Anda di halaman 1dari 4

Memberantas (Budaya) Premanisme

Oleh : Indra Yusuf

Kepolisian di seluruh Indonesia saat ini sedang gencar melakukan operasi

terhadap semua bentuk pungutan liar (pungli), pemalakan dan aksi premanisme lainnya.

Pasalnya beberapa hari yang lalu Kapolri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo mendapat

telepon langsung dari Presiden Jokowi terkaitnya maraknya pungli dan pemalakan yang

dialami para sopir kontainer di wilayah Tanjung Priok. Sebagaimana yang diungkapkan

oleh beberapa sopir kontainer di Pelabuhan Tanjung Priok yang seringkali menjadi

korban aksi premanisme.

Sudah seharusnya negara tidak boleh kalah dengan preman dan berkewajiban

menciptakan rasa aman terhadap masyarakatnya. Sudah tentu tidak hanya sopir yang

menjadi korban melainkan masyarakat luas pun seringkali menjadi korban aksi

premanisme seperti pungli dan pemalakan baik dijalanan, maupun di lingkungan

kerjanya.

Oleh karenanya sasaran razia premanisme dilakukan ke sejumlah tempat-tempat

umum yang ramai dikunjungi masyarakat,seperti pelabuhan, terminal, pasar dan tempat

umum lainnya. Lokasi tersebut disinyalir sebagai tempat yang sangat rawan terjadinya

tindak premanisme atau kejahatan jalanan (street crime). Targetnya adalah preman, pak

ogah, tukang parkit liar dan para pengamen jalanan.

Razia yang dilakukan hendaknya dapat bekerjasama antara Kepolisian, Satuan

Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan Dinas Sosial setempat. Hal ini dimaksudkan selain

untuk memberikan rasa keamanan terhadap masyarakat dan menekan jumlah angka

kriminalitas, juga yang lebih pentinga adalah mencari akar permasalahan dan solusinya.
Ribuan preman yang terdiri atas pak ogah, tukang parrkir dan sabagainya telah

berhasil ditangkap di beberapa wilayah di seluruh Indonesia.. Jika seluruh preman yang

tertangkap harus menjalani penyidikan dan proses hukum tentu kapasitas lembaga

pemasyarakatan atau rumah tahanan akan overload. Sehingga perlu penanganan lebih

lanjut yang melibatkan pihak lain seperti Kementerian Sosial dan lainnya.

Oleh karenanya perlu dilakukan pemilahan terkait tingkat kesalahan yang telah

dilakukan. Pembinaan adalah salah satu yang dapat dilakukan dalam mencari solusinya

atas merebaknya aksi premanisme. Karena segala bentuk premanisme kada juga terkait

dengan masyarakat yang tergolong penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS).

Masalah premanisme dan PMKS tentu tidak saja dialami oleh Kota Jakarta, melainkan

hampir seluruh kota di Indonesia.

Akankah pihak pemerintah khususnya pihak Kepolisian dan Kementerian Sosial

mampu mengatasi permasalahan premanisme, PMKS serta menurunkan tingkat

kriminalitas dijalanan ? Banyak kalangan yang meragukan keberhasilan upaya

pemberantasan segala bentuk premanisme jika tidak dilakukan secara rutin dan terus

menerus. Jangan sampai razia preman ini hanya sebagai shock theraphy atas respon dari

diteleponya Kapolri oleh Presisden.

Kita juga berharap razia preman dapat terus digencarkan sehingga tidak ada

celah dan ruang untuk terjadinya segala bentuk pungli, pemerasan dan aksi premanisme

lainnya. Namun jangan juga pihak kepolisian hanya fokus terhadap premanisme dan

kejahatan jalanan. Sementara koruptor yang menjadi penyakit kronis negara ini dan

pemicu tingginya kemiskinan tidak tersentuh hukum.

Alih-alih menghilangkan preman jalanan namun budaya premanisme

tetap saja terpelihara dan tumbuh subur di kalangan masyarakat tingkat atas, instansi

pemerintahan dan bahkan bercokol di antara para anggota legislatif dan kepolisian
sendiri. Oleh karenanya pihak kepolisisan yang telah menabuh genderang perang

melawan preman hendakanya tidak hanya sebatas untuk para preman di pinggir jalanan.

Melainkan juga menyentuh para preman berdasi dan berseragam yang justru

telah membuat bangsa ini terpuruk. Dengan kata lain polisi juga harus berani

memberantas kejahatan yang dilakukan kelompok white collar crime bukan hanya blue

collar crime.

Jadi bukan saja preman jalanan yang menjadi targetnya tapi juga yang lebih

penting budaya premanisme yang ada disekeliling kita yang harus dikikis habis. Bukan

tidak mungkin jika hanya preman jalanan yang menjadi target maka setelah polisi

menghentikan operasinya, para preman kembali beraksi dengan lebih brutal. Karena

memang akar permasalahannya sendiri belum bisa diatasi sepenuhnya.

Kepolisian bukanlah institusi yang harus mengatasi akar permasalahan itu, yang

ada dibenak polisi hanyalah siapa yang melanggar hukum atau mengganggu ketertiban

adalah tugasnya untuk menghentikannya. Pemerintahlah yang mempunyai wewenang

sekaligus tanggung jawab untuk mengatasi masalah kesejahteraan rakyatnya, yang

diduga sebagai sumber uatama dari masalah premanisme.

Tentu budaya premanisme tak selalu diidentikan dengan kondisi ekonomi atau

tingkat kesejahteraaan seseorang. Saat ini rasanya banyak sekali para preman yang

secara ekonomi telah mapan, dengan tingkat kesejahteraan yang baik. Lihat saja

pimpinan kelompok preman di ibukota yang selalu mengendarai mobil-mobil cukup

mewah untuk melakukan aksinya. Terlebih lagi bagi para preman berdasi dan

berseragam, tentu kondisi ekonomi bukanlah suatu alasan atau motif dalam melakukan

aksi premanismenya.

Keserakahan dan integritas moral yang rendah, telah menyebabkannya

terjurumus dalam budaya premanisme. Untuk masalah seperti ini tententulah sistem
pendidikan yang harus kembali melakukan kajian-kajian ulang mengenai kebijakan

sistem pendidikan yang telah dijalankan. Ada pertanyaan-pertanyaan yang menjadi

bahan renungan bagi dunia pendidikan kita. Diantanya adalah sudah seberapa besarkah

peranan pendidikan dalam menciptakan manusia yang paripurna? Sudahkah pendidikan

mampu memanusiakan manusia?

Meski budaya premanisme sulit dihilangkan karena agaknya telah menjadi

bagian dari budaya masyarakat bangsa ini. Namun kita dapat menekan ruang geraknya

sesempit mungkin. Mempersempit ruang gerak premanisme berarti memperketat

pengawasan terhadap korupsi, kekerasan dan berupaya untuk terus meningkatkan

kesejahteraan. Karena persoalan preman dan budaya premanisme sangatlah kompleks

dan jelas bukan monopoli tanggung jawab polisi saja.

Bagaimanpun premanisme merupakan gejala kriminal khusus yang dapat

dilihat dari berbagai sisi, yaitu kriminologi, sosiologis, ekonomi, psikologi atau ilmu

sosial lainnya. Karena aksi premanisme telah merambah ke berbagai aspek kehidupan

masyarakat, politik, ekonomi, sosial dan budaya. Masyarakat perlu mendukung dan

berani melawan terhadap segala bentuk budaya premanisme.

Penulis adalah praktisi pendidikan, penulis buku Quo Vadis Pendidikan Kita ?

Alamat : Jl Majalengka No 11 Nuansa Majasem Kota Cirebon 45135


No HP 081324229522

Anda mungkin juga menyukai