RESEARCH ARTICLE
ABSTRAK
Topik yang akan dibahas dalam skripsi ini mengenai peran Bhabinkamtibmas dalam upaya
pencegahan terhadap kasus curanmor di wilayah hukum Polres Kudus. Dalam membahas
permasalahan yang akan diangkat, penulis menggunakan teori manajemen SWOT, teori
POAC, dan berpedoman pada Perkap Nomor 3 tahun 2015 tentang Pemolisian Masyarakat.
Dalam membuat skripsi ini dibutuhkan data-data yang digunakan sebagai acuan penulisan.
Teknik pengumpuan data dilakukan melalui 3 (tiga) cara, yaitu : 1) observasi, 2) wawancara,
3) studi dokumentasi. Skripsi ini menunjukan bahwa peran Bhabinkamtibmas sangat aktif
dalam upaya pencegahan terhadap curanmor di wilayah Kudus. Disamping itu, peran
Bhabinkamtibmas dalam upaya pencegahan terhadap curanmor dapat dilihat melalui
perencanaan-perencanaan yang telah dibuat, kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan dan
laporan hasil pelaksanaan yang telah dilakukan yang dimana hal-hal tersebut akan dibahas
dengan menggunakan pisau analisis yaitu teori POAC. Berdasarkan temuan – temuan yang
didapatkan maka penulis memberikan beberapa saran yaitu 1) Untuk meningkatkan peran
Bhabinkamtibmas yang lebih maksimal perlu adanya anggota Bhabinkamtibmas yang fokus
hanya terhadap tugas pokok dan fungsi dari Bhabinkamtibmas saja, tidak merangkap kepada
fungsi teknis lainya. 2) Untuk menunjang kegiatan Bhabinkamtibmas dalam melaksanakan
tugasnya perlu adanya penambahan sarana dan prasrana berupa alat transportasi yang sesuai
dengan jumlah Bhabinkamtibmas yang ada sehingga tidak adanya lagi kendala-kendala
berupa transportasi oleh Bhabinkamtibmas. 3) Agar seluruh perencanaan kegiatan yang telah
dibuat dapat dilaksanakan seluruhnya, perlu adanya tambahan anggaran untuk menunjang
hal tersebut.
© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
256 INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017
ABSTRACT
The topic that will be discussed in this thesis is about the role of Bhabinkamtibmas in the
effort to prevent cases of fraud in the jurisdiction of the Kudus District Police. In discussing
the issues to be raised, the writer uses SWOT management theory, POAC theory, and is
guided by Perkap Number 3 of 2015 concerning Community Policing. In making this thesis,
the data needed are used as a reference for writing. Data collection techniques are carried out
in 3 (three) ways, namely: 1) observation, 2) interviews, 3) documentation studies. This thesis
shows that the role of Bhabinkamtibmas is very active in efforts to prevent curanmor in the
Kudus region. In addition, the role of Bhabinkamtibmas in efforts to prevent curanmor can be
seen through the plans that have been made, the activities that have been carried out and
reports on the results of the implementation that have been carried out in which these
matters will be discussed using a knife analysis, namely the POAC theory. Based on the
findings obtained, the authors provide several suggestions, namely 1) To increase the role of
Bhabinkamtibmas more optimally, it is necessary to have members of Bhabinkamtibmas who
focus only on the main tasks and functions of Bhabinkamtibmas, not concurrently with other
technical functions. 2) To support the activities of Bhabinkamtibmas in carrying out their
duties, it is necessary to have additional facilities and infrastructures in the form of
transportation that are in accordance with the number of existing Bhabinkamtibmas so that
there are no more obstacles in the form of transportation by Bhabinkamtibmas. 3) So that all
planned activities that have been made can be carried out in its entirety, it is necessary to
have an additional budget to support this.
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG MASALAH
Di era reformasi ini sangat banyak memberikan dampak terhadap kemajuan bangsa baik di
bidang politik, hukum, sosial, budaya dan ekonomi. Sehingga, tatanan kehidupan dan pola
pikir masyarakat pun berkembang yang ditandai dengan ciri-ciri menuntut adanya kepastian,
keadilan dan kemanfaatan dalam bidang hukum. Tuntutan masyarakat pun berkembang
terhadap aparat penegak hukum khususnya dalam hal situasi dan kondisi yang aman dan
tertib dalam kehidupan bermasyarakat. Salah satu pemenuhan tuntutan kebutuhan tersebut
adalah sosok aparat yang mampu bekerja secara professional dalam pelaksanaan tugasnya
baik di lapangan maupun pada sistem birokrasi dalam upaya menyelenggarakan situasi
kondusif di bidang Kamtibmas.
Polri sebagai aparat penegak hukum, pemelihara keamananan dan ketertiban
masyarakat sebagai pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat yang dicantumkan dalam
pasal 13 undang-undang No. 2 tahun 2002 tentang tugas dan peran anggota Polri yang
dituntut mampu bekerja secara professional dalam pelaksanaan tugasnya. Maka berbagai
pola kerja, paradigma maupun tatanan kemampuan Polri harus disesuaikan dengan berbagai
tuntutan kehidupan dalam era reformasi ini.
© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017 257
Kejahatan merupakan masalah yang tidak asing lagi bagi masyarakat dan merupakan
masalah yang kompleks bagi aparat penegak hukum. Berkembangnya pola pikir masyarakat
membuat masalah kejahatan yang terjadi cenderung mengalami peningkatan yang cukup
signifikan. Cara yang dilakukan para pelaku pun semakin beragam dan semakin terorganisir
dengan baik sehingga menyulitkan pihak berwajib dalam hal ini pihak Kepolisian Negara
Republik Indonesia ( Polri ). Kasus kejahatan yang dilakukan yang terjadi di masyarakat
sangatlah beragam antara lain perjudian, pemerkosaan, penganiayaan dan pencurian.
Kejahatan-kejahatan tersebut timbul karena melemahnya kewaspadaan dan daya
tangkal yang dimiliki dari dalam masyarakat terhadap kejahatan serta gangguan keamanan
dan ketertiban. Hal ini merupakan penyebab meningkatnya ancaman-ancaman gangguan
yang berujung pada gangguan nyata. Idealnya, masyarakat Indonesia dapat menciptakan
keadaan yang kondusif terhadap keamanan dan ketertiban masyarakat dengan meningkatkan
kewaspadaan early warning dan kesadaran akan kebutuhan keamanan dan ketertiban
masyarakat itu sendiri.
Tugas pemerintah yang diemban oleh Polri yaitu melakukan penegakan hukum,
memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat harus mengutamakan tahap pencegahan.
Salah satunya memberikan penerangan pada masyarakat agar terbentuknya masyarakat yang
memiliki kewaspadaan terhadap gangguan kamtibmas, kesadaran akan pentingnya
keamanan dan ketertiban dalam masyarakat, dan kesadaran akan hukum.
Dengan melihat tugas dan peran Polri di atas, maka tugas Polri tidaklah semakin
ringan dan mudah, tetapi justru semakin berat dan kompleks yang harus mengedepankan
tahap pencegahan daripada tahap penindakan. Dalam menghadapi situasi tersebut maka
tidaklah cukup bagi Polri untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas saja dari anggotanya
atau hanya dengan melengkapi anggota serta organisasi dengan sarana yang canggih dan
mutakhir. Bagi anggota Polri yang bertugas di tengah-tengah masyarakat sangatlah sulit
untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pelakasanaan tugasnya bila tidak disertai dengan
kesadaran dan peran serta masyarakat yang timbul dengan sendirinya melalui proses saling
mendukung dan kerjasama antara masyarakat dengan Polri. Masyarakat mengharapkan Polri
dapat memberikan petunjuk-petunjuk tentang bagaimana sebaiknya memahami hukum yang
berlaku sehingga dapat dipahami manfaatnya. Kepatuhan masyarakat terhadap hukum atau
norma-norma sangatlah penting seperti yang dijelaskan di paragraf atas bahwa suasana aman
dan tertib masyarakat tumbuh dari masyarakat itu sendiri.
Pemeliharaan hukum dan ketertiban merupakan pekerjaan polisi. Polisi bertugas
memerangi kejahatan yang ada dalam kehidupan masyarakat dalam menyelenggarakan
situasi kondusif bidang Kamtibmas di tengah masyarakat yang diharapkan tumbuh melalui
kesadaran masyarakat itu sendiri. Untuk mengedepankan tahap pencegahan (preventif)
maka sudah seharusnya Polri melaksanakan pendekatan-pendekatan dan pembinaan
terhadap masyarakat. Usaha-usaha pendekatan dan pembinaan yang bertujuan untuk
tercapainya partisipasi masyarakat melalui perwujudan sikap dan perilaku positif dalam
bentuk kerjasama untuk mencapai situasi yang aman dan tertib atas dasar tanggung jawab
yang bersumber pada kesadaran karena hak dan kewajibannya.
Keamanan dan ketertiban masyarakat adalah suatu kebutuhan yang hakiki, oleh
karena itu wajar apabila masyarakat wajib berhak mendukung Polri dalam melakukan
pemeliharaan terhadap keamananan dan ketertiban masyarakat, apabila hanya dibebankan
pada Polri tidak akan mampu karena keterbatasan baik berupa sarana, sumber daya, personil,
maupun anggaran. Melalui kerjasama yang baik antara Polri dan masyarakat maka tidak
mustahil keamanan dan ketertiban masyarakat yang selalu dicita-citakan akan tercapai.
© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
258 INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017
Tidak dipungkiri salah satu jenis tindak pidana yang cenderung semakin meningkat
dari tahun ke tahun adalah pencurian. Pencurian merupakan tindakan seseorang atau
kelompok dengan mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan
orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum ( KUHP pasal 362 ).
Pencurian yang marak terjadi adalah pencurian kendaraan bermotor yang kita ketahui bahwa
kejahatan curanmor tersebut merupakan kejahatan yang paling menonjol di setiap wilayah.
Demikian hal nya dengan kasus – kasus curanmor di wilayah Kudus tidak kalah tingginya
dengan wilayah lainya.
Seiring dengan bertambahnya jumlah kendaraan bermotor di wilayah Kudus hal ini
menimbulkan peluang terjadinya kejahatan terhadap pencurian kendaraan bermotor. Untuk
menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya memelihara Kamtibmas maka
diperlukan kehadiran petugas Bhabinkamtibmas pada tiap desa atau kelurahan di wilayah
Kudus. Bhabinkamtibmas memiliki peran penting dalam melakukan pencegahan terhadap
tindak pidana curanmor di wilayah hukum Polres Kudus, bahkan bukan hanya tindak pidana
curanmor saja tetapi memiliki peran penting dalam mencegah seluruh gangguan kamtibmas
di wilayah Kudus. Hal ini dikarenakan Bhabinkamtibmas adalah salah satu fungsi yang
memiliki tugas pokok berbeda dengan fungsi lainnya. Dalam melaksanakan tugasnya
Bhabinkamtibmas lebih mengedepankan tindakan Pre-emtif yang dapat dilakukan dengan
cara memberikan penyuluhan dengan berbagai materi tentang gangguan kamtibmas,
memberikan pembinaan kepada masyarakat sehingga terbentuknya masyarakat yang
memiliki rasa kewaspadaan terhadap gangguan kamtibmas, penyampaian pesan kamtibmas
dan sebagaianya. Hal ini yang membuat peran Bhabinkamtibmas sangat penting dengan
harapan pemeliharaan keamanan dan ketertiban dapat terlaksana dengan baik. Berkaitan
dengan uraian tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di wilayah
Kudus dengan judul sebagai berikut : “ PERAN BHABINKAMTIBMAS DALAM UPAYA
PENCEGAHAN KASUS CURANMOR DI WILAYAH HUKUM POLRES KUDUS”.
Identifikasi masalah ini dilakukan untuk dapat melihat dengan jelas sasaran dan tujuan yang
akan menjadi fokus peneliti dalam melakukan penelitian. Dari penjelasan latar belakang diatas dapat
dilihat, sasaran dilakukanya penelitian ini adalah mengenai pencegahan terhadap tindak pidana
curanmor di wilayah hukum polres Kudus.
Dalam penelitian ini peneliti berfokus pada bagaimana upaya peran Bhabinkamtibmas dalam
pencegahan tindak pidana curanmor di wilayah polres Kudus dan apa saja faktor-faktor yang menjadi
penghambat dan pendukung Bhabinkamtibmas dalam melaksanakan tugasnya. Diharapkan dengan
peran atau pelaksanaan tugas Bhabinkamtibmas yang dilaksanakan dengan baik dan aktif maka akan
mencegah terjadinya tindak pidana curanmor diwilayah hukum Polres Kudus.
© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017 259
Dari identifikasi persoalan-persoalan diatas, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Untuk menggambarkan kasus curanmor yang terjadi di wilayah hukum Polres Kudus
2. Untuk mengetahui peran Bhabinkamtibmas dalam melakukan pencegahan kasus
curanmor di wilayah hukum Polres Kudus.
3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan tugas
Bhabinkamtibmas dalam upaya pencegahan kasus curanmor di wilayah hukum Polres
Kudus.
1. Manfaat teoritis
Memberikan sumbangan ilmu bagi kemajuan kepolisian dalam melakukan
pengembangan ilmu kepolisian khususnya di kegiatan Bhabinkamtibmas dalam
mencegah kasus curanmor. Menjadi dasar untuk pengembangan penelitian yang lebih
mendalam mengenai peran Bhabinkamtibmas dalam mencegah kasus curanmor.
2. Manfaat praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran awal mengenai peran
Bhabinkamtibmas sehingga dapat dikembangkan menjadi sebuah cara penanganan yang ideal
bagi Kepolisian untuk dapat mencegah kasus curanmor.
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam penulisan skripsi ini, peneliti menggunakan tinjauan pustaka yang diuraikan dalam konseptual
penelitian dan kepustakaan konseptual serta kerangka berpikir.
2.1 Konseptual Penelitian
Konseptual penelitian adalah literatur yang menyajikan informasi tentang hasil penelitian
terdahulu. Dalam rangka melakukan penulisan ini, peneliti berusaha mengumpulkan referensi
sebanyak mungkin dari berbagai sumber untuk menunjang keakuratan dalam pelaksaan penelitian
tersebut. Peneliti mencari dan mempelajari penelitian yang relevan dengan permasalahan yang akan
diteliti. Selanjutnya, peneliti memberikan pandangan kritis tentang persamaan dan perbedaan
penelitian terdahulu dengan penelitian yang direncanakan.
Adapun kepustakaan penelitian yang diambil oleh peneliti adalah penelitian yang dilakukan
oleh Anthonio effan sulaiman siswa PTIK 60 dan Andy muhammad iqbal PTIK 60 , dengan judul “
Peran patrol satuan sabhara polres bengkulu dalam pencegahan pencurian kendaraan bermotor ” dan
“ Peran unit reskrim dalam upaya mengungkap tindak pidana curanmor yang terjadi di wilayah
hukum polsekta rappocini kota Makassar ” .
Dari hasil penelitian Anthonio Effan Sulaiman, terdapat persamaan dan perbedaan
dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, yaitu :
a. Persamaan
1. Kasus yang dibahas oleh Anthonio Effan S dan peneliti adalah pencurian bermotor
2. Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh Anthonio Effan S dan peneliti adalah
wawancara, pengamatan, dan penelitian dokumen
3. Pendekatan penelitian yang dilakukan oleh Anthonio Effan S dan peneliti adalah
pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui kegiatan wawancara,
pengamatan, dan penelitian dokumen
© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
260 INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017
b. Perbedaan
1. Objek penelitian yang diteliti berbeda. Yang dilakukan Anthonio Effan S berobjek
pada peran patroli satuan sabhara secara sedangkan peneliti berobjek pada peran
Bhabinkamtibmas
2. Lokasi penelitian yang dipilih oleh Anthonio Effan S dalam penelitiannya adalah di
wilayah Polres Bengkulu, sedangkan peneliti memfokuskan penelitiannya di wilayah
Polres Kudus.
Hasil temuan penelitian yang dilakukan Anthonio Effan S adalah terdapat beberapa
faktor yang menyebabkan terjadinya curanmor di wilayah Bengkulu. Yang pertama adalah
faktor ekonomi. Kondisi perekonomian mikro mengalami perkembangan yang signifikan,
sedangkan kondisi ekonomi makro tidak demikian adanya. Kebijakan pemerintah dengan
kenaikan BBM berimbas kepada seluruh sendi-sendi kehidupan masyarakat terutama
masyarakat menengah kebawah. Banyaknya penangguran turut serta menjadi faktor terjadinya
berbagai kejahatan termasuk curanmor. Kemudian faktor yang kedua adalah korban. Korban
juga merupakan faktor yang mempengaruhi curanmor, korban memberikan peran terhadap
terjadinya suatu kejahatan. Korban rata-rata memarkir kendaraan hanya dengan mengunci stir
saja belum dilengkapi dengan kunci pengamanan yang lain, ini lebih disebabkan karena
kurangnya kewaspadaan oleh calon korban.
Adapula dari hasil penelitian Andy Muhammad Iqbal, terdapat persamaan dan perbedaan
dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, yaitu :
a. Persamaan
1. Kasus yang dibahas oleh Andy Muhammad Iqbal dan peneliti adalah curanmor
2. Pendekatan penelitian yang dilakukan oleh Andy Muhammad Iqbal dan peneliti
adalah pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui kegiatan
wawancara dan penelitian lapangan.
b. Perbedaan
1. Objek penelitian yang diteliti berbeda. Yang dilakukan oleh Ria Arianty berobjek
pada Polmas di bidang pencegahan pertambangan emas tanpa izin, Sedangkan
peneliti berobjek pada peran polmas terhadap pencegahan kasus curanmor.
2. Lokasi penelitian yang dipilih oleh Johan Kurniawan dalam penelitiannya adalah di
wilayah Polres Dharmasraya, sedangkan peneliti memfokuskan penelitiannya di
wilayah Polres Cilacap.
Hasil temuan penelit terdahulu adalah tindak pidana curanmor di wilayah hukum
polsekta Rappocini setiap tahun mengalami peningkatan secara signifikan baik dari sisi
kuantitas kejahatan maupun dari sisi kualitas kejahatan dan beberapa tempat seperti parikran
kampus (UNM, Unismuh, UIT), Jl. Faisal raya, merupakan titik rawan tindak pidana
curanmor di wilayah hukum Polsekta Rappocini. Upaya yang diakukan Unit Reskrim Polsekta
Rappocini dalam mengungkap tindak pidana curanmor dilakukan dalam 2 bentuk yaitu
preventif dan upaya represif.
2.2 Kepustakaan Konseptual
. Kepustakaan konseptual membahas tentang konsep dan teori sesuai dengan fokus
penelitian. Adapun kerangka teori merupakan dasar dan pedoman bagi suatu penelitian agar
penelitian itu dilakukan menurut batas-batas dan arah yang telah ditentukan. Kerangka teori
berisikan teori-teori yang berhubungan dan mendukung dalam menentukan tujuan dan
konsep-konsep untuk memperoleh hipotesis dalam penulisan karya ilmiah ini.
2.2.1 Kerangka Teoritis
2.2.1.1. Analisis SWOT
Teori Analisis SWOT adalah sebuah teori yang digunakan untuk merencanakan
sesuatu hal yang dilakukan dengan SWOT. SWOT adalah sebuah singkatan dari, S adalah
© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017 261
Strenght atau Kekuatan, W adalah Weakness atau Kelemahan, O adalah Oppurtunity atau
Kesempatan, dan T adalah Threat atau Ancaman. SWOT ini biasa digunakan untuk
menganalisis suatu kondisi dimana akandibuat sebuah rencana untuk melakukan sesuatu,
sebagai contoh, program kerja .
1. Strength (kekuatan) adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari
organisasi atau program pada saat ini. Strength ini bersifat internal dari organisasi atau
sebuah program.
2. Weaknesses (kelemahan) adalah kegiatan-kegiatan organisasi yang tidak berjalan
dengan baik atau sumber daya yang dibutuhkan oleh organisasi tetapi tidak dimiliki
oleh organisasi. Kelemahan itu terkadang lebih mudah dilihat daripada sebuah
kekuatan, namun ada beberapa hal yang menjadikan kelemahan itu tidak diberikan
solusi yang tepat dikarenakan tidak dimaksimalkan kekuatan yang sudah ada.
3. Opportunity (kesempatan) adalah faktor positif yang muncul dari lingkungan dan
memberikan kesempatan bagi organisasi atau program kita untuk memanfaatkannya.
Opportunity tidak hanya berupa kebijakan atau peluang dalam hal mendapatkan modal
berupa uang, akan tetapi bisa juga berupa respon masyarakat atau isu yang sedang
diangkat.
4. Threat (ancaman) adalah factor negatif dari lingkungan yang memberikan hambatan
bagi berkembangnya atau berjalannya sebuah organisasi dan program. Ancaman ini
adalah hal yang terkadang selalu terlewat dikarenakan banyak yang ingin mencoba
untuk kontroversi atau out of stream (melawan arus) namun pada kenyataannya
organisasi tersebut lebih banyak layu sebelum berkembang.(Kompasiana, 25 juni
2015, URL)
© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
262 INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017
© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017 263
© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
264 INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017
Berdasarkan Perkap no 3 tahun 2015 pasal 27, tugas pokok Bhabinkamtibmas adalah :
1) Tugas pokok Bhabinkamtibmas melakukan pembinaan masyarakat, deteksi dini,
mediasi/negosiasi agar tercipta kondisi yang kondusif di desa/kelurahan
2) Dalam melaksanakan tugas pokok, sebagaimana dimaksud ayat (1) Bhabinkamtibmas
melakukan kegiatan :
a. Kunjungan dari rumah ke rumah ( door to door) pada seluruh wilayah penugasannya
b. Melakukan dan membantu pemecahan masalah
c. Melakukan pengaturan dan pengamanan kegiatan masyarakat
d. Menerima informasi tentang terjadinta tindak pidana
e. Memberikan perlindungan sementara kepada orang yang tersesat, korban kejahatan
dan pelanggaran
f. Ikut serta dalam memberikan bantuan kepada korban bencana alam dan wabah
penyakit
g. Memberikan bimbingan dan petunjuk kepada masyarakat atau komunitas berkaitan
dengan permasalahan Kamtibmas dan pelayan Polri.
© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017 265
kriminalitas di wilayah Kudus menurun. Untuk mencegah tindakan kriminalitas tersebut seperti
curanmor maka Polri memiliki tugas pokok yang tercantum dalam Undang-undang No.2 Tahun 2002
harus mampu melaksanakan tugasnya dengan baik dalam menjaga harkamtibmas, terutama dalam
tahapan pencegahan daripada penindakan sehingga diharapkan konsep-konsep dan teori-teori yang
ada dapat membantu Polri dalam mencegah kasus curanmor.
Tabel 2.1
Kerangka Berpikir
BHABINKAMTIBMAS
POLRES KUDUS
- PASAL 13 UU NO 2
TAHUN 2002
KASUS CURANMOR
Pasal 362 KUHP
PENURUNAN KASUS
CURANMOR
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian
3.1.1 Pendekatan penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah Pendekatan Kualitatif.
Menurut Ley J. Moleong (2005: 6) bahwa penelitian kualitatif adalah sebagai berikut :
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian (misalnya perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan dan lain sebagainya) secara holistic dan dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks kusus yang alamiah dan
dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
266 INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017
Menurut Kirk dan Muller (1986 : 9) istilah penelitian kualitatif pada awalnya
bersumber pada pengamatan kualitatif. Karakteristik penelitian kualitatif terletak pada
objek yang menjadi fokus penelitian. Jika penelitian kuantitatif mengukur objek dengan
suatu perhitungan, dengan angka, prosentase, statistik atau bahkan dewasa ini dengan
komputer sehingga penekanannya pada metode kuantitatif. Akan tetapi pada penelitian
kualitatif tidak menekan pada segi kuantum atau jumlah, jadi lebih menekankan pada segi
kualitas secara alamiah karena menyangkut pengertian, konsep, nilai serta ciri-ciri yang
melekat pada objek penelitian lainya. Dapat pula dikatakan bahwa penelitian kualitatif dapat
diartikan suatu penelitian yang tidak melakukan perhitungan-perhitungan dalam melakukan
justifikasi epistemologis.
Menurut Ley J. Moleong (2005 : 8) bahwa penelitian kualitatif memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :
Penelitian kualitatif memiliki sejumlah ciri-ciri yang membedakannya dengan
penelitian jenis lainnya yaitu latar alamiah, manusia sebagai alat (instrumen), metode
kualitatif, analisis data secara induktif, teori dari dasar (ground theory), deskriptif, lebih
mementingkan proses daripada hasil, adanya batas yang ditetukan oleh fokus, adanya
kriteria khusus untuk keabsahan data, desain yang bersifat sementara, dan hasil yang
dirundingkan dan disepakati bersama.
© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017 267
© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
268 INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017
© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017 269
berbagai jabatan dan posisi personel di Polres maupun di Polsek. Kemudian dilanjutkan
kepada masyarakat dan personel Polri lain yang berkaitan dengan kegiatan tersebut.
b. Triangulasi teknik, dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama
dengan teknik yang berbeda. Pada penelitian ini digunakan teknik wawancara, observasi,
dan studi dokumen.
c. Triangulasi waktu, dilakukan dengan wawancara, observasi, atau teknik lain dalam waktu
atau situasi yang berbeda. Penelitian dilaksanakan pada pagi, siang, sore, dan malam hari
dengan kombinasi yang ditetapkan.
d. Triangulasi teori, dengan menggunakan teori kegiatan rutin dan teori manajemen (POAC).
Konsep yang digunakan, yaitu konsep peran, konsep Bhabinkamtibmas, konsep
pencegahan dan konsep narkotika. Konsep dan teori tersebut digunakan untuk
menganalisis data temuan penelitian.
Menurut Miles dan Huberman, analisis data kualitatif adalah suatu proses analisis
yang terdiri dari alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi (Andi Prastowo, 2011: 241).
3.4.1 Reduksi Data
Peneliti dalam tahap ini, melakukan pemilihan, pemusatan, dan perhatian data kasar
yang muncul dari catatan tertulis di lapangan.
1 Persiapan √
4 Analisa data √ √
5 Penyusunan laporan √ √
© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
270 INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017
Tabel 4.1
Kecamatan dan Batas Daerah Kabupaten Kudus
BATAS DAERAH
KECA- LUAS
NO SBLH SBLH SBLH SBLH KET
MATAN DAERAH
UTARA TIMUR SELATAN BARAT
KEC.
KOTA 1.047,32 KEC. KEC.
1 KEC. JATI KALI-
KUDUS HA GEBOG BAE
WUNGU
KALI- 3.271,28 KEC KEC. KAB.
2 KAB. DEMAK
WUNGU HA GEBOG KOTA JEPARA
KEC.
2.229,80 KEC. KEC.
3 JATI KEC. KOTA KALI-
HA BAE UNDAAN
WUNGU
7.177,03 KAB. KAB. KAB.
4 UNDAAN KEC. JATI
HA KUDUS GROBOGAN DEMAK
3.676,67 KEC. KEC.
5 MEJOBO KEC. BAE KAB. PATI
HA JEKULO JATI
8.291,67 KAB. KEC.
6 JEKULO KEC.DAWE KAB. PATI
HA PATI BAE
2.332,27 KEC. KEC. KEC.
7 BAE KAB. PATI
HA DAWE JEKULO KOTA
5.505,97 KAB. KEC. KEC. KAB.
8 GEBOG
HA JEPARA DAWE KALIWUNGU JEPARA
8.583,73 KAB. KAB. KEC. BAE & KEC.
9 DAWE
HA JEPARA PATI JEKULO GEBOG
© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017 271
42.515,64
JUMLAH
HA
Sumber data : Bag Min Polres Kudus tahun 2017
1) Kecamatan Kota Kudus : 1.047.316 Ha
2) Kecamatan Kaliwungu : 3.267.366 Ha
3) Kecamatan Jati : 3.629.801 Ha
4) Kecamatan Undaan : 7.177.030 Ha
5) Kecamatan Mejobo : 3.676.570 Ha
6) Kecamatan Jekulo : 8.281.672 Ha
7) Kecamatan Bae : 2.332.275 Ha
8) Kecamatan Gebog : 5.509.899 Ha
9) Kecamatan Dawe : 8.583.735 Ha
Kabupaten Kudus terbagi dalam 9 (sembilan ) kecamatan, 123 ( sertus dua puluh tiga
) Desa dan 9 (Sembilan ) Kelurahan, 716 ( tujuh ratus enam belas ) Rukun Warga (RW), 3764
( tiga rubu tujuh ratus enam puluh empat ) Rukun Tetangga (RT) dan 420 ( Empat ratus dua
puluh ) Dukuh / Lingkungan, Kecamatan Kota merupakan Kecamatan dengan jumlah desa /
kelurahan terbanyak yaitu 25 ( dua puluh lima ) desa / kelurahan, sedangkan Kecamatan
dengan jumlah desa terkecil yaitu Bae sejumlah 10 ( sepuluh ) Desa. Adapun rincian nya
sebagai berikut :
Tabel 4.2
Kecamatan di Kabupaten Kudus
JUMLAH
NO POLSEK
KELURAHAN DESA RW RT DUKUH
2 KALIWUNGU - 15 67 442 48
3 JATI - 14 79 381 39
4 UNDAAN - 16 63 357 31
5 MEJOBO - 11 69 341 37
6 JEKULO - 12 85 443 47
7 BAE - 10 51 285 36
GEBOG - 11 82 435 38
8
© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
272 INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017
© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017 273
Gambar 4.1
Peta Wilayah Kabupaten Kudus
4.1.2 Demografi
Jumlah penduduk Kabupaten Kudus tahun 2017 yang tercatat dalam intel dasar Polres
Kudus tahun 2017 adalah sebesar 821.136 jiwa terdiri dari laki-laki 404.318 jiwa ( 49,24 % )
dan perempuan 416.818 jiwa ( 50,76 % ), apabila dilihat penyebaranya maka kecamatan yang
paling banyak persentase jumlah penduduknya adalah Kecamatan Jati yakni sebesar 12,78 %
dari jumlah penduduk yang ada di Kabupaten Kudus, kemudian berturut-turut Kecamatan
Jekulo 12,74 %, dan Kecamatan Dawe 12,66 %, sedangkan kecamatan terkecil jumlah
penduduknya adalah Kecamatan Bae sebesar 8,58 %. Adapun rincian nya sebagai berikut :
© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
274 INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017
Tabel 4.3
Rincian Penduduk dan Jumlah penduduk Kabupaten Kudus
PERINCIAN
MENURUT JENIS
NO POLSEK KELAMIN JUMLAH SEX RATIO KET
LAKI- PEREM
LAKI PUAN
© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017 275
dibandingkan dengan penduduk laki-laki, ini bisa dilihat hampir di semua Kecamatan bahwa
angka rasio jenis kelamin di bawah 100 %, yaitu 94,25 dan 98,32 %. Jumlah rumah tangga
sebanyak 204.791 rumah tangga dan diperoleh rata-rata jumlah anggota rumah tangga sebesar
401. Angka ini sama bila dibandingkan dengan angka tahun sebelumnya. Adapun rincian nya
sebagai berikut :
Tabel 4.4
Data WNA dan WNI wilayah Kudus
© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
276 INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017
Di wilayah kabupaten Kudus sampai saat ini data warga miskin sebanyak 36.332 ( tiga
puluh enam ribu tiga ratus tiga puluh dua ) untuk berdasarkan data penerima BLSM (
Rumah Tangga Sasaran ) dengan perincian sebagai berikut :
1) Kecamatan Kota : 1.968 orang
2) Kecamatan Bae : 1.808 orang
3) Kecamatan Dawe : 7.209 orang
4) Kecamatan Gebog : 4.541 orang
5) Kecamatan Kaliwungu : 4.580 orang
6) Kecamatan Jati : 4.496 orang
7) Kecamatan Undaan : 4.406 orang
8) Kecamatan Mejobo : 3.061 orang
9) Kecamatan Jekulo : 5.067 orang
Di wilayah Kabupaten Kudus, penduduk yang bersekolah secara umum mengalami
fluktuasi selama periode tahun ajaran 2011/2012 s/d 2015/2016, hal ini dapat dilihat dari
banyaknya murid di beberapa jenjang pendidikan mengalami kenaikan dan penurunan, pada
tingkat SD ( Negeri & Swasta ) di tahun ajaran 2015/2016 jumlah murid yang besekolah
mengalami kenaikan sebesar 7,14 % dibandingkan dengan tahun ajaran sebelumnya,
sedangkan untuk pendidikan SLTP ( Negeri & Swasta ) mengalami penurunan jumlah murid
sebesar 3,14 %, sedangkan untuk SLTA ( Negeri & Swasta ) mengalami kenaikan sebesar
2,34 %. Peningkatan jumlah penduduk yang bersekolah, tentunya harus diimbangi dengan
penyediaan sarana fisik dan tenaga guru yang memadai, Pada tahun ajaran ini, tersedia jumlah
SD sebanyak 463 unit dan MI sebanyak 140 unit, SLTP dan MTs masing-masing sebanyak 49
dan 63 unit, SLTA dan MA masing-masing ada sebanyak 44 dan 34 unit Jumlah Universitas /
Perguruan Tinggi pada tahun akademik 2016/2017 tercatat ada 8 buah yaitu Universitas
Muria Kudus ( UMK ), Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri ( STAIN ) Kudus, Sekolah
Tinggi Kesehatan ( STIKES ) Cendekia Utama Kudus, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah, Akbid Mardi Rahayu, Akbid Pemda, Akper Krida Husada, Akbid Muslimat
NU Kudus. Banyaknya Mahasiswa periode 5 tahun terakhir cenderung meningkat pada
tahun akademik 2015/2016 secara keseluruhan jumlah mahasiswa tercatat 17.807 orang dan di
dukung oleh 447 dosen, dan pada tahun yang sama telah berhasil meluluskan sebanyak 2.978
mahasiswa.
© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017 277
5. Unsur pelaksana tugas kewilayahan yaitu polsek-polsek jajaran Polres Kudus yang terdiri
dari
a. Polsek Kota
b. Polsek Jati
c. Polsek Mejobo
d. Polsek Undaan
e. Polsek Dawe
f. Polsek Jekulo
g. Polsek Bae
h. Polsek Kaliwungu
i. Polsek Gebog
Adapun tugas-tugas operasional Polres Kudus adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan deteksi dini pada berbagai kerawanan kamtibmas dan kecenderungan di
daerah Polres Kudus agar tidak menjadi ancaman nyata atau berkembang lebih luas.
b. Meningkatkan kegiatan preventif dalam mencegah terjadinya tindak kejahatan/pelanggaran,
memberikan bantuan pertolongan dan perlindungan kepada masyarakat serta pengaman
kegiatan masyarakat, baik lokal, nasional maupun internasional.
c. Meningkatkan kegiatan pre-emtif dalam menangkal gangguan kamtibmas melalui kegiatan
Binmas dan pembinaan potensi masyarakat.
d. Meningkatkan kegiatan represif dalam menegakan hukum melalui kegiatan penyidikan
dengan memanfaatkan Iptek Kepolisian, guna mengantisipasi kejahatan yang semakin
berkembang.
e. Melakukan kegiatan Kepolisian lainya, terutama dalam menanggulangi gangguan kamtibmas
yang berkadar tinggi meresahkan masyarakat dalam menghadapi kontijensi akibat berbagai
kerawanan, menyelenggarakan atau melaksanakan pengamanan pembangunan sesuai dengan
program-program yang ditetapkan oleh pemerintah.
Dalam melaksanakan tugas pokoknya yang diatur berdasarkan Peraturan Kapolri No 23
Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Tingkat Polres, maka fungsi Polres
menyelenggarakan fungsi, Yaitu :
1. Pemberian pelayanan kepolisian kepada msayarakat yang membutuhkan,
dalam bentuk peneriman dan penanganan laporan/ pengaduan dan permintaan
bantuan/pertolongan, pelayanan, pengaduan atas tindakan anggota polri dan
pelayanan surat – surat ijin/ keterangan, sesuai ketentuan hukum dan
peraturan/kebijakan yang berlaku dalam organisasi polri.
2. Lalu lintas kepolisian, yang meliputi kegiatan pengaturan, penjagaan, pengawalan dan
patroli lalu lintas termasuk penindakan pelanggaran dan penyidikan kecelakaan lalu lintas
dengan kerugian materil serta registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor, dalam rangka
penegakan hukum dan pembinaan keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas.
3. Bimbingan masyarakat, yang meliputi penyuluhan masyarakat dan pembinaan /
pengembangan bentuk – bentuk pengamanan swakarsa dalam rangka peningkatan kesadaran
dan ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan perundang – undagan dan terjalinnya
hubungan polri – masyarakat yang kondusif bagi pelaksanaan tugas kepolisian.
4. Fungsi – fungsi lain berdasarkan ketentuan peraturan perundang – undangan dan
atau peraturan pelaksanaannya termasuk pelayanan kepentingan warga masyarakat untuk
sementara sebelum ditangani oleh instansi dan atau pihak yang berwenang
5. Pemberian pelayanan kepolisian kepada masyarakat, dalam bentuk penerimaan dan
penanganan laporan/pengaduan, pemberian bantuan dan pertolongan termasuk pengamanan
kegiatan masyarakat dan instansi pemerintah, dan pelayanan surat izin/keterangan, serta
pelayanan pengaduan atas tindakan anggota Polri sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
6. Pelaksanaan fungsi intelijen dalam bidang keamanan guna terselenggaranya deteksi
dini (early detection) dan peringatan dini (early warning);
© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
278 INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017
Personil atau Anggota kepolisian yang terdapat di Polres Kudus hingga tahun 2017
berjumlah 454 orang, dengan rincian persatuan kerja sebagai berikut :
Tabel 4.5
Kekuatan Personil Polres Kudus
Pada Tiap Satuan Kerja
NO KESATUAN JUMLAH
1 PIMPINAN 2
2 BAG. OPS 20
3 BAG. SUMDA 44
4 BAG. REN 10
5 SIUM 5
6 SIKEU 8
7 SIPROPAM 15
8 SIWAS 6
9 SPKT 17
10 SAT. INTELKAM 34
11 SAT. RESKRIM 56
12 SAT. SHABARA 104
13 SAT. NARKOBA 14
14 SAT. BINMAS 16
15 SAT. LANTAS 92
16 SAT. TAHTI 4
17 SAT. SITIPOL 7
JUMLAH 454
Sumber: Bag. Sumda Polres Kudus, 2017
Berdasarkan dari tabel diatas, personil Polres Kudus yang bertugas di Mako Polres
Kudus berjumlah 454 orang, dengan catatan belum termasuk personil di tiap polsek di
wilayah hukum Polres Kudus. Adanya jumlah personil tersebut, menunjukan bahwa Polres
Kudus memiliki jumlah personil yang dianggap cukup, terutama dalam bidang lalu lintas
yaitu berjumlah 92 orang.
Berdasarkan keputusan Kapolri Nomor : KEP/366/VI/2010 tanggal 14 Juni 2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Peraturan
Kapolri No 23 tahun 2010 Tentang SOTK. Dalam rangka mewujudkan pelaksanaan tugas
pokok dan fungsinya tersebut, maka sesuai dengan perkap diatas disusun bidang dan
© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017 279
subbidang kerja dalam suatu struktur organisasi di Polres Kudus, yang dapat digambarkan
seperti gambar dibawah ini :
Gambar 4.2
Struktur Organisasi Polres Kudus
© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
280 INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017
© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017 281
Tabel 4.6
Struktur Organisasi Satuan Binmas
KAPOLRES
WAKAPOLRES
KASAT BINMAS
© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
282 INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017
© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017 283
© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
284 INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017
paling sering terjadi dan menjadi prioritas utama untuk dilakukan penangananya. Dalam
proses mengetahui perkembangan kasus curanmor di wilayah Kudus, penulis melakukan
wawancara kepada beberapa responden yaitu Kapolres, Kasat Reskrim, dan Kanit Resmob
Polres Kudus.
Perkembangan situasi dan kondisi serta kasus curanmor menurut hasil wawancara
yang penulis lakukan kepada Kapolres Kudus AKBP Andi Rifai, S.Ik pada hari senin tanggal 6
maret 2017 pukul 10.00 WIB di ruangan Kapolres sebagai berikut :
Pada umumnya kondisi keamanan di wilayah Hukum Polres Kudus cukup
Kondusif, tingkat kepercayaan masyarakat meningkat dengan adanya
penyelesaian beberapa kasus yang menonjol, walaupun masih banyak masalah
keamanan yang penangananya belum sesuai dengan harapan masyarakat.
Kemudian karena kehadiran dari kepolisian lebih sering terlihat dan selalu
melakukan pendekatan kepada masyarakat. Kemudian berkaitan dengan
kejahatan apa saja yang sering terjadi dan menjadi priorotas utama kami untuk
dilkakukanya pencegahan, bahwa di wilayah Kudus ini kejahatan yang paling
sering terjadi adalah kejahatan curanmor. Sudah 4 tahun terakhir kejahatan
curanmor menduduki peringkat paling atas.
Kasus curanmor di wilayah Kudus dilkakukan bukan hanya oleh orang asli Kudus
saja, tetapi lebih banyak dilakukan oleh pendatang seperti dari Pati, Demak, dan jepara. Hal
ini diungkapkan oleh Kasat reskrim Polres Kudus AKP Kurniawan Daeli, S.Ik pada hari
Selasa tanggal 7 Maret 2017 pukul 11.00 WIB di ruangan Kasat Reskrim sebagai berikut :
Kasus curanmor yang terjadi di Kudus dilakukan lebih dominan oleh pendatang
atau bukan masyarakat asli Kudus. Hal ini dapat dibuktikan dari anggota-
anggota kami yang melakukan penangkapan dan penyidikan, setelah
dilakukannya pemeriksaan rata-rata pelaku tersebut adalah pendatang dari
Kabupaten lain seperti Demak, Jepara, dan Pati. Sehingga kami mengelompokan
menjadi jaringan Demak, Jaringan Pati, jaringan Jepara.
Dalam melakukan kejahatan para pelaku memiliki modus operandi yang biasa
dilakukan seperti pencurian dengan menggunakan modus kunci “T”. Hal ini diungkapkan
oleh Kanit Resmob Polres Kudus IPDA Muhammad Nur S.T.K pada hari Selasa tanggal 7
Maret 2017 pukul 13.00 WIB di ruangan Kanit Resmob sebagai berikut :
Dalam hal kasus curanmor, kami membagi atas beberapa kelompok atau jaringan,
yaitu jaringan Demak, Jaringan Pati, dan Jaringan Jepara. Dalam ketiga jaringan
© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017 285
ini memiliki modus operandi yang sama yaitu mencuri dengan menggunakan
kunci “T”. Kemudian para pelaku juga memiliki sasaran – sasaran yang biasanya
pelaku melakukan aksi nya. Sasaran tersebut adalah sepeda motor yang di parkir
di warnet, depan pertokoan, perumahan / pemukiman, dan halaman masjid.
Karena banyak nya kejahatan curanmor yang sering terjadi di wilayah Kudus, Kasat
Reskrim melakukan pemetaan daerah rawan curanmor atau daerah willayah hitam Polres
Kudus yang rawan terhadap curanmor. Untuk daerah wilayah hitam rawan curanmor,
berdasarkan hasil dari wawancara dengan Kasat Reskrim AKP Kurniawan Daeli, S.Ik beliau
mengungkapkan sebagai berikut :
Berdasarkan hasil dari data yang kita peroleh bahwa wilayah hitam yang sering
terjadi kasus curanmor adalah pada wilayah kecamatan Bae dan kecamatan
Jekulo. Kemudian untuk wilayah yang paling banyak terdapat pelaku kejahatan
curanmor terdapat di kecamatan Gebog. Dan untuk wilayah yang paling banyak
menjual barang hasil curian terdapat pada wilayah Kecamatan kota.
Dalam melakukan aksi curanmor, pelaku atau tersangka pun memiliki jam – jam
tertentu. Para pelaku memanfaatkan jam –jam dimana masyarakat sedang melaksanakan
istirahat, sedang melaksanakan ibadah, dan jam – jam tenang lainnya. Pelaku juga beraksi
pada pagi hari dan malam hari. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Kasat Reskrim Polres
Kudus AKP Kurniawan Daeli, S.Ik dalam hasil wawancara pada hari Selasa tanggal 7 Maret
2017 pukul 11.00 WIB di ruangan Kasat Reskrim sebagai berikut :
Dalam melakukan aksi nya, para pelaku curanmor biasanya melakukan pencurian
di malam hari dimana pada saat masyarakat sedang melaksanakan istirahat.
Kemudian pelaku juga melakukan aksi nya pada saat siang hari dimana
masyarakat sedang melakukan aktifitas di perkantoran atau pertokoan. Ada hari
– hari tertentu dimana para pelaku juga melakukan aksi nya, seperti pada saat
hari jumat dimana masyarakat muslim melaksanakan ibadah sholat Jumat. Jam –
jam seperti inilah yang harus kita antisipasi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kasat Reskrim Polres Kudus, dapat diketahui
bahwa untuk mengantisipasi terjadi nya curanmor di samping telah dilakukannya
pencegahan oleh pihak kepolisian, juga diperlukanya kesadaran dari masyarakat sendiri
untuk menjaga dan mengamankan harta benda nya masing – masing dalam hal ini kendaraan
bermotor. Apabila tanpa bantuan atau dukungan dan kesadaran dari masyarakat, hal – hal
yang diharapkan atau yang sudah direncanakan baik oleh pihak Kepolisian ataupun dari
elemen masyarakat tidak akan tercapai. Dalam hal ini pihak kepolisian juga sudah berupaya
untuk mencegah terjadinya kejahatan curanmor di wilayah Kudus. Hal ini diungkapkan oleh
Kapolres Kudus dalam hasil wawancara pada hari Senin tanggal 6 Maret 2017 pukul 10.00
WIB sebagai berikut :
Dengan banyaknya kasus curanmor yang terjadi di wilayah Polres Kudus, kami
selaku kepolisian yang bertanggung jawab untuk mencegah hal tersebut di
wilayah Kudus sudah melakukan beberapa upaya – upaya, seperti pada satuan
Binmas khususnya Bhabinkamtibmas telah melakukan sambang dan penyuluhan
kepada masyarakat Kudus untuk menghimbau akan kejahatan curanmor.
Kemudian bukan hanya satuan Binmas saja, tetapi satuan fungsi lainnya pun juga
ikut melakukan pencegahan curanmor tersebut. Hal ini dapat berjalan sesuai
© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
286 INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017
dengan apa yang diharapkan apabila masyarakat pun juga ikut bekerja sama
dengan pihak Kepolisian. Dan diharapan kedepan dengan timbulnya sinergitas
antara pihak kepolisian dengan masyarakat, bukan hanya curanmor saja tetapi
kejahatan – kejahatan lainnya dapat di minimalisir atau dapat kita cegah bersama.
BUNUH - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
ANIRAT - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
CURRAS 2 - - - - - - - - - - - 1 2 - - - - 1 -
2 3 3 1
4 1 - - - 7 2 3 3 3 3 2 1 3 2 3
CURRAT 9
CURRANMO 5 5 4 4
5 - 5 1 - - 1 1 - - 2 - - 7 - -
R 6
Sumber data : Satuan Reskrim Polres Kudus 2017
Tabel 4.9
Data curanmor masing-masing Polsek wilayah Kudus
Tahun 2014
RSK KUDU JAT UN KL GB DAW JKUL
JENIS BAE MJB
R S I D W G E O
PIDANA
L S L S L S L S L S L S L S L S L S L S
BUNUH - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
ANIRAT - - - - - - - - - - - - - - - - - 1 - -
2
- - - - 3 1 1 - - 1 1 - 1 - - - - - -
CURRAS
© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017 287
1 4
17 2 2 1 - - 4 1 1 3 2 2 1 1 1 1 1 -
CURRAT
CURRANM
OR 51 4 4 2 7 3 - - - - 1 1 1 1 5 1 6 1 1 -
Sumber data : Satuan Fungsi Reskrim Kudus tahun 2017
Tabel 4.10
Data curanmor masing-masing Polsek Wilayah Kudus
Tahun 2015
RSK KUDU JAT UN KL GB DAW JKUL
JENIS BAE MJB
R S I D W G E O
PIDANA
L S L S L S L S L S L S L S L S L S L S
BUNUH 1 1 - - - - - - - - - - - - 1 1 - - - -
ANIRAT - - - - - - 1 1 - - - - - - - - 1 1 - -
CURRAS - - - - 1 2 - - 1 1 1 1 - - - - - - - -
CURRAT 15 8 9 6 2 - 2 2 2 1 2 - 3 - 3 1 1 - 5 5
CURRANM 2 1 4 4
- 2 7 1 1 6 2 1 2 2 - 1 6 - 1 -
OR 4
Sumber data : Satuan Fungsi Reskrim kudus Tahun 2017
Tabel 4.11
Data curanmor masing-masing Polsek wilayah Kudus
Tahun 2016
KUDU JAT UN KL GB DAW MJ
JENIS RSKR BAE JKULO
S I D W G E B
PIDANA
L S L S L S L S L S L S L S L S L S L S
BUNUH 1 1 - - - - - - - - - - - - - - 1 - - -
ANIRAT 3 2 - - - - - - - - - - - - - - - - - -
CURRAS 2 1 - - - - - - - - - - - - - - - - - -
3 1 2 2
3 4 1 - 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 - 1
CURRAT 5 6
CURRANM
© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
288 INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017
OR 6 4 5 2 6 3 1 - - - 2 2 - - 2 2 - - 3 1
4
Sumber data : Satuan Fungsi Reskrim Polres Kudus Tahun 2017
Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa Polsek yang menangani
kasus curanmor paling tinggi yang terjadi pada tahun 2013-2016 adalah Polsek Jati. Pada
tahun 2013 kasus curanmor wilayah Polsek jati terjadi sebanyak 5 kasus, kemudian di tahun
2014 sebanyak 7 kasus, di tahun 2015 dan 2016 sebanyak 7 dan 6 kasus. Karena Polsek Jati
yang menangani kasus curanmor paling tinggi diantara Polsek lainnya, sehingga penulis
membatasi ruang lingkup penelitian di wilayah Polsek Jati.
4.3 Peran Bhabinkamtibmas dalam upaya pencegahan kasus curanmor di Wilayah Hukum
Polres Kudus
Tuntutan masyarakat terhadap rasa aman serta situasi yang kondusif merupakan
tanggung jawab sangat besar yang perlu mendapatkan perhatian bersama dari seluruh
anggota Kepolisian Resor Kudus. Berdasarkan Undang – Undang RI No 2 tahun 2002
tentang Polri, tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah :
1. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat
2. Menegakan hukum, dan
3. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada
masyarakat.
Bahwa satuan Binmas dalam hal ini Bhabinkamtibmas sebagai salah satu bagian dari
Kepolisian Negara Republik Indonesia yang memiliki tugas pokok memelihara keamanan dan
ketertiban masyarakat dibidang preemtif yang bersifat mencegah suatu timbulnya
permasalahan dan pelanggaran hukum yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Bhabinkamtibmas
memiliki tugas pokok dan fungsi yang sudah diatur dalam Perkap No 3 tahun 2015 Pasal 26,
fungsi Bhabinkamtibmas adalah :
i) Melaksanakan kunjungan / sambang kepada masyarakat untuk :
1. Mendengarkan keluhan warga masyarakat tentang permasalahan Kamtibmas dan
memberikan penjelasan serta penyelesaiannya
2. Memelihara hubungan silaturahmi / persaudaraan.
j) Membimbing dan menyuluh di bidang hukum dan Kamtibmas untuk meningkatkan
kesadaran hukum dan Kamtibmas dengan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM)
k) Menyebarluaskan informasi tentang kebijakan pimpinan Polri berkaitan dengan
Pemeliharaan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Harkamtibmas)
l) Mendorong pelaksanaan siskamling dalam pengamanan lingkungan dan kegiatan masyarakat
m) Memberikan pelayanan kepolisian kepada masyarakat yang memerlukan
n) Menggerakan kegiatan masyarakat yang bersifat positif
o) Mengkoordinasikan upaya pembinaan Kamtibmas dengan perangkat desa/kelurahan dan
pihak-pihak terkait lainnya dan
p) Melaksanakan konsultasi, mediasi, negosiasi, fasilitasi, motivasi kepada masyarakat dalam
Harkamtibmas dan pemecahan masalah kejahatan dan sosial.
Berdasarkan Perkap no 3 tahun 2015 pasal 27, tugas pokok Bhabinkamtibmas adalah :
1. Tugas pokok Bhabinkamtibmas melakukan pembinaan masyarakat, deteksi dini,
mediasi/negosiasi agar tercipta kondisi yang kondusif di desa/kelurahan
2. Dalam melaksanakan tugas pokok, sebagaimana dimaksud ayat (1) Bhabinkamtibmas
melakukan kegiatan :
h. Kunjungan dari rumah ke rumah ( door to door) pada seluruh wilayah penugasannya
i. Melakukan dan membantu pemecahan masalah
j. Melakukan pengaturan dan pengamanan kegiatan masyarakat
k. Menerima informasi tentang terjadinta tindak pidana
© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017 289
© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
290 INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017
c. Pengawasan
Agar pelaksanaan tugas oleh Bhabinkamtibmas berjalan sesuai dengan rencana yang telah
dibuat, maka pelaksanaan tugas dari Bhabinkamtibmas juga diawasi oleh Kanit Binmas Polsek Jati.
Bentuk pengawasan yang dilakukan adalah dengan mendokumentasikan setiap kegiatan yang
dilakukan dan dituangkan dalam bentuk laporan kemudian diserahkan kepada Kanit Binmas. Selain
menerima laporan Kasat Binmas juga memberikan arahan dan petunjuk kepada Bhabinkamtibmas
agar personil dapat melaksanakan tugasnya dengan baik terutama dalam menjaga kamtibmas
wilayah Polsek Jati.
© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017 291
dalam hal ini adalah Bhabinkamtibmas. Sebelum melaksanakan tugasnya Bhabinkamtibmas selalu
diberikan arahan dan petunjuk untuk selalu memberikan “3 S” yaitu memberikan “senyum, sapa,
salam” sehingga masyarakat merasa senang dan ingin dekat dekat anggota Bhabinkamtibmas. Hal
ini dibuktikan berdasarkan hasil wawancara peneliti kepada salah satu masyarakat wilayah jati
sebagai berikut :
Kehadiran sosok Bhabinkamtibmas di wilayah kami sangat bermanfaat bagi warga Jati.
Kami juga merasa lebih tenang dengan adanya kehadiran mereka (Bhabinkamtibmas).
Kami menilai kinerja yang dilakukan Bhabinkamtibmas sangat maksimal dan penuh
dengan semangat. Mereka juga selalu berupaya untuk melakukan pendekatan kepada
kami warga jati sehingga timbulnya hubungan yang harmonis dan masyarakat pun tidak
segan nya untuk membantu Bhabinkamtibmas dalam melaksanakan tugasnya di
lapangan.
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan bab diatas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
a. Perkembangan situasi kejahatan di wilayah Kudus dalam hal ini adalah pencurian kendaraan
bermotor termasuk kejahatan yang paling sering terjadi. Berdasarkan data dan hasil
penelitian yang diperoleh perkembangan kejahatan pencurian kendaraan bermotor
mengalami perkembangan yang fluktuatif. Mayoritas pelaku dari pencurian kendaraan
bermotor di wilayah Kudus berasal dari luar domisili Kudus. Dalam melakukan aksinya para
pelaku juga mempunyai modus-modus tertentu yang telah dikelompokan oleh Satuan
Reskrim Polres Kudus. Pihak kepolisian Polres Kudus pun telah memetakan tempat-tempat
atau wilayah-wilayah yang rawan terjadinya tindak pidana pencurian kendaraan bermotor.
b. Peran Bhabinkamtibmas yang dilakukan sangat penting dalam upaya melakukan pencegahan
terhadap gangguan kamtibmas yang marak terjadi di wilayah Polsek Jati terutama terhadap
kasus curanmor. Karena dengan adanya peran Bhabinkamtibmas masyarakat akan menjadi
sadar untuk menjaga harta bendanya masing-masing dan masyarakat dapat mengetahui hal-
hal apa saja yang rawan atau dapat mengakibatkan terjadinya tindak pidana pencurian
kendaraan bermotor. Dengan tindakan preemtif yang dilakukan oleh Bhabinkamtibmas
khususnya kepada masyarakat wilayah Jati, dapat menghilangkan niat dan kesempatan
pelaku curanmor untuk melakukan aksinya karena masyarakat sebelumnya sudah dihimbau
dan diingatkan oleh pihak Kepolisian dalam hal ini Bhabinkamtibmas.
© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
292 INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan penulis adalah :
a. Untuk meningkatkan peran Bhabinkamtibmas yang lebih maksimal, perlu sekiranya tiap
masing-masing Bhabinkamtibmas melekat kepada Desa binaanya masing-masing sehingga
pengawasan dapat dilakukan secara intensif.
b. Untuk menunjang kegiatan Bhabinkamtibmas dalam melaksanakan tugasnya perlu adanya
penambahan sarana dan prasrana berupa alat transportasi yang sesuai dengan jumlah
Bhabinkamtibmas yang ada sehingga tidak adanya lagi kendala-kendala berupa transportasi
oleh Bhabinkamtibmas.
c. Agar seluruh perencanaan kegiatan yang telah dibuat dapat dilaksanakan seluruhnya, perlu
adanya tambahan anggaran untuk menunjang hal tersebut.
REFERENSI
Buku
Akpol. 2016. Kriminologi dan Viktimologi. Semarang: Akademi Kepolisian Republik Indonesia.
Akpol. 2014. Diktat Binmas. Semarang: Akademi Kepolisian Republik Indonesia.
Lab, Steven P. 2006. Pencegahan Kejahatan Pendekatan Penerapan (Praktik) dan Evaluasi. Jakarta:
PTIK
Sianturi, Efendi. 2014. Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan. Jakarta: EGC.
S, Kaelan M. 2012. Metode Penelitian Kualitatif Interdisipliner. Yogyakarta: Paradigma Yogyakarta.
Peraturan Perundang-Undangan :
Polri. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2010 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja pada tingkat Kepolisian resort dan Kepolisian Sektor.
© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017 293
Polri. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2015 tentang Pemolisian
Masyarakat.
Polri. Surat Deops Kapolri Nomor : B / 581 / III / 2010 tanggal 24 Maret 2010 tentang Keputusan Kapolri
tentang Visi & Misi Fungsi Binmas Polri.
Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002, tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
Skripsi
Sulaiman, Anthonio effan, 2012 Skripsi tentang Peran Patroli Satuan Sabhara Polres Bengkulu
Dalam Pencegahan Pencurian Kendaraan Bermotor
Iqbal, Andy Muhammad, 2012 Skripsi tentang Peran Unit Reskrim Dalam Upaya Mengungkap
Tindak Pidana Curanmor Yang Terjadi Di Wilayah Hukum Polsekta Rappocini Kota Makassar
Internet
https://bhabinklirong.wordpress.com/2015/09/18/pengertian-bhabinkamtibmas-2/
http://www.kompasiana.com/lowina/analisis-swot kompasiana-
com_5510c6a2a33311c237ba8db6
https://bursanom.com/pengertian-manajemen/
https://lova241smk.wordpress.com/2012/02/26/menerapkan-fungsi-manajemen-poac-
planning-organizing-actuating-controlling-dalam-aspek-perusahaan/
https://bursanom.com/pengertian-manajemen/)
http://www.materibelajar.id/2016/01/definisi-peran-dan pengelompokan-peran.html
http://www.pengertianpakar.com/2015/06/pengertian-wawancara-dan-jenis-jenis-
wawancara.html
http://www.seputarpengetahuan.com/2015/06/13-pengertian-observasi-menurut-para-
ahli.html
© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia
294 INDONESIAN JOURNAL OF POLICE STUDIES VOLUME 1(1) 2017
© Author(s). This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Indonesian Police Academy, Semarang, Indonesia