Anda di halaman 1dari 18

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DAERAH JAWA TIMUR


RESORT JOMBANG

PERAN KANIT OPSNAL


DALAM MENGANTISIPASI MASUKNYA PENGARUH FAHAM RADIKAL
DALAM RANGKA MEMELIHARA KAMTIBMAS DI WILAYAH JOMBANG

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Polisi secara garis besar di sekuruh dunia mempnyai tugas yang


hampir sama, Polisi dibentuk dalam rangka mengatur atau menjaga agar
kepentingan individu atau pemenuhan hak-hak individu dalam
pelaksanaannya tidak bertentangan atau merugikan hak atau kepentingan
orang lain,
Polisi dilengkapi dengan kewenangan yang diatur oleh undang-
undang. Kewenangan adalah kewajiban dan tanggung jawab yang bukan
sekedar bagian dari profesi melainkan bagian dari moralitas aparat yang
pendekatannya adalah untuk menjembatani, melayani, melindungi sebagai
upaya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Pendekatan ini sesuai dengan Tugas pokok Polri sebagaimana
diatur didalam Undang-undang No. 2 tahun 2002 Pasal 13 yang secara
tegas menyatakan bahwa tugas pokok Polri adalah memelihara keamanan
dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, dan memberikan
perlindungan, pengayoman serta pelayanan kepada masyarakat.
Bahwa sesuai dengan Tugas Pokok, Fungsi dan peranannya
Satuan Intelijen Keamanan bertugas menyelenggarakan fungsi Intelijen di
bidang keamanan termasuk Persandian guna terselenggaranya Early
detection dan Early Warning.
Suksesi Kepemimpinan Nasional Pemerintah Jokowi-JK telah
mengusung 9 program prioritas “ NAWA CITA “ , dalam akselerasi
keberhasilan program telah dijabarkan dengan menerbitkan Perpres
Nomor 2 Tahun 2015 tentang RJPMN Tahun 2015 – 2019.
RJPMN 2015-2019 bidang Pertahanan Keamanan “Peningkatan
Kapasitas Pertahanan Dan Stabilitas Keamanan Nasional “ terdapat issue
– issue stratigis antara lain ; . Terbangunnya sistem Keamanan Nasional
yang terintegrasi, Meningkatnya profesionalisme Polri, serta Menguatnya
Intelijen dan kontra intelijen.
Sebagai bagian integral Pemerintahan, Polri telah merespon
program Pemerintah tersebut melalui penetapan 8 Program Quicks Wins
Polri.
-2-

Estafet Kepemimpinan Polri hingga era Kapolri Jenderal Polisi Drs.


H.M. TITO KARNAVIAN, M.A, Ph.D pada saat Grand strategi Polri menuju
2025 , dimulainya Tahap III terwujudnya STRIVE FOR EXCELLENCE,
memiliki nilai strategis dengan ditetapkannya 11 Program Optimalisasi
Aksi menuju Terwujudnya Polri yang makin profesional, unggul dan
terpercaya ( PROMOTER )
Ditengah fenomena dunia berpengaruh derasnya arus Globalisasi
dan Dwemokratisasi, Polri dalam menjalankan tugas pokok, fungsi dan
peran menghadapi tantangan yang semakin berat dan kompleks serta
multi deminsi yang tidak bisa dihadapi secara parsial, akan tetapi harus
ditangani secara menyeluruh atau komprehensif.
Saat ini ada 4 ancaman utama di Indonesia yang menjadi perhatian
Jajaran kepolisian :
1. Politik Hegemoni berbagai Negara
2. Gejolak Kawasan
3. Kejahatan terorganisir ; ekonomi , narkoba serta Terorisme
4. Ancaman Ideologi Kelompok Radikal Kanan, Radikal kiri dan budaya
Asing.
Pada sisi lain, isu – isu kritis yang berkembang dalam masyarakat
adalah meningkatnya tingkat harapan masyarakat (Expectation) yang
menuntut pelayanan bermutu setiap saat.
Kondisi tersebut dapat terjadi sebagai akibat dari beberapa faktor
antara lain :
a. Pengaruh perkembangan ilmu Pengetahuan dan tehnologi
informasi yang sedemikian pesat.
b. Sistem deteksi dini dan peringatan dini tidak berjalan baik.
c. Jejaring Intelijen yang telah ada tidak dimanfaatkan secara optimal.
d. Masih lemahnya kapasitas kemampuan SDM pengemban fungsi
Intelijen maupun jejaring yang ada dalam menangkap, menganalisis
permasalahan yang muncul di masyarakat serta upaya
mereduksinya agar tidak berkembang menjadi gangguan nyata.
e. Komunikasi yang belum terbangun baik antara unsur pelaksana
pengemban fungsi intelijen dengan potensi masyarakat yang
menjadi jejaring intelijen.

Kondisi tersebut menuntut Polri untuk mampu menjawab semua


tantangan tersebut. Ditengah tantangan tugas yang semakin berat dan
kompleks, kondisi internal masih dibayangi oleh permasalahan terkait
Sumberdaya Manusia, mentalitas dan nilai kepribadian, sementara
Masyarakat menuntut Polri bekerja secara professional dalam
pelaksanaan tugas pokoknya. Profesional dalam arti mampu
melaksanakan penegakan hukum dengan memperhatikan aspek keadilan,
kemanfaatan dan kepastian hukum, mampu memberikan perlindungan,
pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dengan baik, sehingga
tercipta ketertiban dan ketentraman dalam masyarakat
3

Di bidang Intellijen , Deteksi Aksi sebagai pola Operasional ke


depan dirasa masih dibayangi kendala pola pikir anggota pengembang
fungsi Intelijen yang masih terbelenggu mindset sebaga Mata dan
Telinga melalui Deteksi untuk mencari informasi saja, tuntutan
perubahan mindset peran Intelijen sebagai kaki tangan dalam artian
dapat menjadi ekskutor diruang ambang gangguan melalui pola
Deteksi Aksi belum optimal agar peran Intelijen dirasaan User.
Pada sisi lain ancaman pengaruh faham radikal dimasyarakat
semakin nyata dan kuat yang menuntut kemampuan dan profesionalisme
anggota pengemban fungsi Intelijen.
Terbitnya PERPU Nomor 2 Tahun 2017 tentang Ormas dan pasca
dibubarkan serta dicabutnya status Badan Hukum Ormas HTI masih
dibayangi Pro Kontra, pada proses tindak lanjut terbitnya PERPU No. 2
Tahun 2017 terdapat ruang potensi konflik antara Kelompok Kontra dan
Kelompok Pendukung PERPPU Nomor 2 Tahun 2017.
Ilustrasi di atas memberikan gambaran perlunya terus dibangun
upaya mengoptimalkan implementasi pola deteksi Aksi di lingkup
pengemban fungsi intelijen untuk mengantisipasi masuknya pengaruh
faham radikal dalam memelihara kamtibmas di wilayah Jombang.

1.2. Permasalahan dan persoalan

1.2.1. Permasalahan

Permasalahan dalam tulisan ini adalah “ Bagaimana peran Kanit


Opsnal Intelkam dalam upaya mengoptimalkan implementasi
Deteksi Aksi untuk mengantisipasi masuknya pengaruh faham
radikal dalam memelihara kamtibmas di wilayah Kabupaten
Jombang “.

1.2.2. Persoalan

Dalam kaitanya dengan permasalahan tersebut, ada 3 persoalan


yang akan dibahas yaitu :
a. Bagaimana tantangan tugas ke depan terkait perkembangan
ancaman pengaruh faham radikal di Jombang
b. Bagaimana realita wujud kelembagaan, metode dan
aktualisasi pola deteksi aksi dalam mereduksi ancaman
pengaruh faham radikal di Jombang.
c. Faktor – faktor apa yang mempengaruhi
d. Upaya apa yang harus dilakukan dalam mengoptimalkan
pola deteksi Aksi .
-4-

1.3. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penulisan naskah ini dibatasi pada pembahasan


Upaya Kanit Opsal Intelkam mengoptimalkan pola deteksi aksi untuk
mengantisipasi masuknya pengaruh faham radikal dalam memelihara
kamtibmas di wilayah Kabupaten Jombang.

1.4. Maksud dan Tujuan

1.4.1. Maksud
Disamping sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Seleksi SIP
SUS Intelijen, Penulisan NKP ini disusun dengan maksud untuk
memberikan gambaran tentang implementasi deteksi aksi sebagai
pola operasional serta upaya – upaya mengoptimalkan pola deteksi
aksi untuk mengantisipasi masuknya pengaruh faham radikal dalam
memelihara kamtibmas di wilayah Kabupaten Jombang

1.4.2. Tujuan
a. Untuk mengidentifikasi potensi kerawanan ancaman masuknya
pengaruh faham radikal di ilayah jombang
b. Untuk mengaktualisasikan implementasi deteksi aksi sebagai
pola operasional intelijen dalam upaya penanggulangan faham
radikal .
c. Untuk menganalisa faktor – faktor apa yang mempengaruhi
d. Untuk menganalisa dan mengoptimalkan upaya deteksi aksi
dalam penanggulangan ancaman radikalisme .

1.5. Metode dan Pendekatan

1.5.1. Metode

Metode penulisan yang digunakan adalah Diskriptif analisis yaitu


dengan mengangkat fenomena perkembangan lingkungan stetegis
ancaman pengaruh faham radikal yang memerlukan upaya
antisipasi melalui deteksi aksi intelijen guna terwujudnya
Kamtibmas yang kondusif di wilayah Jombang.
Fenomena yang diangkat kemudian akan dianalisa dengan
menggunakan : Teori Manajemen Operasional Kepolisian (MOK)
sebagai Grand Theory , teori kerja sama sebagai Middle Theory
dan teori SWOT sebagai operational theory , sehingga akan
diperoleh sebuah analisa yang komprehensif untuk merumuskan
suatu kesimpulan yang dapat mendukung upaya mengoptimalkan
pola deteksi aksi untuk mengantisipasi masuknya pengaruh faham
radikal dalam memelihara kamtibmas di wilayah Kabupaten
Jombang.
-5-

Data yang akan dianalisa bersumber dari dua sumber data yaitu :
Pertama; Data primer yang diperoleh secara langsung melalui
teknik observasi dan wawancara terhadap fakta dan obyek
dilapangan;
Kedua; dengan menggali literature, dokumen, buku, catatan
kejadian dan lain- lain yang berhubungan dengan perkembangan
masalah pengaruh radikalisme di wilayah Jombang.

1.5.2. Pendekatan

Penulisan Naskah ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif,


penulis berharap dapat memberikan gambaran tentang
perkembangan dan kondisi terkait ancaman redikalisme, orientasi
pola deteksi aksi dalam penanggulangan ancaman pengaruh
faham radikal di masyarakat guna mewujudkan kamtibmas yang
kondusif.
Dalam penelitian kualitatif yang dilakukan menggunakan metode
penelitian deskriptif, yaitu suatu metode penelitian dengan cara
mengemukakan gambaran tentang masalah yang diteliti berupa
tantangan tugas, perkembangan situasi, kondisi kelembagaan
intelijen di kewilayahan Jombang, realita implementasi deteksi aksi
guna optimalnya dalam upaya penanggulangan ancaman pengaruh
radikalisme sesuai dengan fakta-fakta yang terkumpul, kemudian
dianalisis secara ilmiah untuk mengambil suatu kesimpulan.

1.6. Sistematika

BAB  I PENDAHULUAN
BAB  II PEMBAHASAN
KONDISI SAAT INI
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KONDISI YANG DIHARAPKAN
BAB III OPTIMALISASI DETEKSI AKSI
BAB IV PENUTUP

1.7. Pengertian – Pengertian

a. Kamtibmas, adalah Suatu kondisi dinamis masyarakat sebagai salah


satu prasyarat terselenggaranya proses pembangunan nasional dalam
rangka tercapainya tujuan nasional yang ditandai oleh terjaminnya
keamanan, ketertiban, dan tegaknya hukum, serta terbinanya
ketenteraman, yang mengandung pengertian membina dan
mengembangkan potensi dan kekuatan masyarakat dalam menangkal,
mencegah dan menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum dan
bentuk-bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat
( UU No 2 Tahun 2002 Pasal1 ayat 5 )
b. Intelijen adalah merupakan Organ penyelenggara Deteksi yang
berfungsi menyediakan bahan – bahan keterangan bagi kepentingan
yang diperlukan oleh Kesatuan.
-6-
c. Radikalisme adalah Suatu konsep / semangat yg berupaya adakan
perubahan kehidupan politik secara menyeluruh & mendasar tanpa
memperhitungkan adanya peraturan / konstitusional, politic, sosial yg
berlaku.
Dalam pandangan lain “ Radikalisme merupakan faham liberalisme
yang sangat maju ;
Juga ada yang menginterpreasikan sebagai “ Ekstrimisme /
Fundamentalisme “
( ERMAYA 2004 ; 1 )
d. Radikalisme adalah merupakan respon terhadap kondisi yang sedang
berlangsung, biasanya respon tersebut muncul dalam bentuk evaluasi,
penolakan atau bahkan perlawanan, masalah-masalah yang ditolak
dapat berupa asumsi, ide, lembaga, atau nilai-nilai yg dapat
dipandang bertanggung jawab terhadap keberlangsungan kondisi
yang ditolak (HORACE M. KALLEN )
e. RADIKALISME adalah faham atau aliran yang menginginkan
perubahan atau pembaharuan sosial & politik dengan cara keras atau
drastis & sikap ekstrem di suatu aliran politik
( kamus besar bahasa indonesia 1995).
f. Peran adalah merupakan perilaku yang teratur sesuai status /
kedudukan dalam melaksanakan hak dan kewajiban guna mencapai
suatu tujuan.
g. Deteksi Aksi, adalah pola operasional intelijen yang berbeda dengan
termonilogi / paradigma sebagai mata dan telinga, akan tetapi pola
yang memerlukan interaksi dengan sasaran dan tidak sepenuhnya
tertutup dimana melalui aksi intelijen dapat diharapkan dapat diketahui
akar permasalahan, dapat diidentifikasi peluang penyelesaian masalah
serta melakukan langkah – langkah agar masalah tidak berkembang
dengan kata lain dapat menjadi ekskutor pada ruang potensi / ambang
gangguan.

B A B II

PEMBAHASAN

2. Landasan Teori

Dalan penulisan naskah ini, digunakan beberapa teori sebagai alat analisis
terkait Upaya membangun dan mengotimalkan peran Kanit Opsnal dalam deteksi
aksi meliputi konsep SWOT dan teori manajemen strategis, teori kerjasama dan
teori-teori lainnya yang digunakan dalam menganalisa fenomena perkembangan
masalah radikalisme dikaitkan dengan tugas dan peran Intelijen dalam konteks
pelaksanaan pola deteksi aksi guna mewujudkan kamtibmas dengan uraian teori
dan penggunaannya sebagai berikut :
-7-

2.1 Konsep analisis SWOT, menurut George R Terry adalah suatu teknik
analisis yang memperbandingkan faktor-faktor atau unsur-unsur SWOT
(strength,weakness, opportunity, threat) dua pihak, dengan
membandingkan secara langsung, unsur-unsur kedua pihak secara
komparatif antara peran Kanit Opsnal dalam deteksi aksi dan Peranan
Satuan Intelkam dalam mengemban fungsi peringatan dini.
3.2.1 Aspek strength, untuk mampu memanfaatkan peluang menjadi
kekuatan
3.3.1 Aspek Weakness, untuk meminimalkan kelemahan dalam
memanfaatkan peluang
3.4.1 Aspek Opportunity, untuk mengoptimalkan kekuatan dalam
mengantisipasi ancaman.
3.5.1 Aspek Threat, untuk upaya meminimalkan kelemahan dan
menghindari ancaman.

2.2 Konsep Hubungan kerja sama, hubungan dan kerja sama Kepolisian
Negara Republik Indonesia dengan badan, lembaga, serta instansi di
dalam dan di luar negeri didasarkan atas sendi-sendi hubungan
fungsional, saling menghormati, saling membantu, mengutamakan
kepentingan umum, serta memperhatikan hierarki. (Bantuan, hubungan
dan kerjasama Polri dengan lintas sektoral , UU No. 2 tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia pasal 41 dan pasal 42)
Penggunaan konsepsi ini untuk memperkuat landasan membangun peran
bahwa penggunaan kerjasama pada tataran tertinggi ( kolaborasi ) akan
meningkatkan kualitas pelayanan.

2.3 Teori Managemen, management adalah suatu proses yang membedakan


atas perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan
dengan memanfaatkan baik ilmu maupun seni demi mencapai suati tujuan
( Principles management, George R Terry ; 1994 ).
Teori ini digunakan untuk mengontrol kegiatan dan tugas yang dikerjakan
dalam hubungan mengoptimalkan peran sesuai prinsip untuk mencapai
tujuan..

2.4 Teori kerjasama, Kerjasama pada hakekatnya mengindikasikan adanya


dua pihak atau lebih yang berinteraksi secara dinamis untuk mencapai
suatu tujuan bersama ( Pamudji ,Kerjasama Antar Daerah ; 1985:12-13)
Asas Kerjasama diantaranya ligalitas, kepentingan umum, proposional,
kemitraan dan pencegahan dengan strategi preemtif, preventif dan
penegakan hukum.
Hal yang penting bagi Polri dalam melakukan koordinasi/ kerjasama
dengan stakeholder terkait ; unsur-unsur pemerintah daerah, penegak
hukum, badan, lembaga, instansi lain, serta masyarakat dengan
mengembangkan asas partisipasi dan subsidiaritas, sehingga
kompleksitas permasalahan Kamtibmas dapat dipecahkan secara
bersama tanpa menonjolkan arogansi antar institusi.
-8-

2.5 Teori Intelijen, menurut Jenifer James dalam memandang fenomena


yang berkembang di masyarakat, “ Kehilangan Perspektif bisa membuat
kita gila”. Kita mendengarkan kata – kata tetapi kita tidak bisa
memahaminya. Kita membaca Laporan dan tidak ingat apa – apa. Kita
mengalami gangguan penglihatan sementara orang melihat dengan
normal. Kita gagal memperhatikan peristiwa kunci dan kita menghindari
kesalahan. Kita kehilangan akal sehat. Kita merasa menjadi korban.Tetapi
sebenarnya semua itu adalah masalah kehilangan perspektif kemampuan
kita memahami masa lalu, memahami masa kini dan membentuk visi ke
masa depan – Itulah yang membuat kita rentan “ ( Thingking in the
future Tense ; Jenifer James, 1998 ),
Teori ini digunakan untuk menganalisis gambaran cara pandang terhadap
fenomena yang berkembang oleh pengemban fungsi intelijen.

2.6 Teori Kamtibmas, Unsur – unsur Kamtibmas adalah tercapainya suatu


kondisi dinamis masyarakat sebagai syarat tercapainya pembangunan
nasional, Yang ditandai terjaminya kamtibkum, terbinanya ketenteraman -
mayarakat dengan memanfaatkan kuat masyarakat guna mencegah
segala macam gangguan (UU No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia pasal 1 ayat 5 ).
Deteksi aksi pada intinya untuk membangun upaya adanya sentuhan ke
sasaran pada tataran potensi / ambang gangguan guna menanggulangi
permasalahan agar tidak berkembang menjadi ancaman kamtibmas.
Keamanan dan ketertiban dalam undang – undang dimaknai suatu kondisi
dimana unit sosial termasuk elemen masyarakat dapat berperan aktif
sebagaimana ketentuan yang ada.
Dalam rangka melaksanakan perannya menjaga keamanan guna
mewujudkan Kamdagri, diperlukan suatu konsep penyelenggaraan
keamanan yang dapat dijadikan sebagai sandaran oleh seluruh komponen
bangsa. Konsep penyelenggaraan keamanan nasional haruslah
memperoleh legitimasi secara formal, agar semua komponen bangsa ikut
bertanggung jawab dalam rangka penyelenggaraan keamanan.

3.1. Kondisi Saat ini

3.1.1 Menguatnya fenomena ancaman masuknya pengaruh faham


radikal khususnya ISIS akhir-akhir ini terakselerasi oleh dampak
kemajuan tehnologi informasi, indikasi pola gerakan pok radikal
pada kurun waktu terakhir –dengan gencar melakukan provokasi
dan propaganda negatif memanfaatkan media publikasi baik cetak
maupun online semakin memudahkan terjadi transfer gagasan dan
pemikiran faham radikal.,

3.1.2 Sumber munculnya tindak Radikalisme


 Tindak radikal / garis keras lahir dari gagasan dan pikiran
serupa yang mendasarinya.
 Semakin tersemai gagasan dan pikiran radikal / keras, semakin
kuat pula potensi lahirnya tindakan radikal - garis keras itu.
-9-

 Semakin tidak terkontrol gagasan dan pikiran radikal-garis keras


itu, semakin tumbuh kuat dorongan terhadap munculnya tindak
radikal dimaksud.
 Bergeraknya gagasan dan pikiran menjadi tindakan serupa
hanya menunggu momentum saja.
 Begitu momentum tercipta, gagasan dan pikiran dimaksud akan
segera berubah menjadi tindakan konkret..

3.2. Tantangan tugas

Panetrasi masuknya pengaruh faham radikal di wilayah Jombang


merupakan potensi ancaman tersendiri dengan indikator sbb :
3.2.1 Bahwa di wilayah Jombang telah terdapat indikasi adanya kelompok
– kelompok yang terpengaruh faham radikalisme dan mempunyai
platform memperjuangkan ideologi Khilafah Islamiyah secara kaffah
( dalam konteks sistem negara ) antara lain kelompok JAT, HTI,
selain itu juga terdapat Napi dan mantan Napi Teror asal Jombang
antara lain MAHMUDI alias YOSEP ADIRIMA yang telah bebas dan
menetap di jateng dan SUKIRNO yang saat ini telah bebas murni
serta EKO BUDI WARDOYO yang menjalani pembebasan bersyarat.
3.2.2 Faktor pamor sejarah, gerakan radikal kanan di Jombang yang
pernah dibangun oleh Abubakar Baasyir, Abdullah sungkar dan
Ahmad Kamedhy masih cukup kuat khususnya keterpengaruhan
ketokohan dan ajaran ABB.
3.2.3 Ditangkapnya SYAIFUDIN Lc alias ABU FIDA yang merekrut
mujahid baru untuk bergabung ISIS ke Irak / Suriah, dari dokumen
yang ada yang bersangkutan pernah aktif sebagai pengasuh
Ponpes Baitul Amien sebelum bubar dan para santrinya sebagian
besar eksodus ke ponpes Al Izzah Ds. Kedungpapar Sumobito
merupakan karakteristik kerawanan tersendiri.dimana tidak
menutup kemungkinan yang bersangkutan masih menjalin
komunikasi dengan para mantan santri dan kelompoknya di
Jombang untuk sasaran rekrutmen.
3.2.4 Terdapat 4 ( empat ) daerah di wilayah Jombang yang diindikasikan
terdapat kelompok / jaringan faham Radikal / Igaras yakni di
kecamatan Bareng, Kecamatan Mojoagung, Kecamatan Sumobito
dan Kecamatan Kesamben yang sampai saat ini menjadi basis
kegiatan jaringan / kelompok tersebut.
3.2.5 Indikasi adanya simpatisan pengikut Jamaah Anshoru Daulah.
3.2.6 Pasca penerbitan PERPPU No. 2 Tahun 2017 dan pembubaran
Ormas anti Pancasila HTI masih terdapat kelompok lain yang
terindikasi anti Pancasila, ondologi Ideologi yang tidak akan pernah
mati dan Faktor Geneologis / keturunan, pertemanan potensi
berpengaruh sebagai peluang tetap berkembangnya faham Radikal
-10-

Menyikapi tantangan fenomena perkembangan ancaman masuknya


pengaruh faham radikal, strategi penguatan di bidang operasional dengan
mengoptimalkan implementasi pola deteksi aksi diharapkan dapat
mewujudkan terpeliharanya Kamtibmas di Jombang.

3.3. Kondisi Organisasi Unit Opsnal Intelkam

3.3.1. Sumber Daya Manusia

Unit Opsnal Intelkam Polres Jombang dari aspek struktur organisasi


sudah terpenuhi terdiri dari 6 Unit Opsnal dengan 1 Unit yang
membidangi masalah Keamanan Khusus termasuk masalah
radikalisme.
kuantitas jumlah personil Unit Opsnal memang belum sesuai jumlah
anggota Unit Opsnal Intelijen, saat ini jumlah anggota Unit Opsnal
Intelkam diemban 3- 4 orang anggota termasuk Kanit Opsnal.
Pada Polsek Jajaran Unit Intelkam secara struktural telah ada,
namun jemlah personil masih belum sesuai DSPP
Dari aspek kualitas, sumber daya anggota Unit Opsnal secara umum
cukup memadai dari latar belakang pendidikan telah memiliki
kualifikasi kejuruan intelijen.
Wawasan dan pengetahuan Anggota Unit Opsnal pada konteks
implementasi Deteksi Aksi tingkat pengetahuan anggota
dalam melihat fenomena permasalahan yang berkembang ,
menganalisis sumber masalah, identifikasi peluang
penyelesaian serta aksi upaya mereduksi permasalahan
khususnya radikalisme relatif masih terbatas dan lemah,
kondisi tersebut akan berpengaruh kepada perannya
dihadapkan tantangan situasi yang berkembang.

3.3.2. Dukungan Anggaran

Anggaran yang merupakan kuantitas dana yang diperlukan dalam


pelaksanaan kegiatan Deteksi Aksi sudah terprogram dan tercover
pada Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) Kegiatan Pembinaan dan
Pembentukan Jaringan Intelijen DIPA serta mata anggaran Program
Quick Wins.

3.3.3. Sarana Prasarana

Sarana dan prasarana pendukung tugas Intelijen baik Alut maupun


Alsus sejauh ini masih sangat terbatas, khususnya alat
penginderaan dini. Beberapa Alsus dan Alut penginderaan ini yang
dimiliki seperti alat penyadap dan camera kondisinya sudah relative
ketinggalan dengan perkembangan Piranti tehnologi saat ini yang
semakin canggih antara lain :
- Alsus Observasi survilance zoom lens = 1 ( tehnologi baru )
- Alat perekam mini tape recorder = 2 tehnologi baru, 4 tehnologi
lama
- Alat perekam gambar bergerak = handocamp 3 tehnologi baru
- Normal camera = 2 tehnologi baru, 4 tehnologi lama
- Smart phone = 2 unit
- Metal detector = 4 unit
Pada Polsek Jajaran bahkan mayoritas belum memiliki Alsus
pendukung Tugas Unit Intelkam, baru 4 Polsek yang mendapat
Distribusi alsus inteltek berupa smartphone antara lain Polsek
Mojoagung, Ploso, Diwek dan Jombang

3.3.4. Metode yang digunakan

Methode pola deteksi Aksi yang dilaksanakan :


1. Methode deteksi dini untuk pengumpulan informasi dan
penelaahan akar masalah .
2. Methode idenfitikasi peluang penyelesaian masalah
3. Mehode Aksi intelijen untuk langkah mereduksi agar masalah
tidak berkembang dengan penggalangan yang tehnis berbeda
dengan konsep ops gal dalam Perkabik yaitu melalui sentuhan
yang tidak sepenuhnya tertutup serta kontra intelijen
4. Methode kerjasama untuk membangun sinergi.

4. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi upaya


mengoptimalkan deteksi Aksi sebagai pola operasional intelijen untuk
antisipasi masuknya pengaruh faham radikal dalam meningkatkan
harkamtibmas yang kondusif di Kab. Jombang, antara lain :

4.2 Faktor Internal

a. Kekuatan

a. Memiliki organisasi yang sudah tertata, telah adanya piranti


landasan hukum UU No. 2 th 2002 tentang kepolisian Negara
Republik Indonesia serta Keputusan Presiden RI Nomor 70 th
2002 tentang Organisasi dan tata keja kepolisian negara
Republik Indonesia yang dapat dijadikan landasan dalam
pelaksanaan tugas Intelijen.
b. Telah mempunyai Sumber daya yang cukup memadai
c. Mempunyai hubungan yang cukup baik dengan berbagai
Instansi dan elemen masyarakat.
d. Sistem kerja deteksi dini dalam penyelenggaraan Peringatan
dini dan kewaspadaan dini yang sudah terbangun baik
e. Adanya pengawasan dan pengendalian oleh leading sektor
Kasat Intelkam selaku Agen Pengendali.
- 12 -

b. Kelemahan

a. Kualitas Sumber daya Manusia ( anggota ) yang belum


memadai di lingkup pengemban fungsi intelijen.
b. Sarana dan prasarana pendukung masih belum memadai
c. Bayang – bayang mindset peran hanya sebagai mata dan
telinga masih kuat ( lidik – cari informasi saja )
d. Paradigma menjadi kaki tangan sebagai ekskutor pada ruang
potensi / ambang gangguan belum terbangun kuat di lingkup
anggota.
e. Dari aspek payung hukum UU no. 15 tahun 2003 , pada bab
III pasal 6 s/d pasal 19 hanya mengatur terkait dengan tindak
pidana teroris, sedangkan radikalkisme masih belum
terakomodir/belum diatur dalam ketentuan perundang-
undangan ini, sehingga celah kelemahan tersebut dijadikan
sebagai peluang oleh kelompok radikal untuk mewujudkan
visi perjuangannya.

4.2 Faktor Eksternal

a. Peluang

a. Adanya dukungan yang kuat dari berbagai komponen


masyarakat yang menghendaki agar kualitas POLRI lebih
Profesional dalam memberikan pelayanan, perlindungan dan
pengayoman kepada masyarakat disamping sebagai alat
penegak hukum.
b. Elemen masyarakat mudah diajak komunikasi dan koordinasi
serta kerjasama mewujudkan kamtibmas.
c. Suasana publik, sikap penentangan masyarakat terhadap hal –
hal yang dapat menimbulkan ancaman kamtibmas termasuk
masuknya pengaruh faham radikal di lingkungannya cukup
baik.
d. Simpati masyarakat cukup baik, adanya bantuan dari
masyarakat dan instansi terkait yang dapat dimanfaatkan
sebagai support agent .

b. Kendala

a. Kondisi masyarakat yang cukup majemuk di Jombang,


terdapat kelompok tertentu yang kurang mendukung dan
belum yakin dengan kebijakan reformasi Polri.
b. Perkembangan Ilmu pengetahuan dan Tekhnologi yang begitu
cepat, informasi tidak direspon dengan baik sehingga
menimbulkan sikap apatis masyarakat.
c. Masih adanya pemahaman yang keliru atau sempit tentang
ajaran agama yang dianut di sebagian kelompok masyarakat.
- 13 -

d. Ketidakadilan / diskriminasi dengan mengucilkan kelompok


yang dinilai memiliki pemahaman berbeda dalam konteks
hubungan social
e. Sikap inklusif / tertutup kelompok yang indikasi telah dimasuki
pengaruh faham radikal.

5. KONDISI YANG DIHARAPKAN

Kondisi yang diharapkan dengan mengoptimalkan deteksi aksi sebagai


pola operasional intelejen diharapkan dapat berkonribusi membendung
ancaman pengaruh faham radikal dalam mewujudkan kamtibmas yang
kondusif di Kab. Jombang, antara lain :

5.1 Sumber daya manusia

Peningkatan kapasitas dan kemampuan anggota Intelkam yang memadai


terkait tehnik dan taktik gal dan kontra intelijen dalam konteks
implementasi deteksi aksi diharapkan terdapat perubahan pola pikir tidak
hanya menjadi mata dan telinga tapi juga sebagai kaki tangan Pimpinan.

5.2 Dukungan Anggaran

Dengan mempertimbangkan bahwa radikalisme adalah ideology yang


masih akan tumbuh dan terus berkembang, alokasi anggaran untuk
mendukung kegiatan deteksi aksi tetap perlu dialokasikan dalam RAB dan
DIPA khususnya dukungan untuk Unit Intelkam Polsek Jajaran.

5.3 Dukungan Sarana prasarana

Terpenuhi dan tersedianya sarana prasarana yang diperlukan untuk


mendukung implementasi pola deteksi aksi khususnya alut dan alsus yang
sesuai dan dapat mengimbangi perkembangan kemajuan tehnologi.

5.4 Methode

a. Melakukan penguatan dengan pencerahan tehnis dan taktis intelijen


dalam implementasi pola deteksi aksi kepada anggota.
b. Peningkatan wawasan pengetahuan anggota tentang radikalisme dan
dampaknya
c. Membangun komunikasi intensif dengan jejaring yang telah dibangun
pada program ops kontra radikal dan deradikalisasi.
d. Aksi intelijen dengan sentuhan langsung ke sasaran kelompok rentan
terpengaruh faham radikal.
e. Pengawasan, pengendalian oleh agen pengendali.
B A B III

OPTIMALISASI

6.1 Visi dan Misi

6.1.1 Visi

Dengan semangat Revolusi Mental, mengoptimalkan peran dan


memperkuat pola deteksi aksi untuk mengantisipasi ancaman
pengaruh faham radikal dalam upaya mewujudkan situasi
kamtibmas yang kondusif di Jombang

6.1.2 Misi

a. Meningkatkan kapasitas dan kemanpuan anggota Unit Opsnal


b. Meningkatkan sarana prasarana pendukung deteksi aksi
c. Meningkatkan cakupan sasaran prioritas aksi dengan
penggalangan dan kontra intelijen.
d. Mempersempit ruang dan peluang masukknya pengaruh faham
radikal di Jombang.

6.2 Tujuan

a. Kapasitas dan kemanpuan anggota intelkam dalam penguasaan


tehnik taktik pola deteksi aksi meningkat sehingga perannya dapat
dioptimalkan
b. Sarana prasarana pendukung tersedia untuk mendukung aksi
intelijen
c. Sasaran prioritas kelompok / individu yang indikasi telah
terpengaruh faham radikal meningkat
d. Tertutup peluang masuknya pengaruh faham radikal di Jombang
dan terciptanya kekebalan di masyarakat

6.3 Sasaran

a. Meningkatnya kapasitas dan kemanpuan anggota Intelkam


b. Meningkatnya sarana prasarana pendukung deteksi aksi
c. Meningkatnya stake holder kelompok rentan sasaran yang terbina
d. Terciptanya kekebalan di masyarakat dan peluang masuknya
pengaruh faham radikal tertutup .

6.4 Kebijakan

a. Meningkatkan kapasitas pengetahuan narasi dakwah dan


kemampuan tehnik gal dan kontra intelijen anggota
b. Meningkatkan stake holder kelompok sasaran prioritas yang
disentuh pola deteksi aksi
c. Meningkatkan wawasan keagamaan yang toleran, wawasan
kebangsaan dan wawasan pembangunan sasaran.
d. Meningkatkan model pengawasan dan pengendalian
- 15 -

6.5 Strategi

a. Strategi penguatan melalu pencerahan


b. Strategi penguatan jalinan pertemanan ( friendship ) dengan
sasaran
c. Strategi Pengawasan dan Pengendalian agar tidak tergalang
d. Strategi Partisipatif

6.6 Action Plan

a. Strategi 1, action plan sebagai berikut :


1) Mengintensifkan pencerahan untuk meningkatkan wawasan
pengetahuan tentang pola deteksi aksi ( gal dan kontra )
2) Mengintensifkan wawasan sasaran tugas

b. Strategi 2, action plan sebagai berikut :


1) Meningkatkan intensitas pertemuan / sentuhan ke sasaran
2) Membangun model strategi persahabatan dengan intens
berkomunikasi dengan kelompok / individu yang indikasi sudah
terpengaruh faham radikal

c. Strategi Pengawasan dan Pengendalian

1) Pengawasan melekat oleh agen pengendali ( Kasat Intelkam )


2) Pengecekan terhadap implementasi aksi intelijen oleh
pengendali

d. Strategi Partisipatif
a. Meningkatkan pencerahan tentang wawasan pemahaman
wawasan keagamaan dan pembangunan
b. Pelibatan toga tomas berpengaruh untuk peran aktif
mendukung deteksi aksi mencegah radikalisme .
c. Pelibatan unsur 3 pilar sebagai Garda terdepan untuk peran
aktif mendukung upaya pencegahan radikalisme.

B A B IV

PENUTUP

Dari Uraian dan pembahasan diatas dapat ditarik suatu kesimpulan dan
saran berkaitan dengan upaya mngoptimalkan Deteksi Aksi sebagai pola
operasional intelijen untuk mencegah ancaman pengaruh faham radikal dalam
rangka mewujudkan situasi kamtibmas yang kondusif di wilayah Jombang.
- 16 -

7.1 Kesimpulan

a. Fenomena menguatnya panetrasi gerakan radikalisme merupakan


ancaman serius terhadap NKRI, disintegrasi bangsa, ancaman
terhadap pembangunan serta ancaman terhadap masyarakat
termasuk implikasinya terhadap situasi kamtibmas.
b. Terdapat potensi kerawanan dengan indikasi adanya kelompok /
individu yang telah terkena pengaruh faham radikal di wilayah
Jombang.
c. Radikalisme adalah ideology politis yang tidak akan pernah mati,
selalu ada metamorphosis dengan berganti baju / bendera
kelompok, sehingga pola penanggulangan juga harus berkelanjutan
/ tidak temporer.
d. Suksesi kepemimpinan Pemerintahan JOKOWI-JK dengan
program NAWACITA dalam visi misi mengusung semangat revolusi
mental sebagai jalan perubahan kearah yang lebih baik.
e. Polri sebagai bagian integral dari Pemerintahan telah
menjabarkan dalam Renstra Polri 2015-2019 yang salah satu
misinya adalah Mewujudkan deteksi aksi melalui kegiatan deteksi
dini, peringatan dini dan cegah dini secara cepat akurat dan efektif
dengan sasaran meningkatnya peran intelijen dalam mendukung
upaya mengelola keamanan dan ketertiban masyarakat.
f. Kendala internal selain celah kelemahan payung hukum yang
masih potensi dimanfaatkan kelompok radikal untuk
memperjuangkan misinya dari aspek pelaksana pada tataran
tehnis wawasan dan kemampuan personil tentang pola
deteksi aksi dirasa masih belum memadai dengan factor
rata – rata personil masih terbelenggu paradigma sebagai
mata dan telinga saja dalam konteks lidik untuk mencari
informasi.
g. Pada tataran tehnis tersebut peran personil unit opsnal sebagai
agen utama menjadi sangat penting dalam implementasi deteksi
aksi sehingga diperlukan upaya – upaya pencerahan dan
peningkatan kemampuan tehnik penggalangan dan kontra intelijen
yang berbeda dengan paradigm gal dan kontra dalam Perkabik.
h. Eksistensi Kanit Intelkam Polsek Jajaran yang tersebar di
seluruh wilayah serta adanya potensi dukungan belum
dimanfaatkan optimal sebagai garda terdepan dalam upaaya
penanggulangan Radikalisme.
i. Dalam memecahkan kendala tersebut, pelibatan melalui praktek
langsung dilapangan menjadi terobosan yang cukup baik dilandasi
pemikiran pengalaman adalah guru yang terbaik.
j. Kendala eksternal, masih kuatnya kesan dan pemahaman publik
bahwa penanggulangan radikalisme adalah urusan pemerintah,
yang diwakili aparat keamanan.
- 17 -
Kondisi tersebut turut berkontribusi terhadap gagalnya skema
strategis penanggulangan radikalisme, dimana public tidak merasa
bahwa kehidupan kebangsaan di negeri ini sedang dihadapkan
pada tantangan dan problematika yang dipicu oleh menguatnya
pemahaman dan praktik radikalisme sehingga dampaknya
penanggulangan radikalisme menjadi tidak efektif.
k. Realita tersebut perlu adanya upaya merubah pemahaman
melalui pencerahan – pencerahan tentang ancaman radikalisme
sebagai tanggung jawab bersama, pada konteks ini pola deteksi
aksi dengan membangun kerjasama dan sinergi dengan toga tomas
yang memiliki pemikiran moderat menjadi sangat penting untuk
peran aktifnya memberikan pencerahan pemahaman wawasan
keagamaan, kebangsaan dan pembangunan.
l. Dalam rangka mengoptimalkan deteksi aksi sebagai pola
operasional intelijen untuk membendung faham radikal , diperlukan
upaya meningkatkan kapasitas dan kemampuan personil serta
mengoptimalkan peran dan kerjasama elemen – elemen
masyarakat

7.2 Saran / Rekomendasi

a. Saran

1) Kasat Intelkam selaku agen pengendali perlu terus


meningkatkan wawasan dan kemampuan personil unit opsnal
dalam implementasi deteksi aksi melalui pelatihan-pelatihan
rutin.
2) Mempersempit peluang masuknya faham radikal dengan
prioritas kelompok / tokoh individu yang indikasi telah
terpengaruh faham radikal.
3) Jejaring kelompok dan individu tomas / toga / toda berpengaruh
yang telah tergalang menolak faham radikal seelektif dapat
dijadikan sebagai jaringan intelijen.
4) Imbas dari hubungan tehnis friendship dengan sasaran dalam
deteksi aksi tetap perlu diantisipasi mencegah kemungkinan
agen tergalang.

b. Rekomendasi

1) Terus mengembangkan model pelatihan dengan praktek nyata


di lapangan untuk meningkatkan kemampuan personil,
2) Mengikutkan personil intelkam dalam program dikbangpers
intelijen.
3) Memanfaatkan personil yang memiliki kapabelitas, kapasitas
pengetahuan dan ketrampilan tehnis taktis intelijen memadai
berdasarkan pengalaman selama bertugas sebagai mentor.
4) Memperluas cakupan sasaran deteksi aksi terhadap kelompok /
tokoh individu yang indikasi telah terpengaruh faham radikal.
- 18 -

5) Identifikasi dan pendataan para mantan anggota Ozrmas HTI


yang bekerja di Aparatur Sipil Negara maupun instansi lain
untuk waspam dan pembinaan.
6) Penggalangan terbatas kelompok pendukung PERPPU 2 / 2017
agar dalam sikapi pro kontra tetap kedepankan etika dan
manusiawi.
7) Pembentukan dan pembinaan jaringan intelijen pada strata
tomas / toga / toda berpengaruh secara intensif untuk
membangun sinergi dan peran aktif memcegah faham radikal
masuk di lingkup masyarakat Jombang.
8) Melakukan pengawasan dan pengendalian serta evaluasi
kontinyu pelaksanaan deteksi aksi.

Demikian Karya tulis ini dibuat dengan harapan dapat memberikan


sumbangsih bahan pertimbangan dalam rangka memperkuat kapasitas
peran dan fungsi intelijen kepolisian melalui optimalisasi implementasi
deteksi aksi untuk membendung ancaman pengaruh faham radikal di
wilayah Jombang .

Jombang, September 2017

Penulis

----------------------------------

Anda mungkin juga menyukai