TINJAUAN PUSTAKA
2. Penelitian oleh Tri Wardana Bhakti pada tahun 2017 dengan judul
Peranan Kepolisian Resort (Polresta) Samarinda dalam Penanggulangan
Balapan Liar di Kota Samarinda, tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui peranan Kepolisian Resor Kota (Polresta) Samarinda dalam
penanggulangan balap liar di Kota Samarinda. Kurangnya fasilitas sarana
dan prasarana seperti sirkuit untuk mengakomodir kegiatan yang bersifat
perkembangan sosiologis para pelaku balapan liar tersebut, sehingga dari
waktu ke waktu semakin banyak tindak pidana dan kejahatan yang
disebabkan oleh aksi balapan liar yang pada akhirnya semakin
meresahkan masyarakat, utamanya di Kota Samarinda, Kalimantan
Timur, pihak kepolisian sudah berupaya membubarkan balapan liar dan
menangkap para pembalapannya. Namun sepertinya hal ini belum cukup,
karena balapan liar masih terus terjadi secara rutin. Makin lama malah
aksi balapan liar semakin berani. Sebagai aparat penegak hukum yaitu
khususnya pihak kepolisian berkewajiban untuk menjaga ketertiban umum
agar tercipta keamanan dan kenyamanan dalam berlalu lintas. Dan
memberikan rasa aman pada setiap pengendara kendaraan bermotor
dengan berkomitmen penanggulangan aksi balapan liar dan menerapkan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan agar dipatuhi oleh setiap masyarakat yang
akan menggunakan jalan dan pengguna jalan umum.
2.2.1 Konsep
Konsep digunakan guna memahami arti dari kata yang
digunakan oleh penulis dalam penelitian ini, maka disajikanlah beberapa
konsep sebagai berikut :
2.2.1.1 Konsep Optimalisasi
Optimalisasi merupakan hasil yang dicapai sesuai dengan keinginan,
jadi optimalisasi adalah pencapaian hasil sesuai dengan harapan secara
efektif dan efisien. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud :
1995 : 628) optimalisasi berasal dari kata optimal yang berarti terbaik,
tertinggi.
Optimalisasi juga dimaknai sebagai ukuran dimana semua
kebutuhan dapat dipenuhi dari kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan.
Menurut Winardi (1996:363) optimalisasi merupakan ukuran yang
menyebabkan suatu tujuan tercapai. Secara umum, optimalisasi ialah
pencarian nilai terbaik dari yang tersedia dari beberapa fungsi yang
diberikan pada suatu konteks.
2.2.1.2 Konsep Unit
Pengertian Unit adalah merupakan suatu kesatuan yang bulat,
yang terdiri dari rangkaian bagian-bagian yang bersatu-padu dan serasi
2.2.1.3 Konsep Patroli
Patroli adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencegah dan
menindak gangguan atau pelanggaran hukum dalam rangka memelihara
dan meningkatkan atau meningkatkan tertib hukum di Wilayah Yurisdiksi
dan Wilayah Perairan Indonesia, beberapa contoh patrol yakni sebagai
berikut :
a. Melaksanakan kunjungan / sambang kepada masyarakat untuk :
1. Mendengarkan keluhan warga masyarakat tentang permasalahan
kamtibmas dan memberikan penjelasan serta
penyelesaiannya.
2.Memellihara hubungan silaturahmi / persaudaraan.
b.Membimbing dan menyuluh di bidang hukum dan Kamtibmas
untuk meningkatkan kesadaran hukum dan Kamtibmas dengan
menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM).
c. Menyebarluaskan informasi tentang kebijakan pimpinan Polri
berkaitan dengan Pemeliharaan Keamanan dan Ketertiban
Masyarakat (Harkamtibmas).
d.Mendorong pelaksanaan siskamling dalam pengamanan
lingkungan dan kegiatan masyarakat.
e. Memberikan pelayan kepolisian kepada masyarakat yang
membutuhkan.
f. Menggerakan kegiatan masyarakat yang bersifat positif.
g.Mengkoordinasikan upaya pembinaan kamtibmas dengan p
erangkat desa / kelurahan dan pihak-pihak terkait lainnya; dan
h.Melaksanakan konsultasi, mediasi, negosiasi, fasilitasi, motivas
i kepada masyarakat dalamharkamtibmas dan pemecahan
masalah kejahatan dan sosial.
2.2.1.4 Konsep Sat Samapta
Satuan Samapta Bhayangkara di singkat Sat Sabhara adalah unsur
pembantu pimpinan dan pelaksana staf polres/ta yang berada
dibawah Kapolres. Sat Sabhara di pimpin oleh Kepala Satuan Samapta
Bhayangkara di singkat Kasat Sabhara yang dalam pelaksanaan tugasnya
bertanggungjawab kepada Kapolresta. Sat Sabhara dalam tugas dan
tanggungjawabnya sehari hari dibantu oleh Kaur Bin Ops, Panit Patroli,
Danton Patroli, dan Kompi Dalmas, dan Ton Dalmas, Bamin Sabhara,
Banum Sabhara dan Driver Sabhara.
2.2.2 Teori
Dalam rangka menganalisis hasil temuan yang terdapat pada
penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teori sebagai pisau
analisis agar hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah sebagai berikut :
2.2.2.1 Teori Manajemen
Manajemen, berasal dari kata dalam Bahasa Inggris yakni to
manage yang memiliki makna mengurus, mengatur dan mengelola.
Menurut Terry dalam Smith (2013) manajemen diartikan sebagai sebuah
proses atau kerangka kerja yang didalamnya terdapat bimbingan dan
pengarahan sekelompok orang mencapai tujuan-tujuan organisasional
atau maksud-maksud organisasi yang sudah ditetapkan.
Dalam kegiatan organisasional, akan selalu berkaitan dengan proses
manajemen atau manajerial. Seorang pemimpin akan selalu mengelola
dan mengatur jalannya organisasi, maka hal ini dimaksudkan sebagai
kegiatan memanajemen organisasi. George R. Terry menyatakan bahwa
sebuah organisasi memerlukan manajemen yang tepat guna. Dan
manajemen yang dimaksudkan ialah meliputi POAC atau planning,
organizing, actualiting, dan controlling. Dalam teori manajemen, Terry
dalam Smith (2013: 27) mengklarifikasikan manajemen sebagai berikut :
a. Planning (perencanaan)
Perencanaan merupakan penetapan langkah-langkah yang harus
dilaksanakan untuk mencapai tujuan dalam sebuah organisasi.
Perencanaan juga meliputi kegiatan pengambilan keputusan karena
termasuk sebagai upaya melakukan pemilihan alternative keputusan
dalam sebuah organisasi. Diperlukan kemampuan untuk dapat
memvisualisasikan kondisi yang akan datang untuk dapat merumuskan
pola tindakan untuk saat ini dan masa mendatang.
b. Organizing (pengorganisasian)
Pengorganisasian merupakan kegiatan pembagian komponen kegiatan
yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan ke berbagai kelompok tugas.
Pengelompokan tersebut akan membantu penetapan wewenang di
antara unit tugas dalam sebuah organisasi. Pengorganisasian akan
selalu berkaitan dengan manusia sehingga pembagian tugasnya
kedalam masing-masing unit organisasi akan selalu berada dalam
unsur organizing. Dalam setiap kejadian, pengorganisasian akan
menghasilkan peranan kerja dalam struktur yang formal dan dirancang
untuk memungkinkan manusia bekerja sama secara efektif untuk dapat
mencapai tujuan bersama.
c. Actuating (menggerakkan)
Proses menggerakkan ini kegiatan yang dilakukan oleh seorang
manajer untuk mengawali dan kemudian melanjutkan kegiatan yang
telah ditetapkan pada tahap perencanaan dan pengorganisasian agar
dapat mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Actuating juga termasuk
penetapan dan pemuasan kebutuhan manusiawi dari anggota
organisasinya. Actuating juga mencakup tentang bagaimana memberi
penghargaan, memimpin dan mengembangkan dan memberi
kompensasi kepada anggota organisasi.
d. Controling (pengawasan)
Setelah melakukan proses-proses mulai dari perencanaan,
pengelompokan dan penggerakan maka kelanjutannya ialah
mengevaluasi proses yang sudah dilakukan dan penyimpangan tidak
diinginkan yang sekiranya terjadi selama proses pencapaian tujuan
organisasi berlangsung. Adanya evaluasi diperlukan untuk
mengadakan perbaikan atas hal-hal yang taik berjalan sesuai rencana
yang sudah ditetapkan. Hal ini mencakup pengubahan rencana, tujuan,
re-arranging tugas dan wewenang, dan perubahan ini dilakukan melalui
manusianya.
Terry yang dikutip oleh Smith (2013: 67) dalam buku “Prinsip-prinsip
manajemen” menegemukakan 5 unsur manajemen, yaitu:
1. Manusia (Man)
Hal ini merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh
organisasi. Dalam mengelola organisasi, factor manusia paling
menentukan proses jalannya sebuah organisasi. SDM yang dimiliki oleh
organisasi akan menentukan bagaimana proses pencapaian tujuan
karena proses kerja dilakukan oleh SDM yang dimiliki organisasi. Dari
sini dapat diketahui proses manajemen timbul karena adanya SDM
yang bekerjasama untuk mencapai tujuan organisasi.
2. Uang (Money)
Uang ialah salah satu unsur manajemen yang tidak dapat digantikan
karena peran uang sebagai pendukung dalam setiap pelaksanaan
kegiatan. Tentunya hal ini berkaitan dengan bagaimana membiayai
upah pegawai, memfasilitasi organisasi dengan sarana dan prasarana
yang mendukung SDM untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
3. Sarana dan prasarana (MateriaI)
Sarana dan prasarana yang mendukung juga termasuk hal yang dapat
digunakan untuk mendukung kinerja anggota atau SDM organisasi.
Dengan adanya SDM yang mumpuni tanpa adanya sarana dan
prasarana yang mendukung tentunya pencapaian tujuan tidak akan
maksimal. Namun apabila SDM organisasi yang berkualitas baik
disertai dengan dukungan sarana dan prasarana yang mendukung
maka pencapaian tujuan organisasi akan maksimal.
4. Metode (Method)
Metode merupakan penetapan cara pelaksanaan suatu tugas dengan
memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran,
fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta uang dan
kegiatan usaha.
5. Pasar (Market)
Market, dihubungkan sebagai lingkungan sosial masyarakat yang
merasakan dampak dari suatu permasalahan.
2.2.2.2 Teori Peran
Teori peran adalah pandangan dalam sosiologi dan psikologi sosial
yang mengasumsikan bahwa sebagian besar aktivitas sehari-hari
dilakukan oleh kategori yang ditentukan secara sosial (misalnya ibu,
manajer, guru). Setiap peran sosial adalah seperangkat hak, kewajiban,
harapan, norma, dan perilaku yang harus dihadapi dan dilakukan
seseorang. Model ini didasarkan pada pengamatan bahwa orang
berperilaku dengan cara yang dapat diprediksi, dan bahwa perilaku
seseorang tergantung pada lingkungan, status sosial, dan faktor lainnya.
Teater adalah metafora yang sering digunakan untuk menggambarkan
teori peran.
Meskipun kata "peran" telah ada dalam berbagai bahasa Eropa
selama berabad-abad, sebagai konsep sosiologis tidak muncul sampai
tahun 1920-an dan 1930-an. Istilah ini menjadi terkenal dalam penelitian
sosiologis melalui karya teoretis Mead, Moreno, dan Linton. Dua konsep
Mead, pikiran dan diri, adalah pendahulu dari teori peran. Tergantung
sudut pandang umum terhadap tradisi teoretis, ada serangkaian "jenis"
dalam teori peran.
Teori ini menempatkan persoalan-persoalan berikut mengenai
perilaku sosial:
1. Pembagian buruh dalam masyarakat membentuk interaksi di antara posisi
khusus heterogen yang disebut peran;
2. Peran sosial mencakup bentuk perilaku "wajar" dan "diizinkan", dibantu
oleh norma sosial, yang umum diketahui dan karena itu mampu
menentukan harapan;
3. Peran ditempati oleh individu yang disebut "aktor";
4. Ketika individu menyetujui sebuah peran sosial (yaitu ketika mereka
menganggap peran tersebut "sah" dan "konstruktif"), mereka akan
memikul beban untuk menghukum siapapun yang melanggar norma-
norma peran;
5. Kondisi yang berubah dapat mengakibatkan suatu peran sosial dianggap
kedaluwarsa atau tidak sah, yang dalam hal ini tekanan sosial
berkemungkinan untuk memimpin perubahan peran;
6. Antisipasi hadiah dan hukuman, serta kepuasan bertindak dengan cara
prososial, menjadi sebab para agen patuh terhadap persyaratan peran.
Dalam hal perbedaan teori peran, di satu sisi ada pandangan yang
lebih fungsional, yang dapat dibedakan dari pendekatan tingkat yang lebih
mikro dari tradisi interaksionis simbolik. Jenis teori peran ini
menggambarkan dampak dari perilaku individu yang saling berhubungan
pada masyarakat, dan bagaimana perspektif teori peran dapat diuji secara
empiris. Kunci untuk memahami teori ini adalah bahwa konflik peran
terjadi ketika seseorang diharapkan memainkan banyak peran pada saat
yang sama, yang mengarah pada ekspektasi yang saling bertentangan.
Teori pencegahan kejahatan
2. Secondary prevention
Yaitu sedini mungkin melakukan identifikasi pelaku-pelaku yang
potensial dan melakukan intervensi sebelum pelaku terlibat dalam
kejahatan.Kegiatan ini meliputi berbagai bentuk pembinaan masyarakat
terhadap pemuda,pecandu narkoba maupun mantan pelaku
kejahatan.Kegiatan-kegiatan ini menjadi tugas dan terutama dilakukan
oleh unit pembinaan masyarakat polri maupun berbagai lembaga
pemerintah,agama maupun organisasi kemasyakaratan lainnya.
3. Tertiary Prevention
Yaitu kegiatan-kegiatan yang ditujukan untuk melakukan tindakan
terhadap pelaku setelah terjadinya kejahatan,yaitu proses
penyelidikan,penyidikan,penuntutan dan penghukuman terhadap pelaku
kejahatan oleh sistem peradilan pidana.
Pada penelitian ini penulis hanya membatasi pada pencegahan
primer sebagai Tindakan preventif pada jenis kejahatan tindak pidana
curanmor pada wilayah hukum Polsek Genuk.
Inovasi adalah ide, praktik, atau objek baru yang dirasakan oleh
manusia atau unit adopsi lainnya. Teori ini menyatakan bahwa inovasi
menyebar ke seluruh masyarakat dalam pola yang dapat diprediksi.
Beberapa orang mengadopsi inovasi segera setelah mereka
mendengarnya. Dan beberapa kelompok masyarakat lainnya
membutuhkan waktu lama untuk mengadopsi inovasi. Ketika sebuah
inovasi diadopsi secara luas oleh banyak orang, itu bisa dikatakan
eksplosif.Rogers juga mengungkapkan bahwa ada 4 (empat) elemen
pokok
baru oleh seseorang. Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur secara
harus suatu hal yang baru diciptakan atau murni hal yang baru,
melainkan bisa juga merupakan modifikasi dari hal yang sudah ada
Teori Kejahatan Defenisi kejahatan dapat dilihat dari dua sudut pandang.
Pertama dari sudut pandang hukum yang memandang kejahatan sebagai
tingkah laku yang melanggar hukum pidana. Kedua dari sudut pandang
sosiologis yang berpendapat bahwa kejahatan adalah setiap perbuatan
yang melanggar norma-norma yang masih hidup di dalam masyarakat.
(A.S Alam & Hasbi dalam Widiasari, 2015:18).
Teori Kontrol Sosial, Ada tiga komponen dari kontrol sosial yaitu
kurangnya kontrol internal yang wajar selama masih anak-anak, hilangnya
kontrol tersebut dan tidak adanya norma-norma sosial atau konflik norma-
norma yang dimaksud. Ada dua macam kontrol yaitu personal kontrol dan
sosial kontrol. Personal kontrol (internal kontrol) adalah kemampuan
seseorang untuk menahan diri agar seseorang tidak mencapai
kebutuhannya dengan cara melanggar norma yang berlaku dalam
masyarakat. Sedangkan Kontrol Sosial (eksternal kontrol adalah
kemampuan kelompok sosial atau lembaga dalam masyarakat untuk
melaksanakan norma- norma atau peraturan menjadi efektif.
(Atmasasmita dalam Widiasari, 2015:22)
Teori Multi Faktor Teori ini sangat berbeda dengan teori-teori sebelumnya
dalam memberi tanggapan terhadap kejahatan dengan berpendapat
sebagai berikut: “Penyebabnya terjadi kejahatan tidak ditentukan oleh satu
atau dua faktor yang menjadi penyebab kejahatan”. Jadi, menurut teori ini,
penyebab terjadinya kejahatan tidak ditentukan hanya dari dua teori saja,
tetapi dapat lebih dari itu.
IN STRUMENTAL INPUT