Anda di halaman 1dari 20

PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

TANPA DAKWAAN TINDAK PIDANA ASAL


Kajian Putusan Nomor 57/PID.SUS/2014/PN.SLR

PROVING MONEY LAUNDERING CRIME


WITHOUT ACCUSATION OF PREDICATE CRIME
An Analysis of Court Decision Number 57/PID.SUS/2014/PN.SLR

Halif
Fakultas Hukum Universitas Jember
Jl. Kalimantan 37 Kampus Bumi Tegalboto, Jember 68121
E-mail: halif.fh@unej.ac.id

Naskah diterima: 16 Februari 2017; revisi: 14 Agustus 2017; disetujui 14 Agustus 2017

ABSTRAK ABSTRACT

Dalam surat dakwaan Putusan Nomor 57/PID.SUS/2014/ In the accusation of Court Decision Number 57/PID.
PN.SLR, penuntut umum mendakwa dengan pasal SUS/2014/PN.SLR, the prosecutor filed the accusation
tindak pidana pencucian uang tanpa bersamaan dengan with the article of money laundering crime without
pasal tindak pidana asal, sebagaimana diatur secara referring to the article on the predicate crime, as
limitatif dalam Pasal 2 Undang-Undang Pencegahan regulated in Article 2 of Law on Money Laundering
dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. Crime. Such matters affect the judges in proving
Hal yang demikian berdampak kepada hakim dalam the elements of money laundering crime known or
membuktikan unsur tindak pidana pencucian uang yang reasonably suspected to be the result of a predicate
diketahui atau patut diduga hasil dari tindak pidana crime. Issues of interest to review in the analysis are:
asal. Permasalahan yang menarik untuk dianalisis 1) why does determining the form of the accusation
adalah 1) mengapa penentuan bentuk dakwaan menjadi play important role in the money laundering crime?
penting dalam tindak pidana pencucian uang?; dan and 2) how does the judge prove the element of money
2) bagaimanakah hakim membuktikan unsur tindak laundering crime if the predicate crime is not accused?
pidana pencucian uang jika tindak pidana asal tidak To analyse these problems, the juridical-normative
didakwakan? Untuk menganalisis permasalahan tersebut method with legislative and conceptual approaches was
digunakanlah metode penelitian yuridis normatif dengan used in this analysis. The accusation form determination
pendekatan perundang-undangan dan pendekatan in money laundering crime becomes the basis for the
konseptual. Penentuan bentuk dakwaan dalam tindak judge to determine the proof system in proving the
pidana pencucian uang menjadi dasar bagi hakim untuk element. With the precise proof the judge can prove the
menentukan sistem pembuktian dalam membuktikan element of money laundering crime. It is therefore vey
unsur. Dengan pembuktian yang tepat hakim dapat important to precisely write the accusation letter in the
membuktikan unsur tindak pidana pencucian uang. Oleh money laundering crime. However in proving the money
karena itu, penyusunan surat dakwaan yang tepat dalam laundering crime the predicate crime should be proved
tindak pidana pencucian uang menjadi hal yang sangat first.
penting.
Keywords: money laundering, accusation, proof.
Kata kunci: pencucian uang, dakwaan, pembuktian.

Pembuktian Tindak Pidana Pencucian Uang Tanpa Dakwaan Tindak Pidana Asal (Halif ) | 173
I. PENDAHULUAN Pemberatasan Tindak Pidana Pencucian Uang,
seperti tindak pidana korupsi, tindak pidana
A. Latar Belakang
perdagangan narkoba atau tindak pidana lain
Tindak pidana pencucian uang merupakan yang diancam pidana penjara empat tahun atau
proses penyembunyian atau penyamaran harta lebih.
kekayaan yang dihasilkan dari tindak pidana
Kedua, tindak pidana pencucian uang, tindak
asal, seperti tindak pidana korupsi, tindak
pidana ini merupakan tindakan atau perbuatan
pidana perdagangan narkoba atau tindak pidana
menyamarkan atau menyembunyikan harta
perdagangan orang, baik melalui sistem keuangan
kekayaan hasil tindak pidana asal dengan tujuan
maupun melalui sistem non- keuangan, sehingga
agar asal usul harta kekayaan tidak diketahui,
harta kekayaan tersebut seolah-olah menjadi sah.
sehingga harta kekayaan yang sebenarnya hasil
Sebagaimana kesimpulan yang dirumuskan dari tindak pidana (ilegal) menjadi seolah-olah
Sjahdeini (2007: 5) dari beberapa pendapat harta kekayaan yang sah.
tentang pengertian pencucian uang, bahwa
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan
pencucian uang adalah serangkaian kegiatan
bahwa antara tindak pidana pencucian uang
yang dilakukan oleh seseorang atau organisasi
dengan tindak pidana asal memiliki hubungan
terhadap uang yang dihasilkan dari tindak pidana
yang erat. Bagaimana mungkin akan terjadi tindak
yang tujuannya untuk menyembunyikan atau
pidana pencucian uang jika tidak didahului oleh
menyamarkan asal usul dari penegak hukum
tindak pidana asal terlebih dahulu, sementara
dengan cara memasukkan uang tersebut ke dalam
objek tindak pidana pencucian uang adalah harta
sistem keuangan (financial system) sehingga
kekayaan yang dihasilkan dari tindak pidana asal.
nantinya menjadi uang yang halal.
Artinya, tindak pidana pencucian uang tidak akan
Dari pengertian tersebut nampak bahwa terjadi jikalau tidak didahului oleh tindak pidana
pencucian uang mengandung dua tindak pidana, asal.
sebagaimana rumusan pencucian uang di negara-
Hubungan tersebut ternyata menimbulkan
negara ASEAN, yang merumuskan tindak pidana
permasalahan dalam penegakan hukum, baik
pencucian uang dengan tindak pidana asal
pada tingkat penyidikan, penuntutan atau pada
(predicate offence), meskipun jenis tindak pidana
saat pembuktian di sidang pengadilan. Pada
asal yang dirumuskan berbeda-beda (Arief, 2013:
tingkat penyidikan, penyidik berada pada dua
144-146).
pilihan, melakukan penyidikan secara bersamaan
Pertama, tindak pidana asal (predicate antara tindak pidana pencucian uang dan
offence), tindak pidana ini merupakan tindak tindak pidana asal atau hanya menyidik tindak
pidana yang menjadi sumber asal dari harta haram pidana pencucian uang. Demikian juga dalam
(dirty money) atau hasil tindak pidana (criminal penyusunan surat dakwaan, penuntut umum
proceeds) yang kemudian dicuci (Arief, 2013: berada pada dua pilihan, mendakwa secara
144). Jenis tindak pidana asal secara limitatif bersamaan antara tindak pidana asal dan tindak
diatur dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang pidana pencucian uang atau hanya mendakwa
Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan tindak pidana pencucian uang.

174 | Jurnal Yudisial Vol. 10 No. 2 Agustus 2017: 173 - 192


Hal demikian juga dihadapi oleh hakim dakwaan subsider Pasal 4 Undang-Undang
pada saat membuktikan unsur tindak pidana, Nomor 8 Tahun 2010, hakim mempertimbangkan
hakim berada pada dua pilihan, membuktikan bahwa unsur Pasal 4 telah terpenuhi dan terbukti
tindak pidana asal terlebih dahulu dan dilanjutkan dengan pertimbangan bahwa terdakwa yang
dengan membuktikan tindak pidana pencucian meminjam rekening AR dan menyuruh temannya
uang, jika keduanya didakwakan secara untuk mentransfer uang yang diduga harta hasil
bersamaan, atau hanya membuktikan tindak tindak pidana penyelundupan pupuk ke rekening
pidana pencucian uang saja, karena tindak pidana BRI milik AR.
asal tidak didakwakan.
Hal menarik untuk dianalisis dari uraian
Berkenaan dengan permasalahan di atas, di atas, mengenai penentuan bentuk surat
terdapat satu putusan yang menarik untuk dikaji dakwaan dalam tindak pidana pencucian uang
dan dianalisis, putusan tersebut adalah Putusan dan pembuktian unsur tindak pidana pencucian.
Nomor 57/Pid.Sus/2014/PN.Slr. Terdakwa dalam Penuntut umum menyusun surat dakwaannya
putusan ini adalah R (48 tahun), seorang pedagang dengan bentuk subsider, primer Pasal 3 Undang-
pupuk dari Kabupaten Selayar. Perdagangan pupuk Undang Nomor 8 Tahun 2010, sedangkan
yang dilakukan R merupakan hasil penyelundupan subsider Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun
dari Malaysia yang dibawa melalui kapal menuju 2010. Antara tindak pidana pencucian uang dan
Flores, Nusa Tenggara Timur untuk dijual. Hasil tindak pidana asal memiliki hubungan yang
dari penjualan pupuk tersebut ditransfer melalui erat, meskipun keduanya berdiri sendiri-sendiri.
rekening pinjaman kepada orang lain atas nama Sementara terhadap pembuktian unsur tindak
AR dengan Nomor Rekening 0257-01-006306- pidana pencucian uang, hakim membuktikannya
603 Bank BRI Selayar. Transfer tersebut dilakukan tanpa terlebih dahulu membuktikan tindak pidana
dua kali, yaitu: pertama, pada tanggal 2 Januari asalnya. Bahkan hakim menyatakan terdakwa
2014 sebesar Rp54.000.000,- Kedua, pada tanggal terbukti melakukan tindak pidana pencucian uang
3 Januari 2014 sebesar Rp75.000.000,- Jadi “meskipun tindak pidana asalnya tidak dibuktikan
jumlah keseluruhan uang yang ditransfer teman terlebih dahulu.”
R ke rekening AR berjumlah Rp129.000.000,-

Berdasarkan apa yang dilakukan R, B. Rumusan Masalah


penuntut umum mendakwanya dengan bentuk Setelah meyimak latar belakang di atas
surat dakwaan subsider, primer Pasal 3 Undang- dapat dirumuskan beberapa permasalahan
Undang Nomor 8 Tahun 2010, subsider Pasal 4 sebagai berikut:
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010.
1. Mengapa penentuan bentuk surat dakwaan
Hakim mempertimbangkan bahwa dakwaan terhadap tindak pidana pencucian uang
primer Pasal 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun dalam Putusan Nomor 57/PID.SUS/2014/
2010 tidak terbukti dengan pertimbangannya PN.SLR menjadi penting?
bahwa perbuatan yang dilakukan terdakwa tidak
tergolong sebagai perbuatan aktif, sementara Pasal 2. Bagaimanakah hakim membuktikan unsur
3 diperuntukkan bagi pelaku aktif. Sedangkan tindak pidana pencucian uang dalam

Pembuktian Tindak Pidana Pencucian Uang Tanpa Dakwaan Tindak Pidana Asal (Halif ) | 175
Putusan Nomor 57/PID.SUS/2014/PN.SLR menceritakan bahwa istilah money laundering
jika tindak pidana asal tidak didakwakan? awalnya dari tempat usaha pencucian pakaian
secara otomatis di AS yang disebut dengan
C. Tujuan dan Kegunaan laundromats. Usaha yang berkedok pencucian
pakaian otomatis ini dipilih oleh para mafia untuk
Setiap penelitian pasti memiliki tujuan menyamarkan uang hasil tindak pidana yang
sebagai suatu sasaran yang ingin dicapai, adapun dilakukannya menjadi seolah-olah uang yang sah
tujuan dari penelitian ini adalah: (Darwin, 2012: 12). Namun, menurut Robinson
1. Mengetahui dan menganalisa penentuan cerita yang demikian hanyalah cerita bohong,
bentuk surat dakwaan terhadap tindak menurutnya pencucian uang bukanlah yang
pidana pencucian uang dalam Putusan seperti disebutkan di atas akan tetapi penempatan
Nomor 57/PID.SUS/2014/PN.SLR uang hasil kejahatan melalui sirkulasi transaksi
menjadi penting. yang akhirnya uang hasil kejahatan tersebut
seolah-olah menjadi uang yang sah (Sjahdeini,
2. Mengetahui dan menganalisa hakim 2007: 6).
dalam membuktikan unsur tindak pidana
pencucian uang dalam Putusan Nomor 57/ Menurut Willing pengertian pencucian
PID.SUS/2014/PN.SLR jika tindak pidana uang adalah proses penyembunyian keberadaan,
asal tidak didakwakan. sumber tindak sah, atau aplikasi pendapatan tidak
sah, sehingga pendapatan itu menjadi nampak sah.
Selain tujuan tentunya penelitian ini Demikian juga menurut Fraser, pencucian uang
memiliki kegunaan atau manfaat, adapun adalah sebuah proses yang sungguh sederhana
kegunaan dari penelitian ini adalah: di mana uang kotor diproses atau dicuci melalui
sumber yang sah atau bersih sehingga orang dapat
1. Secara teoritis, penelitian ini dapat memberi
menikmati keuntungan tidak halal itu dengan
sumbangsih pemikiran tentang karakteristik
aman (Harmadi, 2011: 26).
tindak pidana pencucian uang, serta
hubungannya dengan tindak pidana asal. Menurut Bucy mendefinisikan pencucian
uang adalah perahasiaan dari keberadaan, sumber
2. Secara praktis, penelitian ini dapat
yang tidak sah tentang dana gelap sedemikian
dijadikan acuan oleh penegak hukum,
rupa sehingga dana tersebut akan tampak sah
baik pada tingkat penyidikan, penuntutan
jika ditemukan. Tidak berbeda dengan pendapat
maupun pada saat pemeriksaan di sidang
Chaikin yang mendefinisikan pencucian
pengadilan dalam perkara tindak pidana
uang sebagai suatu proses dengan mana satu
pencucian uang.
penyembunyian atau penyamaran sumber,
disposisi, pergerakan, atau uang kepemilikan
D. Tinjauan Pustaka
untuk alasan apapun juga (Harmadi, 2011: 26).
Istilah tindak pidana pencucian uang
Proses penyamaran atau penyembunyian
berasal dari terjemahan money laundering, dalam
atas uang hasil tindak pidana tersebut dapat
bahasa Indonesia diartikan pencucian uang. Steel
dilakukan melalui tiga tahapan (Uly & Tanya, 2009:

176 | Jurnal Yudisial Vol. 10 No. 2 Agustus 2017: 173 - 192


13-17), yaitu: 1) placemen, yakni kegiatan untuk pidana pencucian uang tidak wajib dibuktikan
menempatkan uang hasil tindak pidana ke sistem terlebih dahulu tindak pidana asalnya.”
keuangan atau non-sistem keuangan; 2) layering,
Berdasarkan pasal ini dapat disimpulkan
yakni kegiatan pelapisan dengan mentransfer
bahwa perkara tindak pidana pencucian uang
uang hasil tindak pidana yang telah diletakkan di
dapat dilakukan penyidikan juga penuntutan
sistem keuangan (bank) lalu ditransfer ke sistem
bahkan dilakukan proses persidangan meskipun
keuangan yang lain (bank), baik di lingkup dalam
tindak pidana asal dari tindak pidana pencucian
negeri maupun di luar negeri; dan 3) integration,
uang tidak dibuktikan terlebih dahulu. Dengan
yakni kegiatan penyatuan uang hasil tindak pidana
kata lain, tindak pidana pencucian uang
yang telah diproses dalam sistem keuangan ditarik
dapat dilakukan penyidikan, penuntutan dan
dan dimasukkan ke perusahaan yang sah.
pemeriksaan di sidang pengadilan secara mandiri
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tanpa bersamaan dengan tindak pidana asal.
Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pasal 75 Undang-Undang Nomor 8 Tahun
Pidana Pencucian Uang mempertegas pengertian
2010 menyatakan: “Dalam hal penyidikan
tindak pidana pencucian uang secara yuridis, pada
menemukan bukti permulaan yang cukup
Pasal 1 angka (1) dinyatakan bahwa: “Pencucian
terjadinya tindak pidana pencucian uang dan
uang adalah segala perbuatan yang memenuhi
tindak pidana asal, penyidik menggabungkan
unsur-unsur tindak pidana sesuai dengan
penyidikan tindak pidana asal dengan
ketentuan dalam undang-undang ini,” yakni Pasal
penyidikan tindak pidana pencucian uang dan
3, Pasal 4, dan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 8
memberitahukannya kepada PPATK.” Pasal ini
Tahun 2010.
memberi peluang kepada tindak pidana pencucian
Menurut Husein pada saat sosialisasi uang dan tindak pidana asal dilakukan penyidikan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 di secara bersamaan, dengan syarat apabila telah
Fakultas Hukum Universitas Jember tahun 2011 ada bukti permulaan yang cukup terhadap tindak
menyatakan bahwa Pasal 3 merupakan delik pidana asal. Pasal tersebut juga berimplikasi pada
aktif, sedangkan Pasal 5 merupakan delik pasif. penyusunan bentuk surat dakwaan oleh penuntut
Penentuan yang demikian dapat memudahkan umum, berpijak pada pasal tersebut, bentuk
penegak hukum dalam membuktikan perbuatan surat dakwaan yang disusun penuntut umum
tindak pidana pencucian uang. Sedangkan Pasal 4 berbentuk kumulatif, yakni mendakwa secara
merupakan delik baru untuk menjerat pelaku yang bersama antara tindak pidana asal dan tindak
menyembunyikan asal usul, sumber dan lainya, pidana pencucian uang.
tetapi pelaku bukanlah pelaku tindak pidana asal
Dua pasal di atas seolah-olah bersifat
(Husein, 2011).
kontradiktif, Pasal 69 memperkenankan untuk
Dalam konteks pidana materiil, Undang- dilakukan penyidikan, bahkan penuntutan apalagi
Undang Nomor 8 Tahun 2010 sepintas bersifat pemeriksaan di sidang pengadilan terhadap tindak
kontradiktif, Pasal 69 menyatakan: “Untuk pidana pencucian uang meskipun tidak dibuktikan
dapat dilakukan penyidikan, penuntutan, dan terlebih dahulu tindak pidana asalnya. Sedangkan
pemeriksaan di sidang pengadilan terhadap tindak Pasal 75 juga memperkenankan dilakukan

Pembuktian Tindak Pidana Pencucian Uang Tanpa Dakwaan Tindak Pidana Asal (Halif ) | 177
penyidikan secara bersamaan antara tindak pengetahuan.” Demikian juga yang disampaikan
pidana pencucian uang dan tindak pidana asal, Ibrahim (2006: 26), terdapat dua hal yang
dengan syarat penyidik telah menemukan bukti sangat penting sebelum melakukan penelitian
permulaan yang cukup terhadap tindak pidana ilmiah, pertama, menguasai dasar-dasar ilmu
asal. Harus dipahami bahwa keberadaan Pasal pengetahuan yang akan ditelitinya, dan kedua,
69 tidak bisa berdiri sendiri, harus disandingkan menguasai metodologi disiplin ilmu pengetahuan
dengan Pasal 77 dan Pasal 78 (pembalikan beban yang akan diteliti.
pembuktian). Perumus Undang-Undang Nomor
Penelitian yang penulis lakukan adalah
8 Tahun 2010 beranggapan bahwa pada akhirnya
penelitian terhadap Putusan Nomor 57/PID.
tindak pidana pencucian uang tetap didasari oleh
SUS/2014/PN.SLR yang penulis peroleh
adanya tindak pidana asal, maka pada tahap
dari Direktori Putusan Mahkamah Agung.
pemeriksaan di sidang pengadilan sebagaimana
Putusan ini diidentifikasi masalah hukum yang
diatur dalam Pasal 77: “untuk kepentingan
terkandung di dalamnya lalu dilakukan penalaran
pemeriksaan di sidang pengadilan terdakwa
hukum dan menganalisanya untuk dipecahkan
wajib membuktikan bahwa harta kekayaannya
melalui kaidah-kaidah hukum yang berlaku
bukan merupakan hasil tindak pidana.”
dan relevan dengan permasalahan hukum yang
Terdakwa tindak pidana pencucian uang ingin dipecahkan, sehingga luaran dari hasil
wajib membuktikan harta kekayaannya bukan analisisnya berbentuk preskripsi. Tipe penelitian
merupakan hasil tindak pidana alias tindak pidana yang demikian menurut Marzuki (2016: 60)
asal. Selain itu, Pasal 69 Undang-Undang Nomor disebut dengan penelitian yuridis normatif.
8 Tahun 2010 berfungsi sebagai perampasan aset
Untuk menganalisis permasalahan hukum
dengan cara keperdataan (civil forfectur) (Utomo,
yang ada dalam Putusan Nomor 57/PID.
2013: 62) yang dikhususkan terhadap tindak
SUS/2014/PN.SLR, penulis menggunakan dua
pidana illicit enrichment, yakni pejabat negara
pendekatan, pertama, pendekatan perundang-
yang memiliki harta kekayaan melebihi dari profil
undangan (statute approach), pendekatan ini
pekerjaan dan penghasilannya, sehingga harta
dilakukan dengan cara menelaah undang-
kekayaan yang lebih tersebut diduga hasil dari
undang dan regulasi yang berhubungan dengan
tindak pidana. Namun sangat disayangkan tindak
permasalahan hukum yang penulis angkat.
pidana tersebut belum diberlakukan di Indonesia,
Kedua, pendekatan konseptual (conceptual
sehingga Pasal 69 tidak berfungsi (Atmasasmita,
approach), pendekatan yang menggunakan
2013: 24).
pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin
yang berkembang di dalam ilmu hukum yang
II. METODE
membentuk pengertian ilmu hukum, konsep-
Metode dalam suatu penelitian menjadi konsep hukum dan asas-asas hukum. Untuk
hal yang mutlak harus ada, sebagaimana yang menganalisis rumusan masalah yang menjadi
disampaikan oleh Soekanto (2010:6) “metodologi objek penelitian dibutuhkan bahan hukum, baik
merupakan suatu unsur yang mutlak harus ada yang bersifat bahan hukum primer maupun yang
di dalam penelitian dan pengembangan ilmu bersifat bahan hukum sekunder. Bahan hukum
primer merupakan bahan hukum yang bersifat

178 | Jurnal Yudisial Vol. 10 No. 2 Agustus 2017: 173 - 192


autoritatif yakni memiliki otoritas. Sedangkan putusan atas perkara tindak pidana. Akan tetapi
bahan hukum primer terdiri dari perundang- sebelum sampai pada proses pelimpahan dan
undangan, risalah pembuatan perundang- pemeriksaan di sidang pengadilan, penuntut
undangan dan putusan hakim (Marzuki, 2016: umum terlebih dulu mempelajari berkas hasil
181). penyidikan, apakah telah lengkap atau belum.
Jika telah dinyatakan lengkap, penuntut umum
Bahan hukum primer dalam penelitian
mempersiapkan surat dakwaan dan surat
ini adalah KUHAP, Undang-Undang Nomor
pelimpahan perkara kepada pengadilan. Artinya,
8 Tahun 2010, dan Putusan Nomor 57/PID.
sebelum suatu perkara pidana dilimpahkan dan
SUS/2014/PN.SLR. Sedangkan bahan hukum
diperiksa di pengadilan, tugas pokok penuntut
sekunder adalah semua publikasi tentang hukum
umum adalah mempersiapkan surat dakwaan.
yang bukan merupakan dokumen-dokumen
Pada hakikatnya fungsi surat dakwaan adalah
resmi, seperti buku-buku teks, jurnal hukum, dan
sebagai dasar bagi hakim dalam memeriksa dan
komentar-komentar atas putusan (Marzuki, 2016:
memutus. Harahap (2010: 389) mengatakan
181). Bahan hukum sekunder dari penelitian ini
bahwa surat dakwaan sebagai landasan dan
terdiri dari buku-buku hukum, jurnal yang ada
titik tolak pemeriksaan terdakwa dalam sidang
hubungan dengan rumusan masalah.
pengadilan.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN Hamzah (2010: 167) juga menyatakan:


bahwa surat dakwaan merupakan dasar penting
A. Urgensi Penentuan Bentuk Surat hukum acara pidana karena berdasarkan hal
Dakwaan terhadap Tindak Pidana yang dimuat dalam surat dakwaan, hakim akan
Pencucian Uang dalam Putusan Nomor memeriksa. Hal yang sama diungkapkan oleh
57/PID.SUS/2014/PN.SLR Muhammad (2007: 83), setiap penuntut umum
Penuntut umum memiliki kewenangan melimpahkan perkara ke pengadilan selalu
mutlak dalam merumuskan surat dakwaan disertai dengan surat dakwaan sebagai dasar
sebagai tindak lanjut dari proses penyidikan untuk pemeriksaan yang dilakukan oleh hakim di
dilimpahkan ke pengadilan agar diperiksa dan pengadilan.
diputus. Pasal 140 KUHAP menyatakan: “Dalam Penyusunan surat dakwaan dalam perkara
hal penuntut umum berpendapat bahwa dari hasil tindak pidana pencucian uang tidaklah mudah.
penyidikan dapat dilakukan penuntutan, ia dalam Karena tindak pidana pencucian uang memiliki
waktu secepatnya membuat surat dakwaan.” karakteristik yang berbeda dengan tindak pidana
Menurut Harahap (2010: 386), pasal di lain, tindak pidana ini terdiri dari dua tindak
atas merupakan bagian dari kegiatan penuntutan, pidana, pertama, tindak pidana asal secara
kegiatan tersebut terdiri dari tahapan proses limitatif disebutkan dalam Pasal 2 Undang-
pemeriksaan atas suatu tindak pidana yang Undang Nomor 8 Tahun 2010, dari tindak
dimulai dari tahapan pemeriksaan penyidikan ke pidana asal inilah harta kekayaan yang tidak sah
tingkat proses pemeriksaan di sidang pengadilan dihasilkan. Kedua, tindak pidana pencucian uang,
yang dilakukan oleh hakim guna mengambil yakni tindak pidana yang menyembunyikan atau
menyamarkan harta kekayaan yang dihasilkan

Pembuktian Tindak Pidana Pencucian Uang Tanpa Dakwaan Tindak Pidana Asal (Halif ) | 179
oleh tindak pidana asal agar seolah-olah menjadi lama 20 tahun dan denda paling banyak
harta kekayaan yang sah. Rp10.000.000.000,-”

Dua tindak pidana tersebut memiliki Sedangkan subsider Pasal 4 Undang-


hubungan yang erat, sehingga “seolah-olah” Undang Nomor 8 Tahun 2010, yaitu:
tidak akan terjadi tindak pidana pencucian uang “Setiap orang yang menyembunyikan atau
jikalau tidak didahului oleh tindak pidana asal menyamarkan asal usul, sumber, lokasi,
peruntukan, pengalihan hak-hak, atau
terlebih dahulu. Hal tersebut berdampak pada kepemilikan yang sebenarnya atas harta
penyusunan surat dakwaan, apakah antara tindak kekayaan yang diketahuinya atau patut
pidana pencucian uang dengan tindak pidana asal diduganya merupakan hasil tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
didakwa secara bersamaan atau hanya tindak ayat (1) dipidana karena tindak pidana
pidana pencucian uang yang didakwakan tanpa pencucian uang dengan pidana penjara
paling lama 20 tahun dan denda paling
tindak pidana asal.
banyak Rp5.000.000.000,-”
Harus diingat bahwa penentuan atau
Jikalau merujuk pada ketentuan hukum
penyusunan surat dakwaan dalam tindak pidana
acara yang diatur dalam Undang-Undang
pencucian uang memiliki konsekuensi kepada
Nomor 8 Tahun 2010, penuntut umum diberi
hakim untuk menentukan sistem pembuktian
kewenangan yang bebas, mendakwa pelaku
yang telah diatur secara khusus dalam Undang-
tindak pidana pencucian uang dengan hanya
Undang Nomor 8 Tahun 2010. Jika dakwaan
mendakwa tindak pidana pencucian uang atau
yang disusun menggabungkan antara tindak
mendakwa bersamaan dengan tindak pidana asal,
pidana pencucian uang dan tindak pidana asal,
sebagaimana diatur dalam Pasal 69 dan Pasal 75
maka pembuktiannya menggunakan sistem
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010.
pembuktian yang diatur dalam KUHAP,
namun jika dakwaan yang disusun hanya Pasal 69 Undang-Undang Nomor 8 Tahun
mendakwa tindak pidana pencucian uang, maka 2010 menyatakan bahwa: “Untuk dilakukan
pembuktiannya menerapkan sistem pembalikan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang
beban pembuktian. Pada Putusan Nomor 57/PID. pengadilan terhadap tindak pidana pencucian
SUS/2014/PN.SLR penuntut umum menyusun uang tidak wajib dibuktikan terlebih dahulu
surat dakwaan berbentuk subsider, primer Pasal tindak pidana asalnya.” Pasal ini menyatakan
3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010, yaitu: bahwa proses penyidikan, penuntutan bahkan
“Setiap orang yang menempatkan, pemeriksaan di sidang pengadilan terhadap
mentransfer, mengalihkan, membelanjakan, tindak pidana pencucian uang tidak wajib
membayarkan, menghibahkan, menitipkan,
membawa ke luar negeri, mengubah bentuk, dibuktikan terlebih dahulu tindak pidana asalnya.
menukarkan dengan mata uang atau surat Artinya, penyidik diperkenankan melakukan
berharga atau perbuatan lain atas harta penyidikan terhadap tindak pidana pencucian
kekayaan yang diketahuinya atau patut
diduganya merupakan hasil tindak pidana uang meskipun tidak dibuktikan terlebih dahulu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat tindak pidana asalnya, demikian juga penuntut
(1) dengan tujuan menyembunyikan atau umum dan hakim dalam melakukan penuntutan
menyamarkan asal usul harta kekayaan
dipidana karena tindak pidana pencucian dan pememeriksa di sidang pengadilan.
uang dengan pidana penjara paling

180 | Jurnal Yudisial Vol. 10 No. 2 Agustus 2017: 173 - 192


Jika merujuk pada Pasal 75 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010, penulis), melainkan
Nomor 8 Tahun 2010 yang menyatakan: “Dalam pada pemahaman dan persepsi para ahli
hukum pidana dan praktisi hukum terhadap
hal penyidik menemukan bukti permulaan yang filosofi, visi, misi, dan karakter tindak
cukup terjadinya tindak pidana pencucian uang pidana pencucian uang.”
dan tindak pidana asal, penyidik menggabungkan
Pasal 69 Undang-Undang Nomor 8 Tahun
penyidikan tindak pidana asal dengan
2010 sebenarnya mengatur tentang perampasan
penyidikan tindak pidana pencucian uang dan
aset dengan cara keperdataan (civil forfeiture/in
memberitahukannya kepada PPATK.” Penyidik
rem). Menurut Atmasasmita (2013: 23), hakikat
dapat melakukan penyidikan secara bersamaan
pasal tersebut adalah untuk merampas aset
antara tindak pidana asal dengan tindak pidana
hasil tindak pidana asal (yang dicuci) melalui
pencucian uang, demikian pula penuntut umum,
keperdataan (civil forfeiture/in rem), selama ini
juga dapat menyusun surat dakwaan secara
perampasan aset yang selalu digunakan adalah in
bersamaan (kumulasi) antara tindak pidana asal
personam/criminal forfeiture, perampasan aset
dan tindak pidana pencucian uang.
setelah adanya putusan hakim dalam perkara
Tidak menjadi persoalan jikalau penuntut pidana. Karena ketentuan tersebut menegaskan
umum dalam menyusun surat dakwaan dalam bahwa sasaran Undang-Undang Nomor 8 Tahun
Putusan Nomor 57/PID.SUS/2014/PN.SLR 2010 adalah bukan pada perbuatan (kesalahan)
hanya mendakwa pasal tindak pidana pencucian terdakwa, melainkan pada harta kekayaan yang
uang tanpa menyertakan tindak pidana asal, diduga berasal dari atau terkait dengan tindak
sebagaimana diatur dalam Pasal 69 Undang- pidana asal.
Undang Nomor 8 Tahun 2010. Namun demikian,
Model perampasan seperti ini
hakim harus menerapkan Pasal 77, artinya hakim
menitikberatkan pada “benda” (thing), di mana
dapat menerapkan pembalikan beban pembuktian.
benda dalam konteks ini merupakan fiksi hukum
Mengapa demikian karena eksistensi Pasal 69
yang menegaskan bahwa, benda tersebut (harta
memiliki korelasi dengan Pasal 77.
hasil tindak pidana asal) dianggap sebagai
Pasal 69 Undang-Undang Nomor 8 Tahun “subjek hukum” yang memiliki kesadaran atau
2010 harus dipahami secara konprehensif oleh niat, layaknya seperti seorang manusia sehingga
para penegak hukum, khususnya hakim, agar patut dipertanggungjawabkan status hukumnya
penerapannya benar-benar sesuai dengan rasio (Atmasasmita, 2010: 59).
legis pada saat pasal tersebut dirumuskan.
Model perampasan aset yang demikian,
Sebagaimana kritik yang disampaikan
sebagaimana yang dianut dalam Pasal 69
Atmasasmita (2013: 7) terhadap penerapan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 didasari
hukum tindak pidana pencucian uang:
oleh pandangan yang mengatakan “tidak
“Merujuk kelemahan-kelemahan dalam seseorangpun berhak memiliki kekayaan yang
penanganan perkara tindak pidana
pencucian uang sehingga harus terjadi tidak patut dimilikinya.” Pandangan ini tercermin
perubahan kedua kali, menurut pendapat dari beberapa istilah, crime shouldn’t pay; unjust
saya, bukanlah perubahan undang-undang enrichment atau illicit enrichment; no one benifit
yang menjadi masalah dalam pembentukan
undang-undang ini (Undang-Undang from his own wrongdoing. Teori yang melandasi

Pembuktian Tindak Pidana Pencucian Uang Tanpa Dakwaan Tindak Pidana Asal (Halif ) | 181
pandangan ini disebut rational choice theory Hakim menerapkan sistem pembuktian
(Atmasasmita, 2010: 58). Sehingga original sebagaimana yang diatur dalam KUHAP,
intent antara tindak pidana asal dengan tindak padahal penerapan pembuktian sebagaimana
pidana pencucian uang memiliki perbedaan. diatur dalam KUHAP apabila penuntut umum
Original intent pada tindak pidana asal masih mendakwa terdakwa dengan pasal tindak pidana
bertumpu pada segi perbuatan dan pembuatnya pencucian uang dengan tindak pidana asal
(daad-dader strafrecht). Sedangkan objek tindak (kumulatif). Jikalau hakim menerapkan sistem
pidana pencucian uang adalah harta kekayaan pembuktiannya dengan menggunakan sistem
yang diduga berasal atau diperoleh dari tindak pembuktian sebagaimana diatur dalam KUHAP,
pidana asal. maka penuntut umum dalam mendakwa terdakwa
pelaku tindak pidana pencucian uang dalam
Perbedaan objek kedua tindak pidana
Putusan Nomor 57/PID.SUS/2014/PN.SLR
tersebut berdampak terhadap pembuktian secara
dengan bentuk surat dakwaan kumulatif, dakwaan
normatif, yaitu pembuktian atas tindak pidana
pertama terdakwa didakwa dengan tindak pidana
asal adalah perbuatan dan kesalahan pelaku
penyelundupan, karena terdakwa telah diduga
tindak pidana asal, sedangkan pembuktian
melakukan tindak pidana penyelundupan pupuk
atas tindak pidana pencucian uang adalah
matahari dari negara Malaysia ke Indonesia.
pada perolehan kekayaan yang diduga berasal
Sedangkan dakwaan kedua, terdakwa didakwa
dari tindak pidana. Dengan demikian, tindak
dengan pasal tindak pidana pencucian uang baik
pidana pencucian uang yang didakwakan secara
Pasal 3 atau Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8
mandiri tanpa bersamaan dengan tindak pidana
Tahun 2010.
asalnya lebih kepada perampasan aset (harta
kekayaan yang dicuci) sarana keperdataan (civil Hakikatnya tindak pidana pencucian uang
forfeiture) dengan didukung oleh pembalikan tidak berdiri sendiri sebagaimana tindak pidana
beban pembuktian. Di samping itu, tindak pidana lainnya, melainkan tindak pidana ini berhubungan
pencucian uang yang didakwa secara mandiri dengan tindak pidana lainnya (tindak pidana
tanpa bersamaan dengan tindak pidana asalnya asal/predicative offence), sehingga tepat jika
tidak membuktikan perbuatan dan kesalahan dinyatakan bahwa tindak pidana pencucian uang
pelaku tindak pidana pencucian uang. merupakan condition sine qua non (berhubungan)
dengan tindak pidana asal sebagaimana telah
Sangat disayangkan, hakim dalam Putusan
diatur dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 57/PID.SUS/2014/PN.SLR tidak
Nomor 8 Tahun 2010 (Atmasasmita, 2013: 7).
menerapkan pembalikan beban pembuktian
sebagaimana diatur dalam Pasal 77 Undang- Demikian juga yang disampaikan oleh
Undang Nomor 8 Tahun 2010, meskipun Garnasih, tindak pidana pencucian uang merupakan
pembalikan beban pembuktian tersebut hanya kejahatan yang mempunyai karakteristik berbeda
untuk merampas aset hasil tindak pidana melalui dengan jenis kejahatan pada umumnya, terutama
keperdataan, dan pembalikan beban pembuktian bahwa tindak pidana ini bukan merupakan tindak
tersebut tidak membuktikan kesalahan R sebagai pidana tunggal tetapi kejahatan ganda. Namun
terdakwa. demikian antara tindak pidana asal dan tindak
pidana pencucian uang merupakan kejahatan yang

182 | Jurnal Yudisial Vol. 10 No. 2 Agustus 2017: 173 - 192


berdiri sendiri (Garnasih, 2013: 4). Artinya tindak Implikasi hubungan tindak pidana asal
pidana pencucian uang memiliki karakter khusus, dengan tindak pidana pencucian uang terhadap
bahwa tindak pidana ini sangat berhubungan penyusunan surat dakwaan, sebagaimana
dengan tindak pidana asal, meskipun tindak disampaikan oleh Garnasih, bahwa tindak pidana
pidana pencucian uang dengan tindak pidana pencucian uang dengan tindak pidana asalnya
asalnya berdiri sendiri-sendiri. harus disusun dakwaan dalam bentuk kumulatif,
karena tujuan pelaku memproses tindak pidana
Hubungan antara tindak pidana pencucian
pencucian uang adalah untuk menyembunyikan
uang dengan tindak pidana asalnya tidak memiliki
atau menyamarkan hasil dari predicate offence
satu kehendak jahat atau mens rea yang sama,
(tindak pidana asal) agar tidak diketahui asal
karena kehendak melakukan tindak pidana asal
usulnya untuk selanjutnya dapat digunakan,
yang diwujudkan dalam perbuatannya berbeda
jadi bukan untuk tujuan menyembunyikan
dengan kehendak untuk melakukan tindak pidana
saja tapi merubah performance atau asal usul
pencucian uang yang diatur dalam Pasal 3, Pasal
hasil kejahatan untuk tujuan selanjutnya dan
4, dan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 8 Tahun
menghilangkan hubungan langsung dengan
2010.
tindak pidana asalnya.
Menurut Atmasasmita (2013: 7), dengan
Dengan demikian jelas bahwa berbagai
alasan tersebut tindak pidana pencucian uang
kejahatan keuangan (interprise crimes) hampir
tidak termasuk tindak pidana berlanjut (vogezette
pasti akan dilakukan pencucian uang atau
handeling), karena tidak memiliki niat jahat
paling tidak harus sesegera mungkin dilakukan
yang sama. Namun kedua tindak pidana tersebut
pencucian uang untuk menyembunyikan harta
merupakan tindak pidana yang berbarengan
hasil tindak pidana asal itu agar terhindar dari
(concursus realis), yakni dua tindak pidana
penuntutan petugas (Garnasih, 2013: 4).
yang berdiri sendiri dan ada hubungannya satu
sama yang lain. Dari sisi hukum pidana formil, Dalam praktik, sebagaimana yang ditulis
adanya tindak pidana dalam bentuk concursus oleh Sapardjaja (2013: 5-6), bahwa akhir-akhir
(berbarengan) menuntut penuntut umum dalam ini perkara tindak pidana pencucian uang banyak
menyusun surat dakwaannya berbentuk kumulasi, masuk ke pengadilan. Dakwaan tindak pidana
sebagai konsekuensi dari berbarengan tindak pencucian uang menjadi dakwaan kumulasi
pidana tersebut sebagai aspek pemidanaan. kedua di samping dakwaan terhadap tindak
pidana asalnya. Beberapa contoh perkara yang
Pelanggaran atas pengajuan dakwaan
telah diputus oleh pengadilan negeri, pengadilan
bentuk kumulatif dalam perkara yang
tinggi, dan Mahkamah Agung antara lain:
mengandung concursus (berbarengan) tindak
pidana, dengan sendirinya merupakan cara yang 1. Putusan Nomor 507 K/PID.SUS/2009
tidak tepat dalam menjatuhkan hukuman. Karena yang berhubungan dengan Putusan Nomor
setiap bentuk peristiwa pidana yang mengandung 498 K/PID.SUS/2009 dan Nomor 499 K/
concursus (berbarengan) tindak pidana, sudah PID.SUS/2009, dakwaan tindak pidana
ditentukan cara atau sistem pemidanaannya pencucian uang sebagai dakwaan kumulatif
(Harahap, 2010: 409). kedua terbukti dengan mudah karena tindak

Pembuktian Tindak Pidana Pencucian Uang Tanpa Dakwaan Tindak Pidana Asal (Halif ) | 183
pidana asalnya, yaitu penggelapan sebagai B. Pembuktian Unsur Tindak Pidana
dakwaan kesatu dapat dibuktikan; Pencucian Uang dalam Putusan Nomor
57/PID.SUS/2014/PN.SLR jika Tindak
2. Putusan Nomor 248 K/PID.SUS/2011
Pidana Asal Tidak Didakwakan
yang berhubungan dengan Nomor 2486 K/
PID.SUS/2011 dan Nomor 2480 K/PID. Perumusan tindak pidana dalam suatu
SUS/2011 adalah perkara di mana para undang-undang, terkadang dirumuskan dengan
terdakwa penerima hasil tindak pidana menguraikan unsur-unsur dan elemen dari tindak
pembobolan Bank Permata Bandung pidana, terkadang pula hanya dirumuskan dengan
yang dilakukan oleh orang lain tetapi para menyebutkan kualifikasi tindak pidananya
terdakwa tersebut mengetahui bahwa harta saja. Moeljatno (2009: 71) mengatakan, bahwa
kekayaan berupa keuntungan 10% berasal rumusan perbuatan beserta sanksinya yang
dari transfer fiktif yang diketahuinya dijumpai dalam aturan pidana dimaksudkan
berasal dari tindak pidana penipuan; untuk menunjukkan perbuatan-perbuatan
mana yang dilarang dan pantang dilakukan.
3. Putusan Nomor 1607 K/PID. SUS/2012
Pada umumnya maksud tersebut dapat dicapai
berasal dari tindak pidana pemalsuan/
dengan menentukan beberapa elemen, unsur
pencatatan palsu atas rekening para nasabah
atau syarat yang menjadi ciri atau sifat khas dari
yang kemudian ditarik dan ditempatkan
larangan tersebut. Sehingga dapat dibedakan dari
dalam rekening terdakwa sendiri, pacarnya,
perbuatan-perbuatan lain yang tidak dilarang.
adiknya, padahal uang tersebut bukan
kekayaannya sendiri yang dibelanjakan Perbedaan dari istilah unsur, elemen dan
dalam bentuk mobil mewah dan properti kualifikasi yang menjadi rumusan dari tindak
lainnya. Jaksa penuntut umum berhasil pidana. Menurut Hiariej perbedaan antara unsur
melakukan pembuktian bahwa penarikan dan elemen terletak pada keluasan cangkupan
uang yang ditempatkan dalam rekening antara elemen dengan unsur. Elemen dalam
pribadi terdakwa dan pihak lainnya suatu tindak pidana adalah unsur-unsur yang
sebanyak 117 kali, dan berhasil menelusuri terdapat dalam suatu tindak pidana, unsur
aset yang berasal dari tindak pidana asal. tersebut baik tertulis maupun tidak tertulis dalam
rumusan tindak pidana. Sedangkan unsur adalah
Berdasarkan uraian di atas, penentuan
bestandeel yakni unsur tindak pidana yang secara
bentuk surat dakwaan dan pasal yang didakwakan
expressiv verbis tertuang dalam suatu rumusan
menjadi hal yang penting dalam perkara tindak
tindak pidana (Hiariej, 2014: 97).
pidana pencucian uang. Bentuk surat dakwaan
dan pasal yang didakwakan terhadap perkara Para ahli hukum pidana membagi unsur
tindak pidana pencucian uang berdampak tindak pidana tersebut menjadi dua, pertama,
pada kecermatan hakim dalam memilih sistem unsur objektif, yakni unsur tindak pidana yang
pembuktian. Ketepatan dalam menentukan berada di luar diri pelaku tindak pidana. Unsur
bentuk surat dakwaan dan pasal yang didakwakan objektif terdiri dari: 1) perbuatan dan akibat; 2) hal
menjadi hal yang penting dalam perkara tindak ikhwal atau keadaan yang menyertai perbuatan;
pidana pencucian uang. 3) keadaan tambahan yang memberatkan pidana;

184 | Jurnal Yudisial Vol. 10 No. 2 Agustus 2017: 173 - 192


dan 4) sifat melawan hukum (Moejatno, 2009: 69). Unsur setiap orang menurut pertimbangan
Kedua, unsur subjektif, yakni unsur tindak pidana hakim telah terbukti. Sedangkan unsur “yang
yang berada dalam diri pelaku tindak pidana. menempatkan, mentransfer, mengalihkan,
unsur subjektif ini terdiri dari kesengajaan atau membelanjakan, membayarkan, menghibahkan,
kealpaan (dolus atau culpa) dan degradasinya. menitipkan, membawa ke luar negeri, mengubah
bentuk, menukarkan dengan mata uang atau surat
Hiariej (2014:97) melanjutkan
berharga atau perbuatan lain atas harta kekayaan
pendapatnya, perumusan tindak pidana dengan
yang diketahuinya atau patut diduganya hasil
menguraikan unsur-unsur ataupun kualifikasi
tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam
memiliki fungsi, yaitu: 1) rumusan delik sebagai
Pasal 2 ayat (1) menurut hakim tidak terbukti.
pengejawantahan dari asas legalitas; dan 2)
rumusan tindak pidana berfungsi sebagai unjuk Hakim mempertimbangkan bahwa proses
bukti dalam konteks hukum acara pidana. transfer harta kekayaan yang diduga dari hasil
Dengan adanya rumusan tindak pidana dalam tindak pidana penyelundupan dilakukan oleh
bentuk unsur-unsur maupun kualifikasi tindak rekan terdakwa di Maumere ke rekening BRI
pidana menjadi hal yang harus dibuktikan dalam atas nama AR total sebesar Rp129.000.000,- Hal
persidangan untuk menentukan apakah pelaku ini menandakan bahwa kegiatan pentransferan
dari tindak pidana telah memenuhi unsur-unsur ini bukan merupakan sikap aktif dari terdakwa
tindak pidana yang telah dilakukan antau tidak. R, namun dari saksi AR yang diminta tolong
Hal ini nantinya menjadikan dasar bagi hakim oleh terdakwa. Jadi transfer tersebut tidak
dalam menentukan putusannya. dilakukan oleh terdakwa tetapi dilakukan oleh
rekan dan tanpa terdakwa. Sehingga hakim
Putusan Nomor 57/PID.SUS/2014/PN.SLR
mempertimbangkan bahwa unsur ini tidak
dengan terdakwa R didakwa oleh penuntut umum
terbukti. Karena satu unsur dinyatakan tidak
dengan dakwaan primer Pasal 3 Undang-Undang
terbukti maka unsur berikutnya tidak dibuktikan
Nomor 8 Tahun 2010 dan dakwaan sekunder
oleh hakim, sehingga disimpulkan oleh hakim
Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010.
bahwa tindak pidana pencucian uang sebagaimana
Karena dakwaan primer Pasal 3 dibuktikan
diatur dalam Pasal 3 tidak terbukti.
oleh hakim dengan menguraikan unsur-unsur
Pasal 3 dan membuktikan satu-persatu unsur- Bentuk surat dakwaan yang disusun
unsur tersebut. Unsur-unsur Pasal 3 dirumuskan oleh penuntut umum berbentuk surat dakwaan
oleh hakim sebagai berikut: 1) setiap orang; 2) subsider, maka hakim memiliki kewenangan
yang menempatkan, mentransfer, mengalihkan, untuk membuktikan dakwaan subsider sebagai
membelanjakan, membayarkan, menghibahkan, dakwaan pengganti dari dakwaan primer yang
menitipkan, membawa ke luar negeri, mengubah tidak terbukti tersebut. Hakim mengulas dan
bentuk, menukarkan dengan mata uang atau surat membuktikan unsur-unsur Pasal 4 Undang-
berharga atau perbuatan lain atas harta kekayaan Undang Nomor 8 Tahun 2010 sebagai dakwaan
yang diketahuinya atau patut diduganya hasil subsider sebagai berikut:
tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal
1. Unsur setiap orang;
2 ayat (1); dan 3) dengan tujuan menyembunyikan
atau menyamarkan asal usul harta kekayaan. 2. Unsur menyembunyikan atau menyamarkan

Pembuktian Tindak Pidana Pencucian Uang Tanpa Dakwaan Tindak Pidana Asal (Halif ) | 185
asal usul, sumber, lokasi, peruntukan, dilakukan dua kali. Setelah uang tersebut
pengalihan hak-hak, atau kepemilikan diserahkan kepada terdakwa oleh saksi,
yang sebenarnya atas harta kekayaan yang maka saksi meninggalkan terdakwa tanpa
diketahuinya; meminta dan memperoleh imbalan dari
terdakwa.
3. Unsur patut diduganya merupakan hasil
tindak pidana sebagaimana dimaksud Uang yang ditransfer dari teman terdakwa
dalam Pasal 2 ayat (1). di Flores/Maumere kepada melalui rekening
saksi AR diduga merupakan uang hasil dari
Unsur “setiap orang” menurut hakim telah
penjualan pupuk cap Matahari yang dilakukan
terbukti. Sedangkan unsur “menyembunyikan
oleh terdakwa di Flores/Maumere Nusa
atau menyamarkan asal usul, sumber, lokasi,
Tenggara Timur. Dari fakta-fakta tersebut,
peruntukan, pengalihan hak-hak, atau
hakim mempertimbangkan bahwa unsur
kepemilikan yang sebenarnya atas harta
“menyembunyikan atau menyamarkan asal usul,
kekayaan yang diketahuinya” berdasarkan fakta
sumber, lokasi, peruntukan, pengalihan hak-hak,
dan keadaan yang terungkap di persidangan yang
atau kepemilikan yang sebenarnya atas harta
satu dengan yang lain saling bersesuaian antara
kekayaan yang diketahuinya” telah terbukti.
keterangan saksi-saksi dan keterangan terdakwa
(Putusan Nomor 57/PID.SUS/2014//PN.SLR): Unsur “patut diduganya merupakan hasil
tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal
• Bahwa pada tanggal 3 Januari 2014 saksi
2 ayat (1) menurut pembuktian dan pertimbangan
AR melakukan transaksi penarikan uang di
hakim telah terbukti. Bahwa harta kekayaan yang
Bank BRI, pertama sebesar Rp54.000.000,-
ditransfer oleh rekan terdakwa di Flores/Maumere
dan kedua, sebesar Rp75.000.000,-;
merupakan hasil tindak pidana di bidang kelautan
• Bahwa sebelum penarikan uang itu terjadi, dan perikanan. Karena terdakwa telah mengakui
saksi AR bertemu dengan terdakwa R di beberapa kali pernah ke Batam sebagaimana tiket
pelabuhan Rauf Rahman Benteng Selayar, pesawat Lion Air pada tanggal 06 Februari 2012
lalu terdakwa menanyakan kepada saksi bersama P, M, S, dan A via Ujung Pandang transit
AR memiliki nomor rekening bank karena Jakarta menuju Batam. Serta dalam Berita Acara
akan ada orang yang mau mentransfer uang Penyidik yang telah diakui oleh terdakwa, bahwa
kepada terdakwa dan saksi memberikan terdakwa melakukan transaksi memesan barang
nomor rekening BRI-nya kepada terdakwa; yang patut diduga adalah pupuk cap Matahari
dari Malaysia. Sebelum menganalisa pembuktian
• Bahwa setelah terdakwa mendapat kabar
yang dilakukan hakim terhadap “unsur
dari rekannya di Maumere uangnya telah
diketahuinya atau patut diduganya merupakan
ditransfer, terdakwa menyuruh saksi AR
hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam
untuk mengecek kebenaran adanya transfer
Pasal 2 ayat (1), di mana tindak pidana asalnya,
uang tersebut. Ternyata, transfer uang dari
yakni tindak pidana penyelundupan pupuk atau
rekan terdakwa memang ada dan saksi
tindak pidana di bidang kelautan dan perikanan
mengambil uang tersebut dan menyerahkan
tidak didakwakan dan tidak dibuktikan, terdapat
kepada terdakwa dan penarikan itu
beberapa hal yang sangat penting untuk dianalisa.

186 | Jurnal Yudisial Vol. 10 No. 2 Agustus 2017: 173 - 192


Pertama, mengenai penguraian unsur Pasal Kedua, tipologi yang dilakukan oleh
3 dan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun terdakwa dan tipologi yang dilakukan oleh rekan
2010. Hakim dalam menguraikan unsur-unsur terdakwa di Flores/Maumere Nusa Tenggara
Pasal 3 dan Pasal 4 tersebut kurang begitu sesuai Timur yang mentransfer uang milik terdakwa
dengan prinsip unsur-unsur tindak pidana, hakim melalui rekening saksi AR merupakan tahapan
dalam menguraikan unsur yang didakwakan yang berbeda dalam tahapan tindak pidana
terlalu bersifat umum sehingga pembuktiannya pencucian uang. Tahapan-tahapan tindak pidana
kurang begitu detail. Seharusnya uraian unsur pencucian uang sebagai berikut:
Pasal 3 adalah sebagai berikut:
1. Tahapan placament (penempatan), yaitu
1. Unsur setiap orang; menempatkan harta hasil kejahatan ke dalam
sistem keuangan, seperti menempatkan
2. Menempatkan, mentransfer, mengalihkan,
harta hasil korupsi ke rekening bank atas
membelanjakan, membayarkan,
nama istri atau anaknya;
menghibahkan, menitipkan, membawa ke
luar negeri, mengubah bentuk, menukarkan 2. Tahapan layering (pelapisan), yakni
dengan mata uang atau surat berharga atau menyamarkan dan menyembunyikan
perbuatan lain (bersifat alternatif); asal usul harta hasil kejahatan melalui
transaksi keuangan dari satu bank ke bank
3. Unsur harta kekayaan;
yang lain, bahkan dari bank satu negara
4. Unsur diketahuinya atau patut diduganya ke bank negara lain sampai para penegak
hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud hukum tidak dapat mendeteksi harta hasil
dalam Pasal 2 ayat (1); dan kejahatan tersebut;

5. Unsur dengan tujuan menyembunyikan atau 3. Tahapan integration (penyatuan), yakni


menyamarkan asal usul harta kekayaan. menghimpun kembali harta hasil kejahatan
yang disamarkan atau disembunyikan
Sedangkan ulasan unsur Pasal 4 Undang-
melalui tahapan placement (penempatan)
Undang Nomor 8 Tahun 2010 adalah sebagai
dan layering (pelapisan) ke sistem
berikut:
keuangan yang sah atau legal, seperti
1. Unsur setiap orang; dijadikan modal perusahaan-perusahaan
yang legal dan hasilnya seolah-olah telah
2. Unsur menyembunyikan atau menyamarkan menjadi harta yang sah.
asal usul, sumber, lokasi, peruntukan,
pengalihan hak-hak, atau kepemilikan yang Tiga tahapan tersebut telah diadopsi oleh
sebenarnya; Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 dalam
Pasal 3 untuk placement (penempatan), Pasal 4
3. Unsur harta kekayaan; untuk layering (pelapisan), dan Pasal 5 untuk
4. Unsur diketahuinya atau patut diduganya integration (penyatuan). Jika dianalisa dengan
merupakan hasil tindak pidana sebagaimana tipologi tahapan tersebut maka tindak pidana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1). pencucian uang yang dilakukan oleh terdakwa
adalah tahapan placement (penempatan),

Pembuktian Tindak Pidana Pencucian Uang Tanpa Dakwaan Tindak Pidana Asal (Halif ) | 187
terdakwa sebagai pelaku aktif, artinya terdakwa Hakim dalam membuktikan Pasal 4
melakukan tindak pidana asal, yakni tindak khususnya unsur “diketahuinya atau patut
pidana penyelundupan pupuk atau tindak pidana diduganya merupakan hasil tindak pidana
di bidang kelautan dan perikanan. sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(1)” dalam Putusan Nomor 57/PID.SUS/2014/
Harta kekayaan yang dihasilkan dari salah
PN.SLR menyatakan telah terbukti meskipun
satu tindak pidana asal tersebut terdakwa tempatkan
tindak pidana asalnya tidak dibuktikan terlebih
atau menitipkan atau perbuatan lain melalui teman
dahulu, hakim meyakinkan bahwa unsur tersebut
terdakwa di Flores/Maumere. Perlu diperhatikan
telah terbukti hanya berdasarkan pernyataan
perbuatan yang menjadi unsur pada Pasal 3 tidak
terdakwa dalam BAP, bahwa terdakwa diduga
hanya mentransfer tapi juga menempatkan atau
pernah melakukan perjalanan ke Batam dan
menitipkan bahkan perbuatan-perbuatan lain
dilanjutkan ke Malaysia, dari kegiatan tersebut
yang tujuannya ingin menyembunyikan atau
terdakwa diduga menyelundupkan pupuk cap
menyamarkan. Jadi menurut penulis terdakwa
Matahari dari Malaysia ke Indonesia. Harta
lebih memenuhi unsur-unsur Pasal 3.
kekayaan hasil dari tindak pidana tersebut yang
Sementara perbuatan yang dilakukan oleh dicuci oleh terdakwa.
rekan terdakwa dan saksi AR merupakan tahapan
Menurut Garnasih rumusan pada delik
layering (pelapisan) sebagaimana diatur dalam
tindak pidana pencucian uang yakni Pasal 3,
Pasal 4, perbuatan yang dilakukan rekan terdakwa
Pasal 4, dan Pasal 5 menimbulkan karakteristik
ingin menyembunyikan atau menyamarkan asal
yang berbeda dengan tindak pidana yang lain,
usul kepemilikan harta tersebut dari pemilik
bahwa tindak pidana pencucian uang merupakan
aslinya. Jika penegak hukum sungguh-sungguh
follow up crime, sedangkan hasil kejahatan yang
mau menegakkan hukum, maka rekan terdakwa
diproses pencucian uang disebut sebagai core
dan saksi AR dapat dimintai pertanggungjawaban
crimes atau predicate offence atau disebut sebagai
pidana terhadap dugaan tindak pidana pencucian
unlawful activity. Jika dilihat dari kronologi
uang yang dilakukannya. Jadi rekan terdakwa dan
perbuatan maka tidak mungkin terjadi tindak
saksi AR dapat diancam dengan Pasal 4. Namun
pidana pencucian uang tanpa terjadi predicate
demikian harus dibuktikan unsur “diketahui atau
offence (no money laundering without core
patut menduganya” bahwa harta yang ditransfer
crime) terlebih dahulu (Garnasih, 2013: 6).
oleh rekan terdakwa kepada saksi AR berasal dari
tindak pidana penyelundupan atau tindak pidana Tindak pidana asal (predicate offence) di
di bidang perikanan dan kelautan. dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010
disebutkan secara limitatif dalam Pasal 2 yaitu
Selain dua permasalahan di atas,
terdiri dari 26 jenis tindak pidana dan ditambah
permasalahan utama yang harus dianalisis
“semua tindak pidana yang ancaman pidananya
penulis, yakni apakah pembuktian unsur
empat tahun ke atas. Predicate offence (tindak
“diketahuinya atau patut diduganya merupakan
pidana asal) menurut Arief adalah “delik-delik
hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam
yang menjadi sumber dari uang haram (dirty
Pasal 2 ayat (1)” dapat dibuktikan jikalau tindak
money) atau hasil kejahatan (criminal proceeds)
pidana asalnya tidak dibuktikan terlebih dahulu.
yang kemudian dicuci.” Beberapa negara ASEAN

188 | Jurnal Yudisial Vol. 10 No. 2 Agustus 2017: 173 - 192


dalam merumuskan tindak pidana pencucian uang patut menduganya bahwa harta kekayaan yang
juga merumuskan tindak pidana asal (predicate dicuci telah berasal dari tindak pidana asal pada
offence) (Arief, 2013: 127-145), arti umumnya di dakwaan kumulatif pertama tersebut.
negara-negara ASEAN mengakui bahwa tindak
Hakim sangat kesulitan untuk membuktikan
pidana pencucian uang selalu didahului oleh
unsur “harta kekayaan yang diketahui atau
tindak pidana asalnya.
patut diduganya berasal dari tindak pidana
Garnasih melanjutkan pendapatnya di atas, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)
perlu dipahami bahwa tindak pidana pencucian Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010,” jika
uang merupakan kejahatan lanjutan (follow up tindak pidana asalnya tidak didakwa dan tidak
crime) yang terjadinya sangat tergantung pada dibuktikan terlebih dahulu. Kecuali pada tindak
adanya tindak pidana asal, meskipun antara pidana illicit enrichment yakni suatu instrumen
keduanya masing-masing dikualifikasikan hukum yang mngkriminalisasi pejabat publik
sebagai tindak pidana yang berdiri-sendiri, oleh yang memiliki kekayaan dan/atau peningkatan
karena itu, dalam memeriksa tindak pidana kekayaan dalam jumlah tidak wajar (tidak sesuai
tersebut sebaiknya bersamaan (antara tindak dengan sumber pemasukannya) tanpa mampu
pidana asal dengan tindak pidana pencucian membuktikan bahwa aset tersebut diperoleh
uang) dan dibuat dalam satu bentuk dakwaan secara legal/sah (bukan dari tindak pidana)
dengan bentuk surat dakwaan kumulatif. (Yusuf, 2013: 85).
Pemahaman ini akan berimplikasi langsung pada
Menurut Atmasasmita tindak pidana
pembuktian yaitu bahwa masing-masing tindak
sebagaimana disebut sebagai illicit enrichment
pidana baik tindak pidana asal maupun tindak
belum diatur di Indonesia. Dengan demikian
pidana pencucian uang harus dibuktikan sebagai
Pasal 69 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010
konsekuensi dari bentuk dakwaan kumulatif
tidak dapat diterapkan, penyidik penuntut umum
(Garnasih, 2013: 6).
dan hakim tidak dapat melakukan penyidikan,
Bentuk surat dakwaan kumulatif terhadap penuntutan, dan pemeriksaan di pengadilan
tindak pidana asal dan tindak pidana pencucian terhadap tindak pidana pencucian uang tanpa
uang dapat mempermudah hakim dalam dibuktikan tindak pidana asalnya terlebih dahulu
membuktikan unsur “harta kekayaan yang karena tindak pidana asal yang tidak dibuktikan
diketahui atau patut diduganya berasal dari tindak terlebih dahulu adalah tindak pidana illicit
pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 enrichment dan di Indonesia belum dinyatakan
ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010.” sebagai tindak pidana. Dengan demikian
membuktikan unsur “harta kekayaan yang
Hakim terlebih dahulu membuktikan
diketahui atau patut diduganya berasal dari tindak
unsur-unsur tindak pidana asal dan kemudian
pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
dengan mudah membuktikan bahwa harta
ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010”
kekayaan hasil dari tindak pidana asal benar-
terhadap terdakwa R tidak dapat dibuktikan
benar dia cuci melalui perbuatan sebagaimana
kecuali tindak pidana asalnya didakwakan
diatur dalam Pasal 3 maupun Pasal 4, di samping
bersamaan dengan tindak pidana pencucian uang
itu pelaku telah dianggap mengetahui atau
dan dibuktikan oleh hakim.

Pembuktian Tindak Pidana Pencucian Uang Tanpa Dakwaan Tindak Pidana Asal (Halif ) | 189
Sapardjaja sebagai hakim agung dari tindak pidana asal (predicate offence) yang
menyatakan kesulitan dalam membuktikan secara limitatif telah dicantumkan dalam Pasal 2
unsur tindak pidana pencucian uang khususnya ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010.
unsur “harta kekayaan yang diketahui atau
Tindak pidana penadahan merupakan
patut diduganya berasal dari tindak pidana
tindak pidana yang berdiri dan merupakan tindak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)
pidana selesai (voltooid delicten). Namun dalam
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010” jika
tindak pidana penadahan, unsur “memperoleh
tidak didakwa bersamaan dengan tindak pidana
dan seterusnya” harus dilakukan dengan sengaja
asalnya (dakwaan kumulatif).
sedangkan pelaku sendiri tidak perlu mengetahui
Jika penuntut umum mendakwa secara asal usul benda tersebut diperoleh dari tindak
bersamaan antara tindak pidana asal dengan pidana asal. Dengan demikian, secara teoritik
tindak pidana pencucian uang hakim dengan hukum pidana, tindak pidana asal dalam tindak
mudah memperoleh keyakinan untuk memutus pidana pencucian uang harus dibuktikan. Namun
terdakwa bersalah, karena selain unsur tindak dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010
pidana pencucian uang terbukti, juga tindak pembentuk undang-undang telah meniadakan
pidana asalnya sangat jelas. Dengan alat bukti kewajiban membuktikan tindak pidana asal
dan barang bukti yang cukup yang diajukan oleh sebagaimana diatur dalam Pasal 69.
penuntut umum, masalah beban pembuktian
Berdasarkan beberapa pendapat dari ahli
terbalik hampir tidak diperlukan lagi. Pembuktian
hukum pidana dapat disimpulkan bahwa tindak
tindak pidana pencucian uang sangatlah sulit jika
pidana pencucian uang memiliki hubungan yang
dihubungkan dengan illicit enrichment, penuntut
sangat erat dengan tindak pidana asal, bahkan
umum hanya mendakwa tindak pidana pencucian
tidak akan terjadi tindak pidana pencucian uang
uang tanpa tindak pidana asalnya. Hakim sangat
jikalau tidak didahului oleh tindak pidana asal. Di
sulit membuktikan tindak pidana pencucian uang
samping itu pembuktian tindak pidana pencucian
meskipun diberi wewenang untuk menerapkan
uang tanpa dibuktikan terlebih dahulu sangatlah
pembalikan beban pembuktian.
kesulitan meskipun hakim diberi kewenangan
Sapardjaja (2013: 7) melanjutkan untuk menerapkan pembalikan beban pembuktian
pendapatnya dengan menegaskan bahwa kecuali terhadap tindak pidana illicit enrichment,
pembalikan beban pembuktian yang digunakan namun sangat disayangkan karena tindak pidana
jikalau tindak pidana pencucian uang tidak tersebut belum diatur di Indonesia.
didakwa bersamaan dengan tindak pidana asalnya
Dengan demikian pembuktian terhadap
merupakan masalah yang sangat pelik yang
tindak pidana pencucian uang baik pada Pasal 3
harus mendapat kajian akademik. Demikian juga
maupun Pasal 4 yang dilakukan terdakwa R dalam
menurut Atmasasmita, dalam memahami tindak
Putusan Nomor 57/PID.SUS/2014/PN.SLR tidak
pidana pencucian uang perumus Undang-Undang
terbukti karena unsur “harta kekayaan yang
Nomor 8 Tahun 2010 telah menyamakan tindak
diketahui atau patut diduganya berasal dari tindak
pidana pencucian uang dengan tindak pidana
pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
penadahan Pasal 480 KUHP. Padahal tindak
ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010”
pidana pencucian uang merupakan derivatif

190 | Jurnal Yudisial Vol. 10 No. 2 Agustus 2017: 173 - 192


tidak terbukti. Kenapa demikian, karena penuntut V. SARAN
umum tidak mendakwakan pasal tindak pidana
Berdasarkan uraian dalam pembahasan dan
asal dari tindak pidana pencucian uang yang
kesimpulan di atas dapat dirumuskan saran-saran
dilakukan terdakwa sehingga hakim tidak bisa
sebagai berikut:
membuktikan bahwa harta kekayaan yang dicuci
melalui transfer yang dilakukan teman terdakwa 1. Hakim dalam membuktikan perkara tindak
kepada rekening saksi AR tidak dibuktikan bahwa pidana pencucian uang harus menyesuaikan
hasil dari tindak pidana penyelundupan pupuk dengan surat dakwaan yang disusun oleh
cap Matahari dari Malaysia ke Indonesia atau penuntut umum.
tindak pidana di bidang kelautan dan perikanan.
2. Sedangkan hakim dalam membuktikan
tindak pidana pencucian uang hendaknya
IV. KESIMPULAN
membuktikan terlebih dahulu tindak
Berdasarkan ulasan dalam pembahasan pidana asalnya, sehingga harta kekayaan
di atas dapat dirumuskan beberapa kesimpulan yang menjadi objek pencucian uang benar-
sebagai berikut: benar berasal dari tindak pidana asal
sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat (1)
1. Bahwa penyusunan surat dakwaan pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010.
tindak pidana pencucian uang penting
untuk ditentukan pasal yang didakwakan,
baik pasal tindak pidana pencucian uang
bersamaan dengan pasal tindak pidana asal
maupun hanya pasal tindak pidana saja. DAFTAR ACUAN
Karena hal tersebut berdampak pada bentuk
Arief, B.N. (2013). Kapita selekta hukum pidana.
pembuktian pembuktian yang dilakukan
Bandung: Citra Aditya Bakti.
oleh hakim terhadap unsur tindak pidana
pencucian uang. Atmasasmita, R. (2010). Globalisasi & kejahatan
bisnis. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
2. Bahwa pembuktian unsur tindak pidana
pencucian uang, khususnya unsur “harta ______________. (2013, September 10). Analisis
hukum UU RI Nomor 8 Tahun 2010 tentang
kekayaan yang diketahui atau patut
Pencegahan & Pemberantasan Tindak Pidana
diduganya berasal dari tindak pidana
Pencucian Uang. Makalah Seminar Nasional
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
tentang Kajian Tindak Pidana Pencucian Uang
(1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010”
dari Teori Hukum Pidana & Praktik. Surakarta.
tidak dapat dibuktikan jikalau tindak pidana
asalnya tidak dibuktikan terlebih dahulu, Darwin, P. (2012). Money laundering. Tanpa kota
tindak pidana asal tidak akan dibuktikan penerbit: Sinar Ilmu.
oleh hakim jikalau tindak pidana asalnya
Garnasih, Y. (2013, September 10). Tindak pidana
tidak didakwakan secara bersamaan dengan
pencucian uang dalam teori & praktik. Makalah
tindak pidana pencucian uang. Seminar Nasional tentang Kajian Tindak Pidana
Pencucian Uang dari Teori Hukum Pidana &

Pembuktian Tindak Pidana Pencucian Uang Tanpa Dakwaan Tindak Pidana Asal (Halif ) | 191
Praktik. Surakarta. Utomo, P. (2013). Memahami asset recovery
& gatekeeper. Jakarta: Indonesia Legal
Hamzah, A. (2010). Hukum acara pidana Indonesia.
Roundtable.
Jakarta: Sinar Grafika.
Yusuf, M. (2013). Merampas aset korupsi. Jakarta:
Harahap, Y. (2010). Pembahasan permasalahan &
Penerbit Buku Kompas.
penerapan KUHP. Jakarta: Sinar Grafika.

Harmadi. (2011). Kejahatan pencucian uang. Malang:


Setara Press.

Hiariej, E.O.S. (2014). Prinsip-prinsip hukum pidana.


Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka.

Husein, Y. (2011, Februari 18). Peran PPATK Dalam


Mencegah & Memberantas Tindak Pidana
Pencucian Uang Berdasarkan UU No. 8 Tahun
2010. Makalah. disampaikan di Fakultas
Hukum Universitas Jember.

Ibrahim, J. (2006). Teori & metodologi penelitian


hukum normatif. Malang: Bayumidia.

Marzuki, P.M. (2016). Penelitian hukum. Jakarta:


Prenadamedia Group.

Moeljatno. (2009). Asas-asas hukum pidana. Jakarta:


Rineka Cipta.

Muhammad, R. (2007). Hukum acara pidana


kontemporer. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Sapardjaja, K.E. (2013, September 10). Beban


pembuktian terbalik dalam praktik. Makalah
Seminar Nasional tentang Kajian Tindak
Pidana Pencucian Uang dari Teori Hukum
Pidana & Praktik. Surakarta.

Sjahdeini, S.R. (2007). Seluk-beluk tindak pidana


pencucian uang & pembiayaan terorisme.
Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Soekanto, S. (2010). Pengantar penelitian hukum.


Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Uly, J. & Tanya, B.L. (2009). Money laundering.


Surabaya: Laros.

192 | Jurnal Yudisial Vol. 10 No. 2 Agustus 2017: 173 - 192

Anda mungkin juga menyukai