Anda di halaman 1dari 8

PERAN FUNGSI TEKNIS BINMAS POLRI DALAM PENCEGAHAN KEJAHATAN

GUNA TERWUJUDNYA HARKAMTIBMAS

Oleh :
BAGUS MAHARTA PRAKOSO
BRIGTUTAR NO AK 16. 195

AKADEMI KEPOLISIAN
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan

Menurut Edwin H. Sutherland, Kejahatan adalah perilaku yang melanggar


ketentuan hukum pidana. Kejahatan menurut beliau tidak peduli apakah tingkat
moralitas dan kesopanan dari suatu tindakan tersebut bukan merupakan kejahatan
kecuali tidak dilarang oleh hukum pidana.

Sosiolog Emile Durkheim (1933),mengatakan bahwa kejahatan itu normal ada di


semua masyarakat dan hampir tidak mungkin menghilangkan kejahatan dalam
masyarakat. Kejahatan memiliki fungsi dan disfungsi dalam masyarakat. Kejahatan
bersifat disfungsi karena memberikan efek yang merusak terhadap tatanan sosial,
menimbulkan rasa tidak aman dan ketakutan serta menambah beban ekonomi yang
besar bagi masyarakat. Selain bersifat disfungsi, kejahatan juga dapat memberikan
efek positif bagi pembangunan fungsi sosial. Kejahatan dapat menumbuhkan rasa
solidaritas dalam kelompok, memunculkan norma-norma atau aturan yang mampu
mengatur masyarakat serta mampu memperkuat penegakkan hukum, serta
menambah kekuatan fisik atau organisasi untuk memberantas kejahatan.

Terdapat tiga pendekatan yang dikenal dalam strategi pencegahan kejahatan.


Tiga pendekatan itu ialah pendekatan secara sosial (social crime prevention),
pendekatan situasional (situtational crime prevention), dan pencegahan kejahatan
berdasarkan komunitas/masyarakat (community based crime prevention).

Menurut M. Kemal Darmawan dalam bukunya yang berjudul Strategi Kepolisian


Dalam Pencegahan Kejahatan :

1. Pre-emtif adalah kebijakan yang melihat akar masalah utama penyebab


terjadinya kejahatan melalui pendekatan sosial, pendekatan situasional dan
pendekatan kemasyarakatan untuk menghilangkan unsur Potensi Gangguan
(Faktor Korelatif Kriminogen).
2. Preventif sebagai upaya pencegahan atas timbulnya Ambang Gangguan
(police hazard), agar tidak berlanjut menjadi gangguan nyata / Ancaman
Faktual (crime).

3. Represif sebagai upaya penegakan hukum terhadap Gangguan Nyata /


Ancaman Faktual berupa penindakan/pemberantasan/ penumpasan sesudah
kejahatan terjadi atau pelanggaran hukum , yang bertujuan untuk memberikan
contoh (Social Learning) dan menimbulkan Efek Deterence agar dapat
mengantisipasi para pelaku melakukan / mengulangi perbuatannya.

Data yang dirilis Mabes Polri menyebutkan jumlah kejahatan pada 2017 berada di
angka 291.748 kasus. Jumlah ini menurut data Mabes Polri dinyatakan menurun
ketimbang tahun 2016 yakni 380.826 kasus. Sementara, jumlah kasus yang
diselesaikan hanya 181.448 kasus, dari sekian banyak kasus kejahatan ini, masih
disebutkan Mabes Polri, Polri mengategorikan kasus kejahatan menjadi empat
golongan, yakni kejahatan konvensional, transnasional, kekayaan negara, dan implikasi
kontijensi (ketidakpastian).

Sementara itu, menurut numbeo.com dari indeks kejahatan pada tahun 2015 yang
lalu, Indonesia berada pada peringkat 68 dari 147 negara . Dan dalam laporan
numbeo.com tahun 2018, Indonesia berada pada peringkat ke 52 dari 115 negara
dengan safety index 55,28 dan crime rate 44.72. Negara dengan tingkat keamanan
terbaik adalah Jepang dengan safety index 89,90 dan crime index 13.10. Pada level
Asia Indonesia berada pada peringkat ke 13 dari 38 Negara yang di index. Posisi crime
rate dan safety indek Indonesia yang diberikan numbeo.com tampaknya tidak jauh
berbeda dengan cerminan tingkat tindak pidana yang disajikan BPS Indonesia.

Pelaksanaan tugas secara pre-emtif dan preventif yang didukung dengan


sumberdaya yang optimal diharapkan dapat mencegah, menghambat dan
menghentikan tindakan pelaku kejahatan yang sedang berupaya atau sedang
melakukan tindakan yang bertentangan dengan hukum. Selain itu juga untuk
melindungi masyarakat dari ancaman perbuatan atau perbuatan pelaku kejahatan yang
dapat menimbulkan korban jiwa maupun kerugian harta benda, sehingga akan
terciptaknya rasa aman bagi masyarakat. Kehadiran aparat kepolisian diberbagai
tempat sangat dibutuhkan untuk mencegah munculnya gangguan kamtibmas. Respon
cepat yang diberikan aparat kepolisian atas berbagai laporan/ pengaduan masyarakat
dapat meningkatkan citra dan kepercayaan masyarakat atas kinerja pelayanan Polri.
Meningkatnya kepercayaan masyarakat atas kinerja Polri selanjutnya akan mendorong
berkembangnya dukungan dan partisipasi masyarakat dalam memelihara kamtibmas.

Keberhasilan pelaksanaan pencegahan kejahatan akan memberikan dampak


meningkatnya kinerja pelayanan kamtibmas Polri secara nasional. Keberhasilan
pencegahan kejahatan selanjutnya akan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi
tercapainya tujuan Polri. Keberhasilan ini juga akan ditandai dengan meningkatnya
partisipasi masyarakat dan pihak-pihak terkait (stakeholders) dalam pelaksanaan tugas-
tugas Polri, sehingga akan terbangun kemitraan Polri dengan berbagai pihak
(partnership building). Dengan terwujudnya kinerja pencegahan kejahatan oleh Polri,
maka diharapkan dapat memelihara kamtibmas, sehingga diharapkan juga memberikan
kontribusi terhadap keamanan dalam negeri.

Beberapa penjelasan di atas dapat diketahui bahwa kejahatan sudah banyak terjadi
di Indonesia. Untuk itu timbulnya kesadaran masyarakat untuk menaati peraturan dan
mematuhi undang-undang yang berlaku sangatlah penting. Dan peran Polri khususnya
dalam fungsi Binmas sangat dibutuhkan. Makalah ini akan mejelaskan bagaimana
peran Binmas Polri dalam mencegah terjadinya kejahatan di Indonesia. Oleh karena itu
judul dari makalah ini adalah “Peran Fungsi Teknis Binmas Polri Dalam Pencegahan
Kejahatan Guna Terwujudnya Harkamtibmas”
1.2 Identifikasi Masalah

Tingkat kriminalitas di Indonesia masih memerlukan kerja keras pemerintah untuk


menurunkannya. Salah satu upaya untuk menurunkannya adalah dengan melakukan
upaya pre-emtif dan preventif yang dilakukan oleh fungsi teknis Binmas Polri sebagai
alat pengendali, penggerak dan pemberdaya masyarakat dalam mewujudkan
keamanan, ketertiban dan ketentraman warga masyarakat. Masalah-masalah di
masyarakat yang menjadi perhatian fungsi Binmas antara lain:

1. Tidak efektifnya pengaturan dan penertiban masyarakat dalam rangka


harkamtibmas karena kurangnya pengawasan dan pengarahan dalam
kegiatan masyarakat.
2. Pembangunan negara/ pemerintahan yang tidak berjalan dengan lancar
karena masyarakat yang tidak didorong dan dibimbing untuk menyesuaikan
diri dengan kebijakan-kebijakan pemerintah.
3. Tidak adanya bimbingan dan pelatihan masyarakat untuk mencegah dan
mengatasi gangguan kamtibmas.
4. Kurangnya keikutsertaan warga dalam pemberdayaan masyarakat untuk
mengembangkan potensi guna membantu tugas Polri dalam pemeliharaan
kamtibmas.

1.3 Perumusan Permasalahan


Dari uraian latar belakang permasalahan serta identifikasi masalah yang
dihadapi fungsi Binmas Polri, maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu:
1. Bagaimana peranan Binmas Polri mengarahkan sekaligus mengawasi kegiatan
masyarakat agar peraturan perundang-undangan yang berlaku bekerja dengan
baik dan berfungsi efektif?
2. Bagaimana cara Binmas Polri mendorong dan membimbing masyarakat
menyesuaikan diri menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi sesuai
dengan kebijakan-kebijakan pembangunan negara/ pemerintah?
3. Apa upaya yang dilakukan Binmas Polri untuk memperkuat dan memperteguh
semangat masyarakat mewujudkan kesejahteraan dan mencegah serta
mengatasi gangguan kamtibmas?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui peranan Binmas Polri mengarahkan sekaligus mengawasi
kegiatan masyarakat agar peraturan perundang-undangan yang berlaku bekerja
dengan baik dan berfungsi efektif.
2. Untuk mengetahui cara Binmas Polri mendorong dan membimbing masyarakat
menyesuaikan diri menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi sesuai
dengan kebijakan-kebijakan pembangunan negara/ pemerintah.
3. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan Binmas Polri untuk memperkuat dan
memperteguh semangat masyarakat mewujudkan kesejahteraan dan mencegah
serta mengatasi gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Menambah wawasan dan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pada bidang


Kepolisian yang patut diketahui oleh anggota Polri guna membantu dalam pelaksanaan
tugasnya di wilayah hukum. Selain itu hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan
dalam penelitian berikutnya sesuai dengan bidang penelitian khususnya untuk
pengembangan fungsi teknis Binmas Polri.

2. Manfaat Praktis

a) Manfaat bagi peneliti


Untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan peneliti dalam penerapan Ilmu Kepolisian
fungsi teknis Binmas yang diperoleh selama kegiatan perkuliahan di dalam maupun
diluar kampus Akademi Kepolisian.

b) Manfaat bagi Polri

Sebagai sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan Polri di fungsi Binmas dalam
upaya pencegahan kejahatan guna terwujudnya harkamtibmas.
c) Manfaat bagi Masyarakat

Dapat memberikan informasi pada masyarakat tentang Fungsi Binmas Polri sebagai alat
pengendali, penggerak dan pemberdaya masyarakat dalam mewujudkan keamanan,
ketertiban dan ketentraman warga masyarakat. Serta perlunya menjalin hubungan baik
antara masyarakat dan pihak Kepolisian. Disamping itu memberikan informasi mengenai
peranan Kepolisian di fungsi Binmas dalam mencegah terjadinya gangguan keamanan.

Anda mungkin juga menyukai