Oleh :
E0010242
FAKULTAS HUKUM
2013
TEMPO.CO, Banyuwangi - Kapal kargo Caraka Jaya Niaga III-16 milik PT Isa
Lines, yang membawa 3.500 matriks ton semen, bocor di Selat Bali. Kapal seberat
3.257 gros ton itu bocor di radius 400 meter dekat Pelabuhan Tanjung Wangi,
Banyuwangi, Jawa Timur. Tidak ada korban jiwa dalam insiden ini, namun separuh
lebih barang muatan terbenam oleh air laut.
Selasa kemarin pukul 10.00 WIB, kata Sri, pihaknya mendapatkan laporan
bahwa kapal itu bocor. Setelah ditinjau, air laut sudah masuk setinggi betis kaki dan
seluruh mesin kapal mati. Sebanyak 22 awak kapal akhirnya dievakuasi terlebih
dahulu. Dua penyelam langsung diterjunkan untuk mengidentifikasi kebocoran kapal.
"Tapi belum diketahui bocornya di mana," kata dia kepada wartawan.
Menurut Sri, karena air terus masuk, pihaknya mengerahkan tiga kapal tunda
untuk mengandaskan kapal tersebut. Dari pantauan Tempo, saat ini kapal sudah
menepi di pantai dekat dermaga Pelabuhan Tanjung Wangi. Separuh badan kapal
tenggelam karena air laut sedang surut.
Sri Sukaesi belum bisa memastikan kapan kapal bisa diselamatkan. Saat ini
otoritas Pelabuhan Tanjung Wangi masih menunggu pemilik kapal untuk membahas
proses penyelamatan kapal. "Yang penting kapal kami pinggirkan dulu supaya tak
mengganggu lalu lintas kapal lain," kata dia.
Analisis
Kapal barang atau kapal kargo adalah segala jenis kapal yang membawa
barang-barang dan muatan dari suatu pelabuhan ke pelabuhan lainnya. Ribuan kapal
jenis ini menyusuri lautan dan samudra dunia setiap tahunnya - memuat barang-
barang perdagangan internasional. Kapal kargo pada umumnya didesain khusus untuk
tugasnya, dilengkapi dengan crane dan mekanisme lainnya untuk bongkar muat, serta
dibuat dalam beberapa ukuran.
Bagi kapal yang kecelakaan, ada juga yang dinamakan Sidang Majelis
Pelayaran. Sidang Majelis Pelayaran adalah sidang yang dilaksanakan setelah adanya
permintaan pemeriksaan lanjutan kecelakaan kapal.
Berdasarkan Pasal 8 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 1998 tentang
Pemeriksaan Kecelakaan Kapalsebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan
Pemerintah No. 8 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 1
Tahun 1998 tentang Pemeriksaan Kecelakaan Kapal (“PP 1/1998”), pemeriksaan
pendahuluan kecelakaan kapal dilaksanakan atas dasar laporan kecelakaan kapal.
Pemeriksaan pendahuluan kecelakaan kapal ini dilaksanakan untuk mencari
keterangan dan/atau bukti2 awal atas terjadinya kecelakaan kapal (Pasal 9 PP
1/1998).
Sidang Majelis Pelayaran ini dilakukan untuk melihat apakah ada atau tidak
adanya kesalahan atau kelalaian yang dilakukan oleh Nakhoda atau pemimpin kapal,
atau perwira kapal dalam melakukan tugas profesinya (Pasal 44 ayat [3] huruf 3 PP
1/1998).
Oleh karena itu, jika sidang yang sedang berlangsung adalah sidang perdata
sehubungan dengan kerugian yang pengguna jasa alami, maka harus menunggu
hingga ada putusan Pengadilan terkait apakah memang kerugian tersebut disebabkan
oleh perusahaan angkutan atau tidak serta berapa ganti kerugian yang akan diberikan
kepada pihak yang dirugikan.
Pasal 468 KUHD menyebutkan bahwa tanggung jawab si pengangkut antara lain:
Ayat 1 : “Persetujuan pengangkutan mewajibkan si pengangkut untuk menjaga akan
keselamatan barang yang harus diangkutnya, mulai saat diterimanya hingga saat
diserahkannya barang tersebut.”
Ayat 3 : “Ia bertanggung jawab untuk perbuatan dari segala mereka, yang
dipekerjakannya, dan untuk segala benda yang dipakainya dalam menyelenggarakan
pengangkutan tersebut.”