Anda di halaman 1dari 12

Peran Kepolisian Dalam Menangani Tindak Pidana Pencabulan Anak

Di Polres Nias
Yoseph Andrian Meitianus Lase

Universitas Sumatera Utara


Email: yosephlase89@yahoo.com

Abstrak
Anak merupakan makhluk Tuhan Yang Maha Esa memiliki hak asasi sebagaimana manusia lainnya,
sehingga tidak ada manusia atau pun pihak lain yang boleh merampas hak tersebut. Anak memiliki peran
strategis dan negara menjamin hak setiap anak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Persoalan-persoalan yang berkaitan dengan anak sering
terjadi di Indonesia misalnya mengenai pencabulan terhadap anak, termasuk di dalam wilayah hukum Polres
Nias. Adapun faktor – faktor penyebab terjadinya pencabulan oleh anak berdasarkan wawancara peneliti
dengan pihak PPA Kepolisian Resort Nias yaitu : faktor jenis kelamin, faktor keluarga, faktor pendidikan,
faktor lingkungan, faktor minuman beralkohol dan faktor teknologi. salah satu fungsi pemerintahan negara
dibidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan,
pengayoman, dan pelayanan pada masyarakat. Peran Kepolisian bertujuan untuk mewujudkan keamanan
dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum
terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan masyarakat, serta terciptanya ketentraman
masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia. Upaya yang dapat ditempuh dalam
penanggulangan tindak pidana perbuatan cabul adalah dengan kebijakan kriminal atau kebijakan
penanggulangan kejahatan, salah satu nya dapat di tempuh melalui kebijakan penal (penal policy), yaitu
penegakan hukum dengan menghukum si pelaku kejahatan. Upaya non penal penanggulangan tindak pidana
pencabulan anak di bawah umur dilaksanakan melalui penyuluhan hukum terhadap masyarakat mengenai
pentingnya upaya mencegah anak menjadi korban pencabulan dan upaya memperoleh kepastian hukum jika
anak menjadi korban.
Kata Kunci: Tindak Pidana, Pencabulan, Anak

Abstract
Children are creatures of God Almighty who have human rights like other human beings, so that no human or
other party can rob them of these rights. Children have a strategic role and the state guarantees the rights of
every child to survival, growth and development as well as protection from violence and discrimination.
Problems related to children often occur in Indonesia, for example regarding sexual abuse of children,
including within the jurisdiction of the Nias Police Station. The factors that cause sexual abuse by children
based on interviews with researchers with the Nias Resort Police PPA are: gender factors, family factors,
education factors, environmental factors, alcoholic beverages and technology factors. one of the functions of
state government in the field of maintaining public security and order, law enforcement, protection, shelter,
and service to the community. The role of the Police is to realize internal security which includes the
maintenance of public security and order, orderly and law enforcement, the implementation of protection,
protection, and public service, as well as the creation of public peace by upholding human rights. Efforts that
can be taken in overcoming the crime of obscene acts are criminal policies or crime prevention policies, one
of which can be taken through a penal policy, namely law enforcement by punishing the perpetrators of
crimes. Non-penal efforts to overcome the crime of sexual abuse of minors are carried out through legal
counseling to the community regarding the importance of preventing children from becoming victims of
sexual abuse and efforts to obtain legal certainty if children become victims.
Keywords: Crime, Obscenity, Child

Cara Sitasi:
Lase, Y, A, M., (2022), “Peran Kepolisian Dalam Menangani Tindak Pidana Pencabulan Anak Di Polres
Nias”, IURIS STUDIA: Jurnal Kajian Hukum Vol 3. No.2 , Pages145-157

Page | 146
IURIS STUDIA: Jurnal Kajian Hukum Peran Kepolisian Dalam Menangani Tindak Pidana
Volume 3 Nomor 2, 2022, Page 146-157 Lase

A. Pendahuluan
Anak merupakan makhluk Tuhan Yang Maha Esa memiliki hak asasi
sebagaimana manusia lainnya, sehingga tidak ada manusia ataupun pihak lain yang boleh
merampas hak tersebut. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah masa
depan bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa sehingga setiap anak yang berhak atas
kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang, berpatisipasi serta berhak atas
perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan. 1
Kondisi anak yang masih sangat labil, sehingga mereka berusaha mengenal dan
berinteraksi dengan lingkungan sekitar mereka. Oleh sebab itu, diperlukan adanya
dukungan dari keluarga dan orang terdekat dalam mendidik tumbuh kembang anak. Anak
dalam kondisi seperti itu diperlukan perlakuan khusus agar dapat tumbuh dan
berkembang secara wajar baik fisik, mental, sosial dan rohaninya. Tanggung jawab
orangtua terhadap anak merupakan perwujudan atas hak-hak yang dimiliki seorang anak.
Hal ini dikarenakan status anak diklaim sebagai posisi yang “lemah”, baik dari segi
kematangan psikologis, maupun mental yang membuatnya kerap kali terpikirkan dalam
pengambilan kebijakan.2 Indonesia telah memiliki aturan yang secara khusus yang
mengatur tentang perlindungan anak yaitu Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak. Namun pada kenyataan, masih banyak anak yang dilanggar haknya
dan menjadi korban dari bentuk tindak kekerasan, eksploitasi, diskriminasi, bahkan
tindakan yang tidak manusiawi termasuk tindakan pencabulan terhadap anak.
Secara umum pencabulan terjadi karena seseorang ingin mendapat kepuasan
seksual terhadap dirinya sendiri melalui pencabulan terhadap anak-anak. Pengertian
terhadap kata “cabul” itu sendiri tidak dapat dijelaskan secara rinci dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (KUHP). Pencabulan terhadap anak berdampak negatif, bukan
hanya merusak masa depan secara fisik saja tetapi juga dapat merusak mental dan
kejiwaan anak seperti gangguan depresi berat dapat terbawa kelak hingga dewasa.
Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan salah satu aparatur negara
yang difungsikan dalam penegakan hukum dimasyarakat. Negara Indonesia memberi
tugas dan wewenang kepada lembaga kepolisian sesuai dengan Pasal 5 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Fungsi
kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan
keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan masyarakat3, termasuk berperan dalam tindak pidana pencabulan terhadap
anak. Peranan Kepolisian dalam menanggulangi kejahatan pencabulan perlu dilakukan
untuk pencegahan terhadap kasus pencabulan terhadap anak dibawah umur dengan
memberikan perlindungan terhadap korban dan memberikan efek jera terhadap pelaku
pencabulan anak. Upaya pencegahan (preventif) sangat dilaksanakan sepenuhnya untuk
mencegah terjadinya tindak pidana pencabulan tersebut sehingga anak-anak di Kota
Gunung Sitoli terhindar dari kejahatan tersebut. Kendati demikian upaya pencegahan
tersebut tetap memiliki hambatan-hambatan dan tantangan yang harus di atasi Kepolisian
Resort Nias untuk mencegah terjadinya tindak pidana pencabulan anak.

1
Eka Tjahjanto, Implementasi Peraturan Perundang-undangan Ketenagakerjaan (Upaya
Perlindungan Hukum Terhadap Eksploitasi Pekerja Anak), Tesis. Program Sarjana, Universitas
Diponegoro, Semarang, 2008, hlm.53
2
Ibid, hlm. 20
3
Mukhlis.R,”Peranan POLRI Menangani Demokrasi Masyarakat dalam Pemilihan
Kepala daerah Secara langsung di Indonesia”, Artikel Pada Jurnal Konstitusi, BKK Fakultas
Hukum Universitas Riau, Kerjasama dengan Mahkamah Konstitusi, Vol.III, No.2 November 2010,
hlm.26

Page | 147
IURIS STUDIA: Jurnal Kajian Hukum Peran Kepolisian Dalam Menangani Tindak Pidana
Volume 3 Nomor 2, 2022, Page 146-157 Lase

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah yang
akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya pencabulan pada anak
serta hambatan-hambatan apa yang dialami Polres Nias dalam mencegah tindak
pidana pencabulan anak di Gunung Sitoli?
2. Bagaimanakah peran kepolisian dalam menangani penyelidikan dan penyidikan
tindak pidana pencabulan anak di Polres Nias?
3. Bagaimanakah upaya yang dilakukan dalam menanggulangi tindak pidana pada
anak?
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan yang
hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis dan mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan
timbulnya pencabulan pada anak serta hambatan-hambatan apa yang dialami
Polres Nias dalam mencegah tindak pidana pencabulan anak di Gunung Sitoli.
2. Untuk menganalisis dan mengetahui peran kepolisian dalam menangani
penyelidikan dan penyidikan tindak pidana pencabulan anak di Polres Nias.
3. Untuk menganalisis dan mengetahui upaya yang dilakukan dalam
menanggulangi tindak pidana pada anak.
B. Pembahasan
1. Kerangka Teoritis
a. Teori Kepastian Hukum (rechtssicherheit)
Hukum harus dilaksanakan dan ditegakkan. Setiap orang mengharapkan dapat
ditetapkannya hukum dalam hal terjadi peristiwa yang konkrit. Bagaimana hukumnya
itulah yang harus berlaku, pada dasarnya tidak boleh menyimpang : fiat justicia et
pereat mundus ( meskipun dunia akan runtuh, hukum harus ditegakkan). Itulah yang
diinginkan oleh kepastian hukum. Kepastian hukum merupakan perlindungan
yustisiable terhadap tindakan sewenang-wenang, yang berarti seorang akan
memperoleh sesuatu yang diharapkan dalam keadaan tertentu.
b. Teori Manfaat (zweckmassigkeit)
Masyarakat mengharapkan manfaat dalam pelaksanaan atau penegakan hukum.
Hukum adalah untuk manusia, maka pelaksanaan hukum atau penegakan hukum
harus memberi manfaat atau kegunaan bagi masyarakat. Jangan sampai justru karena
hukumnya dilaksanakan atau ditegakkan timbul keresahan didalam masyarakat.
c. Teori Keadilan (gerechtigkeit)
Masyarakat sangat berkepentingan bahwa dalam pelaksanaan atau penegakan
hukum keadilan diperhatikan. Dalam pelaksanaan dan penegakan hukum harus adil.
Hukum tidak identik dengan keadilan. Hukum itu bersifat umum, mengikat setiap
orang, bersifat menyamaratakan. Barang siapa yang mencuri harus dihukum: siapa
yang mencuri harus dihukum, tanpa membeda-bedakan siapa yang mencuri.
Sebaliknya, keadilan bersifat subjektif, individualistis, dan tidak menyamaratakan.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana Indonesia yang
dikenal dengan KUHAP, tidak saja memuat tentang hak dan kewajiban yang terkait
dalam suatu proses pidana, tetapi juga memuat tentang tata cara proses pidana yang
menjadi tugas dan kewenangan masing-masing institusi penegak hukum.
Proses penegak hukum berdasarkan KUHAP yang kita miliki selama ini
menganut asas division of function atau sistem kompartemen, yang memisahkan
secara tegas tugas dan kewenangan penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan disidang
pengadilan serta pelaksanaan putusan dan penetapan pengadilan yang terintegrasi,
menuju kepada sistem peradilan pidana terpadu (integrated criminal justice system ),
dan kewenangan masing-masing institusi penegakan hukum.

Page | 148
IURIS STUDIA: Jurnal Kajian Hukum Peran Kepolisian Dalam Menangani Tindak Pidana
Volume 3 Nomor 2, 2022, Page 146-157 Lase

2. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Timbulnya Pencabulan Pada Anak


a. Tinjauan Umum Tentang Pencabulan Anak
Pelaku tindak pidana pencabulan banyak dilakukan oleh orangtua, pengantar
anak sekolah, tetangga, teman di media sosial seperti facebook, anak yang masih
sekolah, serta orang yang baru dikenal. Kasus pencabulan yang paling banyak
dilakukan oleh orang dewasa sebagai pelaku. Para pelaku dewasa tindak pidana
pencabulan pada anak yang korbannya masih dibawah umur dengan cara membujuk
dengan rayu-rayuan akan bertanggungjawab dengan di nikahi, mengiming-imingi
sesuatu atau melakukan pemaksaan terhadap korbannya. 4 Tindak pidana pencabulan
yang dinilai dapat merendahkan derajat wanita sebagai korban pencabulan serta
dapat merusak harkat dan martabat. Wanita adalah ibu dari umat manusia, karena
dari rahim wanita lah anak manusia dilahirkan.
Berkaitan dengan pencabulan, kejahatan ini berhubungan dengan tindak pidana
kesusilaan yang diatur di dalam KUHP yaitu, tindak pidana melakukan tindakan
melanggar kesusilaan dengan anaknya sendiri, dengan anak tirinya, dengan anak
angkatnya atau dengan seorang anak di bawah umur yang pengawasannya
dipercayakan kepada pelaku oleh undang-undang telah diatur dalam Pasal 294
KUHP yaitu: “Barangsiapa melakukan tindakan-tindakan melanggar kesusilaan
dengan anaknya sendiri, dengan anak tirinya, dengan anak asuhnya, dengan anak
angkatnya yang belum dewasa atau dengan seseorang yang belum dewasa yang
pengurusannya, pendidikan atau penjagaannya telah dipercayakan kepadanya, atau
dengan seorang pembantu atau seorang bawahannya, dipidana dengan pidana
penjara selama-lamanya tujuh tahun.”
b. Faktor-Faktor Penyebab Timbulnya Pencabulan Anak
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan pihak PPA Kepolisian
Resort Nias Adapun faktor – faktor penyebab terjadinya pencabulan oleh anak yaitu
faktor jenis kelamin, faktor keluarga, faktor pendidikan, faktor lingkungan, faktor
minuman beralkohol dan faktor teknologi. Faktor-faktor tersebut akan diuraikan
sebagai berikut:
1) Faktor Jenis Kelamin
Faktor kelamin juga merupakan suatu faktor yang menyebabkan suatu tindak
pidana tersebut dapat terjadi pada anak usia di bawah umur. Menurut Paul W.
Tappan mengemukakan bahwa kenakalan anak tersebut dapat dilakukan seorang
anak laki-laki maupun anak perempuan walaupun pada umumnya jumlah anak laki-
laki lebih banyak melakukan kejahatan dari pada perempuan. Namun hal tersebut
bukan berarti seorang anak perempuan tidak dapat melakukan kejahatan justru pada
umumnya baik perempuan maupun laki-laki tetap melakukan kejahatan dengan
tujuan masing-masing.
2) Faktor Keluarga
Keluarga merupakan suatu lingkungan yang dianggap sangat dekat dengan
anak, untuk itu tempat pembetukan karakter pertama kali terdapat pada keluarga
sendiri untuk itulah keluarga merupakan wadah pertama dalam pembentukan
karakter seorang anak. Broken home menyebabkan anak sebagian besar melakukan
kenakalan, terutama karena perceraian atau perpisahan orangtua yang sangat
mempengaruhi perkembangan pertumbuhan si anak.
3) Faktor Pendidikan

4
https://Media.Neliti.com/media/publications/35330-ID-kendala-penyidik-dalam–
mengungkap-tindak-pidana-kekerasan-seksual-pada-anak-stud.pdf.

Page | 149
IURIS STUDIA: Jurnal Kajian Hukum Peran Kepolisian Dalam Menangani Tindak Pidana
Volume 3 Nomor 2, 2022, Page 146-157 Lase

Rendahnya tingkat pendidikan formal dalam diri seseorang dapat menimbulkan


dampak terhadap masyarakat dan yang bersangkutan mudah terpengaruh melakukan
suatu kejahatan tanpa memikirkan akibat dari perbuatannya. Karena ketidakpahaman
tentang aturan serta dampak dari perbuatan yang berakibat pelaku melanggar norma.
4) Faktor Lingkungan
Lingkungan sosial atau tempat tinggal seseorang (tempat hidup/ beraktifitas
seseorang) banyak berpengaruh dalam membentuk tingkah laku, jika orang tersebut
berada pada lingkungan sosial yang baik maka akan membentuk sikap sosial yang
baik pada orang tersebut namun jika tempat tinggal orang tersebut berada pada
lingkungan yang kurang baik (criminal), maka tidak menutup kemungkinan sifat
dominan orang tersebut adalah tidak baik, olehnya itu pengaruh sosialisasi seseorang
tidak akan lepas dari pengaruh lingkungan.
5) Faktor Teknologi
Adanya perkembangan teknologi tentunya membawah pengaruh bagi kehidupan.
Pengaruh tersebut meliputi dua sisi, yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif.
Adapun dampak negatif yang di timbulkan dari pengaruh perkembangan teknologi
juga membawa informasi kepada seluruh masyarakat termasuk generasi muda
tentang gaya hidup negara-negara barat dan negara-negara maju lainnya.
3. Hambatan-Hambatan Pihak Kepolisian Dalam Menangani Tindak pidana
Pencabulan Anak
Bekerjanya sebuah lembaga negara bukan berarti tanpa ada hambatan dan
kendala, demikian juga terhadap kinerja kepolisian khsusunya Kepolisian Resort
Nias tentu saja terdapat kendala demi kendala dalam mewujudkan visi dan misinya
sebagai lembaga pengayom masyarakat. Termasuk dalam hal pencegahan tindak
pidana pencabulan terhadap anak di bawah umur juga senantiasa tidak lepas dari
berbagai kendala atau hambatan. Penegakan hukum menjadi tolak ukur bagi
masyarakat untuk merasakan suatu keadilan. Mengenai kasus pencabulan dimana
masyarakat sangat berperan aktif dalam masalah penegakan hukum, maksudnya
masyarakat harus mendukung secara penuh dan bekerja sama dengan para penegak
hukum.

4. Peran Kepolisian dalam Menangani Penyelidikan dan Penyidikan Tindak


Pidana Pencabulan Anak di Polres Nias
a. Tinjauan Umum Tentang Kepolisian
Kepolisian Negara Republik Indonesia atau yang sering disingkat dengan POLRI,
dalam kaitannya dengan pemerintah adalah salah satu fungsi pemerintahan negara
dibidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum,
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan pada masyarakat. Dalam Pasal 2 Undang-
Undang No.2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, disebutkan
bahwa fungsi kepolisian sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang
pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, pelindung,
pengayom dan pelayan kepada masyarakat. Sedangkan lembaga Kepolisian adalah
organ pemerintah yang ditetapkan sebagai suatu lembaga dan diberikan kewenangan
menjalankan fungsinya berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Secara umum sebagaimana tercantum dalam Pasal 13 Undang-Undang No. 2
Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, menyebutkan bahwa
tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah :
1. Memberikan keamanan dan ketertiban masyarakat;
2. Menegakkan hukum;

Page | 150
IURIS STUDIA: Jurnal Kajian Hukum Peran Kepolisian Dalam Menangani Tindak Pidana
Volume 3 Nomor 2, 2022, Page 146-157 Lase

3. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada


masyarakat.5
Dari tugas-tugas polisi tersebut dapat dikemukakan bahwa pada dasarnya tugas
polisi ada dua yaitu tugas untuk memelihara keamanan, ketertiban, menjamin dan
memelihara keselamatan negara, orang, benda dan masyarakat serta mengusahakan
ketaatan warga negara dan masyarakat terhadap peraturan negara. Tugas ini
dikategorikan sebagai tugas preventif dan tugas yang kedua adalah tugas represif.
Tugas ini untuk menindak segala hal yang dapat mengacaukan keamanan masyarakat,
bangsa, dan negara.
Fungsi polisi secara umum adalah untuk menjalankan kontrol sosial masyarakat
yang bersifat preventif dan represif, dalam bahasa Perancis dikenal dengan istilah la
police administration.6 Fungsi preventif yang dilaksanakan dalam rangka memberi
perlindungan, pengayoman, pelayanan pada masyarakat dan fungsi represif yaitu
sebagai penegak hukum. Selanjutnya fungsi POLRI di dalam Pasal 2 Undang-Undang
Kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan
keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman,
dan pelayanan kepada masyarakat.
Adapun kewenangan kepolisian yang diatur dalam Pasal 15 ayat 1 Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia ialah
sebagai berikut:
1) Menerima laporan dan/atau pengaduan;
2) Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat
mengganggu ketertiban umum;
3) Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat;
4) Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam
persatuan dan kesatuan bangsa;
Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan administratif
kepolisian.7

5. Upaya Yang DiLakukan Oleh Polres Nias Dalam Menanggulangi Tindak


Pidana Pencabulan Terhadap Anak
Untuk menanggulangi suatu kejahatan dapat dilakukan dengan upaya pencegahan
atau dengan kata lain mencegah lebih baik dari pada mengobati hal yang telah terjadi.
Langkah-langkah pencegahan yang diupayakan bertujuan untuk mengurangi tindak
pidana khususnya pencabulan pada anak-anak dan untuk melindungi anak-anak yang
memang sangat rentan untuk menjadi korban pencabulan, karena anak sebagai tunas
bangsa, merupakan generasi penerus dalam pembangunan bangsa dan negara.
Anak harus mendapatkan perlindungan dari gangguan-gangguan berupa perlakuan
salah kepada anak. Jika tidak dilindungi, maka anak sebagai generasi bangsa dapat
mengalami kehancuran, lebih memprihatinkan apabila anak-anak sampai menjadi
korban tindak pidana pencabulan, maka hancurlah kreativitas, kemauan dan bakat
seorang anak dalam mengembangkan pemikiran dan tumbuh kembang melalui proses
coba-mencoba, sehingga generasi muda akan mengalami hambatan dan pada akhirnya
secara keseluruhan akan menghambat berjalannya proses kaderisasi bangsa.

5
Pasal 13 Undang – Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
6
Satjipto Rahardjo, 2009, Polisi Sipil Dalam Perubahan Sosial Di Indonesia, Kompas,
Jakarta, hlm. 28
7
Pasal 15 ayat 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia.

Page | 151
IURIS STUDIA: Jurnal Kajian Hukum Peran Kepolisian Dalam Menangani Tindak Pidana
Volume 3 Nomor 2, 2022, Page 146-157 Lase

Perlindungan terhadap anak menjadi tanggung jawab negara, pemerintah, masyarakat,


keluarga, dan orangtua dalam bidang kehidupan agama, pendidikan, kesehatan dan
sosial.
Usaha penanggulangan suatu kejahatan, apakah seorang itu menyangkut
kepentingan hukum seseorang, masyarakat maupun kepentingan hukum negara,
tidaklah mudah seperti yang dibayangkan karena hampir tidak mungkin
menghilangkannya. Tindak kejahatan atau kriminalitas akan tetap ada selama manusia
masih ada dipermukaan bumi ini, kriminalitas akan hadir pada segala bentuk tingkat
kehidupan masyarakat.
Dampak yang ditimbulkan akibat dari tayangan yang berbau pornografi
mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan yang berkaitan dengan tindak
pidana kesusilaan antara lain pencabulan, perkosaan dan perzinahan. Oleh sebab itu,
diperlukan upaya menanggulanginya baik secara jalur hukum atau tindakan represif
dan secara jalur non hukum atau tindakan preventif.
Dengan demikian upaya penanggulangan kejahatan secara garis besar dapat dibagi
2 (dua), yaitu melalui jalur „penal‟ (hukum pidana) dan lewat jalur „non penal‟
(bukan/diluar hukum pidana). Dikatakan sebagai perbedaan secara kasar, karena
tindakan represif pada hakikatnya juga dapat dilihat sebagai tindakan preventif dalam
arti luas. Mengingat upaya penanggulangan kejahatan lewat jalur non penal lebih
bersifat akan pencegahan untuk terjadinya kejahatan, maka sasaran utamanya adalah
menangani faktor-faktor kondusif penyebab terjadinya kejahatan.

a. Upaya Penal (Penal Policy)


Upaya yang dapat ditempuh dalam penanggulangan tindak pidana perbuatan
cabul adalah dengan kebijakan kriminal atau kebijakan penanggulangan kejahatan,
salah satu nya dapat di tempuh melalui kebijakan penal (penal policy), yaitu
penegakan hukum dengan menghukum si pelaku kejahatan. Penanggulangan tindak
pidana yaitu melalui sistem peradilan pidana, dimana aparat penegak hukum
memegang peranan penting di dalamnya. Penanggulangan tindak pidana perbuatan
cabul terhadap anak harus digarap dengan serius oleh aparat penegak hukum untuk
menyelamatkan masa depan anak-anak sebagai generasi yang diharapkan akan
menjadi pemimpin baru dimasa yang akan datang.
Upaya penanggulangan kejahatan terjadi tindak pidana pencabulan terhadap anak
dibawah umur dapatlah dilakukan upaya berupa „pencegahan‟ agar tindak pidana
pencabulan tidak terjadi dan upaya berupa‟penanggulangan‟ jika tindak pidana
pencabulan sudah terjadi.
1) Langkah-Langkah Pencegahan.
Upaya pencegahan ini harus dilakukan secara bersama-sama oleh keluarga,
masyarakat, pemerintah dan penegak hukum. Keempat komponen ini harus saling
bekerja sama bahu membahu untuk menekan peningkatan angka tindak pidana
pencabulan terhadap anak dibawah umur. Usaha-usaha pencegahan yang dapat
dilakukan, yaitu:
a) Meningkatkan keamanan dilingkungan sekitar
b) Memperbaiki sarana dan fasilitas dilingkungan sekitar, misalnya
menambah atau memperbaiki penerang
c) Perbaiki daerah-daerah yang relative rawan dengan tindak kejahatan
khususnya pencabulan seperti rawa-rawa dan hutan di sekitar lingkungan
perumahan, dikarenakan lingkungan seperti ini sangan potensial
menimbulkan kriminalitas

Page | 152
IURIS STUDIA: Jurnal Kajian Hukum Peran Kepolisian Dalam Menangani Tindak Pidana
Volume 3 Nomor 2, 2022, Page 146-157 Lase

d) Pemberantasan film-film dan bacaan yang mengandung unsur pornografi


yang beredar secara luas dikalangan masyarakat, karena sering kali tindak
pidana pencabulan terhadap anak dibawah umur terjadinya karena melihat
film atau bacaan yang mengandung unsur pornografi
e) Partisipasi aktif atau keikutsertaan tokoh-tokoh agama dan masyarakat
dilingkungan sekitarnya. Tokoh-tokoh agama sebagai contoh dari
pengembangan perilaku masyarakat dan tokoh tersebut sangat dihargai
pendapatnya.
f) Masyarakat harus lebih intensif dalam menyikapi dan menyaring
kebudayaan asing atau baru yang mengandung unsur negatif dan yang dapat
merusak moral.
g) Dalam hal kehidupan rumah tangga atau keluarga, seperti hubungan
orangtua dan anaknya selayaknya harus tetap efisien terjalin, seperti
memberikan perhatian, nasehat, bimbingan menjalin pertemanan yang lebih
terhadap lawan jenis dan perlindungan bagi anak demi kebaikannya dan
menyelamatkannya dari perlakuan salah yang dilakukan oleh pelaku.8
2) Langkah Penanggulangan
Langkah-langkah penanggulangan dapat dilakukan, dalam hal apabila seluruh
lapisan masyarakat beserta pemerintah dan penegak hukum telah melakukan upaya
pencegahan untuk mencegah terjadinya tindak pidana pencabulan terhadap anak
dibawah umur dengan melakukan langkah pencegahan, namun tetap saja terjadi
perbuatan cabul terhadap anak dibawah umur. Adapun yang termasuk bentuk
langkah-langkah penanggulangan adalah sebagai berikut:
a) Dukungan dari masyarakat untuk pengungkapan kasus kejahatan khususnya
perbuatan cabul terhadap anak dibawah umur, apabila tindak pidana tersebut
terjadi dilingkungan sekitar harus segera mengadukan perbuatan cabul
tersebut keaparat keamanan setempat;
b) Kepolisian sebagai penyidik dan sekaligus pelindung, pengayom dan
pelayanan masyarakat khususnya dalam hal ini Unit Pelayanan Perempuan
dan Anak (UPPA), harus teliti dan cermat dalam mencari bukti-bukti seperti
visum maupun keterangan saksi, agar pelaku perbuatan cabul terhadap anak
dibawah umur, tidak lepas begitu saja dari tindak pidana yang disangkakan;
c) Penuntut umum adalah Jaksa yang diberikan wewenang oleh undang-undang
untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim sesuai
dengan Pasal 13 KUHAP;
d) Pihak kehakiman harus bekerja efisien dalam menjatuhkan hukuman yang
benar-benar setimpal dengan perbuatan pelaku yaitu perbuatan cabul
terhadap anak dibawah umur;
e) Media cetak maupun media elektronik dapat juga membantu proses
penanggulangan terjadinya perbuatan cabul terhadap anak dibawah umur
yaitu dengan cara mengadakan berita investigasi atas kasus pencabulan
terhadap anak dibawah umur;
f) Pieter Hoefnagels mengatakan bahwa salah satu upaya penanggulangan
kejahatan adalah “penerapan hukum pidana.” 9
Upaya penanggulangan kejahatan ini dapatlah digunakan manakala upaya
pencegahan telah gagal untuk dilaksanakan, dalam artian bahwa apa yang sudah
diusahakan oleh keluarga, masyarakat, pemerintah tidak berhasil, maka penegak

8
Andi Manurungzz.blogspot, co.id, Op.Cit
9
Ibid.

Page | 153
IURIS STUDIA: Jurnal Kajian Hukum Peran Kepolisian Dalam Menangani Tindak Pidana
Volume 3 Nomor 2, 2022, Page 146-157 Lase

hukum dapat menggunakan upaya “penerapan hukum pidana “ kepada pelaku


perbuatan cabul terhadap anak dibawah umur, dalam hal menerapkan ketentuan
dalam Pasal 289 KHUP.
b. Upaya Non Penal
Upaya non penal meliputi penggunaan sarana sosial untuk memperbaiki kondisi
- kondisi sosial tertentu, namun secara tidak langsung mempengaruhi upaya
pencegahan terjadinya kejahatan. Upaya non penal penanggulangan tindak pidana
pencabulan anak di bawah umur dilaksanakan melalui penyuluhan hukum terhadap
masyarakat mengenai pentingnya upaya mencegah anak menjadi korban pencabulan
dan upaya memperoleh kepastian hukum jika anak menjadi korban.
Adapun upaya non penal yang dapat dilakukan dalam mencegah pencabulan
terhadap anak antara lain adalah sebagai berikut:
1) Tindakan Represif.
Berdasarkan wawancara dengan Aipda Jonnes A. Zai, selaku Kanit PPA Sat.
Reskrim Polres Nias mengatakan selain tindakan preventif yang dapat juga
melakukan tindakan-tindakan represif. Yang dimaksud dengan upaya
penanggulangan represif adalah usaha yang dilakukan aparat setelah terjadinya
suatu kejahatan seperti menindak para pelakunya sesuai dengan perbuatannya
serta memperbaikinya kembali agar ia sadar bahwa perbuatan yang dilakukan
merupakan perbuatan yang melanggar hukum dan merugikan masyarakat,
sehingga ia kembali kedalam masyarakat dan tidak melakukan kejahatan kembali.
2) Tindakan Sosial.
Ada beberapa tindakan sosial yang dapat dilakukan sebagai upaya untuk
menanggulangi tindak pidana kesusilaan terutama tindak pidana pencabulan
terhadap anak di Kota Gunungsitoli, yaitu sebagai berikut:
a) Memberikan pendidikan seksual terhadap anak.
Tindakan ini merupakan salah satu cara untuk mengurangi atau mencegah
penyalahgunaan seks, khususnya untuk mencegah dampak-dampak negatif
yang tidak diharapkan, seperti kehamilan yang tidak direncanakan, penyakit
menular seksual, depresi dan perasaan berdosa. Oleh karena itu pendidikan
seks sejak dini haruslah dilakukan agar anak mengerti dan mengenali dirinya
sendiri terutama pada fase genital si anak, antara usia 4 sampai 5 tahun.
Pendidikan seks yang dimaksud di sini adalah pendidikan norma-norma
dasar yang harus diketahui anak sejak dini, yaitu pendidikan seksual
sederhana, seperti membedakan jenis kelamin perempuan dan laki-laki,
mendidik agar selalu menggunakan pakaian, duduk dengan benar agar tidak
memperlihatan bagian vitalnya dan juga mengajarkan kepada anak, bahwa
laki-laki dan perempuan tidak boleh tidur bersama.
b) Keluarga Sebagai Pembentuk Kepribadian.
Rumah merupakan tempat pembangunan kepribadian dan pembentukan
karakter paling mendasar bagi seorang anak sejak dilahirkan, pengaruh orang-
orang di dalam rumah sangat dalam bagi seorang anak. Pembelajaran seorang
berawal dari dalam keluarga, jika keluarga itu hangat, baik hati, penuh kasih
sayang, maka anak akan belajar menjadi hangat, baik hati dan penuh kasih
sayang sesuai dengan apa yang dia lihat setiap hari.
Upaya penanggulangan kejahatan melalui jalur non penal lebih bersifat tindakan
pencegahan untuk terjadinya kejahatan, maka sasaran utamanya adalah menangani
faktor-faktor kondusif mengenai penyebab terjadinya kejahatan. Faktor-faktor
kondusif itu terjadi antara lain, berpusat pada masalah-masalah atau kondisi social
secara langsung atau tidak langsung dapat menimbulkan atau menumbuh suburkan

Page | 154
IURIS STUDIA: Jurnal Kajian Hukum Peran Kepolisian Dalam Menangani Tindak Pidana
Volume 3 Nomor 2, 2022, Page 146-157 Lase

kejahatan. Dilihat dari sudut politik kriminal makro dan global, maka supaya non
penal menduduki kunci dan strategis dari keseluruhan upaya politik kriminal 10
Adapun langkah-langkah yang dapat ditempuh oleh pihak Polres Nias sebagai
berikut:
a. Penyuluhan Kepada Orangtua
Penyuluhan ini dilakukan oleh pihak kepolisian kelingkungan-lingkungan
sosial masyarakat, baik di tingkat kelurahan, kecamatan, maupun kabupaten secara
berkesinambungan dan berjadwal. Hal ini dimaksudkan agar orangtua dapat lebih
dekat lagi dengan anaknya. Supaya orangtua dapat menjadi sahabat anak sehingga
lebih muda bagi orangtua untuk masuk kedalam kehidupan si anak dan mengetahui
segala sesuatu menyangkut kehidupan pribadi anak, termasuk pergaulan anak dan
aktivitas anak sehari-hari. Selain itu perlu untuk diberikan arahan kepada orangtua
bagaimana cara mendidik dan membentuk kepribadian anak sejak dini.
Usia remaja dimana anak sedang mengalami pubertas, orangtua harus dapat
menempatkan dirinya sebagai orangtua sekaligus sahabat anak. Orangtua harus
mengetahui setiap permasalahan yang dihadapi anak, termasuk pergaulannya,
tontonannya, bacaannya, serta aktivitas didalam dan diluar sekolah. Selain itu,
orangtua sebaiknya memberikan aktivitas-aktivitas positif bagi anak, seperti
memberi kursus mata pelajaran, kursus musik, maupun memotivasi anak untuk
aktif dalam kegiatan olahraga, kesenian, maupun aktivitas out bond.11
b. Penyuluhan Ke Sekolah.
Sekolah adalah rumah kedua bagi anak, dimana mereka mendapatkan
pendidikan dan pergaulan baru. Disini anak bergaul dengan siapa saja dari berbagai
kalangan dan tentu saja dengan sifat dan karakter berbeda-beda. Di sini perlu
diadakan penyuluhan ke sekolah-sekolah secara berkesinambungan dan berjadwal
yang tentunya memiliki peranan penting dalam mendidik seluruh siswanya, bukan
hanya dari sisi keilmuan, tetapi juga dari sisi moral dan perilaku siswanya dan
perlu ditekankan bahayanya gaya pacaran anak remaja saat ini mudah terjurumus
ke seks bebas dan tentunya dapat menghancurkan masa depan mereka sebagai
penerus bangsa.
c. Pendalaman Agama
Peningkatan moral masyarakat tentunya sangat membutuhkan pendalaman
agama karena sesungguhnya tidak ada agama yang mengajarkan hal-hal yang tidak
baik kepada umatnya. Pendalaman agama juga dapat menguatkan super ego yang
berhubungan dengan nurani manusia sehingga selain mengetahui batasan nilai-nilai
dan norma-norma yang hidup didalam masyarakat dapat juga mengontrol sikap dan
perilaku mereka dalam mencapai keinginannya dengan cara yang benar dan tidak
merugikan orang lain, sehingga dapat meminimalisir terjadinya perbuatan cabul
terhadap anak.
d. Razia Berkesinambungan
Salah satu cara penanggulangan tindak pidana perbuatan cabul adalah merazia
tempat-tempat atau pun lokasi yang disinyalir merupakan tempat yang dapat
memungkinkan untuk melakukan perbuatan cabul, seperti warnet, penginapan, dan
sebagainya yang sifatnya tertutup atau mempunyai sekat-sekat tertutup yang dapat
memberikan peluang dan kesempatan untuk berbuat cabul didalamnya, artinya
disini diperlukan sanksi administratif dalam pencegahannya, contoh sanksi

10
Barda Nawawi, Buku II, Op, Cit.,hlm 40
11
Wawancara dengan Dr. Beni Harmoni Harefa, S.H, M.H, Dosen Fakultas Hukum,
tanggal 9 Desember 2020.

Page | 155
IURIS STUDIA: Jurnal Kajian Hukum Peran Kepolisian Dalam Menangani Tindak Pidana
Volume 3 Nomor 2, 2022, Page 146-157 Lase

administratif yang dikenakan kepada pengusaha yang masih membuat usaha yang
tertutup dan memungkinkan terjadi perbuatan cabul terhadap anak.
e. Bekerja sama dengan Instansi Terkait
Kerjasama antara kepolisian dengan instansi terkait seperti Dinas Sosial,
Dinas Pariwisata, dan dinas yang lain yang terkait dengan tempat-tempat usaha
sejenis untuk bekerja sama untuk melakukan tindakan kepada pengusaha/ orang
yang mengelola usaha tempat-tempat yang memberikan sanksi bagi pengusaha
yang tidak mengikuti sosialisasi yang dilakukan oleh kepolisian yang dilakukan
secara teratur dan terjadwal. Tentunya dalam hal ini perlu dilakukan sanksi pidana
maupun sanksi administratif bagi pengelola usaha-usaha seperti yang disebutkan
diatas agar tidak memberikan kesempatan bagi para pelaku untuk melakukan
percabulan ditempat tersebut sehingga dapat meminimalisir terjadinya tindak
pidana perbuatan cabul terhadap anak.
f. Menunjuk Pengawas Lingkungan.
Hal ini dilakukan khusus didaerah pemukiman padat penduduk dengan
kondisi perekonomian menengah dibawah. Kondisi ini menyebabkan semua anak-
anak bebas bermain tanpa pengawasan, sementara orang tua si anak sibuk bekerja,
sehingga mengakibatkan si anak jadi sasaran perbuatan cabul oleh orang dewasa.
Tindakan tersebut dapat dihindari dengan upaya pemerintah untuk menunjuk
pengawas lingkungan, khusus untuk memantau keamanan lingkungan. Tindak
pidana pencabulan terhadap anak perlu mendapatkan perhatian yang sangat serius
dari semua kalangan, terutama peran aktif dari kalangan penegak hukum.
Pertimbangan yang digunakan aparat penegak hukum untuk menyelesaikan kasus
kejahatan pencabulan seringkali bukan berdasarkan kepentingan dan rasa keadilan
korban, tetapi yang justru mengedepankan pertimbangan-pertimbangan sebagai
berikut:
1) Demi alasan ketertiban umum
2) Untuk mencegah rasa malu keluarga, pemuka adat, pemuka agama, tokoh
masyarakat setempat
3) Untuk mencegah terjadinya konflik yang meluas.

C. Penutup
Tindak pidana pencabulan terhadap anak banyak terjadi dan permasalahannya
mengenai bagaimana hukum dalam menegakan keadilan bagi para pelaku pencabulan
tersebut yang di hukum dengan hukuman yang dapat dikatakan hukuman tersebut tidak
dapat membuat perilaku para pelaku tersebut berubah menjadi lebih baik, sehingga ini
menyebabkan korban merasa tidak mendapatkan keadilan yang efisien oleh kejahatan apa
yang telah pelaku lakukan terhadap korban.
Dalam Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-Undang
No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak ini menegaskan bahwa
pertanggungjawaban orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara merupakan
serangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara terus-menerus demi terlindunginya hak-
hak anak. Rangkaian kegiatan tersebut harus berkelanjutan dan terarah guna menjamin
pertumbuhan dan perkembangan anak, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial.
Pertanggungjawaban pidana yang dapat diberikan kepada pelaku pencabulan adalah
dengan upaya yang dilakukan oleh aparat penegak hukum, berupa penjatuhan atau
pemberian sanksi pidana kepada pelaku kejahatan, dalam hal ini dilakukan oleh
kepolisian, kejaksaan, pengadilan,dan lembaga pemasyarakatan. Tindakan yang
dilakukan harus sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan dan atas perintah atasan
tertinggi kepolisian tersebut.

Page | 156
IURIS STUDIA: Jurnal Kajian Hukum Peran Kepolisian Dalam Menangani Tindak Pidana
Volume 3 Nomor 2, 2022, Page 146-157 Lase

Tindakan tersebut harus mendapat perintah dari atasan dikarenakan jika terjadi
kesalahan prosedur dan lain sebagainya yang mengakibatkan kerugian bagi pelaku atau
pun korban, hal tersebut menjadi tanggungjawab atasan. Sehingga aparat yang bekerja
dilapangan dalam melakukan tindakan tidak sewenang-wenang. Dalam hal ini maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa perlindungan anak sebagai korban tindak pidana pencabulan
mempunyai hak untuk dirahasiakan identitasnya agar tidak diketahui oleh masyarakat
luas.
Adapun saran yang dapat diberikan antara lain kepada pihak kepolisian untuk lebih
meningkatkan kinerja dan terus berperan aktif dalam penyelidikan dan penyidikan tindak
pidana pencabulan anak.Perlu adanya peningkatan terhadap sarana kerja para aparat
kepolisian agar secepatnya dapat mendeteksi kejahatan yang terjadi akan halnya proses
penyelesaian perkara yang cepat guna menemukan pelakunya. Setiap pelaku kejahatan
kesusilaan di manapun berada pada kasus tindak pidana pencabulan ataupun pemerkosaan
kiranya ditindak secara tegas/memberikan efek jera dan dipidana sesuai dengan KUHP
sebab perbuatan tersebut sudah menghancurkan generasi dan sangat tercela dimata
masyarakat.
Daftar Pustaka
Ali, Zainuddin, Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Sinar Grafika, 2009
Mamudji Sri dan Soekanto Soerjono, Penelitian Normatif, Jakarta : UI Press, 2001
Mukhlis.R,”Peranan POLRI Menangani Demokrasi Masyarakat dalam Pemilihan
Kepala daerah Secara langsung di Indonesia”, Artikel Pada Jurnal Konstitusi,
BKK Fakultas Hukum Universitas Riau, Kerjasama dengan Mahkamah
Konstitusi, Vol.III, No.2 November 2010.
Rahardjo, Satjipto , Polisi Sipil Dalam Perubahan Sosial Di Indonesia, Kompas, Jakarta,
2009
Soemitro, Hanitijo Ronny, Metodelogi Penelitian Hukum Dan Jurimetri, Jakarta Ghalia
Indonesia, 1988.
Tjahjanto Eka, Implementasi Peraturan Perundang-undangan Ketenagakerjaan, Upaya
Perlindungan Hukum Terhadap Eksploitasi Pekerja Anak, Tesis. Program
Sarjana, Universitas Diponegoro, Semarang, 2008.
https://Media.Neliti.com/media/publications/35330-ID-kendala-penyidik-dalam–
mengungkap-tindak-pidana-kekerasan-seksual-pada-anak-stud.pdf
Wawancara dengan Dr. Beni Harmoni Harefa, S.H, M.H, Dosen Fakultas Hukum,
tanggal 9 Desember 2020.

Page | 157

Anda mungkin juga menyukai