Anda di halaman 1dari 56

“The Black Hand”, Dibalik Misteri Jatuhnya AirAsia Rute

Surabaya-Singapura (Air Asia QZ-8501 PART-1)


Posted on Desember 28, 2014by spedaonthel

“The Black Hand”, Dibalik Misteri


Jatuhnya Pesawat AirAsia QZ 8501 Rute
Surabaya-Singapura (Air Asia QZ-8501
PART-1)
Penerbangan Misterius: Hindari awan tebal, pilot AirAsia QZ 8501 lapor dan
memutuskan untuk belok ke kiri, tapi kenapa sinyal terakhir saat hilang justru
pesawat itu belok ke kanan?
Hal yang aneh pula, jika ELT (Emergency Locator Transmitter) yang dibuat tahan
banting dan tahan dalam banyak kondisi yang ada di AirAsia QZ 8501 tidak
menyala.Padahal alat navigasi darurat itu dalam keadaan ekstrim tak mudah
rusak, baik oleh impact keras, terkena api ratusan derajat maupun dialam bersuhu
dingin ekstrem hingga jatuh ke dalam laut lebih dari 500 meter, ILT masih dapat
berfungsi dengan baik.
Sedangkan hal yang paling menyedot perhatian dunia adalah prediksi seorang
blogger misterius dari Cina, ia telah memprediksi kecelakaan yang akan menimpa
maskapai AirAsia sejak 15 Desember lalu atau 13 hari sebelum terjadinya tragedi
ini. Orang-orang diperingatkan oleh sosok misterius ini untuk tidak memakai
maskapai Malaysia apapun, dan terbukti tak ada satupun warga Cina dalam
penerbangan itu.  Pengguna misterius ini telah membuat total 39 postingan pada
subjek dari hasil prediksinya dan telah dilihat oleh lebih dari  2.400.000 orang!

Pesawat AirAsia dengan nomor penerbangan QZ


8501 (QZ8501/AWQ8501) dikabarkan hilang kontak pada hari Minggu 28/12/2014
pagi. Pesawat jenis Airbus 320-200 tersebut terbang dari Surabaya dan berencana
menuju Singapura.
Pesawat ini lepas landas dari Bandar Udara Internasional Juanda pada pukul 05:35
Waktu Indonesia Barat (UTC+7) dan dijadwalkan untuk mendarat di Singapura pada
pukul 08:30 WSS (UTC+8). Pesawat kehilangan kontak dengan pengatur lalu lintas
udara pada pukul 07:00 waktu setempat saat sedang terbang di atas laut Jawa.
Data Teknis AirAsia Penerbangan QZ 8501
Technical :
Registration number: PK AXC

Owner: Indonesia AirAsia (October 2008)


Type: Airbus A320-216
Flight number: 8501 (QZ8501/AWQ8501)
Registration number: PK AXC
ModeS: 8A017B
Manufacturer Serial number (MSN):3648
Engine Power: CFM 56-5B
Flight hours: 13,600 (approx 23,000 hours)
Route:

Penampakan terakhir pesawat AirAsia QZ 8501 PK-AXC jurusan Surabaya – Singapura.

Last Route: Surabaya / SUB (East Java) to Singapore / SIN


Boarding: SUB 04.40 LT (Local Time)
Departure: SUB 05.20 LT (Local Time)
Taking off: Juanda SUB 05:35 LT (Local Time)
Plan to arrive: SIN 08.30 LT (Local Time)
Current report:
Status: Missing
Prediction missing location: Java Sea, between Belitung Island and Borneo
- Location #1: Teluk Kumai, Kalimantan Tangah bagian selatan (Kumai Bay, South
Borneo Is.), Coordinate: 03°05′29.4″S ; 111°16′55.4″E (via satellite).
- Location #2: Antara P. Belitung dan P. Kalimantan bagian selatan (between
Belitung Is. and South Kalimantan), Coordinate: 03° 24′ 66″S ; 109° 36′ 82″E (via
satellite).

Manifest:
Passenger manifested: 177
No shows: 23
Boarded:
Passengers boarded: 155 (128 adults, 16 childs and 1 baby)
Nationality: 149 Indonesia, 1 Malaysia, 1 Singapore, 3 South Korea and 1 United
Kingdom.
Crews boarded: 7 (2 cockpit crews and 5 cabin crews)
Total person: 162  boarded (see completed boarded list below article)
Bags:
Total bag checked: 106 collies
Total bag weight: 1,305 kg
Perkiraan Awal: AirAsia menuju Singapura diduga hilang kontak di
sekitar Teluk Kumai, Kalimantan Tengah
Sebelum hilang dari radar, pilot pesawat meminta rute yang tidak biasa sebelum
kehilangan kontak dengan kontrol lalu lintas udara. Menurut informasi Basarnas
dari petugas ATC Bandara Soekarno Hatta Jakarta, koordinat terakhir kontak
pesawat pada 03°05′29.4″S ; 111°16′55.4″E (lihat kordinat via satellite) atau
disekitar Teluk Kumai di lepas pantai pulau Kalimantan bagian Selatan, walau
wilayah itu masuk ke provinsi Kalimantan Tengah (Lokasi #1).

Kordinat lokasi terakhir hilang kontak AirAsia QZ 8501 PK-AXC lebih dari satu.

Pesawat dengan nomor penerbangan AWQ 8501 tersebut harusnya memasuki


wilayah udara Singapura pukul 06.52 WIB. Basarnas menerima laporan Pesawat Air
Asia Jenis Airbus 320 rute Surabaya-Singapura mengalami lost contact di sekitar
Teluk Kumai pukul 06.17 WIB.
Sedangkan menurut berita terakhir yang berkembang, kordinat lokasi pesawat
menjadi bergeser pada kordinat 03° 24′ 66″S ; 109° 36′ 82″E (lihat kordinat via
satellite) atau ke daerah antara pulau Belitung dan Kalimantan (Lokasi #2).
Kronologi Penerbangan AirAsia QZ 8501
Berikut kronologi sebelum hilangnya pesawat AirAsia QZ 8501 seperti yang
diungkapkan Direktur Perhubungan Udara Direktur Perhubungan Udara Djoko
Murjatmodjo:

Penampakan terakhir pesawat AirAsia QZ 8501 PK-AXC jurusan Surabaya – Singapura.

05.36 AM WIB (Local Time), pesawat berangkat dari Surabaya menuju


Singapura dengan ketinggian 32.000 kaki. Pesawat dilaporkan mengikuti jalur yang
biasa ditempuh antara Surabaya dan Singapura yaitu M635.
06.12 AM, kontak terakhir dengan Air Traffic Control Jakarta. Dalam kontak itu,
pilot meminta menghindar ke arah kiri dan meminta izin untuk naik ke ketinggian
38.000 kaki. Permintaan pilot disetujui oleh pihak ATC.
06.16 AM, pesawat masih ada di layar radar.
06.17 AM, pesawat hanya tinggal sinyal di dalam radar ATC.
06.18 AM, pesawat hilang dari radar. Yang ada, di radar tinggal data rencana
terbang. Seharusnya, di dalam radar ada data lain yakni realisasi terbang namun
data itu hilang.
07.08 AM, pesawat dinyatakan INCERFA, yakni tahap awal hilangnya kontak.
Pihak dirjen perhubungan melakukan kontak ke Basarnas.
07.28 AM, pesawat dinyatakan  ALERFA, tahap berikut dalam menyatakan pesawat
hilang kontak.
07.55 AM, pesawat dinyatakan DETRESFA atau resmi dinyatakan hilang.
Lokasi hilang kontak yakni antara Tanjung Pandan dan Pontianak agak ke selatan.
Basarnas mencari posisi itu karena ELT yang berfungsi jika pesawat itu jatuh, akan
ada transmisi, namun sinyal itu belum ada.
Permintaan pilot menaikkan ketinggain untuk menghindari awan
Cumulonimbus
Air Traffic Controller (ATC) di Bandara Djuanda mengatakan hingga pukul 06.10
WIB, pesawat masih berada di ketinggian 32 ribu kaki dan melewati jalur M635.
Baru kemudian ketika AirAsia melewati wilayah ATC Jakarta, pilot menghubungi
otoritas di Soekarno-Hatta pada 06.12 WIB. Krew kokpit melaporkan adanya cuaca
buruk sehingga idealnya harus keluar jalur normal.

Altitude and speed atau ketinggian dan kecepatan Air Asia QZ 8501 pada saat terbang.

Menurut radar, ada awan cumulonimbus (Cb) berketinggian hingga 48 ribu kaki,


artinya jauh lebih tinggi dari ketinggian yang diminta krew kokpit yang hanya 38
ribu kaki. Lalu pesawat kontak ATC, menyatakan akan menghindari awan dari arah
35, dan meminta naik dari yang tadinya pada ketinggain 32 ribu kaki, menuju ke
ketinggian 38 ribu kaki.
Krew kokpit sepertinya memang berencana untuk menghindari badai yang terlihat
dari awan cumulonimbus yang tinggi dan tebal didepan jalur penerbangannya. Maka
ia akan minta izin melakukan “left take” (belok ke kiri) dan akhirnya diperbolehkan
dan pesawat bergeser 7 mil dari posisi awal.

Satellite images of 00:32 UTC, one hour after AirAsia Qz-8501 went missing (23:24 UTC)

Namun, pilot kembali meminta mengubah posisinya ke ketinggian 38.000 kaki dan
permintaan itu ditolak oleh air traffic control(ATC). “Permintaan untuk menaikkan
ketinggian ditolak karena untuk naik 38.000 kaki di atasnya masih ada pesawat
lainnya,” ujar Direktur Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Djoko
Murjatmodjo di Kantor Otoritas Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Minggu
(28/12/2014).
“Request to higher level (Permintaan penambahan ketinggian),” ujar Kapten
Irianto, pilot Airasia QZ8501, yang saat itu menerbangkan pesawatnya di ketinggian
32.000 kaki.
Setelah itu, Wisnu mengatakan bahwa petugas ATC Bandara Soekarno-Hatta
menjawab langsung permintaan itu.

“Intended to what level? (Maksudnya pada ketinggian berapa?)” tanya petugas,


seperti ditirukan Wisnu.

Awan Commulonimbus

Pilot menyatakan ingin terbang di ketinggian 38.000 kaki tanpa menyebutkan


alasannya. Pihak ATC Bandara Soekarno-Hatta kemudian mengontak ATC Bandara
Changi Internasional, Singapura, untuk melakukan koordinasi. “Hanya butuh waktu
2-3 menit untuk berkomunikasi dengan Singapura. Dari situ, kami memberikan izin
agar pesawat naik 34.000 kaki,” ucap Wisnu.

Saat itu, pesawat diberikan izin naik ke 34.000 kaki karena pada saat yang sama
pada level 38.000 kaki masih terdapat pesawat lainnya, yakni AirAsia 502. “Saat
kami sampaikan jawaban agar naik ke 34.000 kaki, sudah tidak ada lagi jawaban
sekitar pukul 06.14,” papar Wisnu. ATC Bandara Soekarno-Hatta kemudian
mengontak pesawat-pesawat di sekitar AirAsia QZ8501 untuk juga membantu
menghubungi pesawat itu. Ketika itu, pesawat masih terdeteksi di radar ATC.
Penampakan petir di jalur AirAsia QZ 8501 PK-AXC jurusan Surabaya – Singapura

Dari lokasi, berdasarkan radar cuaca, kondisinya memang tidak bagus. Ada awan
comulonimbus (Cb) yang kemungkinan besar juga terjadi hujan dan petir.
Namun, upaya itu menemui kegagalan karena tak ada lagi jawaban dari pesawat
naas itu dan tiba-tiba pesawat sudah tidak ada di radar pemantau, alias hanya sinyal.
Pukul 06.17 WIB, atau lima menit kemudian, posisi pesawat hanya tampak sinyal di
antara kota Tanjung Pandan di pulau Belitung dan kota Pontianak di Kalimantan
Barat. Pukul 06.18 WIB, pesawat hilang dari radar dan hanya terlihat flight
plan saja.

Flight path of Indonesia AirAsia Flight 8501 (QZ8501/AWQ8501)

Analisis LAPAN Kuatkan Dugaan AirAsia QZ8501 Gagal Hindari Awan


Cumulonimbus
Analisis cuaca yang dilakukan oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa
Nasional(Lapan) menguatkan dugaan bahwa pesawat AirAsia QZ8501 gagal
menghindari awan tebal kumulonimbus yang berada pada rute penerbangannya.
Keberadaan awan kumulonimbus dalam pesawat jenis Airbus A320-200 tersebut
sebelumnya dinyatakan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika.
Kepala Pusat Meteorologi Penerbangan BMKG, Syamsul Huda, mengungkapkan
bahwa sejak lepas landas dari Surabaya, AirAsia QZ8501 terbang dalam kondisi
cuaca berawan. Saat sampai di wilayah antara Belitung dengan Kalimantan, pesawat
menghadapi cuaca yang lebih buruk.
An animation of satellite images acquired by NASA’s Terra satellite about two and a half hours after AirAsia
Flight QZ8501 lost contact. One is in true color the other in false color. (Source: NASA)

Pesawat menghadapi awan yang sangat tebal di lokasi (antara Belitung dan
Kalimantan). Berdasarkan data, ketinggian puncak awan kumulonimbus yang
dihadapi pesawat 48.000 kaki. Menilik ketinggiannya saja, pesawat mungkin masih
akan berhadapan dengan awan bila naik ke ketinggian 38.000 kaki. Namun, apakah
pesawat bisa menghindar dari awan atau tidak, hal itu sangat tergantung pada
besarnya awan itu sendiri.

Foto Radar Sekunder yang memperlihatkan AirAsia 8501 (dilingkari kuning) saat di ketinggian 36.300 ft
(11,100 m) dan mulai memanjat ketinggian dengan kecepatan 353 knot (654 kmh atau 406 mph).

Sedangkan menurut mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara, Marsekal TNI (Purn)
Chappy Hakim, mengungkapkan bahwa masalah cuaca seperti awan adalah hal biasa
yang dihadapi dalam penerbangan modern saat ini.
“Sebelum terbang juga kita sudah mengisiflight plan dan melihat cuaca sepanjang
jalur penerbangan. Pesawat A320 yang dipakai Air Asia sendiri adalah pesawat
canggih yang sudah dilengkapi dengan radar cuaca yang baik,” ungkapnya.
Dengan teknologi dan perencanaan penerbangan yang baik, kasus pesawat hilang
atau jatuh akibat faktor cuaca itu sudah jarang terjadi dalam penerbangan modern.
Misterius: Hindari awan tebal, pilot memutuskan belok ke kiri, tapi
kenapa justru belok ke kanan?

Penampakan keadaan cuaca ketika pesawat AirAsia QZ 8501 PK-AXC terbang dari Surabaya menuju
Singapura pada prediksi awal menuju Teluk Kumai di lepas pantai Kalimantan bagian Selatan.

Kondisi cuaca di sekitar lokasi hilangnya pesawat memang buruk dan awan hujan
cumulonimbus sangat tebal.

Tapi, kenapa dari jalur penerbangan atauflight path terakhirnya justru pesawat itu
mengarah ke kanan mendekati pantai Kalimantan bagian Selatan?
Karena hilang kontak, maka tindakan ATC sesuai prosedur menyatakan tahap awal
pesawat hilang kontak 07.00 WIB, atau 50 menit setelah dicari.

Hingga saat ini tim SAR dan Basarnas masih terus melakukan pencarian hilangnya
pesawat misterius ini. Kabar mendarat darurat, jatuh dilaut hingga hilang tak
berbekas masih menyelimuti fenomena hilangnya AirAsia QZ 8501.

Seorang Blogger Misterius Dari Cina Telah Memprediksi Sejak 13 Hari


Sebelumnya, Bahwa Pesawat AirAsia Sedang Menjadi “Target” Oleh Apa
Yang Ia Sebut Sebagai “The Back Hand”
Seorang pengguna misterius dari jaringan media sosial Cina Weibo tampaknya telah
meramalkan akan hilangnya atau jatuhnya sebuah pesawat AirAsia, hampir dua
minggu sebelum pesawat AirAsia QZ8501 itu hilang. Dengan postingannya yang
terus-menerus dan massive, ia dengan postingannya yang bertubi-tubi telah
memperingatkan kepada warga negara Cina untuk tidak menggunakan pesawat itu
(Air Asia) dalam puluhan postingannya.
Laporan, yang dilakukan oleh Epoch Times (ch | in), menceritakan kisah tentang
bagaimana individu itu secara “berulang kali memperingatkan orang untuk
“menjauhi” dari Malaysia Airlines (dan) AirAsia.”
“Jangan menjadi korban lain dari MH370,” pengguna misterius itu memperingatkan
sejak tanggal 15 Desember lalu yang terlihat dari postingannya. Ia juga
menambahkan bahwa AirAsia akan segera ditargetkan oleh “kekuatan atau pasukan
yang super” atau “powerful forces“, yang ia disebut sebagai “tangan hitam” atau
“black hand“.
“Ini adalah pesan yang akan menyelamatkan jiwa masyarakat Eropa atau AS yang
akan bepergian atau tur, untuk tidak menaiki AirAsia (atau) maskapai Malaysia
lainnya,” ia menyatakan dalam versi terjemahan dari salah satu postingannya.

Mysterious China blogger about Air Asia QZ8501

Pengguna blogger misterius asal Cina itu kemudian menegaskan bahwa ada “tangan
hitam” atau “black hand” akan keluar untuk “merusak AirAsia” (to ruin AirAsia)
yang merupakan sebuah maskapai atau perusahaan penerbangan terbesar kedua di
Malaysia itu.
Black hand, adalah “metafora” untuk sebuah organisasi bayangan yang melakukan
pekerjaan di balik layar yang telah membajak dan menembak jatuh MH370 dan
MH17. Kejadian ini cukup melumpuhkan salah satu maskapai penerbangan besar
ke-6 dunia, Malaysia Airline,” jelas blogger misterius itu.
“Sekarang, Black Hand sedang menargetkan AirAsia untuk merusak maskapai
tersebut, yang juga milik Malaysia. Mengingat betapa dahsyatnya Black Hand, saya
sarankan agar semua orang Tiongkok menghindari perjalanan dengan AirAsia,
sehingga anda tidak menghilang (mengalami kejadian serupa) seperti yang terjadi
pada MH370″, tambahnya.
“Anda bisa bahagia berlibur, bekerja, atau berlayar di atas kapal, tetapi jika anda
pergi menggunakan Malaysia Airline atau AirAsia, kau akan mati, hati-hati. Katakan
pesan ini kepada teman-teman anda untuk menghindari Malaysia Airline dan
AirAsia,” terang blogger misterius itu mengakhiri diskusi.

Screenshot blogger misterius asal Cina berbahasa Indonesia (translated)

Namun seseorang kemudian bertanya“Bagaimana kau tahu semua ini?”. Kemudian


anggota forum lain juga ada yang menertawakan peringatan
tersebut. LandLord(salah sorang user forum tersebut) kembali mengatakan
peringatan itu, seolah tak menghiraukan pengguna forum lainnya.
“Anda semua warga sipil, bisa menghindari (maskapai tersebut). Anda masih bisa
bersembunyi, semua orang yang melihat posting ini masih bisa menyelamatkan diri.
Setelah semuanya reda, akan aman melakukan perjalanan ke Malaysia. Jangan
menjadi korban, menghindarlah.”

Setelah beberapa kali diolok-olok, LandLord kembali mengulangi peringatannya.


“Jangan menjadi korban, bersembunyilah dan hindari Malaysia Airline dan AirAsia,
dan kehidupan yang berharga, serta keamanan anda adalah yang terpenting.”

Kemudian, ia melanjutkan “Ini adalah pesan untuk menyelamatkan jiwa. Jika anda
bepergian tidak menggunakan Malaysia Airline dan AirAsia, jangan abaikan ini.
Setelah terjadi, anda akan menemukan peringatan ini sudah terlambat”, ujarnya.
Screenshot sebagian kecil di forum Reddit about Air Asia QZ8501 (by: IndoCropCircles)

Namun sekali lagi, Landlord mengulangi peringatannya itu, “Jangan menjadi


korban, pergilah bersembunyi dan hindari Malaysia Airline dan AirAsia dengan
kehidupan yang berharga, dan kemanana anda adalah yang terpenting”.

Ketika banyak yang masih mengolok-olok, LandLord hanya membalas: “Curigalah


terhadap AS”.

Ia terus mengatakan bahwa peringatan itu penting, dan orang perlu


mendengarkannya.

Tetapi ada juga anggota forum yang mempercayai dan memilih menghindari
maskapai tersebut. Setelah tanggal 17 Desember, LandLord tidak mengatakan apa-
apa lagi.

Dalam sebuah komentar, ada pengunjung yang mengatakan bahwa kata “LandLord”
adalah sebuah kesalahan penerjemahan yang dalam arti sebenarnya adalah “OP”.

Sang pembuat diskusi direddit.com, lolrus_bukkit kemudian juga menginformasikan


bahwa ada informasi dari berbagai situs Cina lainnya, bahwa orang yang memberi
peringatan tersebut adalah seorang intelejen Cina, atau seorang hacker yang berhasil
mendapatkan informasi sensitive dan berusaha menyelamatkan orang-orang.
Seperti kita ketahui bahwa sebelumnya, Malaysia Airlines nomer penerbangan MH
370 telah hilang tak berbekas sejak awal Maret 2014 lalu dan belum
ditemukan. (baca: Takkan Pernah Ditemukan: Misteri Hilangnya Pesawat
Malaysia Airlines Jurusan KL – Beijing)
Selanjutnya beberapa bulan kemudian, masih dalam maskapai yang sama milik
Malaysia, giliran Malaysia Airlines nomer penerbangan MH17 yang ditembak jatuh
di atas Ukraina pada bulan Juli 2014 lalu yang membuat pihak Soviet dan Ukraina
saling tuduh atas jatuhnya pesawat itu.(baca: Misteri Ditembaknya Malaysian
Airlines MH-17 di Udara Ukraina)
Itulah sebabnya mengapa individu adal Cina yang misterius itu tetap mengulangi
peringatannya berkali-kali dalam tiap postingan-postingan berikutnya, yang telah
dilakukan sejak tanggal 16 dan 17 Desember lalu atau sekitar 13 hari sebelum
musibah menimpa AirAsia QZ8501. Mungkin ia ingin memperingatkan dunia karena
“mengetahui suatu rahasia tingkat tinggi” agar orang-orang dapat menghindar dari
bahaya.
Blogger misterius itu juga menulis, “Ini adalah peristiwa besar dalam hidup manusia,
kita harus memperhatikan.” (“This is a major event in human life, we have to pay
attention”).Ia pun menambahkan, “Jauhi AirAsia, tinggalkan Malaysia Airlines,
hargai kehidupan. “(“far from AirAsia, Malaysia Airlines away, cherish life.”).
Spekulasi blogger asal Cina itupun membuat heboh di forum Reddit dan mereka
membahas bahwa postingan itu awalnya dibuat sejak tanggal 15 Desember 2014 lalu.
Tapi kemudian postingan tentang prediksi si blogger misterius mengenai AirAsia itu
dia edit lagi untuk menambahkan kata-katanya, setelah salah satu maskapai milik
Malaysia yaitu AirAsia Flight QZ8501 nyata dan terbukti benar hilang dari radar
pada 28/12/2014 lalu. Pengguna misterius ini telah membuat total 39 postingan
pada subjek (29/12/2014) yang telah dilihat oleh lebih dari  2.400.000 orang!

Pengguna blogger misterius asal Cina sejak 15 Desember lalu mempresikdi dan menegaskan bahwa ada
“tangan hitam” atau “black hand” akan keluar untuk “merusak AirAsia” (to ruin AirAsia) yang merupakan
sebuah maskapai atau perusahaan penerbangan terbesar kedua di Malaysia itu.

Setelah penerbangan AirAsia QZ8501 menghilang, banyak pengguna-pengguna


lainnya kembali ke forum dan postingan dari si blogger misterius itu hanya untuk
mengekspresikan rasa takjub mereka pada prediksi individu yang masih misterius
ini.

Banyak pengguna lainnya yang berspekulasi bahwa blogger misterius itu adalah
“orang dalam” atau insider atau sejenisnya yang memiliki koneksi atau terhubung
kepada pemerintah Malaysia atau pemerintah Cina. Sepertinya pesannya memang
berhasil dan telah ditanggapi oleh warga Cina, karena terbukti tiada satupun warga
negara China yang berada di Air Asia QZ8501 yang nahas itu.
Memang terkadang kita merasa tak percaya akan adanya campur tangan manusia
dalam suatu musibah. Namun anehnya, mengapa ia memposting tak jauh-jauh hari
sebelumnya? Misalnya tak lama setelah maskapai Malaysia Airlines MH370 hilang,
atau tak lama setelah ditembaknya MH17 diatas udara Ukraina.
Namun ia justru memposting tak lama sebelum musibah terjadi pada penerbangan
AirAsia QZ8501, seakan ia tahu bahwa dalam waktu dekat akan ada pesawat AirAsia
yang menjadi target Black Hand. Selain itu, mengapa ia memposting begitu massive-
nya secara berulang-ulang dan bertubi-tubi.
Mungkinkah hal ni hanya kebetulan semata? Atau adanya persaingan bisnis? Semua
pendapat itu terserah anda yang berhak menilainya. Anda juga dapat mencari berita
yang menghebohkan tentang blogger misterius asal Cina ini pada pencarian di
Google yang juga banyak diterbitkan pada laman web terkenal mulai dari
Huffingtonpost, Dailymail, BBC hingga the New York Times.

KNKT Pertanyakan ELT AirAsia QZ 8501 yang Tak Menyala


Sementara itu, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT)
mempertanyakanEmergency Locator Transmitter (ELT) dari pesawat Airasia QZ
8501 yang tak mengeluarkan sinyal saat pesawat hilang kontak (dengarkan sinyal
ELT Transmission of a distress radiobeacon on 121.5 MHz and 243 MHz). Padahal,
alat itu bermanfaat untuk mencari lokasi hilangnya pesawat. Investigator KNKT
Suryanto, menduga bahwa ELT itu bisa saja hancur karena pesawat menabrak suatu
benda dengan sangat keras. Dugaan lainnya yaitu ELT terbuang ke laut.
Memang merupakan hal yang aneh pula, jika ELT (Emergency Locator Transmitter)
yang dibuat tahan banting dan tahan dalam banyak kondisi yang ada di AirAsia QZ
8501 tidak menyala. Padahal alat navigasi darurat itu dalam keadaan ekstrim tak
mudah rusak, baik oleh impact keras, tahan terkena api hingga ratusan derajat,
maupun berada di alam bersuhu dingin yang ekstrem, hingga jatuh ke dalam laut
lebih dari 500 meter, ILT masih dapat berfungsi dengan baik.

Emergency position-indicating radio beacons or EPIRBs

“ELT disiapkan pada tiap pesawat agar jika ada emergency maka stasiun didarat
pasti dapat menangkap frekuensinya termasuk Basarnas, dan untuk masalah ini
frekuensi tak tertangkap. Berarti pesawat itu perlu dipertanyakan kenapa ELT tidak
menyala,” kata Kepala KNKT Tatang Kurniadi di Tangerang, Minggu (28/12/2014).
Selain dikenal sebagai ELT (Emergency Locator Transmitter), namun banyak alat
sejenis yang dikenal dengan nama atau sebutan lain. Beberapa diantaranya,
sepertiDistress radio beacons atau emergency beacons atau PLB (Personal Locator
Beacon) atau EPIRB (Emergency Position-Indicating Radio Beacon), atau juga
ELBA (Emergency Locator Beacon Aircraft). Namun semua alat itu memiliki fungsi
dan kegunaan yang sama, yaitu sebagai perangkat suar penentu lokasi untuk pesawat
dan kapal laut bahkan dapat dimanfaatkan secara individual.
Sementara itu kotak hitam milik Airasia QZ 8501 juga sama-sama belum ditemukan,
biasanya ada pinger yang akan berbunyi di dalam air. Namun, untuk mendeteksi
bunyi itu, harus ada alat solar detector. Artinya harus ada kapal dulu yang diarahkan
ke pingeritu untuk menangkap sinyal.
Pendapat-pendapat para ahli penerbangan internasional antara MAS
MH370 dan AirAsia QZ 8501
The Telegraph menulis bahwa hilangnya pesawat AirAsia dalam penerbangan antara
Indonesia dan Singapura, mau tidak mau, memicu perbandingan dengan kasus tidak
terpecahkan hilangnya pesawat Malaysia Airlines MH370.
Marc Dugain, Mantan Direktur Maskapai Prancis

Mantan Direktur Maskapai Prancis, Marc Dugain,


menuding adanya konspirasi dalam tragedi MH370, yang diduga dibajak atau
ditembak jatuh oleh AS yang mengakibatkan MH370 hilang tanpa jejak bersama 239
penumpang dan kru pesawat.
Dikutip laman Huffingtonpost, Marc Dugain menduga pesawat Boeing dengan
nomor penerbangan MH370 dibajak, dan terbang mengarah ke Pulau Diego Garcia
di Samudra Hindia, yang merupakan instalasi militer rahasia AS.
Berdasarkan paten yang didaftarkan oleh Boeing, disebutkan bahwa semua pesawat
mereka dilengkapi dengan perangkat pengendali jarak jauh, yang dimaksudkan
untuk mencegah pesawat dibajak dan digunakan untuk serangan terorisme. Seperti
pesawat AirAsia, MH370 juga didahului dengan terputusnya kontak antara pesawat
dan pusat kendali lalu lintas udara (ATC), serta tidak ada sinyal darurat yang
dikirimkan sebagai tanda adanya masalah, hingga pesawat hilang dari radar.

Peter Stuart Smith, pakar penerbangan

Pakar penerbangan, Peter Stuart Smith, yang dikutip dalam


laporan Mirror, menyebut aneh bahwa QZ8501 tidak melakukan kontak dengan
ATC.
“Bahkan jika kita berasumsi bahwa pesawat menghadapi cuaca sangat buruk, dan
pecah di udara. Jelas prioritas utama pilot adalah menerbangkan pesawat, tapi
mengirim sebuah pesan pada ATC tentang apa yang terjadi, hanya beberapa detik
untuk mengirimkan sinyal pada kotak SSR, yang akan memperingatkan ATC bahwa
ada masalah,” ujar Peter Stuart Smith.

Neil Hansford, pakar penerbangan

Pakar penerbangan lainnya asal Australia, Neil Hansford,


menyebut tidak ada komplikasi serumit MH370, dalam kasus hilangnya QZ8501, di
mana otoritas Indonesia mengatakan yakin mendapat sinyal terakhir lokasi
hilangnya pesawat.
“Belum ada komplikasi MH370 (untuk QZ8501). Mereka tahu yang ini, dan jika
mereka tidak dapat menemukannya, maka kita memiliki persoalan,” kata Hansford.

Paul Goelz, jurnalis penerbangan CNN


Sedangkan jurnalis penerbangan CNN, Paul Goelz, menilai
ada perbedaan antara MH370 dan QZ8501. Di mana pada kasus MH370,
transponder untuk mengidentifikasi keberadaan pesawat tampak sengaja dimatikan.
Sementara itu, pada kasus AirAsia hal itu tidak terjadi. Samudra Hindia di mana
MH370 diyakini tenggelam, merupakan wilayah perairan dalam dan terkesan
misterius. Dasar laut di wilayah itu tidak pernah dipetakan di beberapa tempat,
sehingga sulit untuk melakukan pencarian.
Sementara itu, Laut Jawa tempat pesawat AirAsia diduga hilang, adalah lautan yang
lebih dangkal dengan kedalaman diperkirakan hanya sekitar 150 kaki, dibandingkan
dengan Samudra Hindia yang memiliki kedalaman antara 10.000-20.000 kaki.
Lebih lanjut, Goelz menyebut keberadaan pesawat sudah dapat diprediksi. Berbeda
dengan kasus hilangnya MH370, yang disertai tidak jelasnya informasi. Di mana
para pejabat berwenang menyampaikan pernyataan yang saling bertolak belakang.
Sementara itu, dalam kasus AirAsia, pemerintah Indonesia dan maskapai terlihat
menggunakan pendekatan yang lebih sesuai. CEO AirAsia Tony Fernandes bahkan
turun langsung, dan aktif melakukan berkomunikasi dengan publik melalui media
sosial.

Steven Wallace, mantan Direktur Administrasi Penerbangan Federal

Sedangkan Steven B. Wallace mantan Direktur Kantor


Administrasi Penerbangan Federal untuk Penyelidikan Kecelakaan (Director of
Accident Investigation, Federal Aviation Administration) mengatakan bahwa,
“Kondisi itu diyakini lebih mudah menemukan pencarian puing-puing di Laut Jawa.
Kita tidak akan melihat upaya proses pencarian seperti yang terjadi dalam kasus
Malaysia Airlines MH370,” jelas Steven Wallace.
Will Ripley, analis penerbangan

Sementara itu Will Ripley seorang analis penerbangan


lainnya menyatakan, bahwa cara Fernandes sebagai pimpinan AirAsia Indonesia
telah berusaha mengatasi krisis  sangat meyakinkan.
“Otoritas dan maskapai telah berusaha untuk berkoordinasi dengan baik diantara
mereka semua. Dan mereka juga telah berusaha untuk menempatkan keluarga
penumpang atau keluarga korban dari pesawat AirAsia nomer penerbangan QZ8501
yang masih hilang itu sebagai prioritas utama dalam situasi yang buruk ini,” kata
Ripley.

Namun yang jelas, dukungan bagi publik, di antaranya dengan transparansi


informasi, sangat dibutuhkan keluarga korban saat ini. Mereka sangat berharap,
kasus AirAsia tidak akan menjadi misteri seperti MH370.

Laporan Para Sakai Mata


Berikut beberapa laporan para saksi mata yang sempat melihat sebuah pesawat
terbang rendah diperairan antara Pulau Belitung dan lepas pantai Pangkalan Bun,
Kalimantan Tengah.
1. Darso, seorang nelayan dari Tanjung Pandan melihat sebuah
pesawat yang sedang terbang rendah diatas laut dalam posisi miring pada pukul 06:30 WIB
pagi. Ketika itu ia sedang melaut dan terjadi cuaca buruk, lalu ia menepikan perahunya dan
berlindung disebuah pulau.
Pada saat berlindung itulah ia melihat sebuah pesawat. Karena cuaca masih buruk, hujan
deras dan angin masih sangat kencang, maka ia tak melihat secara jelas. Ia menyatakan
bahwa pesawat itu terbang dari arah timur, pesawat itu sedang terbang rendah dalam pesisi
miring atau berbelok. Pada badan pesawat terlihat cat berwarna putih dan merah.

Namun ia tak mendengar ledakan karena pada saat itu angin sangat kencang. Cuaca buruk
baru sedikit reda pada siang hari dan ia pun kembali melaut untuk bergegas pulang. Setelah
sampai rumah dan menonton televisi, ia baru sadar bahwa apa yang ia lihat mirip pesawat
AirAsia yang memiliki warna cat yang sama. Jadi ia hanya melihat pesawat terbang rendah,
namun ia tak mendengar dentuman pesawat jatuh. (lihat video kesaksian).

2. Rahmad, warga Singgora, Pangkalan Buun,


Kalimantan Tengah yang bermukim dimuara sungai telah mendengar suara
dentuman keras dari arah lepas pantai yang berasal dihalauan selatan (Laut Jawa)
pada Minggu 28/12/2014 selepas pukul 07:00 WIB pagi hari.
Namun ia tak melihat sosok apapun ketika mendengar suara dentuman itu karena
pada waktu itu laut sangat berkabut. Bahkan kabutnya hingga pinggir pantai bahkan
tepi pantai pun tak terlihat, jelas dia. Kemudian ia melapor kepada kepala desa
setempat agar laporannya ditindaklanjuti kepada aparat terkait.

Setelah sampai rumah, ia menonton televisi dan baru mengetahui bahwa ada
pesawat jatuh. Ia memperkirakan bahwa dentuman yang telah ia dengar tadi pagi,
adalah pesawat yang jatuh itu. Situasi ini kebalikan dari saksi pertama, jadi ia hanya
mendengar dentuman pesawat jatuh, namun tak melihat sosok pesawat. (lihat video
kesaksian).
3. Fendi, seorang warga Pangkalan Bun, Pantai Kubu, Kecamatan Kumai,
Kalimantan Tengah, mengaku melihat pesawat seperti AirAsia sesaat sebelum
dikabarkan hilang kontak pada Minggu pagi, 28 Desember 2014. “Saya melihat
pesawat itu terbang rendah. Dia punya warna depan putih merah dan melintas agak
rendah,” ujar Fendi.
Menurut pengakuan Fendi, pesawat yang mengangkut ratusan penumpang itu
terlihat jelas dari pantai di Pangkalan Bun. Namun dia tidak mengetahui jika
pesawat itu yang dikabarkan hilang kontak. Saat itu dia tengah melakukan renovasi
terhadap atap rumahnya. “Saat saya ke rumah baru lihat berita, kok pesawat
(seperti) ini ada di berita dan dikabarkan hilang. Saya tidak tahu itu pesawat jatuh,”
kata Fendi. Lalu pengakuan Fendi selanjutnya ditelusuri oleh Badan SAR Nasional
untuk didalami keabsahannya. (sumber).

Polri Berhasil Lacak Lokasi Hilangnya AirAsia QZ8501 Lewat Sinyal


Handphone
Sementara itu, Polri (Kepolisian Republik Indonesia) juga turut ambil bagian dalam
upaya membantu pencarian pesawat AirAsia QZ8501 yang hilang sejak hari Minggu
lalu.  Berbeda dengan tim lainnya maka Polri memanfaatkan sinyal telepon seluler
(ponsel) untuk melacak lokasi pesawat dan keberadaan korban. Kapolri Jenderal
Sutarman mengatakan tim Informasi Teknologi (IT) Polri berhasil menangkap sinyal
ponsel milik penumpang AirAsia QZ8501 melalui base transciever station (BTS).
“Jadi itu adalah temuan analisis IT kita, karena saya minta nomor HP-nya
penumpang pesawat itu berapa. Kemudian saya olah, saya evaluasi di-monitoring
sama kita, sehingga kita memperoleh informasi terakhir dia,” ungkap Sutarman di
Mabes Polri, Jakarta, Selasa (30/12/2014).
Authorities monitor progress in the search for AirAsia Flight QZ8501 in the Mission Control Center inside
the National Search and Rescue Agency in Jakarta on Dec. 29, 2014

Dijelaskan melalui liputan6, dia mendapatkana sinyal tersebut lantaran ada


penumpang yang lupa menonaktifkan telepon seluler (ponsel) saat berada di dalam
pesawat.
“Kadang penumpang ada yang lupa (nonaktifkan). Kita minta penumpang yang
megang HP siapa (untuk nonaktifkan). Kemudian saat dia bawa HP, mungkin lupa
dimatikan. Kita ada beberapa nomor HP di antaranya itu ada di sini,” kata Sutarman.

Nomor-nomor yang sudah didapat Polri kemudian dikomunikasikan dengan petugas


di lapangan. Alat itu lalu disesuaikan dengan koordinat pencarian di sekitar
Kalimantan. “Koordinatnya di sebelah barat Kalimantan”, jelas Kapolri Jenderal
Sutarman. (Lanjutan artikel ini yang tak kalah seru: Pencarian AirAsia:
Misteri-Misteri Ditengah Pencarian Serpihan Air Asia QZ8501)
Pustaka:
- bbs.tianya.cn, AirAsia aircraft lost contact with the mainland forum posts 13 days
ago discovered prophecy (ch | in)
- saoonline.vn, Duong Ngoc Yen predicted catastrophic crash MH17? (vn | in)
– reddit.com, Someone in China warned of a AirAisa disaster 13 days before
QZ8501 disappeared
– infowers.com, Did Mysterious Chinese Blogger Predict Disappearance of AirAsia
Flight?
– dailymail.co.uk, Mysterious Chinese blogger sparks online frenzy after
‘predicting’ that ‘black hand’ was going to bring down AirAsia jet THIRTEEN days
before one vanished
VIDEO: Tribute to MH370 a.k.a. B777 9M-MRO (The Missing Plane) –
Taking Off, Boarding, Landing, Taxiing
Passengers Manifested:
Berikut daftar nama lengkap dengan kewarganegaraan penumpang AirAsia Airbus
A320-216 PK-AXC dengan nomer penerbangan QZ 8501 yang hilang kontak pada
28/12/2014 itu:

1. Abraham, Viona Florensa


2. Alain Oktavianus, Siauw
3. Andriani, Ratri Sri (30) / Surabaya (identified)
4. Andrijany, Vicencia Sri
5. Ang, Sharon Michelle
6. Ang, Steven Michael
7. Angelina, Ong
8. Anggara, Lindawati / istri no. 113
9. Anggraini, Monica
10. Anggreni, Linda
11. Ann Santiago, Jasmine Rose
12. Ardhi, Jayden Cruz
13. Ardhi, Reggy
14. Astutik, Yuni
15. Aurelia, Thirza
16. Biantoro, Djarot
17. Biantoro, Kevin
18. Chandra, Gani
19. Choi, Chi Man (Great Britain)
20. Choi, Zoe Man Suen (2) (Singapore) (anak Choi, Chi Man / nomer urut 19)

21. Claudia Ardhi, Marianne


22. Clemency Ardhi, Michelle
23. Darmaji, The
24. Diani, Inda
25. Djomi, Kaylee C (anak nomer urut 26 dan 96)
26. Djomi, Martinus
27. Emmanuel, Angeline Esther
28. Ernawati, Ernawati
29. Evientri Wahab, Musaba
30. Febriantus, Edward
31. Fei, Joe Jeng
32. Fernando, Adrian
33. Gani, Susilo
34. Giovanni, Justin
35. Giovani, Nico (17)/ Surabaya (identified)
36. Go, Feilensia Sularmo
37. Gunawan, David (37)/ Surabaya (identified)
38. Gunawan, Jie Charly
39, Gunawan, Jie Stephanie
40. Gunawan, Jie Steven

41. Gunawan, Jie Stevie (10) (identified/015)


42. Gunawan, Kayla Audrey
43. Gunawan, Kenneth Matthew
44. Gunawan Syawal, Hendra (23)(identified/003)
45. Halim, Hindarto (61) (identified)
46. Hamid, Hayati Lutfiah (42)/ Sidoardjo / istri nomer 119 (identified/001)
47. Handayani, Finna
48. Handoyo, Roni
49. Haripin, Sukiatna
50. Harja Subagio, Prawira
51. Hartono, David
52. Harwon, Lice, Caroline
53. Ho, Juliana
54. Hutama, Christanto Leoma
55. Indri, Jo
56. Jauw, Monita Wahyuni
57. Jessica, Jessica
58. Jong, Ang Mie
59. Josel, Shiane (45) (identified/005)
60. Kho, Kosuma Chandra

61. Kho, Vera Chandra (19) (identified/037)


62. Krisputra, Sesha Aldi
63. Krisputri, Felicia Sabrina
64. Kristiyono, Kristiyono
65. Kusuma, Nelson
66. Kusumo, Wirantono
67. Lee, Kyung Hwa (34)/istri nomor 88 (South Korea) (identified/047)
68. Liangsih, Indahju (44) / Surabaya (identified)
69. Liem, Fransisca Lanny Winat
70. Ligo, Ekawati
71. Liem, Yam Koem (61) (identified/016)
72. Liman, Susandhini
73. Limantara, Juanita (identified/016)
74. Linaksita, Grayson Herbert (11) (identified)
75. Linaksita, Kathleen Fulvia
76. Linaksita, Tony (42) (identified/022)
77. Linggarwati, Sri
78. Megawati, Megawati
79. Merry, Merry
80. Muttaqin, Abdullah
81. Noventus, Andrian
82. Nurwatie, Donna Indah
83. Octavani, Lanny
84. Oei, Jinny Sentosa Winata
85. Oktavianus, Denny
86. Ong, Sherlly
87. Pai, Soemamik Saeran
88. Park, Seongbeom (37)/suami nomer 67 (South Korea) (identified/048)
– Infant: Park, Yuna (South Korea)
89. Permata, Gusti Atu Putriyan
90. Poo, Andri Wijaya
91. Pornomo, Christien Aulia
92. Pornomo, Ferni Yufina
93. Puspitasari, Ruth Natalia Made (26)/ Blitar(identified)
94. Putri, Gusti Ayu Made Keish
95. Ranuwidjojo, Mulyahadikusum
96. Ratna Sari, Ria 
97. Romlah, Siti
98. Santoso, Fandi
99. Santoso, Karina
100. Santoso, Nikolas Theo
101. Sari, Lia
102. Sebastian, Yonatan
103. Sentoso, Samuel Joyo
104. Sholeh, Marwin (50) / Tulungagung(identified/020)
105. Sia, Soetikno (60)/ Surabaya (identified)
106. Sidartha, Gusti Made Bobi
107. Sii, Chung Huei (Malaysia)
108. Soesilo, Elbert
109. Soetanto, Aris
110. Soetanto, Lima
111. Soetjipto, Cindy Clarissa / anak no.113
112. Soetjipto, Kevin Alexander (20) / anak no.113(identified)
113. Soetjipto, Rudy (45)/ Malang (identified)
114. Soewono, Yenni
115. Su, Bundi
116. Sukianto, Kartika Dewi
117. Sulastri, Sulastri
118. Suryaatmadja, Hanny
119. Suseno, Djoko (43) /Sidoarjo/ suami nomer 46(identified/025)
120. Suseno, Naura Kanita Rosada
121. Susiyah, Susiyah
122. Tanus, Herumanto
123. Theja kusuma, Themeji (44) (identified/008)
124. Theodoros, Hendra
125. Theodoros, Raynaldi
126. Theodoros, Winoya
127. Usin, Suriani
128. Utomo, Soesilo
129. Wahyuni, Eny
130. Wen, Oktaria

131, Wicaksana, Bima Ali


132. Widjaja, Andreas
133. Widjaja, Djoko Satryo Tanoe
134. Widjaja, Eko
135. Widodo, Florentina Maria
136. Widodo, Nanang Priyo
137. Widyawati, Anna
138. Wijaya, Alfred
139. Wijaya, Bob Hartanto
140. Wijaya, Marilyn
141. Wijaya, William
142. Wijaya, Kwee Indar Prasetyo
143. Winata, Boby Hartanto
144. Winata, Inggrid Jessica
145. Wuntarjo, Natalina
146. Yani, Indri
147. Youngki, Jou (53) (identified/029)
148. Youvita, Elisabeth / Surabaya (identified)
149. Youvito, Brian (19) (identified)
150. Yuanita, Jou Christine (62)/ Surabaya (identified)
151. Yulianto, Albertus Eka Sury
152. Yulianto, Indra (51) (identified)
153. Yulianto. Stephanie (17) / Probolinggo (identified)
154. Yuni, Indah
155. Infant: Park, Yuna (bayi 11 bulan anak Park, Seongbeom / nomer urut 88)

Crew (7 Crews):
156. Irianto / Captain
157. Remi Emmanuel Plesel / Flight officer(France)
158. Saiful Rakhmad / Flight Engineer
159.  Wanti Setiawati (30) / Senior Flight Attendant (identified)
160. Khairunisa Haidar Fauzi (22) / Flight Attendant/ Palembang (identified)
161. Oscar Desano  / Flight Attendant
162. Wismoyo Ari Prambudi (24)/ Flight Attendant/ Klaten (identified/018)
Total person boarded: 162
Dokumen manifest dari AirAsia:
        

  
Respons Dunia atas Tragedi Ketiga Pesawat
Malaysia
Hilangnya pesawat AirAsia dengan cepat dikaitkan tragedi MH370.
Selasa, 30 Desember 2014 | 00:10 WIB
Oleh : Adrianus Mandey

Suasana dan aktivitas calon penumpang dikantor perwakilan Air Asia di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta
terlihat normal. (VIVAnews/Ikhwan Yanuar)

VIVAnews - Ada sedikitnya tiga hal yang menjadi pusat perhatian berbagai media
internasional, saat pesawat AirAsia dengan nomor penerbangan QZ8501 dilaporkan
hilang, pada Minggu, 28 Desember 2014. Tiga hal itu yaitu Malaysia, MH370, dan
Indonesia.

AirAsia adalah perusahaan penerbangan yang berbasis di Malaysia. Hilangnya


pesawat Airbus 320-200 merupakan tragedi ketiga yang melibatkan maskapai dan
pesawat asal Malaysia, sepanjang 2014. Meskipun, melibatkan dua maskapai
penerbangan yang berbeda.

Dua tragedi sebelumnya melibatkan pesawat milik Malaysia Airlines, yaitu pesawat
bernomor penerbangan MH370 yang hilang dalam penerbangan dari Kuala Lumpur
ke Beijing, pada 8 Maret. Lalu, MH17 yang ditembak jatuh di Ukraina, pada 17 Juli.

Peristiwa hilangnya pesawat AirAsia, dengan cepat dikaitkan dengan tragedi MH370
yang belum juga ditemukan. Berbulan-bulan pencarian yang masif, bahkan belum
memberikan satu atau sedikit pun petunjuk tentang keberadaan pesawat, yang
diduga jatuh di Samudra Hindia.

Teori konspirasi yang muncul, sejak beberapa jam setelah hilangnya MH370,
bertahan hingga saat ini. Sebagian meyakini, adanya konspirasi sebagai penjelasan
paling dapat diterima, terkait misteri hilangnya MH370.

Kemudian Indonesia, yang dikaitkan dengan buruknya catatan keselamatan


penerbangan di negara berpenduduk lebih dari 250 juta jiwa itu. Termasuk
kemampuan untuk melakukan pencarian, dengan minimnya perlengkapan teknologi
tinggi yang dimiliki.

Teknologi Pencarian

Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya FHB Soelistyo, Senin, 29
Desember, mengatakan bahwa saat ini terdapat kendala dalam pencarian pesawat,
terkait dengan kebutuhan beberapa alat penunjang yang tidak dimiliki Indonesia.

"Kita butuh dua alat, yakni marine detector, digunakan untuk mendeteksi pesawat
yang diduga jatuh ke air dan satu lagi untuk menindaklanjuti lokasi dengan evakuasi
dengan submersible capsule," ujar Soelistyo.

Basarnas disebutnya memiliki peralatan itu, namun dengan teknologi yang tidak
cukup mumpuni untuk mencakup wilayah pencarian. Oleh karena itu, Indonesia
berencana meminjamnya dari negara asing yang sudah menawarkannya.

"Melalui Kemenlu RI kita sudah bicarakan, dan kami berencana meminjam kedua
alat itu ke negara lain," katanya. Perangkat detektor pinjaman itu, menurut dia, dapat
menentukan lokasi hilangnya pesawat dengan lebih spesifik.

Sementara itu, submersible capsule digunakan, saat titik lokasi pencarian atau
tanda-tanda pesawat milik AirAsia QZ8501 sudah ditemukan di bawah laut.
Perangkat berbentuk kapsul itu dapat diturunkan hingga ke dasar laut.

Beberapa negara telah menawarkan bantuan saat ini, seperti Singapura dan
Australia dengan pesawat dan perangkat penangkap sinyal dari kotak hitam.
Sementara itu, untuk kapsul penyelam baru dimiliki Amerika Serikat (AS) dan
Prancis.
Catatan Keamanan

Sedikitnya 30 persen kecelakaan pesawat di seluruh dunia, disebabkan oleh cuaca


buruk. Daily Mail dalam laporannya, Minggu, menyebut fakta itu diabaikan dengan
tidak adanya sistem deteksi di banyak bandara Indonesia.

Hampir 650 jiwa tewas dalam sedikitnya delapan tragedi penerbangan di Indonesia,
selama dua dekade terakhir. Sebagian besar diyakini akibat kesalahan manusia.
Indonesia disebut tidak memiliki cukup tenaga berkualitas, baik itu pilot, maupun
mekanik.

Hal itu mengkhawatirkan, mengingat peningkatan permintaan kebutuhan


penerbangan saat ini. Pusat Penerbangan Asia-Pasifik mencatat peningkatan
sebesar 20 persen dalam jumlah kursi, antara 2012-2013.

Total ada 5,6 juta penumpang penerbangan di Asia Pasifik, dan dipastikan bakal
meningkat. Jurnal Penerbangan Orient menyebut 70 persen rute tersibuk dunia,
melakukan perjalanan melalui Asia Tenggara.

Willem Neimeijer, pendiri kelompok usaha Khiri Travel, mengatakan peningkatan


perjalanan udara berarti meningkatnya risiko kecelakaan. "Indonesia harus
meningkatkan infrastruktur udara," kata Niemeijer. Pada 2014 saja, ada lima insiden
kecelakaan pesawat di Asia Tenggara.

Bahkan ada sedikitnya satu insiden penerbangan di Indonesia, selama tiga tahun
berturut. Sebelum pesawat AirAsia, ada Boeing 737-800 milik Lion Air yang
tergelincir dari landasan saat akan mendarat, pada April 2013 di Bali.

Pada Mei 2012, pesawat Sukhoi Superjet-100 jatuh saat demonstrasi penerbangan,
menewaskan 45 orang. Lantas pada Januari 2007, Boeing 737 milik Adam Air hilang
dalam penerbangan dari Surabaya ke Manado, dengan korban 102 orang.

September 2005, kecelakaan pesawat Mandala Airlines menewasksan 149 orang.


Lantas Desember 1997, 104 orang tewas dalam kecelakaan pesawat SilkAir yang
jatuh ke Sungai Musi, pada penerbangan dari Jakarta ke Singapura.

Beberapa bulan sebelumnya, pesawat Garuda Indonesia jatuh menewaskan 234


orang, September 1997. Januari 1995 pesawat Merpati Nusantara Airlines hilang, 14
diduga tewas, dan pesawat tidak pernah ditemukan.

MH370

"Hilangnya pesawat AirAsia dalam penerbangan antara Indonesia dan Singapura,


mau tidak mau, memicu perbandingan dengan kasus tidak terpecahkan hilangnya
pesawat Malaysia Airlines MH370," tulis laman Telegraph, Minggu.

MH370 hilang tanpa jejak bersama 239 penumpang dan kru pesawat. Mantan
Direktur Maskapai Prancis, Marc Dugain, menuding adanya konspirasi dalam tragedi
MH370, yang diduga dibajak atau ditembak jatuh oleh AS.

Dikutip laman Huffingtonpost, Marc Dugain menduga pesawat Boeing dengan nomor
penerbangan MH370 dibajak, dan terbang mengarah ke Pulau Diego Garcia di
Samudra Hindia, yang merupakan instalasi militer rahasia AS.

Berdasarkan paten yang didaftarkan oleh Boeing, disebutkan bahwa semua pesawat
mereka dilengkapi dengan perangkat pengendali jarak jauh, yang dimaksudkan
untuk mencegah pesawat dibajak dan digunakan untuk serangan terorisme.

Seperti pesawat AirAsia, MH370 juga didahului dengan terputusnya kontak antara
pesawat dan pusat kendali lalu lintas udara (ATC), serta tidak ada sinyal darurat
yang dikirimkan sebagai tanda adanya masalah, hingga pesawat hilang dari radar.

Pakar penerbangan, Peter Stuart Smith, yang dikutip dalam laporan Mirror,
menyebut aneh bahwa QZ8501 tidak melakukan kontak dengan ATC.  "Bahkan jika
kita berasumsi bahwa pesawat menghadapi cuaca sangat buruk, dan pecah di
udara," katanya.

"Jelas prioritas utama pilot adalah menerbangkan pesawat, tapi mengirim sebuah
pesan pada ATC tentang apa yang terjadi, hanya beberapa detik untuk mengirimkan
sinyal pada kotak SSR, yang akan memperingatkan ATC bahwa ada masalah,"
tambahnya.

Walau begitu, pakar penerbangan lainnya, Neil Hansford, menyebut tidak ada
komplikasi serumit MH370, dalam kasus hilangnya QZ8501, di mana otoritas
Indonesia mengatakan yakin mendapat sinyal terakhir lokasi hilangnya pesawat.
"Belum ada komplikasi MH370 (untuk QZ8501). Mereka tahu yang ini, dan jika
mereka tidak dapat menemukannya, maka kita memiliki persoalan," kata Hansford.

Lebih Mudah

Jurnalis penerbangan CNN, Paul Goelz, menilai ada perbedaan antara MH370 dan
QZ8501. Di mana pada kasus MH370, transponder untuk mengidentifikasi
keberadaan pesawat tampak sengaja dimatikan. Sementara itu, pada kasus AirAsia
hal itu tidak terjadi.

Samudra Hindia di mana MH370 diyakini tenggelam, merupakan wilayah perairan


dalam dan terkesan misterius. Dasar laut di wilayah itu tidak pernah dipetakan di
beberapa tempat, sehingga sulit untuk melakukan pencarian.

Sementara itu, Laut Jawa tempat pesawat AirAsia diduga hilang, adalah lautan yang
lebih dangkal dengan kedalaman diperkirakan hanya sekitar 150 kaki, dibandingkan
dengan Samudra Hindia yang memiliki kedalaman antara 10.000-20.000 kaki.

Kondisi itu diyakini lebih mudah menemukan pencarian puing-puing di Laut Jawa.
"Kita tidak akan melihat upaya proses pencarian seperti yang terjadi dalam kasus
Malaysia Airlines MH370," kata mantan Direktur Kantor Administrasi Penerbangan
Federal untuk Penyelidikan Kecelakaan, Steven Wallace.

Lebih lanjut, Goelz menyebut keberadaan pesawat sudah dapat diprediksi. Berbeda
dengan kasus hilangnya MH370, yang disertai tidak jelasnya informasi. Di mana
para pejabat berwenang menyampaikan pernyataan yang saling bertolak belakang.

Sementara itu, dalam kasus AirAsia, pemerintah Indonesia dan maskapai terlihat
menggunakan pendekatan yang lebih sesuai. CEO AirAsia Tony Fernandes bahkan
turun langsung, dan aktif melakukan berkomunikasi dengan publik melalui media
sosial.

Menurut analis penerbangan, Will Ripley, cara Fernandes mengatasi krisis sangat
meyakinkan. "Otoritas dan maskapai berkoordinasi dengan baik. Mereka juga
menempatkan keluarga penumpang sebagai prioritas utama dalam situasi yang
buruk ini," kata Ripley.
Dukungan bagi publik, di antaranya dengan transparansi informasi, sangat
dibutuhkan keluarga korban saat ini. Mereka sangat berharap, kasus AirAsia tidak
akan menjadi misteri seperti MH370. (art)

LONDON, KOMPAS.com — Pakar penerbangan, Geoffrey Thomas, berpendapat, insiden


hilang kontak pesawat AirAsia berkode penerbangan QZ8501 sama seperti tragedi jatuhnya
pesawat Air France berkode penerbangan AF447 pada 2009.

Menurut Thomas, pilot QZ8501 kemungkinan menerbangkan pesawat dengan kecepatan


terlalu rendah ketika bertemu dengan cuaca buruk yang ekstrem. 

"Para pilot berkeyakinan, kru (QZ8501) dalam upaya menambah ketinggian untuk
menghindari badai, entah bagaimana menyadari bahwa mereka terbang terlalu lambat," ujar
dia.

"Dengan kecepatan itu, mereka tertarik ke aerodynamic stall, seperti yang terjadi dalam
hilangnya Air France AF447 pada 2009," lanjut Thomas, seperti dikutip dari AAP. 

Pada 2009, Air France AF44 jatuh ke Samudra Atlantik dalam perjalanan dari Rio de
Janeiro, Brasil, menuju Paris, Perancis. 

Thomas memperkirakan, kecepatan AirAsia QZ8501 sekitar 100 knot, setara sekitar 160
kilometer per jam. "Terlalu lambat. Saat itu ketinggiannya juga sangat berbahaya," ujar dia.

Menurut Thomas, Airbus A320-200 yang dipakai dalam penerbangan ini merupakan
pesawat canggih. Dengan pemikiran tersebut, dia berpendapat bahwa pesawat
ini hilang kontak karena faktor cuaca ekstrem semata.

"Pesawat ini 'tertangkap' oleh tarikan udara ke atas atau sesuatu semacam itu, sesuatu
yang sangat tidak beres," ujar Thomas. 

Prinsip situasinya, papar Thomas, pesawat tersebut terbang dengan kecepatan terlalu
lambat untuk ketinggiannya saat itu, dan udara terlalu tipis sehingga sayap tidak mampu lagi
menopangnya. "Pesawat pun stall. Aerodynamic stall."

Meski sudah menyebut A320 sebagai pesawat canggih, Thomas mengatakan, radar di
pesawat tersebut bukan produk terbaru. Menurut dia, radar yang terpasang di A320 kadang-
kadang bermasalah ketika berada di lingkungan berbadai. "Ada kemungkinan pilot tertipu
oleh kondisi itu."

Radar terbaru yang penggunaannya dipelopori oleh Qantas pada 2002, sebut Thomas,


memiliki kemampuan pembacaan yang lebih lengkap dan akurat terhadap badai. Namun,
radar baru ini belum tersertifikasi untuk bisa dipakai di A320 sebelum 2015. 

"Ketika Anda tak punya alat yang disebut dengan multi-skilledradar itu, Anda harus
mencermati data radar itu secara manual. Anda harus melihat ke dalam badai, berapa
intensitas kelembaban dan hujan di dalamnya, lalu Anda membuat keputusan seberapa
buruk itu. (Secara) manual, bisa jadi ada kesalahan, dan itu yang terjadi."
Beberapa Pertanyaan yang Tersisa dari Tragedi
AirAsia QZ8501
Rabu, 31 Desember 2014 | 14:04 WIB

Reska K. Nistanto/KOMPAS.comPK-AXC, Airbus A320-200 yang dioperasikan oleh maskapai Indonesia AirAsia,
yang hilang sejak Minggu (28/12/2014). Foto diambil pada 7 September 2011 di Bandara Soekarno-Hatta,
Tangerang, Banten.

Terkait

 Doa Anak-anak PAUD untuk Korban AirAsia dan "Om-om Berbaju Oranye"
 DPR Sebut Manajeman Penerbangan RI Sedang "Sakit"
 Jenazah Mahasiswi Petra Korban AirAsia Berhasil Diidentifikasi
 Kepala Basarnas: Benda Diduga CVR AirAsia Ditemukan, tetapi Belum Terkonfirmasi

22

Oleh: Dahlan Dahi*

KOMPAS.com — Pesawat AirAsia bernomor QZ8501 dinyatakan hilang pada Minggu


(28/12/2014). Dua hari kemudian, temuan jenazah dan serpihan memberi jawaban dari
pencarian yang dipimpin Badan SAR Nasional terhadap pesawat ini. Walau demikian,
tragedi tersebut menyisakan beberapa pertanyaan.   

Pertanyaan pertama, apakah penyebab kecelakaan yang menewaskan semua penumpang


dan kru yang terdiri dari 162 orang di low cost carrier itu karenafaktor cuaca atau faktor
manusia (human error)?

Bahwa cuaca buruk di lintasan yang dilalui dari Surabaya menuju Singapura, hal itu rasanya
tidak terbantahkan lagi.

Ada juga satu fakta, pilot AirAsia minta izin naik ke ketinggian untuk menghindari cuaca
buruk. Izin tidak diberikan menara pengawas. Setelah itu, Airbus 320 itu hilang kontak. 

Koran The Straits Times Singapura pada Rabu (31/12/2014) ini menampilkan grafis yang
memperlihatkan posisi pesawat di jalur itu, sesaat sebelum kecelakaan terjadi.

AirAsia 8501 terbang di ketinggian 32.000 kaki, dan berada pada posisi paling rendah. Di
atas AirAsia 8501 terdapat tujuh pesawat lain (lihat grafis).

Courtesy The Straits Time

Masuk akal kalau menara pengawas (ATC) tidak memberi izin ke pilot AirAsia 8501 untuk
menambah ketinggian. Itulah titik awal penyelidikan.

Namun, dua pertanyaan lain menyusul. Pertama, mengapa AirAsia 8501 tetap diizinkan
terbang padahal jalur penerbangan pada jam itu demikian padatnya? Cuaca juga merah di
beberapa spot.

Kedua, mengapa (atau apakah boleh dibenarkan jika) AirAsia memajukan jadwal
penerbangan dari semula pukul 08.00 pagi ke pukul 05.30 pagi?

Stasiun televisi CNN menyoroti pertanyaan kedua. Memajukan jadwal penerbangan ke jam


yang sibuk dan pada saat cuaca buruk dianggap sebagai keputusan yang salah.

Masalahnya, seperti terlihat pada grafis, dalam kondisi cuaca buruk, pilot membutuhkan
ruang manuver yang lebih besar dan lebih tinggi.

Hal itulah yang tidak diperoleh pilot berpengalaman dari AirAsia QZ8501. Cuaca buruk, pilot
tidak memiliki ruang untuk menaikkan pesawat, dan jadwal dimajukan ke jam sibuk.

Beberapa hari ke depan, publik menunggu penjelasan yang lebih komprehensif mengenai
apa yang terjadi.

Kecelakaan AirAsia bukan cuma soal AirAsia dan korban beserta keluarga.

Ini soal yang lebih besar: Apakah kita bisa menggantungkan nasib kita, nasib keluarga kita,
pada pengelola industri penerbangan?

Apakah maskapai dengan penerbangan murah benar-benar memberi harga murah atau
nyawa manusia yang dinilai murah?

Inilah inti soalnya: Seberapa kuat otoritas penerbangan dan pengelola low cost
carrier berpihak pada nasib manusia? (Dahlan Dahi dari Singapura)

Beberapa Pertanyaan Penting Seputar Tragedi AirAsia


QZ8501
Mengapa AirAsia 8501 tetap diizinkan terbang padahal jalur
penerbangan pada jam itu demikian padatnya. Cuaca juga merah di
beberapa spot.
Peta lokasi ditemukannya jejak pesawat AirAsia QZ8501 (T Asyanti Syarif/Warsono/National
Geographic Indonesia)

Tragedi AirAsia QZ 8501 menyisakan beberapa pertanyaan yang penting.

Salah satunya: Apakah penyebab kecelakaan yang menewaskan seluruh 162


penumpang dan kru low cost carrier itu faktor cuaca atau faktor manusia (human
error).

Bahwa cuaca buruk di lintasan yang dilalui dari Surabaya menuju Singapura rasanya
tidak terbantahkan lagi.

Ada juga satu fakta: Pilot AirAsia minta izin naik ke ketinggian untuk menghindari
cuaca buruk. Izin tidak diberikan menara pengawas. Setelah itu Airbus 320 itu hilang
kontak. Dan jatuh.

Koran The Straits Time Singapura hari ini menampilkan grafis yang memperlihatkan


posisi pesawat di jalur maut itu sesaat sebelum kecelakaan terjadi.
AirAsia 8501 terbang di ketinggian 32 ribu kaki, paling rendah.

Di atas AirAsia 8501 ada tujuh pesawat lainnya (lihat grafis).

Grafis penerbangan AirAsia QZ8501 dan sejumlah


pesawat lainnya pada saat bersamaan. (The Straits Time)

Masuk akal kalau menara pengawas (ATC) tidak memberi izin ke pilot AirAsia 8501
untuk menambah ketinggian.

Itulah titik awal penyelidikan.

Dua pertanyaan lain menyusul.

Pertama: Mengapa AirAsia 8501 tetap diizinkan terbang padahal jalur penerbangan
pada jam itu demikian padatnya. Cuaca juga merah di beberapa spot.

Kedua: Mengapa (atau apakah boleh dibenarkan) AirAsia memajukan jadwal


penerbangan dari jadwal semula pukul delapan pagi ke pukul 05.30.
(Foto: KOMPAS.com)

Stasiun televisi CNN menyoroti pertanyaan kedua.

Memajukan jadwal penerbangan ke jam yang sibuk dan pada saat cuaca buruk
dianggap sebagai keputusan yang salah.

Masalahnya, seperti terlihat pada grafis, dalam kondisi cuaca buruk, pilot
membutuhkan ruang manuver yang lebih besar dan lebih tinggi.

Hal itulah yang tidak diperoleh pilot berpengalaman dari AirAsia 8501.

Cuaca buruk. Pilot tidak memiliki ruang untuk menaikan pesawat. Jadwal dimajukan
ke jam sibuk.

Beberapa hari ke depan, publik menunggu penjelasan yang lebih komprehensif


mengenai apa yang terjadi.

Kecelakaan AirAsia bukan cuma soal AirAsia dan korban beserta keluarga.

Ini soal yang lebih besar: Apakah kita bisa menggantung nasib kita, nasib keluarga
kita, pada pengelola industri penerbangan.

Apakah maskapai penerbangan murah benar-benar harganya murah atau nyawa


manusia yang dinilai murah.

Inilah inti soalnya: Seberapa kuat otoritas penerbangan dan pengelola low cost
carrier berpihak pada nasib manusia.

(Dahlan Dahi/Tribunnews.com)

Pesawat AirAsia Jatuh


Inikah Penyebab AirAsia
8501 Jatuh?
Rabu, 31 Desember 2014 10:28 WIB

SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ

Eka Santoso keluarga dari Joe Jeng Fei yang merupakan korban dari hilangnya pesawat AirAsia QZ 8501
menangis saat mendengarkan radio komunikasi tim SAR yang menginformasikan bahwa telah ditemukan
jenazah dan serpihan pesawat saat ikut melakukan pencarian dengan pesawat patroli maritim CN235 TNI AL di
atas perairan Laut Jawa, Selasa (30/12/2014). Tim SAR telah menemukan sejumlah benda dan enam jenazah
korban hilangnya pesawat AirAsia QZ 8501 rute Surabaya - Singapura di Teluk Kumai, Pangkal Bun, Kalteng. 

Pemakaman Jenazah Korban AirAsia QZ8501

Doa Bersama untuk Grayson Korban AirAsia QZ8501

Laporan Wartawan Tribunnews.com Dahlan Dahi dariSingapura


TRIBUNNEWS.COM - Tragedi AirAsia QZ 8501 menyisakan beberapa
pertanyaan yang penting.
Salah satunya: Apakah penyebab kecelakaan yang menewaskan seluruh 162
penumpang dan kru low cost carrier itu faktor cuaca atau faktor manusia
(human error).
Bahwa cuaca buruk di lintasan yang dilalui dari Surabaya
menujuSingapura rasanya tidak terbantahkan lagi.
Ada juga satu fakta: Pilot AirAsia minta izin naik ke ketinggian untuk
menghindari cuaca buruk. Izin tidak diberikan menara pengawas. Setelah itu
Airbus 320 itu hilang kontak. Dan jatuh.
Koran The Straits Time Singapura hari ini menampilkan grafis yang
memperlihatkan posisi pesawat di jalur maut itu sesaat sebelum kecelakaan
terjadi.

AirAsia 8501 terbang di ketinggian 32 ribu kaki, paling rendah.


Di atas AirAsia 8501 ada tujuh pesawat lainnya (lihat grafis).
Masuk akal kalau menara pengawas (ATC) tidak memberi izin ke
pilot AirAsia 8501 untuk menambah ketinggian.
Itulah titik awal penyelidikan.
Dua pertanyaan lain menyusul.
Pertama: Mengapa AirAsia 8501 tetap diizinkan terbang padahal jalur
penerbangan pada jam itu demikian padatnya. Cuaca juga merah di beberapa
spot.
Kedua: Mengapa (atau apakah boleh dibenarkan) AirAsiamemajukan jadwal
penerbangan dari jadwal semula pukul delapan pagi ke pukul 05.30.
Stasiun televisi CNN menyoroti pertanyaan kedua.
Memajukan jadwal penerbangan ke jam yang sibuk dan pada saat cuaca
buruk dianggap sebagai keputusan yang salah.
Masalahnya, seperti terlihat pada grafis, dalam kondisi cuaca buruk, pilot
membutuhkan ruang manuver yang lebih besar dan lebih tinggi.
Hal itulah yang tidak diperoleh pilot berpengalaman dari AirAsia8501.
Cuaca buruk. Pilot tidak memiliki ruang untuk menaikan pesawat. Jadwal
dimajukan ke jam sibuk.
Beberapa hari ke depan, publik menunggu penjelasan yang lebih
komprehensif mengenai apa yang terjadi.
Kecelakaan AirAsia bukan cuma soal AirAsia dan korban beserta keluarga.
Ini soal yang lebih besar: Apakah kita bisa menggantung nasib kita, nasib
keluarga kita, pada pengelola industri penerbangan.
Apakah maskapai penerbangan murah benar-benar harganya murah atau
nyawa manusia yang dinilai murah.
Inilah inti soalnya: Seberapa kuat otoritas penerbangan dan pengelola low
cost carrier berpihak pada nasib manusia.

AirAsia Hilang Kontak

Berbagai Prediksi
Penyebab Hilangnya
Pesawat Air Asia QZ8501
Senin, 29 Desember 2014 07:02 WIB

SURYA/SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ

Keluarga penumpang pesawat AirAsia yang hilang kontak, menunggu kepastian nasib keluarga mereka di Crisis
Center di Terminal 2 Bandara Juanda Surabaya di Sidoarjo, Minggu (28/12/2014). Pesawat AirAsia dengan
nomer penerbangan QZ 8501 berangkat dari Surabaya menuju Singapura pada pukul 05.20 WIB dengan
membawa 155 penumpang hilang kontak berada di antara Tanjung Pandan (Pulau Belitung) dan Pontianak
(Kalimantan Barat). SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ 

Pemakaman Jenazah Korban AirAsia QZ8501

Doa Bersama untuk Grayson Korban AirAsia QZ8501

Tribunnews.com, Jakarta- Hilangnya Pesawat Air Asia  dengan jenis A320-


200 dengan nomor penerbangan QZ 8501 tujuan Surabaya-Singapura secara
teknis penerbangan bisa terjadi akibat berapa hal. Antara lain Technical
Reason yang meyebabkan pesawat Crash dan Crew Pilotnya melakukan
pendaratan darurat di suatu tempat .  
Hal itu disampaikan FX Arief Poyuono Ketua Umum FSP BUMN Bersatu (Ex
Instruktur Flight Safety) dalam keterangan yang diterima Tribunews.com
Senin (29/12/2014). Menurut Arief,   hilangnya Pesawat Air Asia pada posisi
Cruise bisa juga terjadi karena Weather Phenomenon yang tiba tiba berubah
seperti terjadinya turbulensi tiba-tiba dan pilot tidak siap  sehingga
menyebabkan  pesawat kehilangan tenaganya dan kemungkinan selamat bisa
saja terjadi jika Pilotnya mampu melakukan prosedur pendaratan darurat
dengan baik
"Bagasi  penumpang   dan kargo yang  mengandung bahan yang eksplosive 
yang masuk katagori danger goods yang tidak terdeteksi dengan baik oleh
security atau tidak dilaporkan oleh penumpang atau perusahaan jasa kargo
ketika check in dan kemudian  di-loading ke pesawat dan  tidak di-packing
sesuai aturan bisa juga penyebab accident pesawat saat  level krusial terjadi
turbulensi atau goncangan akibat cuaca buruk," katanya.
Accident pesawat air Asia dalam posisi Cruising level diatas ketinggian lebih
dari 30.00 feet, katanya, juga bisa terjadi akibat sebuah sabotase aksi teroris
misalnya diledakkan dengan bom  yang meledak saat posisi Cruise level ini
sangat dimungkinkan karena Indonesia belum aman dari ancaman serangan
teroris. "(Peristiwa ini) tidaklah berselang lama dengan ancaman ISIS
terhadap TNI dan Polri," kata Arief.
Menurut statistik tentang kecelakaan pesawat yang dikeluarkan oleh ICAO
dalam 10 tahun terakhir ini kecelakaan pesawat dalam posisi Cruise level
sangatlah kecil sekali persentasenya.  Dan terjadinya accident dalam posisi
cruise level karena sabotase, dibajak atau ditembak dengan rudal dari darat
"Karena itu peyelidikan pesawat Air Asia yang hilang kontak  harus
melibatkan BAIS, Densus 88 serta BIN untuk mencari hilangnya pesawat
tersebut yang kemungkinan disabotase," katanya.
Namun demikian, Arief berharap semoga saja semua prediksi salah tetapi
yang terjadi  pesawat melakukan pendaratan darurat akibat sesuatu hal dan
kita harapkan  selamat semua crew dan penumpangnya  dan tim SAR cepat
menemukan mereka.
NEWS

Analisis Penyebab Kecelakaan AirAsia QZ8501


Oleh: ita malau
04 January 2015, 18:05 WIB

   

Pesawat ini hilang kontak setelah terbang dari Bandara Juanda, 28


Desember lalu
Citra satelit mengenai cuaca di sekitar rute AirAsia QZ8501, 28 Desember lalu (FOTO: bmkg.go.id)
Pesawat tipe Airbus A320-200 milik maskapai AirAsia jatuh dan kemudian
serpihannya ditemukan di Selat Karimata. Saat terbang dari Bandara Juanda,
Surabaya menuju Singapura, 28 Desember lalu, pesawat dengan nomor
penerbangan QZ8501 itu membawa 162 penumpang dan kru.

Spekulasi dan teori mengenai penyebab musibah inipun bermunculan sejak saat itu.
Namun, kepastian mengenai penyebab kecelakaan ini baru didapat dari Komite
Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). 
Salah satu analisis yang muncul datang dari sejumlah peneliti dari Puslitbang Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Tim yang terdiri dari Prof Edvin
Aldrian, Ferdika Amsal, Jose Rizal, dan Kadarsah menganalisis musibah itu dari sisi
meteorologis. Penelitian mereka ini kemudian diunggah ke laman BMKG.

Kesimpulan penelitian mereka menyebutkan bahwa cuaca buruk menjadi faktor


pemicu terjadinya kecelakaan tersebut. "Analisis awal menunjukkan bahwa pesawat
kemungkinan telah terbang masuk ke dalam awan badai," demikian tertulis dalam
dokumen di laman BMKG tersebut. Penelitian ini mengindikasikan bahwa cuaca
buruk jadi pemicu musibah AirAsia QZ8501.

Sebelumnya, pesawat dengan registrasi PK-AXC tersebut memang hilang kontak


saat berada di antara Tanjung Pandan (Belitung Timur) dan Pontianak. Pesawat
sempat melakukan kontak terakhir dengan ATC di Bandara Soekarno-Hatta pada
pukul 06.12 WIB. Pesawat tersebut terakhir kali terpantau di ketinggian 32.000 kaki
di atas permukaan air laut sebelum akhirnya sinyal ADS-B (Automatic Dependent
Surveillance-Broadcast) yang dipancarkan pesawat hilang.

Saat itu pesawat melaporkan akan menghindari awan Cumulonimbus (Cb) dengan
berbelok ke arah kiri, posisi ketinggian pesawat 32.000 kaki dan minta izin untuk
menaikkan ketinggian pesawat menjadi 38.000 kaki. Kemudian pada pukul 06.17
WIB, pesawat hilang kontak.

Dari penelitian ini terungkap juga bahwa pesawat berbelok ke kiri 329° di atas Laut
Jawa, setelah lepas landas pukul 05.36 waktu setempat. 

Pada pukul 05:54, ketinggian pesawat mencapai FL320 (32.000 kaki). Kemudian
pesawat merubah arah ke kiri menjadi 319°. 10 menit kemudian merubah lagi arah
sedikit ke arah 310°. Pesawat terlihat terakhir di layar monitor ACC radar pada pukul
06:24 WIB.

Pada saat itu pesawat sedang melakukan deviasi (pengalihan arah) dari yang telah
direncanakan karena alasan cuaca buruk. Pesawat meminta kenaikan ketinggian
dari 32.000 kaki ke 38.000 kaki. 

"Dari beberapa kali manuver perubahan arah (heading) yang dilakukan oleh
pesawat tersebut diperkirakan pesawat menghindari cuaca buruk yang menghadang
di depannya. Diperkirakan QZ8501 terjebak cuaca buruk yang sulit dihindari ketika
sedang berada di atas Selat Karimata dekat Pulau Belitung."

Penelitian ini juga memadukan data kondisi cuaca di rute QZ8501 saat itu.
"Dokumen penerbangan yang diberikan oleh kantor BMKG menunjukkan bahwa
pada rute yang akan dilewati selama pesawat cruising level terdapat kondisi yang
cukup mengkhawatirkan."

Icing
Salah satu data yang dipakai tim Puslitbang BMKG adalah citra satelit IR. Saat
kejadian, citra menunjukkan suhu puncak awan yang ada di jalur penerbangan
QZ8501 mencapai-80º hingga 85ºC (warna violet). "Yang berarti terdapat butiran-
butiran es di dalam awan tersebut (icing)."
Hal tersebut juga menunjukkan bukti bahwa ada beberapa puncak awan yang
menjulang tinggi pada jalur penerbangan yang dilewati.

Berdasarkan data yang tersedia di lokasi terakhir pesawat yang diterima cuaca
adalah faktor pemicu terjadinya kecelakaan tersebut. Fenomena cuaca yang paling
memungkinkan adalah terjadinya icing yang dapat menyebabkan
mesin pesawat mengalami kerusakan karena pendinginan

"Hal ini hanyalah salah satu analisis kemungkinan yang terjadi berdasarkan data
meteorologis yang ada, dan bukan merupakan keputusan akhir tentang penyebab
terjadinya insiden tersebut."
8 Fakta Menarik Terkait Hilangnya Air
Asia QZ8501
OPINI | 30 December 2014 | 17:29  Dibaca: 1030     Komentar: 3     1

Masih teringat jelas dan belum sedikitpun terlupakan tragedi hilangnya


salah satu pesawat milik maskapai Malaysia Airlines dengab nomor
penerbangan MH370 tanggal 8 Maret 2014 lalu, yang hingga kini belum
juga ditemukan. Dan satu pesawat lagi milik Malaysia Airlines penerbangan
MH17, yang jatuh akibat tertembak Rudal di wilayah ukraina timur dengan
rute Amsterdam - Kuala lumpur 17 juli 2014 lalu.

2 hari kemarin, tepatnya 28 desember. Satu pesawat lagi mengalami hilang


kontak diatas perairan belitung. Dan masih terus di lakukan upaya
pencarian hingga saat ini. Pesawat tersebut milik maskapai Air Asia
penerbangan QZ8501 dengan rute Surabaya - Singapura.

Ada beberapa hal ataupun fakta yang menarik untuk di simak terkait
hilangnya Air Asia QZ8501 tersebut, yang penulis kutip dari sejumlah
media.

1. Jika memang benar nasib hilangnya pesawat Air Asia QZ8501 adalah
sebuah kecelakaan. Maka ini menjadi peristiwa ke-3 pesawat milik
maskapai asal malaysia yang mengalami kecelakaan di tahun 2014 ini.

2. Air Asia QZ8501 ini, menjadi pesawat ke-6 yang mengalami kecelakaan
pesawat yang terjadi di seluruh dunia sepanjang tahun 2014. Sebelumnya,
tercatat ada pesawat militer C-130 Hercules milik AU Aljazair pada 11
februari 2014, MH370 milik Malaysia Airlines pada 8 maret 2014, MH17
Malaysia Airlines pada 17 juli 2014, Pesawat ATR - 72
milik Taiwan 23 juli 2014, dan sebuah pesawat Air Algerie MD-83 pada 24
juli 2014.
3.Air Asia QZ8501 menambah daftar panjang kecelakaan pesawat yang
dialami oleh pesawat berjenis Airbus A320. Menurut data, selain Air Asia
QZ 8501, sudah berjumlah 9 pesawat jenis Airbus A320 yang mengalami
kecelakaan. Yang diantaranya adalah pesawat Air france A320 (26 juni
1988), Indian Airlines A320 (14 februari 1990), Air inter A320 (20 januari
1992), Lufthansa A320-200 (14 september 1993), Gulf Air A320 (23
agustus 2000), Armavia Airlines A320 (3 mei 2006), TAM Linhas A320-200
(17 juli 2007), TACA A320-200 (30 mei 2008), XL Airways Germany (27
november 2008).

4. Ari Putro Cahyono, beserta keluarganya yang berjumlah 10 orang


masuk dalam daftar manifest penunpang Air Asia QZ8501, Namun gagal
berangkat karena terlambat berada di bandara juanda. Betapa
bersyukurnya Ari dan sekeluarga, yang pada akhirnya batal mengikuti
penerbangan QZ8501 tersebut.

5. Manajemen Air Asia sempat mengubah jadwal keberangkaan QZ8501


yang semula berangkat pada pukul 07.30 wib, menjadi 05.20 wib.
Perubahan jadwal tersebut sudah informasikan oleh pihak Air Asia sejak 28
oktober 2014 lalu.

6. Saat hilang kontak pada 06.17 wib diatas perairan belitung, terdapat 7
pesawat yang berada dekat dengan posisi QZ8501 berdasarkan pantauan
flightradar24. 7 pesawat tersebut , adalah Air asia QZ502 rute denpasar-
singapura yang tepat berada di belakang dengan ketinggian 37.975 kaki,
silk Air MI176 dari arah berlawanan tujuan singapura-denpasar di
ketinggian 31.000 kaki, Emirates 406 tujuan melbourne - kuala lumpur
dengan ketinggian 36.000 kaki, Air Asia QZ550 Denpasar - kuala lumpur
34.000 kaki, dan pesawat lainnya yakni pesawat milik maskapai Garuda
indonesia dan Lion Air.

7. Penyebab utama hilangnya kontak pesawat Air Asia QZ8501 dari


pantauan ATC, diduga kuat akibat cuaca buruk dan munculnya awan
cumulonimbus yang bisa menjulang tinggi hingga 48.000 kaki. Tapi, hal itu
dibantah oleh pesawat-pesawat lainnya yang juga melintasi jalur tersebut.
Yang mengatakan sama sekali tidak melihat keberadaan awan
cumulonimbus.

8. Hilangnya QZ8501, seperti yang diberitakan oleh metrotvnews.com.


Sudah diprediksikan ssebelumnya oleh seorang blogger asal tiongkok
sekitar 2 pekan lalu. Si blogger tersebut, dalam tulisannya telah
memperingatkan pesawat Air Asia akan hilang dan berakhir dengan tragis.
Dia juga telah menyebutkan ada ” The International Black Hand” atau
sebuaah organisasi anarkis “tangan hitam” yang terkait dengan kelompok
islam dibalik hilangnya pesawat QZ8501 dan MH370. Entah mengetahui
darimana info tersebut, si blogger di duga sebagai seorang hacker dunia,
seorang inteligent, atau haanya mengedit tulisannya sesaat setelah
terjadinya 2 peristiwa pesawat tersebut.
Itulah 8 Fakta dan beberapa hal yang menurut penulis menarik untuk
disimak. Syukur Alhamdulillah, akhirnya pesawat naas tersebut berhasil
ditemukan puing-puingnya dan beberapa jenazah di perairan Pangkalan
Bun. Turut berduka cita sedalam-dalamnya bagi keluarga penunpang
QZ8501.

Anda mungkin juga menyukai