terhadap semua bentuk pungutan liar (pungli), pemalakan dan aksi premanisme lainnya.
Pasalnya beberapa hari yang lalu Kapolri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo mendapat
telepon langsung dari Presiden Jokowi terkaitnya maraknya pungli dan pemalakan yang
dialami para sopir kontainer di wilayah Tanjung Priok. Sebagaimana yang diungkapkan
oleh beberapa sopir kontainer di Pelabuhan Tanjung Priok yang seringkali menjadi
Sudah seharusnya negara tidak boleh kalah dengan preman dan berkewajiban
menciptakan rasa aman terhadap masyarakatnya. Sudah tentu tidak hanya sopir yang
menjadi korban melainkan masyarakat luas pun seringkali menjadi korban aksi
kerjanya.
umum yang ramai dikunjungi masyarakat,seperti pelabuhan, terminal, pasar dan tempat
umum lainnya. Lokasi tersebut disinyalir sebagai tempat yang sangat rawan terjadinya
tindak premanisme atau kejahatan jalanan (street crime). Targetnya adalah preman, pak
Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan Dinas Sosial setempat. Hal ini dimaksudkan selain
untuk memberikan rasa keamanan terhadap masyarakat dan menekan jumlah angka
kriminalitas, juga yang lebih pentinga adalah mencari akar permasalahan dan solusinya.
Ribuan preman yang terdiri atas pak ogah, tukang parrkir dan sabagainya telah
berhasil ditangkap di beberapa wilayah di seluruh Indonesia.. Jika seluruh preman yang
tertangkap harus menjalani penyidikan dan proses hukum tentu kapasitas lembaga
pemasyarakatan atau rumah tahanan akan overload. Sehingga perlu penanganan lebih
lanjut yang melibatkan pihak lain seperti Kementerian Sosial dan lainnya.
Oleh karenanya perlu dilakukan pemilahan terkait tingkat kesalahan yang telah
dilakukan. Pembinaan adalah salah satu yang dapat dilakukan dalam mencari solusinya
atas merebaknya aksi premanisme. Karena segala bentuk premanisme kada juga terkait
Masalah premanisme dan PMKS tentu tidak saja dialami oleh Kota Jakarta, melainkan
pemberantasan segala bentuk premanisme jika tidak dilakukan secara rutin dan terus
menerus. Jangan sampai razia preman ini hanya sebagai shock theraphy atas respon dari
Kita juga berharap razia preman dapat terus digencarkan sehingga tidak ada
celah dan ruang untuk terjadinya segala bentuk pungli, pemerasan dan aksi premanisme
lainnya. Namun jangan juga pihak kepolisian hanya fokus terhadap premanisme dan
kejahatan jalanan. Sementara koruptor yang menjadi penyakit kronis negara ini dan
tetap saja terpelihara dan tumbuh subur di kalangan masyarakat tingkat atas, instansi
pemerintahan dan bahkan bercokol di antara para anggota legislatif dan kepolisian
sendiri. Oleh karenanya pihak kepolisisan yang telah menabuh genderang perang
melawan preman hendakanya tidak hanya sebatas untuk para preman di pinggir jalanan.
Melainkan juga menyentuh para preman berdasi dan berseragam yang justru
telah membuat bangsa ini terpuruk. Dengan kata lain polisi juga harus berani
memberantas kejahatan yang dilakukan kelompok white collar crime bukan hanya blue
collar crime.
Jadi bukan saja preman jalanan yang menjadi targetnya tapi juga yang lebih
penting budaya premanisme yang ada disekeliling kita yang harus dikikis habis. Bukan
tidak mungkin jika hanya preman jalanan yang menjadi target maka setelah polisi
menghentikan operasinya, para preman kembali beraksi dengan lebih brutal. Karena
Kepolisian bukanlah institusi yang harus mengatasi akar permasalahan itu, yang
ada dibenak polisi hanyalah siapa yang melanggar hukum atau mengganggu ketertiban
Tentu budaya premanisme tak selalu diidentikan dengan kondisi ekonomi atau
tingkat kesejahteraaan seseorang. Saat ini rasanya banyak sekali para preman yang
secara ekonomi telah mapan, dengan tingkat kesejahteraan yang baik. Lihat saja
mewah untuk melakukan aksinya. Terlebih lagi bagi para preman berdasi dan
berseragam, tentu kondisi ekonomi bukanlah suatu alasan atau motif dalam melakukan
aksi premanismenya.
terjurumus dalam budaya premanisme. Untuk masalah seperti ini tententulah sistem
pendidikan yang harus kembali melakukan kajian-kajian ulang mengenai kebijakan
bahan renungan bagi dunia pendidikan kita. Diantanya adalah sudah seberapa besarkah
bagian dari budaya masyarakat bangsa ini. Namun kita dapat menekan ruang geraknya
dilihat dari berbagai sisi, yaitu kriminologi, sosiologis, ekonomi, psikologi atau ilmu
sosial lainnya. Karena aksi premanisme telah merambah ke berbagai aspek kehidupan
masyarakat, politik, ekonomi, sosial dan budaya. Masyarakat perlu mendukung dan
Penulis adalah praktisi pendidikan, penulis buku Quo Vadis Pendidikan Kita ?