Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

“Partai Politik Dalam Akuntansi Sektor Publik”

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH

Dr. Nasrullah Dalli, SE., M.Si., Ak., CA

DISUSUN OLEH (KELOMPOK 5)

ARTAWAN B1C119007

FIRDAYANTI B1C119016

LA DINO B1C119022

MUSTIKA NORANTI B1C119033

NUR HIKMAH B1C119036

NUR REZKI ANI B1C119037

NURUL IFTITAH NUKDIN B1C119040

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HALUOLEO

2021

i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Partai Politik dalam
Akuntansi Sektor Publik”, ini tepat pada waktunya.

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah memenuhi tugas dosen pada mata kuliah
“Akuntansi Sektor Publik”. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Perlindungan Konsumen bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Nasrullah Dalli, SE., M.Si., Ak.,
CA. Selaku dosen yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuanya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.

Kendari, November 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................................4
A. Demokrasi, Politik, Dan Sistem Partai Politik.......................................................................4
B. Karakteristik Partai Politik....................................................................................................6
C. Akuntabilitas Partai Politik....................................................................................................9
D. Peran dan Fungsi Akuntansi dalam Lingkungan Partai Politik........................................10
E. PSAK Nomor 45 dalam Pelaporan Keuangan Partai Politik.............................................11
BAB III PENUTUP...........................................................................................................................14
A. Kesimpulan............................................................................................................................14
B. Saran.......................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karakter utama partai politik adalah faktor kekuasaan yang
dimilikinya dan perannya dalam mewakili rakyat. Tujuan akhir dari partai
politik adalah mendapatkan mandat darikonstituennya untuk memegang
kekuasaan melaluipemilihan umum (pemilu). Keberhasilan suatu partai
politik diukur dengan banyaknya jumlah suara yang direbutnya melalui
pemilu. Upaya untuk mendapatkan suara pemilih, partai akan menjual
programnya dan kandidat-kandidatnya kepada pemilih lewat kegiatan
kampanye. Pada saat kampanye, banyak sekali janji janji yang diberikan
partai sehingga agar pemilih percaya bahwa partai dialah yang terbaik dan
berhak memegang kekuasaan negara.
Apabila menang maka ada dua jalur kekuasaan yang dipegang
partai politik, yaitu jalur pengambil keputusan (eksekutif) dan jalur
pembuat kebijakan (legislatif). Dari kedua jalur inilah partai politik dapat
membuat suatu keputusan dengan mengatasnamakan rakyat. Setiap
keputusan yang dibuat oleh partai politik akan memiliki dampak yang sangat
luas terhadap harkat hidup orang banyak. Dengan demikian partai politik
harus sangat berhati-hati dalam setiap gerak langkahnya dan harus
memastikan bahwa setiap tindakan yang dilakukan adalah demi
masyarakat banyak, bebas dari politik uang dan pengaruh kelompok
kepentingan (vested interestgroup).
Undang-undang Nomor 2 tahun 2011 tentang Partai Politik telah
mengatur soal sumber dana, pengelolalan dan pertanggungjawaban
keuangan parpol. Di antaranya pasal 34 yang menyebutkan bahwa sumber
dana dan pengeluaran yang berasal dari APBN/ APBD wajib diaudit oleh
Badan Perencana Keuangan (BPK). Selain itu, dalam pasal 39 disebutkan
soal pengeolalan keuangan parpol harus diselenggarakan secara transparan
dan akuntabel, yaitu dengan dilakukannya audit dari akuntan publik dan
diumumkan secara periodik. Dengan demikian, semestinya masyarakat luas
memiliki akses yang mudah untuk mengetahui pengelolaan keuangan dalam
suatu parpol, mengingat sebagian dari sumber dana tersebut berasal dari

1
APBN/ APBD. Namun pada kenyataannya, pelaporan keuangan itu masih
dilakukan setengah hati, jika tidak ditutup-tutupi.
Laporan keuangan yang dihasilkan, bisa dilihat apakah ada
sumbangan-sumbangan yang berasal dari kelompok-kelompok tertentu
dengan jumlah yang sangat besar. Juga kita bisa melihat dari penggunaan
dananya, apakah cukup mewakili penerimaan dana “resmi” ataukah
ada penerimaan-penerimaan khusus yang tidak tercatat.
Partai politik memiliki peran fundamental dalam masyarakat
demokrasi. Mereka menjadi perantara antara masyarakat dan pemerintah.
Sebagai organisasi yang hidup di tengah masyarakat, partai politik
menyerap, merumuskan, dan mengagregasi kepentingan masyarakat.
Sedangkan sebagai organisasi yang menempatkan kader-kadernya di
lembaga legislatif maupun eksekutif, partai politik menyampaikan dan
mendesakkan kepentingan masyarakat (Supriyanto dan Wulandari,
2012). Apalagi dengan di mulainya era reformasi yang menandai terbukanya
keran demokrasi membuat masyarakat begitu larut dalam eforia demokrasi.
Mereka memberikan ekspektasi yang besar pada partai politik untuk
memperjuangkan haknya, setelah selama kurang lebih 32 tahun terkukung
dalam rezim “orde baru” yang represif.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari demokrasi, politik, dan sistem partai politik?
2. Bagaimana karakteristik dari partai politik?
3. Bagaimana akuntabilitas parati politik?
4. Apa peran dan fungsi akuntansi dalam lingkungan partai politik?
5. Bagaimana penjelasan PSAK Nmoro 45 dalam pelaporan keuangan partai
politik?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk menjawab
rumusan masalah yang ada diatas, yaitu diantaranya sebagai berikut:
1. Untuk dapat mengetahui pengertian dari demokrasi, politik, dan sistem partai
politik.

2
2. Untuk dapat mengetahui karakteristik dari partai politik.
3. Untuk dapat mengetahui akuntanbilitas partai politik.
4. Untuk dapat mengetahui peran dan fungsi akuntansi dalam lingkungan partai
politik.
5. Untuk dapat mengetahui penjelasan PSAK Nmoro 45 dalam pelaporan
keuangan partai politik.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Demokrasi, Politik, Dan Sistem Partai Politik
Demokrasi secara etimologis berasal dari dua kata dari bahasa
Yunani, yakni demos yang berarti rakyat dan kratos yang bermakna
pemerintahan. Istilah demokrasi sebenarnya diperkenalkan pertama kali
oleh Aristoteles. Beliau menginterpretasikan demokrasi sebagai suatu
bentuk pemerintahan, yakni pemerintahan yang menggariskan bahwa
kekuasaan berada di tangan orang banyak atau dalam hal ini berarti rakyat.
Kemudian Abraham Lincoln dal am pidato Gettysburg-  nya mendefinisikan
demokrasi sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat
(Lansford, 2007). Oleh karena itu, rakyat memiliki hak, kesempatan, dan
suara yang sama dalam mengatur kebijakan pemerintah.
Kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat merupakan suatu bentuk
keniscayaan dalam konsep demokrasi modern sekarang ini, karena bentuk
demokrasi yang berlaku di setiap Negara adalah demokrasi tidak langsung.
Konsekuensinya rakyat melalui pemilihan umum memilih wakilnya untuk
menyampaikan pendapat dan mengambil keputusan bagi mereka (Lansford,
2007). Sehingga, demokrasi diperlukan agar segala hal yang dilakukan
pemerintah itu dapat mengarah pada kepentingan rakyat dan upaya untuk
mewujudkan kesejahteraan rakyat, pemenuhan hak rakyat, serta keadilan
sosial.
Konsep lain yang dekat dengan demokrasi adalah ilmu politik. Menurut
Brendan O’Leary (2000), ilmu politik merupakan disiplin akademis,
dikhususkan pada penggambaran, penjelasan, analisis, dan penilaian yang
sistematis mengenai politik (kebijakan) dan kekuasaan. Sehingga ilmu
politik adalah kajian tentang Negara, tujuan-tujuan Negara dan lembaga-
lembaga yang akan melaksanakan tujuan-tujuan itu, hubungan antara
Negara dengan warga Negara serta dengan Negara-negara lain (Barents,
1965). Berkenaan dengan lembaga-lembaga pelaksana tujuan tersebut,
prinsip yang cukup mapan, diakui, dan diterapkan oleh banyak Negara
adalah prisnsip Trias Politica. Berdasarkan prinsip ini, kekuasaan politik
Negara dibedakan atas tiga, yakni: eksekutif (lembaga yang menjalankan

4
undang-undang/regulasi), legislatif (lembaga yang membuat undang- undang),
dan yudikatif (lembaga yang memiliki kekuasaan untuk mengadili).
Secara normatif, politik sendiri harusnya oleh lembaga-lembaga
Negara (lihat kembali penjelasan di atas) digunakan untuk memenuhi
kepentingan rakyat dan mewujudkan tujuan Negara yang mengarah pada
upaya mewujudkan kesejahteraan rakyat, pemenuhan hak dasar rakyat, dan
keadilan sosial. Namun pada kenyataanya, perilaku lembaga tersebut (baca:
wakil rakyat) mengarah pada upaya memenuhi kepentingannya sendiri beserta
kroni-kroninya sehingga tidak ayal perilaku korupsi, kolusi, dan nepotisme
(KKN) membudaya, mengakar, dan menjadi penyakit yang akut. Hal tersebut
dibuktikan dengan banyaknya kasus KKN di negeri ini, misalnya: kasus
hambalang, kasus wisma atlet, kasus korupsi di departemen keuangan,
kasus suap pemilihan deputi gubernur senior BI (check pelawat Miranda
Gulhtom), dll. Tidak heran jika indeks persepsi korupsi di Indonesia masih
rendah yakni 2,8 pada tahun 2009 (hasil survei Transparency International;
BPKP, 2010).
Oleh karena itu, akuntabilitas publik menjadi hal yang begitu urgen
dalam menjaga tegaknya pilar demokrasi. Namun patut disayangkan, tidak
banyak riset pada sektor publik Indonesia terutama berkaitan dengan area
akuntabilitas publik. Padahal riset sangat dibutuhkan dalam rangka
memberikan pengawasan bekerjanya lembaga Negara dan memberikan
feed-back bagi lembaga-lembaga tersebut untuk terus memperbaiki kinerjanya
sesuai dengan fungsi masing- masing lembaga (ongoing performance
Management ). Riset hanya beberapa saja, misalnya dikenal dan
dipublikasikannya riset dengan judul:  Performance Accountability in
Indonesian Government: A Symbolic Conformity  serta Akuntabilitas dan
Pengukuran Kinerja Pemerintah Daerah (oleh Akbar, dkk., 2012 dan
Akbar, 2009).
Kemudian, berkenaan dengan parpol sudah cukup lama para ilmuwan
politik menyatakan bahwa partai politik merupakan pilar dari kehidupan
politik yang demokratis. Keberadaannya menjamin terselenggaranya prinsip-
prinsip dasar kehidupan yang demokratis (Bryce, 1921: Ismawan, 2004). Di
Indonesia sendiri, semenjak bergulirnya reformasi 1997/1998 menunjukkan
tendensi penguatan pola demokrasi. Hal tersebut ditandai dengan pergeseran

5
dari sistem partai “tiga- partai” (Golkar, PDIP, dan PPP), menjadi sistem
multi-partai kompleks. Menjelang pemilihan umum tahun 1999, tercatat ada
168 partai politik yang ingin berpartisipasi, 48 partai berhak ikut dalam
pemilihan umum, dan hanya 5 partai mendapat suara signifikan (API, 1999;
Ismawan, 2004). Menjelang pemilihan umum 2004, tercatat 264 partai
didirikan, 24 diantaranya menjadi kontestan resmi, dan hanya 7 partai
mendapat suara signifikan serta untuk pemilu 2009 diikuti oleh 38 parpol
nasional dan 6 parpol lokal Aceh (KPU, 2004 dan 2009). Sementara itu,
untuk sementara ini ada 16 parpol yang lolos verifikasi administrasi oleh
KPU untuk menjadi peserta pemilu 2014 (KPU, 2012).

B. Karakteristik Partai Politik


Partai Politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk
oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar
kesamaan kehendak dan cita-citauntuk memperjuangkan dan membela
kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan
Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (pasal 1 UU
2/2011).
Tujuan umum partai politik adalah:
a) Mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun1945;
b) Menjaga dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
c) Mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila dengan
menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia; dan
d) Mewujudkan kesejahteraan bagi selutuh rakyat Indonesia.

Sedangkan tujuan khusus partai politik adalah:


a) Meningkatkan partisipasi politik anggota dan masyarakat
penyelenggaraan kegiatan politik dan pemerintahan;
b) Memperjuangkan cita-cita Partai Politik dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara; dan

6
c) Membangun etika dan budaya politik dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
Sebagai salah satu lembaga demokrasi, partai politik berfungsi sebagai
berikut:
1. Partai politik berfungsi untuk mengembangkan kesadaran atas hak
dan kewajiban politik rakyat. Dalam hal ini partai politik berperan
sebagai sarana sosialisasi politik masyarakat dalam rangka melakukan
pendidikan politik bagi rakyat.
2. Partai politik berfungsi menyalurkan kepentingan masyarakat dalam
pembuatan kebijakan negara. Dalam hal ini partai politik berperan
sebagai sarana komunikasi politik yang mana partai politik menyalurkan
aneka ragam pendapat, aspirasi, dan kepentingan masyarakat dalam
pembuatan kebijakan negara.
3. Partai politik berfungsi untuk membina dan mempersiapkan anggota
masyarakat untuk mengisi jabatan-jabatan politik sesuai dengan
mekanisme demokrasi. Partai politik merupakan juga sebagai sarana
untuk melakukan rekrutmen politik dengan mencari dan mengajak orang
yang berbakat untuk turut aktif dalam kegiatan politik dalam rangka
memperluas partisipasi politik masyarakat.
4. Partai politik sebagai sarana pengatur konflik dengan mengatasi
persaingan dan perbedaan pendapat dalam masyarkat (Halim dan
Kusufi, 2014).

Untuk mencapai tujuan dan menjalankan fungsi-fungsi tersebut, partai


politik membutuhkan sumber keuangan. Keuangan partai politik bersumber
dari:
1. Iuran anggota;
2. Sumbangan, dapat berupa uang, barang dan/atau jasa, yang sah menurut
hukum; dan
3. Bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Bantuan keuangan dari
APBN/ APBD diberikan secara proporsional kepada partai politik yang
mendapatkan kursi di DPR/DPRD. (UU No. 2 Tahun 2011).

7
Disamping itu aktivitas partai politik dilarang melakukan pencarian
dana, sebagai berikut:
1. Menerima dari pihak asing sumbangan dalambentuk apa pun yang
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan;
2. Menerima sumbangan berupa uang, barang, ataupun jasa dari pihak
manapun tanpa mencantumkan identitas yang jelas;
3. Menerima sumbangan dari perseorangan dan/atau perusahaan/badan
usaha melebihi batas yang ditetapkan dalam peraturan perundang-
undangan;
4. Meminta atau menerima dana dari badan usaha milik negara, badan usaha
milik daerah, dan badan usaha milik desa atau dengan sebutan lainnya;
atau
5. Menggunakan fraksi di majelis permusyawaratan rakyat, dewan
perwakilan rakyat, dewan perwakilan rakyat daerah provinsi, dan dewan
perwakilan rakyat daerah kabupaten/kota sebagai sumber pendanaan
partai politik.

Pada dasarnya aktivitas politik adalah aktivitas untuk memperoleh,


mengelola, dan mengatur kekuasaan bagi amanat dan mandat dari
konstituennya dengan cara-cara yang demokratis. Partai politik memiliki
karakteristik utama yaitu faktor kekuasaan yang dimilikinya dan perannya
dalam mewakili rakyat. Tujuan akhir dari partai politik adalah mendapatkan
mandat dari konstituennya untuk memegang kekuasaan lewat cara-cara
demokratis, yaitu pemilihan umum.
Keberhasilan suatu partai politik diukur dengan banyak jumlah
suara yang direbutknya lewat pemilihan umum. Hal ini menjadikan salah
satu karakteristik partai politik yang membedakannya dengan organisasi
nirlaba lainnya, yaitu bahwa partai politik memperjuangkan kepentingan.
Partai politik memiliki kepengurusan yang tersebar di berbagai
tingkat di daerah. Partai politik membentuk kepengurusan tingkat pusat yang
disebut dengan Dewan Pengurus Pusat (DPP) yang berkedudukan di ibukota
negara. Begitu juga untuk tingkat provisi disebut Dewan Pengurus Wilayah

8
(DPW) yang berkedudukan di ibukota provinsi, dan Dewan Pengurus
Cabang (DPC) yang berkedudukan di kabupaten/kota.

C. Akuntabilitas Partai Politik


Pengaturan terhadap pengendalian politik uang sebenarnya dapat
dijumpai dalam undang- undang yang mengatur partai politik yaitu Undang-
undang No. 2 tahun 1999 dan undang-undang tentang Pemilihan Umum yaitu
Undang-undang No. 3 tahun 1999 dan dalam Keputusan KPU No. 2, 1999.
Dalam undang-undang dan peraturan ini telah diatur:
1. Pembatasan terhadap sumber dana kampanye yaitu dari
partai politik yang bersangkutan, pemerintah (APBN danatau
APBD), dan pihak-pihak lain yang tidak mengikat yang meliputi
badan-badan swasta, perusahaan, yayasan atau perorangan.
2. Pelarangan untuk membentuk badan usaha dan menanamkan
saham di badan usaha karena merupakan organisasi nirlaba.
3. Pembatasan jumlah sumbangan untuk masing-masing
penyumbang, baik perorangan maupun perusahaan, yaitu sebesar
Rp 15 juta untuk individu dan Rp 150 juta untuk perusahaan,
semuanya dalam kurun waktu satu tahun.
4. Pertanggungjawaban keuangan partai politik ditetapkan melalui
kewajiban partai politik untuk memelihara sumbangan yang
terbuka untuk diaudit serta mencatat secara detil penyumbang.
5. Kewajiban menyampaikan daftar sumbangan beserta laporan
keuangan kepada Mahkamah Agung (MA).
6. Menetapkan mekanisme pengawasan dan penjatuhan sanksi, baik
sanksi administrasi maupun sanksi pidana, termasuk atas
pelanggaran terhadap ketentuan keuangan partai politik.
7. Pembatasan jumlah maksimum dana kampanye lewat aturan
yang dikeluarkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) yaitu
sebesar Rp 110 milyar.
8. Dana kampanye tidak boleh berasal dari pihak asing.
9. Kewajiban melaporkan dana kampanye Pemilu 15 hari sebelum
hari Pemungutan suara dan 25 hari setelah hari pemungutan suara.

9
10. Kewajiban melaporkan laporan keuangan tahunan setiap akhir
tahun.
11. Melaporkan laporan keuangan beserta daftar sumbangan kepada
Mahkamah Agung.
Untuk dasar hukum pelaporan dan audit partai politik,tertera secara
khusus didalam:
1. Pasal 15 UU No.2 tahun 1999 tentang partai politik, yang menyatakan:
(1)Partai politik wajib melaporkan daftar penyumbang beserta laporan
keuangannya. (2) Laporan sebagaimana dimaksud ayat (1) sewaktu-waktu
dapat diaudit oleh akuntan publik.
2. Pasal 49 UU No. 3 tahun 1999 tentang Pemilihan Umum: (1) Dana
kampanye Pemilihan Umum diaudit oleh akuntan publik dan hasilnya
dilaporkan oleh partai politik peserta Pemilu kepada KPU.

Dari kedua pasal tersebut, terlihat bahwa tidak diatur secara jelas
maksud dan bentuk laporan keuangan dimaksud, sehingga walaupun IAI
memakai PSAK45, tetapi Mahkamah Agung mengeluarkan format tersendiri.
Format laporan keuangan yang ditetapkan MA tidak memenuhi syarat sebagai
laporan keuangan (hanya melaporkan penerimaan dana, pengeluaran dana,
dan sisa dana) bahkan tidak memenuhi PSAK 45 yang ditetapkan oleh IAI.
Terjadi ketidak seragaman dan ketidak cukupan informasi keuangan dalam
laporan keuangan yang disampaikan oleh partai politik (Hafild, 2003).

D. Peran dan Fungsi Akuntansi dalam Lingkungan Partai Politik


Peran dan fungsi akuntansi dalam lingkungan partai politik dibagi menjadi dua
kelompok yaitu peranan dan fungsi akuntansi bagi pihak internal maupun pihak
eksternal partai politik.
a. Pihak Internal
1. Ketua partai politik untuk menyusun perencanaan, memgevaluasi kemajuan
yang dicapai dalam usaha memenuhi tujuan, dan melakukan tindakan-
tindakan koreksi yang diperlukan.
2. Staf berkepentingan dengan informasi mengenai transparansi pelaporan
kegiatan dan pelaporan keuangan partai politik.

10
3. Anggota adalah orang yang menjadi bagian dan pendukung partai politik,
tetapi belum tentu menjadi pengurus partai politik.

b. Pihak Eksternal
1. Donatur berkepentingan dengan informasi mengenai keseriusandan
kredibilitas partai politik untuk menjalankan program-program pencerdasan
masyarakat secara politik.
2. Supplier/Pemasok/Kreditur untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang
akan dapat dibayar oleh partai politik pada saat jatuh tempo.
3. Konstituen/Basi Massa adanya laporan keuangan partai politik yang
transparan dan akuntabel akan mengundang simpati masyarakat.
4. Badan pemeriksan keuangan (BPK) berkepentingan untuk memeriksa
(mengaudit) laporan pertanggungjawaban partai politik atas penggunaan
dana bantuan keuangan dari pemerintah ( Pusat dan Daerah ) sebagaimana
amanat dari PP Nomor 05 Tahun 2009 Pasal 14 ayat (2).
5. Pemerintah ( Pusat dan Daerah) berkepentingan untuk menerima laporan
pertanggungjawaban partai politik yang telah diaudit oleh BPK atas
penggunaan dana bantuan keuangan dari APBN atau APBD.

E. PSAK Nomor 45 dalam Pelaporan Keuangan Partai Politik


Organisasi partai politik merupakan organisasi yang tidak bermotif untuk
mencari laba dan bertujuan untuk memperjuangkan cita-cita para anggotanya dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang diwujudkan secara
konstitusional, maka partai politik termasuk dalam kategori organisasi nirlaba.
Organisasi nirlaba menggunakan beberapa parameter tunggal sebagai ukuran
keberhasilan seperti jumlah dana sumbangan yang diperoleh, pertumbuhan jumlah
anggota jumlah pengunjung, jumlah orang yang dilayani, dan biaya overhead.
Laporan keuangan yang dihasilkan oleh PSAK Nomor 45 antara lain sebagai
berikut :
1. Laporan Posisi Keuangan
2. Laporan Aktivitas
3. Laporan Perubahan dalam Aset Neto/Ekuitas

11
4. Laporan Arus Kas
5. Catatan atas Laporan Keuangan

Peraturan KPU Nomor 01 Tahun 2009 tentang Pedoman Pelaporan Dana


Kampanye Partai Politik Peserta Pemilu Anggota DPR, DPRD, Provinsi dan DPRD
Kab/Kota.
Ada tiga pendapat terkait penerapan PSAK Nomor 45 sebagai standar
akuntansi keuangan partai politik ( Hafild, 2008) :
1. PSAK Nomor 45 masih bias dipakai sebagai standar Akuntansi Keuangan Partai
politik Karena Karakter partai politik mirip dengan karakter organisasi nirlaba.
2. Standar akuntansi keuangan khusus partai politik tidak perlu dibuat tetapi dapat
melakukan modifikasi PSAK Nomor 45.
3. Standar akuntansi keuangan khusus partai politik perlu dibuat. Karena karakter
partai politik yang tidak sama dengan karakter organisasi nirlaba.

Tabel 25.1.Perbedaan Karakteristik antara Organisasi Nirlaba dan Partai Politik.


Organisasi Nirlaba Partai Politik
Undang-undang yayasan Undang-undang partai politik
dan undang-undang pemilu
Tidak ada batasan penyumbang Ada batasan penyumbang
Tidak ada batasan maksimal jumlah Ada batasan maksimum
sumbangan jumlah sumbangan
Tidak ada kewajiban melaporkan daftar Daftar penyumbang wajib
penyumbang (terutama individu) dilaporkan
Hasil kegiatan berupa jasa pelayanan untuk Hasil kegiatan berupa
kepentingan umum kekuasaan politik
Akuntabilitas berupa kegiatan sesuai Akuntabilitas berupa bersih
dengan tujuan organisasi dana manajemen dari politik uang, kepatuhan
yang baik pada hokum dan posisi politik
sesuai dengan janji kepada
rakyat

12
Tujuan utama pembuatan laporan adalah menginformasikan laporan keuangan,
kinerja, serta perubahan posisi keuangan partai politik.
Pedoman akuntansi khusus untuk partai politik akan diperlukan, terutama
untuk mencatat pos-pos yaitu :
1. Dana bantuan pemerintah
2. Laporan parpol

Bantuan ini mengandung dua aspek sebagai berikut :


1. Uang dalam laporan keuangan tergambar jumlah uang yang diterima dan
penggunaannya.
2. Barang atau jasa dalam laporan neraca tergambar sesuai dengan nilai
uang barang dan jasa tersebut.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyusunan Laporan keuangan tahunan Partai politik mengacu pada
PSAK No.45 tentang akuntansi untuk organisasi nirlaba yang dikeluarkan
oleh Ikatan Akuntan Indonesia dan terdiri atas laporan berikut ini: Laporan
Posisi Keuangan, Laporan Aktivitas, Laporan Perubahan dalam aktiva
Neto/Ekuitas, Laporan arus kas, Cacatan atas laporan keuangan. Selain
mengacu pada PSAK No. 45. Penyusunan laporan keuangan partai politik
juga terikat pada ketentuan yang terdapat dalam perundang-undangan
mengenai partai politik dan pemilu seperti Undang-undangNo. 2tahun 2008,
Undang-undang No. 2tahun 2011, dan Peraturan Komisi Pemilihan Umum
Nomor 17 Tahun 2013.
Standar laporan keuangan khusus untuk partai politik perlu dibuat.
Hal ini karena karakter partai politik yang tidak sama dengan karakter
organisasi nirlaba. Perbedaan karakteristik ini mengakibatkan perbedaan
transaksi keuangan, bentuk laporan keuangan dan pengukuran-pengukuran
tertentu terhadap pos-pos dalam laporan keuangan.

B. Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Apabila ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan silahkan sampaikan kepada
kami.
Apabila ada terdapat kesalahan mohon di maafkan dan memakluminya, karena
kami adalah manusia yang tak luput dari salah khilaf, alfa, dan lupa.

14
DAFTAR PUSTAKA
Bastian,  I., Hardani,  W., &Saat,  S. (2007).  Akuntansi untuk LSM dan partai
politik . Jakarta: Erlangga.
Hafild, E. (2003).  Laporan studi standar akuntansi keuangan khusus partai. Tim
studi Rini P. Samadikun, Mahmudin Muslim, Ragil Kuncoro. Jakarta:
Transparency Internationa (TI) Indonesia.
Halim, A. dan Kusufi, MS. (2014). Teori, konsep, dan aplikasi akuntansi sektor
publik: dari anggaran hingga laporan keuangan dari pemerintah hingga
tempat ibadah. Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2004). Standar akuntansi keuangan: PSAK nomor 45
tentang standar akuntansi untuk entitas nirlaba. Jakarta: Salemba Empat.
Junaidi, V. dkk. (2011).  Anomali keuangan partai politik: pengaturan dan praktek  .
Editor Didik Supriyanto. Jakarta: Kemitraan Bagi Pembaharuan Tata
Pemerintahan.
Surbakti, R. (2015).  Peta Permasalahan dalam keuangan politik Indonesia. Jakarta:
Kemitraan Bagi Pembaharuan Tata Pemerintahan.
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 17 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelaporan
Dana Kampanye Peserta Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD.
Transparency International Indonesia. (2014). “Kajian Tentang Pelaporan Awal Dana
Kam panye Partai Politik Pemilu 2014: KPU Perlu Tegas Atas Buruk Laporan
Dana Kampanye Partai Politik”. http://www.ti.or.id/index.php/press-
release/2014/01/01/kajian-tentang-pelaporan- awal-dana-kampanye-partai-politik-
pemilu-2014kpu-perlu-tegas-atas-buruk-laporan-dana- kampanye-partai-politik
Undang-Undang Nomor 2 tahun 2008 Tentang Partai Politik.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2011 Tentang Perubahan Atas
Undang- Undang Nomor 2 tahun 2008 Tentang Partai Politik.

15

Anda mungkin juga menyukai