Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kepustakaan Penelitian


Tinjauan Pustaka disebut juga dengan penelitian kepustakaan.
Tinjauan pustaka dalam penelitian ini memiliki tujuan yang berkaitan
dengan topik penelitian itu sendiri, yaitu untuk terlebih dahulu memberikan
informasi kepada pembaca tentang hasil penelitian sebelumnya yang
relevan dengan penelitian yang sedang berlangsung, tujuannya adalah
untuk melakukan penelitian jika topiknya serupa. , tetapi subjek
penelitiannya berbeda, begitu juga sebaliknya, hal ini untuk menghindari
plagiarisme murni dengan penelitian sebelumnya. Literatur penelitian
sangat penting agar dapat digunakan sebagai referensi dan literatur yang
dapat memberikan informasi tentang hasil penelitian sebelumnya, berisi
data empiris hasil penelitian sebelumnya, dan digunakan sebagai acuan
penelitian yang dilakukan saat ini. Dalam penelitian ilmiah memerlukan
penelitian lain (terdahulu), sebagai dasar untuk mendukung kebenaran
dan keakuratan suatu penulisan.  Adapun tinjauan kepustakaan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Literatur penelitian yang pertama adalah karya tulis Ronald Andry


Mauboy yang berjudul Peranan Polsek Mangapet dalam Penaggulangan
Kejahatan Geng Motor (Balap Liar) di Kota Manado, Jakarta, 2022, Tujuan
penulis melakukan penelitian ini adalah karena terdapatnya lahan yang
luas yang kerap digunakan oleh anak muda di Kota Manado, yang akrab
disebut sirkuit Balitka Manado oleh masyarakat sekitar, sirkuit ini sering
dipakai untuk balapan liat bahkan dipakai juga bagian trek jalan raya nya
untuk arena balap liar, serta di Kecamatan Mapanget, terdapat jalan yang
lebar dan luas karena diperunutukkan untuk kendaraan yang akan
melintas dari Manado ke Bitung dan Minahasa Utara. Namun, pada
kenyataannya tidak banyak kendaraan yang melintas melewati jalan yang
luas ini, sehingga memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk
melakukan kebut-kebutan atau balapan liar di jalan tersebut. Persamaan
penelitian tersebut diatas adalah adanya pemberdayaan serta
pemaksimalam fungsi teknis kepolisian dalam menanggulangi tindak
pidana pencurian kendaraan bermotor. Adapun perbedaan penelitian
Ronald dengan penelitian ini adalah lokasi tempat dilakukannya penelitian,
dimana Ronald melakukan penelitiannya di wilayah Kota Manado,
sedangkan penelitian ini dilakukan di wilayah hukum Polres Ngawi.
Adapun perbedaan lainnya adalah pendekatan fungsi teknis yang dipilih,
dimana karya tulis Ronald Andry Mauboy memiliki pendekatan fungsi
teknis binmas, sedangkan penelitian ini melalui pendekatan Sabhara
terutama fokusnya pada patrol sebagai salah satu tugas pokok Sat
Samapta Bhayangkara.

2. Penelitian oleh Tri Wardana Bhakti pada tahun 2017 dengan judul
Peranan Kepolisian Resort (Polresta) Samarinda dalam Penanggulangan
Balapan Liar di Kota Samarinda, tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui peranan Kepolisian Resor Kota (Polresta) Samarinda dalam
penanggulangan balap liar di Kota Samarinda. Kurangnya fasilitas sarana
dan prasarana seperti sirkuit untuk mengakomodir kegiatan yang bersifat
perkembangan sosiologis para pelaku balapan liar tersebut, sehingga dari
waktu ke waktu semakin banyak tindak pidana dan kejahatan yang
disebabkan oleh aksi balapan liar yang pada akhirnya semakin
meresahkan masyarakat, utamanya di Kota Samarinda, Kalimantan
Timur, pihak kepolisian sudah berupaya membubarkan balapan liar dan
menangkap para pembalapannya. Namun sepertinya hal ini belum cukup,
karena balapan liar masih terus terjadi secara rutin. Makin lama malah
aksi balapan liar semakin berani. Sebagai aparat penegak hukum yaitu
khususnya pihak kepolisian berkewajiban untuk menjaga ketertiban umum
agar tercipta keamanan dan kenyamanan dalam berlalu lintas. Dan
memberikan rasa aman pada setiap pengendara kendaraan bermotor
dengan berkomitmen penanggulangan aksi balapan liar dan menerapkan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan agar dipatuhi oleh setiap masyarakat yang
akan menggunakan jalan dan pengguna jalan umum.

2.2 Kepustakaan Konseptual


Kepustakaan konseptual di dalamnya membahas mengenai teori,
konsep, atau  gagasan  dari  seseorang  yang berkompeten  pada  bidang 
yang  ditekuninya untuk  dijadikan  suatu  pisau  analisis  dalam  mengkaji 
permasalahan  yang  akan diangkat dalam penelitian tersebut.

2.2.1 Konsep
Konsep  digunakan  guna  memahami  arti  dari  kata  yang 
digunakan  oleh penulis dalam penelitian ini, maka disajikanlah beberapa
konsep sebagai berikut :
2.2.1.1 Konsep Optimalisasi
Optimalisasi merupakan hasil yang dicapai sesuai dengan keinginan,
jadi optimalisasi adalah pencapaian hasil sesuai dengan harapan secara
efektif dan efisien. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud :
1995 : 628) optimalisasi berasal dari kata optimal yang berarti terbaik,
tertinggi.
Optimalisasi juga dimaknai sebagai ukuran dimana semua
kebutuhan dapat dipenuhi dari kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan.
Menurut Winardi (1996:363) optimalisasi merupakan ukuran yang
menyebabkan suatu tujuan tercapai. Secara umum, optimalisasi ialah
pencarian nilai terbaik dari yang tersedia dari beberapa fungsi yang
diberikan pada suatu konteks.
2.2.1.2 Konsep Unit
Pengertian Unit adalah merupakan suatu kesatuan yang bulat,
yang terdiri dari rangkaian bagian-bagian yang bersatu-padu dan serasi
2.2.1.3 Konsep Patroli
Patroli adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencegah dan
menindak gangguan atau pelanggaran hukum dalam rangka memelihara
dan meningkatkan atau meningkatkan tertib hukum di Wilayah Yurisdiksi
dan Wilayah Perairan Indonesia, beberapa contoh patrol yakni sebagai
berikut :
a. Melaksanakan kunjungan / sambang kepada masyarakat untuk :
1. Mendengarkan keluhan warga masyarakat tentang permasalahan
kamtibmas   dan   memberikan   penjelasan   serta
penyelesaiannya.
2.Memellihara hubungan silaturahmi / persaudaraan.
b.Membimbing  dan  menyuluh  di  bidang  hukum  dan  Kamtibmas 
untuk meningkatkan  kesadaran  hukum  dan  Kamtibmas  dengan 
menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM).
c. Menyebarluaskan informasi tentang kebijakan pimpinan Polri
berkaitan dengan Pemeliharaan Keamanan dan Ketertiban
Masyarakat (Harkamtibmas).
d.Mendorong  pelaksanaan  siskamling  dalam  pengamanan 
lingkungan  dan kegiatan masyarakat.
e. Memberikan pelayan kepolisian kepada masyarakat yang
membutuhkan.
f. Menggerakan kegiatan masyarakat yang bersifat positif.
g.Mengkoordinasikan   upaya   pembinaan   kamtibmas   dengan   p
erangkat desa / kelurahan dan pihak-pihak terkait lainnya; dan
h.Melaksanakan  konsultasi,  mediasi,  negosiasi,  fasilitasi,  motivas
i  kepada masyarakat dalamharkamtibmas dan pemecahan
masalah kejahatan dan sosial.
2.2.1.4 Konsep Sat Samapta
Satuan Samapta Bhayangkara di singkat Sat Sabhara adalah unsur
pembantu pimpinan dan pelaksana staf polres/ta yang berada
dibawah Kapolres. Sat Sabhara di pimpin oleh Kepala Satuan Samapta
Bhayangkara di singkat Kasat Sabhara yang dalam pelaksanaan tugasnya
bertanggungjawab kepada Kapolresta. Sat Sabhara dalam tugas dan
tanggungjawabnya sehari hari dibantu oleh Kaur Bin Ops, Panit Patroli,
Danton Patroli, dan Kompi Dalmas, dan Ton Dalmas, Bamin Sabhara,
Banum Sabhara dan Driver Sabhara.

SATUAN SAMAPTA / SABHARA BERTUGAS :

o Mengajukan pertimbangan dan saran kepada Pimpinan polres teluk


bintuni mengenai hal – hal yang berhubungan dengan bidang
tugasnya.

o Menyelenggarakan / membina Fungsi Kesamaptaan Kepolisian /


tugas umum dan pam obyek khusus, termasuk pengambilan
tindakan pertama di TKP dan penanganan Tindak Pidanan Ringan
( Tipiring ), pengendalian massa dan pemberdayaan bentuk –
bentuk Pam Swakarsa masyarakat dalam rangka pemeliharaan
keamanan dan ketertiban masyarakat.

o Berdasarkan Program kerja dan petunjuk tehnis pembina Sabhara,


menetapkan rencana dan program kerja Sat Sabhara Polres Teluk
Bintuni serta mengarahkan, mengawasi dan mengendalikan
pelaksanaanya guna menjamin tercapainya sasaraan secara
berhasil dan berdaya guna.

o Memimpin dan membina disiplin, tata tertib dan kesadaran hukum


di lingkungan polres sehingga terjamin pelaksanaan fungsi
Sabhara.
o Mengadakan koordinasi dan membantu mengawasi serta
memberikan pengarahan terhadap pelaksanaan fungsi tehnis
Sabhara oleh badan – badan lain dilingkungan Polres Teluk Bintuni
sesuai dengan kedudukan serta batas wewenang dan tanggung
jawab.

o Memberikan bimbingan tehnis atas pelaksanaan fungsi pada


tingkat Polsek.

o Memberikan bantuan operasional atas pelaksanaan fungsi Shabara


pada polsek maupun Satuan.

o Mengadakan koordinasi dengan para Kapolsek maupun Kasat dan


setiap pelaksanaan kegiatan operasional yang melibatkan fungsi
Sabhara.

o Menyelenggarakan administrasi operasional termasuk pullajianta /


informasi yang berkenaan dengan aspek pembinaan maupun
pelaksanaan fungsi Sabhara.

o Mengadakan koordinasi dengan instansi samping yang


memerlukan bantuan Anggota Sat Sabhara.

o Memberikan bantuan Pengamanan dalam pelaksanaan sidang di


PN.

o Memberikan bantuan pengawalan tersangka untuk di hadirkan


dalm persidangan oleh Kejaksaan Negeri.

2.2.1.6 Konsep Pencegahan

Pencegahan adalah suatu proses, cara, tindakan mencegah atau tindakan


menahan agar sesuatu hal tidak terjadi. Dapat dikatakan pula suatu upaya
yang dilakukan sebelum terjadinya pelanggaran. Upaya pencegahan
kejahatan merupakan upaya awal dalam menanggulangi kejahatan.
2.2.1.6 Konsep Balap Liar

Balap liar adalah salah satu bentuk balapan kendaraan bermotor yang


digelar di sebuah jalan raya tanpa izin dari pihak berwenang. Balap liar
umumnya diikuti oleh beberapa kelompok pemilik kendaraan,
seperti mobil atau sepeda motor, yang telah dimodifikasi; dan
dilaksanakan di waktu-waktu tertentu, seperti pada saat dini harI saat lalu
lintas kendaraan sepi. Balap liar termasuk kegiatan yang dikategorikan
sebagai sebuah kejahatan. Selain menimbulkan kegaduhan karena suara
bising dari kendaraan yang sedang membalap ataupun
menimbulkan kemacetan karena ruas jalan ditutup oleh penyelenggara
balapan; balap liar juga dapat memicu kecelakaan yang dapat
menimbulkan korban jiwa, baik dari para pembalap maupun penonton
balap liar tersebut. Di Indonesia, seseorang yang melakukan balapan liar
akan dikenakan pidana penjara maksimal satu tahun dan denda maksimal
tiga juta rupiah. Ini belum termasuk pidana lain akibat menimbulkan
kegaduhan yang merugikan orang lain.

2.2.2 Teori
Dalam  rangka  menganalisis  hasil  temuan  yang  terdapat  pada 
penelitian ini,   penulis menggunakan   beberapa   teori   sebagai   pisau  
analisis   agar   hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah sebagai berikut :
2.2.2.1 Teori Manajemen
Manajemen, berasal dari kata dalam Bahasa Inggris yakni to
manage yang memiliki makna mengurus, mengatur dan mengelola.
Menurut Terry dalam Smith (2013) manajemen diartikan sebagai sebuah
proses atau kerangka kerja yang didalamnya terdapat bimbingan dan
pengarahan sekelompok orang mencapai tujuan-tujuan organisasional
atau maksud-maksud organisasi yang sudah ditetapkan.
Dalam kegiatan organisasional, akan selalu berkaitan dengan proses
manajemen atau manajerial. Seorang pemimpin akan selalu mengelola
dan mengatur jalannya organisasi, maka hal ini dimaksudkan sebagai
kegiatan memanajemen organisasi. George R. Terry menyatakan bahwa
sebuah organisasi memerlukan manajemen yang tepat guna. Dan
manajemen yang dimaksudkan ialah meliputi POAC atau planning,
organizing, actualiting, dan controlling. Dalam teori manajemen, Terry
dalam Smith (2013: 27) mengklarifikasikan manajemen sebagai berikut :
a. Planning (perencanaan)
Perencanaan merupakan penetapan langkah-langkah yang harus
dilaksanakan untuk mencapai tujuan dalam sebuah organisasi.
Perencanaan juga meliputi kegiatan pengambilan keputusan karena
termasuk sebagai upaya melakukan pemilihan alternative keputusan
dalam sebuah organisasi. Diperlukan kemampuan untuk dapat
memvisualisasikan kondisi yang akan datang untuk dapat merumuskan
pola tindakan untuk saat ini dan masa mendatang.
b. Organizing (pengorganisasian)
Pengorganisasian merupakan kegiatan pembagian komponen kegiatan
yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan ke berbagai kelompok tugas.
Pengelompokan tersebut akan membantu penetapan wewenang di
antara unit tugas dalam sebuah organisasi. Pengorganisasian akan
selalu berkaitan dengan manusia sehingga pembagian tugasnya
kedalam masing-masing unit organisasi akan selalu berada dalam
unsur organizing. Dalam setiap kejadian, pengorganisasian akan
menghasilkan peranan kerja dalam struktur yang formal dan dirancang
untuk memungkinkan manusia bekerja sama secara efektif untuk dapat
mencapai tujuan bersama.
c. Actuating (menggerakkan)
Proses menggerakkan ini kegiatan yang dilakukan oleh seorang
manajer untuk mengawali dan kemudian melanjutkan kegiatan yang
telah ditetapkan pada tahap perencanaan dan pengorganisasian agar
dapat mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Actuating juga termasuk
penetapan dan pemuasan kebutuhan manusiawi dari anggota
organisasinya. Actuating juga mencakup tentang bagaimana memberi
penghargaan, memimpin dan mengembangkan dan memberi
kompensasi kepada anggota organisasi.
d. Controling (pengawasan)
Setelah melakukan proses-proses mulai dari perencanaan,
pengelompokan dan penggerakan maka kelanjutannya ialah
mengevaluasi proses yang sudah dilakukan dan penyimpangan tidak
diinginkan yang sekiranya terjadi selama proses pencapaian tujuan
organisasi berlangsung. Adanya evaluasi diperlukan untuk
mengadakan perbaikan atas hal-hal yang taik berjalan sesuai rencana
yang sudah ditetapkan. Hal ini mencakup pengubahan rencana, tujuan,
re-arranging tugas dan wewenang, dan perubahan ini dilakukan melalui
manusianya. 
Terry yang dikutip oleh Smith (2013: 67) dalam buku “Prinsip-prinsip
manajemen” menegemukakan 5 unsur manajemen, yaitu:
1. Manusia (Man)
Hal ini merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh
organisasi. Dalam mengelola organisasi, factor manusia paling
menentukan proses jalannya sebuah organisasi. SDM yang dimiliki oleh
organisasi akan menentukan bagaimana proses pencapaian tujuan
karena proses kerja dilakukan oleh SDM yang dimiliki organisasi. Dari
sini dapat diketahui proses manajemen timbul karena adanya SDM
yang bekerjasama untuk mencapai tujuan organisasi.
2. Uang (Money)
Uang ialah salah satu unsur manajemen yang tidak dapat digantikan
karena peran uang sebagai pendukung dalam setiap pelaksanaan
kegiatan. Tentunya hal ini berkaitan dengan bagaimana membiayai
upah pegawai, memfasilitasi organisasi dengan sarana dan prasarana
yang mendukung SDM untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. 
3. Sarana dan prasarana (MateriaI)
Sarana dan prasarana yang mendukung juga termasuk hal yang dapat
digunakan untuk mendukung kinerja anggota atau SDM organisasi.
Dengan adanya SDM yang mumpuni tanpa adanya sarana dan
prasarana yang mendukung tentunya pencapaian tujuan tidak akan
maksimal. Namun apabila SDM organisasi yang berkualitas baik
disertai dengan dukungan sarana dan prasarana yang mendukung
maka pencapaian tujuan organisasi akan maksimal.
4. Metode (Method)
Metode merupakan penetapan cara pelaksanaan suatu tugas dengan
memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran,
fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta uang dan
kegiatan usaha.
5. Pasar (Market)
Market, dihubungkan sebagai lingkungan sosial masyarakat yang
merasakan dampak dari suatu permasalahan.
2.2.2.2 Teori Peran
Teori peran adalah pandangan dalam sosiologi dan psikologi sosial
yang mengasumsikan bahwa sebagian besar aktivitas sehari-hari
dilakukan oleh kategori yang ditentukan secara sosial (misalnya ibu,
manajer, guru). Setiap peran sosial adalah seperangkat hak, kewajiban,
harapan, norma, dan perilaku yang harus dihadapi dan dilakukan
seseorang. Model ini didasarkan pada pengamatan bahwa orang
berperilaku dengan cara yang dapat diprediksi, dan bahwa perilaku
seseorang tergantung pada lingkungan, status sosial, dan faktor lainnya.
Teater adalah metafora yang sering digunakan untuk menggambarkan
teori peran.
Meskipun kata "peran" telah ada dalam berbagai bahasa Eropa
selama berabad-abad, sebagai konsep sosiologis tidak muncul sampai
tahun 1920-an dan 1930-an. Istilah ini menjadi terkenal dalam penelitian
sosiologis melalui karya teoretis Mead, Moreno, dan Linton. Dua konsep
Mead, pikiran dan diri, adalah pendahulu dari teori peran. Tergantung
sudut pandang umum terhadap tradisi teoretis, ada serangkaian "jenis"
dalam teori peran. 
Teori ini menempatkan persoalan-persoalan berikut mengenai
perilaku sosial:
1. Pembagian buruh dalam masyarakat membentuk interaksi di antara posisi
khusus heterogen yang disebut peran;
2. Peran sosial mencakup bentuk perilaku "wajar" dan "diizinkan", dibantu
oleh norma sosial, yang umum diketahui dan karena itu mampu
menentukan harapan;
3. Peran ditempati oleh individu yang disebut "aktor";
4. Ketika individu menyetujui sebuah peran sosial (yaitu ketika mereka
menganggap peran tersebut "sah" dan "konstruktif"), mereka akan
memikul beban untuk menghukum siapapun yang melanggar norma-
norma peran;
5. Kondisi yang berubah dapat mengakibatkan suatu peran sosial dianggap
kedaluwarsa atau tidak sah, yang dalam hal ini tekanan sosial
berkemungkinan untuk memimpin perubahan peran;
6. Antisipasi hadiah dan hukuman, serta kepuasan bertindak dengan cara
prososial, menjadi sebab para agen patuh terhadap persyaratan peran.

Dalam hal perbedaan teori peran, di satu sisi ada pandangan yang
lebih fungsional, yang dapat dibedakan dari pendekatan tingkat yang lebih
mikro dari tradisi interaksionis simbolik. Jenis teori peran ini
menggambarkan dampak dari perilaku individu yang saling berhubungan
pada masyarakat, dan bagaimana perspektif teori peran dapat diuji secara
empiris. Kunci untuk memahami teori ini adalah bahwa konflik peran
terjadi ketika seseorang diharapkan memainkan banyak peran pada saat
yang sama, yang mengarah pada ekspektasi yang saling bertentangan.
Teori pencegahan kejahatan

2.2.2.3 Teori Pencegahan Kejahatan


Pencegahan kejahatan adalah upaya untuk menekan angka
kejahatan seminimal mungkin untuk menghindari intervensi polisi
(Mohammad Kemal Darmawan, 1994:11). Definisikan pencegahan
kejahatan sebagai upaya terkoordinasi untuk meminimalkan tingkat
kejahatan, sebenarnya  mengandung  makna  bahwa terdapat kesadaran  
tentang   kejahatan   sebagai   hal   yang   tidak   pernah   dapat
dihilangkan   dan   adanya   keterbatasan   polisi,   baik   secara   kualitas  
maupun kuantitas,  sehingga  diperlukan  perlibatan  antarlembaga  yang 
berwenang  serta masyarakat untuk pencegahan kejahatan tersebut.
Menurut Awaloedin ( 2015 ) ada tiga type pencegahan kejahatan yaitu :
1. Primary prevention
Yaitu merubah kondisi fisik lingkungan dan lingkungan sosial yang
memberi kesempatan terjadinya kejahatan.Hal ini dilakukan terhadap
lingkungan yang langsung dihadapi sekarang dan spesifik (jangka
pendek).Kegiatan-kegiatan ini dilakukan oleh masyarakat pada tingkat
RT/RW dengan melakukan penjagaan,ronda kampong maupun
pemasangan portal dengan tujuan membatasi akses masuk ke komplek
permukiman.Hal yang sama juga dilakukan oleh berbagai perusahaan
dengan penggunaan teknologi yang lebih cangih seperti,CCTV,pagar
pembatas,gembok/kunci dan sebagainya.25 teknik pencegahan kejahatan
situasional yang dikembangkan oleh Cornish dan Clarke termasuk pada
kategori ini.

2. Secondary prevention
Yaitu sedini mungkin melakukan identifikasi pelaku-pelaku yang
potensial dan melakukan intervensi sebelum pelaku terlibat dalam
kejahatan.Kegiatan ini meliputi berbagai bentuk pembinaan masyarakat
terhadap pemuda,pecandu narkoba maupun mantan pelaku
kejahatan.Kegiatan-kegiatan ini menjadi tugas dan terutama dilakukan
oleh unit pembinaan masyarakat polri maupun berbagai lembaga
pemerintah,agama maupun organisasi kemasyakaratan lainnya.

3. Tertiary Prevention
Yaitu kegiatan-kegiatan yang ditujukan untuk melakukan tindakan
terhadap pelaku setelah terjadinya kejahatan,yaitu proses
penyelidikan,penyidikan,penuntutan dan penghukuman terhadap pelaku
kejahatan oleh sistem peradilan pidana.
Pada penelitian ini penulis hanya membatasi pada pencegahan
primer sebagai Tindakan preventif pada jenis kejahatan tindak pidana
curanmor pada wilayah hukum Polsek Genuk.

2.2.2.4 Teori Difusi Inovasi


Everett Rogers mempopulerkan teori ini pada tahun 1964 dengan
bukunya The Diffusion of Innovation. Dia mendefinisikan difusi sebagai
proses dimana inovasi menyebar melalui berbagai saluran dan dari waktu
ke waktu dalam sistem sosial.

Inovasi adalah ide, praktik, atau objek baru yang dirasakan oleh
manusia atau unit adopsi lainnya. Teori ini menyatakan bahwa inovasi
menyebar ke seluruh masyarakat dalam pola yang dapat diprediksi.
Beberapa orang mengadopsi inovasi segera setelah mereka
mendengarnya. Dan beberapa kelompok masyarakat lainnya
membutuhkan waktu lama untuk mengadopsi inovasi. Ketika sebuah
inovasi diadopsi secara luas oleh banyak orang, itu bisa dikatakan
eksplosif.Rogers juga mengungkapkan bahwa ada 4 (empat) elemen
pokok

dalam proses difusi inovasi, yaitu:

a. Inovasi, yang berarti gagasan, tindakan, atau barang yang


dianggap

baru oleh seseorang. Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur secara

subjektif menurut pandangan individu yang menerimanya. Jika


sebuah

ide dianggap baru oleh seseorang maka hal tersebut merupakan


inovasi bagi orang tersebut. Konsep ’baru’ dalam ide yang inovatif
tidak

harus suatu hal yang baru diciptakan atau murni hal yang baru,

melainkan bisa juga merupakan modifikasi dari hal yang sudah ada

untuk menjadi lebih meningkat kualitas dan manfaatnya.

b. Saluran komunikasi, yaitu merupakan alat untuk menyampaikan


pesan-pesan inovasi dari sumber kepada penerima. Dalam memilih
saluran komunikasi, sumber setidaknya perlu memperhatikan 2 hal
yaitu: 

(1) tujuan komunikasi dan (2) karakteristik penerima atau komunikan.


Jika komunikasi dimaksudkan untuk memperkenalkan suatu inovasi
kepada orang yang banyak dan tersebar luas, maka saluran
komunikasi yang lebih efisien, cepat dan tepat, adalah media massa.
Tetapi jika komunikasi dimaksudkan untuk mengubah sikap atau
perilaku penerima (komunikan) secara personal, maka saluran
komunikasi yang paling tepat digunakan adalah saluran
interpersonal.

c. Jangka waktu, yang memiliki arti sebagai proses keputusan


inovasi,

dari mulai seseorang mengetahui sampai memutuskan untuk


menerima atau menolaknya, serta pengukuhan terhadap keputusan
itu sangat berkaitan dengan dimensi waktu. Paling tidak dimensi
waktu terlihat dalam (1) proses pengambilan keputusan inovasi, (2)
keinovatifan seseorang dimana dilihat dari relatif lebih awal atau
lebih lambatnya seseoarangdalam menerima inovasi, dan (3)
kecepatan pengadopsian inovasi dalam sistem sosial.
d. Sistem sosial, yakni kumpulan unit yang berbeda secara
fungsional dan terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah
dalam rangka mencapai tujuan bersama.

Teori Kejahatan Defenisi kejahatan dapat dilihat dari dua sudut pandang.
Pertama dari sudut pandang hukum yang memandang kejahatan sebagai
tingkah laku yang melanggar hukum pidana. Kedua dari sudut pandang
sosiologis yang berpendapat bahwa kejahatan adalah setiap perbuatan
yang melanggar norma-norma yang masih hidup di dalam masyarakat.
(A.S Alam & Hasbi dalam Widiasari, 2015:18).

Teori Lingkungan Menurut Soekanto (2004:42), bahwa dalam teori sebab-


sebab terjadinya kejahatan yang mendasarkan diri pada pemikiran bahwa
“dunia lebih bertanggung jawab atas jadinya diri sendiri”. Teori ini
merupakan reaksi terhadap teori antropologi dan mengatakan bahwa
lingkunganlah yang merupakan faktor yang mempengaruhi seseorang
melakukan kejahatan. Faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut adalah:
a) Lingkungan yang memberi kesempatan untuk melakukan kejahatan; b)
Lingkungan pergaulan yang memberi contoh dan teladan; c) Lingkungan
ekonomi, kemiskinan dan kesengsaraan; Lingkungan pergaulan yang
berbeda-beda, jadi, selian dari faktor internal (yang berasal dari diri
pribadi), faktor eksternal yaitu lingkungan mempunyai pengaruh yang
besar dalam menentukan kejahatan yang bisa terjadi, “Pengaruh
lingkungan sangat berpengaruh dalam menentukan kepribadian
seseorang, apakah ia akan menjadi orang jahat atau baik.” (Soekanto,
2004:42)

Teori Kontrol Sosial, Ada tiga komponen dari kontrol sosial yaitu
kurangnya kontrol internal yang wajar selama masih anak-anak, hilangnya
kontrol tersebut dan tidak adanya norma-norma sosial atau konflik norma-
norma yang dimaksud. Ada dua macam kontrol yaitu personal kontrol dan
sosial kontrol. Personal kontrol (internal kontrol) adalah kemampuan
seseorang untuk menahan diri agar seseorang tidak mencapai
kebutuhannya dengan cara melanggar norma yang berlaku dalam
masyarakat. Sedangkan Kontrol Sosial (eksternal kontrol adalah
kemampuan kelompok sosial atau lembaga dalam masyarakat untuk
melaksanakan norma- norma atau peraturan menjadi efektif.
(Atmasasmita dalam Widiasari, 2015:22)

Teori Spiritualisme, Menurut teori ini sebab terjadinya kejahatan dapat


dilihat dair sudut kerohanian dan keagamaan, karena sebab terjadinya
kejahatan adalah tidak beragamanya seseorang. Oleh karena itu, semakin
jauh hubungan seseorang dengan agama seseorang maka semakin besar
kemungkinan seseorang untuk melakukan kejahatan dan sebaliknya,
semakin dekat seseorang dengan agamanya eJournal Sosiatri-Sosiologi,
Volume 5, Nomor 4, 2017: 160-174 166 maka semakin takut orang
tersebut untuk melakukan hal-hal yang menjurus kepada kejahatan.

Teori Multi Faktor Teori ini sangat berbeda dengan teori-teori sebelumnya
dalam memberi tanggapan terhadap kejahatan dengan berpendapat
sebagai berikut: “Penyebabnya terjadi kejahatan tidak ditentukan oleh satu
atau dua faktor yang menjadi penyebab kejahatan”. Jadi, menurut teori ini,
penyebab terjadinya kejahatan tidak ditentukan hanya dari dua teori saja,
tetapi dapat lebih dari itu.

sTeori Anomie dan penyimpangan budaya, memusatkan perhatian pada


kekuatan-kekuatan sosial (social forces) yang menyebabkan orang
melakukan aktivitas kriminal. Teori ini berasumsi bahwa kelas sosial dan
tingkah laku kriminal saling berhubungan. Pada penganut teori anomie
beranggapan bahwa seluruh anggota masyarakat mengikuti seperangkat
nilai-nilai budaya, yaitu nilai- nilai budaya kelas menengah, yakni adanya
anggapan bahwa nilai budaya terpenting adalah kesuksesan dalam
ekonomi. Oleh karena orang-orang kelas bawah tidak mempunyai
saranasarana yang sah (legitimate means) untuk mencapai tujuan
tersebut, seperti gaji tinggi, bidan usaha yang maju, dan lain-lain, mereka
menjadi frustasi dan beralih menggunakan sarana-sarana yang tidak sah
(illegitimate means).

2.3 Kerangka Berpikir

Lemahnya perekonomian telah menurunkan kesejahteraan


masyarakat Genuk, sehingga masyarakat menengah ke bawah akan
bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Mentalitas
kemalasan yang sudah mendarah daging membuat beberapa Genuk
bergerak cepat untuk menghasilkan sesuatu sehingga mereka dapat
memenuhi kebutuhan tersebut. Dari situlah muncul tindakan memalukan
mengganggu ketertiban umum, yaitu beberapa orang dengan cepat
melakukan kejahatan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Diantaranya
yang paling banyak terjadi di Kabupaten Genuk adalah pencurian
kendaraan bermotor. Maraknya kasus pencurian kendaraan bermotor di
Genuk berdampak pada kepercayaan masyarakat terhadap polisi, karena
dianggap tidak mampu melakukan upaya preventif dalam
penanggulangan kejahatan tindak pidana pencurian  kendaraan 
bermotor. Sekalipun faktanya Polisi melakukan segala upaya
dalampencegahan tindak pidana pencurian kendaraan bernotor.Selain  
dilakukan   upaya   preventif   polisi   juga   melakukan   upaya   preemtif  
dalam pencegahan tindak pidana pencurian kendaraan bermotor, melalui
penyuluhan penyuluhan di seluruh  wilayah  hukum  Polsek  Genuk,  baik 
melalui  Bhabinkamtibmas  yang  tersebar  di desa desa maupun
langsung oleh Satuan Binmas Polsek Genuk di tempat tempat yang telah
ditentukan. Akan    tetapi    menurunnya    kepercayaan    masyarakat   
terhadap    Polisi    menjadi penghambat  pelaksanaan  penyuluhan 
kepada  masyarakat.  Rasa  simpati  masyarakat  kepada Polisi pun
berkurang, mereka berpikir bahwa polisi tidak melakukan tuganya secara
maksimal dan  ini  berpengaruh  terhadap feedback masyarakat  dalam 
upaya mendukung  pencegahan tindak pidana pencurian kendaraan
bermotor oleh Polisi. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka
Polsek Genuk berinisiatif  membuat suatu program yang dilakukan untuk
meningkatkan kedekatan antara Polisi dan masyarakat,sehingga  bisa 
memperbaiki  citra  Polri  dan  mengembalikan  kepercayaan  masyarakat 
kepada Polisi. Berdasarkan  Perpol Nomor 1 Tahun  2021  tentang 
Pemolisian Masyarakat,  Polsek Genuk dari Polrestabes Semarang
membuat  sebuah  aplikasi  yang  berpedoman  pada  prinsip  prinsip 
kerja  Polmas yang  lebih  menekankan  kepada  program Kapolri yakni
Polri PRESISI sebagai  upaya  Prediktif dan Responsibilitas dalam
pelayanan kepada masyarakat.  Dalam   pelaksanaannya, aplikasi ini
membuat masyarakat yang membutuhkan bantuan kepolisian sedini
mungkin dapat dengan mudah meminta bantuan di aplikasi ini yang
terhubung kepada setiap anggota di Polrestabes Semarang termasuk
Polsek Genuk. Karena dengan begitu masyarakat akan lebih cepat
melaporkan kekhawatirannya kepada polisi dan memberikan masukan
positif berupa saran dan pertanyaan yang membangun untuk mencegah
terjadinya pencurian kendaraan bermotor. Diharapkan melalui upaya-
upaya tersebut, penangkalan masyarakat terhadap tindak pidana
pencurian kendaraan bermotor akan semakin meningkat dan diperoleh
masukan yang konstruktif dari masyarakat sebagai bahan analisis dan
penilaian kepolisian ke depan untuk mencapai tujuan yang diinginkan
yaitu menurunkan angka pencurian kendaraan bermotor di wilkum Polsek
Genuk. Kerangka berpikir penelitian yang dibuat oleh penulis adalah
sebagai berikut:
GAMBAR 1.2 Kerangka Berpikir 

IN STRUMENTAL INPUT

PASAL 13 UU NO 2 TAHUN 2002, PERKAP


NO 7 TAHUN 2021, PERPOL NO. 1 TAHUN
2021, DAN PASAL 115 HURUF B UU NO
22 TAHUN 2009 TENTANG LLAJ

KONDISI AWAL OUTPUT


SUBYEK OBYEK
MASIH MARAKNYA POLRES METODE PENCEGAH OPTIMALNYA PERAN
INSIDEN BALAP LIAR NGAWI, AN PATROLI SAT
DI KABUPATEN TEORI PERAN, TEORI SAMAPTA POLRES
PERSONEL TERJADINYA
NGAWI YANG PENCEGAHAN NGAWI UNTUK
SAT INSIDEN
DILAKUKAN OLEH KEJAHATAN, TEORI MENCEGAH BALAP
SABHARA BALAP LIAR
ANAK MUDA DI DIFUSI INOVASI, LIAR YANG MARAK DI
POLRES DI
KABUPATEN NGAWI, KONSEP PERAN DAN KABUPATEN NGAWI,
NGAWI KABUPATEN
JAWA TIMUR KONSEP PATROLI JAWA TIMUR
NGAWI,
FAKTOR EKSTERNAL
FAKTOR INTERNAL
Faktor Sosial (lingkungan
SDM, ANGGARAN, SARPRAS
masyarakat)

Anda mungkin juga menyukai