dimajukan dalam ujian

skripsi mahasiswa program strata satu (S1)

Makassar, April 2015

Mengetahui,
Dekan Fakultas Hukum

Prof.Dr.Hj.Muliyati Pawennei,SH,MH

ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal penelitian ini telah disetujui untuk diajukan pada ujian

seminar proposal penelitian Fakultas Hukum Universitas Indonesia Timur

Makassar.

Makassar, April 2015

Pembimbing I Pembimbing II,

Syamsiar Arif,SH,MH Nurmiati,SH,MH

Mengetahui
Ketua Program Studi Ilmu-Ilmu Hukum
Fakultas Hukum
Universitas Indonesia Timur

H.Amiluddin Nur,SH.,MH
NIK.02010234

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena

atas rahmat dan hidayah-Nya menyebabkan karya tulis yang sangat

sederhana ini dapat penulis selesaikan dengan baik.

Dengan kesempatan yang tersedia dan penuh suka duka selama di

Perguruan Tinggi, maka penulis berusaha memenuhi syarat akademis

melalui tulisan ini sebagai tanda berakhirnya studi formal di Fakultas

Hukum pada Universitas Indonesia Timur.

Atas selesainya skripsi ini, maka terbukalah kesempatan bagi

penulis untuk menyampaikan ucapan terima kasih, terutama kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Baso Amang, SE. M.Si sebagai Rektor Universitas

Indonesia Timur Makassar.

2. Ibu Prof.Dr.Hj.Muliyati Pawennei,SH,MH Selaku Dekan Fakultas

Hukum Universitas Indonesia Timur Makassar, Wakil Dekan, para

dosen serta seluruh Staf Fakultas yang telah memberikan bantuan

kepada penulis selama mengikuti pendidikan.

3. Ibu Syamsiar Arif,SH,MH Sebagai Pembimbing I dan Ibu

Nurmiati,SH,MH Sebagai Pembimbing II atas kesediaan beliau yang

sejak awal hingga akhir penulisan skripsi ini selalu memberikan

petunjuk dan bimbingan yang sangat besar manfaatnya bagi penulis.

4. Bapak H.Amiluddin Nur,SH.,MH sebagai Ketua Program Studi di

Fakultas Hukum Universitas Indonesia Timur.

iv
5. Seluruh keluarga penulis yang telah memberikan dorongan hingga

selesainya studi di Fakultas Hukum Universitas Indonesia Timur.

Di dalam tulisan ini penulis menyadari sepenuhnya masih banyak

terdapat kekurangan .

Semoga amal ibadah-Nya serta bantuan yang telah diberikan

mendapat pahala dari Allah SWT, Amin.

Makassar, April 2015

Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................

.......................................................................................................................

PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI ................................................................

.......................................................................................................................

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................................................

.......................................................................................................................

iii

KATA PENGANTAR ....................................................................................

.......................................................................................................................

iv

DAFTAR ISI ..................................................................................................

.......................................................................................................................

vi

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................


1
A. Latar Belakang Masalah .........................................................
..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................
..................................................................................................3
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................
..................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................


5

vi
A. Pengertian Kriminologi ............................................................
..................................................................................................5
B. Pengertian Narkotika ...............................................................
..................................................................................................7
C. Pengertian Remaja ..................................................................
..................................................................................................10
D. Faktor Penyebab Terjadinya Kejahatan dan Upaya
Penanggulangannya ...............................................................
..................................................................................................13
E. Penyalahgunaan Narkotika .....................................................
..................................................................................................15
F. Jenis-jenis Narkotika dan Dampak Penyalahgunaan
Narkotika .................................................................................
..................................................................................................18

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................


29
A. Lokasi Penelitian .....................................................................
..................................................................................................29
B. Pendekatan, Sifat dan Tipe Penelitian ....................................
..................................................................................................29
C. Populasi dan Sampel ..............................................................
..................................................................................................29
D. Jenis dan Sumber Data ...........................................................
..................................................................................................30
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................
..................................................................................................30
F. Analisis Data ...........................................................................
..................................................................................................30

vii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................
32
A. Faktor Terjadinya Penyalahgunaan Narkotika dan
Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Jiwa Remaja di
Kota Makassar ........................................................................
..................................................................................................32
B. Dampak Penyalahgunaan Narkotika Terhadap
Perkembangan Jiwa Remaja dan Upaya-upaya Untuk
Menanggulangi Penyalahgunaan Narkotika di
Kalangan Remaja di Kota Makassar .......................................
..................................................................................................44

BAB V PENUTUP .....................................................................................


58
A. Kesimpulan ..............................................................................
..................................................................................................58
B. Saran .......................................................................................
..................................................................................................59

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
........................................................................................................................63

viii

Anda mungkin juga menyukai