Anda di halaman 1dari 20

TINJAUAN KRIMINOLOGIS TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN

NARKOTIKA OLEH REMAJA DI KAWASAN SENGGIGI

NAMA: PUTRI ANNISYA C

NIM: D1A019114

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MATARAM

MATARAM

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Remaja adalah bagian dari generasi muda merupakan suatu kekuatan sosial yang sangat
berperan dalam pembangunan bangsa dan negara. Di tangan generasi muda terletak masa
depan bangsa yang kelak akan menjadi pemimpin dalam membangun hari depan yang lebih
baik. Sebagai generasi penerus perjuangan bangsa Indonesia yang mempunyai hak dan
kewajiban ikut serta dalam membangun negara dan bangsa Indonesia, generasi muda dalam
hal ini remaja merupakan subyek dan obyek pembangunan nasional dalam usaha mencapai
tujuan bangsa Indonesia yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.

Sebagai salah satu sumber daya manusia yang mempunyai potensi dan memiliki peranan
yang strategis dan kedudukannya sebagai generasi penerus cita-cita bangsa keberadaannya di
tengah kehidupan masyarakat, pada prinsipnya remaja merupakan pilar terpenting yang akan
menentukan nasib peradaban masyarakat di masa yang akan datang dan juga remaja
mempunyai ciri dan sifat khusus yang memerlukan pembinaan dalam rangka menjamin
pertumbuhan fisik dan mentalnya secara utuh, selaras dan seimbang.

Namun yang menjadi suatu permasalahan serius yang sedang dihadapi adalah masalah
kenakalan remaja yang merupakan persoalan aktual dihampir setiap negara di dunia termasuk
Indonesia. Saat ini sebagai gambaran merebaknya kasus-kasus pelanggaran hukum yang
dilakukan remaja dapat berupa perkelahian, penodongan, perampokan, pencurian, pemilikan
senjata tajam bahkan penyalahgunaan narkotka atau berbagai pelanggaran hukum lainnya.
Dari beberapa kasus pelanggaran hukum tersebut dapat memberikan gambaran bahwa di era
pembangunan manusia seutuhnya, remaja yang mempunyai hak dan kewajiban membangun
bangsa dan negara, justru mereka melakukan perbuatan yang melanggar hukum.

Berkaitan dengan masalah penyalahgunaan narkotika, merupakan masalah yang sangat


kompleks yang memerlukan upaya penanggulangan yang komprehensif dengan melibatkan
kerjasama antara multidispliner, multi sektor dan peran serta masyarakat secara aktif yang
dilaksanakan secara berkesinambungan, konsekuen dan konsisten. Perkembangan
penyalahgunaan narkotika dari waktu-kewaktu menunjukan kecenderungan yang semakin
meningkat dan akan berakibat sangat merugikan bagi individu maupun masyarakat luas dan
terhadap remaja.

Khususnya terhadap remaja yang sedang berada dalam fase transisi perkembangan antara
masa anak-anak dan masa dewasa yang dapat menimbulkan masa krisis, ditandai dengan
kecenderungan munculnya perilaku menyimpang dimana pada masa remaja akan timbul
keinginan yang sangat tinggi untuk mencoba-coba sesuatu, mengikuti trend dan gaya hidup,
serta bersenang-senang walaupun semua kecenderungan itu wajar-wajar saja, tetapi hal itu bisa
juga memudahkan remaja untuk terdorong untuk menyalahgunakan narkotika. Oleh karena
itulah apabila pada masa remaja telah rusak karena penyalahgunaan narkoba, maka suram atau
bahkan hancurlah masa depan remaja tersebut.

Begitu pula di Kawasan Senggigi yang merupakan wilayah hukum Polsek Senggigi dengan
jumlah populasi penduduk yang cukup tinggi serta berada pada lokasi yang strategis yaitu
merupakan salah satu jalur akses transportasi antara kabupaten Lombok Barat dengan Lombok
Utara dan juga menjadi kawasan wisata yang banyak adanya tempat-tempat yang rentan
dijadikan tempat untuk mengkonsumsi narkoba atau peredaran narkoba seperti
diskotik,café,dan hotel berbintang sehingga memungkinkan akan banyak terjadi tindak pidana
di tengah–tengah kehidupan masyarakat khususnya tindak pidana penyalahgunaan narkotika
yang melibatkan remaja sebagai pelaku tindak pidana.

Dengan alasan-alasan yang dikemukakan di atas maka penulis terdorong untuk melakukan
kajian secara mendalam tentang penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh remaja dalam
bentuk proposal dengan mengangkat judul tinjauan kriminologis terhadap tindak pidana
penyalahgunaan narkotika oleh remaja di Kawasan Senggigi

B. Rumusan Masalah

Dari uraian yang dikemukakan dalam latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
beberapa permasalahan sebagai berikut :

1) Faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya tindak pidana penyalahgunaan


narkotika oleh remaja di Kawasan Senggigi?
2) Bagaimanakah upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak Kepolisian Sektor Senggigi
dalam menanggulangi terjadinya tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh remaja
di Kawasan Senggigi ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah :

1) Untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya tindak pidana


penyalahgunaan narkotika oleh remaja di Kawasan Senggigi.
2) Untuk mengetahui bagaimanakah upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak Kepolisian
Sektor Senggigi dalam menanggulangi terjadinya tindak pidana penyalahgunaan
narkotika oleh remaja di Kawasan Senggigi

Manfaat Penelitian ini adalah :

Manfaat Teoritis:

1) Hasil penelitian dapat memberikan kegunaan untuk mengembangkan ilmu hukum


khususnya hukum pidana.
2) Dapat dijadikan sebagai pedoman dalam penelitian yang lain yang sesuai dengan
bidang penelitian yang penulis teliti.

Manfaat Praktis :

1) Diharapkan dapat digunakan sebagai informasi bagi masyarakat atau praktisi hukum
dan instansi terkait tentang tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh remaja.
2) Dengan dibuatnya penulisan ini diharapkan dapat memberikan dapat memberikan
masukan kepada pihak Kepolisian Sektor Senggigi dalam rangka menanggulangi
tindak pindana penyalahgunaan narkotika oleh remaja di Kawasan Senggigi.
D. Ruang Lingkup Penelitian

Penulis memilih ruang lingkup penelitian di Kawasan Senggigi yang merupakan wilayah
hukum Polsek Kawasan Senggigi. Adapun alasan memilih lokasi penelitian ini karena berada
pada lokasi yang strategis yaitu merupakan salah satu jalur akses transportasi antara kabupaten
Lombok Barat dengan Lombok Utara dan juga menjadi kawasan wisata yang banyak adanya
tempat-tempat yang rentan dijadikan tempat untuk mengkonsumsi narkoba atau peredaran
narkoba seperti diskotik,café,dan hotel berbintang sehingga memungkinkan akan banyak
terjadi tindak pidana di tengah–tengah kehidupan masyarakat khususnya tindak pidana
penyalahgunaan narkotika yang melibatkan remaja sebagai pelaku tindak pidana.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Kriminologi

1. Pengertian Kriminologi

Kriminologi sebagai salah satu cabang dari ilmu pengetahuan sosial (social science),
sebenarnya masih tergolong sebagai ilmu pengetahuan yang masih muda, oleh karena
kriminologi baru mulai menampakkan dirinya sebagai salah satu disiplin ilmu pengetahuan
pada abad ke XIII. Meskipun tergolong ilmu yang masih muda, namun perkembangan
kriminologi tampak begitu pesat, hal ini tidak lain karena konsekuensi logis dari
berkembangnya pula berbagai bentuk kejahatan dalam masyarakat.

Kriminologi berasal dari kata crimen yang artinya adalah kejahatan dan logos yang artinya
ilmu, sehingga kriminologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang kejahatan dan tindak
kriminal.1

Dalam membahas tentang definisi kriminologi belum terdapat keseragaman / kesatuan


pendapat dari pakar kriminologi, berhubung masing masing memberikan definisi dengan sudut
pandang yang berbeda. Sehubungan dengan hal tersebut, maka penulis akan mencoba
mengemukakan beberapa pendapat para sarjana / ahli hukum mengenai pengertian
kriminologi, antara lain sebagai berikut :

W.A Bonger mengemukakan bahwa kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang bertujuan
menyelidiki gejala kejahatan seluas-luasnya.

Sutherland mengemukakan kriminologi adalah keseluruhan ilmu pengetahuan yang bertalian


dengan perbuatan kejahatan sebagai gejala sosial dan mencakup proses-proses perbuatan
hukum, pelanggaran hukum dan reaksi atas pelanggaran hukum.

Wood mengemukakan kriminologi adalah keseluruhan pengetahuan yang diperoleh


berdasarkan teori atau pengalaman yang bertalian dengan perbuatan jahat dan penjahat
dan,termaksud di dalamnya reaksi dari masyarakat terhadap perbuatan jahat dan para penjahat.
1
Muhammad Mustafa. 2007. Kriminologi. Depok: FISIP UI PRESS. Hal. 2
Noach mengemukakan kriminologi adalah ilmu pengetahuan tentang perbuatan jahat dan
perilaku tercela yang menyangkut orang-orang terlibat dalam perilaku jahat dan perbuatan
tercela itu.

Berdasarkan pengertian kriminologi tersebut diatas, maka obyek kajian kriminologi


ditekankan pada gejala kejahatan seluas luasnya dalam artian mempelajari kejahatan dan
penjahat, usaha usaha pencegahan penanggulangan kajahatan serta perlakuan terhadap
penjahat. Sedang subjek kriminologi adalah anggota dan kelompok masyarakat secara
keseluruhan sebagai suatu kelompok sosial yang memiliki gejala gejala sosial sebagai suatu
sistem yang termasuk di dalarnnya gejala kejahatan yang tidak terpisahkan. Sehingga
berdasarkan pengertian kriminologi di atas juga dapat ditarik suatu pandangan bahwa
kriminologi bukanlah ilmu yang berdiri sendiri akan tetapi berada disamping ilmu ilmu lain,
dalam arti kata interdisipliner.

2. Teori-Teori Sebab-sebab Melakukan Kejahatan

Dalam perkembangan kriminologi, pembahasan mengenai sebab-sebab kejahatan secara


sistematis merupakan hal baru, meskipun sebenarnya hal tersebut telah dibahas oleh banyak
ahli kriminologi (kriminolog).Dasar-dasar teori kriminologi yaitu:2

1) Demonologis,merupakan pemikiran awal yang dikembangkan atas dasar pemikiran


yang tidak rasional, di mana suatu tingkah laku kejahatan yang dilakukan oleh individu
merupakan pengaruh dari roh jahat (demon= setan). Benar atau salahnya suatu tingkah
laku ditentukan oleh definisi kepala suku atau orang yang dianggap sebagai dewa.
Pemikiran ini masih bersifat konvensional di mana tindakan pelanggaran yang
dianggap paling serius bagi Demonologis adalah mempergunakan ilmu gaib hitam atau
dikenal dengan black magic. Hukuman yang digunakan juga masih bersifat tradisional
yang ditujukan untuk mengusir roh jahat dalam diri individu tersebut, seperti
membakar individu yang memiliki ilmu hitam.
2) Klasik,pada penjelasan mengenai pemikiran klasik, tingkah laku jahat yang dilakukan
oleh manusia merupakan cerminan dari adanya konsep "free will" atau kehendak
bebas. Dalam penjelasan mengenai pemikiran klasik dengan konsep free will ini
2
Mamik Sri Supatmi dan Herlina Permata Sari. 2007. Dasar-dasar Teori Sosial Kejahatan. Jakarta: PTIK
PRESS.
menganggap bahwa individu memiliki pilihan dan pemikiran untuk menentukan
tindakan yang akan mereka lakukan. Hukuman yang diterapkan pada pemikiran ini
bersifat umum sesuai dengan kejahatan yang dilakukan. Tokoh dalam pemikiran klasik
ini antara lain Cesare Beccaria dan Jeremy Bentham.
3) Positivisme,salah satu tokoh yang terkenal dalam paradigma positivisme ini adalah
Cesare Lombroso di mana menghubungkan antara tingkah laku jahat dengan kondisi
biologis atau fisik seseorang.
4) Interaksionisme,dalam paradigma interaksionisme, tingkah laku jahat merupakan
definisi dari hasil interaksi, di mana seseorang dianggap jahat ketika orang lain melihat
bahwa tingkah laku tersebut adalah jahat atau menyimpang. Teori yang terkenal pada
paradigma interaksionis ini adalah teori "Labeling", tokoh-tokohnya antara lain Edwin
Lemert, Becker, Kitsuse, dan Goffman.
5) Konflik,dalam penjelasan ini, tingkah laku jahat merupakan suatu definisi yang dibuat
oleh penguasa terhadap tingkah laku di mana hal tersebut ditujukan untuk kepentingan
penguasa. Tokoh-tokohnya antara lain Bonger, Quinney, Taylor, Vold, dan J.Young.
6) Pos Modern Kriminologi,paradigma ini memandang bahwa kejahatan merupakan suatu
konsep yang harus didekonstruksikan. Tiga buah pendekatan dalam paradigma ini yaitu
realisme, feminisme, dan konstitutif.
7) Budaya,paradigma budaya melihat tingkah laku jahat berbeda jika dilihat dalam
konteks budaya yang berbeda pula. Jika pada satu kebudayaan tertentu memandang
suatu tingkah laku jahat, maka pada kebudayaan lain belum tentu dipandang juga
sebagai kejahatan.

B. Pengertian Tindak Pidana dan Unsur-Unsurnya

Tindak Pidana atau delik berasal dari bahasa Latin delicta atau delictum yang dikenal dengan
istilah strafbar feit dan dalam KUHP (Kitab Undang–Undang Hukum Pidana) dengan
perbuatan pidana atau peristiwa pidana. Kata Strafbar feit inilah yang melahirkan berbagai
istilah yang berbeda–beda dari kalangan ahli hukum sesuai dengan sudut pandang yang
berbeda pula. Ada yang menerjemahkan dengan perbuatan pidana, tindak pidana dan
sebagainya. Dari pengertian secara etimologi ini menunjukan bahwa tindak pidana adalah
perbuatan kriminal, yakni perbuatan yang diancam dengan hukuman. Dalam pengertian ilmu
hukum, tindak pidana dikenal dengan istilah crime dan criminal,sehingga dapat disimpukan
bahwa pengertian tindak pidana adalah suatu perbuatan yang dilakukan manusia yang dapat
bertanggung jawab yang mana perbuatan tersebut dilarang atau diperintahkan atau dibolehkan
oleh undang-undang hukum pidana yang diberi sanksi berupa sanksi pidana.

Unsur-unsur tindak pidana yaitu :3

1) Perbuatan manusia, yaitu perbuatan dalam arti luas, artinya tidak berbuat yang
termasuk perbuatan dan dilakukan oleh manusia.
2) Melanggar peraturan pidana. dalam artian bahwa sesuatu akan dihukum apabila sudah
ada peraturan pidana sebelumnya yang telah mengatur perbuatan tersebut, jadi hakim
tidak dapat menuduh suatu kejahatan yang telah dilakukan dengan suatu peraturan
pidana, maka tidak ada tindak pidana.
3) Diancam dengan hukuman, hal ini bermaksud bahwa KUHP mengatur tentang
hukuman yang berbeda berdasarkan tindak pidana yang telah dilakukan.
4) Dilakukan oleh orang yang bersalah, dimana unsur-unsur kesalahan yaitu harus ada
kehendak, keinginan atau kemauan dari orang yang melakukan tindak pidana serta
Orang tersebut berbuat sesuatu dengan sengaja, mengetahui dan sadar sebelumnya
terhadap akibat perbuatannya. Kesalahan dalam arti sempit dapat diartikan kesalahan
yang disebabkan karena si pembuat kurang memperhatikan akibat yang tidak
dikehendaki oleh undang-undang.

C. Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika

1. Pengertian dan Penggolongan Narkotika

Narkotika secara umum disebut sebagai drugs yaitu sejenis zat yang dapat menimbulkan
pengaruh-pengaruh tertentu bagi mereka yang menggunakan dengan cara memasukan kedalam
tubuh manusia. Pengaruh tersebut berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan
semangat dan halusinasi atau khayalan-khayalan.

Secara etimologi, kata Narkotika berasal dari bahasa Yunani yaitu narke yang artinya terbius
sehingga tidak merasakan apa-apa. Orang Amerika menyebutnya dengan nama narcotic, di

3
http://artonang.blogspot.com/2014/12/pengertian-tindak-pidana-unsur-unsur.html
Malaysia dikenal dengan istilah dadah sedangkan di Indonesia disebut Narkotika. (Andi
Hamzah, 1986 : 224).

Pengertian Narkotika menurut Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009


tentang Narkotika, yaitu :4

“Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis
maupun semi sintetis yang dapat menyebabka menurunnya atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan, yang dibedakan dalam golongan sebagaimana terlampir dalam undang-
undang ini.”

Selanjutnya mengenai penggolongan Narkotika di atur dalam Pasal 6 Ayat 1 Undang-


Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, yaitu :

1) Narkotika Golongan I adalah narkotika yang hanya digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi yang sangat
tinggi mengakibatkan ketergantungan.
2) Narkotika Golongan II adalah narkotika berkhasiat pengobatan digunakan sebagai
pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi yang tinggi mengakibatkan ketergantugan.
3) Narkotika Golongan III adalah narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengembangan pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.

2. Bentuk-Bentuk dan Sanksi Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika

Di dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, menyatakan


bahwa narkotika hanya dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan untuk pengadaan, impor, ekspor,
peredaran dan penggunaannya diatur oleh pemerintah dalam hal ini Menteri Kesehatan.
Sehingga penggunaan narkotika selain yang disebutkan pada Pasal 7 di atas, mempunyai
konsekuensi akibat yuridis yaitu penyalahgunaan narkotika dan akan memperoleh pidana /
ancaman pidana sesuai yang diatur dalam undang-undang tersebut.
4
http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/UU35-2009Narkotika.pdf
Menurut Pasal 1 Angka 15 UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, yaitu :

“Penyalahgunaan adalah orang yang menggunakan narkotika tanpa hak atau melawan hukum.”

Selanjutnya dalam Pasal 1 Angka 6 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang


narkotika, memberikan pengertian :

“Peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika adalah setiap kegiatan atau serangkaian
kegiatan yang dilakukan secara tanpa hak atau melawan hukum yang ditetapkan sebagai tindak
pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika.“

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, tindak pidana narkotika adalah tindak pidana
penyalahgunaan narkotika tanpa hak atau melawan hukum selain yang ditentukan dalam
undang-undang.

Adapun bentuk-bentuk dan sanksi terhadap tindak pidana penyalahgunaan narkotika di atur
dalam Bab XV Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yaitu sebagai
berikut :5

Pasal 111 :

1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menanam, memelihara, memiliki,
menyimpan, menguasai, atau menyediakan narkotika Golongan I dalam bentuk
tanaman, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling
lama 12 (dua belas) tahun atau pidana denda paling sedikit Rp 800.000.000 (Delapan
ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 8.000.000.000 (Delapan milyar rupiah).
2) Dalam hal perbuatan menanam, memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai, atau
menyediakan narkotika Golongan I sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) beratnya
melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi 5 (lima) batang pohon, pelaku dipidana
dengan penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan
paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditambah 1/3.

Pasal 112 :

5
http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/UU35-2009Narkotika.pdf
1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan, menguasai,
atau menyediakan narkotika Golongan I, dipidana dengan penjara paling singkat 4
(empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun atau pidana denda paling sedikit
Rp 800.000.000 (Delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 8.000.000.000
(Delapan milyar rupiah).
2) Dalam hal perbuatan memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan narkotika
Golongan I sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) beratnya melebihi 5 (lima)
gram, pelaku dipidana dengan penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat
5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3.

Pasal 113 :

1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memproduksi, mengimpor,
mengekspor, atau menyalurkan narkotika Golongan I, dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun atau pidana denda
paling sedikit Rp 1.000.000.000 (Satu milyar rupiah) dan paling banyak Rp
10.000.000.000 (Sepuluh milyar rupiah).
2) Dalam hal perbuatan memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan
narkotika Golongan I sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) beratnya melebihi 1
(satu) kilogram atau melebihi 5 (lima) batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman
beratnya melebihi 5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana mati, pidana penjara
seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20
(dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditambah 1/3.

Pasal 114 :

1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual, menjual,
membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar atau menyerahkan
narkotika Golongan I, dipidana dengan penjara seumur hidup atau pidana penjara
paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun atau pidana denda
paling sedikit Rp 1.000.000.000 (Satu milyar rupiah) dan paling banyak Rp
10.000.000.000 (Sepuluh milyar rupiah).
2) Dalam hal perbuatan menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi
perantara dalam jual beli, menukar atau menyerahkan narkotika Golongan I
sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) yang dalam bentuk tanaman beratnya
melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi 5 (lima) batang pohon atau dalam bentuk
bukan tanaman beratnya 5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana mati atau
pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 6 (enam) tahun dan
paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditambah 1/3.

Pasal 115 :

1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum membawa, mengirim, mengangkut,
mentransito narkotika Golongan I, dipidana dengan penjara paling singkat 4 (empat)
tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun atau pidana denda paling sedikit Rp
800.000.000 (Delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 8.000.000.000 (Delapan
milyar rupiah).
2) Dalam hal perbuatan membawa, mengirim, mengangkut, mentransito narkotika
Golongan I sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) yang dalam bentuk tanaman
beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi 5 (lima) batang pohon atau dalam
bentuk bukan tanaman beratnya 5 (lima) gram, pelaku dipidana penjara seumur hidup
atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun
dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3.

Pasal 116 :

1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan narkotika Golongan I
terhadap orang lain atau memberikan narkotika Golongan I untuk digunakan orang
lain, dipidana dengan penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima
belas) tahun atau pidana denda paling sedikit Rp 1.000.000.000 (Satu milyar rupiah)
dan paling banyak Rp 10.000.000.000 (Sepuluh milyar rupiah).
2) Dalam hal penggunaan narkotika terhadap orang lain atau pemberian narkotika
Golongan I untuk digunakan orang lain sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan orang lain mati, cacat permanen, pelaku dipidana mati, pidana penjara
seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20
(dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditambah 1/3.

Pasal 117 :

1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan, menguasai,
atau menyediakan narkotika Golongan II, dipidana dengan penjara paling singkat 3
(tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun atau pidana denda paling sedikit Rp
600.000.000 (Enam ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 5.000.000.000 (Lima
milyar rupiah).
2) Dalam hal perbuatan memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan narkotika
Golongan II sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) beratnya melebihi 5 (lima)
gram, pelaku dipidana dengan penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15
(lima belas) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditambah 1/3.

Pasal 122 :

1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan, menguasai,
atau menyediakan narkotika Golongan III, dipidana dengan penjara paling singkat 2
(dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun atau pidana denda paling sedikit Rp
400.000.000 (Empat ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 3.000.000.000 (Tiga
milyar rupiah).
2) Dalam hal perbuatan memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan narkotika
Golongan III sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) beratnya melebihi 5 (lima)
gram, pelaku dipidana dengan penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10
(sepuluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditambah 1/3.

Dengan demikian, dari uraian-uraian di atas tentang bentuk-bentuk penyalahgunaan


narkotika sebagaimana yang diatur Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika,
maka tindak pidana penyalahgunaan narkotika dapat dikelompokan sebagai berikut :

1. Penguasaan Narkotika.
2. Produksi Narkotika.
3. Jual-beli Narkotika.
4. Pengangkutan dan transito Narkotika.
5. Penyalahgunaan Narkotika.

D. Pengertian Remaja

Menurut Ensiklopedia,Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa
remaja manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anak-anak.
Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa.Remaja
merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 11
tahun sampai 21 tahun.6

Menurut psikologi, remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga
masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada
usia 18 tahun hingga 22 tahun.Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat,
pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan
perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang
dan kumis, dan dalamnya suara. Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas
sangat menonjol (pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak
menghabiskan waktu di luar keluarga.7

6
https://id.wikipedia.org/wiki/Remaja
7
http://www.psikologizone.com/fase-fase-perkembangan-manusia/06511465
Menurut Zakiah Drajat masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21
tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria, dimana masa remaja adalah
masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa
pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya.8

BAB III

METODE PENELITIAN

8
Gatot Supramono, 2000, Hukum Acara Pengadilan Anak, Djambatan, Jakarta.
A. Jenis Penelitian

Penelitian tentang tinjauan kriminologis terhadap tindak pidana penyalahgunaan narkotika


oleh remaja di Kawasan Senggigi adalah Empiris yaitu penelitian berdasarkan fakta–fakta
yang ada di dalam masyarakat mengenai faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya tindak
pidana penyalahgunaan narkotika oleh remaja di Kawasan Senggigi dan bagaimanakah upaya-
upaya yang dilakukan oleh pihak Kepolisian Sektor Senggigi dalam menanggulangi terjadinya
tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh remaja di Kawasan Senggigi

B. Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

1. Pendekatan peraturan perundang-undangan


Pendekatan peraturan perundang-undangan adalah pendekatan yang dilakukan dengan
menelaah suatu peraturan perundang-undangan terutama yang berkaitan dengan peran
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dan upaya Kepolisian
terhadap penanggulangan tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh remaja
2. Pendekatan Sosiologis
Pendekatan Sosiologis adalah suatu pendekatan yang dilakukan dengan cara melihat
atau memperhatikan faktor-faktor sosial yang menyebabkan terjadinya tindak pidana
penyalahgunaan narkotika oleh remaja di Kawasan Senggigi

C. Jenis dan Sumber Data

Sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri atas dua kategori, yaitu data
primer dan data sekunder.

1. Data Primer yaitu data yang diperoleh langsung dari nara sumber dilokasi penelitian
yang berkaitan dengan tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh remaja di
Kawasan Senggigi
2. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh melalui studi kepustakaan yaitu menelaah
literatur, artikel, liputan, makalah serta peraturan perundang– undangan yang ada
kaitannya dengan tinjauan kriminologis terhadap tindak pidana penyalahgunaan
narkotika oleh remaja.
D. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu :

1) Penelitian Kepustakaan,yaitu penulis melakukan pengumpulan data dengan cara


membaca sejumlah literatur yang relevan dengan tinjauan kriminologi terhadap tindak
pidana penyalahgunaan narkotika oleh remaja, serta bahan-bahan normatif berupa
produk hukum yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
2) Penelitian di Lapangan
1. Observasi,yaitu penulis mendatangi lokasi penelitian kemudian melakukan
pengamatan secara langsung dan seksama terhadap obyek penelitian guna
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya tindak pidana
penyalahgunaan narkotika oleh remaja dan upaya-upaya yang dilakukan oleh
pihak kepolisian dalam menanggulangi tindak pidana penyalahgunaan
narkotika oleh remaja di Kawasan Senggigi
2. Wawancara,yaitu penulis melakukan tanya jawab kepada sejumlah nara sumber
yang berkompeten seperti remaja yang pernah menjadi pelaku dalam tindak
pidana penyalahgunaan narkotika dan penyidik Polsek Senggigi serta
masyarakat, tokoh agama dan tokoh pemuda dalam upaya menanggulangi
terjadinya tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh remaja di Kawasan
Senggigi
3. Dokumentasi,yaitu penulis melakukan pengumpulan data-data dilokasi
penelitian yang berhubungan dengan tindak pidana penyalahgunaan narkotika
oleh remaja dan upaya-upaya yang dilakukan pihak kepolisian dalam
menanggulangi terjadinya pidana penyalahgunaan narkotika oleh remaja di
Kawasan Senggigi .

E. Analisis Data

Data penelitian diolah dan dianalisis secara kualitatif yaitu menganalisa data berdasarkan
kualitasnya lalu dideskripsikan dengan menggunakan kata-kata sehingga diperoleh bahasan
atau paparan dalam bentuk kalimat yang sistematis dan dapat dimengerti, kemudian ditarik
kesimpulan.
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Mustafa, 2007, Kriminologi. Depok: FISIP UI PRESS. Hal. 2

Mamik Sri Supatmi dan Herlina Permata Sari. 2007, Dasar-dasar Teori Sosial Kejahatan.
Jakarta: PTIK PRESS.

Gatot Supramono, 2000, Hukum Acara Pengadilan Anak, Djambatan, Jakarta.

Mulyatno,2018,Kitab Undang-Undang Hukum Pidana,Jakarta:Bumi Aksara

http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/UU35-2009Narkotika.pdf

http://www.psikologizone.com/fase-fase-perkembangan-manusia/06511465

http://artonang.blogspot.com/2014/12/pengertian-tindak-pidana-unsur-unsur.html

Anda mungkin juga menyukai