Anda di halaman 1dari 20

SIKAP WARGA TERHADAP PERAN POLISI DAN PARTISIPASI WARGA DALAM

MEMELIHARA KAMTIBMAS DI DAERAH PEKAN BARU

Penulis:
Bambang Triwijaya
030687678
Kata Pengantar
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan Karya Ilmiah yang berjudul " Sikap Warga Terhadap Peran Polisi Dan Partisipasi
Warga Dalam Memelihara Kamtibmas Di Daerah Pekan Baru" dengan tepat waktu.
Karya Ilmiah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Hukum. Selain itu, Karya Ilmiah
ini bertujuan menambah wawasan tentang Sikap dan Perilaku Masyarakat kepada Kepolisian
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Rianda Dirkareshza selaku Dosen Mata
Kuliah Karya Ilmiah. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu diselesaikannya Karya Ilmiah ini.
Penulis menyadari Karya Ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan Karya Ilmiah ini.
Jambi, 22 November 2022
Penulis

i
Abstrak

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh data observasi yang menunjukkan perolehan nilai
kepercayaan kepada institusi polri sangat rendah. Untuk merespons hal itu maka peneliti
melakukan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan tingkat kepercayaan
masyarakat. Tujuan yang hendak dicapai pada penelitian ini antara lain: (1) Mengetahui
pelaksanaan metode eksperimen dan survey dalam meningkatkan sikap dan perilaku masyarakat
kepada polri, (2) Mengetahui peningkatan hasil kepercayaan masyarakat dengan metode
eksperimen pada masyarakat. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan model
Kemmis dan Mc. Taggart.

Penelitian ini dilakukan pada masyarakat dengan jumlah responden sebanyak 1200 orang.
Penelitian ini mengukur seluruh ranah yang ada pada lingkungan polri, yaitu:
responsive,kepercayaan dan keraguan Hasil penelitian menunjukan penurunan pada setiap
ranah di tiap siklusnya. Dengan metode.

Kata Kunci : Kepercayaan,Masyarakat.

ii
Daftar Isi
Kata Pengantar…………………………………………………………………………………..i
Abstrak………………………….………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……..………………………………………………………………1
B. Rumusan Masalah………………...………………………………………………………….6
C. Maksud dan Tujuan Penelitian…....………………………………………………………….6
D. Manfaat Penelitian………………….………………………………………………………..7
BAB II KAJIAN PUSTAKA……………………..……………………………………………..8
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
1. Desain Penelitian……………………………………………………………………….13
2. Setting Penelitian………………………….....…………………………………………13
3. Langkah-langkah dan Tindakan…………………………………………..…………….13
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Hasil……………………………………………………………………………………..14
B. Pembahasan………………………...……………………………………………………14
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan………………………………..……………………………………………..15
B. Saran……..…………………………...………………………………………………….15
Daftar Pustaka………………………………………………………………………….......…….16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang berlandaskan hukum, dimana segala aspek


kehidupan masyarakatnya diatur dalam peraturan dan hukum yang berlaku. Dengan sistem
yang seperti ini, tentunya dibutuhkan penegak hukum yang kompetitif sebagai pengatur
kehidupan dalam masyarakat. Salah satu penegak hukum yang memiliki peran yang
kompleks dalam mengatur kehidupan bermasyarakat adalah polisi, dimana mereka tidak
hanya berperan sebagai penegak hukum, tetapi lebih memberikan rasa aman kepada
masyarakat.
Rasa aman merupakan kebutuhan yang hakiki bagi setiap orang, maka tanpa adanya
rasa aman masyarakat menjadi cenderung untuk selalu khawatir dan terganggu dalam
melaksanakan kegiatan sehari-hari. Masalah keamanan dan ketertiban di masyarakat pada
dasarnya adalah permasalahan yang sangat kompleks, bahkan apabila tidak dipelihara
dengan baik cenderung dapat meningkatkan kejahatan baik secara kuantitas maupun
kualitasnya. Kondisi demikian menuntut anggota polisi untuk selalu berada di tengah-
tengah masyarakat dan selalu melakukan pembenahan dalam melaksanakan tugasny agar
dapat memberikan perlindungan dan pelayanan bagi masyarakat, sehingga masyarakat
merasa aman dan nyaman dalam menjalani kehidupannya sehari-hari.
Dapat dibayangkan berapa banyak pelanggaran ketertiban dan kejahatan di tengah
masyarakat yang lolos dari kejaran polisi dan tuntutan hukum. Di keadaan

bagaimanapun masyarakat tetap membutuhkn rasa aman akan kenyaman hidup


yang ditandai dengan adanya ketertiban sosial, tidak ada rasa takut, dan berkurangnya
kasus kejahatan di sekelilingnya. Oleh karena itu, upaya terobosan untuk mengatasi
masalah ini merupakan suatu keharusan. Salah satu upaya yang mungkin dilakukan adalah
upaya mensinergikan peran kepolisian dalam pemberantasan kejahatan, dan kebutuhan
akan keamanan dan ketertiban guna mencapai kenyaman hidup di masyarakat.

1
Seperti yang diungkapakan Kepala Kepolisian Resort Rohul, AKBP. Yudi
Kurniawan ,SIK.,M.Si kepada wartawan di salah satu media cetak (Utusan Riau.com)
mengenai kasus pelanggaran hukum yang ditangani oleh Polres Rohul ini tahun 2011
tercatat ada 434 kasus pencurian yang dilakukan oleh warga di Rohul, Riau. Hal ini tentu
bukanlah angka yang kecil mengingat kebutuhan warga terhadap rasa aman yang semakin
tinggi.
Hal diatas merupkan suatu konsep dasar dari program Kamtibmas (Keamanan dan
ketertiban masyarakat) dimana masyarakat mengambil peran yang lebih besar dalam upaya
pencegahan kejahatan dan penumbuhan rasa aman warga masyarakat serta merasa bahwa
polisi merupakan bagian yang sinergis dari dirinya. Dalam perspektif ini pembinaan
Kamtibmas dilihat sebagai suatu kebijakan dan strategi yang bertujuan agar dapat
mencegah terjadinya kejahatan, meningkatkan kualitas hidup, kualitas pelayanan polisi,
dan kepercayaan masyarakat terhadap peran polisi dalam jalinan kerjasama proaktif dengan
sumber daya masyarakat yang ingin mengubah kondisi-kondisi penyebab kejahatan.

Menurut UU Negara Republik Indonesia yaitu UU No. 2 Tahun 2002 tentang


Kepolisian Negara Republik Indonesia pasal 1 mengenai Kamtibmas yaitu suatu kondisi
dinamis masyarakat sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya proses pembangunan
nasional dalam rangka tercapainya tujuan nasional yang ditandai oleh terjaminnya
keamanan, ketertiban, dan tegaknya hukum, serta terbinanya ketentraman yang
mengandung kemampuan membina serta mengembangkan potensi dan kekuatan
masyarakat dalam menangkal, mencegah dan menanggulangi segala bentuk pelanggaran
hukum dan bentuk- bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat.
Dalam pemeliharaan Kamtibmas ini polisi tidak dapat bekerja sendiri, tetapi
memerlukan partisipasi dari kalangan masyarakatnya itu sendiri. Berdasarkan surat
keputusan Kapolri No. Pol: Skep/661/XI/1992 tanggal 26 November 1992 tentang
Pengesahan Petunjuk Lapangan Pembinaan Kelompok Sadar Kamtibmas yang salah satu
isinya menerangkan bahwa dalam mewujudkan suatu keadaan yang aman dan tertib, warga
diharapkan dapat berperilaku sadar kamtibmas (di poskan oleh Siskomas, 20:08 wib).
Sadar Kamtibmas disini ialah kondisi, sikap, dan perilaku masyarakat yang
menunjukkan kepeduliannya terhadap masalah-masalah Kamtibmas dan selalu mentaati
hukum dan perundang-undangan yang dalam kaitannya berhubungan langsung terhadap
tugas dan .wewenang Kepolisian.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Reisig & Giaccomazzi (1998)
yang mengemukakan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara sikap warga terhadap
kinerja polisi.

2
Bicara tentang sikap warga terhadap peran dan fungsi polisi dalam pemeliharaan
Kamtibmas, ditegaskan dalam UU No. 28 Tahun 1997 pasal 3 (Tabah, 2002) yaitu fungsi
kepolisian sebagai penegak hukum, pelindung, pembimbing masyarakat yang bertujuan
untuk terciptanya ketertiban, tegaknya hukum dan terbinanya ketentraman masyarakat
guna terwujussnya keamanan dan ketertiban masyarakat. Jika tidak terlaksana maka
masyarakat mudah apriori (buruk sangka) terhadap polisi, sehingga sekecil apapun
kesalahan polisi mudah dilihat, tetapi sebesar apapun keberhasilan polisi tak pernah
dipandang sebagai suatu kesuksesan.
Menurut Walgito (2002), sikap adalah organisasi pendapat keyakinan seseorang
mengenai objek atau situasi yang sering terjadi, disertai adanya perasaan tertentu dan
memberikan dasar kepada orang tersebut untuk membuat respons atau berperilaku dalam
cara yang tertentu sesuai dengan pilihannya. Sikap mengandung beberapa komponen yaitu
kognitif, afektif, dan konatif. Komponen inilah yang salah satunya menjadi penentu
sikapwarga terhadap peran polisi sebagai penegak hukum. Jadi, sikap warga terhadap peran
polisi adalah respon evaluativ warga berupa penilaian positif dan negatif terhadap fungsi
dan wewenang polisi.
Di dalam UU Negara Republik Indonesia yaitu UU No. 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia pasal 5 ayat (1) menyebutkan bahwa, Kepolisian
Republik Indonesia merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan
dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum serta memberikan perlindungan,
pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat
dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. Sedangkan pasal 14 ayat (1)
huruf C ditegaskan bahwa Polri bertugas membina masyarakat untuk meningkatkan
patisipasi masyarakat, kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat
terhadap hukum dan perundang-undangan.
Berdasarkan survei di lapangan yang dilakukan peneliti di Rw.02/ Rt.03 Kelurahan
Rintis Kecamatan Limapuluh Kota Pekanbaru yaitu kerap terjadi pelanggaran keamanan
dan ketertiban oleh warga masyarakatnya. Disini warga sering mengeluh akan keadaan
lingkungan rumah yang sangat rapat antara satu dengan yang lain . Sehingga warga merasa
sulit mendapatkan keadaan yang aman dan tertib. Misalnya, seringnya terjadi keributan
antar tetangga, adanya warga yang menghidupkan musik dengan keras sehingga
menimbulkan kebisingan dan sering juga warga mengalami pencurian.
Akhirnya, bentuk ketidak tertiban wargapun kerap terjadi disini, seperti:
perkelahian antar warga, pengeroyokan, dan lain sebagainya. Dengan begitu, tujuan
kegiatan yang dilangsungkan aparat kepolisian guna mewujudkan Kamtibmas tidak bisa
berjalan dengan baik karena kurangnya partisipasi dari warga untuk turut dalam
memelihara Kamtibmas di lingkungannya. Adanya dampak negatif karena tidak
terpeliharanya Kamtibmas di lingkungan ini menimbulkan tekanan psikologis terhadap
warga sekitarnya.
3
Dari hasil wawancara peneliti dengan sepuluh orang warga (Juni, 2013), mereka
menyebutkan salah satu faktor penyebab tidak terpeliharanya Kamtibmas di lingkungan
mereka ini adalah disebabkan karena lokasi tempat tinggal yang sangat rapat antara rumah
yang satu dengan yang lain, kurangnya rasa taat hukum,
serta kurangnya kepercayaan warga terhadap sosok polisi itu sendiri. Di dalam teori
ketaatan, perilaku taat seseorang dapat timbul karena beberapa faktor, yaitu: adanya
konsekuensi yang jelas atas ketidaktaatan, adanya harapan mencapai kondisi tertentu,
percaya kepada pihak otoritas, dan menghormati atau menyukai sosok atau pihak otoritas
tersebut (Calhoun dan Acocella, 2007).
Kurangnya pemahaman dan keyakinan yang dirasakan warga terhadap kinerja
Kepolisian dengan alasan “berurusan dengan polisi itu ribet, banyak prosedurnya”. Akan
tetapi, mereka juga menyadari bahwa sebagai warga masyarakat yang baik, mereka selalu
berusaha untuk turut menjaga dan memelihara Kamtibmas di lingkungan tempat tinggal
mereka dengan cara tidak menambah keributan yang terjadi salah satunya.
Adanya hubungan positif antara sikap warga terhadap peran polisi dan partisipasi
warga dalam memelihara Kamtibmas di Rw. 02/ Rt. 03 Kelurahan Rintis Kecamatan
Limapuluh Kota Pekanbaru akan dapat membantu keberhasilan lembaga kepolisian dalam
menjalankan fungsi dan wewenangnya dalam pemeliharaan Kamtibmas yang dapat
menimbulkan situasi dan kondisi masyarakat yang dinamis, yang menggambarkan adanya
rasa bebas dari segala macam gangguan yang ditandai oleh terjaminnya keamanan,
ketertiban, dan tegaknya hukum, serta mengembangkan potensi dan kekuatan masyarakat
dalam mencegah dan menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum yang dapat
meresahkan masyarakat.
Dalam rangka mewujudkan peran serta masyarakat sebagaimana yang telah di
amanatkan oleh Undang-undang tersebut, maka polisi dalam pelaksanaan
tugasnya lebih mengutamakan kegiatan pencegahan dan penangkalan terhadap
berbagai gangguan Kamtibmas. Upaya pencegahan dan penangkalan tersebut dapat
dilakukan dengan cara membangun kemitraan atau partisipasi antara polisi dengan warga
masyarakat agar secra bersama-sama mengidentifikasi dan mencari pemecahan masalah-
masalah kriminalitas yang terjadi di lingkungan masyarakat sekitar khususnya.
Untuk pemeliharaan Kamtibmas, polisi tidak dapat bekerja sendiri tetapi
memerlukan partisipasi dari kalangan masyarakat, yang hanya dapat diperdayakan apabila
polisi mampu menumbuh kembangkan kesadaran masyarakat terhadap penyelenggaraan
keamanan dan ketertiban masyarakat, serta polisi mampu menampilkan jati dirinya sebagai
pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat dengan menghormati hak asasi manusia
(HAM).

4
Strategi tindakan dalam pemeliharaan Kamtibmas tidak dapat mengasumsikan
bahwa semua masyarakat itu sama, dan bahwa aparat hanya perlu dikirim ke suatu daerah
semata-mata demi hubungan yang lebih baik dengan masyarakat. Disamping perlakuan
yang layak, tanggapan yang cepat, dan penanganan yang efisien atas permasalahan
masyarakat mengenai pemeliharaan Kamtibmas minimal di lingkungannya sendiri.
Tidak kurang juga pentingnya bahwa harus ada inisiatif dari masyarakat secara
individu atau kelompok tanpa perlu menunggu polisi untuk menelaah dan memperbaiki
layanannya. Hal ini juga berarti melalui semangat pemberdayaan dan rasa memiliki hak
mengatur dirinya sendiri, masyarakat lalu memiliki kontrol yang lebih besar terhadap
masalah-masalah yang tampak tak bermakna namun
sebenarnya merupakan aspek penting dari pemberantasan kejahatan dan
peningkatan kualitas hidup. Prakarsa itu kemudian akan menjadi efektif bila aktifitas itu
merupakan aktifitas instrumental dan bukan simbolik semata sehingga keterlibatan
masyarakat akan tampak berimbang dengan peran kepolisian.
Menurut Davis dan Newstrom (2002) partisipasi adalah merupakan keterlibatan
mental dan emosional orang-orang dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk
memberikan kontribusi untuk menyumbang kepada tujuan kelompok dan bertanggung
jawab atas apa yang telah ditetapkan dan diberikan kepadanya demi pencapaian tujuan
tersebut.
Senada dengan hal di atas, Sutrisno (1995) mengatakan bahwa partisipasi warga
adalah kerjasama warga dan pemerintah dalam merencanakan, melaksanakan ,
melestarikan dan mengembangkan hasil dari suatu program kerja. Dari pengertian di atas
maka dapat dikatakan bahwa partisipasi adalah hubungan timbal balik dari masyarakat
dengan pemerintah dalam merencanakan, melaksanakan, melestarikan, dan
mengembangkan hasil dari suatu program kerja.
Pengalaman warga masyarakat di Rw.02/ Rt. 03 Kelurahan Rintis Kecamatan
Limapuluh Kota Pekanbaru yang memiliki pengalaman negatif terhadap kinerja polisi juga
dapat menyebabkan ketidakpercayaan warga terhadap fungsi dari Kepolisian ini sebagai
pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat, sehingga masyarakatpun enggan untuk
melibatkan diri secara mental dan emosional dalam memelihara Kamtibmas di lingkungan
mereka. Dengan kata lain, warga masyarakat di Rw. 02/ Rt. 03 Kelurahan Rintis
Kecamatan Limapuluh
Kota Pekanbaru yang memiliki sikap negatif terhadap peran polisi tidak akan
berpartisipasi dalam memelihara Kamtibmas di lingkungan mereka.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Lelangayaq
(2013) bahwa semakin baik kesan yang diberikan oleh pengguna jalan terhadap polisi lalu
lintas maka tingkat ketaatannya terhadap lalu lintas juga semakin tinggi sehingga tidak
melakukan pelanggaran lalu lintas, dan sebaliknya.
5
Penelitian lain juga dilakukan oleh Baharudin (2013) yang mengemukakan bahwa
adanya hubungan antara sikap warga dalam keterlibatan menjaga ketertiban dan keamanan
di Kel. Saigon, Kec. Pontianak Timur seperti penangkapan kasus kriminal atau tindakan
tertangkap tangan oleh warga, atau minimal sebagai saksi atau pemberi informasi. Namun
dalam penelitian ini, peneliti tidak hanya memfokuskan konsep polisi berdasarkan jabatan
atau satuan, melainkan keseluruhan peran polisi itu sendiri sebagai bagian dari polisi
Republik Indonesia (Polri).
Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti tertarik untuk mengadakan sebuah
penelitian dengan judul :Sikap Warga Terhadap Peran Polisi Dan Partisipasi Warga dalam
Memelihara Kamtibmas di daerah Pekan Baru

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dipandang perlu dibuat suatu rumusan masalah.
Diharapkan dari rumusan masalah tersebut penelitian ini mempunyai wadah kerangka
penelitian yang jelas sehingga tidak melenceng dari tujuan awal. Adapun rumusan masalah
yang ingin peneliti cari dalam penelitian ini adalah:
“Apakah ada hubungan antara sikap warga terhadap peran polisi dan partisipasi
warga dalam memelihara Kamtibmas (studi pada warga RW. 02/RT. 03 Kelurahan Rintis
Kecamatan Limapuluh Kota Pekanbaru)?

C. Maksud dan Tujuan Penelitian


Kepolisian sebagai penegak hukum harus memiliki citra diri tinggi yang bertujuan
untuk meningkatkan, memelihara kredibilitas dan komitmen yang teguh di masyarakat.
pelaksanaan peran kepolisian ini dalan menjalankan tugas dan wewenangnya sebagai
pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat harus terlihat lebih konkrit lagi khususnya
dalam pemeliharaan Kamtibmas agar terwujud sikap positif warga sehingga dapat menjadi
landasan warga masyarakat untuk mau berpartisipasi dalam memelihara Kamtibmas di
lingkungan tempat tinggal mereka khususnya.
Sosok polisi ideal yang diidamkan oleh setiap pihak yang terkait adalah polisi yang
memiliki penampilan sedemikian rupa sebagai sosok sumber motivasi masyarakat untuk
berlaku tertib dan mematuhi hukum dan bersama-sama menciptakan rasa aman. Sehingga
peneliti tertarik untuk membuktikan secara ilmiah mengenai “Sikap Warga Terhadap Peran
Polisi Dan Partisipasi Warga dalam Memelihara Kamtibmas”.

6
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan pada ilmu psikologi sosial,
serta psikologi industri dan organisasi khususnya, yang berupa data empiris
tentang hubungan sikap warga terhadap peran polisi dan partisipasi warga dalam
memelihara Kamtibmas di lingkungan Rw.02 /Rt.03 Kelurahan Rintis Kecamatan
Limapuluh Kota Pekanbaru tersebut sekaligus diharapkan data ini dapat dijadikan bahan
pertimbangan bagi upaya-upaya studi lanjut dalam mengkaji permasalahan pada psikologi
sosial, psikologi industri dan organisasi
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian mengenai sikap warga terhadap peran polisi dengan partisipasi
warga dalam memelihara Kamtibmas di lingkungan Rw. 02/ Rt. 03 Kelurahan Rintis
Kecamatan Limapuluh Kota Pekanbaru yang diharapkan dapat menjadi bahan masukan
bagi warga masyarakat setempat guna meningkatkan partisipasi terhadap peran polisi
dalam memelihara Kamtibmas.

7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Kepolisian Republik Indonesia atau yang sering disingkat POLRI merupakan lembaga
negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakan
hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat
dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. Lalu, bagaimanakan peran POLRI guna
menjaga keamanan di dalam negeri?

Dalam Undang-undang Dasar (UUD) 1945 bagian Pertahanan Negara dan Keamanan
Negara dijelaskan bahwa kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat negara untuk
menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat dengan tugas melindungi, mengayomi,
melayani masyarakat, serta menegakan hukum.

Pada UUD Negara Republik Indonesia pasal 30 ayat (5) terdapat penjelasan bahwa
susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia,
hubungan dan kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia di dalam menjalankan tugasnya, syarat-syarat keiikutsertaan warga negara dalam
usaha pertahanan dan keamanannya diatur dengan undang-undang.

Selain itu dalam bidang penegakan hukum khususnya yang berkaitan dengan
penanganan tindak pidana sebagaimana yang diatur dalam KUHAP.
Peran POLRI sebagai penyidik utama yang menangani setiap kejahatan secara umum
dalam rangka menciptakan keamanan dalam negeri, pasal 16 Undang-undang RI No 2 tahun
2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia telah menetapkan kewenangan sebagai berikut:
1. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan
2. Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian perkara untuk
kepentingan penyidikan
3. Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka penyidikan
4. Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda
pengenal diri
5. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat
6. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi
7. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan perkara
8. Mengadakan penghetian penyidikan
9. Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum
8
10. Mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi yang berwenang
ditempat pemeriksaan imigrasi dalam keadaan mendesak atau mendadak untuk
mencegah atau menangkal orang yang disangka melakukan tindak pidana
11. Memberikan petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik pegawai negeri
sipil serta menerima hasil penyidikan penyidik pegawai negeri sipil untuk
diserahkan kepada penuntut umum.
12. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab yaitu tindakan
penyelidikan dan penyidikan yang dilaksanakan dengan syarat sebagai berikut :
13. Tidak bertentangan dengan suatu aturan
14. Selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan tindakan tersebut dilakukan
15. Harus patut, masuk akal, dan termasuk dalam lingkungan jabatannya
16. Pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan yang memaksa
17. Menghormati hak asasi manusia
Undang-undang No 2 tahun 2002 pasal 13 menyatakan tugas pokok Kepolisian Negara
Republik Indonesia sebagai berikut :

 Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat


 Menegakan hukum
 Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat
Dengan Ketetapan itu, Pemerintah mengharapkan Kepolisian dapat berkembang lebih
baik dan merintis hubungan vertikal sampai ketingkat plaing kecil seperti pada wilayah
kecamatan-kecamatan.
Kedudukan kepolisian dalam sebuah Negara selalu menjadi kepentingan banyak pihak
untuk duduk dan berada dibawah kekuasan. Pada masa pemerintahan Orde Baru Kepolisian
RI dibenamkan dalam sebuah satuan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) yang
bergerak dalam pengaruh budaya militer. Militeristik begitu mengikat karena masa lebih dari
30 tahun kepolisian di balut dengan budaya militer tersebut. Tahun 1998 tuntutan masyarakat
bgitu kuat dalam upaya membangun sebuah pemerintahan yang bersih dan mempunyai
keberpihakan terhadap kepentingan masyarakat.

Maka selanjutnya Tap MPR No.VI/2000 dikeluarkan dan menyatakan bahwa salah satu
tuntutan Reformasi dan tantangan masa depan adalah dilakukannya demokratisasi, maka
diperlukan reposisi dan restrukturisasi ABRI. Bahwa akibat dari penggabungan terjadi
kerancuan dan tumpang tindih peran dan fungsi TNI sebagai kekuatan pertahanan dan Polri
sebagai kekuatan Kamtibmas.

9
Maka Polri adalah alat Negara yang berperan dalam memelihara keamanan. Oleh karena
itu Polri kembali dibawah Presiden setelah 32 tahun dibawah Menhankam/Panglima ABRI,
Berdasarkan Undang-Undang No 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia
menyebutkan bahwa (1) Polri merupakan alat Negara yang berperan dalam pemeliharaan
kamtibmas, gakkum, serta memberikan perlindungan,pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat dalam rangka terpeliharanya Kamdagri. Karena dalam Bab II Tap MPR No.
VII/2000 menyebutkan bahwa: (1) Polri merupakan alat Negara yang berperan dalam
memelihara Kamtibmas,, menegakkan hukum, memberikan pengayoman dan pelayanan
kepada masyarakat. (2) Dalam menjalankan perannya, Polri wajib memiliki keahlian dan
ketrampilan secara professional. Artinya Polri bukan suatu lembaga / badan non departemen
tapi di bawah Presiden dan Presiden sebagai Kepala Negara bukan Kepala Pemerintahan.

Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi Kepolisian, perlu ditata dahulu rumusan tugas
pokok, wewenang Kepolisian RI dalam Undang-undang No.2 tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia. Peran dan Fungsi Kepolisian Negara Republik Indonesia

1. Fungsi Kepolisian
Pasal 2 :” Fungsi Kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan Negara di
bidang pemelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, penegak hukum,
perlindungan, pengayoman dan pelayanan masyarakat”. Sedangkan Pasal 3: “(1)
Pengemban fungsi Kepolisian adalah Kepolisian Negara Republik Indonesia yang
dibantu oleh : a. kepolisian khusus, b. pegawai negri sipil dan/atau c. bentuk-bentuk
pengamanan swakarsa. (2) Pengemban fungsi Kepolisian sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) huruf a,b, dan c, melaksanakan fungsi Kepolisian sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum masing-masing.

2. Tugas pokok Kepolisian


Pasal 13: Tugas Pokok Kepolisian Negara Rrepublik Indonesia dalam UU No.2
tahun 20002 adalah sebagai berikut:
a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat
b. Menegakkan hukum
c. Memberikan perlindungan,pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat. “,
penjabaran tugas Kepolisian di jelaskan lagi apada Pasal 14 UU Kepolisian RI.

10
3. Kewenangan Kepolisian
Pada Pasal 15 dan 16 UU Kepolisian RI adalah perincian mengenai tugas dan
wewenang Kepolisian RI, sedangkan Pasal 18 berisi tentang diskresi Kepolisian yang
didasarkan kepada Kode Etik Kepolisian.
Sesuai dengan rumusan fungsi, tugas pokok, tugas dan weweang Polri
sebagaimana diatur dalam UU No. 2 tahun 2002, maka dapat dikatakan fungsi utama
kepolisian meliputi :

1. Tugas Pembinaan masyarakat (Pre-emtif)


Segala usaha dan kegiatan pembinaan masyarakat untuk meningkatkan
partisipasi masyarakat, kesadaran hukum dan peraturan perundang-undangan. Tugas
Polri dalam bidang ini adalah Community Policing, dengan melakukan pendekatan
kepada masyarakat secara sosial dan hubungan mutualisme, maka akan tercapai
tujuan dari community policing tersebut. Namun, konsep dari Community Policing
itu sendiri saat ini sudah bias dengan pelaksanaannya di Polres-polres. Sebenarnya
seperti yang disebutkan diatas, dalam mengadakan perbandingan sistem kepolisian
Negara luar, selain harus dilihat dari administrasi pemerintahannya, sistem kepolisian
juga terkait dengan karakter sosial masyarakatnya.

Konsep Community Policing sudah ada sesuai karakter dan budaya Indonesia
( Jawa) dengan melakukan sistem keamanan lingkungan ( siskamling) dalam
komunitas-komunitas desa dan kampong, secara bergantian masyarakat merasa
bertangggung jawab atas keamanan wilayahnya masing-masing. Hal ini juga
ditunjang oleh Kegiatan babinkamtibmas yang setiap saat harus selalu mengawasi
daerahnya untuk melaksanakan kegiata-kegiatan khusus.

2. Tugas di bidang Preventif


Segala usaha dan kegiatan di bidang kepolisian preventif untuk memelihara
keamanan dan ketertiban masyarakat, memelihara keselematan orang, benda dan
barang termasuk memberikan perlindungan dan pertolongan , khususnya mencegah
terjadinya pelanggaran hukum. Dalam melaksanakan tugas ini diperlukan
kemampuan professional tekhnik tersendiri seperti patrolil, penjagaan pengawalan
dan pengaturan.

11
3. Tugas di bidang Represif
Di bidang represif terdapat 2 (dua) jenis Peran dan Fungsi Kepolisian Negara
Republik Indonesia yaitu represif justisiil dan non justisiil. UU No. 2 tahun 2002
memberi peran Polri untuk melakukan tindakan-tindakan represif non Justisiil terkait
dengan Pasal 18 ayat 1(1) , yaitu wewenang ” diskresi kepolisian” yang umumnya
menyangkut kasus ringan.

KUHAP memberi peran Polri dalam melaksanakan tugas represif justisil


dengan menggunakan azas legalitas bersama unsur Criminal Justice sistem lainnya.
Tugas ini memuat substansi tentang cara penyidikan dan penyelidikan sesuai dengan
hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya. Bila terjadi tindak
pidana, penyidik melakukan kegiatan berupa:

1. Mencari dan menemukan suatu peristiwa Yang dianggap sebagai tindak pidana;
2. Menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan;
3. Mencari serta mengumpulkan bukti;
4. Membuat terang tindak pidana yang terjadi;
5. Menemukan tersangka pelaku tindak pidana.

12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian karya ilmiah. Subjek penelitian adalah
Masyarakat Pekan Baru.

2. Setting Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada masyarakat yang terlintas di pekan baru yang
terlintas secara acak.

3. Langkah-Langkah dan Tindakan


A. Perencanaan
Kegiatan yang akan dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah:
a. Membuat E-Survei
b. Membuat link E-Survei

B. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah membagikan E-Survei
kepada masyarakat yang ada.

C. Observasi
Dilaksanakan terhadap pelaksanaan berdasarkan observasi peneliti terhadap
masyarakat

13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Pada kesempatan kali ini saya akan menggunakan metode penelitian dengan cara
eksperimen dan survey dan kepercayaan public kepada polisi menurun dimana angka
presentase mencapai 13 persen ada 1.200 responden yang dilakukan wawancara tatap muka
dan pada tanggal 11 september hingga 20 september hasilnya tingkat kepercayaan public
menurun 13 persen dari angka 72,1 persen menjadi 59,1 persen.

B. PEMBAHASAN
Penyebab turunnya salah satunya adalah kasus Ferdy Sambo jadi menurut penulis
bahwa tingkah dan sikap masyarakat kepada polri akan berkurang karena tingkat
kepercayaan kepada polri sendiri sudah menurun jauh. Dan karena hal tersebut peranan
masyarakat untuk membantu tugas di ruang lingkup polri akan berkurang karena
kurangnya kontribusi dari polri itu sendiri.

14
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Banyak hal yang terjadi pada ruang lingkup polri dan untuk kita dapat mencegah
turunnya angka kepercayaan tersebut dengan cara membantu kinerja kepolisian hanya
cukup dengan cara kooperatif dan saling bekerja sama dalam segala hal.Penulis yakin dan
percaya bahwa jika bias dilakukan dengan bekerja sama maka keamanan di lingkungan kita
pun ikut terjaga dan peranan masyarakat dalam membantu tugas Polri pun akan terlihat.

B. Saran
Penulis juga akan memberikan saran dan masukan kepada institusi polri yaitu
melakukan segala hal sesuai dengan standar operasional prosedur yang ada di ruang
lingkup polri agar masyarakat pun tidak resah dengan tingkah laku polri yang diluar SOP
itu sendiri.

15
DAFTAR PUSTAKA
https://nasional.kompas.com/read/2022/08/26/11105081/survei-indikator-tingkat-kepercayaan-
publik-terhadap-polri-turun-tajam
https://sumbawa.ntb.polri.go.id/profil/tugas-fungsi-kewenangan-polri/
https://www.kelaspintar.id/blog/tips-pintar/kelas-12/peran-polri-dalam-menjamin-keadilan-dan-
kedamaian-16286/
https://emedia.dpr.go.id/polri-didorong-optimalkan-anggaran-untuk-harkamtibmas-jelang-
pemilu/
https://tribratanews.gorontalo.polri.go.id/15272/tingkatkan-peran-masyarakat-dalam-
harkamtibmas-ditbinmas-laksanakan-binluh-polmas-di-desa-buntulia-jaya/
https://rm.id/baca-berita/nasional/106711/polri-sukses-ciptakan-harkamtibmas-dan-jalankan-
aksi-kemanusiaan
https://aceh.antaranews.com/berita/106956/polisi-harkamtibmas-bukan-hanya-tugas-polri
https://nasional.kompas.com/read/2022/10/26/19110351/survei-populi-center-kepercayaan-
publik-terhadap-polri-
merosot#:~:text=Dalam%20survei%20ini%2C%20Populi%20menemukan,4%20memberi%20nil
ai%206%2D10.

Anda mungkin juga menyukai