Anda di halaman 1dari 40

Indonesian Journal of Police

INDONESIAN Studies (2017),


JOURNAL 1(1), pp.
OF POLICE 255-294 VOLUME 1(1) 2017
STUDIES 255
ISSN (Print) 2715-0941, ISSN (Online) 2715-0968

RESEARCH ARTICLE

PERAN BHABINKAMTIBMAS DALAM UPAYA


PENCEGAHAN KASUS CURANMOR DI WILAYAH
HUKUM POLRES KUDUS
The Role of Bhabinkamtibmas in Efforts to Prevent Cases of
Motorized Vehicle Theft in the Area of Kudus Police Department
Ariq Taufiqorrahman Arsyam1
1
Akademi Kepolisian Republik Indonesia, Semarang, Indonesia
 ariqtaufiqurrahman@gmail.com

Cite this article as:


Asryam, A.T (2017). Peran Bhabinkamtibmas dalam Upaya Pencegahan Kasus
Curanmor di Wilayah Hukum Polres Kudus. Indonesian Journal of Police Studies, 1(1), 255-
294

ABSTRAK
Topik yang akan dibahas dalam skripsi ini mengenai peran Bhabinkamtibmas dalam upaya
pencegahan terhadap kasus curanmor di wilayah hukum Polres Kudus. Dalam membahas
permasalahan yang akan diangkat, penulis menggunakan teori manajemen SWOT, teori
POAC, dan berpedoman pada Perkap Nomor 3 tahun 2015 tentang Pemolisian Masyarakat.
Dalam membuat skripsi ini dibutuhkan data-data yang digunakan sebagai acuan penulisan.
Teknik pengumpuan data dilakukan melalui 3 (tiga) cara, yaitu : 1) observasi, 2) wawancara,
3) studi dokumentasi. Skripsi ini menunjukan bahwa peran Bhabinkamtibmas sangat aktif
dalam upaya pencegahan terhadap curanmor di wilayah Kudus. Disamping itu, peran
Bhabinkamtibmas dalam upaya pencegahan terhadap curanmor dapat dilihat melalui
perencanaan-perencanaan yang telah dibuat, kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan dan
laporan hasil pelaksanaan yang telah dilakukan yang dimana hal-hal tersebut akan dibahas
dengan menggunakan pisau analisis yaitu teori POAC. Berdasarkan temuan – temuan yang
didapatkan maka penulis memberikan beberapa saran yaitu 1) Untuk meningkatkan peran
Bhabinkamtibmas yang lebih maksimal perlu adanya anggota Bhabinkamtibmas yang fokus
hanya terhadap tugas pokok dan fungsi dari Bhabinkamtibmas saja, tidak merangkap kepada
fungsi teknis lainya. 2) Untuk menunjang kegiatan Bhabinkamtibmas dalam melaksanakan
tugasnya perlu adanya penambahan sarana dan prasrana berupa alat transportasi yang sesuai
dengan jumlah Bhabinkamtibmas yang ada sehingga tidak adanya lagi kendala-kendala
berupa transportasi oleh Bhabinkamtibmas. 3) Agar seluruh perencanaan kegiatan yang telah
dibuat dapat dilaksanakan seluruhnya, perlu adanya tambahan anggaran untuk menunjang
hal tersebut.

Kata kunci: Bhabinkamtimbas, Masyarakat, Curanmor, Polres Kudus, Pemolisian Masyarakat

© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
256 INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017

ABSTRACT
The topic that will be discussed in this thesis is about the role of Bhabinkamtibmas in the
effort to prevent cases of fraud in the jurisdiction of the Kudus District Police. In discussing
the issues to be raised, the writer uses SWOT management theory, POAC theory, and is
guided by Perkap Number 3 of 2015 concerning Community Policing. In making this thesis,
the data needed are used as a reference for writing. Data collection techniques are carried out
in 3 (three) ways, namely: 1) observation, 2) interviews, 3) documentation studies. This thesis
shows that the role of Bhabinkamtibmas is very active in efforts to prevent curanmor in the
Kudus region. In addition, the role of Bhabinkamtibmas in efforts to prevent curanmor can be
seen through the plans that have been made, the activities that have been carried out and
reports on the results of the implementation that have been carried out in which these
matters will be discussed using a knife analysis, namely the POAC theory. Based on the
findings obtained, the authors provide several suggestions, namely 1) To increase the role of
Bhabinkamtibmas more optimally, it is necessary to have members of Bhabinkamtibmas who
focus only on the main tasks and functions of Bhabinkamtibmas, not concurrently with other
technical functions. 2) To support the activities of Bhabinkamtibmas in carrying out their
duties, it is necessary to have additional facilities and infrastructures in the form of
transportation that are in accordance with the number of existing Bhabinkamtibmas so that
there are no more obstacles in the form of transportation by Bhabinkamtibmas. 3) So that all
planned activities that have been made can be carried out in its entirety, it is necessary to
have an additional budget to support this.

Keywords: Bhabinkamtimbas, Community, Curanmor, Kudus District Police, Community Policing

PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG MASALAH
Di era reformasi ini sangat banyak memberikan dampak terhadap kemajuan bangsa baik di
bidang politik, hukum, sosial, budaya dan ekonomi. Sehingga, tatanan kehidupan dan pola
pikir masyarakat pun berkembang yang ditandai dengan ciri-ciri menuntut adanya kepastian,
keadilan dan kemanfaatan dalam bidang hukum. Tuntutan masyarakat pun berkembang
terhadap aparat penegak hukum khususnya dalam hal situasi dan kondisi yang aman dan
tertib dalam kehidupan bermasyarakat. Salah satu pemenuhan tuntutan kebutuhan tersebut
adalah sosok aparat yang mampu bekerja secara professional dalam pelaksanaan tugasnya
baik di lapangan maupun pada sistem birokrasi dalam upaya menyelenggarakan situasi
kondusif di bidang Kamtibmas.
Polri sebagai aparat penegak hukum, pemelihara keamananan dan ketertiban
masyarakat sebagai pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat yang dicantumkan dalam
pasal 13 undang-undang No. 2 tahun 2002 tentang tugas dan peran anggota Polri yang
dituntut mampu bekerja secara professional dalam pelaksanaan tugasnya. Maka berbagai
pola kerja, paradigma maupun tatanan kemampuan Polri harus disesuaikan dengan berbagai
tuntutan kehidupan dalam era reformasi ini.

© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017 257

Kejahatan merupakan masalah yang tidak asing lagi bagi masyarakat dan merupakan
masalah yang kompleks bagi aparat penegak hukum. Berkembangnya pola pikir masyarakat
membuat masalah kejahatan yang terjadi cenderung mengalami peningkatan yang cukup
signifikan. Cara yang dilakukan para pelaku pun semakin beragam dan semakin terorganisir
dengan baik sehingga menyulitkan pihak berwajib dalam hal ini pihak Kepolisian Negara
Republik Indonesia ( Polri ). Kasus kejahatan yang dilakukan yang terjadi di masyarakat
sangatlah beragam antara lain perjudian, pemerkosaan, penganiayaan dan pencurian.
Kejahatan-kejahatan tersebut timbul karena melemahnya kewaspadaan dan daya
tangkal yang dimiliki dari dalam masyarakat terhadap kejahatan serta gangguan keamanan
dan ketertiban. Hal ini merupakan penyebab meningkatnya ancaman-ancaman gangguan
yang berujung pada gangguan nyata. Idealnya, masyarakat Indonesia dapat menciptakan
keadaan yang kondusif terhadap keamanan dan ketertiban masyarakat dengan meningkatkan
kewaspadaan early warning dan kesadaran akan kebutuhan keamanan dan ketertiban
masyarakat itu sendiri.
Tugas pemerintah yang diemban oleh Polri yaitu melakukan penegakan hukum,
memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat harus mengutamakan tahap pencegahan.
Salah satunya memberikan penerangan pada masyarakat agar terbentuknya masyarakat yang
memiliki kewaspadaan terhadap gangguan kamtibmas, kesadaran akan pentingnya
keamanan dan ketertiban dalam masyarakat, dan kesadaran akan hukum.

Dengan melihat tugas dan peran Polri di atas, maka tugas Polri tidaklah semakin
ringan dan mudah, tetapi justru semakin berat dan kompleks yang harus mengedepankan
tahap pencegahan daripada tahap penindakan. Dalam menghadapi situasi tersebut maka
tidaklah cukup bagi Polri untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas saja dari anggotanya
atau hanya dengan melengkapi anggota serta organisasi dengan sarana yang canggih dan
mutakhir. Bagi anggota Polri yang bertugas di tengah-tengah masyarakat sangatlah sulit
untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pelakasanaan tugasnya bila tidak disertai dengan
kesadaran dan peran serta masyarakat yang timbul dengan sendirinya melalui proses saling
mendukung dan kerjasama antara masyarakat dengan Polri. Masyarakat mengharapkan Polri
dapat memberikan petunjuk-petunjuk tentang bagaimana sebaiknya memahami hukum yang
berlaku sehingga dapat dipahami manfaatnya. Kepatuhan masyarakat terhadap hukum atau
norma-norma sangatlah penting seperti yang dijelaskan di paragraf atas bahwa suasana aman
dan tertib masyarakat tumbuh dari masyarakat itu sendiri.
Pemeliharaan hukum dan ketertiban merupakan pekerjaan polisi. Polisi bertugas
memerangi kejahatan yang ada dalam kehidupan masyarakat dalam menyelenggarakan
situasi kondusif bidang Kamtibmas di tengah masyarakat yang diharapkan tumbuh melalui
kesadaran masyarakat itu sendiri. Untuk mengedepankan tahap pencegahan (preventif)
maka sudah seharusnya Polri melaksanakan pendekatan-pendekatan dan pembinaan
terhadap masyarakat. Usaha-usaha pendekatan dan pembinaan yang bertujuan untuk
tercapainya partisipasi masyarakat melalui perwujudan sikap dan perilaku positif dalam
bentuk kerjasama untuk mencapai situasi yang aman dan tertib atas dasar tanggung jawab
yang bersumber pada kesadaran karena hak dan kewajibannya.
Keamanan dan ketertiban masyarakat adalah suatu kebutuhan yang hakiki, oleh
karena itu wajar apabila masyarakat wajib berhak mendukung Polri dalam melakukan
pemeliharaan terhadap keamananan dan ketertiban masyarakat, apabila hanya dibebankan
pada Polri tidak akan mampu karena keterbatasan baik berupa sarana, sumber daya, personil,
maupun anggaran. Melalui kerjasama yang baik antara Polri dan masyarakat maka tidak
mustahil keamanan dan ketertiban masyarakat yang selalu dicita-citakan akan tercapai.

© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
258 INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017

Tidak dipungkiri salah satu jenis tindak pidana yang cenderung semakin meningkat
dari tahun ke tahun adalah pencurian. Pencurian merupakan tindakan seseorang atau
kelompok dengan mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan
orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum ( KUHP pasal 362 ).
Pencurian yang marak terjadi adalah pencurian kendaraan bermotor yang kita ketahui bahwa
kejahatan curanmor tersebut merupakan kejahatan yang paling menonjol di setiap wilayah.
Demikian hal nya dengan kasus – kasus curanmor di wilayah Kudus tidak kalah tingginya
dengan wilayah lainya.
Seiring dengan bertambahnya jumlah kendaraan bermotor di wilayah Kudus hal ini
menimbulkan peluang terjadinya kejahatan terhadap pencurian kendaraan bermotor. Untuk
menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya memelihara Kamtibmas maka
diperlukan kehadiran petugas Bhabinkamtibmas pada tiap desa atau kelurahan di wilayah
Kudus. Bhabinkamtibmas memiliki peran penting dalam melakukan pencegahan terhadap
tindak pidana curanmor di wilayah hukum Polres Kudus, bahkan bukan hanya tindak pidana
curanmor saja tetapi memiliki peran penting dalam mencegah seluruh gangguan kamtibmas
di wilayah Kudus. Hal ini dikarenakan Bhabinkamtibmas adalah salah satu fungsi yang
memiliki tugas pokok berbeda dengan fungsi lainnya. Dalam melaksanakan tugasnya
Bhabinkamtibmas lebih mengedepankan tindakan Pre-emtif yang dapat dilakukan dengan
cara memberikan penyuluhan dengan berbagai materi tentang gangguan kamtibmas,
memberikan pembinaan kepada masyarakat sehingga terbentuknya masyarakat yang
memiliki rasa kewaspadaan terhadap gangguan kamtibmas, penyampaian pesan kamtibmas
dan sebagaianya. Hal ini yang membuat peran Bhabinkamtibmas sangat penting dengan
harapan pemeliharaan keamanan dan ketertiban dapat terlaksana dengan baik. Berkaitan
dengan uraian tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di wilayah
Kudus dengan judul sebagai berikut : “ PERAN BHABINKAMTIBMAS DALAM UPAYA
PENCEGAHAN KASUS CURANMOR DI WILAYAH HUKUM POLRES KUDUS”.
Identifikasi masalah ini dilakukan untuk dapat melihat dengan jelas sasaran dan tujuan yang
akan menjadi fokus peneliti dalam melakukan penelitian. Dari penjelasan latar belakang diatas dapat
dilihat, sasaran dilakukanya penelitian ini adalah mengenai pencegahan terhadap tindak pidana
curanmor di wilayah hukum polres Kudus.
Dalam penelitian ini peneliti berfokus pada bagaimana upaya peran Bhabinkamtibmas dalam
pencegahan tindak pidana curanmor di wilayah polres Kudus dan apa saja faktor-faktor yang menjadi
penghambat dan pendukung Bhabinkamtibmas dalam melaksanakan tugasnya. Diharapkan dengan
peran atau pelaksanaan tugas Bhabinkamtibmas yang dilaksanakan dengan baik dan aktif maka akan
mencegah terjadinya tindak pidana curanmor diwilayah hukum Polres Kudus.

1.2 Perumusan Masalah :


Sesuai dengan uraian pada latar belakang permasalahan diatas, maka pokok permasalahan
penulisan skripsi ini adalah “ Bagaimana peran Bhabinkamtibmas dalam upaya mencegah kasus
curanmor di Kudus ? ”. Selanjutnya dari permasalahan tersebut maka dapat didefinisikan sub
permasalahan atau persoalan sebagai berikut :
1. Bagaimana perkembangan kasus curanmor yang terjadi di wilayah hukum Polres
Kudus ?
2. Bagaimana peran Bhabinkamtibmas dalam mencegah kasus curanmor di wilayah
hukum Polres Kudus?
3. Apa saja faktor yang penghambat dalam pelaksanaan tugas Bhabinkamtibmas dalam
mencegah kasus curanmor di wilayah hukum Polres Kudus?

1.3 Tujuan Penelitian

© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017 259

Dari identifikasi persoalan-persoalan diatas, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Untuk menggambarkan kasus curanmor yang terjadi di wilayah hukum Polres Kudus
2. Untuk mengetahui peran Bhabinkamtibmas dalam melakukan pencegahan kasus
curanmor di wilayah hukum Polres Kudus.
3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan tugas
Bhabinkamtibmas dalam upaya pencegahan kasus curanmor di wilayah hukum Polres
Kudus.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian tersebut terbagi menjadi dua (2), yaitu manfaat teoritis dan manfaat
praktis, adapun penjelasannya sebagai berikut :

1. Manfaat teoritis
Memberikan sumbangan ilmu bagi kemajuan kepolisian dalam melakukan
pengembangan ilmu kepolisian khususnya di kegiatan Bhabinkamtibmas dalam
mencegah kasus curanmor. Menjadi dasar untuk pengembangan penelitian yang lebih
mendalam mengenai peran Bhabinkamtibmas dalam mencegah kasus curanmor.

2. Manfaat praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran awal mengenai peran
Bhabinkamtibmas sehingga dapat dikembangkan menjadi sebuah cara penanganan yang ideal
bagi Kepolisian untuk dapat mencegah kasus curanmor.

TINJAUAN PUSTAKA
Dalam penulisan skripsi ini, peneliti menggunakan tinjauan pustaka yang diuraikan dalam konseptual
penelitian dan kepustakaan konseptual serta kerangka berpikir.
2.1 Konseptual Penelitian
Konseptual penelitian adalah literatur yang menyajikan informasi tentang hasil penelitian
terdahulu. Dalam rangka melakukan penulisan ini, peneliti berusaha mengumpulkan referensi
sebanyak mungkin dari berbagai sumber untuk menunjang keakuratan dalam pelaksaan penelitian
tersebut. Peneliti mencari dan mempelajari penelitian yang relevan dengan permasalahan yang akan
diteliti. Selanjutnya, peneliti memberikan pandangan kritis tentang persamaan dan perbedaan
penelitian terdahulu dengan penelitian yang direncanakan.
Adapun kepustakaan penelitian yang diambil oleh peneliti adalah penelitian yang dilakukan
oleh Anthonio effan sulaiman siswa PTIK 60 dan Andy muhammad iqbal PTIK 60 , dengan judul “
Peran patrol satuan sabhara polres bengkulu dalam pencegahan pencurian kendaraan bermotor ” dan
“ Peran unit reskrim dalam upaya mengungkap tindak pidana curanmor yang terjadi di wilayah
hukum polsekta rappocini kota Makassar ” .

Dari hasil penelitian Anthonio Effan Sulaiman, terdapat persamaan dan perbedaan
dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, yaitu :
a. Persamaan
1. Kasus yang dibahas oleh Anthonio Effan S dan peneliti adalah pencurian bermotor
2. Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh Anthonio Effan S dan peneliti adalah
wawancara, pengamatan, dan penelitian dokumen
3. Pendekatan penelitian yang dilakukan oleh Anthonio Effan S dan peneliti adalah
pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui kegiatan wawancara,
pengamatan, dan penelitian dokumen

© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
260 INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017

b. Perbedaan
1. Objek penelitian yang diteliti berbeda. Yang dilakukan Anthonio Effan S berobjek
pada peran patroli satuan sabhara secara sedangkan peneliti berobjek pada peran
Bhabinkamtibmas
2. Lokasi penelitian yang dipilih oleh Anthonio Effan S dalam penelitiannya adalah di
wilayah Polres Bengkulu, sedangkan peneliti memfokuskan penelitiannya di wilayah
Polres Kudus.
Hasil temuan penelitian yang dilakukan Anthonio Effan S adalah terdapat beberapa
faktor yang menyebabkan terjadinya curanmor di wilayah Bengkulu. Yang pertama adalah
faktor ekonomi. Kondisi perekonomian mikro mengalami perkembangan yang signifikan,
sedangkan kondisi ekonomi makro tidak demikian adanya. Kebijakan pemerintah dengan
kenaikan BBM berimbas kepada seluruh sendi-sendi kehidupan masyarakat terutama
masyarakat menengah kebawah. Banyaknya penangguran turut serta menjadi faktor terjadinya
berbagai kejahatan termasuk curanmor. Kemudian faktor yang kedua adalah korban. Korban
juga merupakan faktor yang mempengaruhi curanmor, korban memberikan peran terhadap
terjadinya suatu kejahatan. Korban rata-rata memarkir kendaraan hanya dengan mengunci stir
saja belum dilengkapi dengan kunci pengamanan yang lain, ini lebih disebabkan karena
kurangnya kewaspadaan oleh calon korban.

Adapula dari hasil penelitian Andy Muhammad Iqbal, terdapat persamaan dan perbedaan
dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, yaitu :
a. Persamaan
1. Kasus yang dibahas oleh Andy Muhammad Iqbal dan peneliti adalah curanmor
2. Pendekatan penelitian yang dilakukan oleh Andy Muhammad Iqbal dan peneliti
adalah pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui kegiatan
wawancara dan penelitian lapangan.
b. Perbedaan
1. Objek penelitian yang diteliti berbeda. Yang dilakukan oleh Ria Arianty berobjek
pada Polmas di bidang pencegahan pertambangan emas tanpa izin, Sedangkan
peneliti berobjek pada peran polmas terhadap pencegahan kasus curanmor.
2. Lokasi penelitian yang dipilih oleh Johan Kurniawan dalam penelitiannya adalah di
wilayah Polres Dharmasraya, sedangkan peneliti memfokuskan penelitiannya di
wilayah Polres Cilacap.
Hasil temuan penelit terdahulu adalah tindak pidana curanmor di wilayah hukum
polsekta Rappocini setiap tahun mengalami peningkatan secara signifikan baik dari sisi
kuantitas kejahatan maupun dari sisi kualitas kejahatan dan beberapa tempat seperti parikran
kampus (UNM, Unismuh, UIT), Jl. Faisal raya, merupakan titik rawan tindak pidana
curanmor di wilayah hukum Polsekta Rappocini. Upaya yang diakukan Unit Reskrim Polsekta
Rappocini dalam mengungkap tindak pidana curanmor dilakukan dalam 2 bentuk yaitu
preventif dan upaya represif.
2.2 Kepustakaan Konseptual

. Kepustakaan konseptual membahas tentang konsep dan teori sesuai dengan fokus
penelitian. Adapun kerangka teori merupakan dasar dan pedoman bagi suatu penelitian agar
penelitian itu dilakukan menurut batas-batas dan arah yang telah ditentukan. Kerangka teori
berisikan teori-teori yang berhubungan dan mendukung dalam menentukan tujuan dan
konsep-konsep untuk memperoleh hipotesis dalam penulisan karya ilmiah ini.
2.2.1 Kerangka Teoritis
2.2.1.1. Analisis SWOT
Teori Analisis SWOT adalah sebuah teori yang digunakan untuk merencanakan
sesuatu hal yang dilakukan dengan SWOT. SWOT adalah sebuah singkatan dari, S adalah

© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017 261

Strenght atau Kekuatan, W adalah Weakness atau Kelemahan, O adalah Oppurtunity atau
Kesempatan, dan T adalah Threat atau Ancaman. SWOT ini biasa digunakan untuk
menganalisis suatu kondisi dimana akandibuat sebuah rencana untuk melakukan sesuatu,
sebagai contoh, program kerja .
1. Strength (kekuatan) adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari
organisasi atau program pada saat ini. Strength ini bersifat internal dari organisasi atau
sebuah program.
2. Weaknesses (kelemahan) adalah kegiatan-kegiatan organisasi yang tidak berjalan
dengan baik atau sumber daya yang dibutuhkan oleh organisasi tetapi tidak dimiliki
oleh organisasi. Kelemahan itu terkadang lebih mudah dilihat daripada sebuah
kekuatan, namun ada beberapa hal yang menjadikan kelemahan itu tidak diberikan
solusi yang tepat dikarenakan tidak dimaksimalkan kekuatan yang sudah ada.
3. Opportunity (kesempatan) adalah faktor positif yang muncul dari lingkungan dan
memberikan kesempatan bagi organisasi atau program kita untuk memanfaatkannya.
Opportunity tidak hanya berupa kebijakan atau peluang dalam hal mendapatkan modal
berupa uang, akan tetapi bisa juga berupa respon masyarakat atau isu yang sedang
diangkat.
4. Threat (ancaman) adalah factor negatif dari lingkungan yang memberikan hambatan
bagi berkembangnya atau berjalannya sebuah organisasi dan program. Ancaman ini
adalah hal yang terkadang selalu terlewat dikarenakan banyak yang ingin mencoba
untuk kontroversi atau out of stream (melawan arus) namun pada kenyataannya
organisasi tersebut lebih banyak layu sebelum berkembang.(Kompasiana, 25 juni
2015, URL)

2.2.1.2 Teori Manajemen ( POAC )


Pengertian tentang definisi manajemen, setiap pakar mengartikannya berbeda-beda,
hal ini tergantung dari sudut pandang, keyakinan serta pengertian dari pembuat definisi.
Secara umum pengertian manajemen menurut Andrew F.Sikula dalam Malayu S.P.Hasibuan
(2007:2) manajemen pada umumnya dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas perencanaan,
pengorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan, pemotivasian, komunikasi dan
pengambilan keputusan yang dilakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk
mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan sehingga akan
dihasilkan suatu produk atau jasa secara efisien. (Pengertian Manajemen, 2012, URL)
Sedangkan menurut George R. Terry manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri
dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian yang
dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber lainnya. (Bursanom, URL) Semua tindakan
tersebut disingkat dengan P.O.A.C dan yang dimaksud adalah :
a. Planning adalah proses untuk menetapkan tujuan dan visi organisasi sebagai langkah awal
berdirinya sebuah organisasi. Fungsi perencanaan identik dengan penyusunan strategi,
standar, dan serta arah dan tujuan dalam mencapai tujuan.
b. Organizing adalah pengorganisasian berhubungan dengan bagaiman mengatur sumber daya
baik manusia maupun fisik agar tersusun secara sistematis berdasarkan fungsi nya masing-
masing. Dengan kata lain, fungsi organizing ini lebih menekankan pada bagaimana
mengelompokan orang dan sumber daya agar menyatu.
c. Actuating adalah implementasi dari perencanaan dan pengorganisasian, dimana seluruh
komponen yang berada dalam satu sistem dan satu organisasi tersebut bekerja secara
bersama-sama sesuai dengan bidang masing-masing untuk mewujudkan tujuan.

© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
262 INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017

d. Controlling adalah merupakan pengendalian semua kegiatan dari proses perencanaan,


pengorganisasian dan pelaksanaan, apakah semua kegiatan tersebut memberikan hasil yang
efektif dan efisien serta bernilai guna dan berhasil guna.
(Manajemen POAC, 26 Februari 2006, URL)
Pada teori manajemen George R Terry ini jika dikaitkan dengan tugas pokok Polri yang sesuai dengan
pasal 13 Undang-Undang No. 2 tahun 2002 tantang Kepolisian Negara Republik Indonsia maka Polri
dalam menjalankan tugas pokok dan perannya dilaksanakan melalui langkah-langkah manajemen
agar tujuan yang diinginkan tercapai yaitu situasi yang kondusif dan Supremasi Hukum. Seperti yang
kita ketahui keseluruhan unsur manajemen di atas diperlukan untuk mendukung pelaksanaan tugas
Polri. Apabila tanpa dukungan unsur-unsur tersebut suatu kegiatan organisasi tidak akan berjalan
dengan lancar. Dikarenakan seluruh unsur-unsur tersebut saling berkaitan dan saling membutuhkan
satu sama lain sehingga dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi.

2.2.2. Kepustakaan Konseptual


2.2.2.1. Konsep Peran
Peran menurut Soekanto (2009:212-213) adalah proses dinamis kedudukan (status).
Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, dia
menjalankan suatu peranan. Perbedaan antara kedudukan dengan peranan adalah untuk
kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan karena yang satu
tergantung pada yang lain dan sebaliknya.
Sedangkan menurut Merton (dalam Raho 2007 : 67) mengatakan bahwa peranan
didefinisikan sebagai pola tingkah laku yang diharapkan masyarakat dari orang yang
menduduki status tertentu. Sejumlah peran disebut sebagai perangkat peran (role-set).
Dengan demikian perangkat peran adalah kelengkapan dari hubungan-hubungan
berdasarkan peran yang dimiliki oleh orang karena menduduki status-status social khusus.
Menurut Dougherty & Pritchard tahun 1985 (dalam Bauer 2003: 55) teori peran ini
memberikan suatu kerangka konseptual dalam studi perilaku di dalam organisasi. Mereka
menyatakan bahwa peran itu “melibatkan pola penciptaan produk sebagai lawan dari
perilaku atau tindakan” (h. 143). Lebih lanjut, Dougherty & Pritchard tahun 1985 (dalam
Bauer 2003: 56) mengemukakan bahwa relevansi suatu peran itu akan bergantung pada
penekanan peran tersebut oleh para penilai dan pengamat (biasanya supervisor dan kepala
sekolah) terhadap produk atau outcome yang dihasilkan. Dalam hal ini, strategi dan struktur
organisasi juga terbukti mempengaruhi peran dan persepsi peran atau role perception (Kahn,
et al., 1964; Oswald, Mossholder, & Harris, 1997 dalam Bauer, 2003: 58).
Levinson (dalam Soekanto 2009:213) mengatakan peranan mencakup tiga hal yaitu:
1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang
dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang
membimbing seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam
masyarakat sebagai organisasi.
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial
masyarakat.
Peran serta dapat pula dikenali dari keterlibatan, bentuk kontribusi, organisasi kerja,
penetapan tujuan, dan peran. Parwoto (dalam Soehendy, 1997:28) mengemukakan bahwa
peran serta mempunyai ciri-ciri :
1. Keterlibatan dalam keputusan : mengambil dan menjalankan keputusan.
2. Bentuk kontribusi : seperti gagasan, tenaga, materi dan lain-lain.
3. Organisasi kerja : bersama setara (berbagi peran).
4. Penetapan tujuan : ditetapkan kelompok bersama pihak lain.
5. Peran masyarakat : sebagai subyek.

© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017 263

Struktur Peran dibagi menjadi dua yaitu :


1. Peran Formal (Peran yang Nampak jelas)
Yaitu sejumlah perilaku yang bersifat homogen. Peran formal yang standar terdapat
dalam keluarga.
2. Peran Informal (Peran tertutup)
Yaitu suatu peran yang bersifat implisit (emosional) biasanya tidak tampak ke
permukaan dan dimainkan hanya untuk memenuhi kebutuhan emosional individu dan untuk
menjaga keseimbangan. Pelaksanaan peran-peran informal yang efektif dapat mempermudah
peran-peran formal. (Definisi Peran, 2010, URL)

2.2.2.2. Konsep FT. Binmas


Berdasarkan Surat Deops Kapolri Nomor : B / 581 / III / 2010 tanggal 24 Maret 2010
tentang Keputusan Kapolri tentang Visi & Misi Fungsi Binmas Polri untuk Dipedomani oleh
Seluruh Anggota Polri Khususnya Pengemban Fungsi Binmas. Adapun visi & misi fungsi
Binmas sebagaimana terjabarkan di bawah ini, menjadi sahabat dan mitra masyarakat dalam
memecahkan masalah - masalah sosial yang dapat mengganggu ketertiban dan keamanan
lingkungan.
MISI :
a. Hadir di tengah - tengah masyarakat untuk melindungi, mengayomi dan melayani
masyarakat;
b. Membangun komunikasi yang efektif dan intensif dengan masyarakat baik individu
maupun kelompok / komunitas;
c. Mengidentifikasi masalah - masalah sosial dan keamanan yang timbul dalam
masyarakat serta menemukan jalan pemecahannya;
d. Bersama masyarakat mencegah dan menangkal timbulnya penyakit masyarakat;
e. Bersama masyarakat menjaga ketertiban dan keamanan lingkungan;
f. Membangun dan mengembangkan kemitraan dengan segenap komunitas dalam
memelihara situasi kamtibmas yang kondusif;
g. Mendorong partisipasi masyarakat dalam menumbuh kembangkan daya cegah dan
daya tangkal terhadap segala bentuk gangguan kamtibmas. Maka sesuai dengan visi
dan misi di atas, satuan Binmas harus merangkul dan bekerjasama dengan masyarakat
dalam menciptakan keamanan dan ketertiban yang diharapkan.

2.2.2.3. Konsep Bhabinkmatibmas


Bhabinkamtibmas adalah petugas Polri yang bertugas di tingkat desa sampai dengan
kelurahan yang bertugas mengemban fungsi Pre-emtif dengan cara bermitra dengan
masyarakat. (Peran Bhabinkamtibmas, 18 September 2015, URL) Bhabinkamtibmas memiliki
tugas pokok dan fungsi yang sudah diatur dalam Perkap No 3 tahun 2015.
Berdasarkan Perkap No 3 tahun 2015 Pasal 26, fungsi Bhabinkamtibmas adalah :
a) Melaksanakan kunjungan / sambang kepada masyarakat untuk :
1. Mendengarkan keluhan warga masyarakat tentang permasalahan Kamtibmas dan
memberikan penjelasan serta penyelesaiannya
2. Memelihara hubungan silaturahmi / persaudaraan.
b) Membimbing dan menyuluh di bidang hukum dan Kamtibmas untuk meningkatkan
kesadaran hukum dan Kamtibmas dengan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM)
c) Menyebarluaskan informasi tentang kebijakan pimpinan Polri berkaitan dengan
Pemeliharaan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Harkamtibmas)
d) Mendorong pelaksanaan siskamling dalam pengamanan lingkungan dan kegiatan masyarakat
e) Memberikan pelayanan kepolisian kepada masyarakat yang memerlukan

© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
264 INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017

f) Menggerakan kegiatan masyarakat yang bersifat positif


g) Mengkoordinasikan upaya pembinaan Kamtibmas dengan perangkat desa/kelurahan dan
pihak-pihak terkait lainnya dan
h) Melaksanakan konsultasi, mediasi, negosiasi, fasilitasi, motivasi kepada masyarakat dalam
Harkamtibmas dan pemecahan masalah kejahatan dan sosial.

Berdasarkan Perkap no 3 tahun 2015 pasal 27, tugas pokok Bhabinkamtibmas adalah :
1) Tugas pokok Bhabinkamtibmas melakukan pembinaan masyarakat, deteksi dini,
mediasi/negosiasi agar tercipta kondisi yang kondusif di desa/kelurahan
2) Dalam melaksanakan tugas pokok, sebagaimana dimaksud ayat (1) Bhabinkamtibmas
melakukan kegiatan :
a. Kunjungan dari rumah ke rumah ( door to door) pada seluruh wilayah penugasannya
b. Melakukan dan membantu pemecahan masalah
c. Melakukan pengaturan dan pengamanan kegiatan masyarakat
d. Menerima informasi tentang terjadinta tindak pidana
e. Memberikan perlindungan sementara kepada orang yang tersesat, korban kejahatan
dan pelanggaran
f. Ikut serta dalam memberikan bantuan kepada korban bencana alam dan wabah
penyakit
g. Memberikan bimbingan dan petunjuk kepada masyarakat atau komunitas berkaitan
dengan permasalahan Kamtibmas dan pelayan Polri.

2.2.2.4. Konsep Upaya Pencegahan


Kata upaya diartikan sebagai usaha atau tindakan yang dilakukan seseorang. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian upaya adalah usaha, akal, ikhtiar (untuk mencapai
suatu maksud, memecahkan persoalan mencari jalan keluar)
Sedangkan definisi pencegahaan memiliki kata dasar cegah yang menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia adalah “1 menengahkan; 2 menolak; menjaga supaya jangan kejadian
sesuatu hal yang buruk”. (Wojowasito, 1999: 54).
Dengan melihat pengertian upaya dan pencegahan di atas menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, dapat disimpulkan bahwa berkaitan dengan permasalahan yang ada yang diangkat
oleh peneliti pencegahan merupakan upaya yang dapat diambil dengan menggunakan usaha
dan akal untuk menolak agar sesuatu yang tidak diinginkan tidak terjadi.

2.2.2.5. Konsep Curanmor


Pencurian adalah “perbuatan orang yang mengambil benda dan/ atau barang milik
orang lain secara diam-diam untuk dimiliki”.(Praja, Bandung: 239). Kendaraan Bermotor
menurut Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan 2009 adalah setiap kendaraan
yang digerakkan oleh peralatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan di atas
rel (UU No. 22 Tahun 2009). Dari definisi kedua kata di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
Curanmor adalah perbuatan mengambil kendaraan bermotor baik roda 2 maupun roda 4
milik orang lain secara diam-diam dengan cara tidak diketahui oleh pemiliknya untuk
dimiliki oleh pelakunya.

2.3 Kerangka Berpikir


Kerangka berpikir biasanya memberikan definisi atau pengertian-pengertian yang dapat
dijadikan pedoman operasional di dalam pengumpulan data. Disamping itu juga dapat
menggambarkan pengertian-pengertian dari kata-kata yang terdapat di dalam judul penelitian ini.
Peneliti menjelaskan bahwa marakanya pencurian kendaraan bermotor yang terjadi di
wilayah Kudus mengakibatkan ketidaknyamanan masyarakat dalam melaksanakan kegiatan sehari-
harinya. Sehingga, diperlukan upaya pencegahan yang semaksimal mungkin agar tindakan

© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017 265

kriminalitas di wilayah Kudus menurun. Untuk mencegah tindakan kriminalitas tersebut seperti
curanmor maka Polri memiliki tugas pokok yang tercantum dalam Undang-undang No.2 Tahun 2002
harus mampu melaksanakan tugasnya dengan baik dalam menjaga harkamtibmas, terutama dalam
tahapan pencegahan daripada penindakan sehingga diharapkan konsep-konsep dan teori-teori yang
ada dapat membantu Polri dalam mencegah kasus curanmor.

Tabel 2.1
Kerangka Berpikir

BHABINKAMTIBMAS
POLRES KUDUS

- PASAL 13 UU NO 2
TAHUN 2002

KASUS CURANMOR
Pasal 362 KUHP

- TEORI MANAJEMEN PERAN BHABINKAMTIBMAS - Perkap No 3 Tahun


- ANALISA SWOT WILAYAH KUDUS 2015

PENURUNAN KASUS
CURANMOR

METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian
3.1.1 Pendekatan penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah Pendekatan Kualitatif.
Menurut Ley J. Moleong (2005: 6) bahwa penelitian kualitatif adalah sebagai berikut :
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian (misalnya perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan dan lain sebagainya) secara holistic dan dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks kusus yang alamiah dan
dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
266 INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017

Menurut Kirk dan Muller (1986 : 9) istilah penelitian kualitatif pada awalnya
bersumber pada pengamatan kualitatif. Karakteristik penelitian kualitatif terletak pada
objek yang menjadi fokus penelitian. Jika penelitian kuantitatif mengukur objek dengan
suatu perhitungan, dengan angka, prosentase, statistik atau bahkan dewasa ini dengan
komputer sehingga penekanannya pada metode kuantitatif. Akan tetapi pada penelitian
kualitatif tidak menekan pada segi kuantum atau jumlah, jadi lebih menekankan pada segi
kualitas secara alamiah karena menyangkut pengertian, konsep, nilai serta ciri-ciri yang
melekat pada objek penelitian lainya. Dapat pula dikatakan bahwa penelitian kualitatif dapat
diartikan suatu penelitian yang tidak melakukan perhitungan-perhitungan dalam melakukan
justifikasi epistemologis.
Menurut Ley J. Moleong (2005 : 8) bahwa penelitian kualitatif memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :
Penelitian kualitatif memiliki sejumlah ciri-ciri yang membedakannya dengan
penelitian jenis lainnya yaitu latar alamiah, manusia sebagai alat (instrumen), metode
kualitatif, analisis data secara induktif, teori dari dasar (ground theory), deskriptif, lebih
mementingkan proses daripada hasil, adanya batas yang ditetukan oleh fokus, adanya
kriteria khusus untuk keabsahan data, desain yang bersifat sementara, dan hasil yang
dirundingkan dan disepakati bersama.

Setiap ilmu pada hakikatnya memiliki paradigma sendiri-sendiri, yaitu suatu


perangkat kepercayaan, nilai-nilai, suatu pandangan tentang dunia sekitar yang berkaitan
dengan ilmu tersebut. Oleh karena itu maka setiap ilmu pengetahuan memiliki spefikasi serta
ciri-ciri khas sendiri. Peneliti menggunakan pendekatan ini karena melalui pendekatan
kualitatif dapat dilihat, digambarkan atau dianalisa suatu proses yang berjalan dalam
memecahkan permasalahan yang ada. Peneliti mendiskripsikan tentang perkembangan kasus
curanmor di wilayah Kudus, peran Bhabinkamtibmas dalam melakukan pencegahan
terhadap kasus curanmor di wilayah hukum Polres Kudus serta faktor pendukung dan
penghambat dalam pelaksanaan kegiatan pencegahan curanmor di wilayah hukum Polres
Kudus

3.1.2 Metode Penelitian


Menurut Prof. Dr. H. Kaelan, M.S (2012 : 7) dalam buku yang berjudul “metodologi
penelitian kualitatif interdisipliner bidang sosial, budaya, filsafat, seni, agama dan
humaniora”, pengertian metode penelitian harus dibedakan dengan metodologi penelitian.
Metode adalah suatu cara, jalan, petunjuk pelaksanaan atau petunjuk teknis, sehingga
memiliki sifat yang praktis. Dapat pula dikatakan bahwa metodologi penelitian adalah
membahas tentang dasar-dasar filsafat ilmu dari metode penelitian, karena metodolgi belum
memiliki langkah-langkah praktis, adapun derivasinya adalah metodologi penelitian. Bagi
ilmu-ilmu lain seperti sosiologi, amtropologi, politik, komunikasi, ekonomi, hukum serta
ilmu-ilmu kealaman, metodologi adalah merupakan dasar-dasar filsafat ilmu dari suatu
metode, atau dasar dari langkah praktis penelitian. Seorang peneliti dapat memilih suatu
metode dengan dasar-dasar filosofis tertentu, yang konsekuensinya diikuti dengan metode
penelitian yang konsisten dengan metodologi yang dipilihnya. Dalam penelitian ini peneliti
berusaha untuk membahas permasalahan tersebut dengan menggunakan metode deskriptif
analisis. Menurut Cholid Narbuko dan Achmadi (2008: 44) penelitian deskriptif analisis
yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang
berdasarkan data-data, jadi ia juga menyajikan data, menganalisis dan menginterprestasi.
Penelitian deskriptif bertujuan untuk pemecahan masalah secara sistematis dan faktual.
Dalam metode ini peneliti menggambarkan fakta-fakta yang ditemukan pada saat melakukan

© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017 267

penelitian, selanjutnya dari adanya fakta-fakta yang ditemukan, dikumpulkan dan


selanjutnya peneliti melakukan analisa dengan menggunakan teori yang ada untuk dapat
menjawab fokus permasalahan, sehingga mengetahui tentang kejadian sebenarnya. Dari
penelitian ini akan didapat sejauh mana peranan Bhabinkamtibmas dalam melakukan
pencegahan terhadap pencurian bermotor.

3.2 Fokus Penelitian


Fokus penelitian merupakan pemusatan konsentrasi terhadap tujuan penelitian yang
sedang dilakukan. Fokus penelitian adalah garis besar dari penelitian, jadi observasi serta
analisa hasil peneltian akan lebih terarah. Pada penelitian yang dilakukan peneliti membuat
fokus penelitian terhadap peran Bhabinkamtibmas dalam upaya pencegahan kasus curanmor
di wilayah hukum polres Kudus.

3.3 Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian yang dilakukan adalah terletak di wilayah provinsi Jawa Tengah Kabupaten
Kudus yang memiliki batas wilayah bagian utara adalah Kabupaten Jepara dan Kabupaten Pati, batas
wilayah bagian Timur adalah Kabupaten Pati, batas wilayah bagian Selatan adalah kabupaten
Grobogan, dan batas wilayah bagian Barat adalah Kabupaten Demak dan Kabupaten Jepara.
3.4 Sumber Data / Informasi
Sumber data dalam penelitian kualitatif ini didapat dari data primer

dan data sekunder.


3.2.1 Data Primer
Menurut Prof. Dr. H. Kaelan, M.S. (2012 : 156-157) sumber data primer, yaitu buku-
buku yang secara langsung berkaitan dengan objek material penelitian. Jikalau objek material
berkaitan dengan tokoh agama/ budaya tertentu, maka sumber primer ini berkaitan secara
langsung dengan tokoh tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan sumber data /
informasi dari data primer yang diperoleh secara langsung kepada sasaran dengan melakukan
wawancara kepada sumber informasi, adapun sumber informasi dalam penelitian ini adalah :
a. Kapolres Kudus (AKBP Andi Rifai, S.Ik)
b. Kasat Binmas Polres Kudus (AKP Trisno Riyanto)
c. Kasat Reskrim Polres Kudus (AKP Kurinawan Daeli, S.Ik)

d.Anggota Satuan Binmas Polres Kudus (Bhabinkamtibmas).


e. Masyarakat wilayah Kudus
f. Ex pelaku curanmor

3.2.2 Data Sekunder


Menurut Prof. Dr. H. Kaelan, M.S. (2012 : 157) data sekunder yaitu sumber data yang
berupa buku-buku serta kepustakaan yang berkaitan dengan objek material, akan tetapi
tidak secara langsung merupakan karya tokoh budaya, agama, atau filsuf tertentu yang
menjadi objek penelitian. Buku-buku ini lazimnya merupakan kajian, komentar atau
pembahasan terhadap karya tokoh agama atau filsuf agama yang menjadi objek penelitian.
Teknik pengumpulan data sekunder dilakukan oleh peneliti dengan cara studi dokumen
sebagai penunjang kegiatan wawancara dan pengamatan di lapangan sehingga peneliti dapat
secara mudah memperoleh informasi tertulis dari sumber informasi yang terkait dengan
pencegahan terhadap kasus curanmor oleh Bhabinkamtibmas, dalam hal ini Polres Kudus
dalam melakukan pecegahan terhadap terjadinya curanmor. Disamping itu peneliti

© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
268 INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017

menggunakan dokumen-dokumen mengenai kejahatan curanmor untuk memberikan fakta-


fakta dilapangan.

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Tahap berikut yang dilakukan peneliti adalah pengumpulan data. Pengumpulan data
dapat definisikan sebagai suatu proses untuk memperoleh informasi dari responden. Metode
pengumpul data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data. Sumber dalam pengambilan data yang dihimpun langsung oleh peneliti
disebut sumber primer datanya disebut data primer, sedangkan sumber data yang diperoleh
dari tangan kedua disebut sumber sekunder datanya disebut data sekunder..
Adapun metode yang dipergunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:
a. Wawancara
wawancara ialah proses komunikasi atau interaksi untuk mengumupulkan
informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan informan atau subjek
penelitian. Dengan kemajuan teknologi informasi seperti saat ini, wawancara bisa
saja dilakukan tanpa bertemu langsung, tetapi juga dapat dia lakukan dengan
menggunakan alat komunikasi sepeti telephone genggam, handphone, dan bahkan
dapat dilakukan dengan via internet. Wawancara yang baik menurut Mike
Francher yaitu wartawan memberikan kesempatan kepada narasumber untuk
mengatakan apa yang dipikirkan, bukan memikirkan apa yang mau dikatakan.
(Pengertian wawancara, 2015, URL)
b. Observasi
Yaitu dengan mengadakan pengamatan secara langsung maupun tidak langsung
terhadap obyek yang diteliti. Menurut Prof. Heru, observasi sebagai studi yang
dilaksanakan secara sengaja, terarah, sistematis, dan terencana sesuai tujuan yang
akan dicapai dengan mengamati dan mencatat seluruh kejadian dan fenomena yang
terjadi dan mengacu pada syarat dan aturan dalam penelitian atau karya ilmiah.
Hasil observasi ilmiah ini, dijelaskan secara teliti, tepat, dan akurat, serta tidak
diperbolehkan untuk ditambah atau dikurangi dan dibuat-buat sesuai keinginan
penelliti. (Pengertian Observasi, 13 Juni 2015, URL).
c. Studi Dokumen
Tehnik yang lain adalah dengan studi dokumentasi, dimana melakukan penelitian
terhadap dokumen- dokumen yang sudah ada seperti mempelajari buku-buku,
artikel-artikel, dokumen dan tulisan-tulisan yang dapat memberikan dasar
pengetahuan dan kemampuan berpikir tajam, kritis dan sistematis untuk
memecahkan masalah yang dihadapi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) dokumen adalah 1. surat yang tertulis atau tercetak yang dapat dipakai
sebagai bukti keterangan (seperti akta kelahiran, surat nikah, surat perjanjian), 2.
Barang cetakan atau naskah karangan yang dikirim melalui pos, 3. Rekaman suara,
gambar dalam film dan sebagainya yang dapat dijadikan bukti keterangan.
(http://kbbi.web.id/dokumen).
3.6 Validitas dan Readibilitas
Untuk menentukan keabsahan data dalam penelitian ini digunakan teknik
Triangulasi. Dalam Sugiyono (2007:83), triangulasi merupakan teknik pengumpulan data
yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang
ada. Denzin (Moleong, 2006:330) membedakan teknik ini menjadi 4 (empat) macam, yaitu:
a. Triangulasi sumber, suatu teknik pengecekan kredibilitas data yang dilakukan dengan
memeriksa data yang didapatkan melalui beberapa sumber. Untuk menguji kredibilitas
data mengenai pelaksanaan kegiatan Bhabinkamtibmas, pengumpulan data dilakukan dari

© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017 269

berbagai jabatan dan posisi personel di Polres maupun di Polsek. Kemudian dilanjutkan
kepada masyarakat dan personel Polri lain yang berkaitan dengan kegiatan tersebut.
b. Triangulasi teknik, dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama
dengan teknik yang berbeda. Pada penelitian ini digunakan teknik wawancara, observasi,
dan studi dokumen.
c. Triangulasi waktu, dilakukan dengan wawancara, observasi, atau teknik lain dalam waktu
atau situasi yang berbeda. Penelitian dilaksanakan pada pagi, siang, sore, dan malam hari
dengan kombinasi yang ditetapkan.
d. Triangulasi teori, dengan menggunakan teori kegiatan rutin dan teori manajemen (POAC).
Konsep yang digunakan, yaitu konsep peran, konsep Bhabinkamtibmas, konsep
pencegahan dan konsep narkotika. Konsep dan teori tersebut digunakan untuk
menganalisis data temuan penelitian.

3.7 Teknik Analisis Data

Menurut Miles dan Huberman, analisis data kualitatif adalah suatu proses analisis
yang terdiri dari alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi (Andi Prastowo, 2011: 241).
3.4.1 Reduksi Data
Peneliti dalam tahap ini, melakukan pemilihan, pemusatan, dan perhatian data kasar
yang muncul dari catatan tertulis di lapangan.

3.4.2 Penyajian Data


Dalam tahap ini, peneliti disajikan informasi sehingga peneliti diharapkan mampu
memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan berdasarkan pemahaman
yang peneliti dapat dari penyajian informasi tersebut.

3.4.3 Penarikan kesimpulan


Pada tahap ini, berdasarkan data-data yang sudah didapat, maka peneliti akan dengan
mudah menangani kesimpulan secara induktif.

3.7 Jadwal Penelitian


Proses pengumpulan data dilakukan selama 2 minggu Jadwal Pelaksanaan Penelitian
NO TAHAP KEGIATAN M1 M2

1 Persiapan √

2 Pembahasan pokok-pokok pertanyaan √ √


penelitian (tahap awal pengumpulan data)

3 Pengumpulan data, pengecekan data dan √ √


informasi

4 Analisa data √ √

5 Penyusunan laporan √ √

© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
270 INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017

Penjelasan mengenai tabel di atas:


a. Pada minggu pertama dilakukan persiapan berupa proses perizinan kemudian tahap awal
pengumpulan data yang dilanjutkan dengan pengumpulan data yang berkaitan dengan
permasalahan penelitian selanjutnya analisa data dan penyusunan laporan.
b. Pada minggu kedua dilakukan pengumpulan yang masih kurang kemudian dianalisa
selanjutnya dilakukan penyusunan laporan

4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian


4.1.1 Goegrafis
Kabupaten Kudus merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Jawa
tengah. Kabupaten Kudus adalah Kabupaten yang dijadikan perlintasan menuju arah
Semarang dan Pati. Kabupaten Kudus juga terkenal dengan wisata religi nya yaitu wisata
makam Sunan Kudus dan Wisata makam Sunan Muria. Dahulu Kota Kudus bernama Kota
"Tajug". Disebut Tajug karena di daerah tersebut terdapat banyak Tajug, Tajug merupakan
bentuk atap arsitektur tradisional yang sangat kuno dipakai tujuan keramat. Tajug
dahulunya dijadikan tempat bersembahyang warga Hindu Dengan demikian kota Tajug
dulunya sudah memiliki sifat kekeramatan tertentu, kota ini dianggap suci bagi warga
setempat yang merupakan beragama Hindu.
Secara astronomis Kabuoaten Kudus terletak diantara 110’’.36 - 110’’.50 ( Bujung Timur
) dan 6’’.51 – 7’’.61 ( Lintang Selatan). Jarak terjauh dari barat ke timur adalah 16 km dan dari
utara ke selatan 22 km. Luas daerah Kabupaten Kudus adalah 42.515.644 Ha sekitar 1,31 %
dari Propinsi Jawa tengah, yang terdiri atas 9 kecamatan. Adapun rincian nya sebagai berikut:

Tabel 4.1
Kecamatan dan Batas Daerah Kabupaten Kudus

BATAS DAERAH
KECA- LUAS
NO SBLH SBLH SBLH SBLH KET
MATAN DAERAH
UTARA TIMUR SELATAN BARAT
KEC.
KOTA 1.047,32 KEC. KEC.
1 KEC. JATI KALI-
KUDUS HA GEBOG BAE
WUNGU
KALI- 3.271,28 KEC KEC. KAB.
2 KAB. DEMAK
WUNGU HA GEBOG KOTA JEPARA
KEC.
2.229,80 KEC. KEC.
3 JATI KEC. KOTA KALI-
HA BAE UNDAAN
WUNGU
7.177,03 KAB. KAB. KAB.
4 UNDAAN KEC. JATI
HA KUDUS GROBOGAN DEMAK
3.676,67 KEC. KEC.
5 MEJOBO KEC. BAE KAB. PATI
HA JEKULO JATI
8.291,67 KAB. KEC.
6 JEKULO KEC.DAWE KAB. PATI
HA PATI BAE
2.332,27 KEC. KEC. KEC.
7 BAE KAB. PATI
HA DAWE JEKULO KOTA
5.505,97 KAB. KEC. KEC. KAB.
8 GEBOG
HA JEPARA DAWE KALIWUNGU JEPARA
8.583,73 KAB. KAB. KEC. BAE & KEC.
9 DAWE
HA JEPARA PATI JEKULO GEBOG

© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017 271

42.515,64
JUMLAH
HA
Sumber data : Bag Min Polres Kudus tahun 2017
1) Kecamatan Kota Kudus : 1.047.316 Ha
2) Kecamatan Kaliwungu : 3.267.366 Ha
3) Kecamatan Jati : 3.629.801 Ha
4) Kecamatan Undaan : 7.177.030 Ha
5) Kecamatan Mejobo : 3.676.570 Ha
6) Kecamatan Jekulo : 8.281.672 Ha
7) Kecamatan Bae : 2.332.275 Ha
8) Kecamatan Gebog : 5.509.899 Ha
9) Kecamatan Dawe : 8.583.735 Ha

Kabupaten Kudus terbagi dalam 9 (sembilan ) kecamatan, 123 ( sertus dua puluh tiga
) Desa dan 9 (Sembilan ) Kelurahan, 716 ( tujuh ratus enam belas ) Rukun Warga (RW), 3764
( tiga rubu tujuh ratus enam puluh empat ) Rukun Tetangga (RT) dan 420 ( Empat ratus dua
puluh ) Dukuh / Lingkungan, Kecamatan Kota merupakan Kecamatan dengan jumlah desa /
kelurahan terbanyak yaitu 25 ( dua puluh lima ) desa / kelurahan, sedangkan Kecamatan
dengan jumlah desa terkecil yaitu Bae sejumlah 10 ( sepuluh ) Desa. Adapun rincian nya
sebagai berikut :
Tabel 4.2
Kecamatan di Kabupaten Kudus
JUMLAH
NO POLSEK
KELURAHAN DESA RW RT DUKUH

1 KUDUS KOTA 9 16 110 497 60

2 KALIWUNGU - 15 67 442 48

3 JATI - 14 79 381 39

4 UNDAAN - 16 63 357 31

5 MEJOBO - 11 69 341 37

6 JEKULO - 12 85 443 47

7 BAE - 10 51 285 36

GEBOG - 11 82 435 38
8

© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
272 INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017

9 DAWE - 18 110 583 84

JUMLAH 9 123 716 3.764 420

Sumber data : Bag Min Polres Kudus Tahun 2017


Kabupaten Kudus memiliki batasan wilayah yang terdiri dari 4 bagian, yaitu :
1) Sebelah Utara : Kab.Jepara dan Kab. Pati
2) Sebelah Selatan : Kab. Grobogan dan Pati
3) Sebelah Timur : Kab. Pati
4) Sebelah Barat : Kab. Demak dan Kab. Jepara

Di Kabupaten Kudus terdapat tiga penggolongan status jalan dimana masing-masing


dikelola secara terpisah. Ketiganya adalah jalan negara, jalan propinsi dan jalan Kabupaten
dengan panjang 700,850 km. Jalan negara yang yang melewati wilayah Kabupaten Kudus
adalah jalur Pantura atau disebut juga jalan Deandels, yang membelah Kabupaten Kudus
sepanjang 29,97 Km atau 4,28 persen dari total panjang jalan. Kemudian jalan propinsi
sepanjang 49,70 Km atau 7,09 persen dan yang ketiga jalan Kabupaten sepanjang 621.18 Km
atau 88,63 persen. Dilihat dari jenis permukaannya, baik jalan negara, propinsi maupun
kabupaten sepanjang 700,850 km sudah semuanya beraspal dan 11,67 % sudah dibeton.
Untuk jalan dengan kondisi baik yaitu 40,41 % di tahun lalu dan tahun ini sekitar 46,14 %
Sedangkan untuk kondisi jalan rusak ringan yaitu 7,32 persen, begitupun untuk untuk
kondisi rusak berat sebesar 10,34 persen. Untuk jalan Kabupaten, jalan yang sudah diaspal
sebesar 86,67 persen, sisanya masih berupa kerikil, tanah dan beton. Kecamatan Dawe
memiliki jalan Kabupaten terpanjang (19,11 persen), diikuti kecamatan Jekulo (12,58 persen)
dan kecamatan Gebog (12,04 persen).
1) Jaringan jalan propinsi menghubungkan :
a) Kudus - Demak.
b) Kudus - Pati
c) Kudus - Jepara
d) Kudus - Purwodadi

2) Jaringan jalan Pemkab Kudus menghubungkan :


a) Kota Kudus- Kec. Kaliwungu
b) Kota Kudus-Kec. Gebog
c) Kota Kudus-Kec. Dawe
d) Kota Kudus-Kec. Bae dan Kec. Jekulo
e) Kota Kudus-Kec. Mejobo
f) Kota Kudus-Kec. Jati dan Undaan
g) Jalan Lingkar Ngembalrejo Kec. Bae -Ds. Jati Wetan Kec. Jati
h) Jalan Lingkar Kencing Kec. Jati- Kec. Kaliwungu
i) Jalan Lingkar Utara Kec. Bae – Kec. Gebog Kudus
Sebagian besar wilayah Kabupaten Kudus adalah dataran rendah. Di sebagian wilayah
utara terdapat pegunungan (yaitu Gunung Muria), dengan puncak Saptorenggo, Puncak
Rahwatu, dan Puncak Argojembangan. Sungai terbesar adalah Sungai Serang yang mengalir
di sebelah barat, membatasi Kabupaten Kudus dengan Kabupaten Demak. Kudus dibelah
oleh Sungai Gelis di bagian tengah sehingga terdapat istilah Kudus Barat dan Kudus Timur.

© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017 273

Gambar 4.1
Peta Wilayah Kabupaten Kudus

Sumber data : Satuan Fungsi Intelkam Polres Kudus 2017

4.1.2 Demografi
Jumlah penduduk Kabupaten Kudus tahun 2017 yang tercatat dalam intel dasar Polres
Kudus tahun 2017 adalah sebesar 821.136 jiwa terdiri dari laki-laki 404.318 jiwa ( 49,24 % )
dan perempuan 416.818 jiwa ( 50,76 % ), apabila dilihat penyebaranya maka kecamatan yang
paling banyak persentase jumlah penduduknya adalah Kecamatan Jati yakni sebesar 12,78 %
dari jumlah penduduk yang ada di Kabupaten Kudus, kemudian berturut-turut Kecamatan
Jekulo 12,74 %, dan Kecamatan Dawe 12,66 %, sedangkan kecamatan terkecil jumlah
penduduknya adalah Kecamatan Bae sebesar 8,58 %. Adapun rincian nya sebagai berikut :

© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
274 INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017

Tabel 4.3
Rincian Penduduk dan Jumlah penduduk Kabupaten Kudus

PERINCIAN
MENURUT JENIS
NO POLSEK KELAMIN JUMLAH SEX RATIO KET

LAKI- PEREM
LAKI PUAN

1 KUDUS KOTA 47.057 49.927 93.018 97,482

2 KALIWUNGU 45.417 47.385 96.984 94,252

4 UNDAAN 36.457 37.356 73.016 98,321

5 MEJOBO 36.457 37.356 73.813 97,593

6 JEKULO 51.584 53.012 104.596 97,306

7 BAE 34.740 35.723 70.463 97,248

8 GEBOG 49.590 50.713 100.303 97,786

9 DAWE 51.490 52.475 103.965 98,123

JUMLAH 404.318 416.818 821.136 97,001

Sumber data : Bag Min Polres Kudus Tahun 2017


Bila dilihat dari perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan, maka diperoleh
rasio jenis kelamin sebesar 97,00 yang berarti setiap 100 penduduk perempuan terdapat 97
penduduk laki-laki, dengan perkataan lain bahwa penduduk perempuan lebih banyak

© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017 275

dibandingkan dengan penduduk laki-laki, ini bisa dilihat hampir di semua Kecamatan bahwa
angka rasio jenis kelamin di bawah 100 %, yaitu 94,25 dan 98,32 %. Jumlah rumah tangga
sebanyak 204.791 rumah tangga dan diperoleh rata-rata jumlah anggota rumah tangga sebesar
401. Angka ini sama bila dibandingkan dengan angka tahun sebelumnya. Adapun rincian nya
sebagai berikut :
Tabel 4.4
Data WNA dan WNI wilayah Kudus

NO KECAMATAN WNI WNA JUMLAH

1 KOTA 22.587 17 22.604


2 KALIWUNGU 21.763 0 21.763
3 JATI 23.360 0 23.360
4 UNDAAN 17.654 0 17.654
5 MEJOBO 16.823 0 16.823
6 JEKULO 23.544 0 23.544
7 BAE 15.095 0 15.095
8 GEBOG 22.470 1 22.471
9 DAWE 23.504 0 23.504
JUMLAH 186.818 18 186.818
Sumber data : Bag Min Polres Kudus tahun 2017
Masyarakat Kudus memiliki berbagai macam keyakinan walaupun secara umum
masyarakat kudus beragama Muslim dan Kabupaten Kudus terkenal dengan Kota sunan nya,
tetapi masyarakat Kudus sangat menjunjung tinggi toleransi dalam beragama. Seperti contoh
bahwa dalam Kabupaten Kudus terkenal dengan makan-makanan yang tersaji dengan daging
kerbau. Melihat dari sejarahnya bahwa pada zaman sunan Kudus masih ada, beliau melarang
Masyarakat memakan daging sapi karena dahulu masyarakat Kudus mayoritas dengan
penduduk beragama Hindu yang dilarang untuk memakan atau menyembelih sapi, sehingga
untuk menghormati kaum hindu Sunan kudus melarang memotong daging sapi dan
digantikan dengan daging kerbau. Hal tersebut dijadikan budaya oleh masyarakat Kudus
sampai saat ini. Suasana kerukunan hidup beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa sangat didambakan masyarakat, beragam tempat peribadatan, merupakan salah
satu bukti kerukunan agama diantara umat. Tempat peribadatan yang tersedia di Kabupaten
Kudus pada tahun ini adalah 657 Masjid, 1816 mushola/langgar, Gereja Kristen 22 buah,
gereja katholik 4 buah, Vihara Budha 11 buah dan Klenteng 3 buah. Dari data terlihat Agama
Islam dianut sebagian besar penduduk Kabupaten Kudus sebesar 97,86 % dan diikuti Agama
Kristen protestan sebesar 1,41 %
Untuk diwilayah Kabupaten Kudus terdapat beberapa perumahan baik yang mewah
ataupun yang sederhana, untuk yang mewah seperti perumahan Bumi Rendeng Baru di
wilayah Kecamatan Kota , Graha Kencana dan Graha Kastara, di Kecamatan Bae Beberapa
perumahan baru di beberapa wilayah banyak permunculan baik yang skala besar ataupun
skala kecil, untuk yang skala besar seperti Perumahan Muria Indah, Muria baru, Gerbang
harapan, Mountain View Resident, Graha Kastara, Salam Indah, Puri Asri, Muria Permai dan
yang lainya terletak di wilayah Kecamatan Bae, sedangkan di wilayah Kecamatan Kaliwungu
terdapat Kudus Permai dan Muria asri serta ada beberapa perumahan lainya, sedangkan di
wilayah kecamatan Gebog ada Karangmalang Indah dan yang lainya, di wilayah Mejobo ada
perumahan Sumber Indah, di wilayah kecamatan Jati ada perumahan Jati Indah, di wilayah
kecamatan Kota ada perumahan Palm regency dan yang lainya.

© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
276 INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017

Di wilayah kabupaten Kudus sampai saat ini data warga miskin sebanyak 36.332 ( tiga
puluh enam ribu tiga ratus tiga puluh dua ) untuk berdasarkan data penerima BLSM (
Rumah Tangga Sasaran ) dengan perincian sebagai berikut :
1) Kecamatan Kota : 1.968 orang
2) Kecamatan Bae : 1.808 orang
3) Kecamatan Dawe : 7.209 orang
4) Kecamatan Gebog : 4.541 orang
5) Kecamatan Kaliwungu : 4.580 orang
6) Kecamatan Jati : 4.496 orang
7) Kecamatan Undaan : 4.406 orang
8) Kecamatan Mejobo : 3.061 orang
9) Kecamatan Jekulo : 5.067 orang
Di wilayah Kabupaten Kudus, penduduk yang bersekolah secara umum mengalami
fluktuasi selama periode tahun ajaran 2011/2012 s/d 2015/2016, hal ini dapat dilihat dari
banyaknya murid di beberapa jenjang pendidikan mengalami kenaikan dan penurunan, pada
tingkat SD ( Negeri & Swasta ) di tahun ajaran 2015/2016 jumlah murid yang besekolah
mengalami kenaikan sebesar 7,14 % dibandingkan dengan tahun ajaran sebelumnya,
sedangkan untuk pendidikan SLTP ( Negeri & Swasta ) mengalami penurunan jumlah murid
sebesar 3,14 %, sedangkan untuk SLTA ( Negeri & Swasta ) mengalami kenaikan sebesar
2,34 %. Peningkatan jumlah penduduk yang bersekolah, tentunya harus diimbangi dengan
penyediaan sarana fisik dan tenaga guru yang memadai, Pada tahun ajaran ini, tersedia jumlah
SD sebanyak 463 unit dan MI sebanyak 140 unit, SLTP dan MTs masing-masing sebanyak 49
dan 63 unit, SLTA dan MA masing-masing ada sebanyak 44 dan 34 unit Jumlah Universitas /
Perguruan Tinggi pada tahun akademik 2016/2017 tercatat ada 8 buah yaitu Universitas
Muria Kudus ( UMK ), Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri ( STAIN ) Kudus, Sekolah
Tinggi Kesehatan ( STIKES ) Cendekia Utama Kudus, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah, Akbid Mardi Rahayu, Akbid Pemda, Akper Krida Husada, Akbid Muslimat
NU Kudus. Banyaknya Mahasiswa periode 5 tahun terakhir cenderung meningkat pada
tahun akademik 2015/2016 secara keseluruhan jumlah mahasiswa tercatat 17.807 orang dan di
dukung oleh 447 dosen, dan pada tahun yang sama telah berhasil meluluskan sebanyak 2.978
mahasiswa.

4.1.3 Gambaran Umum Polres Kudus


Kepolisian Negara Republik Indonesia Resort, disingkat Polres adalah badan
pelaksana utama kewilayahan Polda yang berkedudukan di ibu kota Kabupaten / kota di
daerah hukum masing – masing dimana polres bertugas menyelenggarakan tugas pokok polri
dalam pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum dan pemberian
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat serta tugas – tugas polri lainya
dalam wilayah dan peraturan / kebijakan yang berlaku dalam organisasi Polri.
Organisasi Kepolisian Resort Kudus merupakan tipe Polres yang terdiri dari dua
unsur pimpinan, tujuh unsur pengawas dan pembantu pimpinan, sembilan unsur pelaksana
tugas pokok, unsur pendukung dan unsur pelaksana tugas kewilayahan, yaitu :
1. Unsur pimpinan terdiri dari Kapolres dan dibantu oleh Wakapolres
2. Unsur pengawas dan pembantu pimpinan yaitu Sie Was, Sie Propam, Sie Umum, Sie Keu,
Bag Sumda, Bag Ren, Bag Ops
3. Unsur pelaksana tugas pokok yaitu SPKT, Sat Intelkam, Sat Narkoba, Sat Reskrim, Sat
Binmas, Sat Sabhara, Sat Lantas, Sat Tahti
4. Unsur pendukung yaitu Sitipol

© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017 277

5. Unsur pelaksana tugas kewilayahan yaitu polsek-polsek jajaran Polres Kudus yang terdiri
dari
a. Polsek Kota
b. Polsek Jati
c. Polsek Mejobo
d. Polsek Undaan
e. Polsek Dawe
f. Polsek Jekulo
g. Polsek Bae
h. Polsek Kaliwungu
i. Polsek Gebog
Adapun tugas-tugas operasional Polres Kudus adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan deteksi dini pada berbagai kerawanan kamtibmas dan kecenderungan di
daerah Polres Kudus agar tidak menjadi ancaman nyata atau berkembang lebih luas.
b. Meningkatkan kegiatan preventif dalam mencegah terjadinya tindak kejahatan/pelanggaran,
memberikan bantuan pertolongan dan perlindungan kepada masyarakat serta pengaman
kegiatan masyarakat, baik lokal, nasional maupun internasional.
c. Meningkatkan kegiatan pre-emtif dalam menangkal gangguan kamtibmas melalui kegiatan
Binmas dan pembinaan potensi masyarakat.
d. Meningkatkan kegiatan represif dalam menegakan hukum melalui kegiatan penyidikan
dengan memanfaatkan Iptek Kepolisian, guna mengantisipasi kejahatan yang semakin
berkembang.
e. Melakukan kegiatan Kepolisian lainya, terutama dalam menanggulangi gangguan kamtibmas
yang berkadar tinggi meresahkan masyarakat dalam menghadapi kontijensi akibat berbagai
kerawanan, menyelenggarakan atau melaksanakan pengamanan pembangunan sesuai dengan
program-program yang ditetapkan oleh pemerintah.
Dalam melaksanakan tugas pokoknya yang diatur berdasarkan Peraturan Kapolri No 23
Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Tingkat Polres, maka fungsi Polres
menyelenggarakan fungsi, Yaitu :
1. Pemberian pelayanan kepolisian kepada msayarakat yang membutuhkan,
dalam bentuk peneriman dan penanganan laporan/ pengaduan dan permintaan
bantuan/pertolongan, pelayanan, pengaduan atas tindakan anggota polri dan
pelayanan surat – surat ijin/ keterangan, sesuai ketentuan hukum dan
peraturan/kebijakan yang berlaku dalam organisasi polri.
2. Lalu lintas kepolisian, yang meliputi kegiatan pengaturan, penjagaan, pengawalan dan
patroli lalu lintas termasuk penindakan pelanggaran dan penyidikan kecelakaan lalu lintas
dengan kerugian materil serta registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor, dalam rangka
penegakan hukum dan pembinaan keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas.
3. Bimbingan masyarakat, yang meliputi penyuluhan masyarakat dan pembinaan /
pengembangan bentuk – bentuk pengamanan swakarsa dalam rangka peningkatan kesadaran
dan ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan perundang – undagan dan terjalinnya
hubungan polri – masyarakat yang kondusif bagi pelaksanaan tugas kepolisian.
4. Fungsi – fungsi lain berdasarkan ketentuan peraturan perundang – undangan dan
atau peraturan pelaksanaannya termasuk pelayanan kepentingan warga masyarakat untuk
sementara sebelum ditangani oleh instansi dan atau pihak yang berwenang
5. Pemberian pelayanan kepolisian kepada masyarakat, dalam bentuk penerimaan dan
penanganan laporan/pengaduan, pemberian bantuan dan pertolongan termasuk pengamanan
kegiatan masyarakat dan instansi pemerintah, dan pelayanan surat izin/keterangan, serta
pelayanan pengaduan atas tindakan anggota Polri sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
6. Pelaksanaan fungsi intelijen dalam bidang keamanan guna terselenggaranya deteksi
dini (early detection) dan peringatan dini (early warning);

© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
278 INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017

7. Penyelidikan dan penyidikan tindak pidana, fungsi identifikasi dan fungsi


laboratorium forensik lapangan dalam rangka penegakan hukum, serta pembinaan,
koordinasi, dan pengawasan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS);
8. Pembinaan masyarakat, yang meliputi pemberdayaan masyarakat melalui perpolisian
masyarakat, pembinaan dan pengembangan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa dalam
rangka peningkatan kesadaran dan ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan
ketentuan peraturan perundang-undangan, terjalinnya hubungan antara Polri dengan
masyarakat, koordinasi dan pengawasan kepolisian khusus;
9. Pelaksanaan fungsi Sabhara, meliputi kegiatan pengaturan, penjagaan pengawalan, patroli
(Turjawali) serta pengamanan kegiatan masyarakat dan pemerintah, termasuk penindakan
tindak pidana ringan (Tipiring), pengamanan unjuk rasa dan pengendalian massa, serta
pengamanan objek vital, pariwisata dan Very Important Person (VIP);

Personil atau Anggota kepolisian yang terdapat di Polres Kudus hingga tahun 2017
berjumlah 454 orang, dengan rincian persatuan kerja sebagai berikut :

Tabel 4.5
Kekuatan Personil Polres Kudus
Pada Tiap Satuan Kerja
NO KESATUAN JUMLAH
1 PIMPINAN 2
2 BAG. OPS 20
3 BAG. SUMDA 44
4 BAG. REN 10
5 SIUM 5
6 SIKEU 8
7 SIPROPAM 15
8 SIWAS 6
9 SPKT 17
10 SAT. INTELKAM 34
11 SAT. RESKRIM 56
12 SAT. SHABARA 104
13 SAT. NARKOBA 14
14 SAT. BINMAS 16
15 SAT. LANTAS 92
16 SAT. TAHTI 4
17 SAT. SITIPOL 7
JUMLAH 454
Sumber: Bag. Sumda Polres Kudus, 2017
Berdasarkan dari tabel diatas, personil Polres Kudus yang bertugas di Mako Polres
Kudus berjumlah 454 orang, dengan catatan belum termasuk personil di tiap polsek di
wilayah hukum Polres Kudus. Adanya jumlah personil tersebut, menunjukan bahwa Polres
Kudus memiliki jumlah personil yang dianggap cukup, terutama dalam bidang lalu lintas
yaitu berjumlah 92 orang.
Berdasarkan keputusan Kapolri Nomor : KEP/366/VI/2010 tanggal 14 Juni 2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Peraturan
Kapolri No 23 tahun 2010 Tentang SOTK. Dalam rangka mewujudkan pelaksanaan tugas
pokok dan fungsinya tersebut, maka sesuai dengan perkap diatas disusun bidang dan

© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017 279

subbidang kerja dalam suatu struktur organisasi di Polres Kudus, yang dapat digambarkan
seperti gambar dibawah ini :
Gambar 4.2
Struktur Organisasi Polres Kudus

Sumber data : Bag Ops Polres Kudus 2017

4.1.4 Situasi dan Kondisi Satuan Fungsi Binmas Polres Kudus


Dalam struktur organisasi satuan fungsi Binmas di pimpin oleh Kasat Binmas dengan
pangkat Ajun Komisaris Polisi (AKP) yang betanggung jawab langsung kepada Kapolres.
Dalam tugasnya, Kasat Binmas dibantu oleh Kaur Binops yang beranggotakan Kaur Mintu,
Kanit Polmas, Kanit Tibmas, dan Kanit Kamsa dengan tugas pokok masing-masing unit.
Satuan Binmas bertugas melaksanakan pembinanan masyarakat yang meliputi kegiatan
penyuluhan masyarakat . pemberdayaan Perpolisian Masyarakat ( Polmas ) melaksanakan
koordinasi , pengawasan dan pembinaan terhadap bentuk-bentuk pengamanan swakarsa (
pam swakarsa ), Kepolisian Khusus ( Polsus ) , serta kegiatan kerja sama dengan organisasi ,
lembaga , instansi , dan / atau tokoh masyarakat guna peningkatan kesadaran dan ketaatan
masyarakat terhadap hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan serta
terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat.
Dalam melaksanakan tugasnya satuan Binmas menyelenggarakan fungsi :
a. pembinaan dan pengembangan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa dalam
rangka peningkatan kesadaran dan ketaatan masyarakat terhadap hukum dan
ketentuan perundang-undangan
b. pengembangan peran serta masyarakat dalam pembinaan keamanan ,
ketertiban , dan perwujudan kerjasama Polres dengan masyarakat.
c. pembinnaan di bidang ketertiban masyarakat terhadap komponen masyarakat
antara lain remaja , pemuda , wanita , dan anak.
d. pembinaan tehnis pengkoordinasikan , dan pengawasan Polsus serta Satuan
Pengamanan ( Satpam ) dan

© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
280 INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017

e. pemberdayaan kegiatan Polmas yang meliputi pengembangan kemitraan dan


kerjasama antara Polres dengan masyarakat , organisasi , lembaga , instansi ,
dan / atau tokoh masyarakat.
Satbinmas dipimpin oleh Kasatbinmas yang bertanggung jawab kepada Kapolres dan
dalam pelaksanaan tugas sehari – hari di bawah kendali Wakapolres.
Satbinmas dalam melaksanakan tugas dibantu oleh :
a. Urusan Pembinaan Operasional ( Urbinopsnal ) , yang bertugas melakukan
pembinaan administrasi dibidang operasional kegiatan pembinaan keamanan , ketertiban
masyarakat , pam swakarsa dan Polmas serta melaksanakan anev atas pelaksannaan
pembinaan masyarakat di lingkungan Polres , dan
b. Urusan Administrasi dan Ketatausahaan ( Urmintu ) , yang bertugas
menyelenggarakan kegiatan administrasi dan ketaa usahaan.
c. Unit Pembinaan perpolisian Masyarakat ( Unitpolmas ) , yang bertugas membina dan
mengembangkan kemampuan peran serta masyarakat melalui Polmas dalam rangka
menyelesaikan masalah-masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat
d. Unit Pembinaan Ketertiban Masyarakat ( Unitbintibmas ) yang bertugas melakukan
pembinaan di bidang ketertiban masyarakat terhadap komponen masyarakat antara lain
remaja , pemuda , wanita dan anak , dan
e. Unit Pembinaan Keamanan Swakarsa ( Unitbinkamsa ) yang bertugas melakukan
pembinaan dan mengembangkan bentuk-bentuk pam swakarsa dalam rangka meningkatkan
kesadaran dan ketaatan masyarakat terhadap hukum dan ketentuan peraturan perundang –
undangan serta melakukan pembinan tehnis , pengkoordinasian dan pengawasan Polsus dan
Satpam
Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya kepada pimpinan, Kasat Binmas
memiliki tugas sebagai berikut :
a. Bertugas mengatur penyelenggaraan tugas dan mengawasi / mengendalikan
pelaksanaan hubungan masyarakat dan pembinaan unsur – unsur pam swakarsa oleh
satuan – satuan fungsi yang berkompenten,
b. Membina hubungan kerjasama dengan organisasi / lembaga / tokoh sosial
kemasyarakatan dan instansi pemerintah, khususnya instansi Polsus / PPNS dan
Pemda dalam pelaksanaan Otonomi Daerah, dalam rangka meningkatkan kesadaran
dan ketaatan warga masyarakat kepada Hukum dan perundang – undangan yang
berlaku,
c. Pengembangan Pam swakarsa dan pembinaan hubungan Polri dan masyarakat yang
kondusif bagi pelaksanaan tugas Polri
Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab, Kasat Binmas dibantu oleh Kaur
Binops yang memiliki tugas sebagai berikut :
a. Merumuskan dan mengembangkan prosedur dan tata cara kerja bagi
pelaksanaan Fungsi Binmas Serta mengawasi, mengarahkan dan mengevaluasi
pelaksanaannya.
b. Menyiapkan rencana dan Progiat termasuk rencana Opsus Fungsi Binmas.
c. Mengatur Penyelenggaraan dukungan administrasi dan menyelenggarakan
administrasi Operasional.
d. Disamping memimpin Urbin Ops, KBO bertugas mewakili Kasat Binmas apabila
Kasat Binmas berhalangan melaksanakan tugas.
Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, Kaur Binops dibantu oleh
anggotanya yang terdiri dari Kanit Kamsa, Kanit Tibmas, dan Kanit Polmas yang memiliki
tugas pokok pada masing-masing unit nya. Tugas pokok tersebut antara lain :

© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017 281

Kanit Kamsa bertanggung jawab untuk :


a. Membina Polsus / PPNS dalam rangka meningkatkan kesadaran dan ketaatan warga
masyarakat pada hukum dan peraturan perundang – undangan .
b. Mengembangkan Pengamanan swakarsa dan membina
hubungan Polri - masyarakat yang kondusif sebagai pelaksanaan tugas Polri. Melaksanakan
pelatihan rutin untuk anggota Satpam.
c. Melaksanakan Koordinasi dengan Polda Jateng dalam rangka pembuatan KTA Satpam dan
pelaksanaan Pelatihan Dasar Anggota Satpam yang dilaksanakan di Polres Kudus.
d. Melaksanakan binluh dan sambang ke hotel-hotel dan Restoran yang berada di
Wilayah kabupaten Kudus
e. Melaksanakan sambang dan Binluh serta cek pos kamling dan pos satpam di wilayah
Kabupaten kudus
Kanit Bintibmas yang dalam tugas dan tanggung jawabnya bertugas untuk :
a. Membantu melaksanakan tugas pelatihan Patroli Keamanan Sekolah dan Saka
Bhyangkara di Mapolres Kudus.
b. Melaksanakan kegiatan Penyuluhan ke Sekolah – Sekolah
dalam rangka tugas PSA ( Polisi Sahabat Anak ).
c. Melaksanakan kerjasama dengan instansi terkait untuk melaksanakan Ops Gepeng.
d. Melaksanakan Binluh Kamtibmas ke tempat-tempat yang rawan Kriminal.
Kanit Polmas yang dalam tugas dan tanggung jawabnya bertugas untuk :
a. sambang ke Polsek-polsek dan bekerjasama dengan Bhabin Kamtibmas dan Polmas
b. Melaksanakan sambang dengan petugas Polmas di Polmas kawasan ataupun Polmas
Comunity
c. Menghimpun surat menyurat yang berhubungan dengan Bhabim Kamtibmas maupun
Polmas
d. Mengusulkan ke Bagmin apabila ada penggatian anggota Bhabinkamtibmas .
Di dalam struktur organisasi Satuan Binmas memiliki Hubungan tata Cara Kerja
(HTCK) yang mendasar pada Peraturan Kapolri No 23 tahun 2010 tanggal 30 September
2010 yang dapat diuraikan sebagai berikut :

Tabel 4.6
Struktur Organisasi Satuan Binmas
KAPOLRES

WAKAPOLRES

KASAT BINMAS

KAUR BIN OPS

KAUR KANIT KANIT KANIT


MINTU POLMAS TIBMAS KAMSA

Sumber data : Sat Binmas Polres Kudus 2017

© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
282 INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017

4.1.5 Gambaran Umum Bhabinkamtibmas wilayah Polres Kudus


Bhayangkara Pembina Kamtibmas (Bhabinkamtibmas) berdasarkan Keputusan Kapolri No.
: KEP/8/XI/2009, tanggal 24 November 2009 tentang perubahan buku petunjuk lapangan Kapolri No.
Pol. : Bujuklap/17/VII/1997 tanggal 18 Juli 1997 tentang Bintara Polri pembina Kamtibmas di
Desa/Kelurahan adalah Petugas Polmas di Desa/Kelurahan yang ditunjuk berdasarkan Surat Perintah,
dipilih dengan sengaja karena mempunyai kapasitas, atau dibentuk dan disiapkan dengan pelatihan-
pelatihan tertentu untuk dapat melaksanakan tugasnya sebagai seorang mediator dan fasilitator
dalam penyelesaian masalah-masalah sosial yang ada di masyarakat (Problem Solving), dinamisator dan
motivator aktivitas masyarakat yang bersifat positif dalam rangka menciptakan dan memelihara
Kamtibmas.
Bhabinkamtibmas sesuai dengan Keputusan Kapolri No. Pol. : KEP/8/XI/2009, tanggal 24
November 2009 tentang perubahan buku petunjuk lapangan Kapolri No. Pol. : Bujuklap/17/VII/1997
tentang bintara Polri Pembina Kamtibmas di Desa/Kelurahan adalah Bhayangkara Pembina
Kamtibmas dari kelompok kepangkatan Brigadir sampai dengan Inspektur. Personel
Bhabinkamtibmas dalam pelaksanaan tugasnya didasari oleh buku mengenai Standar Operasional
Prosedur tentang pelaksanaan tugas Bhabinkamtibmas di Desa/Kelurahan yang menjadi pedoman
dasar dalam pelaksanaan tugasnya yang salah satunya mengatur tentang tugas pokok, fungsi dan
peranan Bhabinkamtibmas adalah sebagai berikut :
a. Tugas Pokok Bhabinkamtibmas
Membina masyarakat agar tercipta kondisi yang menguntungkan bagi pelaksanaan tugas
Polri di Desa/Kelurahan.
Sesuai dengan rumusan tugas pokoknya, maka lingkup Bhabinkamtibmas meliputi :
1. Melakukan pembinaan terhadap warga masyarakat yang menjadi tanggung jawabnya
untuk dapat meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum dan ketaatan
warga masyarakat terhadap perundang-undangan yang berlaku.
2. Melakukan upaya kegiatan kerja sama yang baik dan harmonis dengan aparat desa,
tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, tokoh adat dan para sepuh yang ada di
desa/kelurahan.
3. Melakukan pendekatan dan membangun kepercayaan terhadap masyarakat.
4. Melakukan upaya pencegahan tumbuhnya penyakit masyarakat dan membantu
penanganan yang terganggu.
5. Melakukan upaya peningkatan daya tangkal dan cegah warga masyarakat terhadap
timbulnya gangguan Kamtibmas.
6. Membimbing masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam rangka pembinaan
Kamtibmas Swakarsa di desa/kota.
7. Melakukan kerja sama dan kemitraan dengan potensi masyarakat dan kelompok atau
forum Kamtibmas guna mendorong peran sertanya dalam Bhabinkamtibmas dan dapat
mencari solusi dalam penanganan masalah atau potensi gangguan dan ambang gangguan
yang terjadi di masyarakat agar tidak berkembang menjadi gangguan nyata Kamtibmas.
8. Menumbuhkan kesadaran dan ketaatan terhadap perundang-undangan.
9. Memberikan bantuan dalam rangka penyeleseaian perselisihan warga masyarakat yang
dapat mengganggu ketertiban umum.
10. Memberikan petunjuk dan melatih masyarakat dalam rangka pengamanan lingkungan.
11. Memberikan pelayanan terhadap kepentingan warga masyarakat untuk sementara
waktu sebelum ditangani pihak yang berwenang.
12. Menghimpun informasi dan pendapat dari masyarakat untuk memperoleh masukan atas
berbagai isu atau kisaran suara yang tentang penyelenggaraan fungsi dan tugas
pelayanan kepolisian serta permasalahan yang berkembang dalam masyarakat.
b. Fungsi Bhabinkamtibmas
1. Membimbing dan menyuluh dibidang hukum dan Kamtibmas.
2. Melayani masyarakat tentang hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan Kamtibmas.
3. Membina ketertiban masyarakat terhadap norma-norma yang berlaku.

© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017 283

4. Memediasi dan memfasilitasi upaya pemecahan masalah yang terjadi di masyarakat.


5. Mendinamisir aktivitas masyarakat yang bersifat positif.
6. Mengkoordinasikan upaya pembinaan Kamtibmas dengan perangkat desa/kelurahan,
Babinsa dan pihak-pihak terkait lainnya.
c. Peran Bhabinkamtibmas
1. Pembimbing masyarakat bagi terwujudnya kesadaran hukum, dan Kamtibmas serta
meningkatkan partisipasi masyarakat desa/kelurahan.
2. Pelindung, pengayom, pelayan masyarakat bagi terwujudnya rasa aman dan tentram di
masyarakat desa/kelurahan.
3. Mediator dan fasilitator dalam penyelesaian permasalahan sosial yang terjadi di
masyarakat desa/kelurahan.
4. Dinamisator dan motivator aktivitas masyarakat yang bersifat positif dalam rangka
menciptakan dan memelihara Kamtibmas.
Sebagai polisi yang berada di tengah-tengah masyarakat Bhabinkamtibmas juga
melakukan tugas-tugas Kepolisian secara umum lainnya sesuai dengan situasi dan kondisi
yang ada. Misalnya saja mengumpulkan bahan keterangan dari warga atas suatu kejadian
atau kasus yang sedang berkembang dimasyarakat, melakukan pengamanan kegiatan warga,
menerima pengaduan warga, memberikan pengawalan dan melakukan tertib lalu lintas,
penanganan pertama atas kejadian kejahatan di lingkungan warga.
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Bhabinkamtibmas mempunyai program
kegiatan bersama warga dalam menciptakan situasi dan kesadaran hukum agar selalu
tercipta kondisi Kamtibmas yang stabil dan mantap. Polres Kudus dalam rangka memelihara
kondisi wilayah hukumnya yang berhubungan dengan situasi Kamtibmas, menempatkan 1
(satu) orang anggota Bhabinkamtibmas di masing-masing kelurahan yang juga merupakan
pelaksana program Pemolisian Masyarakat. Di wilayah hukum Polres Kudus terdapat 123
(seratus dua puluh tiga) desa binaan dengan sudah ditempatkan Bhabinkamtibmas di
masing-masing desa binaan. Anggota Bhabinkamtibmas yang bertugas di wilayah hukum
Polres Kudus adalah sebagai berikut :
Tabel 4.7
Data Bhabinkamtibmas Polres Kudus
DATA WILAYAH DATA BHABINKAMTIBMAS
NO POLRES JLM TGS
POLSEK DESA/KEL BBKTM DEFINITIF RANGKAP
KUDUS KUDUS 16/9 25 25 -
JATI 14 14 14 -
UNDAAN 16 16 16 -
KALIWUNGU 15 15 15 -
GEBOG 11 11 11 -
DAWE 18 18 18 -
BAE 10 10 10 -
JEKULO 12 12 12 -
MEJOBO 11 11 11 -
JUMLAH 123/9 132 132 -
Sumber data : Satuan Fungsi Binmas Polres Kudus 2017

4.2. Perkembangan Kasus Curanmor di Wilayah Hukum Polres Kudus


Berdasarkan data yang diperoleh dan dikumpulkan dapat dikatakan bahwa
perkembangan kasus curanmor di wilayah Kudus adalah termasuk dalam kejahatan yang

© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
284 INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017

paling sering terjadi dan menjadi prioritas utama untuk dilakukan penangananya. Dalam
proses mengetahui perkembangan kasus curanmor di wilayah Kudus, penulis melakukan
wawancara kepada beberapa responden yaitu Kapolres, Kasat Reskrim, dan Kanit Resmob
Polres Kudus.
Perkembangan situasi dan kondisi serta kasus curanmor menurut hasil wawancara
yang penulis lakukan kepada Kapolres Kudus AKBP Andi Rifai, S.Ik pada hari senin tanggal 6
maret 2017 pukul 10.00 WIB di ruangan Kapolres sebagai berikut :
Pada umumnya kondisi keamanan di wilayah Hukum Polres Kudus cukup
Kondusif, tingkat kepercayaan masyarakat meningkat dengan adanya
penyelesaian beberapa kasus yang menonjol, walaupun masih banyak masalah
keamanan yang penangananya belum sesuai dengan harapan masyarakat.
Kemudian karena kehadiran dari kepolisian lebih sering terlihat dan selalu
melakukan pendekatan kepada masyarakat. Kemudian berkaitan dengan
kejahatan apa saja yang sering terjadi dan menjadi priorotas utama kami untuk
dilkakukanya pencegahan, bahwa di wilayah Kudus ini kejahatan yang paling
sering terjadi adalah kejahatan curanmor. Sudah 4 tahun terakhir kejahatan
curanmor menduduki peringkat paling atas.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada Kapolres dapat diketahui


bahwa kasus curanmor menjadi prioritas utama Polres Kudus. Strategi yang dilakukan oleh
Polres kudus sendiri adalah dengan mengedepankan peran dari Bhabinkamtibas. Hasil
wawancara oleh Kapolres Kudus AKBP Andi Rifai S.Ik pada tanggal 6 Maret 2017 di ruang
Kapolres sebagai berikut :
Dalam hal melakukan pencegahan terhadap kasus curanmor di wilayah Kudus,
kami memiliki strategi dengan mengedepankan peran Bhabinkamtibmas. Peran
tersebut dilaksanakan sesuai dengan fungsi dari Bhabinkamtibmas itu sendiri
dengan melakukan sambang kepada masyarakat Kudus, memberikan penyuluhan
kepada masyarakat Kudus dan kegiatan-kegiatan Bhabinkamtibmas lainnya. Hal
ini dilakukan bukan hanya saja untuk mencegah kejahatan curanmor, tetapi juga
untuk mencegah kejahatan-kejahatan atau gangguan kamtibmas lainya seperti
curat, pengedaran narkoba, kenakalan remaja, dan hal lainya.

Kasus curanmor di wilayah Kudus dilkakukan bukan hanya oleh orang asli Kudus
saja, tetapi lebih banyak dilakukan oleh pendatang seperti dari Pati, Demak, dan jepara. Hal
ini diungkapkan oleh Kasat reskrim Polres Kudus AKP Kurniawan Daeli, S.Ik pada hari
Selasa tanggal 7 Maret 2017 pukul 11.00 WIB di ruangan Kasat Reskrim sebagai berikut :
Kasus curanmor yang terjadi di Kudus dilakukan lebih dominan oleh pendatang
atau bukan masyarakat asli Kudus. Hal ini dapat dibuktikan dari anggota-
anggota kami yang melakukan penangkapan dan penyidikan, setelah
dilakukannya pemeriksaan rata-rata pelaku tersebut adalah pendatang dari
Kabupaten lain seperti Demak, Jepara, dan Pati. Sehingga kami mengelompokan
menjadi jaringan Demak, Jaringan Pati, jaringan Jepara.

Dalam melakukan kejahatan para pelaku memiliki modus operandi yang biasa
dilakukan seperti pencurian dengan menggunakan modus kunci “T”. Hal ini diungkapkan
oleh Kanit Resmob Polres Kudus IPDA Muhammad Nur S.T.K pada hari Selasa tanggal 7
Maret 2017 pukul 13.00 WIB di ruangan Kanit Resmob sebagai berikut :
Dalam hal kasus curanmor, kami membagi atas beberapa kelompok atau jaringan,
yaitu jaringan Demak, Jaringan Pati, dan Jaringan Jepara. Dalam ketiga jaringan

© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017 285

ini memiliki modus operandi yang sama yaitu mencuri dengan menggunakan
kunci “T”. Kemudian para pelaku juga memiliki sasaran – sasaran yang biasanya
pelaku melakukan aksi nya. Sasaran tersebut adalah sepeda motor yang di parkir
di warnet, depan pertokoan, perumahan / pemukiman, dan halaman masjid.

Karena banyak nya kejahatan curanmor yang sering terjadi di wilayah Kudus, Kasat
Reskrim melakukan pemetaan daerah rawan curanmor atau daerah willayah hitam Polres
Kudus yang rawan terhadap curanmor. Untuk daerah wilayah hitam rawan curanmor,
berdasarkan hasil dari wawancara dengan Kasat Reskrim AKP Kurniawan Daeli, S.Ik beliau
mengungkapkan sebagai berikut :

Berdasarkan hasil dari data yang kita peroleh bahwa wilayah hitam yang sering
terjadi kasus curanmor adalah pada wilayah kecamatan Bae dan kecamatan
Jekulo. Kemudian untuk wilayah yang paling banyak terdapat pelaku kejahatan
curanmor terdapat di kecamatan Gebog. Dan untuk wilayah yang paling banyak
menjual barang hasil curian terdapat pada wilayah Kecamatan kota.

Dalam melakukan aksi curanmor, pelaku atau tersangka pun memiliki jam – jam
tertentu. Para pelaku memanfaatkan jam –jam dimana masyarakat sedang melaksanakan
istirahat, sedang melaksanakan ibadah, dan jam – jam tenang lainnya. Pelaku juga beraksi
pada pagi hari dan malam hari. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Kasat Reskrim Polres
Kudus AKP Kurniawan Daeli, S.Ik dalam hasil wawancara pada hari Selasa tanggal 7 Maret
2017 pukul 11.00 WIB di ruangan Kasat Reskrim sebagai berikut :
Dalam melakukan aksi nya, para pelaku curanmor biasanya melakukan pencurian
di malam hari dimana pada saat masyarakat sedang melaksanakan istirahat.
Kemudian pelaku juga melakukan aksi nya pada saat siang hari dimana
masyarakat sedang melakukan aktifitas di perkantoran atau pertokoan. Ada hari
– hari tertentu dimana para pelaku juga melakukan aksi nya, seperti pada saat
hari jumat dimana masyarakat muslim melaksanakan ibadah sholat Jumat. Jam –
jam seperti inilah yang harus kita antisipasi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kasat Reskrim Polres Kudus, dapat diketahui
bahwa untuk mengantisipasi terjadi nya curanmor di samping telah dilakukannya
pencegahan oleh pihak kepolisian, juga diperlukanya kesadaran dari masyarakat sendiri
untuk menjaga dan mengamankan harta benda nya masing – masing dalam hal ini kendaraan
bermotor. Apabila tanpa bantuan atau dukungan dan kesadaran dari masyarakat, hal – hal
yang diharapkan atau yang sudah direncanakan baik oleh pihak Kepolisian ataupun dari
elemen masyarakat tidak akan tercapai. Dalam hal ini pihak kepolisian juga sudah berupaya
untuk mencegah terjadinya kejahatan curanmor di wilayah Kudus. Hal ini diungkapkan oleh
Kapolres Kudus dalam hasil wawancara pada hari Senin tanggal 6 Maret 2017 pukul 10.00
WIB sebagai berikut :
Dengan banyaknya kasus curanmor yang terjadi di wilayah Polres Kudus, kami
selaku kepolisian yang bertanggung jawab untuk mencegah hal tersebut di
wilayah Kudus sudah melakukan beberapa upaya – upaya, seperti pada satuan
Binmas khususnya Bhabinkamtibmas telah melakukan sambang dan penyuluhan
kepada masyarakat Kudus untuk menghimbau akan kejahatan curanmor.
Kemudian bukan hanya satuan Binmas saja, tetapi satuan fungsi lainnya pun juga
ikut melakukan pencegahan curanmor tersebut. Hal ini dapat berjalan sesuai

© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
286 INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017

dengan apa yang diharapkan apabila masyarakat pun juga ikut bekerja sama
dengan pihak Kepolisian. Dan diharapan kedepan dengan timbulnya sinergitas
antara pihak kepolisian dengan masyarakat, bukan hanya curanmor saja tetapi
kejahatan – kejahatan lainnya dapat di minimalisir atau dapat kita cegah bersama.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kapolres Kudus, untuk melakukan pencegahan


terjadinya kejahatan curanmor memang dibutuhkan partisipasi dan kesadaran dari
masyarakat. Dan diharapkan kedepannya, bukan hanya kejahatan curanmor saja tetapi
kejahatan – kejahatan lainya pun dapat dicegah sehingga terselenggaranya situasi kondusif di
bidang kamtibmas khususnya wilayah Kudus yang aman, tertib, dan membuat masyarakat
Kudus merasa tenang.
Polres Kudus membawahi 9 (sembilan) Polsek di setiap kelurahannya. Dari sembilan
Polsek yang ada, Polsek jati lah yang memiliki tingkat kasus curanmor yang paling tinggi. Hal
ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 4.8
Data curanmor masing-masing Polsek wilayah Kudus
Tahun 2013
RSK KUDU JAT UN KL GB JKUL
JENIS DW BAE MJB
R S I D W G O
PIDANA
L S L S L S L S L S L S L S L S L S L S

BUNUH - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

ANIRAT - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

CURRAS 2 - - - - - - - - - - - 1 2 - - - - 1 -

2 3 3 1
4 1 - - - 7 2 3 3 3 3 2 1 3 2 3
CURRAT 9

CURRANMO 5 5 4 4
5 - 5 1 - - 1 1 - - 2 - - 7 - -
R 6
Sumber data : Satuan Reskrim Polres Kudus 2017

Tabel 4.9
Data curanmor masing-masing Polsek wilayah Kudus
Tahun 2014
RSK KUDU JAT UN KL GB DAW JKUL
JENIS BAE MJB
R S I D W G E O
PIDANA
L S L S L S L S L S L S L S L S L S L S

BUNUH - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

ANIRAT - - - - - - - - - - - - - - - - - 1 - -

2
- - - - 3 1 1 - - 1 1 - 1 - - - - - -
CURRAS

© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017 287

1 4
17 2 2 1 - - 4 1 1 3 2 2 1 1 1 1 1 -
CURRAT
CURRANM
OR 51 4 4 2 7 3 - - - - 1 1 1 1 5 1 6 1 1 -
Sumber data : Satuan Fungsi Reskrim Kudus tahun 2017

Tabel 4.10
Data curanmor masing-masing Polsek Wilayah Kudus
Tahun 2015
RSK KUDU JAT UN KL GB DAW JKUL
JENIS BAE MJB
R S I D W G E O
PIDANA
L S L S L S L S L S L S L S L S L S L S

BUNUH 1 1 - - - - - - - - - - - - 1 1 - - - -

ANIRAT - - - - - - 1 1 - - - - - - - - 1 1 - -

CURRAS - - - - 1 2 - - 1 1 1 1 - - - - - - - -

CURRAT 15 8 9 6 2 - 2 2 2 1 2 - 3 - 3 1 1 - 5 5

CURRANM 2 1 4 4
- 2 7 1 1 6 2 1 2 2 - 1 6 - 1 -
OR 4
Sumber data : Satuan Fungsi Reskrim kudus Tahun 2017

Tabel 4.11
Data curanmor masing-masing Polsek wilayah Kudus
Tahun 2016
KUDU JAT UN KL GB DAW MJ
JENIS RSKR BAE JKULO
S I D W G E B
PIDANA
L S L S L S L S L S L S L S L S L S L S

BUNUH 1 1 - - - - - - - - - - - - - - 1 - - -

ANIRAT 3 2 - - - - - - - - - - - - - - - - - -

CURRAS 2 1 - - - - - - - - - - - - - - - - - -

3 1 2 2
3 4 1 - 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 - 1
CURRAT 5 6
CURRANM

© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
288 INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017

OR 6 4 5 2 6 3 1 - - - 2 2 - - 2 2 - - 3 1
4
Sumber data : Satuan Fungsi Reskrim Polres Kudus Tahun 2017
Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa Polsek yang menangani
kasus curanmor paling tinggi yang terjadi pada tahun 2013-2016 adalah Polsek Jati. Pada
tahun 2013 kasus curanmor wilayah Polsek jati terjadi sebanyak 5 kasus, kemudian di tahun
2014 sebanyak 7 kasus, di tahun 2015 dan 2016 sebanyak 7 dan 6 kasus. Karena Polsek Jati
yang menangani kasus curanmor paling tinggi diantara Polsek lainnya, sehingga penulis
membatasi ruang lingkup penelitian di wilayah Polsek Jati.

4.3 Peran Bhabinkamtibmas dalam upaya pencegahan kasus curanmor di Wilayah Hukum
Polres Kudus
Tuntutan masyarakat terhadap rasa aman serta situasi yang kondusif merupakan
tanggung jawab sangat besar yang perlu mendapatkan perhatian bersama dari seluruh
anggota Kepolisian Resor Kudus. Berdasarkan Undang – Undang RI No 2 tahun 2002
tentang Polri, tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah :
1. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat
2. Menegakan hukum, dan
3. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada
masyarakat.
Bahwa satuan Binmas dalam hal ini Bhabinkamtibmas sebagai salah satu bagian dari
Kepolisian Negara Republik Indonesia yang memiliki tugas pokok memelihara keamanan dan
ketertiban masyarakat dibidang preemtif yang bersifat mencegah suatu timbulnya
permasalahan dan pelanggaran hukum yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Bhabinkamtibmas
memiliki tugas pokok dan fungsi yang sudah diatur dalam Perkap No 3 tahun 2015 Pasal 26,
fungsi Bhabinkamtibmas adalah :
i) Melaksanakan kunjungan / sambang kepada masyarakat untuk :
1. Mendengarkan keluhan warga masyarakat tentang permasalahan Kamtibmas dan
memberikan penjelasan serta penyelesaiannya
2. Memelihara hubungan silaturahmi / persaudaraan.
j) Membimbing dan menyuluh di bidang hukum dan Kamtibmas untuk meningkatkan
kesadaran hukum dan Kamtibmas dengan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM)
k) Menyebarluaskan informasi tentang kebijakan pimpinan Polri berkaitan dengan
Pemeliharaan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Harkamtibmas)
l) Mendorong pelaksanaan siskamling dalam pengamanan lingkungan dan kegiatan masyarakat
m) Memberikan pelayanan kepolisian kepada masyarakat yang memerlukan
n) Menggerakan kegiatan masyarakat yang bersifat positif
o) Mengkoordinasikan upaya pembinaan Kamtibmas dengan perangkat desa/kelurahan dan
pihak-pihak terkait lainnya dan
p) Melaksanakan konsultasi, mediasi, negosiasi, fasilitasi, motivasi kepada masyarakat dalam
Harkamtibmas dan pemecahan masalah kejahatan dan sosial.
Berdasarkan Perkap no 3 tahun 2015 pasal 27, tugas pokok Bhabinkamtibmas adalah :
1. Tugas pokok Bhabinkamtibmas melakukan pembinaan masyarakat, deteksi dini,
mediasi/negosiasi agar tercipta kondisi yang kondusif di desa/kelurahan
2. Dalam melaksanakan tugas pokok, sebagaimana dimaksud ayat (1) Bhabinkamtibmas
melakukan kegiatan :
h. Kunjungan dari rumah ke rumah ( door to door) pada seluruh wilayah penugasannya
i. Melakukan dan membantu pemecahan masalah
j. Melakukan pengaturan dan pengamanan kegiatan masyarakat
k. Menerima informasi tentang terjadinta tindak pidana

© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017 289

l. Memberikan perlindungan sementara kepada orang yang tersesat, korban kejahatan


dan pelanggaran
m. Ikut serta dalam memberikan bantuan kepada korban bencana alam dan wabah
penyakit
n. Memberikan bimbingan dan petunjuk kepada masyarakat atau komunitas berkaitan
dengan permasalahan Kamtibmas dan pelayan Polri.
Atas dasar inilah maka Bhabinkamtibmas Polres Kudus berusaha mewujudkan keamanan
dan ketertiban salah satunya dengan mencegah terjadinya pencurian kendaraan bermotor di
wilayah hukum Polres Kudus, khusunya wilayah Polsek Jati. Seperti hasil dari wawancara
yang dilakukan penulis kepada Kapolsek Jati, maka dapat dilihat jenis kegiatan yang telah
dilakukan oleh Bhabinkamtibmas di wilayah Polsek Jati, antara lain :
1. Melakukan kegiatan sambang rumah warga
2. Pembinaan Siskamling (Bin Siskamling)
3. Tatap muka dengan warga setempat
Adapun salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam pelaksanaan tugas
Bhabinkamtibmas Polsek jati dalam mewujudkan keamanan dan ketertiban adalah dengan peran
aktif dari Bhabinkamtibmas yang menerapkan proses manajemen yang baik pada setiap kegiatan
meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan. Selanjutnya penulis akan
membahas masing – masing proses manajemen yang telah dilakukan oleh fungsi Bhabinkamtibmas
Polsek Jati sebagai berikut :
a. Perencanaan
Merupakan kegiatan penetapan tujuan organisasi dan menentukan bagaimana cara terbaik
untuk mencapainya. Tujuan dari perencanaan adalah untuk membantu mengetahui bagaimana
mengalokasikan waktu dan sumber daya mereka.
Sesuai dengan penulisan skripsi ini maka penulis mengaitkan dengan teori manajemen yaitu
perencanaan dengan didasarkan pada tingginya kasus pencurian kendaraan bermotor yang sering
terjadi di wilayah Polsek Jati. Dalam melaksanakan tugasnya Bhabinkamtibmas Polsek Jati terlebih
dahulu membuat perencanaan kegiatan dalam satu bulan yang terdiri dari pemberdayaan kemitraan,
kegiatan Binkamtibmas, kegiatan Binkamsa, kegiatan Binredawan. Dalam pembuatan perencanaan
ini diketahui oleh Kapolsek jati. Perencanaan yang telah dibuat dijadikan sebagai pedoman bagi
anggota Bhabinkamtibmas Polsek Jati untuk melakukan tugasnya dalam mencegah berbagai
masalah kamtibmas dalam hal ini di khusus kan kepada pencegahan terhadap pencurian kendaraan
bermotor.
b. Pengorganisasian
Setelah menetapkan tujuan dan mengembangkan suatu rencana yang dapat di jalankan,
berikutnya adalah mengorganisasikan orang – orang yang diperlukan untuk melaksanakan
rencana yang telah dibuat. Dalam organisasi Bhabinkamtibmas Polsek Jati, Bhabinkamtibmas
berada dibawah pimpinan kanit Binmas Polsek Jati. Pada setiap kegiatannya melibatkan
masyarakat setempat dan disetiap kegiatan Bhabinkamtibmas wajib laporkan kepada Kanit
Binmas Polsek Jati dan akan dipertanggung jawabkan kepada Kapolse Jati.
c. Pelaksanaan
Setelah perencanaan dan pengorganisasian, Bhabinkamtibmas melaksanakan tugas nya
sesuai dengan perencanaan awal yang telah dibuat. Dalam hal ini Bhabinkamtibmas wajib
melaksanakan tugasnya dan wajib melaporkan kepada pimpinan. Demi terwujudnya keamanan dan
ketertiban lingkungan di wilayah Polsek Jati Bhabinkamtibmas diwajibkan untuk setiap harinya
melakukan tugas minimal dalam satu hari melakukan tiga kegiatan yang nantinya dilaporkan
kepada pimpinan. Bhabinkamtibmas Polsek Jati juga diwajibkan membuat laporan dalam bentuk
buku yang berisi pertanggung jawaban pemakaian anggaran Bhabinkamtibmas dalam waktu satu
Bulan. Setelah dibuatkan laporan lalu diserahkan kepada Kapolsek untuk diperiksa dan ditanda
tangani setelah itu diserahkan ke Polres Kudus.

© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
290 INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017

c. Pengawasan
Agar pelaksanaan tugas oleh Bhabinkamtibmas berjalan sesuai dengan rencana yang telah
dibuat, maka pelaksanaan tugas dari Bhabinkamtibmas juga diawasi oleh Kanit Binmas Polsek Jati.
Bentuk pengawasan yang dilakukan adalah dengan mendokumentasikan setiap kegiatan yang
dilakukan dan dituangkan dalam bentuk laporan kemudian diserahkan kepada Kanit Binmas. Selain
menerima laporan Kasat Binmas juga memberikan arahan dan petunjuk kepada Bhabinkamtibmas
agar personil dapat melaksanakan tugasnya dengan baik terutama dalam menjaga kamtibmas
wilayah Polsek Jati.

4.4 Faktor – faktor yang mempengaruhi Bhabinkamtibmas dalam melaksanakan tugas


dilapangan khususnya dalam mencegah kasus pencurian kendaraan bermotor di wilayah
Polres Kudus
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penulis menemukan faktor – faktor yang
menghambat Bhabinkamtibmas dalam melaksanakan tugas dilapangan. Dalam hal ini penulis
menggunakan analisa manajemen SWOT sebagai pisau analis yang akan dijelaskan satu per
satu berdasarkan hasil temuan dilapangan selama melaksanakan penelitian.
a. Stength (kekuatan)
Yang pertama adalah faktor kekuatan. Yang dimaksud dengan faktor kekuatan yaitu
adalah kekuatan satuan Binmas Polsek jati yang membawahi pelaksanaan tugas dari
Bhabinkamtibmas. Berdasarkan data yang diperoleh, di wilayah Hukum Polsek Jati terdapat 14 desa
yang dimana setiap desa terdiri dari 1 Bhabinkamtibmas. Maka dapat disimpulkan bahwa jumlah
personil dari Bhabinkamtibmas Polsek Jati sudah sesuai dengan Program Kapolres Kudus yaitu “1
Bhabinkamtibmas 1 desa”.
b. Weakness (kelemahan)
Yang kedua adalah faktor kelemahan. Berdasarkan hasil temuan dilapangan bahwa yang
menjadi kelemahan Bhabinkamtibmas dalam melaksanakan tugas nya adalah anggaran yang belum
memadai.berdasarkan hasil wawancara dari beberapa Bhabinkamtibmas dikatakan bahwa anggaran
yang diterima sebesar Rp 1.100.000 per bulannya masih dinilai kurang. Yang menjadi kekurangan
karena Bhabinkamtibmas dalam sehari diwajibkan minimal melaksanakan 3 kegiatan yang
membutuhkan transportasi dan bahan bakar. Dengan demikian untuk memenuhi hal tersebut, masih
banyak anggota Bhabinkamtibmas yang mengeluarkan dana pribadinya. Hal tersebut dapat
dibuktikan dari hasil wawancara peneliti kepada Bhabinkamtibmas pada hari Kamis tanggal 9 Maret
2017 pukul 09.00 WIB sebagai berikut :

Dalam melaksanakan tugas dilapangan khususnya kami seorang


Bhabinkamtibmas masih menggunakan anggaran pribadi untuk melaksanakan
tugas dan tanggung jawab kami sebagai Bhabinkamtibmas. Anggaran yang kami
terima setiap bulan nya sebesar Rp 1.100.000 menurut pandangan kami sebagai
pelaksana langsung di lapangan masih sangat kurang. Hal tersebut terjadi karena
bukan hanya melaksanakan kegiatan yang terencana saja melainkan seorang
Bhabinkamtibmas harus memenuhi kebutuhan lainnya seperti mengisi bahan
bakar transportasi, kebutuhan makan, dan kebutuhan lainnya diluar operasional.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat dikatakan bahwa anggaran


Bhabinkamtibmas belum tercukupi sehingga hal tersebut menjadi salah satu kelemahan yang
ada.
c. Opportunity (kesempatan)
Yang ketiga adalah faktor kesempatan. Yang dimaksud dalam hal ini adalah faktor positif
yang memberikan kesempatan bagi organisasi. Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara
terhadap masyarkat bahwa faktor positif masyarakat terhadap Bhabinkamtibmas Polsek Jati
direspon sangat baik. Masyarakat sangat nyaman dan tenang dengan kehadiran anggota polisi

© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017 291

dalam hal ini adalah Bhabinkamtibmas. Sebelum melaksanakan tugasnya Bhabinkamtibmas selalu
diberikan arahan dan petunjuk untuk selalu memberikan “3 S” yaitu memberikan “senyum, sapa,
salam” sehingga masyarakat merasa senang dan ingin dekat dekat anggota Bhabinkamtibmas. Hal
ini dibuktikan berdasarkan hasil wawancara peneliti kepada salah satu masyarakat wilayah jati
sebagai berikut :
Kehadiran sosok Bhabinkamtibmas di wilayah kami sangat bermanfaat bagi warga Jati.
Kami juga merasa lebih tenang dengan adanya kehadiran mereka (Bhabinkamtibmas).
Kami menilai kinerja yang dilakukan Bhabinkamtibmas sangat maksimal dan penuh
dengan semangat. Mereka juga selalu berupaya untuk melakukan pendekatan kepada
kami warga jati sehingga timbulnya hubungan yang harmonis dan masyarakat pun tidak
segan nya untuk membantu Bhabinkamtibmas dalam melaksanakan tugasnya di
lapangan.

Dengan Respon masyarakat yang baik terhadap Bhabinkamtibmas juga diwujudkan


dalam beberapa kegiatan yang salah satunya adalah Pokdar Kamtibmas atau kelompok sadar
kamtibmas yang dimana masyarakat juga terkibat didalamnya. Pokdar Kamtibmas adalah
kelompok sadar keamanan dan ketertiban masyarakat yang tugasnya adalah sukarela membantu
penegak hukum untuk mengamankan dan menertibkan masyarakat.
d. Threat (ancaman)
Faktor yang terakhir adalah ancaman. Ancaman yang dimaksud ini adalah hambatan yang
ditimbulkan dari lingkungan sekitar. Berdasarkan hasil temuan dilapangan, ancaman dilingkungan
sekitar adalah masih lemahnya kesadaran masyarakat dan kurangnya kepedulian masyarakat
terhadap harta bendanya masing-masing dalam hal ini adalah kendaraan. Masih banyak
ditemukan bahwa masyarakat dengan sengaja memakirkan kendaraan ditempat-tempat yang sepi
oleh orang-orang sekitar yang rawan timbulnya kesempatan bagi para pelaku curanmor. Kemudian
masih banyak ditemukan warga yang tidak mengunci pintu pagar rumah pada saat ditinggalkan
pergi atau pada saat malam hari. Hal-hal seperti inilah yang akan menjadi ancaman baik bagi para
pemilik kendaraan bermotor maupun pihak kepolisian.

PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan bab diatas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
a. Perkembangan situasi kejahatan di wilayah Kudus dalam hal ini adalah pencurian kendaraan
bermotor termasuk kejahatan yang paling sering terjadi. Berdasarkan data dan hasil
penelitian yang diperoleh perkembangan kejahatan pencurian kendaraan bermotor
mengalami perkembangan yang fluktuatif. Mayoritas pelaku dari pencurian kendaraan
bermotor di wilayah Kudus berasal dari luar domisili Kudus. Dalam melakukan aksinya para
pelaku juga mempunyai modus-modus tertentu yang telah dikelompokan oleh Satuan
Reskrim Polres Kudus. Pihak kepolisian Polres Kudus pun telah memetakan tempat-tempat
atau wilayah-wilayah yang rawan terjadinya tindak pidana pencurian kendaraan bermotor.
b. Peran Bhabinkamtibmas yang dilakukan sangat penting dalam upaya melakukan pencegahan
terhadap gangguan kamtibmas yang marak terjadi di wilayah Polsek Jati terutama terhadap
kasus curanmor. Karena dengan adanya peran Bhabinkamtibmas masyarakat akan menjadi
sadar untuk menjaga harta bendanya masing-masing dan masyarakat dapat mengetahui hal-
hal apa saja yang rawan atau dapat mengakibatkan terjadinya tindak pidana pencurian
kendaraan bermotor. Dengan tindakan preemtif yang dilakukan oleh Bhabinkamtibmas
khususnya kepada masyarakat wilayah Jati, dapat menghilangkan niat dan kesempatan
pelaku curanmor untuk melakukan aksinya karena masyarakat sebelumnya sudah dihimbau
dan diingatkan oleh pihak Kepolisian dalam hal ini Bhabinkamtibmas.

© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
292 INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017

c. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi Bhabinkamtibmas dalam melaksanakan tugasnya,


yaitu faktor pendukung dan faktor penghambat. Faktor pendukung yang mempengaruhi
Bhabinkamtibmas dalam melaksanakan tugasnya adalah jumlah personil Bhabinkamtibmas
yang sudah sesuai dengan program Kapolres kudus yaitu “1 desa 1 Bhabinkamtibmas”. Yang
dimaksud dengan program tersebut adalah setiap 1 Bhabinkamtibmas bertanggung jawab atas
kamtibmas desa nya masing-masing. Walaupun jumlah personil sudah sesuai dengan
program, tetapi masih ada kendala yang harus dievaluasi seperti masih ada beberapa
Bhabinkamtibmas yang merangkap kepada fungsi lain sehingga dalam melaksanakan tugas
nya masih terbagi-bagi. Kemudian untuk faktor pendukung lainya adalah setiap
Bhabinkamtibmas disediakan transportasi berupa sepeda motor yang digunakan untuk
kepentingan oprasional, walapun kendaraan yang disediakan belum setara dengan jumlah
Bhabinkamtibmas yang ada. Selain faktor pendukung adapun faktor-fakotr yang menghambat
Bhabinkamtibmas dalam melaksanakan tugas nya. Faktor yang menghambat
Bhabinkamtibmas dalam bertugas yang pertama adalah anggaran yang belum memadai.
Dalam hasil wawancara beberapa Bhabinkamtibmas wilayah Polsek jati mengakui bahwa
dalam melaksanakan tugas nya masih terkendala dalam hal anggaran. Anggaran yang sudah
disediakan masih saja kurang karena banyaknya kegiatan yang dilaksanakan dan dibutuhkan
biaya tambahan untuk bahan bakar dan kebutuhan makan. Dalam melaksanakan tugasnya
terkadang Bhabinkamtibamas juga mengeluarkan dana pribadinya untuk kegiatan-kegiatan
Bhabinkamtibmas. Selain anggaran, faktor penghambat lainnya adalah masih ada beberapa
masyarakat yang kurang peduli untuk menjaga harta bendanya masing-masing dan masih ada
beberapa masyarakat yang acuh terhadap himbauan-himbaun yang telah diberikan oleh pihak
Keplisisan dalam hal ini Bhabinkmatibmas.

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan penulis adalah :
a. Untuk meningkatkan peran Bhabinkamtibmas yang lebih maksimal, perlu sekiranya tiap
masing-masing Bhabinkamtibmas melekat kepada Desa binaanya masing-masing sehingga
pengawasan dapat dilakukan secara intensif.
b. Untuk menunjang kegiatan Bhabinkamtibmas dalam melaksanakan tugasnya perlu adanya
penambahan sarana dan prasrana berupa alat transportasi yang sesuai dengan jumlah
Bhabinkamtibmas yang ada sehingga tidak adanya lagi kendala-kendala berupa transportasi
oleh Bhabinkamtibmas.
c. Agar seluruh perencanaan kegiatan yang telah dibuat dapat dilaksanakan seluruhnya, perlu
adanya tambahan anggaran untuk menunjang hal tersebut.

REFERENSI
Buku
Akpol. 2016. Kriminologi dan Viktimologi. Semarang: Akademi Kepolisian Republik Indonesia.
Akpol. 2014. Diktat Binmas. Semarang: Akademi Kepolisian Republik Indonesia.
Lab, Steven P. 2006. Pencegahan Kejahatan Pendekatan Penerapan (Praktik) dan Evaluasi. Jakarta:
PTIK
Sianturi, Efendi. 2014. Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan. Jakarta: EGC.
S, Kaelan M. 2012. Metode Penelitian Kualitatif Interdisipliner. Yogyakarta: Paradigma Yogyakarta.

Peraturan Perundang-Undangan :
Polri. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2010 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja pada tingkat Kepolisian resort dan Kepolisian Sektor.

© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017 293

Polri. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2015 tentang Pemolisian
Masyarakat.
Polri. Surat Deops Kapolri Nomor : B / 581 / III / 2010 tanggal 24 Maret 2010 tentang Keputusan Kapolri
tentang Visi & Misi Fungsi Binmas Polri.
Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002, tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia.

Skripsi
Sulaiman, Anthonio effan, 2012 Skripsi tentang Peran Patroli Satuan Sabhara Polres Bengkulu
Dalam Pencegahan Pencurian Kendaraan Bermotor
Iqbal, Andy Muhammad, 2012 Skripsi tentang Peran Unit Reskrim Dalam Upaya Mengungkap
Tindak Pidana Curanmor Yang Terjadi Di Wilayah Hukum Polsekta Rappocini Kota Makassar

Internet
https://bhabinklirong.wordpress.com/2015/09/18/pengertian-bhabinkamtibmas-2/
http://www.kompasiana.com/lowina/analisis-swot kompasiana-
com_5510c6a2a33311c237ba8db6
https://bursanom.com/pengertian-manajemen/
https://lova241smk.wordpress.com/2012/02/26/menerapkan-fungsi-manajemen-poac-
planning-organizing-actuating-controlling-dalam-aspek-perusahaan/
https://bursanom.com/pengertian-manajemen/)
http://www.materibelajar.id/2016/01/definisi-peran-dan pengelompokan-peran.html

http://www.pengertianpakar.com/2015/06/pengertian-wawancara-dan-jenis-jenis-
wawancara.html
http://www.seputarpengetahuan.com/2015/06/13-pengertian-observasi-menurut-para-
ahli.html

© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
294 INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017

© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia

Anda mungkin juga menyukai