RENCANA PENELITIAN
Oleh:
AKADEMI KEPOLISIAN
SEMARANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1. Maraknya terjadi aksi balap liar yang dilakukan oleh remaja yang
menganggu kondisi kamtibmas di Kabupaten Ngawi terutama pada malam
hari
2. Pelaku dari aksi balap liar yang marak terjadi adalah pemuda
yang mana semestinya merupakan jam istirahat ataupun belajar bagi
remaja seusianya
3. Tempat terjadinya aksi balap liar adalah di jalan umum yang juga
merupakan jalur lalu lintas utama di Kabupaten Ngawi
4. Terganggunya kamtibmas masyarakat, karena pelaku melakukan
balap liar di waktu atau jam istirahat masyarakat
5. Adanya korban dari pelaku balap liar itu sendiri, bahkan korban
dari masyarakat yang sedang melewati jalan tersebut
6. Terjadinya peningkatan kasus balap liar di Kabupaten Ngawi
7. Perlunya upaya serius dari Sat Sabhara Polres Ngawi dalam
menangani kasus balap liar yang marak dilakukan oleh remaja di wilayah
hukum Polres Ngawi ini.
Secara teoritis manfaat yang diambil dalam penelitian ini adalah melihat
dan menilai secara objektif patrol yang dilakukan oleh Sat Sabhara Polres
Ngawi dalam mencegah aksi balap liar yang dilakukan oleh mayoritas
pemuda di Kabupaten Ngawi, guna terwujudnya harkamtibmas.
1. 6 Sistematika
Rencana penelitian ini disusun untuk memberikan gambaran
pembahasan penelitian dengan menggunakan sistematika
penulisan.Rencana penelitian ini di susun dalam 3 (tiga) bab yang setiap
bab berurutan yang saling berhubungan dan saling melengkapi.
Sistematika penulisan yang digunakan penulis mengacu pada Keputusan
Gubernur Akademi Kepolisian Nomor : Kep/193/X/2017 tentang “Petunjuk
Teknis Penyusunan dan Pembimbingan Skripsi Taruna Akpol”.
Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Identifikasi Masalah
1.3 Perumusan Masalah
1.4 Tujuan Penelitian
1.5 Manfaat Penelitian
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Kepustakaan Penelitian
2.2 Kepustakaan Konseptual
2.3 Kerangka Berpikir
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian
3.2 Fokus Penelitian
3.3 Lokasi Penelitian
3.4 Sumber Data/ Informasi
3.5 Teknik Pengumpulan Data
3.6 Validitas dan Reliabilitas
3.7 Teknik Analisis Data
3.8 Jadwal Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Penelitian oleh Tri Wardana Bhakti pada tahun 2017 dengan judul
Peranan Kepolisian Resort (Polresta) Samarinda dalam Penanggulangan
Balapan Liar di Kota Samarinda, tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui peranan Kepolisian Resor Kota (Polresta) Samarinda dalam
penanggulangan balap liar di Kota Samarinda. Kurangnya fasilitas sarana
dan prasarana seperti sirkuit untuk mengakomodir kegiatan yang bersifat
perkembangan sosiologis para pelaku balapan liar tersebut, sehingga dari
waktu ke waktu semakin banyak tindak pidana dan kejahatan yang
disebabkan oleh aksi balapan liar yang pada akhirnya semakin
meresahkan masyarakat, utamanya di Kota Samarinda, Kalimantan
Timur, pihak kepolisian sudah berupaya membubarkan balapan liar dan
menangkap para pembalapannya. Namun sepertinya hal ini belum cukup,
karena balapan liar masih terus terjadi secara rutin. Makin lama malah
aksi balapan liar semakin berani. Sebagai aparat penegak hukum yaitu
khususnya pihak kepolisian berkewajiban untuk menjaga ketertiban umum
agar tercipta keamanan dan kenyamanan dalam berlalu lintas. Dan
memberikan rasa aman pada setiap pengendara kendaraan bermotor
dengan berkomitmen penanggulangan aksi balapan liar dan menerapkan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan agar dipatuhi oleh setiap masyarakat yang
akan menggunakan jalan dan pengguna jalan umum.
Sumber : Skripsi Ronald Andry Mauboy (2022) dan skripsi Tri Wardana
Bakti (2017)
2.2.1 Konsep
Konsep digunakan guna memahami arti dari kata yang
digunakan oleh penulis dalam penelitian ini, maka disajikanlah beberapa
konsep sebagai berikut :
2.2.1.1 Konsep Efektifitas
Efektifitas merupakan hasil yang dicapai sesuai dengan keinginan,
jadi efektifitas adalah pencapaian hasil sesuai dengan harapan secara
efektif dan efisien. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud :
1995 : 628) efektifitas berasal dari kata optimal yang berarti terbaik,
tertinggi.
Eektifitas juga dimaknai sebagai ukuran dimana semua kebutuhan
dapat dipenuhi dari kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan. Menurut
Winardi (1996:363) efektifitas merupakan ukuran yang menyebabkan
suatu tujuan tercapai. Secara umum, efektifitas ialah pencarian nilai
terbaik dari yang tersedia dari beberapa fungsi yang diberikan pada suatu
konteks.
2.2.1.2 Konsep Unit
Pengertian Unit adalah merupakan suatu kesatuan yang bulat,
yang terdiri dari rangkaian bagian-bagian yang bersatu-padu dan serasi
2.2.2 Teori
Dalam rangka menganalisis hasil temuan yang terdapat pada
penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teori sebagai pisau
analisis agar hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah sebagai berikut :
2.2.2.1 Teori Manajemen
Manajemen, berasal dari kata dalam Bahasa Inggris yakni to
manage yang memiliki makna mengurus, mengatur dan mengelola.
Menurut Terry dalam Smith (2013) manajemen diartikan sebagai sebuah
proses atau kerangka kerja yang didalamnya terdapat bimbingan dan
pengarahan sekelompok orang mencapai tujuan-tujuan organisasional
atau maksud-maksud organisasi yang sudah ditetapkan.
Dalam kegiatan organisasional, akan selalu berkaitan dengan proses
manajemen atau manajerial. Seorang pemimpin akan selalu mengelola
dan mengatur jalannya organisasi, maka hal ini dimaksudkan sebagai
kegiatan memanajemen organisasi. George R. Terry menyatakan bahwa
sebuah organisasi memerlukan manajemen yang tepat guna. Dan
manajemen yang dimaksudkan ialah meliputi POAC atau planning,
organizing, actualiting, dan controlling. Dalam teori manajemen, Terry
dalam Smith (2013: 27) mengklarifikasikan manajemen sebagai berikut :
a. Planning (perencanaan)
Perencanaan merupakan penetapan langkah-langkah yang harus
dilaksanakan untuk mencapai tujuan dalam sebuah organisasi.
Perencanaan juga meliputi kegiatan pengambilan keputusan karena
termasuk sebagai upaya melakukan pemilihan alternative keputusan
dalam sebuah organisasi. Diperlukan kemampuan untuk dapat
memvisualisasikan kondisi yang akan datang untuk dapat merumuskan
pola tindakan untuk saat ini dan masa mendatang.
b. Organizing (pengorganisasian)
Pengorganisasian merupakan kegiatan pembagian komponen kegiatan
yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan ke berbagai kelompok tugas.
Pengelompokan tersebut akan membantu penetapan wewenang di
antara unit tugas dalam sebuah organisasi. Pengorganisasian akan
selalu berkaitan dengan manusia sehingga pembagian tugasnya
kedalam masing-masing unit organisasi akan selalu berada dalam
unsur organizing. Dalam setiap kejadian, pengorganisasian akan
menghasilkan peranan kerja dalam struktur yang formal dan dirancang
untuk memungkinkan manusia bekerja sama secara efektif untuk dapat
mencapai tujuan bersama.
c. Actuating (menggerakkan)
Proses menggerakkan ini kegiatan yang dilakukan oleh seorang
manajer untuk mengawali dan kemudian melanjutkan kegiatan yang
telah ditetapkan pada tahap perencanaan dan pengorganisasian agar
dapat mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Actuating juga termasuk
penetapan dan pemuasan kebutuhan manusiawi dari anggota
organisasinya. Actuating juga mencakup tentang bagaimana memberi
penghargaan, memimpin dan mengembangkan dan memberi
kompensasi kepada anggota organisasi.
d. Controling (pengawasan)
Setelah melakukan proses-proses mulai dari perencanaan,
pengelompokan dan penggerakan maka kelanjutannya ialah
mengevaluasi proses yang sudah dilakukan dan penyimpangan tidak
diinginkan yang sekiranya terjadi selama proses pencapaian tujuan
organisasi berlangsung. Adanya evaluasi diperlukan untuk
mengadakan perbaikan atas hal-hal yang taik berjalan sesuai rencana
yang sudah ditetapkan. Hal ini mencakup pengubahan rencana, tujuan,
re-arranging tugas dan wewenang, dan perubahan ini dilakukan melalui
manusianya.
Terry yang dikutip oleh Smith (2013: 67) dalam buku “Prinsip-prinsip
manajemen” menegemukakan 5 unsur manajemen, yaitu:
1. Manusia (Man)
Hal ini merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh
organisasi. Dalam mengelola organisasi, factor manusia paling
menentukan proses jalannya sebuah organisasi. SDM yang dimiliki oleh
organisasi akan menentukan bagaimana proses pencapaian tujuan
karena proses kerja dilakukan oleh SDM yang dimiliki organisasi. Dari
sini dapat diketahui proses manajemen timbul karena adanya SDM
yang bekerjasama untuk mencapai tujuan organisasi.
2. Uang (Money)
Uang ialah salah satu unsur manajemen yang tidak dapat digantikan
karena peran uang sebagai pendukung dalam setiap pelaksanaan
kegiatan. Tentunya hal ini berkaitan dengan bagaimana membiayai
upah pegawai, memfasilitasi organisasi dengan sarana dan prasarana
yang mendukung SDM untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
3. Sarana dan prasarana (MateriaI)
Sarana dan prasarana yang mendukung juga termasuk hal yang dapat
digunakan untuk mendukung kinerja anggota atau SDM organisasi.
Dengan adanya SDM yang mumpuni tanpa adanya sarana dan
prasarana yang mendukung tentunya pencapaian tujuan tidak akan
maksimal. Namun apabila SDM organisasi yang berkualitas baik
disertai dengan dukungan sarana dan prasarana yang mendukung
maka pencapaian tujuan organisasi akan maksimal.
4. Metode (Method)
Metode merupakan penetapan cara pelaksanaan suatu tugas dengan
memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran,
fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta uang dan
kegiatan usaha.
5. Pasar (Market)
Market, dihubungkan sebagai lingkungan sosial masyarakat yang
merasakan dampak dari suatu permasalahan.
2.2.2.2 Teori Peran
Teori peran adalah pandangan dalam sosiologi dan psikologi sosial
yang mengasumsikan bahwa sebagian besar aktivitas sehari-hari
dilakukan oleh kategori yang ditentukan secara sosial (misalnya ibu,
manajer, guru). Setiap peran sosial adalah seperangkat hak, kewajiban,
harapan, norma, dan perilaku yang harus dihadapi dan dilakukan
seseorang. Model ini didasarkan pada pengamatan bahwa orang
berperilaku dengan cara yang dapat diprediksi, dan bahwa perilaku
seseorang tergantung pada lingkungan, status sosial, dan faktor lainnya.
Teater adalah metafora yang sering digunakan untuk menggambarkan
teori peran.
Meskipun kata "peran" telah ada dalam berbagai bahasa Eropa
selama berabad-abad, sebagai konsep sosiologis tidak muncul sampai
tahun 1920-an dan 1930-an. Istilah ini menjadi terkenal dalam penelitian
sosiologis melalui karya teoretis Mead, Moreno, dan Linton. Dua konsep
Mead, pikiran dan diri, adalah pendahulu dari teori peran. Tergantung
sudut pandang umum terhadap tradisi teoretis, ada serangkaian "jenis"
dalam teori peran.
Teori ini menempatkan persoalan-persoalan berikut mengenai
perilaku sosial:
1. Pembagian buruh dalam masyarakat membentuk interaksi di antara posisi
khusus heterogen yang disebut peran;
2. Peran sosial mencakup bentuk perilaku "wajar" dan "diizinkan", dibantu
oleh norma sosial, yang umum diketahui dan karena itu mampu
menentukan harapan;
3. Peran ditempati oleh individu yang disebut "aktor";
4. Ketika individu menyetujui sebuah peran sosial (yaitu ketika mereka
menganggap peran tersebut "sah" dan "konstruktif"), mereka akan
memikul beban untuk menghukum siapapun yang melanggar norma-
norma peran;
5. Kondisi yang berubah dapat mengakibatkan suatu peran sosial dianggap
kedaluwarsa atau tidak sah, yang dalam hal ini tekanan sosial
berkemungkinan untuk memimpin perubahan peran;
6. Antisipasi hadiah dan hukuman, serta kepuasan bertindak dengan cara
prososial, menjadi sebab para agen patuh terhadap persyaratan peran.
Dalam hal perbedaan teori peran, di satu sisi ada pandangan yang
lebih fungsional, yang dapat dibedakan dari pendekatan tingkat yang lebih
mikro dari tradisi interaksionis simbolik. Jenis teori peran ini
menggambarkan dampak dari perilaku individu yang saling berhubungan
pada masyarakat, dan bagaimana perspektif teori peran dapat diuji secara
empiris. Kunci untuk memahami teori ini adalah bahwa konflik peran
terjadi ketika seseorang diharapkan memainkan banyak peran pada saat
yang sama, yang mengarah pada ekspektasi yang saling bertentangan.
Teori pencegahan kejahatan
2. Secondary prevention
Yaitu sedini mungkin melakukan identifikasi pelaku-pelaku yang
potensial dan melakukan intervensi sebelum pelaku terlibat dalam
kejahatan.Kegiatan ini meliputi berbagai bentuk pembinaan masyarakat
terhadap pemuda,pecandu narkoba maupun mantan pelaku
kejahatan.Kegiatan-kegiatan ini menjadi tugas dan terutama dilakukan
oleh unit pembinaan masyarakat polri maupun berbagai lembaga
pemerintah,agama maupun organisasi kemasyakaratan lainnya.
3. Tertiary Prevention
Yaitu kegiatan-kegiatan yang ditujukan untuk melakukan tindakan
terhadap pelaku setelah terjadinya kejahatan,yaitu proses
penyelidikan,penyidikan,penuntutan dan penghukuman terhadap pelaku
kejahatan oleh sistem peradilan pidana.
Pada penelitian ini penulis hanya membatasi pada pencegahan
primer sebagai Tindakan preventif pada jenis kejahatan tindak pidana
curanmor pada wilayah hukum Polsek Genuk.
Inovasi adalah ide, praktik, atau objek baru yang dirasakan oleh
manusia atau unit adopsi lainnya. Teori ini menyatakan bahwa inovasi
menyebar ke seluruh masyarakat dalam pola yang dapat diprediksi.
Beberapa orang mengadopsi inovasi segera setelah mereka
mendengarnya. Dan beberapa kelompok masyarakat lainnya
membutuhkan waktu lama untuk mengadopsi inovasi. Ketika sebuah
inovasi diadopsi secara luas oleh banyak orang, itu bisa dikatakan
eksplosif.Rogers juga mengungkapkan bahwa ada 4 (empat) elemen
pokok
baru oleh seseorang. Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur secara
harus suatu hal yang baru diciptakan atau murni hal yang baru,
melainkan bisa juga merupakan modifikasi dari hal yang sudah ada
Teori Kontrol Sosial, Ada tiga komponen dari kontrol sosial yaitu
kurangnya kontrol internal yang wajar selama masih anak-anak,
hilangnya kontrol tersebut dan tidak adanya norma-norma sosial atau
konflik norma-norma yang dimaksud. Ada dua macam kontrol yaitu
personal kontrol dan sosial kontrol. Personal kontrol (internal kontrol)
adalah kemampuan seseorang untuk menahan diri agar seseorang
tidak mencapai kebutuhannya dengan cara melanggar norma yang
berlaku dalam masyarakat. Sedangkan Kontrol Sosial (eksternal kontrol
adalah kemampuan kelompok sosial atau lembaga dalam masyarakat
untuk melaksanakan norma- norma atau peraturan menjadi efektif.
(Atmasasmita dalam Widiasari, 2015:22)
IN STRUMENTAL INPUT
FAKTOR EKSTERNAL
FAKTOR INTERNAL
Faktor Sosial (lingkungan
SDM, ANGGARAN, SARPRAS
masyarakat)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.5.1 Wawancara
Wawancara merupakan percakpan dengan maksud tertentu.
Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (yang
mengajukan pertanyaan) dan informan (yang memberikan jawaban atas
pertanyaan). Pada penelitian kualitatif, identitas dan peran informan serta
informasi yang disampaikan menjadi hal yang sangat berharga sehingga
informasi tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan. Identitas dan
informasi dapat dibuka atau tertutup untuk umum. Identitas informan dapat
dibuka selama informan sepakat.
Saat melakukan wawancara, pewawancara harus mempersiapkan
poin – poin pertanyaan kemudian dikembangkan sebelum diajukan
kepada narasumber. Selain itu, sikap, etika, dan penggunaan bahsa saat
wawancara juga harus diperhatikan. Sikap harus menunjukan keseriusan
dan minat untuk menerima jawaban – jawaban dari setiap pertanyaan
yang diajukan dengan memperhatikan serta fokus kepada narasumber.
Saat mengawali wawancara ucapkan terimakasih kepada narasumber
atas kesediannya untuk meluangkan waktunya untuk diwawancarai
kemudian tanyakan hal – hal yang bersifat sapaan ringan seperti kondisi
narasumber, setelah itu ajukan pertanyaan – pertanyaan yang telah
disiapkan. Pertanyaan yang diberikan sebaiknya tidak bersifat pribadi
yang menyebabkan narasumber tidak nyaman untuk mengutarakan
pendapatnya. Terakhir ucapkan terima kasih kepada narasumber bila
perlu disertai dengan pemberian ucapan terima kasih. Teknik wawancara
menggunakan alat bantu seperti pedoman wawancara sebagai panduan
dalam pelaksanaan wawancara dan alat perekam untuk merekam
jawaban – jawaban dari narasumber yang tidak tercatat saat proses
wawancara.
3.5.2 Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan sengaja, sistematis mengenai fenomena sosial dan gejala sosial
untuk kemudian dilakukan pencatatan. Observasi yakni salah satu teknik
pengumpulan data yang tidak hanya mengukur prilaku responden
(wawancara dan angket) namun dapat digunakan juga untuk mencatat
berbagai fenomena yang terjadi. Penelitian ini akan dilakukan dengan
langsung terjun ke lapangan menjadi partisipan pengamat untuk
menemukan dan mendapatkan data yang berkaitan dengan fokus dari
penelitian. Pengamatan dimanfaatkan karena teknik pengamatan ini
didasarkan atas pengalaman secara langsung. Observasi adalah
instrumen penelitian yang bermafaat ketika teknik komunikasi lainnya
tidak mungkin untuk dilakukan pada kasus – kasus tertentu. Fokus dalam
observasi penlitian kualitatif pada dasarnya sudah ditentukan sejak
penelitian di rencanakan dan merupakan satu unsur penelitian yang
penting. Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk menjawab
permasalahan terkait Efektifitas Patroli Sat Sabhara dalam pencegahan
aksi balap liar oleh Remaja untuk mewujudkan Harkamtibmas di wilayah
hukum Polres Ngawi
Obeservasi sebagai metode penelitian berbeda dengan observasi yang
dilakukan pada kegiatan sehari-hari. Observasi sebagai metode penelitian
menuntut dipenuhinya syarat – syarat tertentu yang merupakan jaminan
bahwa hasil pengamatan harus sesuai kenyataan yang menjadi fokus
penelitian dan fokus observasi harus dibatasi agar tidak timbul kendala –
kendala dalam menentukan apa yang menjadi fokus untuk diamati dengan
seksama dan apa yang harus diabaikan.
3.6 Validitas
Validitas memuat uraianan tentang cara untuk memperoleh
keabsahan data. Validitas digunakan untuk mengetahui akurat data yang
menggunakan pendekatan kualitatif. Kofermabilitas, trasformabilitas, dan
trianggulasi adalah cara untuk mengetahui kearutan data. Trianggulasi
adalah teknik pemeriksaan keabsahan data menggunakan data lain.
Diluar itu data untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap
data tersebut. Teknik trianggulasi yang paling banyak digunakan yaitu
pemeriksaan melalui sumber lain (Moleong, 2007;330). Teknik ini akan
digunakan dalam penelitian karena sumber data yang digunakan bersifat
beragam. Moleong (2007:332) mengatakan bahwa dengan kata lain,
trianggulasi digunakan untuk mengoreksi temuannya melalui jalan
memandingkannya dengan banyak sumber, metode, atau teori.
Maka penelitaian dapat ditentukan keabsahan dan vadilitasnya
dengan cara mengajukan berbagai variasi pertanyaan, mengeceknya
dengan berbagai sumber, dan memanfaatkan berbagai metode supaya
pengecekkan dapat dilakukan.
Kegiatan Hari ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Observasi X X X X X X X
Studi X X X X X X
dokumen
Evaluasi X X
Jadwal Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Budi Rizki H, dan Rini Fathonah, 2014, Studi Lembaga Penegak Hukum,
Bandar Lampung: Justice Publisher.R.Terry, George dan Leslie W.Rue.
“Dasar-Dasar Manajemen”. Jakarta: Bumi Aksara, 2010
Sonny Hendra Septian (2017). “Remaja dalam Fenomena Balap Liar”. Jurnal
Ilmiyah
Malak Winda Iffahsari, Budi Purwoko. (2016). “Studi Tentang Motivasi Belajar
Pada Siswa Penggemar Balap Motor Liar di Kecematan Krembung”.
Jurnal BK UNESA