PENDAHULUAN
dihormati, dan ditaati oleh siapa pun tanpa ada pengecualian. Dalam hal
berdiri sendiri tetapi selalu melakukan kontak dengan disiplin ilmu yang
lain guna untuk mengatasi problematik yang ada dalam siklus kehidupan
sosial.
lain.1
1
Satjipto Rahardjo, Hukum dalam Jagat Ketertiban, UKI Press, Jakarta, 2006, hlm, 7.
1
Kehidupan masyarakat yang sangat kompleks yang tidak hanya
diisi oleh soal-soal hukum tetapi juga diliputi oleh permasalahan sosial,
politik, budaya maupun agama memaksa hukum untuk lebih fleksibel dan
Hukum sebagai alat yang memiliki fungsi untuk meningkatkan tata tertib
Republik Indonesia. Hal ini dapat dilihat pada UUD 1945 pasal 30 ayat 4
tersebut dicapai melalui tugas preventif dan tugas represif.2 Tetapi dalam
2
Yoyok Ucuk Suyono, Hukum Kepolisian Kedudukan Polri Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia
Setelah Perubahan UUD 1945, Laksbang Grafika, Yogyakarta, 2014, hlm, 5.
2
maksimal lebih khususnya adalah pemaksimalan fungsi preventif dan
represif. Hal tersebut terlihat dari keadaan yang masih belum aman
tersebut. Dalam Undang-undang NRI tahun 1945 pasal 28 ayat (2) yang
serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan
untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi”.
3
Tindak pidana kekerasan remaja bukan lagi hanya sekedar
umum atau di samping jalan. Hal tersebut juga terjadi di Kabupaten Bima.
Tindak pidana kekerasan remaja yang paling mencolok adalah geng motor
lebih khususnya dari aparat kepolisian Resort Bima yang memiliki tugas
tersebut. Namun upaya preventif tidak efektif untuk dilaksanakan jika kita
terjadi dan apa alasan dari seseorang yang melakukan tindak pidana dan
upaya represif sebagai upaya hukum luar biasa tidak akan maksimal
hasilnya jika tidak memahami secara baik dan utuh mengenai faktor dan
4
gejala sosial serta psikologis yang melatarbelakangi tindakan Pidana
B. Rumusan Masalah
sebagai berikut :
Bima ?
5
2. Faktor – faktor apa yang mempengaruhi Penegakan hukum oleh
di Kabupaten Bima ?
C. Tujuan Penelitian
Bima.
D. Manfaat Penelitian
sosiologi hukum.
remaja.
6
B. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan penghimpun data
E. Orisinalitas Penelitian
7
pidana anak yang berhadapan dengan hukum. Adapun perbedaan
dari Penelitian ini dengan yang diteliti oleh penulis terletak pada
kekerasan.
8
Adapun letak perbedaannya yang diteliti oleh penulis yaitu bahwa
yang diteliti dan yang dibahas oleh Zaufi Amri terkonsentrasi pada
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
2. Pelanggaran pidana
pengertian tindak pidana yaitu suatu peristiwa pidana itu adalah suatu
3
Roeslan Saleh, Perbuatan Pidana dan Pertanggung jawaban Pidana, Aksara Baru, Jakarta, 1983,
hal 32.
4
R. Soesilo, Pokok-pokok Hukum Pidana Peraturan Umum Dan Delik-delik Khusus, Politeia, Bogor,
1991, hal, 11
perbuatan atau rangkaian perbuatan manusia yang bertentangan dengan
seorang oknum sebagai hal yang tidak enak dirasakan dan juga hal yang
demikian dapat juga dikatakan bahwa hukum pidana itu merupakan suatu
5
Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 2002, Hal 62.
6
Ibid, hal, 63.
7
Sukardi, Pengetahuan Umum Hukum Pidana, Top Indonesia, Kalimantan, 2015, hal, 2
11
yang dapat dijatuhkan bagi tindakan-tindakan tersebut.8 Pada Sisi yang
itu sama halnya dengan hukum tata negara, hukum perdata dan lain-lain
sedang berlaku.
8
Ibid, hal, 2
9
Ibid, hal, 3
12
3. Pidana yang diancamkan
Oleh sebab itu berangkat dari definisi teori tindak pidana dari
pengertian dasar dalam hukum pidana. Dengan kata lain tindak pidana
adalah suatu pengertian yang ditentukan secara yuridis. Mengenai isi dari
10
Pipin Syarifin, Hukum Pidana di Indonesia, Pustaka Setia, Bandung, 2000, hal 44.
13
Teori ini membenarkan pemidanaan karena seseorang telah
Caelum).
b. Pembalasan bersambu
14
Teori ini dikemukakan oleh Herbert Marcuse yang
ajaran ini siapa saja yang melakukan kejahatan dia pun akan
15
kejahatan dipandang dari tujuan pemidanaan ini dibagi menjadi
empat bagian
calon-calon penjahat.
● Teori Gabungan
yaitu teori absolut dan juga teori relatif. Dengan kata lain lahirnya
16
teori gabungan ini tidak lepas dari pengaruh dua teori yang
tersebut.
masyarakat.
17
b. Jika ternyata kejahatannya ringan maka penjatuhan pidana yang
rasa keadilan.
18
menjabarkan di dalam kaidah-kaidah untuk menciptakan, memelihara dan
sesungguhnya.13
Suatu hukum akan memiliki nilai yang dapat bekerja dengan baik
sejauh mana aturan hukum tersebut ditaati atau tidak ditaati.14 Lebih
12
Adelia Apriyanti, La Ode Husen & Nurul Qomar, ‘’Efektivitas Penegakan Hukum Terhadap Pelaku
Tindak Pidana Kekarantinaan Kesehatan Pada Saat Terjadinya Kedaruratan Kesehatan Di Kota
Makassar’’ Di Akses Dari http://www.pascaumi.ac.id/index.php/jlg/article/view/1409/1603, Pada
Tanggal 7 Mei 2023 Pukul 20.34.
13
Febby Yuzela Tilalepta, Syahrudin Nawi & Kamri Ahmad, ‘’Efektivitas Penyidikan Terhadap
Tindak Pidana Malapraktik Kedokteran Di Kota Makassar, Studi Kasus Di Polrestabes Makassar’’
Di Akses Dari http://www.pasca-umi.ac.id/index.php/jlg/article/view/1341/1531 Pada Tanggal 8
Mei 2023 Pukul 23.12.
14
Achmad Ali, Menguak Teori Hukum dan Teori Peradilan Vol 1, Kencana Jakarta, 2010 hal
375.
19
para penegak hukum, baik di dalam menjalankan tugas yang dibebankan
tersebut.15
dan juga prasarana bagi para aparat pelaksana di dalam upaya untuk
dikatakan dengan istilah fasilitas ini. Khususnya untuk sarana atau fasilitas
15
Ibid.
16
Soerjono Soekanto, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2008 hal, 8
20
b. Yang rusak atau salah diperbaiki juga dibetulkan.
lagi fungsinya.18
dengan lancar. Karena itu sarana atau fasilitas tersebut antara lain harus
17
Ibid hal 83.
18
Ibid .
21
berorganisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup
dan juga lain sebagainya. Oleh karena itu dukungan sarana dan
sebuah hal yang sangat niscaya dan wajib untuk dipenuhi agar hukum
kegiatannya.
setempat yaitu:
internal yang muncul. Dengan kata lain faktor eksternal tidak memiliki
19
Ibid hal, 84
22
pengaruh yang sangat kuat terhadap tindakan-tindakan masyarakat yang
tidak patuh terhadap hukum tetapi ukuran kepatuhan atau tidak patuhnya
individu sangat tergantung pada kondisi internal individu itu sendiri. Oleh
karena itu pendekatan paling tepat dalam hubungan disiplin ini adalah
melalui motivasi yang ditanamkan secara individual. Dalam hal ini derajat
hukum dan bahkan melakukan identifikasi dengan petugas dalam hal ini
penegak hukum sebagai pribadi. Salah satu akibatnya adalah bahwa baik
adanya rangsangan yang sifatnya negatif seperti perlakuan tidak adil dan
ada semacam tekanan dari luar yang berupaya untuk mengharuskan atau
20
Ibid hal 85
23
bersifat memaksa agar warga masyarakat dapat tunduk kepada ketentuan
Oleh karena itu dari teori efektivitas hukum yang dikemukakan oleh
beberapa ahli tersebut dapatlah ditemukan dua poin utama yaitu proses
pada sarana dan prasarana yang dimiliki oleh aparat penegak hukum dan
individu yang berasal dari pengaruh internal maupun yang berasal dari
pengaruh eksternal.
dengan salah seorang ahli hukum dari Amerika Serikat yang bernama
bagian dari sistem hukum yang saling bergantung dan saling berpengaruh
antara yang satu dengan yang lainnya. Yaitu struktur hukum, substansi
21
Ibid.
24
tertulis tentang suatu kebenaran dan kesalahan, perilaku, tugas,
kehidupan sosial.
25
7. Friedman membagi budaya hukum tersebut menjadi : (a) Internal
legal culture yaitu budaya hukum para hakim dan pengacara atau
sistem hukum, tetapi baru sebatas desain atau cetak biru dan
berkepanjangan.
hukum.
26
11. Budaya hukum dipandang sangat menentukan kapan, mengapa
bergerak.
27
budaya hukum-lah yang melemahkan perubahan-perubahan dalam
15. Budaya hukum dapat berubah setiap saat sebagai akibat dari
terhadap hukum menjadi tidak sesuai lagi bagi masyarakat. Hal ini
dalam lembaga hukum dan hukum itu sendiri. Dalam situasi seperti
diimplementasikan.
17. Budaya hukum ‘adalah suatu variabel yang saling terkait. Kekuatan
28
budaya hukum merubah sistem hukum, dan sistem hukum
sistem hukum dapat dibagi ke dalam tiga komponen atau fungsi, yaitu
berisikan hasil nyata yang diterbitkan oleh sistem hukum. Hasil nyata ini
22
Teddy Lesmana, Pokok-pokok Pikiran Lawrence Meir Friedman, Diakses Dari
https://nusaputra.ac.id/article/pokok-pokok-pikiran-lawrence-meir-friedman-sistem-hukum-dala
m-perspektif-ilmu-sosial/#:~:text=Friedman%20menyatakan%20bahwa%20sistem%20hukum,dan
%20Budaya%20(legal%20cultur) , Pada Tanggal 5 Juni 2023, Pukul 14 : 25.
23
Harsanto Nursadi, Sistem Hukum Indonesia, Universitas Terbuka, Jakarta, Cetakan Pertama,
2008, hal 6.
29
hukum. Sikap-sikap publik atau para warga masyarakat beserta nilai–nilai
mempengaruhi hukum.24
bahwa legal System atau sistem hukum dari Friedman merupakan suatu
alat untuk mengukur tingkat efektivitas penegakan hukum yang dilihat dari
yaitu yang menyangkut dari aspek budaya dan perilaku hukum dari
aparat penegak hukum itu sendiri serta reaksi sosial dari masyarakat
itu sendiri.
24
Ibid, 8.
30
Agar kita dapat menjelaskan adanya suatu sistem hukum, Fuller dalam
3. Tidak boleh ada peraturan yang berlaku surut, agar dapat dipakai
yang lain.
ditetapkan.25
25
Ibid, 10
31
dipengaruhi oleh moralitas hukum dari para aparat penegak hukum yang
kepolisian adalah segala hal ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan
dari kepolisian telah tertuang dalam ketentuan pasal Pasal 5 ayat (1) UU
26
H. Pudi Rahardi, Hukum Kepolisian [Profesionalisme dan Reformasi Polri],
penerbit Laksbang Mediatama, Surabaya, 2007, hlm.53.
32
memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada
yang dinamakan “Polis”. Jadi pada jaman itu arti “Polisi” demikian luasnya
27
W.J.S Purwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka Jakarta, 1986.
33
maka istilah “Politie” dapat kita temukan sebagai bagian dari
1. Bestuur
2. Politie
3. Rechtspraak
4. Regeling
Dari sini dapat kita lihat bahwa menurut ajaran Catur Praja maka
kewajiban umumnya
34
Memberi pertanggung jawaban dari apa yang tercantum dalam
pekerjaan tersebut.28
28
Momo Kelana, Hukum Kepolisian, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 1994, hlm.
14-16.
29
Sadjijono, Fungsi Kepolisian Dalam Pelaksanaan Good Governance, Laksbang Pressindo,
Yogyakarta, 2005, hlm, 39.
30
Sadjijono, Hukum Kepolisian, Perspektif Kedudukan Dan Hubungan Dalam Hukum Administrasi,
Laksbang Pressindo, Yogyakarta, 2006, hlm. 6.
35
merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan
maka dapat dimaknai sebagai berikut: istilah polisi adalah sebagai organ
Kepolisian sebagai organ dan fungsi. Sebagai organ, yakni suatu lembaga
maka intinya menunjuk pada tugas yang secara universal untuk menjamin
datang. Represif adalah suatu tindakan aktif yang dilakukan oleh pihak
36
berwajib pada saat penyimpangan terjadi agar penyimpangan yang
bernegara.32
hak-hak masyarakat tetap terjaga dan juga sebagai alat untuk menjaga
31
Nurul Azmi Al Farabi, Hambali Thalib & Azwad Rachmat Hambali, Aspek Kriminologis
Terhadap Kejahatan Pencurian Listrik Di Wilayah Kota Makassar, Diakses Dari
http://www.pasca-umi.ac.id/index.php/jlg/article/view/532/582, Volume 2, Nomor 6, Juni
2021, hal 1712
32
Indha Auliya Rahayu, Sufirman Rahman & Nurul Qamar, Eksistensi Restorative Justice
Dalam Perkembangan Sistem Hukum Pidana Indonesia: Studi di Kepolisian Resort Kota
Besar Makassar, Di Akses Dari
http://www.pasca-umi.ac.id/index.php/jlg/article/view/822/878 Volume 3, Nomor 4,April
2022, hal.608
37
Menurut Rasmi Adhelia, Ma’ruf Hafidz & Kamri Ahmad,
1. Tugas Kepolisian
33
Menurut Rasmi Adhelia, Ma’ruf Hafidz & Kamri Ahmad, Tanggungjawab Kepolisian
Dalam Penanganan, Keamanan, Dan Ketertiban Masyarakat Di Kota Makassar, Diakses
http://www.pasca-umi.ac.id/index.php/jlg/article/view/322/358 Dari Volume 2, Nomor 1,
Januari 2021, hal 233.
38
yang pada tahap pertama harus dapat memberikan keyakinan, walaupun
sebenarnya terjadi atau tentang tindak pidana yang telah dilakukan serta
siapa tersangkanya.34
perUndang-undangan.35
34
Rezky Sulyanwa, Baharuddin Badaru & Ahmad Fadil, ‘’Efektivitas Penggunaan Sidi Jadi
(Fingerprint) Sebagai Alat Bukti Dalam Mengungkap Tindak Pidana’’ Di Akses Dari
http://www.pasca-umi.ac.id/index.php/jlg/article/view/104/115 Pada Tanggal 8 Mei 2023 Pukul
01: 27
35
Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian, Pasal 14, Ayat 1, huruf a s/d c
39
c. Melakukan koordinasi, pengawasan dan pembinaan teknis
meliputi:
berwenang
36
Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian, Pasal 14, Ayat 1 huruf d a s/d c
40
2. Wewenang Kepolisian
b. Melakukan Penangkapan.
c. Melakukan PenahanananPenggeledahan.
d. Melakukan penggeledahan.
e. Melakukan Pengejaran.
f. Melakukan Penyitaan.
g. Melakukan Larangan.37
37
Yunan Hilmy, Penegakan Hukum Oleh Kepolisian Melalui Pendekatan Restorative Justice Dalam
Sistem Hukum Nasional. Jurnal Rechts Viding Vol II No. 2, Agustus 2013. Hlm. 70-72
41
berhubungan dengan intelijen dan reserse. Oleh karena itu,
darat, laut dan udara serta tugas khusus untuk meredam gangguan
bukti.
barang bukti, dan dengan bukti itu membuat atau menjadi terang tindak
tindak pidananya.39
38
Rasmi Adelia, Ma'aruf Hafidz & Kamri Ahmad, ‘’Tanggung Jawab Kepolisian Dalam
Penanganan, Keamanan dan Ketertiban Masyarakat Di Kota Makassar’’ Di Akses Dari
http://www.pasca-umi.ac.id/index.php/jlg/article/view/322/358 Pada Tanggal 8 Mei 2023 Pukul
02.10.
39
Fitri Matika, Hambali Thalib & Abdul Qahar, Efektifitas Penyidikan Terhadap Anak Pelaku Tindak
Pidana Perang Kelompok, Diakses Dari
http://www.pasca-umi.ac.id/index.php/jlg/article/view/636/695 Volume 2, Nomor 9, September
2021, hal 2383.
42
Adapun untuk menjalankan tugas-tugas polisi baik sebagai
masyarakat
administrasi kepolisian
seseorang
43
12. Memberikan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan
2. menegakkan hukum.
masyarakat.41
40
Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian, Pasal 14, Ayat 1, huruf c s/d h
41
Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian, Pasal 14, Ayat 1, huruf a s/d c
44
2. Masyarakat membutuhkan adanya suatu lembaga yang mampu
baginya.
boleh terjadi dan mendorong seseorang agar berbuat lebih baik sekarang.
Akan tetapi fungsi kepolisian secara umum dan mendasar, adalah bagian
42
Yoyok Ucuk Suyono, Hukum Kepolisian Kedudukan Polri Dalam Sistem Ketatanegaraan
Indonesia Setelah Perubahan UUD 1945, Laksbang Grafika, Yogyakarta, 2014, hlm, 8
45
3. Mengayomi dan melindungi masyarakat, warga masyarakat dan
merugikan.
penajaman, dan wacana untuk itu tetap berkembang dari waktu ke waktu.
Dengan Tugas Fungsi dan wewenang yang dimilikinya Polisi Hadir untuk
menegakkan dan menertibkan terhadap warga negara yang tidak taat dan
sebagai hukum. Sehingga organ polisi lahir karena adanya fungsi polisi
yang harus menindak dan mengingatkan bagi warga negara yang tidak
taat dan menentang aturan yang telah disepakati tersebut. Baru kemudian
43
Ibid., Hlm, 5-6
46
bidang penegakan hukum (represif) dan bidang pencegahan atau
dalam fungsi-fungsi yang lain yang belum berjalan pun menjadi tugas
polisi. Untuk mengefektifkan fungsi polisi saat itu dengan mencermati teori
44
Ibid., Hlm, 37.
47
suatu pengertian dasar dalam ilmu hukum, sebagai istilah yang dibentuk
tindak pidana haruslah diberikan arti yang bersifat ilmiah dan ditentukan
Ahli hukum yang menggunakan istilah ini seperti Prof. Dr. Wirjono
Indonesia.
45
FItri Wahyuni, Dasar-dasar Hukum Pidana, Di Indonesia, PT Nusantara Persada Utama,
Tangerang, 2017, hal, 35.
48
3. Delik yang sebenarnya berasal dari bahasa latin delictum juga
istilah delik.
5. Perbuatan yang boleh dihukum, istilah ini digunakan oleh Mr. Karni
49
2. Pompe mengartikan tindak pidana Suatu pelanggaran norma
48
Lamintang, P.A.F, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997 hlm.
34.
49
Ibid., hlm, 35.
50
Sianturi, S.R, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia Dan Penerapannya, Jakarta: Alumni, 1972,
hlm.297.
51
Adami Chazawi, Op, cit, hlm, 59.
50
Berdasarkan dari hasil pendefinisian para ahli diatas maka dapatlah
pengertian hukum pidana. Titik poros yang menjadi dasar muatan yang
tersebut.
larangan tersebut.52
disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu bagi barang
53
Ibid.,
51
(pinciple of legality), yakni asas yang menentukan bahwa tiap-tiap
perbuatan pidana dan atasnya dapat dipidana atau tidak dapat dipidana,
adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan mana
disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa
dilarang dan diancam pidana, asal saja dalam pada itu diingat bahwa
dan ancaman pidana ada hubungan yang erat, oleh karena antara
kejadian dan orang yang menimbulkan kejadian itu ada hubungan yang
54
Ibid., hlm, 5.
52
erat pula. Yang satu tidak dapat dipisahkan dari yang lain. Kejadian tidak
dapat dilarang, jika yang menimbulkan bukan orang, dan orang tidak
olehnya. Dan justru untuk menyatakan hubungan yang erat itu, maka
kejadian itu”55
terhadap tindak pidana ini juga sepertinya belum memberikan efek jera,
sehingga kasus kejahatan ini selalu ada bahkan terus bertambah setiap
tahunnya.56
untuk merugikan diri sendiri maupun orang lain, maka dari itu kekerasan
yang baru terjadi di masyarakat, di dalam Pasal 170 ayat (1) Kitab
55
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Op.Cit., hlm. 59-60.
56
Kusyono Juskar, Syahruddin Nawi & Nur Fadhilah Mappasellen, ‘’Efektivitas Penyidikan
Terhadap Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan Yang Di Lakukan Oleh Anak Di Kabupaten
Gowa’’ Di Akses Dari http://www.pasca-umi.ac.id/index.php/jlg/article/view/640/698 Pada
Tanggal 8 Mei 2023 Pukul 02.35.
53
di muka umum bersama-sama melakukan kekerasan terhadap orang atau
kekerasan.
Menurut Muh. Asrul Haq Sultan, Hambali Thalib & La Ode Husen,
pidana.57
dihukum dan diadili sesuai dengan aturan yang berlaku. Sebelum jauh kita
kita mengetahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan tindak pidana.
57
Muh. Asrul Haq Sultan, Hambali Thalib & La Ode Husen, Analisis Kriminologis Terhadap Tindak
Pidana Yang Dilakukan Anak Di Kota Makassar, Diakses Dari
http://www.pasca-umi.ac.id/index.php/jlg/article/view/282/313, Volume 1, Nomor 7, Desember
2020, hal.1019
54
Istilah yang biasa digunakan didalam hukum pidana yaitu “tindak pidana”.
Istilah ini muncul dan tumbuh dari kalangan kementrian kehakiman yang
pendek dari “perbuatan” tapi “tindak” tidak menunjuk pada hal yang
pendek dari “perbuatan” tapi “tindak” tidak menunjuk pada hal yang
seseorang.58
maka tindak pidana ialah sesuatu aksi ataupun tingkah laku dari seorang
atas kehendak sendiri ataupun juga orang lain yang dicoba olehnya serta
pidana tersebut dari perbuatan itu sendiri. Setelah kita mengetahui apa
yang diartikan dari penafsiran atau pengertian tindak pidana hingga kita
dahulu kita sepakati bahwa kekerasan ialah sesuatu perbuatan jahat yang
58
Ibid., hlm, 62.
55
kedua hal tersebut hanya berbeda pada luas dan sempit terhadap
secara fisik.
rigid.59
59
Anjari, Warih. Fenomena Kekerasan Sebagai Bentuk Kejahatan (Violence). Jurnal WIDYA Yustisia,
Volume 1, No. 1, 2014. hlm 45.
56
siapapun, misalnya tindakan berkelahi, menikam, memukul, menampar,
tindakan yang biasa namun tindakan yang sama pada suatu situasi yang
mengancam dirinya.
a. Pengertian Remaja
Pada sisi yang lain ada beberapa para ahli yang mencoba untuk
60
Anwar Adang, Yesmil. Kriminologi. PT. Refika Aditama, Bandung, 2010, hlm 56-57
57
1. Ny. Y. Singgih D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa, Remaja adalah
latin yang berarti "usia menjadi orang" suatu periode dimana anak
istilah pubertas dan umur anak pada masa ini. Masa pubertas atau
61
Ny. Y. Singgih D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa Psikologi remaja, Jakarta, Gunung Mulia, 2007,
hlm, 165.
62
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan, Jakarta, Erlangga, 2001 hlm, 206
63
Ny. Y. Singgih D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa, Op., Cit, hlm, 27.
58
periode pueral. Pada umur 19 tahun anak berada dalam masa pubertas
adolesensi.64
manusia yang paling menonjol dan cukup krusial adalah masa remaja. Di
fisik, cara berpikir pun ikut berubah. Mereka akan mulai mencoba-coba
kekerasan.
64
John W. Santrock penerjemah, Verawaty Pakpahan, Masa perkembangan anak Buku 2, Jakarta,
Salemba Humanika, 2011, hlm, 132
59
b. Tindak Pidana Kekerasan Remaja
yang dilakukan oleh pelajar di dalam KUHP antara lain Pasal 170, 351,
Pasal 170
Pasal 351
tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu
60
3. Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling
Pasal 406
lain.
Pasal 5
a. kekerasan fisik.
b. Kekerasan psikis.
61
c. Kekerasan seksual atau
Pasal 6
perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.
Pasal 7
Pasal 8
meliputi :
62
kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Ditinjau dari sudut subyeknya,
penegakan hukum itu dapat dilakukan oleh subyek yang luas dan dapat
subyek.
bidang represif. Istilah penegakan hukum disini meliputi baik yang represif
maupun yang preventif. Jadi kurang lebih maknanya sama dengan istilah
yang berarti pemenuhan dan penataan hukum. Oleh karena itu lebih tepat
65
Satjipto Rahardjo. Masalah Penegakan Hukum. Bandung, Sinar Baru, 1987, hlm.15
66
Peter Mahmud, Marzuki. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta : Kencana Prenada.2012
hlm.15
67
Andi Hamzah, Asas-asas Penting dalam Hukum Acara Pidana. Surabaya :
FH Universitas, 2005, hlm. 2
63
Sedangkan menurut Soerjono Soekanto, secara konsepsional, maka inti
dilakukan untuk menjadikan hukum, baik dalam arti formil yang sempit
maupun arti materiil yang luas, sebagai pedoman perilaku dalam setiap
maupun oleh aparatur penegakan hukum yang resmi diberi tugas dan
tahap yang dilihat sebagai suatu usaha atau proses rasional yang sengaja
suatu jalinan mata rantai aktivitas yang tidak termasuk bersumber dari
1. Tahap Formulasi
68
Soerjono Soekanto. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum.
Jakarta : Rajawali. 1983, hlm. 24.
69
Abidin, Farid zainal. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta, Sinar grafika, 2007
hlm.35
64
nilai yang sesuai dengan keadaan dan situasi masa kini dan yang
keadilan dan daya guna. Tahap ini disebut dengan tahap kebijakan
legislatif.
2. Tahap Aplikasi
3. Tahap Eksekusi
65
peraturan perundang-undangan pidana yang telah dibuat oleh
kekerasan yang dilakukan oleh Remaja di bagi menjadi dua yaitu secara
mencegah terjadinya atau timbulnya kejahatan yang pertama kali, hal ini
akan berpikir ulang untuk melakukan tindak pidana atau mengulangi lagi
harinya.73
b. Upaya Represif
70
Andi Hamzah. Masalah Penegakan Hukum Pidana. Jakarta. 1994, hlm 21
71
Romli Atmasasmita, Teori dan Kapita Selekta Kriminologi, Eresco, Bandung, 1992, hlm. 66.
72
Sabar Slamet, Hukum Pidana, Universitas Negeri Sebelas Maret, Surakarta, 1998, hlm. 106
73
Nuroton Mumtahanah, “Upaya Menanggulangi Kenakalan Remaja Secara Preventif, Represif,
Kuratif dan Rehabilitasi”, Jurnal Al Hikmah, Vol. 5, No. 2, 2015, hlm. 279.
66
Upaya represif adalah segala tindakan yang dilakukan oleh
di dalam hukum pidana itu dapat diterapkan.74 Hal yang termasuk dalam
74
Rusli Muhammad, Hukum Acara Pidana Kontemporer, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2007,hlm. 3.
75
Romli Atmasasmita, Op. Cit. Hlm, 86
76
Nurotun Mumtahanah, Loc. Cit., hlm. 280.
67
BAB III
A. Kerangka Konseptual
semakin marak terjadi yang mana baik korban maupun pelaku banyak
melibatkan masyarakat pada umumnya, hal ini tentu sangat perlu untuk
diantara keduanya.
68
Undang-Undang Kepolisian, tugas pokok Kepolisian Negara Republik
Indonesia adalah:
kepada masyarakat.
dalam KUHP sebagaimana yang ditegaskan dalam pasal 170, 351 dan
69
penyidikan. Penyidik dalam hal merupakan pejabat polisi maupun pegawai
diselidiki tersebut.
tersangka.
70
pemberitahuan yang disampaikan secara langsung tanpa adanya
penegak dan pembela Hak Asasi Manusia. Hal ini dikarenakan pada
mencari keadilan di dunia melalui sistem hukum yang berlaku. Dari hal
mencari keadilan itulah yang dapat menjuluki polisi sebagai penegak dan
pembela Hak Asasi Manusia, dalam hal ini adalah korban atau pihak yang
Kekerasan Remaja merupakan hal yang sangat penting untuk menata dan
B. Hipotesis
Dalam penelitian ini penulis mengambil hipotesis sebagai berikut:
71
koordinasi, sumber daya, dan penegakan hukum. Ada pengaruh yang
remaja”.
72
Diagram Kerangka Konseptual
73
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
B. Lokasi Penelitian
penulis.
berikut:
74
1. Penelitian Kepustakaan
penelitiini.
2. Penelitian Wawancara
hal ini pihak terkait yaitu aparat penegak hukum ( Polisi, dan
Masyarakat )
75
maupun induktif kemudian disajikan secara deskriptif yaitu menjelaskan,
terdiri dari perpaduan antara obyek dan subyek yang mana kedua
76
Dalam penelitian ini yang menjadi sampelnya adalah Polres
77
BAB V
TAHUN
JUMLAH
NO. JENIS TINDAK PIDANA 2022 2023
2 Pencurian Biasa 2 2 4
3 Penganiayaan 2 3 5
5 Pencurian dengan 2 1 3
Kekerasan
16 17 33
JUMLAH
Dari tabel 1 diatas, dapat dilihat bahwa jumlah kasus tindak pidana
yang dilakukan oleh remaja di Kabupaten Bima pada tahun 2022 adalah
peningkatan jumlah kasus sebesar 1 kasus atau 6,25% dari tahun 2022 ke
tahun 2023. Jenis tindak pidana yang paling banyak dilakukan oleh remaja
di Kabupaten Bima pada tahun 2022 dan 2023 adalah kekerasan dengan
36,36% dari total kasus. Jenis tindak pidana yang paling sedikit dilakukan
oleh remaja di Kabupaten Bima pada tahun 2022 dan 2023 adalah
pencurian biasa, yaitu sebanyak 4 kasus atau 12,12% dari total kasus.
Jenis tindak pidana yang mengalami peningkatan jumlah kasus dari tahun
dan 40%. Jenis tindak pidana yang mengalami penurunan jumlah kasus
dari tahun 2022 ke tahun 2023 adalah pencurian sepeda motor dan
dan 50%.
79
Berdasarkan hasil wawancara Penulis dengan salah satu aparat
13-17 3 5 8
14-16 5 6 11
77
Hasil wawancara dengan Akp Masdidin, Bagian Staf Reskrim Polres Bima, Wawancara, Bima,
27 Agustus 2023.
80
15-17 8 6 14
JUMLAH 16 17 33
kepada diri sendiri atau orang lain, yang melanggar norma-norma hukum
yang berlaku, dan yang dilakukan dengan unsur kesalahan, baik sengaja
Dari data di atas, kita dapat melihat bahwa jumlah pelaku tindak
6,25% dari tahun 2022 ke tahun 2023. Hal ini menunjukkan bahwa tindak
pidana kekerasan remaja masih menjadi masalah yang serius dan perlu
antara 15-17 tahun, yaitu sebanyak 14 orang atau 42,42% dari total
pelaku. Umur pelaku tindak pidana kekerasan yang paling sedikit adalah
antara 13-14 tahun, yaitu sebanyak 8 orang atau 24,24% dari total pelaku.
jumlah dari tahun 2022 ke tahun 2023 adalah antara 13-17 tahun dan
antara, yaitu masing-masing naik sebesar 66,67% dan 20%. Umur pelaku
81
tindak pidana kekerasan yang mengalami penurunan jumlah dari tahun
2022 ke tahun 2023 adalah antara 15-17 tahun, yaitu turun sebesar 25%.
Hal ini menunjukkan bahwa tindak pidana kekerasan remaja tidak hanya
terbatas pada usia tertentu, tetapi dapat terjadi pada remaja dengan
rentang usia yang luas. Hal ini juga menunjukkan bahwa ada faktor-faktor
menyatakan :
"bahwa Kami dari Polres Kota Bima telah menganalisis data umur
pelaku tindak pidana kekerasan yang dilakukan oleh remaja di
Kabupaten Bima pada tahun 2022 dan 2023. Kami menemukan
bahwa sebagian besar pelaku masih berstatus anak, yaitu berumur
di bawah 18 tahun. Kami menilai bahwa hal ini merupakan
tantangan bagi kami dalam penegakan hukum, karena anak
memiliki perlindungan khusus sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Kami
harus mempertimbangkan aspek-aspek seperti hak asasi anak,
kepentingan terbaik bagi anak, diversi, restorative justice, dan
rehabilitasi dalam menangani perkara-perkara yang melibatkan
anak. Kami telah menjadikan ini sebagai bahan pertimbangan dan
acuan bagi kami dalam mengambil keputusan dan tindakan hukum
yang tepat dan proporsional bagi para pelaku tindak pidana
kekerasan yang masih berstatus anak".78
78
Hasil Wawancara dengan Pak Abdurrahman, WaKapolres Kompol Kabupaten Bima,
Wawancara, Bima, 27 Agustus 2023.
82
Dalam Teori tujuan pemidanaan menjelaskan tentang alasan,
fungsi, dan sasaran dari pemberian sanksi pidana terhadap pelaku tindak
pidana. Teori ini dapat membantu kita untuk mengevaluasi dan mengkritisi
memberikan rasa kepuasan, baik bagi hakim maupun kepada penjahat itu
paling relevan dan sesuai adalah teori gabungan. Hal ini karena teori ini
83
2. Data Tingkat Pendidikan Pelaku
TAHUN JUMLAH
1 PENGANGGURAN 9 9 18
2 SD - - -
3 SMP 4 4 8
4 SMA 3 4 7
5 JUMLAH 16 17 33
Teori ini dapat membantu kita untuk memahami dan mengkritisi dinamika
Menurut teori Legal sistem bahwa sistem hukum itu terbagi menjadi
tiga yaitu:
84
tindak pidana, serta menentukan hukuman apa yang dapat
dari pihak yang puas, tidak puas, atau apatis terhadap hukum.
Dari data di atas, kita dapat melihat bahwa jumlah pelaku tindak
6,25% dari tahun 2022 ke tahun 2023. Hal ini menunjukkan bahwa tindak
pidana kekerasan remaja masih menjadi masalah yang serius dan perlu
paling sedikit adalah SD, yaitu tidak ada satupun pelaku yang
85
yang tidak mengalami perubahan jumlah dari tahun 2022 ke tahun 2023
adalah SMA, yaitu naik sebesar 1 orang atau 33,33%. Hal ini
pada remaja yang tidak bersekolah atau berhenti sekolah, tetapi juga
pada remaja yang masih bersekolah. Hal ini juga menunjukkan bahwa ada
budaya hukum dapat kita rumuskan bahwa, budaya hukum yang tidak
86
pidana kekerasan yang dilakukan oleh remaja berlanjut tanpa
Dari tabel data diatas terlihat sangat jelas bahwa yang paling
menjelaskan bahwa :
menyatakan bahwa :
79
Hasil Wawancara dengan Pak Abdurrahman, WaKapolres Kompol Kabupaten Bima,
Wawancara, Bima, 27 Agustus 2023.
87
yang melibatkan pengangguran. Kami juga harus berkoordinasi
dengan pihak-pihak lain yang terkait, seperti pemerintah, dinas
tenaga kerja, dinas sosial, lembaga swadaya masyarakat, orang
tua, guru, dan masyarakat. Kami berharap dengan adanya analisis
ini, dapat menjadi bahan pertimbangan dan acuan bagi kami dalam
mengambil keputusan dan tindakan hukum yang tepat dan
proporsional bagi para pelaku tindak pidana kekerasan yang
merupakan pengangguran".80
Remaja di daerah kabupaten bima melakukan berbagai jenis tindak
80
Hasil wawancara dengan Pak Abdurrahman, WaKapolres Kompol Kabupaten Bima,
Wawancara, Bima, 27 Agustus 2023.
81
Hasil wawancara dengan Pak Hariyanto Kapolres Kabupaten Bima, Wawancara, Bima, 27
Agustus 2023.
88
B. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Tindak pidana Kekerasan
Remaja Di Kabupaten Bima
Dalam menguraikan latar belakang penyebab terjadinya tindak
kekerasan yang dilakukan geng motor oleh anak remaja, maka perlu
1. Faktor keluarga
3. Faktor media
82
Hasil wawancara dengan Pak Abdurrahman, WaKapolres Kompol Kabupaten Bima,
Wawancara, Bima, 27 Agustus 2023.
89
faktor-faktor yang menjadi latar belakang terhadap tindak pidana
1. Faktor keluarga
83
Hasil Wawancara dengan Pak Abdurrahman, WaKapolres Kompol Kabupaten Bima,
Wawancara, Bima, 27 Agustus 2023
84
Novita Sari, Meri Neherta, dan Lili Fajria, Faktor Penyebab Orang Tua Melakukan Kekerasan Pada
Anaknya, Indramayu, CV Adanu ABimata, 2023, hal 5
90
sosial seorang anak.85. Dari pendapat diatas mudah dipahami bahwa
lain. Sistem dalam sebuah keluarga dipimpin oleh orang tua sebagai pusat
penggerak kemana arah yang akan dituju. Melalui orang tua anak
tidak baik dari lingkungan keluarga iniilah yang menjadi salah satu faktor
cocok dengan apa yang dikatakan oleh Ahmad Susanto, bahwa Keluarga
85
Mohamad Fadhilah Zein, Anak dan Keluarga dalam Teknologi Informasi, Perpustakaan Nasional,
Jakarta, 2019, hal iv
86
Nyoman Subagia, Pola Asuh Orang Tua: Faktor, Implikasi terhadap Perkembangan Karakter
Anak, Bali, Nila Cakra, 2021, hal 5
91
menyiapkan sarana pertumbuhan dan pembentukan kepribadian anak
sejak dini. Dengan kata lain kepribadian anak tergantung pada pemikiran
dan tidak terpengaruh oleh narkoba, mereka akan memiliki peluang lebih
87
Ahmad Susanto, Bimbingan & Konseling di Taman Kanak-kanak.Jakarta, Prenada Media Group,
2015, hal 141
88
Hasil wawancara dengan Pak Abdurrahman, WaKapolres Kompol Kabupaten Bima, Wawancara,
Bima, 27 Agustus 2023.
89
Inda Puji Lestari, Surahman Amin, Ismail Suardi Wekke, Model Pencegahan Kenakalan Remaja
Dengan Pendidikan Agama Islam, Indramayu, Adab, 2021, hal 68
92
Menurut Surbakti, Pergaulan para remaja juga sering kali
positif, dan hubungan sosial yang sehat dapat memberikan dorongan bagi
berada dalam lingkungan pergaulan yang baik maka remaja tersebut akan
90
F.b Surbakti, Kenalilah Anak Remaja Anda, Jakarta, Elex Media Komputindo, 2009, hal 309
91
Joko Subroto, Kunci Sukses Pergaulan Remaja, Jakarta, Bumi Aksara, 2021, hal 2.
93
alkohol pada remaja. Jangkauan lingkungan teman sebaya tidak terbatas
Menurut Endang Mei Yunalia & Arif Nurma Etika, jika remaja
sosial dari teman sebaya. Para remaja mencoba narkoba agar 'diterima
kelompok.94
yang bisa bersifat negatif.95 Sebagai sosok yang labil dan dalam proses
pencarian jati diri, seorang remaja juga terbiasa mencari pengakuan dari
komunitasnya dan ingin eksis. Satu hal yang menjadi sorotan utama dari
sosok remaja adalah pola pergaulan yang demikian rusak.96 Oleh karena
92
Pamela Hendra Heng,Perilaku Delinkuensi: Pergaulan Anak dan Remaja Ditinjau dari Pola Asuh
Orang Tua, Andi, 2020, hal 68
93
Endang Mei Yunalia, Arif Nurma Etika, Remaja Dan Konformitas Teman Sebaya, Malang,
Ahlimedia Book, 2020, hal 78
94
Joko Subroto, Op. Cit hal, 68
95
Gunarsa, Singgih D, dan Gunarsa, Yulia Singgih D, Psikologi praktis: anak, remaja dan
keluarga. Indonesia, Gunung Mulia, 1991, hal 133.
96
Muhammad Z A, Ku Pilih Taat, Bogor, Guepedia, 2019, hal 10
94
itu Tekanan dari teman sebaya yang menggunakan narkoba dapat
menyesuaikan diri agar diterima dalam kelompok tersebut. Hal inilah yang
Kabupaten Bima.
3. Faktor Media
Faktor media adalah faktor lain yang juga menjadi alasan remaja di
faktor media juga dapat memicu emosi negatif pada remaja, seperti
dalam setiap program televisi, baik itu iklan, sinetron, film, hingga berita
97
Hasil Wawancara dengan Pak Abdurrahman, WaKapolres Kompol Kabupaten Bima,
Wawancara, Bima, 27 Agustus 2023.
98
Siti Makhmudah, Medsos Dan Dampaknya Pada perilaku Keagamaan Remaja, Bogor, GuePedia,
2019, hal 83
95
memuat kedua hal tersebut. Dari televisi juga kita mengetahui semakin
banyak remaja yang terpengaruh kedua hal itu. Yaitu, remaja yang
mereka sudah terbiasa melihatnya dalam media. Selain itu, faktor media
juga bisa memicu emosi negatif pada remaja, seperti marah, benci, atau
99
Azimah Soebagijo. Pornografi: dilarang tapi dicari, Depok, Gema Insani, 2008, hal 130
100
Pupu Sacful Rahmat, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta, PT Bumi Aksara,2018, hal 15
96
kesadaran atau nilai-nilai yang terdapat dalam manusia tentang hukum
menyatakan bahwa:
101
Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, hal.
19
102
Hasil wawancara dengan Pak Abdurrahman, WaKapolres Kompol Kabupaten Bima,
Wawancara, Bima, 27 Agustus 2023.
103
Utami Nur Hafsari Putri, Nur'aini, Armita Sari, Shofia Mawaddah, Modul Kesehatan Mental,
Sumater, CV. Azka Pustaka, 2022, hal, 63
97
Menurut marty, Mawarpury dkk, kemiskinan dan pengangguran sebagai
kesehatan mental remaja.104 Pada sisi yang lain kelemahan dari kontrol
sosial yang diberikan oleh orang tua kepada anak itu pun sangat
104
Marty Mawarpury, Herdiyan Maulana, Maya Khairani, Endang Fourianalistyawati,Seri
Kesehatan Mental Indonesia: Kesehatan Mental di Indonesia Saat Pandemi, Press, Syiah Kuala
University 2022, hal 25.
105
Astri Sulistiani Risnaedi, Konsep Penanggulangan Perilaku Menyimpang Siswa, Jawa Barat,
Penerbit Adab CV. Adanu Abhimata, 2021, hal 7
98
menurunkan daya ingat, mengganggu keseimbangan hormon, dan
menyebabkan halusinasi".106
Menurut Reza Indragiri, penyalahgunaan narkoba mempengaruhi
paranoid, dan kehilangan rasa empati. Mereka sering terlibat dalam tindak
106
Hasil wawancara dengan Pak Abdurrahman, WaKapolres Kompol Kabupaten Bima,
Wawancara, Bima, 27 Agustus 2023.
107
Amriel, Reza Indragiri. Psikologi Kaum Muda Pengguna Narkoba. Jakarta, Salemba
Humanika, 2008, hal 8.
108
A.R. Sujono dan Bony Daniel, Viktimologi Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kejahatan
(Jakarta: Sinar Grafika, 2013), hal 39
99
Menurut Putu Darma Mahardipa, dkk, Penggunaan narkoba akan
Apabila hal ini terjadi terus menerus pada tubuh seseorang yang
watak seseorang akan lebih agresif dan rasa sesak yang dirasakan pada
bagian dada. Jika hal ini terus terjadi akibat yang dialami dari dehidrasi ini
bahwa:
109
Putu Darma Mahardipa, dkk, Bunga Rampai Isu-Isu Krusial tentang Narkotika, Alkohol,
Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya, Boyolali, Lakeisha, 2022. hal 10
110
Hasil wawancara dengan Pak Abdurrahman, WaKapolres Kompol Kabupaten Bima,
Wawancara, Bima, 27 Agustus 2023.
100
Menurut Nana Mulyana dkk, bahwa Faktor Lingkungan, baik itu
tindak kekerasan pada orang lain. Dalam kondisi seperti inilah, banyak
remaja yang meresponnya dengan sikap dan perilaku yang kurang wajar
111
Nana Mulyana dkk,Pencegahan Konflik Sosial Dan Penanggulangan Kenakalan Remaja,
Tasikmalaya, edu Publisher, 2023, hal 5
112
Fitrawan Umar, Strategi Konselor Dalam Upaya Menanggulangi Kenakalan Remaja,
Tasikmalaya, edu Publisher, 2021, hal 36.
101
mengalami stress atau depresi dapat berperilaku agresif dan melakukan
tidak hanya datang dari golongan bawah saja. tetapi banyak juga datang
pemuda atau gank, serta pengaruh dari film atau bacaan porno. Tingkat
umur para pelaku kejahatan remaja ini pun beragam, mulai dari yang
menjadi salah satu faktor risiko juga dapat menjadi pemicu terjadinya
113
Kun Maryati, Juju Suryawati, Sosiologi, Jilid 3, Semarang, Esis, 2021, hal 23
102
tindak kekerasan remaja, karena kebutuhan ekonomi yang sulit terpenuhi
aksi kekerasan. Pengaruh dari film atau bacaan porno juga dapat menjadi
kejahatan remaja ini pun bervariasi, mulai dari yang masih duduk di
103
tindakan kekerasan sebagai bentuk ekspresi perlarian atau frustrasi.
terlibat dalam kegiatan kekerasan. Selain itu, media sosial juga berperan
dalam membentuk sikap dan perilaku remaja. Konten yang negatif dan
remaja tidak memiliki batasan yang jelas dan merasa bebas untuk
melakukan kekerasan.
104
hukum yang baik tanpa aparat penegak hukum yang baik dan profesional
aparat penegak hukum yang sudah baik dengan aturan hukum yang tidak
bertikai.115
pidana.
114
Ayu Eza Tiara, Arif Maulana, Muhammad Retza Billiansya, Kepolisian Dalam Bayang-Bayang
Penyiksaan (Catatan Kasus Penyiksaan Sepanjang Tahun 2013 s.d. 2016), Jakarta, LBH, 2021, hal
117
115
Rizal Panggabean,Manajemen Konflik Untuk Polis, Jakarta, Sinar Grafika, 2016, hal 10.i
105
hanya menggunakan sarana penal (hukum pidana), namun juga dengan
patroli dan pengawasan lainnya secara kontinyu oleh polisi dan aparat
anak yang berkonflik dengan hukum dapat dijatuhi pidana dan tindakan.
Dalam hal ini. ada di antara pidana dan tindakan tersebut yang
116
Abintoro Prakoso, Kriminologi dan Hukum Pidana. Yogyakarta: Laksbang Grafika,2013, hal 159.
117
Makhrus Munajat, Hukum Pidana Anak di Indonesia. Jakarta, Sinar Grafika, 2022, hal 80
106
Berdasarkan pada teori tujuan pemidanaan yaitu teori gabungan,
ini, hukuman atau sanksi yang dijatuhkan kepada anak yang berkonflik
sepanjang ada jaminan orang tua atau wali atau pendamping atau
atau merusak barang bukti, dan berjanji tidak melakukan tindak pidana
118
Lefti Michael dkk, Perlindungan Anak Dan Hukum Pidana Anak, Global Eksekutif Teknologi,
2023. hal 144
107
5. Anak ditahan bisa ditempatkan di Lembaga Penyelenggaraan
mungkin dilakukan oleh anak tersebut di masa depan. Penahanan anak ini
berkontribusi bagi masyarakat. Oleh karena itu, penahanan anak ini harus
atau lebih, anak telah disangka berbuat pidana diancam pidana minimal
ditahan, selama ditahan hak anak baik kebutuhan jasmani, rohani dan
108
Berdasarkan hasil wawancara Penulis dengan Pihak Kepolisian
anak, hukum pidana formal anak, dan hukum pelaksanaan sanksi hukum
pidana anak.
adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum
119
Akp Masdidin, Bagian Staf Reskrim Polres Bima, Wawancara, Bima, 27 Agustus 2023
120
Wiyono, R.. Sistem peradilan pidana anak di Indonesia. Indonesia, Sinar Grafika, 2016, hal 14
109
berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak
motor dapat dijerat oleh hukum karena umur mereka sudah di atas 12
tahun, yang merupakan batas minimal untuk menjadi anak yang berkonflik
pidana materiil anak dan hukum pidana formal anak dan hukum
110
pelaksanaan sanksi hukum pidana anak.121 Tujuan penyelenggaraan
sanksi pidana bagi anak yang telah melakukan tindak pidana, tetapi lebih
menjatuhkan sanksi pidana. Oleh karena itu, sanksi pidana yang diberikan
pencurian motor harus sesuai dengan kepentingan terbaik bagi anak dan
a. Upaya Pre-emptif
121
Setyo Wahyudi, Implementasi Ide Diversi, Genta Publishing Yogyakarta, 2011, Cetakan ke-l,
hlm. 16
111
pendekatan situasional dan pendekatan kemasyarakatan untuk
upaya-upaya psikis atau moril. Pendekatan ini berfokus pada edukasi dan
mereka.
122
M. Kemal.Darmawan, Strategi Kepolisian Dalam Pencegahan Kejahatan, Sinar Grafika, Jakarta,
2012, hlm 46
112
efektif. Metode ini merupakan strategi yang diterapkan sejak dini untuk
masalah sosial yang tidak hanya dihadapi oleh suatu masyarakat tertentu
123
Hasil wawancara dengan Pak Hariyanto Kapolres Kabupaten Bima, Wawancara, Bima, 27
Agustus 2023.
124
Barda Nawawi Arief, Kebijakan Legislatif dalam Penanggulangan Kejahatan dengan Pidana
Penjara, Semarang: CV Ananta, 1994, hlm. 11
113
kekerasan yang dilakukan oleh remaja di Kabupaten Bima dapat dianggap
kepolisian yang dalam hal ini komunikasi secara terbuka dan transparan
114
“Kami merasa kecewa dengan kinerja kepolisian yang tidak sesuai
dengan apa yang dijanjikan. Kepolisian seharusnya menjaga
komunikasi yang terbuka dan transparan dengan masyarakat,
namun kenyataannya tidak demikian. Kami jarang mendapat
informasi yang jelas mengenai tindak pidana kekerasan dan
langkah-langkah pencegahannya".125
Menurut teori efektivitas hukum, hukum harus dapat merealisasikan
meliputi aturan, norma, dan perilaku nyata manusia yang berada dalam
sistem hukum. Budaya hukum meliputi sikap-sikat dan nilai-nilai yang ada
tidak sesuai dengan apa yang dijanjikan, yaitu tidak adanya komunikasi
125
Hasil wawancara dengan Abubakar selaku tokoh masyarakat di Desa Cenggu, Kecamatan Belo
Kabupaten Bima, Tanggal 29 Agustus, 2023
115
yang tidak mendukung, yaitu tidak adanya kesadaran dan kepatuhan
nilai-nilai yang ada hubungan dengan hukum dan sistem hukum. Budaya
126
Hasil wawancara dengan Hermansyah, selaku tokoh masyarakat di Desa Kalampa, Kecamatan
Woha, Kabupaten Bima, Tanggal 28 Agustus, 2023
116
Hal ini menunjukkan bahwa ada ketidaksesuaian antara harapan
masyarakat
117
masyarakat yang tidak mau melakukan kolaborasi tetapi dari aparat
Kabupaten Bima yang merasa tidak puas dengan tindakan dari aparat
bima. Dari hasil wawancara penulis dengan Bapak Suhardin, dapat dilihat
127
Hasil wawancara dengan Suhardin selaku tokoh masyarakat di Desa Tente, Kecamatan Woha,
Kabupaten Bima, Tanggal 29 Agustus, 2023
118
tindak pidana kekerasan yang dilakukan oleh remaja. Kepolisian
hukum yang kurang memadai, yaitu tidak adanya aturan, norma, dan
karakter dan moral yang baik. Ketiga, budaya hukum yang kurang
Kabupaten Bima yang merasa tidak puas dengan tindakan dari aparat
128
Hasil wawancara dengan Junaidi selaku tokoh masyarakat di Desa Talabiu, Kecamatan Woha,
Kabupaten Bima, Tanggal 29 Agustus, 2023
119
Jika dilihat dari kacamata teori Efektivitas hukum berdasarkan pada
hasil wawancara penulis dengan Bapak Junaidi, dapat dilihat bahwa ada
hukum. Kedua, substansi hukum yang tidak efektif, yaitu tidak adanya
aturan, norma, dan perilaku yang mengatur dan mengikat remaja yang
budaya hukum yang tidak kondusif, yaitu tidak adanya rasa peduli,
120
Keberadaan posko ini juga dapat meningkatkan keberanian masyarakat
dalam melaporkan tindak kekerasan remaja yang mereka lihat atau alami.
dilihat dari teori Legal sistem, yaitu struktur hukum, substansi hukum dan
budaya hukum, Dari ketiga unsur tersebut, dapat dilihat bahwa polres
struktur hukum yang tidak responsif dan tidak proaktif, yaitu tidak adanya
tindakan cepat dan tepat dari polres kabupaten bima dalam menanggapi
kabupaten bima.
129
Hasil wawancara dengan Iskandar selaku tokoh masyarakat di Desa Darussalam, Kecamatan
Bolo, Kabupaten Bima, Tanggal 30 Agustus, 2023
121
Polres kabupaten bima seharusnya memiliki sumber daya manusia
penegak hukum. Kedua, substansi hukum yang tidak memadai, yaitu tidak
adanya aturan, norma, dan perilaku yang mengatur dan mengikat remaja
karakter dan moral yang baik. Ketiga, budaya hukum yang tidak kondusif,
yaitu tidak adanya rasa peduli, tanggung jawab, dan solidaritas antara
b. Upaya preventif
masyarakat.
130
Hasil wawancara dengan Pak Hariyanto Kapolres Kabupaten Bima, Wawancara, Bima, 27
Agustus 2023
122
1. Penyuluhan-penyuluhan hukum oleh tim kepolisian kepada
masyarakat baik formal maupun nonformal. Bekerja sama dengan
Pemerintah Daerah, instansi-instansi, Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM), dan Masyarakat.
2. Menempatkan anggota kepolisian untuk berpatroli ke daerah yang
dianggap rawan terjadinya tindak pidana kekerasan yang lebih
khususnya lagi pelaknya di dilakukan oleh anak dibawah umur.
3. Mengadakan Patroli keliling untuk mencegah/ mempersempit
kekerasan pemanahan serta melakukan patroli keamanan secara
rutin setiap daerah-daerah yang dianggap rawan terjadinya tindak
kejahatan kekerasan pemanahan.
Menurut analisis penulis, Penyuluhan hukum oleh tim kepolisian
oleh anak di bawah umur. Daerah-daerah ini akan menjadi fokus utama
itu.
123
maraknya tindak kekerasan yang dilakukan oleh remaja( anak dibawah
dilihat dari teori Legal Sistem dari friedman, bahwa kepolisian belum
Pertama, struktur hukum yang kurang intensif, yaitu tidak adanya patroli
adanya aturan, norma, dan perilaku yang mengatur dan mengikat remaja
budaya hukum yang kurang kondusif, yaitu tidak adanya rasa peduli,
124
hal pencegahan dan penanganan kekerasan remaja. Masyarakat
masyarakat.
Menurut teori tujuan pemidanaan ini, ada tiga golongan utama teori
132
Hasil wawancara dengan Sulaiman selaku tokoh masyarakat di Desa Bontokape, Kecamatan
Bolo, Kabupaten Bima, Tanggal 30 Agustus, 2023
125
2. Teori relatif atau tujuan (doel theorien). Teori ini mencari dasar
pidana belum tercapai. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
seperti:
terhadap hukum.
remaja oleh orang tua, sekolah, dan masyarakat. Hal ini dapat
126
mengurangi efektivitas dan efisiensi dalam penanganan
menyatakan bahwa:
127
1. Kurangnya patroli yang cukup intensif di daerah-daerah yang rawan
penegak hukum.
yang baik.
128
seharusnya berperan sebagai mitra dan pelayan masyarakat,
remaja di kabupaten Bima. Sejalan dengan hal tersebut salah satu tokoh.
bahwa masyarakat yang lebih khusus yang rawan dengan tindak Pidana
yang lebih cepat dan tegas terhadap kasus-kasus tindak pidana yang
134
Hasil wawancara dengan Sulaiman selaku tokoh masyarakat di Desa Sondosia, Kecamatan
Bolo, Kabupaten Bima, Tanggal 30 Agustus, 2023
129
dilakukan oleh remaja. Hal ini akan membantu menciptakan rasa keadilan
bagi masyarakat dan memberikan efek jera bagi para pelaku tindak
pidana kekerasan, sehingga mereka dapat memilih jalan yang lebih positif.
2. Penyuluhan Hukum
yang melibatkan para ahli hukum. Penyuluhan non formal dapat dilakukan
tersebut sama sekali hal inilah yang ikut menyumbang terhadap maraknya
menyatakan :
130
"Saya selaku sebagai tokoh masyarakat di desa Sanolo, merasa
kecewa dan prihatin terhadap sikap Polisi Resor (Polres) Bima
yang tidak melaksanakan penyuluhan hukum kepada masyarakat.
Masyarakat menganggap bahwa penyuluhan hukum dari pihak
kepolisian sangat penting dalam membentuk kesadaran hukum dan
pencegahan tindak pidana kekerasan yang dilakukan oleh para
anak dibawah umur ini".135
Jika dilihat dari sudut pandang teori Legal sistem yang digunakan
mengatasi masalah tersebut maka dapat dikatakan, bahwa baik itu faktor
subtansi hukum, struktur hukum maupun budaya hukum. Dari ketiga faktor
yang dilakukan oleh anak dibawah umur. Hal ini dapat dilihat dari
kepada masyarakat.
135
Hasil wawancara dengan Bustarin selaku tokoh masyarakat di Desa Sanolo, Kecamatan Bolo,
Kabupaten Bima, Tanggal 31 Agustus, 2023
131
efektivitas dan efisiensi dalam penanganan kasus-kasus kekerasan
anak.
menyatakan :
kekerasan yang dilakukan oleh remaja dan lemahnya tindakan dari aparat
penegak hukum yang dalam hal ini Polres Kabupaten Bima, dapat
132
kekerasan dan menghormati hak-hak sesama. selain itu Polres Bima
keseluruhan.
lingkungan yang aman dan damai bagi semua warga Kabupaten Bima.
tersebut. Selain patroli keliling, tim kepolisian juga akan melakukan patroli
133
Namun pada kenyataannya yang terjadi di kabupaten bima bahwa
patroli Keliling secara total serta masih sangat lemah patroli keamanan
peningkatan kehadiran polisi dan upaya yang lebih aktif dalam mencegah
137
Hasil wawancara dengan Amiruddin selaku tokoh masyarakat di Desa Tolouwi, Kecamatan
Monta, Kabupaten Bima, Tanggal 31 Agustus, 2023
134
penjelasan mengapa patroli keliling dan rutin tidak dilakukan secara
konsisten.
c. Upaya represif
harus secara tegas dan nyata dilaksanakan. Hal ini akan membentuk opini
135
Berdasarkan hasil wawancara Penulis dengan Pihak Kepolisian
sebagai salah satu cara untuk mengatasi tindak pidana kekerasan yang
139
Hasil wawancara dengan Pak Hariyanto Kapolres Kabupaten Bima, Wawancara, Bima, 27
Agustus 2023.
136
dilaksanakan oleh aparat kepolisian setempat. Hal ini dapat dilihat dari
137
Kabupaten Bima. Misalnya, dengan melakukan patroli rutin di
140
://regional.kompas.com/read/2023/03/09/155014578/panah-pelajar-smp-8-remaja-di-bima-di
tangkap-polisi Diakses pada tanggal 14 September 2023, Pukul 14 : 50
138
Selanjutnya, menurut berita ini, polisi juga tidak memberikan
proses pengadilan bagi para korban yang ingin menuntut ganti rugi
Upaya represif yang disebutkan oleh Pak Kapolres Akbp Hariyanto untuk
141
https://m.tribunnews.com/regional/2022/06/07/dua-remaja-di-bima-ditangkap-lantaran-teror-
warga-dengan-aksi-pemanahan-2-orang-jadi-korban Di Akses pada tanggal 14 September 2023,
Pukul 15 : 20
139
penanganan tindak Pidana kekerasan yang dilakukan oleh remaja yaitu
:142
142
Hasil wawancara dengan Pak Masdidin, Kabupaten Bima, Wawancara, Bima, 27 Agustus 2023
140
Meskipun Pak Masdidin mengklaim bahwa Polres Bima telah
141
Sementara itu, para pelaku kekerasan terlebih lagi tindak pidana
desa-desa yang sepi Hal ini telah penulis sebutkan juga sebelum
pemanahan.
pemanahan.
142
tokoh masyarakat dapat disimpulkan bahwa forum tersebut hanya
6. Oleh karena itu jika kita melihat dan mengurai tentang efektivitas
efektivitas dari upaya aparat penegak hukum yang dalam hal ini
143
indikator-indikator seperti jumlah kasus tindak pidana kekerasan
efektif.
kendala-kendala yang bisa saja muncul dari beberapa kalangan mulai dari
sekitar. Hal ini memaksa pihak kepolisian harus bekerja ekstra dalam
144
setiap aspek untuk mengatasi masalah remaja yang melakukan tindak
kekerasan.
A. Faktor Internal
remaja.
145
tugasnya termasuk untuk mengatasi masalah yang berkaitan
kabupaten bima.
kabupaten bima.
khusus dalam hal ini dapat menjadi hambatan nyata bagi polisi. Beberapa
146
hambatan yang mungkin timbul akibat kurangnya pelatihan khusus ini
antara lain:
147
a. Etika adalah kumpulan nilai-nilai dan norma-norma yang mengatur
suatu pekerjaan.
suap, atau kolusi dapat menimbulkan citra negatif dan stigma terhadap
polisi sebagai lembaga yang tidak jujur, tidak kompeten, dan tidak
tindak pidana remaja. Masyarakat dapat merasa tidak aman dan tidak
atau korban tindak pidana juga dapat merasa tidak adil dan tidak dihargai
148
juga dapat gagal dalam memberikan edukasi dan bimbingan kepada
B. Faktor Eksternal
dapat berperan sebagai sumber informasi, mitra kerja sama, atau agen
149
maupun solusinya. Masyarakat mungkin tidak menyadari atau
khusus.
remaja.
150
menciptakan kondisi yang kondusif, harmonis, atau damai di
2. Konflik Kepentingan
hukum.
akuntabilitas.
151
hukum, LSM, atau pihak swasta dapat disebabkan oleh berbagai
152
atau penghargaan kepada LSM atau pihak swasta, LSM dapat
bahwa tindakan kekerasan remaja adalah hal yang wajar, biasa, atau
153
atau perilaku masyarakat terhadap tindakan kekerasan remaja, baik
lawan.
lebih berkuasa.
154
Untuk mengatasi masalah tindak pidana yang dilakukan oleh anak
masalah ini.
yaitu:143
143
Hasil wawancara dengan Pak Masdidin, Bagian Staf Reskrim Polres Bima, Wawancara, Bima,
27 Agustus 2023.
155
tersangka, korban, maupun masyarakat. Mereka tidak mau
terlibat dalam permasalahan hukum.
144
Hasil wawancara dengan Pak Masdidin, Bagian Staf Reskrim Polres Bima, Wawancara,
Bima, 27 Agustus 2023.
156
c. Adanya perlindungan oleh pihak-pihak tertentu Tindakan kekerasan
yang dilakukan oleh remaja merupakan salah satu masalah sosial
yang harus diperangi dengan sungguh-sungguh. Polisi sebagai
entitas utama dalam menjaga ketertiban dan keamanan
masyarakat telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi dan
memberantas kekerasan ini.
d. Keberhasilan dalam memberantas kekerasan ini akan terbuang
sia-sia apabila ada dukungan dari pihak-pihak tertentu yang
memanfaatkan dan menyalahgunakan kekuasaannya. Dukungan
terhadap pelaku kekerasan bukanlah hal yang baru dalam
masyarakat. Tindakan para pendukung ini tidak dapat diterima dan
harus segera ditindak untuk menjaga tegaknya hukum dan
menciptakan rasa aman dan harmoni dalam masyarakat. Para
pendukung kejahatan ini dapat dianggap sebagai pelaku kejahatan
itu sendiri dan bukan hanya sekadar pembantu dalam kejahatan.
e. Kesulitan dalam mengumpulkan barang bukti, khususnya untuk
menjerat pelaku kejahatan, menjadi tantangan serius dalam
penanganan kekerasan yang dilakukan oleh remaja, terutama pada
kasus kekerasan yang terjadi di malam hari. Terlebih lagi, dalam
kasus kekerasan pemanahan, sulit untuk mengenali ciri-ciri pelaku
kekerasan. Hal ini meningkatkan kesulitan dalam mengidentifikasi
dan menangkap pelaku kejahatan.
f. Hukuman yang ringan atau vonis yang tidak memadai bagi pelaku
kekerasan yang mana berstatus anak di bawah umur telah
menyebabkan mereka kurang merasa jera atau takut untuk
melakukan perbuatan tersebut kembali. Hal ini berpotensi
menyebabkan mereka cenderung mengulangi perbuatan kekerasan
tersebut.
unit Sat Reskrim Polres Bima dan para aparat penegak hukum lainnya
157
158
BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
159
meningkat dan terus merajalelanya tindak pidana kekerasan yang
Kabupaten Bima .
B. SARAN
160
teman sebaya, pendidikan media yang sehat, pelayanan kesehatan
161
dan melaksanakan proses pemeriksaan serta penahanan harus
162
Daftar pustaka
A. BUKU
Depok.
Barat.
Novita Sari, Meri Neherta, dan Lili Fajria, 2023, Faktor Penyebab Orang
Indramayu.
163
Angger Sigit Pramukti, Fuady Primaharsya, 2018, Sistem Peradilan
Grafika, Yogyakarta.
Jakarta.
Surakarta.
164
Nyoman Subagia, 2021, Pola Asuh Orang Tua: Faktor, Implikasi
Inda Puji Lestari, Surahman Amin, Ismail Suardi Wekke, 2021, Model
Adab, Indramayu.
Komputindo, Jakarta.
Jakarta.
Endang Mei Yunalia, 2020, Arif Nurma Etika, Remaja Dan Konformitas
Aksara, Jakarta.
165
Utami Nur Hafsari Putri, Nur’aini, Armita Sari, Shofia Mawaddah, 2022,
University
Lakeisha, Boyolali.
Grafika, Jakarta.
Lefti Michael dkk, 2023, Perlindungan Anak Dan Hukum Pidana Anak,
Grafika, Indonesia.
166
Setyo Wahyudi, 2011, Implementasi Ide Diversi, Genta Publishing,
Yogyakarta.
Surabaya.
Obor, Jakarta.
167
Ny. Y. Singgih D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa, 2007, Psikologi
remaja, Gunung Mulia, Jakarta.
168
H. Pudi Rahardi, 2007, Hukum Kepolisian (Profesionalisme dan
Reformasi Polri), penerbit Laksbang Mediatama, Surabaya.
B. JURNAL
http://www.pascaumi.ac.id/index.php/jlg/article/view/1409/1603,
Akses Dari
http://www.pasca-umi.ac.id/index.php/jlg/article/view/1341/1531
http://www.pasca-umi.ac.id/index.php/jlg/article/view/104/115 Pada
169
http://www.pasca-umi.ac.id/index.php/jlg/article/view/322/358 Pada
http://www.pasca-umi.ac.id/index.php/jlg/article/view/640/698 Pada
Nurul Azmi Al Farabi, Hambali Thalib & Azwad Rachmat Hambali, Aspek
http://www.pasca-umi.ac.id/index.php/jlg/article/view/532/582,
170
http://www.pasca-umi.ac.id/index.php/jlg/article/view/322/358 Dari
Dari http://www.pasca-umi.ac.id/index.php/jlg/article/view/636/695
Muh. Asrul Haq Sultan, Hambali Thalib & La Ode Husen, Analisis
http://www.pasca-umi.ac.id/index.php/jlg/article/view/282/313,
Dari
https://nusaputra.ac.id/article/pokok-pokok-pikiran-lawrence-meir-fri
edman-sistem-hukum-dalam-perspektif-ilmu-sosial/#:~:text=Friedm
an%20menyatakan%20bahwa%20sistem%20hukum,dan%20Buda
https://Bimakab.bps.go.id/statictable/2014/03/04/2/letak-geografis-kabupat
171
https://regional.kompas.com/read/2023/03/09/155014578/panah-pelajar-s
https://regional.kompas.com/read/2022/11/08/113641878/pria-odgj-di-bima
https://m.tribunnews.com/regional/2022/06/07/dua-remaja-di-bima-ditangk
ap-lantaran-teror-warga-dengan-aksi-pemanahan-2-orang-jadi-korb
C. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
1, huruf a s/d c
anak
172