Anda di halaman 1dari 21

EVALUASI KEBIJAKAN PUBLIK

Peraturan Daerah (PERDA) Sampang-Madura No 7 tahun 2015

tentang

Ketertiban Umum dan Ketertiban Masyarakat

Dosen Pengampu :

Dr. Endang Indartuti, M.Si.

Disusun Oleh :

1112100006
Fawaid

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945


KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
karunianya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah ini dengan tepat waktu. Penulisan
makalah ini disusun guna memenuhi tugas dosen pada mata kuliah Implementasi dan Evaluasi
Kebijakan Publik di Universitas 17 Agustus Surabaya.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Dr. Endang Indartuti, M.Si.
sebagai dosen pengampu mata kuliah Implementasi dan Evaluasi Kebijakan Publik yang telah
memberikan dan membimbing kami dalam menyelesaikan tugas makalah ini. Tugas yang telah
diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis.
Penulis juga mengucapkan terimakasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan
makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Oleh sebab itu, kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan
untuk menyempurnakan makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah Implementasi dan
Evaluasi Kebijakan Publik ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang membutuhkan.

Surabaya, 15 juni 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

JUDUL.................................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................iii

BAB I KEBIJAKAN

1.1 Latar Belakang......................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................6

1.3 Tujuan....................................................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Teori.....................................................................................................................8

2.2 Faktor/Indikator...................................................................................................9

BAB III DATA SEKUNDER

3.1 Data Sekunder.......................................................................................................13

3.2 Indikator................................................................................................................14

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan........................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................17

iii
BAB I

Peraturan Daerah (PERDA) Sampang-Madura No 7 tahun 2015


tentang
Ketertiban Umum dan Ketertiban Masyarakat

1.1 Latar Belakang


Kebijakan PERDA Sampang No.7 tahun 2015 tentang ketertiban umum dan ketertiban
masyarakat itu dibuat dalam rangka mewujudkan Kabupaten Sampang yang tertib, tenteram,
nyaman, bersih dan indah oleh sebab itu diperlukan adanya pengaturan di bidang ketertiban
umum, juga penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat menjadi salah
satu kewenangan Pemerintah Kabupaten Sampang yang pelaksanaannya harus dijalankan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan tentunya perlu menetapkan
Peraturan Daerah tentang Ketertiban Umum

Sebagaimana kita ketahui bahwa Kemananan dan ketertiban sebagai upaya untuk menciptakan
kondisi yang harmonis dalam suatu daerah yang menjadi tanggungjawab bersama. Dari
keharmonisan akan tercipta kedamaian dan kebahagiaan, baik dalam secara individu maupun
sosial. Ketertiban adalah keadaan dimana segala sesuatunya teratur dilandasi dengan prinsip
dan nilai-nilai kesopanan serta kedisiplinan dengan tujuan menciptakan keadaan yang tentram
dan damai. Untuk mencapainya maka hukumlah yang wajib mengatur kehidupan masyarakat.
Peraturan Daerah ini mempunyai posisi yang sangat strategis dan penting untuk menumbuhkan
motivasi dalam menumbuhkembangkan budaya disiplin masyarakat guna mewujudkan
Sampang yang lebih tentram, tertib, nyaman, bersih dan indah yang berdasarkan partisipasi
aktif seluruh komponen masyarakat. Upaya untuk mencapai kondisi tertib tidak semata-mata
menjadi tugas dan tanggungjawab aparat, akan tetapi menjadi tugas dan tanggungjawab
masyarakat untuk secara sadar ikut serta menumbuhkan dan memelihara ketertiban. Namun
demikian tindakan tegas terhadap pelanggaran Peraturan Daerah ini perlu dilakukan secara
konsisten dan konsukuen oleh Satuan Polisi Pamong Praja dan Pejabat Penyidik Pegawai
Negeri Sipil yang profesional.

Kebijakan yang diimplementasikan guna menangani permasalahan ketertiban umum dan


masyarakat meliputi:

1. Peningkatan kehadiran polisi dan penegakan hukum: Meningkatkan jumlah petugas polisi
yang aktif di wilayah yang rentan terhadap pelanggaran ketertiban umum dan masyarakat
4
dapat

5
membantu mengurangi kejahatan jalanan dan gangguan ketertiban publik.

2. Peningkatan patroli keamanan: Melakukan patroli rutin di area-area yang rawan kejahatan
dan gangguan ketertiban dapat mencegah tindakan kriminal dan memberikan rasa aman
kepada masyarakat.

3. Peningkatan kerjasama antara kepolisian dan masyarakat: Membangun hubungan yang baik
antara kepolisian dan masyarakat melalui program-program kemitraan dapat meningkatkan
kepercayaan masyarakat terhadap pihak berwenang dan memfasilitasi pelaporan kejahatan.

4. Pendidikan dan kesadaran masyarakat: Melakukan kampanye edukasi dan kesadaran


masyarakat mengenai pentingnya ketertiban umum dan norma-norma sosial yang berlaku
dapat membantu mencegah pelanggaran dan menciptakan lingkungan yang lebih aman.

5. Penegakan hukum yang tegas: Menerapkan hukuman yang tegas dan adil terhadap pelaku
pelanggaran ketertiban umum dan masyarakat dapat memberikan efek jera dan mengurangi
tingkat kejahatan.

6. Pengembangan program rehabilitasi: Selain penegakan hukum, penting juga untuk


memberikan kesempatan bagi pelaku pelanggaran untuk memperbaiki diri melalui program
rehabilitasi, seperti konseling, pendidikan, dan pelatihan keterampilan, agar mereka dapat
kembali menjadi anggota produktif dalam masyarakat.

7. Pengawasan dan penegakan hukum terhadap perjudian ilegal: Melakukan pengawasan yang
ketat terhadap aktivitas perjudian ilegal dan memberlakukan hukuman yang tegas bagi pelaku
dapat mengurangi praktik perjudian ilegal dan potensi gangguan sosial yang terkait.

8. Peningkatan pemantauan media sosial: Memantau dan menindak tegas penyebaran


informasi palsu (hoaks) dan konten yang memprovokasi kebencian di media sosial dapat
mengurangi ketegangan sosial dan menjaga stabilitas masyarakat.

9. Peningkatan akses terhadap fasilitas umum: Meningkatkan akses masyarakat terhadap


fasilitas umum yang layak, seperti tempat bermain, taman, dan area rekreasi, dapat
menciptakan lingkungan yang lebih positif dan mengurangi peluang terjadinya gangguan
ketertiban.

Ketertiban umum mengacu pada kondisi di mana masyarakat atau suatu wilayah dapat
berfungsi secara harmonis dan damai. Ini mencakup keberadaan hukum dan peraturan yang

6
diikuti oleh semua warga negara dan penduduk. Beberapa aspek penting ketertiban umum
meliputi:

7
Keamanan, Ketenangan, Hukum dan peraturan, Penegakan hukum, dan Kerjasama
masyarakat. Ketertiban umum penting dalam menjaga stabilitas dan kesejahteraan masyarakat.
Ini menciptakan lingkungan yang kondusif untuk kehidupan sosial, ekonomi, dan politik yang
berkelanjutan.

Sedangkan untuk Ketertiban masyarakat merujuk pada kondisi di mana anggota masyarakat
hidup secara teratur, menghormati hukum dan peraturan, serta menjaga keseimbangan dan
keharmonisan dalam hubungan sosial. Ketertiban masyarakat adalah prasyarat penting bagi
perkembangan dan kesejahteraan suatu komunitas. Beberapa faktor yang berperan dalam
menciptakan ketertiban masyarakat antara lain: Hukum dan peraturan, Penegakan hukum yang
efektif, Kesadaran dan tanggung jawab individu, Pendidikan dan kesadaran sosial, Partisipasi
masyarakat, serta Penanganan konflik secara damai. Dalam menjaga ketertiban masyarakat,
penting untuk diingat bahwa ini adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, aparat
penegak hukum, lembaga sosial, dan masyarakat secara keseluruhan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Efektifitas Kebijakan PERDA Sampang No.7 tahun 2015 Tentang Ketertiban
umum dan ketertiban Masyarakat?
2. Bagaimana upaya kolaboratif antara pemerintah, lembaga masyarakat, dan warga dalam
memperkuat ketertiban umum dan ketertiban masyarakat di daerah Sampang sesuai dengan
Perda No.. 7 tahun 2015?
3. Apa saja kebijakan atau regulasi yang telah diterapkan untuk meningkatkan ketertiban
umum dan masyarakat di kota sampang?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui dan Mengidentifikasi kekurangan dan masalahnya. Yang mana Dengan


mengetahui kekurangan ini, pemerintah dan lembaga terkait dapat mengambil tindakan
perbaikan yang diperlukan selanjutnya, seperti meningkatkan pelatihan petugas keamanan atau
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kepatuhan terhadap hukum.

2. Untuk mengetahui bagaimana Kolaborasi antara Pihak Berwenang dan Masyarakat guna
Meningkatkan kerjasama dan kolaborasi antara pihak berwenang melalui pertemuan rutin,
8
forum diskusi, atau program-program kerja sama dalam menjaga ketertiban dan keamanan.

3. Untuk memahami beberapa hal terkait kebijakan-kebijakan yang di terapkan di daerah


sampang seperti Penegakan Hukum yang Efektif, peraturan dan larangan yang jelas,
pengawasan dan sanksi, serta hal yang sangat penting yaitu pemberdayaan masyarakat.

9
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 TEORI

Evaluasi adalah proses yang sistematis untuk mengumpulkan, menganalisis, dan mengevaluasi
informasi atau data guna membuat penilaian atau penentuan mengenai sesuatu. Evaluasi dapat
dilakukan dalam berbagai konteks, termasuk dalam pendidikan, organisasi, program-program
pemerintah, proyek-proyek, dan kebijakan publik. Tujuan utama evaluasi adalah untuk
mengukur kinerja, efektivitas, efisiensi, dampak, atau nilai suatu inisiatif atau kegiatan.

Teori yang digunakan untuk mengevaluasi kebijakan PERDA sampang No. 7 tahun 2015 yaitu
menggunakan Teori evaluasi yang dikemukakan oleh Brewer dan DeLeon, Menurutnya Teori
Evaluasi adalah salah satu pendekatan yang digunakan untuk memahami dan menganalisis
proses evaluasi kebijakan publik. Teori ini pertama kali diperkenalkan dalam buku mereka
yang berjudul "The Foundations of Policy Analysis" pada tahun 1983.

Menurut Brewer dan DeLeon, evaluasi kebijakan publik adalah proses sistematis untuk menilai
dan mengevaluasi efektivitas, efisiensi, dan dampak kebijakan publik. Teori ini mengusulkan
beberapa prinsip dan langkah-langkah untuk melaksanakan evaluasi kebijakan yang efektif.

Berikut adalah beberapa aspek utama teori evaluasi Brewer dan DeLeon:

1. Pemahaman terhadap Konteks Kebijakan: Evaluasi harus mempertimbangkan konteks


sosial, politik, dan ekonomi di mana kebijakan diterapkan. Hal ini melibatkan pemahaman
mendalam terhadap tujuan kebijakan, sumber daya yang tersedia, dan tuntutan yang ada.

2. Tujuan dan Kriteria Evaluasi yang Jelas: Evaluasi harus memiliki tujuan yang jelas dan
kriteria evaluasi yang ditentukan sebelumnya. Tujuan dan kriteria ini harus mencerminkan
aspek-aspek yang dianggap penting dan relevan dalam konteks kebijakan yang dievaluasi.

3. Pengumpulan Data yang Sistematis: Evaluasi membutuhkan pengumpulan data yang


sistematis dan obyektif. Data yang dikumpulkan dapat mencakup informasi tentang

10
implementasi kebijakan, hasil yang dicapai, efisiensi penggunaan sumber daya, dan dampak

11
kebijakan terhadap masyarakat.

4. Analisis dan Interpretasi Data: Data yang dikumpulkan harus dianalisis dengan hati-hati dan
diinterpretasikan untuk memahami efektivitas dan efisiensi kebijakan. Analisis ini dapat
melibatkan berbagai metode penelitian dan teknik analisis yang sesuai dengan konteks
evaluasi.

5. Komunikasi Hasil Evaluasi: Hasil evaluasi harus dikomunikasikan dengan jelas kepada para
pemangku kepentingan (stakeholders). Komunikasi yang efektif dapat melibatkan penyajian
data dan temuan evaluasi dalam format yang mudah dipahami dan relevan bagi para pemangku
kepentingan.

6. Penggunaan Hasil Evaluasi: Hasil evaluasi harus digunakan untuk meningkatkan


perencanaan dan pengambilan keputusan kebijakan. Evaluasi yang efektif memberikan
masukan berharga bagi para pembuat kebijakan untuk memperbaiki kebijakan yang ada atau
merancang kebijakan yang lebih baik di masa depan.

Teori evaluasi Brewer dan DeLeon memberikan panduan yang penting untuk melaksanakan
evaluasi kebijakan publik yang efektif. Pendekatan ini menggarisbawahi pentingnya
pemahaman konteks kebijakan, pengumpulan data yang sistematis, analisis yang teliti, dan
komunikasi yang efektif dalam proses evaluasi.

Dari Perda Sampang No.7 tahun 2015 tentang Ketertiban Umum dan Ketertiban masyarakat
hingga saat kami selaku masyarakat melihat bahwa kebijakan tersebut berjalan dengan baik.
Dikeluarkannya kebijakan tersebut membuahkan hasil yang cukup memuaskan. Buktinya
hingga saat ini di daerah sampang seluruh tempat-tempat umum benar-benar dipergunakan
sebagaimana semestinya, mulai dari trotoar yang tidak di perbolehkan di gunakan untuk
berjualan, lalu taman-taman kota yang ditata dan dijaga sangat baik dll.

2.2 FAKTOR/INDIKATOR

Menurut Brewer dan DeLeon, ada beberapa faktor atau indikator yang mempengaruhi evaluasi
kebijakan. Berikut adalah beberapa faktor utama yang mereka sebutkan:

12
Konteks Kebijakan: Konteks kebijakan mencakup faktor-faktor sosial, politik, dan ekonomi

13
yang dapat mempengaruhi evaluasi. Misalnya, situasi politik yang tidak stabil atau perubahan
dalam preferensi masyarakat dapat berdampak pada hasil evaluasi kebijakan.

Tujuan dan Kriteria Evaluasi: Tujuan dan kriteria evaluasi yang ditetapkan sebelumnya akan
mempengaruhi bagaimana evaluasi dilakukan. Jika tujuan dan kriteria evaluasi tidak jelas atau
tidak relevan, hasil evaluasi mungkin tidak memberikan informasi yang bermanfaat untuk
pengambilan keputusan.

Sumber Daya yang Tersedia: Ketersediaan sumber daya, baik dalam hal anggaran, tenaga
kerja, atau teknologi, dapat mempengaruhi evaluasi. Keterbatasan sumber daya dapat
membatasi tingkat detail dan akurasi evaluasi yang dapat dilakukan.

Metode dan Pendekatan Evaluasi: Pilihan metode dan pendekatan evaluasi yang digunakan
juga mempengaruhi hasil evaluasi. Metode evaluasi dapat mencakup analisis statistik,
penelitian lapangan, wawancara, atau penggunaan data sekunder. Pemilihan metode yang tepat
akan mempengaruhi validitas dan reliabilitas evaluasi.

Partisipasi Pemangku Kepentingan: Keterlibatan pemangku kepentingan dalam proses evaluasi


dapat mempengaruhi hasil dan penerimaan evaluasi. Melibatkan pemangku kepentingan utama
seperti masyarakat terkena dampak kebijakan, kelompok penekan (advocacy group), atau
pembuat kebijakan dapat memberikan wawasan yang berharga dan meningkatkan legitimasi
hasil evaluasi.

Komunikasi Hasil Evaluasi: Cara hasil evaluasi disampaikan dan dikomunikasikan juga
mempengaruhi pengaruh dan penerimaan evaluasi. Komunikasi yang jelas, mudah dipahami,
dan relevan untuk pemangku kepentingan akan membantu hasil evaluasi diimplementasikan
dengan baik.

Perubahan Kebijakan: Reaksi dan respons terhadap hasil evaluasi kebijakan juga dapat
mempengaruhi evaluasi selanjutnya. Jika hasil evaluasi digunakan untuk membuat perubahan
kebijakan yang nyata, maka proses evaluasi berikutnya dapat mencerminkan pembelajaran dan
perbaikan dari kebijakan sebelumnya.

Faktor-faktor ini tidaklah eksklusif dan dapat saling berinteraksi dalam konteks evaluasi

14
kebijakan. Penting untuk mempertimbangkan faktor-faktor ini secara holistik untuk
memastikan evaluasi kebijakan yang lebih komprehensif dan berdampak.

Teori Brewer dan DeLeon sebenarnya tidak secara khusus membahas tentang ketertiban umum
dan ketertiban masyarakat. Namun, kita dapat menghubungkan konsep-konsep dalam teori ini
dengan isu-isu tersebut.

Teori Brewer dan DeLeon merupakan teori kebijakan publik yang mengemukakan bahwa
pembuatan kebijakan melibatkan interaksi antara aktor-aktor politik yang berbeda dan
melibatkan proses negosiasi serta konflik kepentingan. Teori ini memandang kebijakan publik
sebagai hasil dari proses politik yang kompleks dan melibatkan berbagai pihak yang beragam.

Ketika kita menerapkan teori ini pada ketertiban umum dan ketertiban masyarakat, dapat
dikatakan bahwa kebijakan yang berkaitan dengan isu-isu ini juga melibatkan interaksi antara
berbagai aktor yang berbeda. Misalnya, dalam konteks ketertiban umum, pihak yang terlibat
dapat mencakup lembaga penegak hukum, pemerintah daerah, kelompok masyarakat, dan
individu-individu yang terlibat dalam masalah keamanan dan kriminalitas.

Proses pembuatan kebijakan terkait ketertiban umum dan ketertiban masyarakat akan
mencerminkan negosiasi dan konflik antara berbagai pihak yang memiliki kepentingan yang
berbeda. Contohnya, dalam mengatasi masalah kejahatan di suatu daerah, proses pembuatan
kebijakan akan melibatkan polisi, lembaga hukum, organisasi masyarakat, dan mungkin juga
masyarakat umum. Setiap pihak akan mencoba mempengaruhi kebijakan yang dihasilkan
untuk melindungi dan mempromosikan kepentingan mereka.

Dalam konteks teori Brewer dan DeLeon, pemahaman mengenai ketertiban umum dan
ketertiban masyarakat dapat dipandang sebagai produk dari interaksi dan proses politik antara
berbagai aktor. Kebijakan dan tindakan yang dilakukan oleh pemerintah dan lembaga terkait
akan mencerminkan kompromi dan negosiasi di antara berbagai kepentingan yang ada.

Dalam teori Brewer dan DeLeon, tidak ada indikator spesifik yang mereka sebutkan untuk
evaluasi kebijakan terkait ketertiban umum dan ketertiban masyarakat. Namun, kita dapat
menggunakan beberapa indikator umum yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan
kebijakan dalam mencapai tujuan-tujuan terkait ketertiban tersebut. Berikut adalah beberapa

15
indikator yang dapat dipertimbangkan:

Tingkat kejahatan: Indikator ini mencakup angka kejahatan, seperti kasus pencurian,
perampokan, kekerasan, dan kejahatan lainnya. Evaluasi kebijakan dapat dilakukan dengan
membandingkan perubahan dalam tingkat kejahatan sebelum dan setelah penerapan kebijakan
tertentu.

Tingkat ketertiban: Indikator ini mencerminkan tingkat ketertiban dan keamanan masyarakat
secara umum. Dapat digunakan untuk melihat apakah kebijakan telah berhasil mengurangi
ketidakamanan dan meningkatkan tingkat ketertiban.

Respons publik: Evaluasi kebijakan juga dapat melibatkan pendapat dan persepsi masyarakat
terkait ketertiban umum dan ketertiban masyarakat. Survei, wawancara, atau pendekatan
partisipatif lainnya dapat digunakan untuk mendapatkan masukan dan tanggapan dari
masyarakat terhadap kebijakan yang telah diterapkan.

Kepuasan masyarakat: Indikator ini melibatkan tingkat kepuasan masyarakat terhadap


kebijakan dan tindakan yang dilakukan oleh pemerintah atau lembaga terkait. Hal ini dapat
melibatkan pengukuran tingkat kepercayaan masyarakat terhadap lembaga penegak hukum,
keberhasilan komunikasi antara pemerintah dengan masyarakat, dan tingkat partisipasi
masyarakat dalam upaya menjaga ketertiban.

Dampak sosial: Evaluasi kebijakan juga harus mempertimbangkan dampak sosial yang
dihasilkan. Indikator ini mencakup dampak kebijakan terhadap kesetaraan sosial, harmoni
antar etnis atau kelompok, serta kehidupan masyarakat secara keseluruhan.

Penting untuk dicatat bahwa indikator-indikator ini harus disesuaikan dengan konteks dan
tujuan kebijakan yang spesifik. Penggunaan indikator ini harus melibatkan pengumpulan data
yang akurat dan relevan, serta analisis yang komprehensif untuk mendapatkan pemahaman
yang lebih baik tentang dampak kebijakan terkait ketertiban umum dan ketertiban masyarakat.

16
BAB III

DATA SEKUNDER

3.1 Data Sekunder

ANALISIS EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS BIAYA PENERTIBAN


PEDAGANG KAKI LIMA (PKL)DI KABUPATEN SAMPANG
Nailah Aka Kusuma, Siti Lutvia
nailahakakusuma@gmail.com
Universitas Islam Madura

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efisiensi dan efektifitas biaya penertiban
pedagang kaki lima (PKL) di Kabupaten Sampang. Variabel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah kuantitatif deskriptif. Populasi dalam penelitian adalah pasar srimangunan
kabupaten sampang, pengambilan sampel dalam penelitian ini dari salah satu tempat
Pedagang Kaki Lima (PKL) yang berada disekitar pasar Srimangunan. Analisis data
yang digunakan adalah membandingkan biaya penertiban PKL dengan Pendapatan
Retribusi pasar setelah adanya penertiban dari tahun 2015-2017. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa dengan adanya penertiban PKL di Kabupaten Sampang mampu
meningkatkan pendapatan retribusi pasar. Dari pencapaian tingkat efiseinsi mengalami
penurunan ditahun 2016 dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 58,60% menjadi
48,28%, namun pada tahun 2017 mengalami kenaikan menjadi 49,19%. Sedangkan
efektifitasnya juga mengalami kenaikan sebesar 106,84% di tahun 2016 dan 119,22% di
tahun 2017.

EFEKTIVITAS PENEGAKAN HUKUM ADMINISTRASI TERHADAP IZIN LINGKUNGAN


TERKAIT USAHA TOKO MODERN DI KABUPATEN SAMPANG
Banie Ageng Salasati (S1 Ilmu Hukum, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri
Surabaya) lalasalasatibas@yahoo.co.id
Hananto Widodo,S.H.,M.H (S1 Ilmu Hukum, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri
Surabaya) hanantowidodd@unesa.ac.id

17
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan pada pasal 2, setiap
usaha dan/ kegiatan yang wajib Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) dan UKL-
UPL wajib memiliki izin lingkungan. Pada faktanya pelaksanaan di lapangan tidak selalu
seperti yang diharapkan pembuat peraturan perundang - undangan. Salah satunya pelaku usaha
toko modern di Kabupaten Sampang yang merupakan usaha yang wajib UKL-UPL terbukti
masih banyak tidak memiliki Rekomendasi UKL-UPL/ Persetujuan SPPL yang dikeluarkan
oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota setempat. Tujuan penelitian ini untuk
menganalisis efektivitas penegakan hukum administrasi terhadap izin lingkungan terkait usaha
toko modern serta menganalisis kendala yang dihadapi dalam melaksanakan penegakan hukum
administrasi terhadap izin lingkungan terkait usaha toko modern di Kabupaten Sampang

3. 2 Indikator
Dari kedua Artikel di atas jika di sambungkan dengan PERDA Sampang No.7 tahun 2015
sama- sama merupakan kebijakan yang tujuannya untuk menertibkan Tempat umum dan
menertibkan masyarakat yang mana jika dilihat dari pembenahan dalam melaksanakan
kegiatan penertiban perlu di evaluasi secara serius melibatkan Dinas-dinas terkait sehingga
peraturan pemerintah daerah dapat terlaksana dengan baik, pencapaian target retribusi terus
meningkat, keindahan,kerapian dan kebersihan daerah mudah terkontrol, serta proses
pembangunan berjalan dengan lancar.

Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah di kabupaten sampang yaitu diterbitkannya izin
lingkungan untuk memberikan perlindungan terhadap lingkungan hidup yang lestari dan
berkelanjutan, meningkatkan upaya pengendalian usaha dan/atau kegiatan yang berdampak
negatif pada lingkungan hidup, memberikan kejelasan prosedur, mekanisme dan koordinasi
antar instansi dalam penyelenggaraan perizinan untuk usaha dan/atau kegiatan, serta
memberikan kepastian hukum pada usaha dan/atau kegiatan. Sehingga menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya dapat memberi informasi yang luas dan
mendalam mengenai dampak lingkungan yang mungkin terjadi dari suatu rencana usaha
dan/atau kegiatan tersebut. Sehingga informasi tersebut maka pengambil keputusan dapat
mempertimbangkan dan menetapkan apakah suatu rencana usaha dan/atau kegiatan itu layak,
tidak layak, disetujui, atau ditolak, sehingga Izin lingkungan dapat diterbitkan

18
BAB IV
KESIMPULAN

Seuai PERDA No. 7 tahun 2015 yaitu menggunakan Teori evaluasi yang
dikemukakan oleh Brewer dan DeLeon, Menurutnya Teori Evaluasi adalah salah
satu pendekatan yang digunakan untuk memahami dan menganalisis proses evaluasi
kebijakan publik.
Menurut Brewer dan DeLeon, evaluasi kebijakan publik adalah proses sistematis
untuk menilai dan mengevaluasi efektivitas, efisiensi, dan dampak kebijakan publik.
Tujuan dan Kriteria Evaluasi yang Jelas: Evaluasi harus memiliki tujuan yang jelas
dan kriteria evaluasi yang ditentukan sebelumnya.
Analisis dan Interpretasi Data: Data yang dikumpulkan harus dianalisis dengan hati-
hati dan diinterpretasikan untuk memahami efektivitas dan efisiensi kebijakan.
Komunikasi yang efektif dapat melibatkan penyajian data dan temuan evaluasi
dalam format yang mudah dipahami dan relevan bagi para pemangku kepentingan.
Evaluasi yang efektif memberikan masukan berharga bagi para pembuat kebijakan
untuk memperbaiki kebijakan yang ada atau merancang kebijakan yang lebih baik di
masa depan.
Teori evaluasi Brewer dan DeLeon memberikan panduan yang penting untuk
melaksanakan evaluasi kebijakan publik yang efektif.
Pendekatan ini menggarisbawahi pentingnya pemahaman konteks kebijakan,
pengumpulan data yang sistematis, analisis yang teliti, dan komunikasi yang efektif
dalam proses evaluasi. Metode dan Pendekatan Evaluasi: Pilihan metode dan
pendekatan evaluasi yang digunakan juga mempengaruhi hasil evaluasi.
Jika hasil evaluasi digunakan untuk membuat perubahan kebijakan yang nyata, maka
proses evaluasi berikutnya dapat mencerminkan pembelajaran dan perbaikan dari
kebijakan sebelumnya.
Teori Brewer dan DeLeon merupakan teori kebijakan publik yang mengemukakan
bahwa pembuatan kebijakan melibatkan interaksi antara aktor-aktor politik yang
berbeda dan melibatkan proses negosiasi serta konflik kepentingan.
Ketika kita menerapkan teori ini pada ketertiban umum dan ketertiban masyarakat,
dapat dikatakan bahwa kebijakan yang berkaitan dengan isu-isu ini juga melibatkan
interaksi antara berbagai aktor yang berbeda. Misalnya, dalam konteks ketertiban

19
umum, pihak yang terlibat dapat mencakup lembaga penegak hukum, pemerintah
daerah, kelompok masyarakat, dan individu-individu yang terlibat dalam masalah
keamanan dan kriminalitas. Proses pembuatan kebijakan terkait ketertiban umum
dan ketertiban masyarakat akan mencerminkan negosiasi dan konflik antara berbagai
pihak yang memiliki kepentingan yang berbeda. Kebijakan dan tindakan yang
dilakukan oleh pemerintah dan lembaga terkait akan mencerminkan kompromi dan
negosiasi di antara berbagai kepentingan yang ada.
Dalam teori Brewer dan DeLeon, tidak ada indikator spesifik yang mereka sebutkan
untuk evaluasi kebijakan terkait ketertiban umum dan ketertiban masyarakat.
Penggunaan indikator ini harus melibatkan pengumpulan data yang akurat dan
relevan, serta analisis yang komprehensif untuk mendapatkan pemahaman yang
lebih baik tentang dampak kebijakan terkait ketertiban umum dan ketertiban
masyarakat.

20
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Muhammad Sawir, S. M. (2020). Birokrasi Pelayanan Publik. Konsep, Teori, dan Aplikasi.

Yogyakarta: deepublish.
Kamaluddin, F. R. (2018). Sejarah Perkembangan Birokrasi Klasik dan Kontemporer. Makassar:
Universitas Muhammadiyah Makassar.

Dr. Drs. H. Zainul Djumadin, M.Si. (2018). Birokrasi dan Politik pada Era
Pemerintahan Orde Baru di Indonesia. Jakarta Selatan : LPU-UNAS.
Ade Sanjaya. (2015). Jurnal Biaya Operasional dan Perencanaan Anggaran.
Yuniati (2015). Analisis Efisiensi dan Efektivitas Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa(APBDesa) Argodadi Kecamatan Sedayau Kabupaten Bantul. Jurnal ISBN Seminar
Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2015.

21

Anda mungkin juga menyukai