TUGAS MAKALAH
MATA KULIAH METODE PENELITIAN KUALITATIF DAN KUATITATIF
OLEH :
NIM. 092114853008
A. Latar Belakang
Korupsi berasal dari bahasa latin yaitu Corruption dari kata kerja
corrumpere yang maknanya adalah busuk, rusak, menggoyahkan, mengoyok,
dan memutarbalik. Secara harifiah, korupsi merupakan suatu cerminan perilaku
pejabat publik, baik pegawai negeri maupun politis, yang secara tidak legal dan
tidak wajar yang ingin memperkaya diri sendiri dengan menyalahgunakan
kekuasaannya yang sudah diamanahkan kepada mereka. Perilaku korupsi akan
dihadapkan pada kenyataan yang menyangkut moral seseorang, sifat dan suatu
keadaan yang buruk, penyelewangan ini biasa terjadi karena suatu kekuasaan
pemberian, faktor ekonomi dan politik, serta keluarga atau kedinasan dibawah
kekuasaan jabatannya.
Di Indonesia korupsi sudah menjadi sebuah fenomena. Tindak pidana
korupsi merupakan suatu perbuatan yang dapat merugikan keuangan negara
tetapi juga dapat menimbulkan kerugian terhadap perekonomian rakyat.
Perkembangan korupsi di Indonesia masih tergolong sangat tinggi, sedangkan
pemberantasannya masih sangat lambat. Tindakan korupsi di Indonesia sudah
merupakan sebuah virus yang menyebar luas ke seluruh pemerintahan, langkah-
langkah pemberantasannya pun masih lambat sampai sekarang. Korupsi juga
sering berakaitan dengan kekuasaan karena dengan itu penguasa dapat
menyalahgunakan kekuasaannya untuk kepentingan pribadinya.
Tindak pidana korupsi tidak dapat lagi digolongkan sebagai kejahatan biasa
karena telah menjadi suatu kejahatan yang luar biasa (extraordinary crime). Hal
ini disebabkan, metode konvensional yang selama ini digunakan, terbukti tidak
bisa menyelesaikan suatu persoalan korupsi yang ada di masyarakat. Dengan ini,
dalam penanganannya juga harus dengan menggunakan cara yang luar biasa
(extra-ordinary). Sementara itu, penanganan tindak korupsi di Indonesia masih
3
akibat suatu kemunduran negara baik secara politik, sosial, ekonomi, budaya dan
pertahanan keamanan seperti yang terjadi di Indonesia pada saat ini dimana suatu
pemberantasan atau penanggulan tindak pidana korupsi sering kali mengalami
kegagalan baik dalam upaya preventif maupun represif dan hukum berdiri tegak
hanya dalam batas mencari kewibawaan (Pratiwi, A. 2019).
Pada umumnya penggolongan korupsi digolongkan menjadi dua bentuk
atau ruang lingkup yaitu:
1. Administratif corruption (penyalahgunaan kewenangan);
2. Against the rule of corruption (penyimpangan terhadap peraturan perundang-
undangan).
Salah satu kasus korupsi yang menjadi sorotan publik adalah kasus korupsi
Bansos yang dilakukan oleh mantan Menteri Sosial Juliari ditengah sulitnya
masyarakat menghadapi pandemic covid-19. Perbuatan Juliari tergolong berat
5
karena terjadi di tengah pandemi. Juliari melakukan korupsi danan bansos untuk
bencana non alam, itu artinya lebih berat dibanding dari bencana alam. Di tengah
wabah, bekas politikus PDI Perjuangan itu menerima suap lebih dari Rp32 miliar
dari rekanan penyedia bansos di Kemensos. Jatah bansos yang mestinya utuh
diterima warga ditilap tiap paketnya. Sedangkan warga yang mati-matian
bertahan di tengah wabah, mendapati jatah bansosnya berkurang, kualitas yang
sudah buruk kian memburuk, dan terpaksa mengolahnya karena hanya itu yang
mereka punya.
hukuman hanya 12 tahun penjara karena majelis hakim menilai bahwa Juliari
sudah cukup menderita karena mendapatkan "bullying" dari masyarakat berupa
caci maki dan penghinaan.
Hukuman yang diterima Juliari dinilai terlalu ringan dan mencederai wajah
penegakkan hukum Indonesia. Menjadi menarik untuk dibuat pembahasan
berdasarkan proposisi hukum karena majelis hakim memberi hukuman tidak
sesuai dengan Undang-Undang Hukum Pidana dengan asumsi Juliardi sudah
mendapat hukuman sosial.
B. Proposisi
Berdasarkan latar belakang isu kasus korupsi yang dilakukan oleh Juliari
yang dilakukan saat menjabat Menteri Sosial dan dilakukan dalam kondisi
pandemic maka proposisi yang bisa dibuat adalah :
1. Korupsi oleh Juliari sebagai bentuk penyalahgunaan kedudukan (jabatan),
kekuasaan, kesempatan untuk memenuhi kepentingan diri sendiri dan atau
kelompoknya yang melawan kepentingan bersama (masyarakat).
2. Korupsi yang dilakukan pejabat saat kondisi masyarakat dalam keadaaan
krisis adalah bentuk kejahatan luar biasa ((extraordinary crime) yang harus
dihukum berat.
3. Penegakkan hukum yang dilakukan secara tidak adil pada pejabat pelaku
korupsi saat kondisi krisis berdampak pada kepercayaan masyarakat pada
hukum dan sistem peradilan di Indonesia
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan kasus hukum terhadap tindak pidana korupsi dana Bansos
pandemic Covid-19 yang dilakukan mantan Menteri Sosial Juliardi menjadi satu
hal yang menarik untuk dibahas. Majelis hakim menjatuhkan hukuman sangat
ringan bila disbanding dengan ketentuan Undang-Undang. Jikalau dilihat secara
mendalam, sebenarnya hukum merupakan dogma yang dilakukan oleh sang
pembuat hukum. Karena bagaimanapun hukum merupakan suatu keniscayaan
untuk ditaati, dan bilamana dilanggar maka akan dikenai hukuman atau sangsi
7
selama dua tahun. Hak politik atau hak dipilih terhadap Juliari pun dicabut oleh
hakim selama empat tahun.
Hukuman yang diterima Juliardi tentu tidak sesuai dengan pernyataan
Menkopolhukan atau Ketua KPK bahwa pelaku korupsi dana korupsi dapat
dikenai hukuman mati apalagi dilakukan oleh seorang pejabat. Salah satu alas an
yang meringankan hukuman Juliari menurut majelis hakim adalah Juliari sudah
cukup menderita karena mendapatkan "bullying" dari masyarakat berupa caci
maki dan penghinaan. Hal lain yang meringankan adalah Terdakwa telah divonis
oleh masyarakat telah bersalah, padahal secara hukum terdakwa belum tentu
bersalah sebelum adanya putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap
Penilaian majelis hakim yang menganggap bahwa reaksi publik terhadap
kasus Juliari sebagai bullying menurut penulis adalah pandangan yang mengada-
ada. Bullying itu selalu melibatkan relasi kuasa superioritas, atau dominasi dari
pelaku kepada korbannya. Dalam tindakan bullying, superioritas itu
diekspresikan dalam tindakan verbal dan nonverbal yang merendahkan atau
menyakiti, baik fisik maupun psikis. Pemberantasan korupsi, justru diperlukan
sanksi sosial dari masyarakat terhadap koruptor, misalnya dengan pengucilan di
bidang politik. Banyak pakar hukum yang mengatakan hukuman yang diterima
Juliari terlalu ringan. Karena korupsi dilakukan saat pandemi dan terkait
langsung dengan penanganan dampak pandemi. merujuk pada UU
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, kejahatan yang dilakukan Juliari bisa
diinterpretasikan sebagai korupsi dalam keadaan krisis, yang hukumannya mesti
diperberat.
G. Problem Hukum Kasus Dana Bansos Dalam Dogmatik Hukum
Keputusan majelis hakim dalam penetapan hukuman Juliari dalam kasus
korupsi dana bansos dianggap banyak pihak kecewa dan tidak sesuai dengan
harapan. Karena korupsi dilakukan saat pandemi dan terkait langsung dengan
penanganan dampak pandemi. Sedangkan majelis hakim mendasarkan
keringanan karena Juliari telah menderita dengan caci maki dari masyarakat. Ada
10
juga harus dengan menggunakan cara yang luar biasa (extra-ordinary). Upaya
memberantas korupsi itu dibutuhkan hukum yang tegas dan juga kordinasi yang
baik dalam penanganan korupsi. Tetapi adakalanya terkait dengan berbagai
situasi termasuk situasi politik penegakkan hukum kasus korupsi tidak sesuai
dengan harapan. Pembuat keputusan hukum dapat menggunakan berbagai dalaih
untuk membuat keputusan hukum yang berbeda.
I. Daftar Pustaka
Achmad Ali. (2009) Menguak Teori Hukum Dan Teori Peradilan. Jakarta:
Kencana.hlm. 30
Indriati, Etty, (2014). Pola dan Akar Korupsi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama., hlm. 45-47
Khobid, M., & Gunarto, G. (2018). Analisa Kebijakan Formulasi Hukum Pidana
Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Korupsi. Jurnal Hukum Khaira
Ummah, 13(1), 37-44.