ABSTRAK
Penelitian ini adalah tentang bagaimana implementasi kebijakan perlindungan anak yang diterapkan oleh
UPT P2TP2A Bandung, dan meneliti kendala dan upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala
implementasi perlindungan anak. Tujuannya adalah untuk mengetahui, menggambarkan, menganalisis
implementasi, hambatan dan upaya untuk menyelesaikan hambatan terkait implementasi kebijakan
perlindungan anak. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan teknik
pengumpulan data dengan wawancara mendalam, observasi, studi dokumentasi, dan daftar pustaka. Hasil
penelitian menemukan bahwa penerapan kebijakan perlindungan anak di UPT P2TP2A Bandung belum
optimal, meskipun pada kenyataannya semua kasus dari korban yang dilaporkan dapat diselesaikan sesuai
prosedur perlindungan anak, tetapi masih membutuhkan stabilisasi kinerja. Untuk mengoptimalkan
pelaksanaan proses peradilan anak baik kepada anak sebagai korban atau sebagai pelaku, harus sesuai
dengan sistem peradilan pidana, untuk efisiensi waktu dan percepatan layanan harus dibuat layanan satu
pintu.
ABSTRACT
This research is about how the implementation of child protection policy implemented by UPT P2TP2A
Bandung, and examine the obstacles and efforts undertaken to overcome obstacles implementation of
child protection. The goal is to know, describe, analyze the implementation, obstacles and efforts to
resolve barriers regarding the implementation of child protection policies. The research method is
qualitative approach with data collection technique with in-depth interview, observation, documentation
study and bibliography. The result of the study found that the implementation of child protection policy in
UPT P2TP2A Bandung is not optimal yet, although in fact all cases from victims who reported can be
completed according to child protection procedure, but still require performance stabilization. To
optimize the implementation of the judicial process of the child either to the child as a victim or as a
perpetrator, must be appropriate to the criminal justice system, for the efficiency of time and the
acceleration of service should be made one door service.
PENDAHULUAN
Anak adalah merupakan karunia tumbuh kembang kehidupnya secara
dari Allah SWT yang berada didalam menyeluruh dan berkelanjutan untuk
suatu keluarga, dimana keluarga adalah menjamin pemenuhan hak anak.
merupakan suatu unit terkecil dalam Keluarga yang merupakan lingkungan
masyarakat yang terdiri dari suami, istri pengasuhan terhadap anak, anak akan
dan keturunannya yaitu “anak”. Kita tunbuh dan berkembang dibawah
mengetahui bahwa anak merupakan pengasuhan orang tua atau orang tua
penerus cita cita dari keluarga, bangsa asuh dan anak akan tumbuh dan
dan negara sehingga anak perlu/harus berkembang dengan kehidupan yang
mendapat perhatian untuk kelangsungan bahagia, ceria karena mendapatkan
13
JURNAL SOSIAL DAN HUMANIS SAINS
Vol. 04 No. 01 Juni 2019
14
JURNAL SOSIAL DAN HUMANIS SAINS
Vol. 04 No. 01 Juni 2019
15
JURNAL SOSIAL DAN HUMANIS SAINS
Vol. 04 No. 01 Juni 2019
16
JURNAL SOSIAL DAN HUMANIS SAINS
Vol. 04 No. 01 Juni 2019
17
JURNAL SOSIAL DAN HUMANIS SAINS
Vol. 04 No. 01 Juni 2019
18
JURNAL SOSIAL DAN HUMANIS SAINS
Vol. 04 No. 01 Juni 2019
19
JURNAL SOSIAL DAN HUMANIS SAINS
Vol. 04 No. 01 Juni 2019
Kota Bandung yang sangat padat anak di UPT P2TP2A Kota Bandung,
penduduknya hal ini merupakan potensi tidak akan sesuai dengan yang
terhadap kekerasan terhadap anak diharapkan, hal ini tentunya akan
dengan berbagai permasalahan yang ada menghambat dalam mencapai tujuan,
di masyarakat, hal ini tidak hanya karena seorang pejabat dalam
terjadi di Kota Bandung saja tapi sudah menjalankan tugas harus memikirkan
menjadi permasalahan nasional. hal hal yang bersifat strategis untuk
mencapai tujuan sedangkan pekerjaan
Berdasarkan wawancara dengan
yang bersifat teknis sebaiknya
Kepala UPT P2TP2A Kota Bandung
dilaksanakan oleh staf sehingga dalam
yaitu ibu Dra.Lenny Herlina M.Si. yang
mencapai tujuan yang telah ditetapkan
dilaksanakan pada tanggal 14 desember
akan mudah terwujud. Selain itu juga
2017, mengatakan: bahwa Sumber Daya
dengan kondisi konselor yang bertugas
Manusia yang ada di UPT P2TP2A
seminggu sekali hal ini akan
dengan jumlah pengelola 2 orang sangat
berpengaruh terhadap pelayanan yang
kurang, dan pengelola tidak punya staf,
diberikan kepada
berdasarkan evaluasi yang dilaksanakan
masyarakat/korban/anak/ klien yang
oleh UPT P2TP2A Jawa Barat
akan menimbulkan dampak terhadap
mengatakan bahwa UPT P2TP2A Kota
pelaksanaan perlindungan terhadap
Bandung masih stag, masih kurang
anak menjadi sangat kurang, karena
efektif dan efisien, SDM pengelola
dengan honor yang sangat tidak layak
untuk Konselor harus stanby. Insha
dan berkisar dibawah standar UMR hal
Allah untuk yang akan datang akan ada
ini akan berpengaruh terhadap motivasi
kenaikan untuk honor Konselor, sudah
Konselor dalam memberikan pelayanan
di usulkan di E Budgeting dengan
dan mewujudkan kinerja yang prima
berbagai telaahan sekitar tiga juta lima
untuk mencapai tujuan yang telah di
puluh rubu rupiah, harus ada perubahan
tentukan. Sehingga akan berdampak
standar peraturan Walikota untuk
terhadap implementasi kebijakan
meningkatkan honor Konselor dan
perlindungan terhadap anak menjadi
penataan piket untuk Konselor tidak
kurang baik dan tidak maksimal.
hanya seminggu sekali tetapi tiap hari.
Namun dengan demikian Kepala UPT
Memperhatikan teori yang
P2TP2A Kota Bandung telah berusaha
dikemukakan oleh Edward III (1984:I)
melakukan upaya terobosan
dalam Haedar Akib (2010:2-5)
merencanakan untuk mengatur kembali
memperkenalkan pendekatan masalah
kehadiran para konselor untuk hadir
implementasi dengan mempertanyakan
setiap hari dengan mengusulkan untuk
faktor faktor apa yang mendukung dan
meningkatkan honor konselor hal ini
menghambat keberhasikan
akan dapat berdampak terhadap
implementasi kebijakan yaitu
peningkatan pelayanan terhadap
diantaranya .... sumberdaya meliputi
perlindungan anak.
empat komponen yaitu diantaranya staf
yang cukup (jumlah dan mutu) Dengan memperhatikan hasil
penelitian dan pembahasan di UPT
Dengan kondisi sumber daya
P2TP2A Kota Bandung mengenai
manusia (sesuai dengan yang
anggaran serta sarana dan prasarana
dikemukakan oleh ibu Dra Lenny
dalam mendukung implementasi
Herlina M Si, Kepala UPT P2TP2A
kebijakan tentang perlindungan anak di
Kota Bandung untuk mendukung
implementasi kebijakan perlindungan UPT P2TP2A Kota Bandung dapat
dinyatakan bahwa anggaran yag tersedia
20
JURNAL SOSIAL DAN HUMANIS SAINS
Vol. 04 No. 01 Juni 2019
tidak sesuai dengan kebutuhan yang dengan rumah sakit polri Sartika Asih
harus ada dan belum sesuai dengan ada koordinasi dan tidak usah bayar.
standar yang harus ada hal ini akan Sarana dan prasarana belum
berdampak terhadap implementasi cukup dan tidak memadai karena untuk
kebijakan tentang perlindungan anak, memeriksa korban seharusnya terpisah
hal ini tidak sesuai dengan Visi Kota tetapi ruangan cuman ada tiga jadi
Bandung yaitu: “TERWUJUDNYA memeriksa gabung dengan perkara yang
KOTA BANDUNG YANG NYAMAN, lain, untuk memeriksa anak anak harus
UNGGUL DAN SEJAHTERA “ sesuai dengan dunianya tetapi kami
Serta visi, misi ke tiga dan keempat dari menggunakan ruangan Kasubnit,
dinas pemberdayaan perempuan komputer juga terbatas dan
perlindungan anak dan pemberdayaan menggunakannya harus bergantian.
masyarakat yaitu: Visi “Terwujudnya Hal tersebut mencerminkan
perlindungan dan pemenuhan hak bahwa dengan anggaran serta fasilitas
perempuan, anak dan lansia serta sarana dan prasarana yang kurang
pengembangan pemberdayaan memadai akan berdampak terhadap
masyarakat menuju Bandung Unggul, implementasi kebijakan tentang
Nyaman dan Sejahtera tahun 2018” perlindungan anak menjadi kurang baik
Misi : 1) Meningkatkan kualitas hidup dan tidak mungkin akan dapat
perempuan dan anak, 2) Meningkatkan mewujudkan perlindungan terhadap
pemenuhan hak dan perlindungan anak dengan maksimal.
terhadap perempuan, anak dan lansia
serta pemberdayaan masyarakat. Selanjutnya peneliti melakukan
wawancara croschek dengan ibu Sri
Untuk mewujudkan Visi, Misi Mumpuni SH sebagai hakim anak di
tersebut anggaran serta saran prasarana
Pengadilan Negeri Kota Bandung yang
harus memadai sehingga nantinya bias dilaksanakan pada tanggal 9 februari
membawa dampak yang baik terhadap 2017 mengatakan: Bahwa tidak ada
pelaksanaan implementasi kebijakan anggaran khusus untuk pelaaksanaan
tentang perlindungan anak. perkara peradilan anak, perkara yang
Berdasarkan hasil wawancara dengan sesuai dengan peradilan anak anak tidak
ibu Kania dari Poltabes kota Bandung sama dengan peradilan orang dewasa.
yang dilaksanakan pada tanggal pada 14 Tetapi kepentingan anak yang harus
desember 2017 mengenai anggaran diutamakan. Sarana dan prasarana
serat sarana dan prasarana mengatakan: sudah mencukupi, fasilitas untuk
bahwa Anggaran untuk dana sangat peradilan anak tidak sama dengan
terbatas, anggaran ada, karena di fasilitas orang dewasa.
Poltabes sangat banyak kasus dalam Berdasarkan hal tersebut diatas
seminggu ada tiga atau empat kasus dapat disimpulkan bahwa keterse-diaan
otomatis membutuhkan biaya yang anggaran serta sarana dan prasarana
besar, sumber anggaran dari Perwabu yang sudah memadai dan tidak
tapi terbatas. Jadi dengan dana seadanya memerlukan anggaran khusus untuk
tapi pelayanan maksimal.bahkan uang menangni anak dalam pelaksanaan
pribadi nombokin untuk biaya perkara peradilan anak maka akan
operasional dan untuk pemeriksaan berdampak terhadap implementasi
harus memberi makan. untuk kebijakan tentang perlindungan anak
melaksanakan visum ada kerja sama menjadi baik dan akan dapat
21
JURNAL SOSIAL DAN HUMANIS SAINS
Vol. 04 No. 01 Juni 2019
22
JURNAL SOSIAL DAN HUMANIS SAINS
Vol. 04 No. 01 Juni 2019
bahwa jaksa hanya punya waktu lima Demikian juga dengan melihat hasil
hari untuk menyelesaikannya. Aturan penelitian dan pembahasan di Unit PPA
ini sudah jelas mendukung terhadap Poltabes Kota Bandung, Kejaksaan
penyelenggaran perlindung-an anak. Negeri Kota Bandung serta Pengadilan
Berdasarkan uraian tersebut tampak ada Negeri Kota Bandung bahwa di dalam
keberpihakan dari kejaksaan terhadap pelaksanaan perlindungan terhadap
perlindungan anak sehingga dalam anak dalam hal pelaksanaan peradilan
penyelenggara-an implemtasi kebijakan yang berproses dimulai dari Unit PPA
perlin-dungan anak sudah baik. Selain Poltabes yang dilanjutkan kekejaksaan
itu untuk kalangsungan pelaksanaan Negeri kemudian diproses pelaksanaan
peradilan di Pengadilan Negeri tersebut peradilan di Pengadilan Negeri, dalam
telah dan harus berpedoman terhadap penyelenggaraan proses peradilan
undang undang sistim peradilan pidana tersebut cenderung melaksanakan
anak. kebijakan kebijakan yang telah di
tetapkan dari pusat atau kebijakan top
Semua program program yang
down. Dan tidak boleh melenceng dari
dilaksanakan di UPT P2TP2A Kota
aturan yang telah di tetapkan, seperti
Bandung itu mengacu kepada peraturan
yang sudah diatur dalam undang undang
Daerah no 10 tahun 2012 tentang
sistim peradilan pidana anak.
penyelenggaraan perlindung-an anak,
yang merupakan turunan dari undang Berdasarkan hasil penelitian dan
undang nomor 35 tahun 2014 tentang pembahasan terhadap lingkungan
perlindungan anak. Artinya UPT ekonomi, sosial dan politik seperti yang
P2TP2A Kota Bandung dalam telah disampaikan oleh Kepala UPT
melaksanakan tugas dan fungsinya P2TP2A Kota Bandung pada
sebagai penyelenggara perlindungan wawancara pada 14 desember 2017,
anak sebagai agen implementor mengatakan: bahwa Bagaimana upaya
kebijakan perlindungan anak cenderung perlindungan anak yaitu ada ditiga
menerima kebijakan kebijakan lingkungan utama seperti kita ketahui
perlindungan anak top down. yang bisa melindungi anak, satu:
lingkungan keluarga, dua: lingkungan
Berdasarkan teori yang
masyarakat, tiga: di lingkungan sekolah.
dikemukakan oleh Rifley dan Franklin
Di lingkungan keluarga otomatis yang
(1986 :12) dalam Haedar Akib (2010:
memberikan perlindungan kepada anak
3), berpendapat bahwa untuk
adalah orang tua dan juga keluarga
mendukung keberhasilan implementasi
terdekat, untuk perlindungan orang tua
kebijakan perlu didasarkan pada tiga
aspek diantaranya: “..... tingkat kepada anak kalau kita melihat dari sisi
aspek penanganan korban di kita
kepatuhan birokrasi terhadap birokrasi
ternyata yang harusnya melakukan
diatasnya atau tingkatan birokrasi,
perlindungan kepada anak malah
sebagaimana di atur dalam undang
menjadi pelaku tindak kekerasan di
undang... “
lingkungan keluarga dari sekian jumlah
Berdasarkan pendapat tersebut seratus dua puluh korban yang ada lapor
dalam pelaksanaan implementasi ke UPT sampai november ada 61 kasus
kebijakan tentang perlindungan anak di anak secara umum dominan pelakunya
UPT P2TP2A Kota Bandung dapat adalah orang terdekat di lingkungan
mendukung implementasi kebijakan keluarga seperti okmum bapa kandung
tentang perlindungan anak akan berjalan yang melakukan kekerasan seksual,
dengan baik dan sangat positif. bapa tiri, kemudian paman yang
23
JURNAL SOSIAL DAN HUMANIS SAINS
Vol. 04 No. 01 Juni 2019
dilingkungan rumah, dan kalau makin banyak dengan aturan ini bisa
dilingkungan masyarakat yaitu tetangga, memayungi hukum, tinggal ada satu
orang yang kos, itu kemaren oleh yang gerak langkah dengan perangkat
kos ada sembilan orang anak yang di lainnya. Karena sekarang modus modus
perkosa/dicabuli dan juga oleh tindak kekerasan semakin canggih
saudaranya dan oleh pacarnya juga ada, semakin aneh dan semakin berkembang.
itu dilingkungan keluarga jadi Berdasarkan hasil penelitian dan
umumnya justru orang tua atau keluarga pembahasan mengenai perlindungan
yang harus melindungi anak mereka anak di lingkungan keluarga, sekolah
menjadi pelaku. Kita melihatnya bukan dan masyarakat seperti yang telah di
dari sisi perlindungan anak yang utarakan oleh Kepala UPT P2TP2A
dilakukan oleh semua keluarga di kota Kota Bandung dapat disimpulkan
Bandung tapi dilihat dari yang lapor ke bahwa kekerasan terhadap anak dapat
sini, ke dua umumnya tetangga atau pun terjadi dimana saja dan kapan saja.
oknum oknum pedagang, kemudian
dilingkungan sekolah justru yang kita Dengan demikian maka ketahanan
harapkan seorang guru yang figur keluarga sesuai dengan Undang Undang
keteladanan kepada muridnya ternyata no 10 tahun 1992 merupakan kondisi
walaopun sebagian kecil yang lapor dinamik suatu keluarga yang memiliki
kepada kita justru yang menjadi pelaku keuletan dan ketangguhan, serta
itu adalah yang ada dilingkungan mengandung fisik material dan psikis
sekolah diantaranya pernah terjadi di mental spiritual guna hidup mandiri,
kota Bandung yang masuk ke medsos dan mengembangkan diri dan
ada oknum pelatih paskibra yang keluarganya untuk hidup harmonis dan
melakukan tindak kekerasan seksual meningkatkan kesejahteraan lahir dan
walaupun tidak sampai ke berhubungan batin.
badan tapi itu merupakan kekerasan Sesuai dengan instruksi presiden
terhadap anak baik secara psikis nomor 5 tahun 2014 tentang gerakan
maupun seksual dan sekarang masih nasional anti kekerasan sek terhadap
dalam proses hukum yang ditangani anak yang menyatakan bahwa
oleh UPT P2TP2A karena korban Pemerintah Daerah wajib untuk
merasa tidak puas dengan proses menyelenggarakan perlindung-an
persidangan di pengadilan katanya guru terhadap anak dengan menyedia-kan
guru memberikan satu kesaksian anggaran dari APBD serta menyediakan
sebetulnya masalah ini sudah diketahui tenga yang kompeten untuk
lama tapi kenapa tidak ditindak , dan menyelesaikan masalah masalah yang
yang saya sampaikan adah silahkan sangat mencederai hak hak anak
sekarang ke UPT P2TP2A disini ada disebabkan oleh upaya tindakan
lawyer kami dan diskusi dengan lawyer preventif yang diseleng-garakan oleh
kami, jadi ditiga lingkungan itu rentan, para agen pelaksana implementasi
sehingga yang kita harapkan sekarang perlindungan anak yang kurang
yang utama dan pertama adanya seharusnya dengan berdasarkan pada
peningkatan ketahanan keluarga dengan undang undang nomor 10 tahun 1992
ketahanan keluarga Insha Allah bu di dapat dijadikan payung hukum untuk
ketiga lingkungan itu keluarga dan melaksanakan sosialisasi kepada
sekolah itu akan betul betul melindungi seluruh warga masyarakat dalam
anak. Setelah ada regulasi GN AKSA membangun ketahanan keluarga agar
yang mengaturnya malah masalah terhindar dari kekerasan terhadap anak
24
JURNAL SOSIAL DAN HUMANIS SAINS
Vol. 04 No. 01 Juni 2019
25
JURNAL SOSIAL DAN HUMANIS SAINS
Vol. 04 No. 01 Juni 2019
bisa lebih memudahkan masyarakat sejawa barat walaupun ada korwil tetapi
juga ikut mengawasi berkaitan dengan secara teknis pengawasan terhadap
perlindungan anak. ketenaga kerjaan akan lebih effektif jika
diserahkan ke kota/kabupaten.
Kalau kelapangan ada keterli-
batan dengan instansi lain dengan satpol Kegiatan yang dilaksanakan oleh
pp, kepolisian, kejaksaan, imigrasi Dinas Sosial Penanggulangan
karena melibatkan tenaga asing Kemiskinan dalam penanggulangan
utamanya dengan pengawas tapi yang terhadap anak yang terlantar, dinsos
jadi permasalahan kita peran fungsi kota Bandung berkoordinasi dengan
pengawasan telah di tarik ke provinsi kementrian, provinsi jabar serta lem-
sedangkan kondisi lapangan di tingkat baga sosial masyarakat, dan partisipasi
dua. Perlindung-an anak dalam masyarakat Garda PPKS
ketenaga kerjaan tidak masuk ke dalam (penangulangan penanganan kesejah-
kinerja utama kare-na kewenangan teraan sosial) yang dibentuk oleh
peran fungsi penga-wasan telah di tarik pemerintah kota Bandung berbasis
ke provinsi, sehingga kesulitan masyarakat, untuk memantau di
melaksanakan karena tidak ada lapangan minimal ada laporan laporan
kewenangan. melalui medsos twiter, fb dan WA
tentang keberadaan orang yang
Berdasarkan hasil penelitian dan
terlantar, orang yang sakit ,orang yang
pembahasan terhadap penyeleng-garaan
tidak tertanggulangi, ditambah lagi
perlindungan terhadap anak di bidang
dengan adanya sarana pusat
ketenagakerjaan yang berkait-an dengan
kesejahteraan sosial yang ada di
permasalahan perekono-mian di
Rancacili yaitu dengan adanya sarana
keluarga maka peranan dinas tenaga
rumah singgah terhadap
kerja sangat diharapkan untuk berkiprah
penanganan/penampungan anak di
mengatasi perlindungan terhadap anak
jalanan ini akan berdapak positip dan
agar anak mendapat hak hak nya untuk
baik terhadap perlindungan anak,
tumbuh dan berkembang sesuai dengan
walaupun saat ini masih ada anak yang
fitrahnya, sesuai dengan yang
berkeliaran di wilayah Kota Bandung
diamanatkan oleh undang undang
namun dengan penyediaan fasilitas dan
nomor 35 tentang perlindungan anak,
anggaran untuk penanggulangan anak
namun didalam melaksanakan tugasnya
jalanan pada saat sekarang ini masih
Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung
kekurangan untuk pemantauan
tidak dapat melaksanakan tugas nya
keadaan/kondisi jalanan di wilayah kota
sesuai dengsn fungsinya untuk
melaksanakan pengawasan terhadap Bandung yang luas sehingga kesulitan
untuk meraih anak jalan yang
eksistensi tenaga kerja yang berada di
berkeliaran, jika telah dilengkapi
Kota Bandng, termasuk keberadaan
dengan CCTV untuk memantau anak
tenaga kerja yang ada melibatkan anak
jalanan , maka akan memudahkan untuk
anak , karena peran fungsi pengawasan
meraih anak jalanaan yang nantinya
terhadap ketene-gakerjaan di wilayah
mendapat fasilitas untuk hidup tumbuh
Kota Bandung telah ditarik
dan berkembang sesuai fitrahnya dan
kewenangannya ke tingkat provinsi,
difasilitasi oleh pemerintah pusat dan
peran dan fungsi kepengawasan yang
pemerintah daerah.
dilaksanakan oleh provinsi menjadi
kurang effektif karena banyak Kota dan Selanjutnya hasil penelitiaan dan
kabupaten yang harus diawasi meliputi pembahasan perlindungan terhadap
26
JURNAL SOSIAL DAN HUMANIS SAINS
Vol. 04 No. 01 Juni 2019
27
JURNAL SOSIAL DAN HUMANIS SAINS
Vol. 04 No. 01 Juni 2019
28
JURNAL SOSIAL DAN HUMANIS SAINS
Vol. 04 No. 01 Juni 2019
29