Anda di halaman 1dari 11

Keynote Speech

MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN


PERLINDUNGAN ANAK RI
Pada Acara
Rapat Koordinasi Nasional Komisi Perlindungan Anak
Indonesia (KPAI) Tahun 2019
Tema
“Meningkatkan Efektifitas Penyelenggaraan
Perlindungan Anak Untuk Mewujudkan SDM Unggul”

Yang saya hormati dan banggakan,

• Sekretaris Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan


Perlindungan Anak Republik Indonesia;
• Deputi Bidang Tumbuh Kembang Anak KPP dan PA;
• Deputi Bidang Perlindungan Anak KPP dan PA;
• Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI);
• Para Kepala Dinas PP dan PA Provinsi/Kabupaten/Kota;
• Para Kepala Bappeda Provinsi /Kabupaten/Kota;
• Para Ketua KPAID/KPAD seluruh Provinsi/Kabupaten/Kota
• Para Peserta Rapat Koordinasi yang berbahagia.

1
Assalamu’alaikum Wr.Wb.,
Salam sejahtera untuk kita semua.

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,


Selamat siang dan salam sejahtera untuk kita semua.

Dalam kesempatan yang berbahagia ini, perkenankanlah


saya mengajak hadirin untuk menyampaikan puji dan syukur
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-
Nya, kita semua dapat hadir pada acara “Rapat Koordinasi
Nasional Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)
2019” dalam keadaan sehat walafiat.

Saya merasa berbahagia dan berterima kasih mendapat


kehormatan untuk menyampaikan keynote dengan tema
“Meningkatkan Efektifitas Penyelenggaraan
Perlindungan Anak Untuk Mewujudkan SDM Unggul”
bagi para peserta Rapat Koordinasi Nasional Komisi Perlindungan
Anak Indonesia (KPAI) 2019

Hadirin yang berbahagia,

Dari sisi kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah


merupakan sumber daya paling bernilai di dunia dan dia adalah
harapan terbaik untuk masa depan bangsa dan generasi penerus

2
cita-cita bangsa. Selain itu anak juga memiliki peran strategis dan
mempunyai ciri dan sifat khusus yang menjamin kelangsungan
eksistensi bangsa dan negara pada masa depan. Agar setiap anak
mampu memikul tanggungjawab tersebut, maka ia perlu mendapat
kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang
secara optimal, baik fisik, mental maupun sosial, serta memperoleh
perlindungan.

Pemerintah mempunyai kewajiban untuk memenuhi hak dan


perlindungan terhadap anak-anak Indonesia, yang secara khusus
telah diatur dalam UU No. 23 Tahun 2002 sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang
perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak tentang Perlindungan Anak, khususnya pasal 4
yang berbunyi : Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh,
berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan
harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Sebagaimana kita ketahui Bersama, Anak adalah aset bangsa
yang menjadi generasi penerus yang akan memelihara,
mempertahankan dan mengembangkan kekayaan negara
Indonesia, dalam amandemen Undang-Undang Dasar 1945 Pasal
28B ayat (2) dinyatakan bahwa setiap anak berhak atas
kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Oleh karena itu,
setiap kebijakan, langkah dan tindakan yang mengarah pada

3
diskriminasi, eksploitasi dan kekerasan terhadap hak asasi manusia
termasuk bagi anak adalah merupakan tindakan yang bertentangan
dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Hadirin sekalian,

Perlindungan anak adalah masalah yang paling mendesak


saat ini yang menjadi pekerjaan rumah kita bersama, meskipun
telah banyak kebijakan, program dan kegiatan yang telah dibuat
dan dilaksanakan diseluruh tingkatan wilayah, namun
perlindungan anak belum dapat dilakukan secara optimal. Hal ini
antara lain terlihat dari masih banyaknya anak yang belum
memiliki kutipan akta kelahiran, informasi yang ada belum ramah
anak, masih terbatasnya wadah partisipasi anak dan suara anak
belum mewarnai proses pembangunan, di bidang kesehatan masih
banyaknya masalah kesehatan anak, masih banyak perkawinan usia
anak, di bidang pendidikan belum semua anak mendapatkan
pendidikan, dibidang perlindungan banyaknya pekerja anak,
maraknya kekerasan terhadap anak baik yang dilakukan oleh orang
terdekat maupun orang dewasa lainnya, anak mendapat kekerasan
di rumah, di jalan, di sekolah dan tempat-tempat umum lainnya,
yang dampaknya akan mengganggu tumbuh kembang anak bahkan
anak pada saat dewasa akan menjadi pelaku kekerasan.

Kekerasan yang terjadi baik dilingkungan keluarga maupun


diluar lingkungan keluarga disebabkan juga karena rendahnya
pemenuhan hak dan perlindungan anak oleh masyarakat. Beberapa

4
data berikut menunjukkan fakta penguat bahwa kekerasan
fenomena yang tidak ada habisnya, kasus dan korbannya selalu
meningkat.

1. Kekerasan terhadap perempuan yang dirilis Komisi Nasional


Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan)
menunjukkan jumlah laporan kekerasan pada 2018 mencapai
406.178 kasus, naik 16,5% dibanding jumlah laporan pada 2017
yang berjumlah 392.610 kasus

2. 16 % anak belum memiliki akta kelahiran (Kemendagri, 2018).


Tindak kekerasan terhadap anak masih terjadi. Hal ini
ditunjukkan dari adanya sekitar 23% pelajar pernah terlibat
perkelahian (SNKBS, 2017)

3. 22,91% perempuan pernah kawin usia 20-24 tahun, menikah


sebelum usia 18 tahun (Susenas, 2017)

4. meningkatnya laporan cyber crime yang melibatkan anak dari


608 kasus di tahun 2017 menjadi 679 kasus di tahun 2018

5. sekitar 9,1 % penduduk usia 10 - 18 tahun merokok (Riskesdas,


2018).

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan


Anak (Kemen PPPA) telah bekerja sama dengan beberapa

5
kementerian/lembaga dan perguruan tinggi untuk merilis Survey
Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja (SNPHAR) Tahun
2018 diperoleh data sebagai berikut:

a. 3 dari 5 anak perempuan mengalami kekerasan emosional dan


1 dari 2 anak laki-laki mengalami kekerasan emosional

b. 1 dari 5 anak perempuan mengalami kekerasan fisik dan 1 dari


3 anak laki-laki mengalami kekerasan fisik

c. 1 dari 11 anak perempuan mengalami kekerasan seksual dan 1


dari 17 anak laki-laki mengalami kekerasan seksual

d. 2 dari 3 anak remaja perempuan atau laki-laki pernah


mengalami salah satu bentuk kekerasan sepanjang hidupnya

e. kekerasan yang dialami oleh anak dan remaja cenderung tindak


berdiri sendiri tetapi bersifat tumpang tindih di antara jenis
kekerasan. Anak-anak dan remaja yang hanya mengalami
kekerasan seksual saja berjumlah 0,2% - 1,2%, kekerasan fisik
saja sebesar 2% - 8%, dan kekerasan emosional saja berkisar
pada 23% - 36%

Hadirin yang saya hormati,

6
Jumlah Anak Indonesia menurut data profil anak tahun
2018 adalah 31 persen dari total penduduk Indonesia atau
sebesar 80 juta anak. Jumlah anak ini sejatinya merupakan
potensi yang sangat besar guna menunjang pembangunan terutama
pembangunan sumberdaya manusia, apalagi visi Indonesia
kedepan adalah mewujudkan Sumber Daya Manusia Unggul dalam
mencapai Indonesia maju, dan menyongsong Indonesia Emas
Tahun 2045, Anak merupakan aset dan potensi yang sangat
penting di dalam upaya kita menuju pencapaian visi tersebut.

Dalam upaya melakukan perlindungan anak telah banyak


yang dilakukan pemerintah dengan menerbitkan berbagai
peraturan perundang-undangan, diantaranya adalah:
• Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia;
• Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang perubahan
atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak;
• Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan;
• Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang;
• Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Perlindungan terhadap Saksi dan Korban;

7
• Pemidanaan terhadap pornografi anak dalam Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik;
• Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi;
serta
• Pemberian akta gratis melalui Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan.

Upaya pemerintah tersebut adalah dalam rangka mencegah


terjadinya pelanggaran terhadap hak anak, Hal ini juga perlu
adanya peran masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang
kondusif untuk mewujudkan peningkatan perlindungan anak.
Lingkungan yang kondusif harus dimulai dari dalam keluarga
karena keluarga adalah lembaga pertama dan utama yang dapat
menciptakan anak yang sehat, cerdas, ceria dan berakhlak mulia,
melalui pengasuhan yang berkualitas.

Namun kondisi keluarga di Indonesia tidak semuanya


mempunyai kualitas yang memadai untuk dapat memenuhi hak
dan memberikan perlindungan kepada anak. Banyak keluarga yang
belum memahami peran, tugas dan kewajiban sebagai orang tua
untuk memenuhi hak anak-anaknya. Apalagi di era globalisasi,
dimana informasi bebas melanda seluruh lapisan masyarakat.
Globalisasi tidak dapat terbendung dan akan berpengaruh terhadap
kehidupan setiap individu serta berdampak terhadap kehidupan
dan perkembangan kepribadian anak.

8
Pola pengasuhan yang berkualitas harus menjadi konsep
utama, dengan memberikan pemenuhan hak anak dan membangun
komunikasi yang baik antar anggota keluarga. Dengan kata lain,
ketahanan keluarga harus lebih ditingkatkan sehingga
orangtua/keluarga dapat menjalankan peran dan fungsinya dengan
baik dalam pembentukan karakter anak sebagai generasi penerus
bangsa. Di samping itu, rekonstruksi sosial masyarakat juga sangat
diperlukan dalam upaya pencegahan dan penanganan masalah-
masalah yang dialami anak. Partisipasi, kepedulian dan kepekaan
masyarakat sangat diperlukan sebelum anak menjadi korban dari
eksploitasi dan diskriminasi yang dilakukan oleh orang dewasa
lainnya atau antar teman sebaya.

Hadirin yang berbahagia,

Beberapa hal yang saya harapkan dari penyelengaraan


Rakornas ini, Pertama saya mengingatkan kepada KPAI, agar
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan mandat yang
diberikan kepada Komisi Perlindungan Anak Indonesia, yaitu
mengawal dan mengawasi pelaksanaan perlindungan anak yang
dilakukan oleh para pemangku kepentingan baik yang
dilaksanakan oleh negara, pemerintah, masyarakat, keluarga dan
orang tua sesuai dengan amanat pasal 76 Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, dengan tugas pokok:

9
1. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan perlindungan
dan pemenuhan hak anak.
2. Memberikan masukan dan usulan dalam perumusan kebijakan
tentang penyelenggaraan perlindungan anak.
3. Mengumpulkan data dan informasi mengenai perlindungan
anak.
4. Menerima dan melakukan penelaahan atas pengaduan
masyarakat mengenai pelanggaran hak anak.
5. Melakukan mediasi atas sengketa paelanggaran hak anak.
6. Melakukan kerjasama dengan lembaga yang dibentuk
masyarakat di bidang perlindungan anak.
7. Memberikan laporan kepada pihak berwajib tentang adanya
dugaan pelanggaran terhadap undang-undang perlindungan
anak.

Kedua, melalui momen Rakornas KPAI Tahun 2019 ini,


Saya juga memohon agar KPAI lebih meningkatkan lagi kinerjanya
dalam melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Undang-
Undang Perlindungan Anak dalam rangka menurunkan angka
kekerasan terhadap anak, dan Ketiga, senantiasa selalu
berkoordinasi dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak, baik dalam penyusunan kebijakan,
pelaksanaan pengawasan dan pengumpulan data dan pelaporan.

Hadirin yang kami hormati,

10
Demikian beberapa hal yang dapat saya sampaikan,
mudah-mudahan segala usaha dan kerja keras kita dalam
mengemban tugas-tugas pembangunan utamanya dalam
perwujudan perlindungan anak di Indonesia, dapat berjalan sesuai
dengan yang kita harapkan.

Terima kasih
Wassalamu’alaikum Warakhmatullahi Wabarakatuh

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak


Republik Indonesia

I Gusti Ayu Bintang Darmawati

11

Anda mungkin juga menyukai