Anda di halaman 1dari 15

KEBIJAKAN PUBLIK YANG MENGANDUNG PARTISIPASI DAN

ASPIRASI WARGA NEGARA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Etika Administrasi Negara


Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Amuntai

Oleh:
Lokal/Semester : 3 H Reguler
Kelompok : 2
Anggota :
A, Ridhani : 18.20.06377
M. Riza Al Madani : 18.20.06391
M. Solihin : 18.20.06392

SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI


STIA AMUNTAI
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan

karunia yang dilimpahkan sehingga tugas dengan judul “KEBIJAKAN PUBLIK

YANG MENGANDUNG PARTISIPASI DAN ASPIRASI WARGA NEGARA”

dapat diselesaikan dengan baik dan lancar.

Dalam proses penyusunan tugas ini, kami telah banyak mendapatkan

bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memudahkan dalam penyelesaian

tugas ini tepat pada waktunya.

Peneliti menyadari bahwa penyusunan tugas ini belum sempurna, oleh

karenanya dengan segala kerendahan hati serta berterima kasih atas segala saran

ataupun masukan demi kesempurnaan hasil tugas ini. Akhirnya kami

mengharapkan semoga laporan tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Amien.

Amuntai, 8 November 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................2
C. Tujuan..............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Pengertian Kebijakan Publik.....................................................................3
B. Kedudukan Warga Negara menurut UUD 1945.......................................4
C. Pentingnya Partisipasi Masyarakat dalam Perumusan Kebijakan Publik. 5
D. Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat.....................................................6
E. Konsekuensi Tidak Aktifnya Masyarakat.................................................7
F. Perilaku Partisipasi Masyarakat....................................................................9
BAB III..................................................................................................................11
A. Kesimpulan..............................................................................................11
B. Saran........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebijakan publik pada dasarnya dibuat oleh pemerintah untuk mengatur

kepentingan masyarakat. Oleh karena itu dalam perumusan dan penetapannya

harus selalu mengikutsertakan masyarakat. Partisipasi masyarakat merupakan

salah satu unsur yang harus diperhatikan oleh pemerintah.

Partisipasi masyarakat dapat menunjukkan tingkat dukungan masyarakat

terhadap kebijakan publik. Dengan adanya partisipasi masyarakat yang tinggi

maka kebijkan publik yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah selalu

berpihak kepada kepentingan masyarakat, sesuai dengan dasar negara

Pancasila dan UUD 1945 serta tidak menyimpang dari peraturan perundang-

undangan.

Bentuk partisipasi masyarakat yang positif terhadap pemerintah daerah

dapat diwujudkan melalui berbagai bentuk kegiatan, antara lain;

a. Menyampaikan aspirasi dengan cara santun kepada pemerintah daerah.

b. Mematuhi dan melaksanakan peraturan daerah.

c. Melaksanakan kegiatan keamanan dan ketertiban lingkungan.

d. Membayar pajak bumi dan bangunan.

e. Menjaga kelestarian lingkungan hidup.

Perlu kita sadari bahwa setelah kebijakan publik terbentuk seringkali tidak

sesuai dengan harapan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Hambatan-

hambatan tidak dapat berjalannya kebijakan publik yang terjadi dalam

1
masyarakat kadangkala berasal dari masyarakat sendiri. Mengapa demikian?

Hambatan-hambatan bisa disebabkan karena rendahnya kesadaran hukum di

kalangan masyarakat untuk melaksanakan kebijakan publik.

Partisipasi masyarakat terhadap pelaksanaan kebijakan publik merupakan

proses dan wujud partisipasi politik masyarakat dalam kehidupan kenegaraan.

Tingkat kesadaran hukum dan kesadaran masyarakat dalam berpartisipasi

mempengaruhi kebijakan publik. Semakin tinggi kesadaran hukum dan

kesadaran masyarakat melaksanakan kebijakan publik semakin besar sifat

membangun dan tanggung jawab. Sebaliknya apabila kesadaran hukum dan

kesadaran masyarakat masih rendah dapat melahirkan kebijakan publik yang

bersifat merusak dan kurang bertanggung jawab.

Setiap kebijakan publik yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah

diupayakan mendapatkan dukungan masyarakat. Partisipasi masyarakat

terhadap kebijakan publik dapat dilakukan melalui empat macam cara, yaitu:

pada tahap proses pembuatan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, pemanfaatan

hasil, dan tahap evaluasi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu kebijakan publik ?

2. Bagaimanakah partsipasi masyarakat dalam perumusan kebijakan publik ?

C. Tujuan

1. Menjelaskan tentang pengertian publik.

2. Memberikan penjelasan Bagaimanakah partsipasi masyarakat dalam

perumusan kebijakan publik.

2
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Kebijakan Publik

Kebijakan publik adalah setiap sikap atau keputusan yang dibuat oleh

pejabat atau lembaga yang berwenang dalam berbagai bidang yang

menyangkut kepentingan atau berpengaruh pada masyarakat secara umum.

Untuk menambah wawasan, berikut ini ada beberapa definisi yang

disampaikan oleh para ahli di antaranya :

a. Dye : kebijakan publik adalah apapun yang pemerintah pilih untuk

melakukan atau tidak melakukan.

b. Edwar : kebijakan publik adalah apa yang pemerintah katakan dan lakukan

atau tidak dilakukan. Kebijakan merupakan serangkaian tujuan dan sasaran

dari program-program pemerintah.

c. Anderson : kebijakan publik adalah serangkaian tindakan yang mempunyai

tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh pelaku atau sekelompok

pelaku guna memecahkan masalah tertentu.

d. Kartasasmita : kebijakan publik adalah upaya untuk memahami dan

mengartikan

(1) apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh pemerintah mengenai suatu

masalah,

(2) apa yang menyebabkannya,

(3) apa pengaruhnya.

3
Tujuan penerapan kebijakan publik ialah agar sesuatu yang telah

digariskan tersebut bukan hanya sekedar bersifat abstrak belaka, namun harus

menjadi sesuatu yang direalisasikan dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara. Pelaksanaan kebijakan publik akan melibatkan

berbagai komponen, seperti manusia, dana dan sarana serta prasarananya.

Sosialisasi kebijakan publik dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai

media, baik media manual/cetak maupun elektronik.

B. Kedudukan Warga Negara menurut UUD 1945

Warga negara adalah setiap orang yang berdasarkan peraturan

perundang-undangan merupakan anggota dari suatu negara. Menjadi warga

negara berarti memiliki ikatan dengan suatu negara. Warga negara Indonesia

adalah seseorang yang memiliki ikatan secara hukum dengan negara

Indonesia. Dalam pasal 26 ayat (1) UUD 1945 ditegaskan, “Yang menjadi

warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa

lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara”.

Sebagai WNI, maka seseorang terikat dan harus tunduk terhadap

hukum yang berlaku di Indonesia serta memiliki hak dan kewajiban sesuai

dengan ketentuan hukum Indonesia dimana pun orang tersebut tinggal. Hal ini

sebagaimana ditegaskan dalam pasal 27 ayat (1) UUD 1945 bahwa, “Segala

warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan

dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada

kecualinya”. Ini berarti setiap warga negara Indonesia mempunyai kedudukan

dan kewajiban yang sama hal bidang hukum dan pemerintahan.

4
Dengan demikian jelas, bahwa setiap warga negara Indonesia

mempunyai hak dan kewajiban dalam bidang pemerintahan. Oleh karena itu

partisipasi masyarakat sangat penting artinya, baik dalam hal perumusan

maupun pelaksanaan dan pengawasan berbagai kebijakan pemerintah.

C. Pentingnya Partisipasi Masyarakat dalam Perumusan Kebijakan Publik

Salah satu tujuan dikeluarkannya kebijakan otonomi daerah adalah

untuk memberdayakan masyarakat dan meningkatkan peran sertanya dalam

pembangunan daerahnya. Ini mengandung makna bahwa setiap anggota

masyarakat diberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk berpartisipasi

dalam pengelolaan dan pembangunan daerahnya masing-masing. Partisipasi

masyarakat ini dapat dimulai sejak pemilihan aparatur pemerintah di daerah,

baik pemilihan pejabat eksekutif daerah seperti gubernur, bupati atau walikota

maupun pemilihan anggota legislatif daerah atau anggota DPRD. Selanjutnya

peran serta masyarakat dapat diwujudkan pula dalam perumusan, pelaksanaan

dan pengawasan berbagai kebijakan publik di daerah. Partisipasi masyarakat

dalam perumusan kebijakan publik sangatlah penting, karena dengan adanya

partisipasi tersebut akan memberikan dampak positif, antara laian :

a. Masyarakat akan turut merasa bertanggung-jawab terhadap berbagai

kebijakan publik yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah setempat, karena

mereka merasa terlibat dalam perumusannya.

b. Mendorong masyarakat untuk ikut serta secara aktif dalam merealisasikan

berbagai kebijakan publik yang telah dirumuskan.

5
c. Mendorong pihak eksekutif dan legislatif daerah yaitu Pemerintah Daerah

dan DPRD untuk bersikap terbuka, dalam arti bersedia mewadahi,

memfasilitasi, mau mendengar, menampung dan merumuskan berbagai

masukan dari masyarakat dalam perumusan berbagai kebijakan publik di

daerah.

d. Berbagai rumusan kebijakan publik di daerah akan sesuai dengan aspirasi

yang berkembang di masyarakat, sehingga dalam pelaksanaannya akan

mendapat dukungan positif dari masyarakat.

D. Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat

Bentuk partisipasi masyarakat dalam perumusan kebijakan publik dapat

dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Bentuk partisipasi masyarakat

yang bersifat tidak langsung yakni dengan cara penentuan sikap dalam

pemilihan Pemerintah Daerah (Gubernur, Bupati atau Walikota) dan

pemilihan anggota DPRD. Dalam hal ini setiap anggota masyarakat harus

benar-benar teliti dalam menentukan sikap atau pilihannya, karena secara

formal Pemerintah Daerah dan DPRD-lah yang memiliki otoritas untuk

merumuskan berbagai kebijakan. Sedangkan partisipasi masyarakat secara

langsung bisa dilakukan dalam bentuk memberikan berbagai kritis, saran,

pendapat dan masukan lain kepada Pemerintah Daerah dan DPRD dalam

rangka perumusan berbagai kebijakan publik. Penyampaian berbagai masukan

itu bisa dilakukan secara lisan atau pun tertulis, baik secara individual maupun

kelompok, serta dapat melalui media masa, organisasi kemasyarakatan, dan

6
partai politik. Dalam hal ini berbagai bentuk partisipasi masyarakat dalam

perumusan kebijakan publik dalam prakteknya harus benar-benar

memperhatikan etika dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dengan demikian, partisipasi masyarakat akan benar-benar berdampak positif

dan tidak menimbulkan hal-hal yang akan merugikan kepentingan dan

ketertiban umum. Partisipasi masyarakat dalam perumusan kebijakan publik

dapat menyangkut berbagai bidang kebijakan, seperti dalam bidang politik,

ekonmi, sosial, pendidikan, budaya, pariwisata, pemuda dan olahraga serta

pertahanan dan keamanan.

E. Konsekuensi Tidak Aktifnya Masyarakat

Kebijakan otonomi daerah bertujuan untuk memberdayakan masyarakat dan

pengembangan pembangunan daerah sesuai dengan kebutuhan, kondisi dan

sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Oleh karena itu

apabila masyarakat di daerah tidak ikut aktif dalam perumusan kebijakan

publik di daerahnya akan menimbulkan beberapa masalah, antara lain :

a. Kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Daerah akan tidak sesuai dengan

aspirasi dan kebutuhan/kepentingan masyarakat secara menyeluruh.

b. Kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Daerah tidak akan tepat sasaran,

sehingga akan menghambat proses pembangunan daerah.

c. Tidak akan terbina kerjasama yang baik antara Pemerintah Daerah dengan

masyarakat, sehingga kebijakan terbaik sekalipun tidak dapat dilaksanakan

dengan lancer.

7
d. Tidak menutup kemungkinan akan timbul penolakan dari masyarakat itu

sendiri terhadap kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Daerah, karena

dirasakan tidak sesuai dengan aspirasi mereka.

e. Kebijakan publik berpeluang hanya akan menguntungkan kelompok atau

golongan tertentu saja.

f. Kebijakan publik dapat dimanfaatkan oleh oknum-oknum yang tidak

bertanggung-jawab.

Ketidak-aktifan masyarakat dalam perumusan berbagai kebijakan publik di

daerah pada dasarnya akan merugikan pihak masyarakat itu sendiri secara

keseluruhan. Pembangunan daerah yang semestinya untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat menjadi tidak efektif, bahkan membuat masyarakat

kehilangan berbagai hal yang biasanya bermanfaat bagi mereka. Begitu pula

ketidak-aktifan masyarakat dalam perumusan kebijakan publik akan sangat

merugikan pihak Pemerintah Daerah, dimana berbagai kebijakan dan program

pemerintah daerah tidak akan mendapat penerimaan dan dukungan positif dari

masyarakatnya, sehingga akan menghambat kesuksesan peran Pemerintah

Daerah itu sendiri.

6. Faktor Penyebab Tidak Aktifnya Masyarakat dalam Perumusan Kebijakan

Publik Ada beberapa hal yang menyebabkan masyarakat tidak berperan aktif

dalam perumusan, pelaksanaan dan pengawasan berbagai kebijakan publik di

daerahnya, antara lain :

a. Tidak ada pengetahuan tentang tempat atau wadah untuk menyalurkan

aspirasi masyarakat.

8
b. Tidak adanya kemauan dari masyarakat terhadap perkembangan dan

perubahan yang terjadi.

c. Kurangnya informasi tentang kebijakan yang akan dirumuskan dan

pelaksanaan pembangunan di daerahnya.

d. Adanya keinginan untuk mempertahankan keadaan semula demi

kepentingan pribadi atau kelompoknya.

e. Adanya kekhawatiran bahwa penyaluran aspirasi tersebut tidak akan

diterima oleh pemerintah daerah atau DPRD.

f. Tidak adanya sikap keterbukaan dan kurangnya sosialisasi dari Pemerintah

Daerah dan DPRD.

F. Perilaku Partisipasi Masyarakat

dalam Melaksnakan Kebijakan Publik di Daerah Masyarakat dapat

menunjukkan perilaku positif dalam partisipasinya terhadap pelaksanaan

kebijakan publik di daerahnya. Partisipasi masyarakat tersebut tentu akan

sangat beragam dan bervariasi sesuai dengan kedudukan dan kemampuannya

masing-masing. Perilaku partisipasi masyarakat tersebut antara lain dapat

berupa :

a. Ikut mensosialisasikan berbagai kebijakan publik di daerahnya.

b. Memberikan sikap positif dan dukungan moril terhadap pelaksanaan

berbagai kebijakan publik.

c. Bersedia berkorban untuk kepentingan pelaksanaan berbagai kebijakan

publik di daerahnya.

9
d. Turut bertanggung-jawab dan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan

berbagai kebijakan publik di daerahnya.

e. Turut serta secara langsung dalam proses pelaksanaan berbagai kebijakan

publik di daerahnya.

10
BAB III

A. Kesimpulan

Dari pemaparan Bab sebelumnya maka penulis dapat memberikan

kesimpulan sebagai berikut, Masyarakat dapat menunjukkan perilaku positif

dalam partisipasinya terhadap pelaksanaan kebijakan publik di daerahnya.

Partisipasi masyarakat tersebut tentu akan sangat beragam dan bervariasi

sesuai dengan kedudukan dan kemampuannya masing-masing. Perilaku

partisipasi masyarakat tersebut antara lain dapat berupa :

a. Ikut mensosialisasikan berbagai kebijakan publik di daerahnya.

b. Memberikan sikap positif dan dukungan moril terhadap pelaksanaan

berbagai kebijakan publik.

c. Bersedia berkorban untuk kepentingan pelaksanaan berbagai kebijakan

publik di daerahnya.

d. Turut bertanggung-jawab dan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan

berbagai kebijakan publik di daerahnya.

e. Turut serta secara langsung dalam proses pelaksanaan berbagai kebijakan

publik.

G. Saran

Kita berharap agar di Indonesia dapat memanfaatkan pendapat masyarakat

sebagai masukan dalam memperkaya kebijakan maupun keputusan yang akan

dihasilkan. Untuk itu, diperlukan keseriusan pemerintah dan parlemen melalui

kebijakan pengelolaan pendapat publik agar berjalan efektif, optimal dan

tentunya bermanfaat dalam meningkatkan kualitas kebijakan.

11
DAFTAR PUSTAKA

ST. Munadjat Dasaputro, 1980, Wawasan Nusantara (dalam Implementasi &

Implikasi hukumnya), Buku II, Alumni, Bandung.

Sanit, Arbi, 1998, Reformasi Politik, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Sekretariat Jendral MPR, 2004, Undang-Undang Dasar 1945 dengan

Amandemen, Jakarta.

Soehino, SH., 1980, Ilmu Negara, Liberti, Yogyakarta.

Soemarwoto, Otto, 1992, Indonesia Dalam Kancah Isu Lingkungan Global,

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

12

Anda mungkin juga menyukai