Anda di halaman 1dari 18

UPAYA SATUAN LALU LINTAS DALAM MEMBERIKAN DIKMAS

LANTAS KEPADA PELAJAR SMA UNTUK MENGURANGI

PELANGGARAN LALU LINTAS DI WILAYAH HUKUM POLRES

POLMAN

I MADE AGUS ABDITA SATRIA PUTRA

NIM : 092114853021

PROGRAM STUDI MAGISTER KAJIAN ILMU KEPOLISIAN

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

2021
1. Latar Belakang

Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki beberapa lembaga

atau institusi yang bertugas membantu Negara ini dalam mencapai

tujuannya. Beberapa lembaga atau institusi tersebut bertugas dibidangnya

tertentu agar fokus pada tugas pokoknya masing-masing. Dalam bidang

pemerintahan ada MPR, DPR dan DPD yang bertugas memenuhi aspirasi

masyarakat; bidang pertahanan ada TNI yang bertugas menjaga

kedaulatan negara; bidang keamanan ada POLRI yang bertugas

memelihara keamanan dalam negeri khususnya masyarakat; dan

lembaga atau institusi lainnya.

Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) merupakan alat

negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban

masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan,

pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka menjaga

keamanan dalam negeri. Polri sebagai alat pemerintah dan alat negara,

diadakan untuk memelihara ketertiban umum di dalam negeri dan

menindak pelaku-pelaku yang dianggap melakukan kejahatan, selain itu

juga untuk membantu mempertahankan negara dari musuh yang

mengancam keamanan negara, baik dari pihak negara lain maupun dari

pihak-pihak di dalam negara sendiri. POLRI yang bergerak dibidang

keamanan memiliki tugas pokok seperti dalam Pasal 14 UU No.2 Tahun

2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia yaitu: (1) memelihara

keamanan dan ketertiban masyarakat (2) menegakkan hokum dan (3)


melindungi, mengayomi, dan melayani masyarakat. Dalam Pasal tersebut

telah dijelaskan bahwa Polisi bekerja dengan masyarakat dan untuk

masyarakat.

POLRI terdiri dari 5 satuan fungsi pokok yaitu: (1) sabhara (2)

lantas (3) reskrim (4) intel dan (5) binmas. Masing-masing satuan fungsi

tersebut bergerak dibidang-bidang tertentu sepeti sabhara dalam

pencegahan dan patrol, lantas dalam hal lalu lintas dan kendaraan

bermotor, reskrim dalam penindakan kejahatan, intel dalam pengumpulan

bahan dan keterangan, binmas dalam memberikan bimbingan kepada

masyarakat terhadap lingkungan sekitar maupun keamanan disekitar

wilayah tersebut.

Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah salah satu

penyelenggaraan tugas dan fungsi pemerintahan, sehingga dalam

melaksanakan tugas dan fungsinya ia harus melaksanakan berdasarkan

hukum yang berlaku seperti dalam Undang- Undang Nomor 22 Tahun

2009 tentang Kepolisian Lalu Lintas. Fungsi utama dari kepolisian adalah

menegakkan hukum dan melayani kepentingan masyarakat umum sesuai

dengan Pasal 14 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002, sehingga dapat

dikatakan bahwa tugas dan wewenang kepolisian adalah memberikan

perlindungan kepada masyarakat, khususnya dalam menertibkan lalu

lintas di setiap jalan raya untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang

dapat mengganggu ketertiban dan kenyamanan masyarakat.


Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 membahas tentang Lalu

Lintas dan Angkutan jalan. Penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan

jalan diwujudkan sesuai dengan asas dan tujuan dari transportasi darat,

dimana dalam pasal 2 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan disebutkan bahwa, “Transportasi jalan

sebagai salah satu moda transportasi Nasional diselenggarakan atas asas

manfaat, usaha bersama, adil dan merata, keseimbangan, kepentingan

umum, keterpaduan, kesadaran hukum dan percaya diri sendiri”.

Sedangkan dalam pasal 3 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009

Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dijelaskan, “Terwujudnya

pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan yang aman, selamat, tertib,

lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk mendorong

perekonomian Nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh

persatuan dan kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat

bangsa”.

Secara garis besar masalah lalu lintas dapat dikelompokkan ke

dalam beberapa pokok permasalahan yang berkaitan dengan keamanan,

keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas. Kondisi yang tidak

seimbang antara kendaraan dan sarana prasarana yang ada, terutama

dijalan raya menjadi salah satu permasalahan yang serius dalam lalu

lintas. Faktanya masih banyak penguna jalan, khusunya berkendara

beroda dua maupun beroda empat yang kurang tertib dalam berlalu lintas.
Seperti yang kita ketahui bahwa kendaraan yang ada di Indonesia

semakin hari semakin meningkat. Ketidaktertiban lalu lintas akan sangat

berpengaruh terhadap keamanan, keselamatan, ketertiban dan

kelancaran lalu lintas. Ketidaktertiban itu juga akan mencerminkan

rendahnya kadar kesadaran hukum masyarakat pada umumnya,

lemahnya aparat penegak hukum dalam melakukan penindakan, serta

masih rendahnya disiplin nasional bangsa. Pasal 281 Undang–Undang RI

Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

menjelaskan bahwa: setiap orang yang mengemudikan Kendaraan

Bermotor di Jalan yang tidak memiliki Surat Izin Mengemudi sebagaimana

dimaksud dalam pasal 77 ayat (1) dipidana dengan kurungan paling lama

4 (empat) bulan atau denda paling banyak Rp. 1.000.000,00 (satu juta

rupiah).

Di jalan raya sering dijumpai, masih banyak pengemudi sepeda

motor yang tidak peduli dengan keselamatan berlalu lintas yang

membahayakan orang lain bahkan nyawanya sendiri. Terutama pelajar

SMA, seperti mengoperasikan perangkat elektronik seperti Handphone

saat mengendarai sepeda motor, bertelepon, chat massager, maupun

mendengarkan musik lewat headset, dan lain-lain. Dalam Pasal 7 ayat 2

huruf e UU No.2 Tahun 2009 menjelaskan bahwa “Penyelenggaraan Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi instansi

masing-masing meliputi: (e) urusan pemerintahan di bidang Registrasi dan


Identifikasi Kendaraan Bermotor dan Pengemudi, Penegakan Hukum,

Operasional Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas, serta pendidikan

berlalu lintas, oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia”. Seperti yang

tercantum dalam Pasal tersebut Polisi khusunya anggta satuan fungsi

Lantas bertanggung jawab memberikan pendidikan lantas kepada

masyarakat.

Polewali mandar adalah kota dengan populasi penduduk yang

terbanyak di provinsi Sulawesi barat tentu hal ini menjadikan kota tersebut

padat dengan masyarakat terutama pelajar, tercatat bahwa pada tahun

2020 terjadi 168 laka lantas yang menyebabkan 40 diantaranya meninggal

dunia.

Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “UPAYA SATUAN LALU LINTAS DALAM

MEMBERIKAN DIKMAS LANTAS KEPADA PELAJAR SMA UNTUK

MENGURANGI PELANGGARAN LALU LINTAS DI WILAYAH HUKUM

POLRES POLMAN ”

1.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang serta judul skripsi yang

diuraikan di atas. Berikut ini merupakan persoalan yang akan dikaji oleh

peneliti dalam penelitian yang dilakukan adalah:

a. Apa peran Sat Lantas Lantas dalam mengurangi pelanggaran

lalu lintas?

b. Apa pelanggaran lalu lintas yang dilakukan pelajar SMA?


c. Apa upaya yang dilakukan Sat Lantas dalam menigkatkan

kesadaran tertib lalu lintas kepada pelajar SMA?

2. TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Dalam membahas persoalan-persoalan yang sedang di hadapi

dalam melakukan peneltian dan untuk memecahkannya, peneliti

menggunakan kepustakaan penelitian, kerangka konseptual, dan

kerangka berpikir yang dapat dijadikan sebagai dasar dan acuan peneliti.

Didalam kepustakaan penelitian terdapat penelitian-penelitian yang

serupa yang dilakukan sebelumnya yang dapat digunakan sebagai

refrensi dan pembanding penelitian yang dilakukan oleh peneliti sehingga

dapat menggambarkan fakta-fakta yang terjadi di lapangan.

2.1 Kepustakaan Penelitian

Kepustakaan penelitian merupakan bahan-bahan yang menjadi

acuan atau bacaan dalam menyusun suatu tulisan. Menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia, Kepustakaan berasal dari kata “pustaka”

yang memiliki arti daftar kitab-kitab yang dipakai untuk menyusun

suatu karangan, sehingga dapat diartikan sebagai bahan bacaan

seperti buku, makalah, jurnal atau karya ilmiah yang dapat dijadikan

sebagai acuan penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan


 Penelitian Yolla Fransiska Tahun 2015 dalam skripsi yang berjudul

Efektivitas Program Kerja Unit Pendidikan dan Rekayasa

(DIKYASA) Satlantas Polresta Pekanbaru. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui bagaimana efektivitas program kerja Unit

Dikyasa satlantas Polresta Pekanbaru. Metode penelitian

menggunakan metode penelitian kualitatif. Untuk perbedaan dalam

penelitian ini adalah Yolla membahas tentang Efektivitas Program

kerja unit dikyasalantas sedangkan dalam penelitian ini membahas

tentang upaya satuan lalu lintas dalam memberikan dikmas lantas.

 Penelitian Epi Novyana tahun 2017 dalam skripsi yang berjudul

Implementasi Program Dikmas Lantas Dalam Membangun

Kesadaran Hukum Masyarakat. Metode penelitian menggunakan

metode penelitian kualitatif. Untuk perbedaan adalah epi

membahas tentang implementasi program dikmas lantas

sedangkan peneliti membahas upaya satlantas dalam memberikan

dikmas lantas kepada pelajar SMA.

 Penelitian Waliyul Ahdi Tahun 2019 dalam skripsi yang berjudul

Implementasi undang-undang nomor 22 tahun 2009 tentang lalu

lintas dan angkutan jalan. Metode penelitian menggunakan metode

penelitian kualitatif. Untuk perbedaan adalah Waliyul membahas

tentang Implementasi Undang-undang Nomor 22 tahun 2009


sedangkan peneliti membahas upaya satlantas dalam memberikan

dikmas lantas kepada pelajar.

 Penelitian Krisna Kristianing Efendi tahun 2018 dalam skripsi yang

berjudul Strategi manajemen kepolisian dalam peningkatan

kesadaran berlalulintas pada pengemudi kendaraan bermotor di

Polres Metro Tangerang Kota. Metode penelitian menggunakan

metode penelitian kualitatif. Untuk perbedaan adalah Krisna

membahas tentang strategi manajemen kepolisian dalam

peningkatan kesadaran berlalulintas sedangkan peneliti membahas

tentang upaya satlantas dalam memberikan dikmas lantas kepada

pelajar.

 Penelitian Aiyudya Dinda Yashinta tahun 2018 dalam skripsi yang

berjudul Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Pelangaran lalulintas

di Kabupaten Purworejo. Metode penelitian menggunakan metode

penelitian kualitatif. Untuk perbedaan adalah Aiyudya membahas

tentang penegakan hukum terhadap pelaku pelanggaran lalulintas

sedangkan peneliti membahas upaya satlantas dalam memberikan

dikmas lantas kepada pelajar. Aiyudya membahas tentang

penegakan hukum terhadap pelanggaran lalu lintas namun peneliti

membahas tentang upaya pencegahan yang dapat dilakukan


satlantas polres polman dalam memberikan dikmas lantas.

3. METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan

kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan sebuah cara yang lebih

menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap

suatu permasalahan. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang

bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis serta

lebih menonjolkan proses dan makna. Tujuan metodologi

penelitian ini adalah pemahaman secara lebih mendalam terhadap

suatu permasalahan yang sedang dikaji. Data yang dikumpulkan

lebih banyak kata maupun gambar-gambar dibanding angka.

Penelitian kualitatif bersifat penemuan dan pada kondisi

alamiah. Dalam melakukan penelitian ini harus memiliki banyak

pengetahuan, menguasai teori dan berwawasan luas, di dalam

penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah metode yang lebih menekankan pada

aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah

daripada melihat permasalahan untuk penelitian generalisasi.

Metode penelitian ini lebih suka menggunakan teknik analisis


mendalam (in-depth analysis), yaitu mengkaji masalah secara

kasus per kasus karena metodologi kualitatif yakin bahwa sifat

suatu masalah satu akan berbeda dengan sifat dari masalah

lainnya.

3.2 Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian

deskriptif karena berkaitan dengan peristiwa-peristiwa yang

sedang berlangsung dan berkenaan dengan kondisi masa

sekarang. Seperti pernyataan berikut: Langkah kerja untuk

mendeskripsikan suatu objek, fenomena, atau latar sosial sasaran

penelitian dalam tulisan naratif. Artinya, data maupun fakta yang

telah dihimpun oleh peneliti kualitatif. berbentuk kata atau gambar.

Mendeskripsikan sesuatu berarti menggambarkan apa, mengapa,

dan bagaimana suatau kejadian terjadi.

Penelitian ini dengan studi deskriptif karena sesuai dengan

sifat masalah serta tujuan penelitian yang ingin diperoleh dan

bukan menguji hipotesis, tetapi berusaha untuk memperoleh

gambaran yang nyata tentang bagaimana kinerja satuan lalu lintas

rangka mengurangi angka pelanggaran lalu lintas yang dilakukan

oleh pelajar SMA di Polres Polman Penelitian ini merupakan studi

deskriptif analitis maka dalam memperoleh data yang sebanyak-

banyaknya dilakukan melalui berbagai teknik yang disusun secara


sistematis untuk mencari pengumpulan data hasil penelitian yang

sempurna.

3.3 Penentuan Subyek Penelitian Dan Populasi

Subyek penelitian dalam penelitian ini dipilih dengan

menggunakan teknik purposive sampling yaitu pemilihan subyek

penelitian dengan cara sengaja oleh peneliti berdasarkan kriteria atau

pertimbangan tertentu,yang menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif

tidak ada sampel acak akan tetapi sampel bertujuan atau purposive

sampling .Dalam hal ini peneliti memfokuskan diri kepada pihak pihak atau

orang-orang yang posisinya memiliki pengetahuan, pengalaman dan

informasi terkait dengan dikmas lantas dikabupaten Polewali Mandar.

Berdasarkan hal tersebut, maka dapat ditentukan kriteria subyek

penelitian sebagai berikut :

a. Pihak-pihak yang berhubungan langsung dan membina fungsi

satuan lalu lintas dan, dalam hal ini adalah Kapolres Polewali

mandar

b. Pihak-pihak di Satuan Lalulintas yang betugas memberikan

dikmas lantas kepada pelajar yaitu kepala satuan lalulintas Polres

Polman

c. Pihak sekolah di kabupaten Polewali mandar agar dapat

mendukung satuan lalulintas dalam memberikan dikmas lantas


kepada pelajar.

Dari kriteria tersebut, ditentukan subyek penelitiannya adalah :

1. Kepala Keplisian Resort Polewali Mandar.

2. Kepala Satuan Lalu Lintas Polres Polman.

3.4 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini mencakup sumber data primer

dan sumber data sekunder. Sumber informasi yang dapat memberikan

data dan informasi sesuai dengan fakta dan kejadian yang ada di dalam

sumber informasi menurut kajian yang ada di dalam setiap informasi yang

di berikan kepada peneliti untuk memberikan data yang akurat dan

relevan untuk diteliti.

3.4.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber pertama

secara langsung dari para informan dan hasil observasi yang

berkaitan dengan masalah yang ingin dikaji dalam penelitian. Data

ini diperoleh melalui wawancara yang diajukan kepada beberapa

key informan.

Wawancara yang dilakukan terdiri dari wawancara terbuka

dan tertutup karena tidak semua key informan paham dengan

istilah kepolisian. Key informan dari lingkungan di luar Polri perlu


diwawancarai secara tertutup untuk menghemat waktu dan

mempermudah key informan dalam memahami data yang

dibutuhkan.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber lain

seperti dokumen, laporan-laporan, catatan-catatan statistik, buku-

buku referensi yang berkaitan dan sumber-sumber lainnya. Untuk

mendapatkan data sekunder digunakan teknik dokumentasi

mengenai Dikmas Lantas Polres Polewali Mandar adalah

dokumen dan arsip. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

telaah dokumen sebagai berikut:

a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009

Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;

b. Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2014 tentang Angkutan

Jalan;

c. Intelijen Dasar dari Polres Polewali Mandar;

d. Data pelanggaran lalu lintas.

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Data yang akan diperoleh dalam penelitian ini berupa data

kualitatif yaitu data yang tidak berbentuk angka-angka yang biasanya

berupa kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti

dokumen yang semuanya diperoleh dari pengamatan, wawancara atau

bahan tertulis.

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah :

a. Observasi

Observasi yaitu pengamatan yang meliputi kegiatan pemusatan

perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera.

Metode observasi (pengamatan) merupakan sebuah teknik pengumpulan

data yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal

yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, benda-benda,

waktu, peristiwa, tujuan, dan perasaan. Metode observasi merupakan cara

yang sangat baik untuk mengawasi perilaku subjek penelitian seperti

perilaku dalam lingkungan atau ruang, waktu dan keadaan tertentu.Data

observasi diharapkan lebih faktual mengenai situasi dan kondisi kegiatan

penelitian di lapangan. Oleh karena itu, keberadaan peneliti secara

langsung di lapangan dapat memberikan kesempatan yang luas untuk

mengumpulkan data yang dijadikan dasar untuk mendapatkan data yang

lebih terinci dan akurat. Observasi memungkinkan peneliti untuk bersikap

terbuka, berorientasi pada penemuan daripada pembuktian dan


mempertahankan pilihan untuk mendekati masalah secara induktif dan

peneliti memperdalam pengamatan dengan berbagai teknik komunikasi

langsung, dialog interaktif dan diskusi. Observasi dilakukan dengan tahap-

tahapan sebagai berikut:

1. Observasi awal yang bersifat alami, yakni aktivitas pertama yang

dilakukan peneliti untuk terjun langsung ke lokasi penelitian.

2. Observasi yang terfokus. Setelah observasi awal dilakukan, peneliti

sudah mempunyai modal awal, yakni data awal yang dapat dijadikan

pada penentuan fokus penelitian.

3. Observasi yang terpilih dan terpilah.

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interview) yang memberikan

jawaban atas pertanyaan itu”. Maksud dari wawancara:

1. Mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan,

motivasi, tuntutan, kepedulian, dan lain-lain kebulatan;

2. Merekonstruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialami

masa lalu;

3. Memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang diharapkan

untuk dialami pada masa yang akan datang;


4. Memverifikasi, mengubah, dan memperluas informasi yang diperoleh

dari orang lain, baik manusia maupun bukan manusia;

5. Memverifikasi, mengubah dan memperluas konstruksi yang

dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota. Lincoln dan

Guba dalam (Moleong 2010:186). Jadi dengan wawancara, maka

peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang

partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang

terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.

Wawancara juga memiliki kelemahan seperti ada kemungkinan subjek

hanya memberikan jawaban yang ingin didengar oleh peneliti, rentan

terhadap respon yang kurang sesuai, rentan terhadap penyusunan

pertanyaan yang kurang baik.

Anda mungkin juga menyukai