Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH CARA KEPOLISIAN DALAM

MENANGGULANGI TINDAK
PIDANA/KEJAHATAN

Disusun oleh :

I KADEK AGUS DANA PUTRA


BRIGTUTAR / 19193

AKADEMI KEPOLISIAN TAHUN 2022


Latar Belakang

Negara Indonesia adalah Negara yang terdiri dari berbagai macam suku, agama, dan
adat istiadat yang beraneka ragam dari Sabang sampai Merauke. “Adat istiadat tersebut
sangat berbeda satu sama lainnya. Sejak negara ini memproklamirkan kemerdekaannya maka
indonesia terbentuk menjadi negara kesatuan dengan memiliki satu sistem hukum yang
berlaku secara Nasional”. Yang mana sistem hukum itu merupakan salah satu alat
pengitegrasi bangsa ini.
Hukum adalah keseluruhan peraturan-peraturan di mana tiap-tiap orang yang
bermasyarakat wajib mentaatinya. Sistem peraturan untuk menguasai tingkah laku manusia
dalam masyarakat atau bangsa. Untuk itu hukum dijadikan sebagai Panglima dalam mengatur
berbagai gerak dinamika masyarakat.
Proses penegakan hukum selalu bersinggungan dengan banyak aspek lain yang
melingkupinya. “Usaha untuk mewujudkan ide dan nilai-nilai selalu melibatkan lingkungan
serta berbagai pengaruh faktor lainnya, oleh karena itu penegakan hukum bukan suatu yang
berdiri-sendiri, melainkan suatu yang berada diantara berbagai faktor (interchange)”.
Dalam konteks yang demikian titik tolak pemahaman terhadap hukum tidak sekedar
rumusan hitam putih, yang ditetapkan dalam berbagai bentuk peraturan perundang-undangan.
Peranan lembaga penegak hukum dibutuhkan baik dalam “penegakan hukum untuk menjaga
memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat maupun memberikan perlindungan,
pengayoman, dan pelayanan untuk lebih meningkatkan kesadaran hukum di dalam kehidupan
masyarakat”. Lembaga penegak hukum merupakan lembaga penegak keadilan dalam suatu
masyarakat, lembaga di mana masyarakat memerlukan dan mencari suatu keadilan.
Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) adalah salah satu lembaga penegak
hukum yang bertanggung jawab di bawah presiden. “Tugas pokok polri diatur dalam
Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia antara lain
memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, dan memberikan
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat”.

Rumusan masalah
1. Apa saja tugas pokok Kepolisian ?
2. Bagaimana cara Kepolisian dalam menanggulangi suatu tindak pidana/kejahatan ?
3. Apa saja upaya Kepolisian dalam menanggulangi suatu tindak pidana/kejahatan ?
Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja tugas pokok Kepolisian
2. Untuk mengetahui cara Kepolisian dalam menanggulangi suatu tindak
pidana/kejahatan
3. Untuk mengetahui apa saja upaya Kepolisian dalam menanggulangi suatu tindak
pidana/kejahatan

Deskripsi dan pembahasan


Soal tugas pokok Kepolisian sesuai UU No 2 Tahun 2002 yang dibagi menjadi tiga, yakni
Pre-emtif, Preventif, dan Represif. Pre-emtif ini untuk menghadapi faktor-faktor yang berpotensi
untuk munculnya tindakan hukum (dengan himbauan atau pendekatan). Tugas pre-emtif diemban
oleh Sat Binmas dengan program penyuluhan, salah satu kebijakannya adalah “Satu Desa, Satu
Polisi”.

Lebih lanjut, Yang dimaksud dengan upaya pre-emtif disini adalah upaya-upaya awal
yang dilakukan oleh pihak kepolisian untuk mencegah terjadinya tindak pidana. Usaha-usaha
yang dilakukan dalam penanggulan kejahatan secara pre-emtif menanamkan nilai-nilai/norma-
norma yang baik sehingga norma-norma tersebut terinternalisai dalam diri seseorang. Meskipun
ada kesempatan untuk melakukan pelanggaran/kejahatan tapi tidak ada niatnya untuk melakukan
hal tersebut maka tidak akan terjadi kejahatan. Jadi dalam usaha pre-emtif faktor niat menjadi
hilang meskipun ada kesempatan. Cara pencegahan ini berasal dari teori NKK, yaitu: Niat +
Kesempatan terjadinya kejahatan. Contohnya, ditengah malam pada saat lampu merah lalu lintas
menyala maka pengemudi itu akan berhenti dan mematuhi aturan lalu lintas tersebut meskipun
pada waktu itu tidak ada polisi yang berjaga. Hal ini selalu terjadi dibanyak Negara seperti
Singapura, Sydney, dan kota besar lainnya didunia. Jadi dalam upaya pre-emtif faktor “NIAT”
tidak terjadi.

Sedangkan Preventif untuk mencegah police hazard. Pelaksanaan tugas preventif salah
satunya dengan program patroli polisi baik skala kecil (dengan motor dan sepeda) maupun skala
besar (dengan mobil dan bantuan Brimob, Sabara, dan Lantas). Upaya-upaya preventif ini adalah
merupakan tindak lanjut dari upaya pre-emtif yang masih dalam tataran pencegahan sebelum
terjadinya kejahatan. Dalam upaya preventif ditekankan adalah menghilangkan kesempatan untuk
dilakukannya. Contoh ada orang ingin mencuri motor tetapi kesempatan itu dihilangkan karena
motor-motor yang ada ditempatkan ditempat penitipan motor, dengan demikian kesempatan
menjadi dan tidak terjadi kejahatan. Jadi dalam upaya preventif kesempatan ditutup.
Tugas yang ketiga dari POLRI adalah Represif untuk Menegakkan hukum dari ancaman
faktual. Tugas represif dilaksanakan oleh Lantas (seperti pada pelanggaran lalu lintas) dan
Reserse. “Contoh represif oleh Reserse adalah kampanye “Turn Back Crime” yang diluncurkan
oleh Interpol saat di Perancis yang mengajak masyarakat seluruh dunia untuk berani melawan
kejahatan. Kepala Interpol Indonesia adalah Kapolri. Meski begitu, POLRI sangat
mengedepankan pre-emtif dan preventif agar tidak perlu melakukan tindakan represif.

Upaya ini dilakukan pada saat telah terjadi tindak pidana/kejahatan yang tindakan berupa
penegakan hukum (law enforcement) dengan menjatuhkan hukuman. Upaya represif adalah suatu
upaya penanggulangan kejahatan secara konsepsional yang ditempuh setelah terjadinya
kejahatan. Penanggulangan dengan upaya represif untuk menindak para pelaku sesuai dengan
perbuatannya serta memperbaikinya kembali agar mereka sadar bahwa perbuatan yang
dilakukannya adalah perbuatan melanggar hukum dan merugikan masyarakat, sehingga tidak
mengulanginya dan orang lain juga tidak akan melakukannya mengingat sanksi yang
ditanggungnya sangat berat.
Dalam membahas sistem represif, tentunya tidak lepas dari sistem pidana kita, dimana dalam
sistem peradilan pidana paling sedikit terdapat 5 (lima) sub-sistem yaitu sub-sistem kehakiman,
kejaksaan, kepolisian, pemasyarakatan, dan kepengacaraan. Yang merupakan suatu keseluruh- an
dalam terangkai dan berhubungan secara fungsional. Dalam penanggulangan secara represif cara-
cara yang ditempuh bukan lagi pada tahap bagaimana mencegah terjadinya suatu kejahatan tetapi
bagaimana menanggulangi atau mencari solusi atas kejahatan yang sudah terjadi. Atas dasar itu
kemudian, langkah-langkah yang biasa ditempuh cenderung bagaimana menindak tegas pelaku
kejahatan atau bagaimana memberikan efek jera terhadap pelaku kejahatan.

Bentuk lain dari kehadiran polisi dalam mencegah kejahatan adalah dengan pemanfaatan
teknologi, misalnya penggunaan CCTV dan Patroli Cyber Crime. CCTV terbukti mampu
membantu analisa saat kejadian bom terorisme. Selain itu, Patroli Cyber Crime digalakkan agar
masyarakat dapat aman dan tertib berselancar di dunia maya. Misalnya, mengenai hate speech
atau ujaran kebencian.
Kesimpulan

Upaya yang dilakukan kepolisian dalam menanggulangi suatu tindak pidana kejahatan ialah
dengan melaksanakan Upaya Pre-emtif, Upaya Preventif, dan Upaya Represif dimana dengan
upaya yang dimaksud :

1. Upaya Pre-emptif
Upaya pre-emptif adalah upaya untuk mendeteksi keadaan awal, pencegahan yang
dilakukan secara dini melalui kegiatan-kegiatan edukatif dengan sasaran
mempengaruhi faktor-faktor penyebab terjadinya tindak pidana kesusilaan terhadap
anak. Upaya pre-emptif ini memerlukan adanya peran intelejen untuk memberikan
informasi.
2. Upaya Preventif
Upaya preventif adalah upaya pencegahan yang dilakukan sebelum terjadinya suatu
kejahatan. Upaya preventif yang dilakukan Polisi lebih kepada sosialisasi
dimasyarakat, antara lain:
a. Polisi mengajak masyarakat untuk bekerja sama melindungi anakanak disekitar
lingkungan mereka.
b. Mengajak masyarakat untuk berkoordinasi jika melihat terjadinya tindak pidana
kesusilaan terhadap anak agar segera melapor kepada pihak yang berwenang.
c. Polisi memberikan penyuluhan-penyuluhan serta mengajak orang tua untuk lebih
memperhatikan anak-anaknya. Dilakukannya berbagai upaya preventif ini ditujukan
agar masyarakat dapat membantu Polisi secara langsung untuk mencegah terjadinya
tindak pidana kesusilaan terhadap anak. Upaya preventif ini diharapkan dapat
menekan tingginya angka tindak pidana kesusilaan terhadap anak yang terjadi setiap
waktu.
3. Upaya Represif
Upaya represif adalah upaya yang dilakukan setelah terjadinya kejahatan, penindakan
atau upaya hukum. Upaya represif yang dilakukan adalah dengan melalui
penyelidikan, penangkapan, penyidikan, hingga sampai pada peradilan yang
kemudian diputuskan oleh hakim. Upaya represif mendasarkan pada bukti awal yang
ada, melakukan penangkapan dan diteruskan pada langkah penyidikan dengan
menghubungkan dalam Pasal 16 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002
tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia dan bila bukti itu telah cukup maka
perkara dilimpahkan ke Kejaksaan.
Daftar Pustaka

Undang-Undang Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Sukanto, Soerjono 1983, Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum,


Jakarta:rajawali pers

Satjipto,Raharjo, 2007, Membangun Polisi Sipil,Jakarta:kompas.

Satjipto,Rahardjo,2001,Community Policing Indonesia,Jakarta;Ui-pres.

Tabah,Anton,2007,Menatap Dengan Mata Hati Polisi Indonesia,Jakarta:PT Gramedia pustaka


Utama.

Anda mungkin juga menyukai