Anda di halaman 1dari 3

Case Report Kayak Gini Bukan Sih Hiks

Tragedi Adam Air, Menabrak Laut dan Pecah, 102 Nyawa Melayang
Sumber : website liputan6 (http://news.liputan6.com/read/771930/tragedi-adam-air-menabrak-laut-
dan-pecah-102-nyawa-melayang)

Fajar 2007 baru menyingsing beberapa jam sebelumnya. Di Surabaya, 96


penumpang dan 6 awak pesawat Adam Air KI-574 menikmati penerbangan
menuju Menado. Pesawat berangkat pukul 12.55 WIB. Semestinya pesawat tiba
di Bandara Sam Ratulangi pukul 16.14 Wita.

Pada 14.53 Wita, datang kabar mengejutkan: pesawat putus kontak dengan
Pengatur lalu-lintas udara (ATC) Bandara Hasanuddin Makassar. Pada kontak
terakhir, posisi pesawat berada pada jarak 85 mil laut barat laut Kota Makassar
pada ketinggian 35 ribu kaki. Pada 1 Januari itu, salah satu tragedi transportasi
terbesar di Indonesia terjadi.

Pencarian mulai dilakukan. Disertai dengan kesimpangsiuran informasi. Sehari


setelahnya, terdengar kabar penemuan pesawat Adam Air di kawasan perbukitan
di Kecamatan Matangnga, Polewali Mandar, Sulawesi Barat.

Berita penemuan pesawat Adam Air bernomor penerbangan KI-574 ini bermula
dari laporan warga Desa Rangoan kepada kepala desa setempat. Warga ini
mengaku melihat sebuah pesawat yang terbang rendah dan menghilang setelah
mengeluarkan asap di sekitar perbukitan.

Warga itu melihat pesawat berada di sekitar perbukitan setempat sekitar pukul
17.00 WITA. Laporan warga ini langsung disampaikan ke pemerintah setempat
untuk ditindaklanjuti.

Tim search and rescue (SAR) menuju lokasi dan berkoordinasi dengan warga
setempat untuk melaksanakan pencarian pesawat Adam Air. Sejumlah personel
Kepolisian Sulbar beserta 700 anggota Badan SAR Nasional yang menyisir
lokasi kejadian tidak menemukan apa-apa.

Beberapa saat kemudian Menteri Perhubungan Hatta Rajasa menegaskan berita


penemuan pesawat Adam Air tidak benar. "Data itu sama sekali tidak betul," kata
Menteri Perhubungan saat itu Hatta Rajasa, 3 Januari 2007.

Pencarian terus dilakukan. Hasilnya nihil.

Pada 27 Agustus, kotak hitam ditemukan di perairan Majene, Sulawesi Barat.


Selain perekam data penerbangan (flight data recorder; FDR), juga ditemukan
perekam suara kokpit (cockpit voice recorder atau CVR) di kedalaman 2.000
meter.

Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) terus bekerja berdasarkan


temuan itu. Akhirnya, Pada 25 Maret 2008, KNKT mengumumkan hasil
penyelidikan mereka. Awalnya, alat navigasi pesawat atau Internal Reference
System (IRS) rusak.

Menurut KNKT, kedua pilot terkonsentrasi memperbaiki kerusakan dan lupa


memerhatikan instrumen yang lain. Mereka tidak menyadari pesawat miring dan
turun mendekati laut. Mereka baru sadar dua menit sebelum pesawat pecah
menabrak laut. Terlambat.

Anggota KNKT Mardjono menjelaskan, kerusakan IRS terjadi dalam 13 menit


terakhir penerbangan, sebelum pesawat jatuh. Hasil rekaman Digital Flight Data
Recorder (DFDR) menunjukkan, mulanya pesawat telah terbang dengan bantuan
instrumen kemudi otomatis. Namun, penanganan terhadap IRS yang dilakukan
tidak sesuai dengan panduan, sehingga kemudi otomatis pesawat menjadi tidak
berfungsi. Pesawat pun mulai miring.

Pada Agustus 2008, beredar rekaman pembicaraan yang konon pembicaraan


terakhir di kokpit Adam Air KI-574. Jika rekaman itu asli, rekomendasi Komite
Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) yang menyimpulkan kecelakan
akibat kesalahan manusia (human error) dianggap tidak mendasar dan keliru.

Dari rekaman tersebut, selain karena IRS-nya tidak berfungsi, terdapat faktor-
faktor lain yang menjadi penyebab kecelakaan yang menewaskan 102
penumpang pesawat Boeing 737-400 tersebut. Jadi, bukan human error.
Departemen Perhubungan menyatakan, rekaman asli ada di KNKT tersimpan
dalam boks tertutup bersifat rahasia dan berbentuk pita. Yang beredar itu tidak
asli dan tidak orisinal.

Adam Air akhirnya tutup. Bukan karena kasus ini, tapi lantaran urusan bisnis.
Ingatan publik pada tragedi ini tak lantas mati. (Yus)

Anda mungkin juga menyukai