Anda di halaman 1dari 25

SEMINAR PENELITIAN

EFEKTIVITAS PERANAN
KEPOLISIAN DALAM
MENANGGULANGI TINDAK PIDANA
KEKERASAN REMAJA DI
KABUPATEN BIMA

IMAM MUHAJIR
000102552021
LATAR BELAKANG MASALAH

Negara Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan


Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945,
sebagai patokan ideologi dan kiprah tindakanya dalam mengatu
dan mengarahkan segala tingkah laku masyarakat supaya tidak
terlepas dari segala peraturan peraturan yang bersumber dari
hukum.
LATAR BELAKANG MASALAH

Tindak pidana kekerasan remaja bukan lagi hanya sekedar mengganggu


ketertiban umum tetapi telah berkembang ke poros tindak pidana berupa
pengrusakan, penganiayaan bahkan yang lebih mengerikan lagi adalah
membusur secara babi buta masyarakat di jalan umum atau di samping jalan.
Hal tersebut juga terjadi di Kabupaten Bima. Tindak pidana kekerasan remaja
yang paling mencolok adalah geng motor kehadiran kelompok tersebut justru
menimbulkan kepanikan dan ketakutan dalam lintas tata tertib kehidupan sosial.
Banyak masyarakat yang berada di kabupaten Bima tersebut memiliki
kekhawatiran untuk berkendara di malam hari karena selalu di takuti dengan
ulah keganasan tindakan anarkis yang dilakukan oleh para kekerasan remaja.
LATAR BELAKANG MASALAH

Dalam hal ini tentunya perlu kiranya mendapatkan perhatian serius, lebih
khususnya dari aparat kepolisian Resort Bima yang memiliki tugas untuk
menumpas kejahatan. Upaya penanggulangan tersebut baik itu dilakukan dengan
memaksimalkan tindakan preventif dan juga meningkatkan penggunaan
tindakan represif dalam upaya untuk meminimalisir tundak kejahatan yang
dilakukan oleh kekerasan remaja tersebut. Namun upaya preventif tidak efektif
untuk dilaksanakan jika kita tidak mengetahui apa sebenarnya yang menjadi
tindak pidana tersebut terjadi dan apa alasan dari seseorang yang melakukan
tindak pidana dan upaya represif sebagai upaya hukum luar biasa tidak akan
maksimal hasilnya jika tidak memahami secara baik dan utuh mengenai faktor
dan gejala sosial serta psikologis yang melatarbelakangi tindakan Pidana
kekerasan remaja tersebut.
RUMUSAN MASALAH

01 02

Bagaimanakah penerapan Faktor – faktor apa yang


hukum oleh kepolisian dalam mempengaruhi Penegakan hukum oleh
menganggulangi tindak pidana kepolisian dalam menganggulangi
kekerasan remaja di Kabupaten tindak pidana kekerasan remaja di
Bima ? Kabupaten Bima ?
TUJUAN PENELITIAN

01 02

Untuk mengetahui Fungsi dan Untuk mengetahui apa yang menjadi


peran Kepolisian dalam hambatan dan Solusi Kepolisian dalam
penanggulangan tindak pidana upaya penanggulangan tindakan
kekerasan remaja di Kabupaten Pidana kekerasan remaja di Kabupaten
Bima. Bima.
LANDASAN TEORI

A. Teori tindak pidana

Berdasarkan referensi-referensi di dalam literatur hukum pidana sehubungan dengan


penetapan secara definitif mengenai tindak pidana, banyak sekali ditemukan istilah-
istilah yang memiliki makna yang sama dengan tindak pidana.

Adapun istilah-istilah lain dari tindak pidana tersebut adalah sebagai berikut:
• Perbuatan melawan hukum
• Pelanggaran pidana
• Perbuatan yang boleh dihukum
• Perbuatan yang dapat dihukum
TEORI ALASAN DAN TUJUAN PEMINDANAAN

A. Alasan pemidanaan dapat digolongkan ke dalam tiga kategori pokok, ya itu termasuk golongan teori
pembalasan, golongan teori tujuan dan terakhir ditambah dengan golongan teori gabungan.
• Teori Pembalasan ( Teori Absolut ) Alasan Pemidanaan. Teori ini membenarkan pemidanaan karena
seseorang telah melakukan suatu tindak pidana. Pelaku tindak pidana mutlak harus diadakan
pembalasan yang berupa pidana.
• Teori Relatif sebagai Tujuan Pemidanaan. Teori ini membenarkan adanya aktivitas pemidanaan yang
sangat tergantung daripada tujuan pemidanaan yaitu adanya perlindungan masyarakat atau upaya
pencegahan terjadinya kejahatan dipandang dari tujuan pemidanaan
• Teori Gabungan. Di dalam teori gabungan ini adalah sebuah upaya teori yang mencoba untuk
mengintegrasikan kedua teori yang sebelumnya yaitu teori absolut dan juga teori relatif. Dengan kata
lain lahirnya teori gabungan ini tidak lepas dari pengaruh dua teori yang sebelumnya. Artinya teori
gabungan ini dimunculkan karena baik itu teori absolut sebagai alasan pemidanaan maupun teori relatif
sebagai tujuan pemidanaan masing-masing memiliki kelemahan tersendiri sehingga berangkat dari
adanya kekurangan-kekurangan tersebut lahirlah teori gabungan yang berupaya untuk mengisi
kekosongan ataupun melengkapi kekurangan terhadap dua teori tersebut.
TINJAUAN UMUM TENTANG KEPOLISIAN
1.Tugas Dan Wewenang Kepolisian

Dalam sistemperadilan pidana, Polisimerupakan pintu gerbang


untukdapat atau tidaknyaseseorang masuk dalamperadilan
pidana.Dari sinilah segala sesuatunyadimulai. Posisi awalini
menempatkan Polisipada posisi yang tidakmenguntungkan.
Penyidikan dilakukanuntuk mencari sertamengumpulkan bukti-
bukti yang pada tahap pertama harus dapat memberikan keyakinan,
walaupun sifatnya masihsementara, kepada penuntutumum tentang
apayang sebenarnya terjadi atau tentang tindak pidana yang telah
dilakukan serta siapa tersangkanya
TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA

• Pengertian Tindak Pidana

Pengertian tentang tindak pidana dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana


(KUHP) dikenal dengan istilah Strafbaarfeit dan dalam kepustakaan tentang hukum
pidana sering mempergunakan istilah delik, sedangkan pembuat undang-undang
merumuskan suatu undang-undang mempergunakan istilah peristiwa pidana atau
perbuatan pidana atau tindak pidana. Tindak pidana merupakan suatu istilah yang
mengandung suatu pengertian dasar dalam ilmu hukum, sebagai istilah yang dibentuk
dengan kesadaran dalam memberikan ciri tertentu pada peristiwa hukum pidana.
TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA

2. Tindak Pidana Kekerasan

Ketentuan-ketentuan yangmengatur penegakan hukumterhadap tindak pidanaini juga


sepertinya belum memberikan efek jera, sehingga kasus kejahatan ini selalu ada bahkan
terusbertambah setiap tahunnya.
Kekerasan pada dasarnya merupakan perbuatan yang berdampak untuk merugikan diri
sendiri maupun orang lain, maka dari itu kekerasan bisa dikatakan suatu kejahatan karena
resiko yang ditimbulkan dari tindakan tersebut tidak berakhir positif. Kekerasan bukan
merupakan hal yang baru terjadi di masyarakat, di dalam Pasal 170 ayat (1) Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana menyatakan bahwa: “Barang siapa yang di muka umum bersama-
sama melakukan kekerasan terhadap orang atau barang, dihukum penjara selama-lamanya
lima tahun enam bulan”.
Tindakan kekerasan yang dilakukan oleh seseorang tidak pernah terlepas dari lingkungan
pergaulan sosialnya, sebab relasi sosial yang terbangun dalam lingkungannya akan
membentuk karakter dan kepribadiannya termasuk pengaruh untuk melakukan tindak pidana
kekerasan.
KERANGKA KONSEPTUAL
Tindak pidana Kekerasan Fisik yang dilakukan oleh Remaja semakin marak terjadi yang
mana baik korban maupun pelaku banyak melibatkan masyarakat pada umumnya, halini
tentu sangat perlu untuk diperhatikan dengan baik oleh petugas yang berwenang, dimana
tindak pidana kekerasan yang dilakukan oleh para remaja ini memunculkan kekhawatiran
akan terguncangnya stabilitas kehidupan sosial. Para remaja ini pun merupakan generasi
penerus bangsa, tentunya harus dijaga dan dibimbing agar dapat
menciptakankesejahteraan dan keamanan dalam tertib hidup bermasyarakat.

Polisi merupakan agen penegak hukum yang tugas dan fungsinya masih harus
diorientasikan sesuai dengan perkembangan masyarakat. Pengorientasian dengan
masyarakat ini ditujukan karena dalam masyarakat polisi sendiri memiliki peran strategis,
antara lain sebagai pelindung masyarakat, penegak hukum, pencegah pelanggaran
hukum, dan Pembina keamanan dan ketertiban masyarakat. Sehingga pengorientasian
tersebut dibilang sangat penting guna penyesuaian diantara keduanya.
HIPOTESIS
Dalam penelitian ini penulis mengambil hipotesis sebagai berikut:
“ Peranan kepolisian dalam menanggulangi tindak pidana kekerasan remaja
di Kabupaten Bima tidak efektif karena kurangnya koordinasi, sumber daya,
dan penegakan hukum. Ada pengaruh yang sangat kuat terhadap efektivitas
peranan kepolisian dengan semakin meluasnya tindak pidana kekerasan
yang dilakukan oleh Remaja di kabupaten Bima".
Kerangka berpikir : Efektivitas Peranan Kepolisian dalam menanggulangi
tindak pidana kekerasan yang dilakukan oleh remaja.
METODE PENELITIAN
• Tipe penelitian

Penelitian mengenai tinjauan sosiologi terhadap tindakan hukum penahanan


terhadap anak pelaku tindak pidana ini menggunakan pendekatan sosiologis
yuridis disertai dengan analisis hukum terhadap data yang telah diperoleh.
Selanjutnya penelitian ini dituliskan dalam bentuk deskriptif. Tipe
penelitian ini adalah tipe empiris.
2. Lokasi penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Bima yaitu tepatnya pada Polres


Kabupaten Bima. Adapun alasan penulis memilih tempat tersebut oleh
karena Polres Kabupaten Bimasebagai salah satu Kabupaten terbesar di
kawasan Indonesia bagian Barat yang memungkinkan penulis untuk
mendapatkan data mengenai obyek penelitian yang dilakukan oleh penulis.
3. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Bima yaitu tepatnya pada Polres Kabupaten
Bima. Adapun alasan penulis memilih tempat tersebut oleh karena Polres Kabupaten
Bimasebagai salah satu Kabupaten terbesar di kawasan Indonesia bagian Barat yang
memungkinkan penulis untuk mendapatkan data mengenai obyek penelitian yang
dilakukan oleh penulis.
A.Jenis Dan Sumber Data
• Data Primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari lapangan penelitian
berupa wawancara kepada responden, dalam hal ini pihak terkait yaitu aparat
penegak hukum ( Polisi,dan Masyarakat )
• Data Sekunder yaitu data yang sebelumnya telah ada atau diperoleh secara tidak
langsung oleh peneliti berupa buku-buku, dokumen, arsip serta peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian ini.
4. Jenis dan Sumber Data
• Data Primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari lapangan penelitian
berupa wawancara kepada responden, dalam hal ini pihak terkait yaitu aparat
penegak hukum ( Polisi,dan Masyarakat )
• Data Sekunder yaitu data yang sebelumnya telah ada atau diperoleh secara tidak
langsung oleh peneliti berupa buku-buku, dokumen, arsip serta peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian ini.
5. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh baik secara primer maupun secara sekunder yang diperoleh
dari pengamatan dan wawancara dianalisis secara kualitatif maupun kuantitatif
dengan menggunakan metode deduktif maupun induktif kemudian disajikan
secara deskriptif yaitu menjelaskan, menguraikan dan menggambarkan sesuai
dengan permasalahan yang erat kaitannya sesuai dengan penelitian ini.
6. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah yang ditarik secara umum yang terdiri dari perpaduan antara obyek dan
subyek yang mana kedua hal tersebut mempunyai kriteria dan karakteristik khusus yang akan di
tetapkan oleh peneliti untuk dijadikan sebagai sandaran dalam upaya untuk di telaah dan di
analisis kemudian ditarik konklusi atau kesimpulannya. Dalam penelitian ini yang dijadikan
populasi oleh Peneliti adalah 50 orang masyarakat yang berada di kabupaten Bima yang
mengalami dan menyaksikan secara langsung mengenai tindak pidana kekerasan yang dilakukan
oleh remaja di lingkungan sosialnya tersebut. Adapun yang dimaksud dengan sampel ialah
bahagian dari konteks jumlah yang kemudian dimiliki oleh populasi tersebut. Barometer ataupun
pengukuran sampel merupakan suatu langkah dalam upaya untuk menentukan terkait dengan
besar atau kecilnya sampel yang dijadikan sebagai bahan rujukan dalam melaksanakan suatu
penelitian. Dalam upaya untuk mengukur dan menentukan mengenal besarnya sampel tersebut
bisa diimplementasikan berdasarkan pada kategori statistik ataupun juga dapat di laksanakan
berdasarkan estimasi penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi sampelnya adalah Polres
Kabupaten Bima sebab merekalah yang bertugas dan bertanggung jawab untuk menangani dan
menanggulangi tindak pidana kekerasan yang dilakukan oleh remaja.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Letak geografis dan luas wilayah

Kabupaten Bima adalah salah satu daerah otonom di Provinsi Nusa Tenggara Barat, yang
terletak di ujung timur Pulau Sumbawa, bersebelahan dengan Kota Bima. Kabupaten Bima
memiliki luas wilayah 4.394,38 km² dengan jumlah penduduk 532.677 jiwa pada tahun 2020,
dengan kepadatan penduduk 156 jiwa/km. Topografi Kabupaten Bima sebagian besar (70%)
merupakan dataran tinggi bertekstur pegunungan, sementara sisanya (30%) adalah dataran
rendah¹. Di Kabupaten Bima terdapat lima buah gunung, yakni Gunung Sangiang, Gunung
Lambitu, Gunung Soromandi, Gunung Tambora, dan Gunung Satonda. Iklim Kabupaten Bima
bertipe tropis dengan rata-rata hari hujan relatif pendek. Curah hujan tahunan rata-rata tercatat
58,75 mm, yang berdampak pada kecilnya persediaan air dan keringnya sebagian besar sungai.
Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember, Januari, dan Februari, sedangkan musim
kering terjadi pada bulan Juli, Agustus, dan September.[1]
Secara geografis, Kabupaten Bima berada pada posisi 117°40”-119°10” Bujur Timur dan 70°30”
Lintang Selatan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Faktor-faktor penyebab terjadinya tindak pidana kekerasan remaja di
Kabupaten Bima

Menurut Kapolres pak Abdurrahman bahwa terdapat berbagai faktor-faktor yang menjadi latar
belakang terhadap alasan dibalik tindak pidana kekerasan yang dilakukan oleh remaja tersebut.
Adapun faktor-faktornya sebagai berikut:[1]
• Faktor keluarga
• Faktor teman sebaya
• Faktor media
• Faktor kesehatan mental
• Faktor pengaruh obat-obatan terlarang
• Faktor lingkungan sosial
HASIL DAN PEMBAHASAN
Upaya Aparat Kepolisian dalam Menanggulangi Tindak Pidana Kekerasan
yang dilakukan Remaja
di Kabupaten Bima

Menurut Kasat Reskrim Masdidin, upaya kita dalam menanggulangi tindak


pidana Kekerasan yang dilakukan oleh remaja itu sifatnya sangat kasuistis,
mengingat remaja ini juga masuk dalam kategori anak, dan artinya pola
penanganannya pun sangat t tergantung pada jenis kasus serta motif dan umur
dari anak yang berkonflik dengan hukum tersebut. Misalnya remaja yang
melakukan pencurian sepeda motor rata-rata umurnya 15-17 tahun tentunya ini
akan kita proses secara hukum. sebab berdasarkan Pasal 69 Ayat 2 UU SPPA,
anak yang berkonflik dengan hukum tetapi belum genap berusia 14 tahun hanya
dapat dikenai tindakan dan tidak dapat dilakukan penahanan atau pidana badan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kendala yang Di Hadapi Oleh Kepolisian dalam Menanggulangi Tindak
Pidana Kekerasan yang Dilakukan Oleh Remaja Di Kabupaten Bima

a. Ketidakterbukaan Masyarakat dalam memberikan informasi ketika terjadi


tindak pidana kekerasan pemanahan di lingkungan masyarakat, mereka seakan
tidak peduli dengan kegiatan tersebut.

b. Ada anggapan masyarakat bahwa ketika mereka melaporkan tindakan


kekerasan yang dilakukan oleh remaja, mereka akan dipanggil dan diminta
keterangan oleh polisi.

c. Adanya perlindungan oleh pihak-pihak tertentu Tindakan kekerasan yang


dilakukan oleh remaja merupakan salah satu masalah sosial yang harus
diperangi dengan sungguh-sungguh. Polisi sebagai entitas utama dalam menjaga
ketertiban dan keamanan masyarakat telah melakukan berbagai upaya untuk
mengatasi dan memberantas kekerasan ini.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kendala yang Di Hadapi Oleh Kepolisian dalam Menanggulangi Tindak
Pidana Kekerasan yang Dilakukan Oleh Remaja Di Kabupaten Bima

d. Keberhasilan dalam memberantas kekerasan ini akan terbuang sia-sia apabila ada dukungan dari pihak-pihak
tertentu yang memanfaatkan dan menyalahgunakan kekuasaannya. Dukungan terhadap pelaku kekerasan
bukanlah hal yang baru dalam masyarakat. Tindakan para pendukung ini tidak dapat diterima dan harus segera
ditindak untuk menjaga tegaknya hukum dan menciptakan rasa aman dan harmoni dalam masyarakat. Para
pendukung kejahatan ini dapat dianggap sebagai pelaku kejahatan itu sendiri dan bukan hanya sekadar
pembantu dalam kejahatan.

e. Kesulitan dalam mengumpulkan barang bukti, khususnya untuk menjerat pelaku kejahatan, menjadi
tantangan serius dalam penanganan kekerasan yang dilakukan oleh remaja, terutama pada kasus kekerasan
yang terjadi di malam hari. Terlebih lagi, dalam kasus kekerasan pemanahan, sulit untuk mengenali ciri-ciri
pelaku kekerasan. Hal ini meningkatkan kesulitan dalam mengidentifikasi dan menangkap pelaku kejahatan.

f. Hukuman yang ringan atau vonis yang tidak memadai bagi pelaku kekerasan yang mana berstatus anak di
bawah umur telah menyebabkan mereka kurang merasa jera atau takut untuk melakukan perbuatan tersebut
kembali. Hal ini berpotensi menyebabkan mereka cenderung mengulangi perbuatan kekerasan tersebut.
KESIMPULAN

Tindak pidana kekerasan remaja di Kabupaten Bima adalah masalah yang


serius dan perlu mendapat perhatian dari semua pihak, terutama pemerintah,
aparat penegak hukum, keluarga, sekolah, dan masyarakat. Tindak pidana
kekerasan remaja di Kabupaten Bima memiliki karakteristik tertentu, Data
tingkat pendidikan pelaku tindak pidana kekerasan yang dilakukan oleh
remaja di Kabupaten Bima pada tahun 2022 dan 2023 menunjukkan bahwa
sebagian besar pelaku tidak memiliki pekerjaan atau aktivitas yang
produktif, yaitu pengangguran. Pelaku paling sedikit adalah yang
berpendidikan SD. Jumlah pelaku yang masih dalam usia sekolah, yaitu
SMP dan SMA, mengalami peningkatan dari tahun 2022 ke tahun 2023.
Thank
You
SEMANGAT MAGISTER DAN MENGEJAR CITA-CITA

Anda mungkin juga menyukai