Anda di halaman 1dari 7

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MELINDUNGI HAK

ANAK INDONESIA

Rosyadah Novia Permata Sari


Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surabaya
Jl. Raya Sutorejo No. 59 Surabaya

Abstrak
Pemerintah Daerah memiliki peran yang sangat vital didalam perlindungan
anak. Hal ini tertuang didalam pasal-pasal Undang-Undang Perlindungan Anak.
Didalam mewujudkan tata kelola pemenuhan hak anak oleh Pemerintah Daerah
haruslah benar-benar direalisasikan dan dijalankan dengan semestinya. Kota
Layak Anak merupakan impian dari setiap anak, karena anak akan dibesarkan
secara layak dan semestinya. Pemerintah Daerah sebagai pemerintah yang
bersentuhan lansung dengan kehidupan anak, harusnya lebih aktif dan lebih
kritis, untuk menyuarakan hak-hak anak. Menata kelola pemenuhan hak anak
oleh Pemerintah Daerah harus diawasi sebuah lembaga sendiri yang fokus
untuk melindungi, menjaga, memantau dan mengawasi hak anak. Penanaman
pemahaman perlindungan anak berkelanjutan sangatlah perlu diajarkan sejak
dini kepada masyarakat, karena apabila sejak dini masyarakat diajarkan
memahami perlindungan anak secara berkelanjutan, maka perlindungan anak di
Indonesia tidak akan berhenti.

Rumusan Masalah

Di setiap negara, hak anak telah di atur dalam Undang-Undang dalam hal
ini tidak terkecuali di Indonesia(Qamar 2015). Apakah hak anak sudah
berjalan dengan semestinya? pertanyaan yang singkat untuk di jawab
antara sudah atau memang belum. Anak yang seharusnya mendapatkan
kasih sayang dari kedua orangtuanya, tapi bagaimana dengan fenomena
yang terjadi dalam masyarakat pada saat ini? Banyak bayi, anak balita di
buang oleh kedua orangtuanya atau di titipkan ke panti asuhan. Bahkan
yang sering terjadi yaitu penjualanan anak di bawah umur dan
menelantarkan anaknya, walupun sudah tinggal satu atap. Apakah itu
termasuk pelanggaran atas hak untuk kelangsungan hidup dan tumbuh
kembang anak? Dalam fenomena lain menyebutkan anak-anak sering di
jadikan obyek eksploitasi oleh orangtuanya. Misalnya saja menyuruh
anaknya bekerja daripada melanjutkan pendidikan. Memang secara kodratnya
keajiban anak yaitu membantu orangtua, tetapi jika orangtua itu masih bisa
bekerja lalu kenapa anak yang dijadikan sebagai obyek eksploitasi? Bahkan sering
ditemui dijalanan anak balita yang dibawa oleh orangtuanya untuk mengemis.
Bagaimana peran negara dalam meminimalisir eksploitasi anak agar anak dapat
terpenuhi hak-haknya? Fenomena dalam penegakan hukum juga sangat menjadi
sorotan, akibat dari pergaulan yang salah dan tidak adanya kontrol dari orang tua,
membuat anak melalukan pelanggaran bahkan tindak pidana. Bagaimana peran
negara dalam memenuhi hak anak yang terbukti melakukan tindak pidana? Apakah
anak akan mudah bergabung kedalam masyarakat dan menjadi seorang dewasa
yang ideal? Bagaimana penerapan hukum oleh penegak hukum terhadap anak
sebagai pelaku tindak pidana sudah sesuai ketentuan? Makna equality before the
law sebagai suatu mata rantai antara hak dan kewajiban haruslah berfungsi
menurut kedudukannya masing-masing. Sehingga makna kesamaan di
hadapan hukum memberikan pengertian bahwa setiap warga negara harus
diperlakukan adil oleh aparat penegak hukum dan pemerintah. Didalam
Pasal 23 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2016 tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan
anak ( UU Perlindungan Anak) menyebutkan bahwa Negara, Pemerintah,
dan Pemerintah Daerah menjamin perlindungan, pemeliharaan, dan
kesejahteraan Anak dengan memperhatikan hak dan kewajiban Orang Tua,
Wali, atau orang lain yang secara hukum bertanggung jawab terhadap
Anak. Namun Selama ini yang terlihat Pemerintah Daerah kurang terlihat
dalam memenuhi pemuhan hak anak. Idealnya Pemerintah Daerah sebagai
perpanjangan pemerintah pusat, yang bersentuhan lansung dengan anak,
harus lebih kritis dalam menangani hak anak tersebut. Banyak kasuskasus
pelanggaran hak anak yang terjadi di daerah, nyatanya masih menunggu
kinerja yang ditangani lansung dari pemerintah pusat. Pemerintah Daerah
sepertinya belum mempunyai perhatian secara sungguh sungguh - sungguh
dan belum ada kebijakan yang baik terhadap perlindungan hak-hak anak
serta belum menjadi skala perioritas dalam pembangunan daerah.

Analisa dan Pembahasan


Peran Pemerintah Daerah didalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2016 Perubahan Kedua Atas UndangUndang Nomor 23 Tahun 2002
Tentang Perlindungan Anak. Pemerintahan Daerah seperti tertuang
didalam pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014
Tentang Pemerintahan Daerah (UU Pemda), ialah penyelengaraan
urusan pemerintah oleh pemerintah daerah dan dewan perwakilan
rakyat menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip
otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sedangkan di angka 2
menjelaskan bahwa Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai
unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin
pelaksanaan urusan pemerintahan yang jadi kewangan daerah
otonom.

Didalam pasal 1 angka 12 dan 19 UU Perlindungan Anak menjelaskan


bahwa Hak Anak adalah bagian dari hak asasi manusia (HAM) yang
wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh Orang Tua, Keluarga,
Masyarakat, Negara, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. Pemerintah
Daerah disini memiliki arti ialah Gubernur, Bupati dan Walikota serta
perangkat daerah sebagai unsur penyelengara pemerintahan. Hal
tersebut secara tegas menjelaskan sebaagaimana kewajiban dari
pemerintah daerah untuk melindungi hak- hak anak terutama di dalam
perkembangannya menuju dewasa, agar kelak menjadi orang yang
berguna bagi Keluarga, Masyarakat, pemerintah daerah dan negara.
Seperti bunyi pasal 20 UU Pe rlindungan Anak bahwa Negara , Pemerintah,
Pemerintah Daerah, Masyarakat, Keluarga dan Orang Tua atau Wali
berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap penyelangaraan perlindungan
anak. Beberapa hak anak yang harus dilindungi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 65 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
bahwa setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari kegiatan
eksploitasi dan pelecehan seksual, penculikan, perdagangan anak, serta dari
beberapa bentuk penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif
lainnya. Kebijakan kriminal sebagaimana adalah suatu usaha yang rasional dari
masyarakat dalammenanggulangi kejahatan, dengan mengacu pada pendapat
Marc Ancel sebagai the rational organization of the control of crime by society.

Prinsip-prinsip Perlindungan Anak yang wajib untuk dilindungi dan


dijalankan oleh Pemerintah Darerah sesuai amandat dari UU
Perlindungan Anak, adalah:
a) Anak tidak dapat berjuang sendiri, salah satu prinsip yang
digunakan dalam perlindungan anak adalah hak itu adalah modal
utama kelansungan hidup manusia, bangsa, dan keluarga, untuk itu
hak-haknya harus dilindungi. Anak tidak dapat melindungi sendiri hak-
haknya, banyak pihak yang mempengaruhi kehidupannya.

b). Kepentingan terbaik anak (the best interest of the child), agar
perlindungan anak dapat diselenggarakan dengan baik, dianut prinsip
yang menyatakan bahwa kepentingan terbaik anak harus dipandang
sebagai of paramount importence (memperoleh prioritas tertinggi)
dalam setiap keputusan menyangkut anak. Tanpa prinsip ini
perjuangan untuk melindungi anak akan mengalami banyak batu
sandungan.
c). Ancangan daur kehidupan (life-circle approach), perlindungan
anak mengacu pada persamaan pada pemahaman bahwa
perlindungan anak harus dimulai sejak dini dan terus menerus. Janin
yang berada dalam kandungan perlu dilindungi dengan gizi termasuk
yodium dan kalsium yang baik melalui ibunya. Jika ia telah lahir, maka
diperlukan air susu ibu (ASI) dan pelayanan kesehatan primer dengan
memberikan pelayanan imunisasi dan lain-lain, sehingga anak
terbebas dari berbagai mungkin
kecacacatan dan penyakit.

Pasal 21 UU Perlindungan Anak menjelaskan bahwa Pemerintah


Daerah berkewajiban dan bertangung jawab untuk menghormati
pemenuhan hak anak tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan,
jenis kelamin, etnik, budaya dan bahasa, status hukum, urutan
kelahiran, dan kondisi fisik dan/atau mental. Untuk menjamin
pemenuhan Hak Anak Pemerintah Daerah berkewajiban untuk
memenuhi, melindungi, dan menghormati Hak Anak, Pemerintah
Daerah juga berkewajiban dan bertanggung jawab dalam merumuskan
dan melaksanakan kebijakan di bidang penyelenggaraan Perlindungan
Anak. Untuk menjamin pemenuhan Hak Anak dan melaksanakan
kebijakan sebagaimana dimaksud diatas maka, Pemerintah Daerah
berkewajiban dan bertanggung jawab untuk melaksanakan dan
mendukung kebijakan nasional dalam penyelenggaraan Perlindungan
Anak di daerah. Kebijakan ini dapat diwujudkan melalui upaya daetah
membangun kabupaten/kota layak Anak. Terhadap ketersediaan
sumber daya manusia dalam penyelenggaraan Perlindungan Anak
Pemerintah Daerah berkewajiban dan bertanggung jawab memberikan
dukungan sarana, prasarana, dan ketersediaan (yang dimaksud
dengan “dukungan sarana dan prasarana”, misalnya sekolah,
lapangan bermain, lapangan olahraga, rumah ibadah, fasilitas
pelayanan kesehatan, gedung kesenian, tempat rekreasi, ruang
menyusui, tempat penitipan Anak, termasuk optimalisasi dari unit
pelaksana teknis penyelenggaraan Perlindungan Anak yang ada di
daerah).
Seperti yang dijelaskan didalam Pasal 22 UU Perlindungan Anak. Pasal
23 dan 24 UU Perlindungan Anak menjelasakan peran Pemerintah
Daerah, didalam perlindungan anak lebih lanjut ialah:
a) Pemerintah Daerah menjamin perlindungan, pemeliharaan, dan
kesejahteraan Anak dengan memperhatikan hak dan kewajiban Orang
Tua, Wali, atau orang lain yang secara hukum bertanggung jawab
terhadap Anak.
b) Pemerintah Daerah mengawasi penyelenggaraan Perlindungan
Anak.
c) Pemerintah Daerah menjamin Anak untuk mempergunakan haknya
dalam menyampaikan pendapat sesuai dengan usia dan tingkat
kecerdasan Anak.
Didalam menjalankan tanggung jawab dan kewajibannya pemerintah daerah
harus melaksanakan pengawasan lansung terhadap perlindungan hak anak.
Mewujudkan Tata Kelola Pemenuhan Hak Anak oleh Pemerintah
Daerah. Indonesia telah meratifikasi Konvensi Hak Anak sejak 5
September 1990. Hal ini merupakan komitmen Indonesia dalam
menghormati dan memenuhi hak anak. Komitmen ini tertuang dalam
UndangUndang Dasar 1945 Pasal 28 B (2), dan operasionalnya pada
UU PA Untuk mentransformasikan hak anak ke dalam proses
pembangunan, pemerintah mengembangkan kebijakan Kota Layak
Anak. Kota Layak Anak merupakan istilah yang diperkenalkan pertama
kali oleh Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan tahun 2005
melalui Kebijakan Kota Layak Anak. Karena alasan untuk
mengakomodasi pemerintahan kabupaten, belakangan istilah Kota
Layak Anak menjadi Kabupaten/Kota Layak Anak dan kemudian
disingkat menjadi KLA. Dalam Kebijakan tersebut digambarkan bahwa
KLA merupakan upaya prmrrintahan kabupaten/kota untuk
mempercepat implementasi Konvensi Hak Anak (KHA) dari kerangka
hukum ke dalam definisi, strategi, dan intervensi pembangunan seperti
kebijakan, institusi, dan program yang layak anak.
Kota Layak Anakdan tau Kota Ramah Anakkadang-kadang kedua
istilah ini dipakai dalam arti yang sama oleh beberapa ahli dan pejabat
dalam menjelaskan pentingnya percepatan implementasi Konvensi
Hak Anak ke dalam pembangunan sebagai langkah awal untuk
memberikan yang terbaik bagi kepentingan anak.

Kesimpulan
Peran Pemerintah Daerah didalam perlindungan anak sangatlah vital
sekali. Ini sudah tertuang didalam pasal-pasal yang direvisi sudah
menjelaskan bagaimana tanggung jawab dan kewajiban dari
Pemerintah Daerah dalam melindungi hak anak. Didalam mewujudkan
tata kelola pemenuhan hak anak oleh Pemerintah Daerah haruslah
benar-benar direalisasikan dan dijalankan dengan semestinya. Kota
Layak Anak merupakan impian dari setiap anak, karena anak akan
dibesarkan secara layak dan semestinya, dan didalam pembentukan
Komisi Perlindungan Anak Daerah, Pemerintah Daerah harus terlihat
sungguhsungguh dalam mengelola ini, jangan sampai Komisi
Perlindungan Anak Daerah ini hanya
tertuang didalam UU Perlindungan Anak saja, tanpa ada realisasinya
dari Pemerintah Daerah. Pemerintah Daerah sebagai pemerintah yang
bersentuhan lansung dengan kehidupan anak terlebih dahulu
harusnya l ebih aktif dan l ebih kritis, untuk menyuarakan hak-hak
anak dan wajib untuk memenuhi dan melindungi hak anak dari pihak-
pihak yang nantinya merugikan perkembangan hak anak dalam
mencapai kedewasaannya. Melindungi anak didalam
perkembangannya sampai dewasanya kelak, sudah sepatutnya
pemerintahmengalokasikan dana APBD secara khusus, untuk
membantu peran aktif Pemerintah Daerah terhadap perlindungan anak.
Menata kelola pemenuhan hak anak oleh Pemerintah Daerah, sudah
seharusnya pemerintah daerah membangun sebuah lembaga sendiri
yang
fokus untuk melindungi, menjaga, memantau dan mengawasi hak
anak. Seperti amandat dari UU Perlindungan Anak bahwa daerah bisa
memiliki Komisi Perlindungan Anak Daerah. Pemerintah Daerah dapat
bekerja sama dengan Lembaga Sosial yang fokus menyuarakan hak-
hak anak, agar bisa memantau perkembangan perlindungan anak di
daerah, bahkan sampai didaerah terpencil sekalipun, yang sulit
dijangkau. Untuk mewujudkan Kota Layak Anak, Pemerintah Daerah
haruslah mempunyai komitmen yang kuat untuk mewujudkan ini,
karena apabila hal ini telah terealisasi, maka perkembangan anak
semakin bagus dan menjadi seorang dewasa yang kelak berguna bagi
dirinya sendiri, Keluarga, Orang Tua, Masyarakat, Pemerintah Daerah
dan Negara. Terakhir, penanaman pemahaman perlindungan anak
berkelanjutan sangatlah perlu diajarkan sejak dini kepada masyarakat,
karena apabila sejak dini masyarakat diajarkan memahami
perlindungan anak secara berkelanjutan, maka perlindungan anak di
Indonesia tidak akan berhenti.

Daftar Pustaka

Adam, E Prajwalita Widiati & Haidir. 2012. “Pengawasan Terhadap PeraturaKepala


Daerah.” Yuridika 27(1): 7795.
Ardyhanto, Ryan Chandra. 2015. “Optimalisasi Peran KPAI Sebagai Bentuk State
Auxiliary Organs Dalam Perlindungan Anak Te rl ant a r. ” Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah.

Ardiansyah, Ferdricka Nggeboe, Abdul Hariss. 2015. “Kajian Yuridis Pelantaran


Anak Oleh Orang Tua Menurut Persfektif Hukum Indonesia.”Jurnal Legalitas
VII(1): 98144.

Arliman, Laurensius. 2017. “Perlindungan Anak Oleh Masyarakat Ditinjau Dari


Mazhab Sejarah Di Dalam Penerapan Prinsip The Best Interest Of The Child
Pada Kehidupan Anak Di Indonesia.” Era Hukum 2(1): 12349.

Anda mungkin juga menyukai