EFEKTIVITAS PERANAN
KEPOLISIAN DALAM
MENANGGULANGI TINDAK PIDANA
KEKERASAN REMAJA DI
KABUPATEN BIMA
IMAM MUHAJIR
000102552021
LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam hal ini tentunya perlu kiranya mendapatkan perhatian serius, lebih
khususnya dari aparat kepolisian Resort Bima yang memiliki tugas untuk
menumpas kejahatan. Upaya penanggulangan tersebut baik itu dilakukan dengan
memaksimalkan tindakan preventif dan juga meningkatkan penggunaan
tindakan represif dalam upaya untuk meminimalisir tundak kejahatan yang
dilakukan oleh kekerasan remaja tersebut. Namun upaya preventif tidak efektif
untuk dilaksanakan jika kita tidak mengetahui apa sebenarnya yang menjadi
tindak pidana tersebut terjadi dan apa alasan dari seseorang yang melakukan
tindak pidana dan upaya represif sebagai upaya hukum luar biasa tidak akan
maksimal hasilnya jika tidak memahami secara baik dan utuh mengenai faktor
dan gejala sosial serta psikologis yang melatarbelakangi tindakan Pidana
kekerasan remaja tersebut.
RUMUSAN MASALAH
01 02
01 02
Adapun istilah-istilah lain dari tindak pidana tersebut adalah sebagai berikut:
• Perbuatan melawan hukum
• Pelanggaran pidana
• Perbuatan yang boleh dihukum
• Perbuatan yang dapat dihukum
TEORI ALASAN DAN TUJUAN PEMINDANAAN
A. Alasan pemidanaan dapat digolongkan ke dalam tiga kategori pokok, ya itu termasuk golongan teori
pembalasan, golongan teori tujuan dan terakhir ditambah dengan golongan teori gabungan.
• Teori Pembalasan ( Teori Absolut ) Alasan Pemidanaan. Teori ini membenarkan pemidanaan karena
seseorang telah melakukan suatu tindak pidana. Pelaku tindak pidana mutlak harus diadakan
pembalasan yang berupa pidana.
• Teori Relatif sebagai Tujuan Pemidanaan. Teori ini membenarkan adanya aktivitas pemidanaan yang
sangat tergantung daripada tujuan pemidanaan yaitu adanya perlindungan masyarakat atau upaya
pencegahan terjadinya kejahatan dipandang dari tujuan pemidanaan
• Teori Gabungan. Di dalam teori gabungan ini adalah sebuah upaya teori yang mencoba untuk
mengintegrasikan kedua teori yang sebelumnya yaitu teori absolut dan juga teori relatif. Dengan kata
lain lahirnya teori gabungan ini tidak lepas dari pengaruh dua teori yang sebelumnya. Artinya teori
gabungan ini dimunculkan karena baik itu teori absolut sebagai alasan pemidanaan maupun teori relatif
sebagai tujuan pemidanaan masing-masing memiliki kelemahan tersendiri sehingga berangkat dari
adanya kekurangan-kekurangan tersebut lahirlah teori gabungan yang berupaya untuk mengisi
kekosongan ataupun melengkapi kekurangan terhadap dua teori tersebut.
TINJAUAN UMUM TENTANG KEPOLISIAN
1.Tugas Dan Wewenang Kepolisian
Polisi merupakan agen penegak hukum yang tugas dan fungsinya masih harus
diorientasikan sesuai dengan perkembangan masyarakat. Pengorientasian dengan
masyarakat ini ditujukan karena dalam masyarakat polisi sendiri memiliki peran strategis,
antara lain sebagai pelindung masyarakat, penegak hukum, pencegah pelanggaran
hukum, dan Pembina keamanan dan ketertiban masyarakat. Sehingga pengorientasian
tersebut dibilang sangat penting guna penyesuaian diantara keduanya.
HIPOTESIS
Dalam penelitian ini penulis mengambil hipotesis sebagai berikut:
“ Peranan kepolisian dalam menanggulangi tindak pidana kekerasan remaja
di Kabupaten Bima tidak efektif karena kurangnya koordinasi, sumber daya,
dan penegakan hukum. Ada pengaruh yang sangat kuat terhadap efektivitas
peranan kepolisian dengan semakin meluasnya tindak pidana kekerasan
yang dilakukan oleh Remaja di kabupaten Bima".
Kerangka berpikir : Efektivitas Peranan Kepolisian dalam menanggulangi
tindak pidana kekerasan yang dilakukan oleh remaja.
METODE PENELITIAN
• Tipe penelitian
Populasi adalah wilayah yang ditarik secara umum yang terdiri dari perpaduan antara obyek dan
subyek yang mana kedua hal tersebut mempunyai kriteria dan karakteristik khusus yang akan di
tetapkan oleh peneliti untuk dijadikan sebagai sandaran dalam upaya untuk di telaah dan di
analisis kemudian ditarik konklusi atau kesimpulannya. Dalam penelitian ini yang dijadikan
populasi oleh Peneliti adalah 50 orang masyarakat yang berada di kabupaten Bima yang
mengalami dan menyaksikan secara langsung mengenai tindak pidana kekerasan yang dilakukan
oleh remaja di lingkungan sosialnya tersebut. Adapun yang dimaksud dengan sampel ialah
bahagian dari konteks jumlah yang kemudian dimiliki oleh populasi tersebut. Barometer ataupun
pengukuran sampel merupakan suatu langkah dalam upaya untuk menentukan terkait dengan
besar atau kecilnya sampel yang dijadikan sebagai bahan rujukan dalam melaksanakan suatu
penelitian. Dalam upaya untuk mengukur dan menentukan mengenal besarnya sampel tersebut
bisa diimplementasikan berdasarkan pada kategori statistik ataupun juga dapat di laksanakan
berdasarkan estimasi penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi sampelnya adalah Polres
Kabupaten Bima sebab merekalah yang bertugas dan bertanggung jawab untuk menangani dan
menanggulangi tindak pidana kekerasan yang dilakukan oleh remaja.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Letak geografis dan luas wilayah
Kabupaten Bima adalah salah satu daerah otonom di Provinsi Nusa Tenggara Barat, yang
terletak di ujung timur Pulau Sumbawa, bersebelahan dengan Kota Bima. Kabupaten Bima
memiliki luas wilayah 4.394,38 km² dengan jumlah penduduk 532.677 jiwa pada tahun 2020,
dengan kepadatan penduduk 156 jiwa/km. Topografi Kabupaten Bima sebagian besar (70%)
merupakan dataran tinggi bertekstur pegunungan, sementara sisanya (30%) adalah dataran
rendah¹. Di Kabupaten Bima terdapat lima buah gunung, yakni Gunung Sangiang, Gunung
Lambitu, Gunung Soromandi, Gunung Tambora, dan Gunung Satonda. Iklim Kabupaten Bima
bertipe tropis dengan rata-rata hari hujan relatif pendek. Curah hujan tahunan rata-rata tercatat
58,75 mm, yang berdampak pada kecilnya persediaan air dan keringnya sebagian besar sungai.
Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember, Januari, dan Februari, sedangkan musim
kering terjadi pada bulan Juli, Agustus, dan September.[1]
Secara geografis, Kabupaten Bima berada pada posisi 117°40”-119°10” Bujur Timur dan 70°30”
Lintang Selatan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Faktor-faktor penyebab terjadinya tindak pidana kekerasan remaja di
Kabupaten Bima
Menurut Kapolres pak Abdurrahman bahwa terdapat berbagai faktor-faktor yang menjadi latar
belakang terhadap alasan dibalik tindak pidana kekerasan yang dilakukan oleh remaja tersebut.
Adapun faktor-faktornya sebagai berikut:[1]
• Faktor keluarga
• Faktor teman sebaya
• Faktor media
• Faktor kesehatan mental
• Faktor pengaruh obat-obatan terlarang
• Faktor lingkungan sosial
HASIL DAN PEMBAHASAN
Upaya Aparat Kepolisian dalam Menanggulangi Tindak Pidana Kekerasan
yang dilakukan Remaja
di Kabupaten Bima
d. Keberhasilan dalam memberantas kekerasan ini akan terbuang sia-sia apabila ada dukungan dari pihak-pihak
tertentu yang memanfaatkan dan menyalahgunakan kekuasaannya. Dukungan terhadap pelaku kekerasan
bukanlah hal yang baru dalam masyarakat. Tindakan para pendukung ini tidak dapat diterima dan harus segera
ditindak untuk menjaga tegaknya hukum dan menciptakan rasa aman dan harmoni dalam masyarakat. Para
pendukung kejahatan ini dapat dianggap sebagai pelaku kejahatan itu sendiri dan bukan hanya sekadar
pembantu dalam kejahatan.
e. Kesulitan dalam mengumpulkan barang bukti, khususnya untuk menjerat pelaku kejahatan, menjadi
tantangan serius dalam penanganan kekerasan yang dilakukan oleh remaja, terutama pada kasus kekerasan
yang terjadi di malam hari. Terlebih lagi, dalam kasus kekerasan pemanahan, sulit untuk mengenali ciri-ciri
pelaku kekerasan. Hal ini meningkatkan kesulitan dalam mengidentifikasi dan menangkap pelaku kejahatan.
f. Hukuman yang ringan atau vonis yang tidak memadai bagi pelaku kekerasan yang mana berstatus anak di
bawah umur telah menyebabkan mereka kurang merasa jera atau takut untuk melakukan perbuatan tersebut
kembali. Hal ini berpotensi menyebabkan mereka cenderung mengulangi perbuatan kekerasan tersebut.
KESIMPULAN