terdapat berbagai peristiwa yang mewarnai kehidupan sehari-hari para personel yang mengawakinya. Baik itu cerita sedih maupun kisah ceria, semuanya telah mampu meletakkan landasan yang kuat bagi terbinanya rasa kekeluargaan, kekompakan, dan kebersamaan diantara seluruh petugas. Dan diantara banyak cerita tersebut terdapat satu kisah kepahlawanan yang cukup heroik dan menyedihkan. Kisah itu juga yang selanjutnya menjadi bahan pertimbangan pemilihan nama Gedung Penunjang RSAU dr. Mohammad Sutomo yaitu “Gedung Noerkawami”. Kisah yang dimaksud adalah kisah hilangnya pesawat Cessna dalam perjalanan misi kemanusiaan dari Lanud Supadio menuju ke Sanggo Ledo. Kisah dimulai pada tahun 1975, pukul 08.00 WIB. Sebuah pesawat Cessna milik TNI AU melaksanakan take off dari Lanud Supadio untuk sebuah misi kemanusiaan dalam rangka membantu masyarakat disekitar Lanud Singkawang II yang terkena wabah penyakit menular. Untuk itu selain membawa obat-obatan, dalam pesawat juga ikut serta tenaga medis Urkes Lanud Supadio, yaitu Lettu Kes dr. Mohammad Sutomo Kasikes Lanud Supadio, beserta Bidan Nurkawami yang merupakan salah seorang staf perawatan. Berita tentang keberangkatan pesawat tersebut oleh PHB Lanud Supadio diinformasikan kepada PHB Pangkalan Udara Singkawang II- Sanggau Ledo dan diperkirakan akan tiba di Lanud Singkawang II pada pukul 09.30 WIB. Pesawat Cessna mengudara menuju Lanud Singkawang II dengan lancar, dan selanjutnya hari itu pun berjalan normal seperti biasa, sampai tiba-tiba disadari bahwa setelah ditunggu beberapa lama hingga melebihi waktu Perkiraan Landing pesawat Cessna TNI AU tersebut ternyata belum tiba di Lanud Singkawang II. Menyadari ada yang tidak beres, perihal kehilangan komunikasi dengan pesawat Cessna tersebut dilaporkan kepada Komandan Lanud Supadio Mayor Pnb Adolf Maail. Tanpa menunggu lama, kemudian turun perintah dari Komandan Lanud Supadio bahwa pesawat Cessna dinyatakan hilang dan memerintahkan untuk melaksanakan pencarian pesawat Cessna tersebut. Pencarian pesawat Cessna dilaksanakan dengan cara menyusuri rute penerbangan pesawat Cessna tersebut. secara teknis, pencarian dilakukan oleh Tim SAR Lanud Supadio dibantu anggota Pangkalan Udara Singkawang II. Pencarian dilakukan hingga beberapa hari, namun tanpa hasil. Proses pencarian pesawat tidak maksimal karena mengalami kendala, baik akibat lokasi yang sulit maupun keterbatasan fasilitas pendukung dalam melaksanakan kegiatan. Menyadari kondisi tersebut, akhirnya Komandan Lanud Supadio memerintahkan untuk menghentikan pencarian. Pada tahun 1989 Pangkalan Udara Supadio kedatangan 2 (dua) orang pekerja kayu dari desa Padang Tikar yang melaporkan bahwa mereka telah menemukan sebuah pesawat kecil dengan posisi badan pesawat masuk kedalam sungai dan yang terlihat hanya ekor pesawat dengan lambang bendera Merah Putih. Komandan Pangkalan TNI Udara Supadio, pada waktu itu Letkol Pnb Onne Letemea memerintahkan 2 (dua) orang anggotanya yaitu Lettu Adm Sobur Wikarta Dimaja dan Sertu Paudji Hasan untuk melakukan operasi pencarian. Kedua personel tersebut merupakan anggota SAR TNI AU yang benar-benar telah memiliki lisensi SAR. Dengan susah payah dan berbagai cara dilaksanakan tim untuk menemukan pesawat yang jatuh dan harapan mereka untuk menemukan pesawat yang hilang menjadi sirna, karena kondisi air di daerah titidak sasaran sedang mengalami pasang sehingga menutupi pemandangan mereka untuk melihat letak ekor pesawat tersebut. Sambil menunggu turunnya ketinggian air maka Lettu Adm Sobur Wikarta Dimaja mencoba untuk menyelam kedalaman sungai, ternyata usaha itu tidak dapat dilakukan karena bunga bakungnya sangat banyak dan tebal. Setelah mereka menunggu beberapa jam untuk melihat perkembangan turunnya ketinggian air, mereka melihat kenyataan bahwa ketinggian air tidak mengalami perubahan penurunan ketinggian dan mereka melihat posisi ketinggian air dari tanda yang mereka buat pada salah satu kulit pohon tidak mengalami perubahan penurunan ketinggian. Akhirnya mereka memutuskan untuk meninggalkan lokasi tersebut, tetapi sebelum meninggalkan lokasi, Sertu Paudji Hasan berinisiatif memberi tanda lokasi itu sambil menoreh kulit pohon yang ada di sekitar lokasi sepanjang lebih kurang satu meter. Setelah mereka sampai di Pangkalan Udara Supadio, mereka melaporkan kejadian yang dialami kepada Komandan Pangkalan Udara Supadio, Kesimpulan dari laporan mereka adalah usaha yang mereka laksanakan tidak dapat membuahkan hasil Komandan Pangkalan Udara Supadio memerintahkan untuk berkomunikasi dengan Babinsa setempat tentang informasi perkembangan kondisi air dalam Hutan Padang Tikar. Informasi dari Babinsa tersebut diperoleh kabar bahwa kondisi air didalam Hutan Padang Tikar belum berubah. Komandan Pangkalan Udara Supadio, akhirnya memerintahkan tetap menunggu perkembangan informasi dari Babinsa, tentang perkembangan ketinggian air di daerah sasaran. Informasi tentang perkembangan perubahan ketinggian air di daerah sasaran tetap belum ada dan akhirnya usaha untuk melakukan pencarian ulang terhadap pesawat tersebut, sampai saat ini belum pernah dilaksanakan lagi.