Anda di halaman 1dari 4

TUGAS : Hukum Pengangkutan

“Analisis beban tanggung jawab Lion air dalam kasus Delay”

Oleh:

Nama : Sholiman Akbar


Nim : H1A119336
Kelas : A

JURUSAN ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HALU OLEO
2022
1. Studi permasalahan

Gara-gara pesawat Lion Air delay selama 2 jam, hakim I Gusti Agung Bagus
Komang Wijaya Adhi terlambat menghadiri seminar. Dia pun mengajukan gugatan ke
maskapai penerbangan swasta nasional itu sebesar Rp 11,045 miliar atas kerugian yang
dialaminya.Seperti terungkap dalam putusan Pengadilan Negeri Denpasar (PN Denpasar),
Selasa (19/3/2013), kasus bermula saat hakim Komang mendapat undangan seminar di
Jakarta pada 14 Oktober 2011 dan dibuka pada 19.30 WIB.

Dalam seminar yang berlangsung selama 3 hari itu, dia mendapat honor Rp 45
juta.Lantas, hakim Komang membeli tiket Lion Air jurusan Denpasar-Jakarta nomor flight JT
0033 seat 16D jam 18.45 WITA. Perhitungan tiba jam 19.15 WIB dan langsung mengikuti
kegiatan seminar di Pulogadung, Jakarta Timur," demikian alasan hakim Komang yang
menyerahkan kasus itu ke pengacaranya, Sthuti Mandala.Pada saat chek in petugas di counter
menyatakan pesawat akan terbang on schedule.

Hal ini menambah kepercayaan hakim Komang pesawat terbang on time. Setelah
beberapa lama hakim Komang menunggu keberangkanan akan tetapi belum juga
diberangkatkan pada pukul 18.45 WITA."Penggugat mengkonfirmasi kepada salah seorang
staf Lion Air namun tidak mendapat jawaban yang pasti sampai jam berapa penerbangan
pesawat Lion Air ditunda keberangkatannya (delayed)," papar hakim Komang yang bertugas
di PN Denpasar.

Pukul 16.00 WITA petugas menyatakan pesawat delayed 2 jam. Hal ini sesuai dengan
surat keterangan notice delay. Atas hal ini, hakim Komang lalu menuju ke counter Sriwijaya
Air tetapi diminta segera membeli tiket karena 15 menit lagi akan habis tiket Sriwijaya
Air.Lalu hakim Komang di saat yang sama juga meminta Lion Air dicarikan maskapai lain
tetapi Lion Air tidak bisa dan hanya bisa me-refund tiket penggugat. Saat kembali ke
Sriwijaya Air, ternyata tiket sudah habis terjual.

"Akhirnya naik jam 20.40 WITA JT 0033 dan tiba di Jakarta pukul 21.15 WIB.
Pembicara/moderator telah digantikan orang lain. Penyelenggara seminar juga mengganti
untuk 2 hari setelahnya," lanjut hakim Komang yang juga sebagai hakim Pengadilan Tipikor
ini.Atas hal ini, hakim Komang merasa malu, kecewa dan harga diri tercoreng sehingga
hakim Komang merasa dirugikan secara immateril dan menggugat Lion Air sebesar Rp 11
miliar.

Hakim Komang juga meminta Lion Air mengganti kerugian Rp 45 juta yaitu jumlah
honor yang ia seharusnya terima jika menjadi moderator.Atas gugatan ini, Lion Air
memberikan bantahan.

Menurut Lion Air, alasan penggugat tidak masuk akal sama sekali. Bagaimana
mungkin bisa menghadiri seminar ang dimulai pukul 19.30 WIB sementara pengugat
berangkat pukul 18.45 WITA padahal lamanya penerbangan 75 menit. Bandara Soekarno-
Hatta ke Pulogadung 1,5 jam maka perhintungannya sampai 21.45 WIB.

Kenapa penggugat memilih jadwal penerbangan yang begitu sempit/mepet? Dalam


gugatannya, penggugat mengetahui jadwal penerbangan Lion Air sering terlambat tetapi
mengapa Penggugat memilih jadwal penerbangan yang begitu mepet dan tidak masuk akal?"
demikian jawaban keberatan Lion Air dalam eksepsinya.

Pada 4 April 2012, PN Denpasar memutuskan gugatan hakim Komang tidak diterima.
Putusan ini diketok oleh majelis hakim Nursyam, Hasoloan Sianturi dan Putu Suika. "Majelis
hakim berkesimpulan gugatan Penggugat salah subjek (error in persona)," demikian alasan
majelis hakim dalam putusan setebal 32 lembar itu.

2. Dasar hukum

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 89 Tahun 2015

3. Analisis tanggung jawab maskapai penerbangan

Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 89


Tahun 2015 Penanganan Keterlambatan Penerbangan (Delay Management) Pada Badan
Usaha Angkutan Udara Niaga Berjadwal di Indonesia (“Permenhub 89/2015”), jenis-jenis
keterlambatan penerbangan pada badan usaha angkutan udara niaga berjadwal terdiri dari:
1. Keterlambatan penerbangan (flight delayed);
2. Tidak terangkutnya penumpang dengan alasan kapasitas pesawat udara (denied boarding
passenger); dan
3. Pembatalan penerbangan (cancelation of flight).

Keterlambatan penerbangan dikelompokkan menjadi 6 (enam) kategori keterlambatan, yaitu:


1.    Kategori 1, keterlambatan 30 menit s/d 60 menit;
2.    Kategori 2, keterlambatan 61 menit s/d 120 menit;
3.    Kategori 3, keterlambatan 121 menit s/d 180 menit;
4.    Kategori 4, keterlambatan 181 menit s/d 240 menit;
5.    Kategori 5, keterlambatan lebih dari 240 menit; dan
6.    Kategori 6, pembatalan penerbangan.
 
Kompensasi yang wajib diberikan Badan Usaha Angkutan Udara akibat keterlambatan
penerbangan itu berupa:
a.    keterlambatan kategori 1, kompensasi berupa minuman ringan;
b.    keterlambatan kategori 2, kompensasi berupa minuman dan makanan ringan (snack box);
c.    keterlambatan kategori 3, kompensasi berupa minuman dan makanan berat (heavy meal);
d.    keterlambatan kategori 4, kompensasi berupa minuman, makanan ringan (snack
box), dan makanan berat (heavy meal);
e.    keterlambatan kategori 5, kompensasi berupa ganti rugi sebesar Rp. 300.000 (tiga ratus
ribu rupiah);
f.     keterlambatan kategori 6, badan usaha angkutan udara wajib mengalihkan ke
penerbangan berikutnya atau mengembalikan seluruh biaya tiket (refund ticket); dan
g.    keterlambatan pada kategori 2 sampai dengan 5, penumpang dapat dialihkan ke
penerbangan berikutnya atau mengembalikan seluruh biaya tiket (refund ticket)

Dari kasus yang telah di paparkan di atas karena keterlambatan beban tanggung jawab
yang diberikan maskapai lion air atas keterlambatan kategori 2, kompensasi berupa
minuman dan makanan ringan (snack box).

Anda mungkin juga menyukai