Anda di halaman 1dari 24

MARKAS BESAR ANGKATAN LAUT NO.

PASIS : 038
SEKOLAH STAF DAN KOMANDO KELOMPOK : XII

KEPEMIMPINAN DAN KEJUANGAN KOMODOR YOS


SUDARSO DALAM PERTEMPURAN LAUT ARAFURU
(15 JANUARI 1962) SERTA MANFAATNYA
BAGI TNI ANGKATAN LAUT

OLEH

DWI BAGUS ROESTIAWAN


MAYOR LAUT (P) NRP 18680/P

KERTAS KARYA ACUAN


PASIS DIKREG SESKOAL ANGKATAN KE-62
TA 2024
2

1. Judul.

Kepemimpinan dan Kejuangan Komodor Yos Sudarso Dalam Pertempuran Laut


Arafuru (15 Januari 1962) Serta Manfaatnya Bagi TNI Angkatan Laut.

2. Pendahuluan.

a. Latar Belakang Kejadian.

1) Konferensi Meja Bundar (KMB) digelar pada tahun 1949 di Den Haag,
Belanda menyepakati bahwa Belanda mengakui kedaulatan
Indonesia, tetapi tidak termasuk wilayah Irian Barat dan akan
dibicarakan satu tahun kemudian. Belanda disinyalir masih memiliki
keinginan untuk mempertahankan wilayah jajahannya yaitu Irian
Barat. Pada bulan April 1960, Pemerintah Belanda melakukan
perkuatan pertahanan di Irian Barat dengan kehadiran Kapal Induk
Karel Doorman beserta pasukan infanteri dan jet tempur yang
diperbantukan dalam pertahanan. Meningkatnya permasalahan
Indonesia dengan Belanda diikuti dengan pemutusan hubungan
diplomatis Indonesia dan Belanda serta Pemerintah Indonesia dalam
hal ini Presiden Ir. Soekarno mengumukan Tri Komando Rakyat pada
19 Desember 1961 di Yogyakarta.1 Dalam Tri Komando Rakyat
(Trikora) tersebut dirumuskan hasil sebagai berikut :
a). Gagalkan pembentukan “Negara Boneka“ buatan Pemerintah
Belanda.
b). Mengibarkan Bendera Merah Putih di Irian Barat.
c). Persiapan guna mobilisasi umum
2) Untuk membebaskan Irian Barat, langkah pertama yang diambil
pemerintah Indonesia adalah melakukan infiltrasi dan operasi intelijen
ke Kaimana. Pada tahun 1962, Angkatan Laut Republik Indonesia
(ALRI) ditugaskan oleh Presiden untuk melakukan infiltrasi. Presiden
Ir. Soekarno ingin mengirimkan Satuan Tugas ini kepada KSAL
Laksamana Madya Laut RE Martadinata. Dari Pesan Presiden ini
langsung disampaikan kepada Komodor Laut Jos Sudarso, yang
merupakan Deputi Operasi MBAL dan Kolonel Sudomo, yang
1
Annisa, “Operasi Trikora: Sejarah, Isi dan Dampaknya”, Medan: Fakultas Hukum UMSU, 2023, diakses 19
April 2024, https://fahum.umsu.ac.id/operasi-trikora-sejarah-isi-dan-dampaknya/
3

merupakan Kepala Direktorat Operasi dan Latihan Taktis MBAL. RI


Matjan Tutul, RI Matjan Kumbang, RI Harimau dan RI Singa adalah
kapal perang yang memiliki torpedo dengan tipe Jaguar (MTB) yang
digunakan untuk mengangkut dua regu pasukan infiltrasi ke Kaimana.

b. Kronologis Kejadian.

1) Pra Kejadian.
a) RI Matjan Tutul, RI Matjan Kumbang, KRI Harimau dan KRI
Singa ditunjuk sebagai unsur Satgas infiltrasi. Jalannya
Operasi penyusupan yang sesuai rencana dilaksanakan oleh
empat MTB, terbagi atas beberapa etape :
(1) Pada Etape I kapal MTB yang dipimpin Kolonel
Sudomo bertolak dari Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta
menuju Titik RV I di Pulau Gili Genteng (Selat Madura).
(2) Pada Etape II empat kapal MTB berlayar dari Pulau Gili
Genteng menuju Titik RV II di Teluk Hading (Perairan Flores).
(3) Pada Etape III tiga konvoi MTB berlayar dari Teluk
Hading menuju Titik RV III di Dobo (sekitar kepulauan Aru)., RI
Multatuli yang mengangkut pasukan tiba di titik RV II pada
tanggal 13 Januari 1962.

2) Kejadian.
a) Pada 15 Januari 1962, tiga kapal RI kecuali RI Singa
terkendala terkait kondisi teknis sehingga tidak dapat
melanjutkan misi, melaksanakan embarkasi pasukan dari RI
Multatuli. Setelah itu, melaksanakan briefing untuk
menentukan hari “H” jam “J” yakni tanggal 15 Januari 1962
pukul 24.00 WIT.2
b) Pada 15 Januari 1962 Pada pukul 17.00 WIT ketiga MTB
membentuk konvoi RI Harimau, RI Matjan Tutul, RI Matjan
Kumbang berlayar menuju daerah operasi di pantai Kaimana
dari titik RV III Pulau Ujir. Pada saat itu, pejabat yang berada di
RI Matjan Tutul bersama para infiltran yaitu Komodor Yos
Soedarso berada. Pukul 20.25 pesawat Neptune Belanda

2
Mabesal, “Sejarah Pertempuran Laut ALRI”, Jakarta: Dispenal, 2020. 30.
4

mendeteksi Konvoi dari ketiga MTB di laut Arafuru pada jarak


60 mil dari Vlakke Hoek. Hasil patroli tersebut dilaporkan ke
kapal perang Belanda yang sedang melaksanakan patroli yaitu
fregat Hr. Ms. Eversteen, Hr. Ms. Kortenaer dan Hr. Ms.
Utrecht yang berada di perairan sekitar Irian Barat.
c) Pada pukul 21.45 pesawat patroli Neptune menembakkan flare
dengan tujuan untuk menerangi konvoi MTB, tetapi flare
tersebut gagal. Pada saat yang sama, RI matjan kumbang
mendeteksi keberadaan sebuah pesawat terbang yang
melintasi konvoi, selain itu juga radar yang dimiliki RI Matjan
Kumbang mendeteksi spot pada jarak 9 nm dengan baringan
070. Setelah diamati dengan teropong terlihat siluet fregat dan
destroyer Belanda. Kolonel Sudomo menyimpulkan bahwa
konvoi MTB telah diketahui oleh musuh dan misi harus
dibatalkan mengingat ketidakseimbangan kekuatan yang
dimiliki. Pada pukul 21.50, Perintah dari Sudomo agar konvoi
MTB memutar haluan dan menghindar secepatnya kembali ke
pangkalan. Tanpa diduga RI Matjan Tutul justru dengan
kecepatan tinggi merubah haluan mengarah ke Hr. Ms.
Eversten
d) Pada pukul 22.08, Komodor Yos Soedarso yang onboard di RI
Matjan Tutul membakar semangat pertempuran dengan
perintah ‘Kobarkan Semangat pertempuran’ dan
menembakkan meriam 40 mm ke arah Hr. Ms. Eversten
namun tidak mengenai sasaran. Setelah itu terjadi
pertempuran antara RI Matjan Tutul dengan Hr. Ms. Eversten
dan tembakan meriam Hr. Ms. Eversten mengenai anjungan RI
Matjan Tutul pada pukul 22.35 WIT. Kapal RI Matjan Tutul
kemudian berhenti dan secara bertahap pada pukul 22.50
mulai tenggelam ke dasar laut pada posisi 04 º 49’ 00’’ S – 135
º 02’ 00’’ T.3

3) Pasca Kejadian.

3
Sudono Jusuf, “Sedjarah Perkembangan Angkatan Laut.”. Jakarta: Departemen Pertahanan dan
Keamanan Pusat Sedjarah ABRI, 1971. 65.
5

a) Pada pukul 10.00 WIT ditanggal 16 Januari 1962, RI Harimau


dan RI Matjan Kumbang kembali ke lokasi tenggelamnya RI
Matjan Tutul untuk menolong korban yang mungkin masih
terapung-apung, dimana sebanyak 25 ABK RI Matjan Tutul
tewas selebihnya yang selamat ditawan Belanda.

3. Landasan Pemikiran.

a. Landasan Yuridis.
1) Pembukaan Undang-undang Dasar 1945.
Dijelaskan pada Alinea pertama pembukaan Undang-undang
Dasar 1945 bahwa sesungguhnya kemerdekaan adalah hak segala
bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus
dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri
keadilan.4
2) Undang-undang Nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.
Pertahanan negara merupakan segala usaha guna mem
pertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa dari
ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara. 5
3) Undang-undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI.
Tugas pokok TNI dijelaskan pada Pasal 7 UU RI nomor 34
tahun 2004, salah satunya yaitu menegakkan kedaulatan Negara,
mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945, serta melindungi segenap
bangsa dan tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan
terhadap keutuhan bangsa dan Negara.6

b. Landasan Teori.

4
Roeslan Abdulgani, Pancasila Perjalanan Sebuah Ideologi. (LP3ES, 1998).
5
Pemerintah Indonesia, “Undang undang 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara”, Jakarta, Presiden RI,
2002
6
Pemerintah Indonesia, “Undang undang 34 Tahun 2004 tentang TNI”, Jakarta, Presiden RI, 2004
6

1) Teori Sea Power AT. Mahan.


Rear Admiral A.T. Mahan berpendapat bahwa laut merupakan
satu kesatuan (The Sea is all One) yang dapat diartikan bahwa laut
tidak dapat diduduki, dipagari, dan dipertahankan seperti halnya
suatu daratan. Maka dari itulah strategi maritim diperlukan dalam
penguasaan di laut dan menjamin penggunaan laut guna kepentingan
sendiri dan menutup kemungkinan bagi musuh atau lawan yang akan
menggunakannya. Hal tersebut perlu adanya lines of communication,
kekuatan secara terpusat atau terkonsentrasi, dan daya serang guna
menghancurkan kekuatan armada musuh.7
2) Teori Kepemimpinan Transformasional.
Kepemimpinan transformasional dapat diartikan sebagai gaya
kepemimpinan dengan tujuan memotivasi pengikutnya untuk
mengelola serta melakukan kepentingannya sendiri guna
kepentingan bersama atau organisasi. Menurut James Mac Gregor
Burns, pemimpin dan bawahannya dapat saling mendorong atau
memotivasi satu sama lain guna mencapai tingkat moral dan motivasi
yang tinggi dengan mengutamakan kepentingan organisasi terlebih
dahulu.8
3) Great Man Theory atau Teori Pemimpin Hebat.
Great Man Theory atau dikenal sebagai teori Pemimpin hebat
diperkenalkan oleh Thomas Caryle pada abad ke 19. Beliau
menyatakan bahwa seorang pemimpin dapat diartikan seseorang
yang dilahirkan, tetapi bukan yang dibuat. Pemimpin yang hebat juga
akan hadir pada saat menghadapi situasional tertentu.9

4. Analisis dan Pembahasan.

a. Analisis.
1) Pertempuran Laut Arafuru tidak semata-mata pertempuran laut saja tetapi
lebih semangat pengorbanan yang ditunjukkan oleh Komodor Yos Sudarso

7
Mahan, A.T., The Influence of Sea Power Upon History 1660-1793, Boston: Little Brown and Company,
1989. 25
8
Givens, R. J. (2008). Transformational leadership: The impact on organizational and personal
outcomes. Emerging Leadership Journeys, 1(1), 2–24. Diakses pada 20 April 2024,
https://www.regent.edu/acad/global/publications/elj/issue1/ELJ_V1Is1_Givens.pdf
9
Thomas Carlyle, On Heroes, Hero-Worship, and the Heroic in History (Jerman : Carlyle, 2013), 105-120.
7

bersama personil yang lain dalam konteks merebut Irian Barat dari tangan
penjajahan Belanda. Dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945,
menjelaskan bahwa kemerdekaan adalah hak semua bangsa dan oleh
karena itu maka penjajahan di dunia harus dihapuskan, karena tidak
sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan. Setelah
proklamasi yang telah digaungkan oleh Presiden Ir. Soekarno menjadi
tonggak awal dalam menyatukan wilayah kedaulatan Indonesia mulai
Sabang hingga Merauke dalam satu kesatuan. Papua merupakan
salah satu wilayah yang masih menjadi permasalahan Pemerintah
Indonesia dengan Pemerintah Belanda setelah Kemerdekaan tahun
1945. Adapun berbagai cara telah ditempuh Pemerintah Indonesia
salah satunya dengan diplomasi guna menyatukan kembali Irian Barat
ke dalam kesatuan NKRI. Salah satu upaya diplomasi pemerintah
Indonesia dengan dimulainya perjanjian Roem Royen yang digelar
antara Indonesia dan Belanda sesuai dengan resolusi PBB tanggal 28
Januari 1949, dan ditindaklanjuti pelaksanaan Konferensi Meja
Bundar (KMB) yang digelar di Den Haag, Belanda.

Gambar 1.1. Konferensi Meja Bundar


Sumber : CNN Indonesia

Adapun hasil dari Konferensi Meja Bundar tersebut antara lain :


a) Kedaulatan Indonesia akan diserahkan kepada Pemerintah
Indonesia secara utuh dan tanpa syarat sesuai perjanjian Renville
pada 1948.
b) Belanda dan Indonesia akan mendirikan sebuah persekutuan
dengan dasar sukarela dan persamaan hak.
8

c) Hindia Belanda akan menyerahkan semua hak, kekuasaan,


dan kewajiban kepada Indonesia.
Dalam Konferensi Meja Bundar tahun 1949, pemerintah Belanda dan
Pemerintah Indonesia gagal mencapai kesepakatan terkait Irian
Barat, tetapi akan dibicarakan kembali dalam 1 tahun kemudian.
Pemerintah Belanda ingin menjadikan Irian Belanda sebagai wilayah
jajahan mereka dengan terus mengulur-ulur waktu dalam penyerahan
Irian Barat ke Pemerintah Indonesia. Bahkan pada bulan April 1960,
Pemerintah Belanda melakukan perkuatan pertahanan di Irian Barat
dengan kehadiran Kapal Induk Belanda Karel Doorman beserta
pasukan infanteri dan jet tempur yang diperbantukan dalam
pertahanan. Pengiriman kapal induk Karel Doorman sebagai salah
satu rencana Pemerintah Belanda yang akan melakukan
pembentukan negara Papua.

Gambar 1.2. Hr. Hs. Karel Doorman


Sumber : Navalnews.com

Rencana pembentukan Negara Papua oleh Pemerintah Belanda


selambat-lambatnya pada tahun 1970an bertujuan agar Belanda tetap
dapat mengeksplorasi sumber kekayaan alam yang ada di Papua dan
tetap dalam kendali Pemerintah Belanda. Sedangkan Pemerintah
Indonesia pasca Kemerdekaan tahun 1945 menuntut atas seluruh
wilayah kedaulatan Indonesia menjadi satu kesatuan yang utuh dan
seluruh penjajah agar meninggalkan wilayah Indonesia.
9

2) Pemerintah merespons rencana pembentukan Negara boneka di


Papua oleh Belanda setelah jalur diplomasi gagal dengan membentuk
komando Tri Komando Rakyat (Trikora). Trikora merupakan operasi
militer yang dilancarkan pihak Indonesia guna melawan
kependudukan Belanda di Irian Barat. Sesuai dengan Undang-undang
Nomor 3 tahun 2002 Pertahanan negara guna mempertahankan
kedaulatan NKRI, Presiden Ir. Soekarno mengeluarkan dekrit
Presiden yang berisi pernyataan Indonesia akan melakukan
konfrontasi terhadap pemerintah Belanda apabila Irian Barat tidak
diserahkan segera kepada Indonesia dengan membuat Komando
Mandala yang dipimpin langsung oleh Mayor Jenderal Soeharto
dalam pembebasan Irian Barat. Hal ini dilakukan guna
mempertahankan kedaulatan negara yang telah tercantum dalam
Proklamasi mulai dari Sabang sampai Merauke. Adapun Trikora yang
pada tanggal 19 Desember 1961 di Yogyakarta diumumkan Presiden
Ir. Soekarno menghasilkan keputusan resmi antara lain :
a) Menggagalkan kemerdekaan negara Papua oleh Pemerintah
Belanda.
b) Mengibarkan bendera Merah Putih di Irian Barat.
c) Bersiap-siap untuk memobilisasi umum untuk mempertahan
kan kemerdekaan dan kesatuan tanah air.
10

Gambar 1.3. Dekrit TRIKORA


Sumber : idntimes.com

Dari keputusan resmi Trikora tersebut menegaskan bahwa


wilayah Indonesia termnasuk Irian Barat tidak dapat ditawar. Serta
Indonesia memiliki hak dan kewajiban untuk mengakhiri penjajahan
Belanda terhadap rakyat Irian Barat.
3) Dalam rangka pembebasan Irian Barat, langkah pertama yang diambil
pemerintah Indonesia adalah melakukan infiltrasi dan operasi intelijen
ke Kaimana. Pada tahun 1962, Angkatan Laut Republik Indonesia
(ALRI) ditugaskan oleh Presiden untuk melakukan infiltrasi. Presiden
Ir. Soekarno ingin mengirimkan Satuan Tugas ini kepada KSAL
Laksamana Madya Laut RE Martadinata. Dari Pesan Presiden ini
langsung disampaikan ke Komodor Laut Jos Sudarso, yang
merupakan Depops MBAL dan Kolonel Sudomo, yang merupakan
Kepala Diropslat MBAL. RI Matjan Tutul, RI Matjan Kumbang, RI
Harimau dan RI Singa adalah kapal perang yang memiliki torpedo
dengan tipe Jaguar (MTB) yang digunakan untuk mengangkut dua
regu pasukan infiltrasi ke Kaimana.
Hal ini berkaitan langsung dengan Undang-undang Nomor 34
tahun 2004 Pasal 7 tentang tugas pokok TNI yaitu penegakan
kedaulatan Negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia, bahwa tugas yang diberikan Presiden
RI Ir. Soekarno dalam operasi Trikora sebagai wujud tugas pokok dari
TNI dalam rangka menjaga kedaulatan NKRI dan mempertahankan
kemerdekaan yang telah didapat. KRI Macan Tutul, KRI Macan
Kumbang, KRI Harimau dan KRI Singa sebagai unsur Satgas infiltrasi
mempunyai tipe kapal kelas Motor Torpedo Boat (MTB) Jaguar.
11

Terdapat empat etape rute operasi penyusupan yang telah


direncanakan, antara lain :
a) Pada Etape I kapal MTB yang dipimpin Kolonel Sudomo
bertolak dari Pelabuhan Samudera Tanjung Priok menuju Titik
Rendevous I di Pulau Gili Genteng (Selat Madura).
b) Pada Etape II empat kapal MTB berlayar dari Pulau Gili
Genteng menuju Titik RV II di Teluk Hading (ujung timur Flores).
c) Pada Etape III tiga konvoi MTB (RI Singa, RI Harimau, dan RI
Matjan Tutul) berlayar dari Teluk Hading menuju Titik RV III di Dobo
(sekitar kepulauan Aru). RI Multatu yang mengangkut pasukan tiba di
titik RV II pada tanggal 13 Januari 1962.
Operasi infiltrasi pasukan dilakukan tidak didukung dengan
kesiapan unsur yang maksimal hal ini dikarenakan pasukan yang
diangkut dengan dimensi kapal dapat mempengaruhi kemampuan
kapal karena harus melepas persenjataan torpedo yang berakibat
berkurangnya kemampuan tempur atau persenjataan dari kapal MTB.
Serta gagalnya RI Singa untuk melanjutkan misi dikarenakan kondisi
teknis juga menghambat pelaksanaan operasi infiltrasi.

Gambar 1.4. RI Matjan Tutul


Sumber : attoriolong.com

Tidak adanya dukungan pengamanan intelijen dan informasi


intelijen yang tidak didapat oleh unsur di lapangan, pada akhirnya
konvoi MTB ini dapat terdeteksi oleh patroli udara Belanda yaitu
12

pesawat Neptune yang kemudian dilaporkan ke unsur laut Belanda


yang sedang melakukan patrol di sekitaran Laut Arafuru. Dengan
adanya konvoi MTB tersebut, unsur patroli laut Belanda berusaha
menggagalkan misi infiltrasi pasukan infateri Indonesia ke Kaimana
dan terjadilah pertempuran laut Arafuru. Pertempuran antara RI
Matjan Tutul dengan Hr. Ms. Eversten merupakan pertempuran yang tidak
seimbang dari segi kekuatan dan persenjataan. Pertempuran laut
tersebut mengakibatkan tertembaknya kapal RI Matjan Tutul dan
dinyatakan tenggelam beserta awak kapal yang didalamnya terdapat
Komodor Yos Sudarso. RI Matjan Tutul bergerak menghadang Hr. Ms.
Eversten guna memecah konsentrasi musuh, sedangkan RI Matjan
Kumbang dan RI Harimau bergerak secepat-cepatnya kembali ke
pangkalan sesuai perintah dari Komodor Yos Sudarso. Komodor Yos
Sudarso rela berkorbang demi menghindari jatuh korban yang lebih banyak.
Serta mampu menjadi pemimpin yang rela berkorban, bertanggung jawab
serta mampu memotivasi pasukan yang ada di RI Matjan Tutul untuk
bertempur sampai titik darah penghabisan. Dari momentum pertempuran
Laut Arafuru tersebut, Indonesia dan Belanda secara resmi menyepakati
perjanjian New York pada tanggal 15 Agustus 1962 yang berisi bahwa
Belanda dengan resmi menyerahkan wilayah Irian Barat kepada PBB untuk
kemudian diserahkan kepada Pemerintah Indonesia.

b. Pembahasan.
1) Teori Sea Power yang dikembangkan oleh ahli strategi militer Alfred
Thayer Mahan sangat signifikan dalam studi strategi dan kebijakan
militer. Mahan percaya bahwa kekuatan laut adalah kunci kejayaan
dalam sejarah peperangan, dan dia mengembangkan teori-teori
tentang bagaimana negara-negara dapat memanfaatkan keunggulan
laut untuk memperkuat posisi mereka secara global. Salah satu
konsep utama dalam teori Mahan adalah bahwa negara-negara yang
memiliki kekuatan laut yang dominan dapat mengontrol rute
perdagangan dan jalur komunikasi, sehingga memberikan
keuntungan strategis yang besar dalam konflik internasional.
Pentingnya armada kapal perang yang kuat dalam mempertahankan
kepentingan nasional dan memperluas pengaruh negara. Selain itu,
memiliki pangkalan militer yang kuat di wilayah-wilayah strategis
sangat penting untuk menjaga kekuatan laut, karena pangkalan-
13

pangkalan tersebut dapat digunakan untuk mendukung operasi


militer, mengamankan jalur perdagangan, dan memantau aktivitas
musuh. Laut juga merupakan satu kesatuan merupakan salah satu aspek
kunci dalam teori Sea Power. Bahwa lautan adalah satu kesatuan yang
terhubung, dan bahwa negara-negara yang menguasai bagian penting dari
laut akan memiliki keuntungan strategis dalam hubungan internasional. Ada
beberapa cara di mana Mahan menjelaskan konsep ini:
a) Keterhubungan Geografis. Bahwa laut-laut di seluruh dunia
saling terhubung dan membentuk satu sistem yang besar. Dengan
mengendalikan bagian-bagian kunci dari sistem ini, sebuah negara
dapat mempengaruhi perdagangan dan mobilitas militer di wilayah
tersebut serta di seluruh dunia.
b) Perdagangan dan Komunikasi. Laut juga merupakan jalur
perdagangan utama di dunia. Dengan mengendalikan jalur
perdagangan laut, sebuah negara dapat mengendalikan aliran barang
dan informasi yang vital bagi ekonomi dan keamanan nasionalnya.
c) Keunggulan Militer. pengendalian jalur laut memberikan
keunggulan militer yang signifikan. Negara yang memiliki armada laut
yang kuat dan pangkalan militer yang strategis dapat mendominasi
perairan dan memproyeksikan kekuatan mereka di seluruh dunia.
Dengan memahami bahwa laut adalah satu kesatuan yang
terhubung, pentingnya bagi sebuah negara untuk memiliki kehadiran laut
yang kuat dan proyeksi kekuatan global. Laut juga berbeda dengan
wilayah daratan yang dapat diduduki dan dikuasai dengan relatif
mudah, laut memiliki karakteristik yang membuatnya sulit untuk
dikuasai secara permanen. Berikut adalah beberapa alasan mengapa
laut dianggap tidak dapat diduduki:
a) Dimensi Luas dan Terbuka. Laut memiliki dimensi luas dan
terbuka yang membuatnya sulit untuk dikendalikan secara
menyeluruh. Wilayah laut yang luas membuat sulit bagi suatu
kekuatan untuk menempatkan pasukan dengan efektif dan untuk
mempertahankan kendali atas semua wilayah tersebut.
b) Kemampuan Mobilitas. Laut memberikan kebebasan dan
fleksibilitas yang tinggi bagi armada kapal untuk bergerak dan
berpindah tempat dengan cepat. Hal ini memungkinkan pasukan laut
14

untuk menghindari pertempuran langsung atau menarik kembali


pasukan jika diperlukan.
c) Ketergantungan pada laut Lainnya. Laut-laut di seluruh dunia
saling terhubung, dan mengendalikan satu bagian dari laut bisa
menjadi sia-sia jika negara-negara lain menguasai bagian-bagian
lainnya. Ini mengarah pada ide bahwa untuk mengontrol laut, sebuah
kekuatan harus memiliki kehadiran global dan kemampuan untuk
memproyeksikan kekuatan ke seluruh dunia.
d) Risiko Logistik dan Suplai. Mempertahankan pasukan di laut
membutuhkan suplai yang konsisten dan logistik yang kuat. Tanpa
akses ke pangkalan-pangkalan yang aman dan jalur perdagangan
yang terbuka, pasukan laut bisa menjadi rentan terhadap kelaparan,
kelelahan, dan kekurangan pasokan.
Upaya untuk menduduki laut dengan kekuatan militer tidak
praktis dan kurang efektif dibandingkan dengan strategi untuk
mengendalikan bagian-bagian kunci dari laut dan memanfaatkan
keunggulan laut untuk memperkuat posisi geopolitik dan ekonomi
suatu negara. Pada pertempuran Laut Arafuru, pihak belanda
memiliki pengendalian dan kekuatan militer yang kuat di perairan
Arafuru. Untuk menandingi kekuatan militer yang ada di laut,
dibutuhkan strategi yang jitu, baik dari kekuatan unsur laut maupun
startegi taktis guna merebut pengendalian laut atas musuh.
2) Teori kepemimpinan adalah pendekatan yang berkaitan dengan
perilaku dan karakter yang mampu mempengaruhi kesuksesan
seorang pemimpin dalam mengarahkan kelompok yang dipimpinnya.
Kepemimpinan transformasional juga dapat diartikan sebagai gaya
kepemimpinan yang bertujuan memotivasi pengikutnya untuk
mengelola serta melakukan kepentingannya sendiri guna kepentingan
bersama atau organisasi. Menurut James Mac Gregor Burns,
pemimpin dan bawahannya dapat saling mendorong atau memotivasi
satu sama lain guna mencapai tingkat moral dan motivasi yang tinggi
dengan mengutamkan kepentingan organisasi terlebih dahulu.
Teori kepemimpinan transformasional menjadi kerangka kerja
yang penting dalam studi manajemen dan kepemimpinan. Ini
mencakup gagasan bahwa pemimpin yang efektif tidak sekedar
mempengaruhi perilaku bawahan mereka, tetapi juga mampu menjadi
15

inspirasi, motivasi, dan mampu mengubah bawahan agar tercapai


tujuan yang lebih besar dan berkelanjutan. Berikut ini yang
merupakan konsep utama dari teori kepemimpinan transformasional:
1. Visi dan Inspirasi. Pemimpin transformasional memiliki visi
yang kuat tentang masa depan yang telah direncanakan dan mampu
mengkomunikasikan visi tersebut dengan cara menjadikan motivasi
dan inspirasi bagi orang lain. Mereka mampu membawa orang-orang
bersama-sama menuju tujuan yang lebih besar dibandingkan diri
sendiri.
2. Karakteristik Kepemimpinan. Pemimpin transformasional
sering kali memiliki karakteristik kepemimpinan yang khas, termasuk
kepercayaan diri, keberanian, integritas, empati, dan kejujuran.
Mereka memperlihatkan keteladanan dalam perilaku dan tindakan
mereka.
3. Stimulasi Intelektual. Pemimpin transformasional mendorong
bawahan mereka untuk berpikir secara kreatif, menantang status quo,
dan mengeksplorasi penyelesaian baru terhadap masalah yang
sangat rumit. Mereka mendorong pengembangan intelektual dan
profesionalitas anggota tim mereka.
4. Perhatian Individual. Pemimpin transformasional harus
memberi perhatian individual ke setiap anggota tim mereka, mampu
memahami segala kebutuhan, kekuatan, dan kelemahan mereka.
Mereka memberikan motivasi dan arahan yang diperlukan guna
membantu bawahan dalam pencapaian potensi yang dimiliki.
5. Pengaruh Emosional. Pemimpin transformasional mampu
membangkitkan emosi positif, seperti antusiasme, semangat, dan
komitmen, dalam tim mereka. Mereka membawa energi positif yang
menular kepada orang-orang di sekitar mereka.
6. Perubahan Organisasi. Pemimpin transformasional tidak
hanya memelihara status quo, tetapi juga mempromosikan perubahan
yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja dan keberhasilan
organisasi. Mereka mendorong inovasi dan menciptakan lingkungan
di mana orang merasa nyaman untuk mengambil risiko dan belajar
dari kegagalan.
Teori kepemimpinan transformasional telah menjadi dasar bagi
banyak praktik kepemimpinan modern, terutama dalam konteks
16

organisasi yang berorientasi pada perubahan dan inovasi. Hal ini


menekankan pentingnya memahami, menginspirasi, dan
mengembangkan potensi individu untuk mencapai hasil yang lebih
baik secara kolektif. Teori kepemimpinan transformasional yang
diterapkan oleh Komodor Yos Sudarso dalam memimpin misi operasi
infiltrasi yaitu menekankan pada pendekatan guna dapat memotivasi
dan mampu menginspirasi serta mempengaruhi bawahan guna
mencapai kinerja yang maksimal melalui visi dan misi, nilai-nilai, dan
semangat perjuangan dalam memimpin perjuangan. Selain itu juga,
Komodor Yos Sudarso dikenal mempunyai kemampuan menciptakan
hubungan yang kuat dengan bawahan dengan selalu memberikan
perhatian serta dukungan yang diperlukan guna membentuk tim yang
solid. Dengan kepemimpinan tranformasional yang dimiliki Komodor
Yos Sudarso dalam pertempuran Laut Arafuru, mampu membawa
kemenangan Indonesia dalam diplomasi internasional dan Irian Barat
dapat direbut dari Pemerintah Belanda.
3) Great Man Theory (Teori Pemimpin Besar) adalah salah satu
pendekatan klasik dalam studi kepemimpinan yang berpendapat
bahwa kepemimpinan yang luar biasa dan perubahan sejarah sering
kali dihasilkan oleh individu-individu yang luar biasa, atau "pemimpin
besar". Teori ini menekankan peran penting individu dalam
membentuk perjalanan sejarah dan mengubah arah perkembangan
masyarakat dan organisasi. Berikut adalah beberapa poin penting
dalam Great Man Theory:
a) Fokus pada Individu. Teori ini menempatkan fokus pada
individu sebagai agen perubahan yang utama dalam sejarah dan
perkembangan sosial. Pemimpin besar dianggap memiliki
karakteristik khas yang membedakan mereka dari yang lain, seperti
kecerdasan, keberanian, kekarismaan, dan kebijaksanaan.
b) Peran dalam Perubahan Sejarah. Great Man Theory
mengklaim bahwa pemimpin besar memiliki kemampuan untuk
mengubah arah peristiwa sejarah dan membentuk masa depan
masyarakat dan organisasi. Mereka sering kali dianggap sebagai
tokoh sentral dalam peristiwa-peristiwa penting yang memengaruhi
nasib banyak orang.
17

c) Kritik terhadap Teori. Meskipun Great Man Theory


memberikan pengakuan terhadap kontribusi individu dalam sejarah,
teori ini juga telah dikritik karena kurang mempertimbangkan faktor-
faktor kontekstual dan struktural yang mempengaruhi kepemimpinan
dan perubahan sosial. Kritikus menyatakan bahwa faktor-faktor
seperti budaya, politik, ekonomi, dan lingkungan sosial juga
memainkan peran penting dalam menentukan arah peristiwa sejarah.
d) Relevansi dalam Kajian Kepemimpinan. Meskipun dikritik,
konsep Great Man Theory tetap relevan dalam kajian kepemimpinan
karena memberikan pemahaman tentang peran penting individu
dalam membentuk sejarah dan pengaruh mereka dalam konteks
organisasi dan masyarakat. Namun demikian, pendekatan yang lebih
holistik dan terintegrasi juga diperlukan untuk memahami
kompleksitas kepemimpinan dan perubahan sosial.
Great Man Theory telah menjadi dasar bagi banyak diskusi
tentang kepemimpinan dalam berbagai bidang, meskipun pandangan
ini saat ini lebih sering digunakan sebagai satu dari beberapa
pendekatan dalam memahami kompleksitas fenomena
kepemimpinan. Pada kejadian pertempuran Laut Arafuru, teori
pemimpin besar sangat relevan dimiliki oleh Komodor Yos Sudarso.
Komodor Yos Sudarso memiliki kemampuan untuk mengubah arah
peristiwa sejarah dan membentuk masa depan masyarakat dan
organisasi. Komodor Yos Sudarso dianggap sebagai tokoh sentral
dalam peristiwa-peristiwa penting yang memengaruhi nasib banyak
orang. Dengan keberanian dan kegigihannya, Komodor Yos Sudarso
bisa meminimalisir korban karena melindungi RI Matjan Kumbang
dan RI Harimau supaya tidak ikut dalam pertempuran tersebut,
sehingga hanya RI Matjan Tutul saja yang menjadi korban dari Hr.
Ms. Everste.

5. Hal-hal Positif dan Negatif.

a. Hal-hal Positif.
18

1) Dengan adanya pertempuran Laut Arafuru sebagai salah satu operasi


Trikora dalam pembebasan Irian Barat, Indonesia berhasil
membebaskan Irian Barat dari penjajahan Belanda dan menyatukan
kedalam wilayah NKRI.
2) Keberanian dan kegigihan Komodor Yos Sudarso dalam pertempuran
Laut Aru mampu menunjukkan semangat nasionalisme dan anti
kolonialisme kepada dunia internasional.
3) Dalam pertempuran laut arafuru antara RI Matjan Tutul, RI Matjan
Kumbang, dan RI Harimau dengan kapal Belanda fregat Hr. Ms.
Eversteen, Hr. Ms. Kortenaer dan Hr. Ms. Utrecht dapat memberikan
kemampuan dan pengalaman militer dalam menghadapi musuh yang
memiliki kemampuan persenjataan yang lebih.
4) Belanda berhasil menjadi menjaga kehormatan dan martabatnya
sebagai negara berdaulat dengan tetap melakukan perlawanan
terhadap kapal perang Indonesia yang akan melakukan infiltrasi ke
Irian Barat.
5) Belanda berhasil menghindari adanya konflik bersenjata yang lebih
besar dengan Indonesia yang dapat mengurangi kepercayaan
internasional terhadap Belanda karena mengingkari hasil perundingan
yang telah disepakati.

b. Hal-hal Negatif.
1) Dengan tenggelamnya RI Matjan Tutul membawa kerugian personil
dan materiil serta gagalnya misi dalam melakukan infiltrasi ke Irian
Barat.
2) Indonesia mengalami ketegangan hubungan dengan Negara-negara
sekutu dari Belanda yang mendukung untuk memberikan
kemerdekaan kepada Papua.
3) Uni Soviet sebagai penyuplai persenjataan dan alut sista bagi
Indonesia, membawa damapak ketergantungan Indonesia dalam
kemiliteran.
4) Belanda kehilangan Irian Barat sebagai salah satu boneka Belanda
yang memiliki sumber kekayaan alam yang melimpah.
5) Belanda kehilangan pengaruh dan kekuasaannya di kawasan Asia
Tenggara dengan kembalinya Irian Barat ke Indonesia.
19

6. Manfaat yang dapat diambil bagi TNI Angkatan Laut.

Beberapa hal yang dapat diambil manfaatnya bagi TNI AL dari studi kasus
pertempuran Laut Arafuru tersebut sebagai berikut :

a. Aspek Edukatif.
1) Pembelajaran yang berharga bagi TNI AL dalam memahami
pentingnya intelijen atau kerahasiaan dalam melancarkan suatu misi
operasi yang dapat memberikan kesuksesan atau keberhasilan suatu
misi operasi. Serta dapat memahami tentang dampak negative suatu
konflik berkelanjutan yang dapat merugikan di kedua belah pihak.
2) Pengetahuan yang sangat berharga bagi generasi muda tentang
sejarah pertempuran laut Indonesia serta meningkatkan nasionalisme
dan patriotisme dalam setiap misi.
3) Pemahaman serta pembelajaran dalam menganalisis suatu situasi
dan kemampuan dan mengambil suatu keputusan yang berkaitan
dengan keberhasilan misi operasi dengan meminimalisir kerugian. Hal
ini dapat dilakukan dengan melaksanakan simulasi dengan skenario
strategi yang matang.

b. Aspek Inspiratif.
1) Keterpaduan antara informasi yang didapat dari unsur patroli udara
dengan taktik yang dikembangkan unsur laut memberikan
pembelajaran strategi yang efektif dalam peperangan laut sehingga
dapat dijadikan pedoman bagi personil TNI Angkatan Laut dalam
pembelajaran taktik peperangan laut modern.
2) Kepemimpinan Komodor Yos Sudarso dapat dijadikan sebagai
inspiratif dengan dihadapkan situasi yang mendesak dan tekanan
yang kuat, bisa mengambil keputusan cepat yang dapat meminimalisir
kerugian dan korban dari konvoi dengan cara mengalihkan perhatian
kapal perang Belanda terhadap konvoi kawan. Hal ini dapat
mengilhami bagi TNI Angkatan Laut sosok kepemimpinan yang berani
dan bertanggungjawab.
3) Kisah heroisme dan pengorbanan para prajurit dengan semangat
pengorbanan yang membara memberikan sumber inspiratif dalam
20

semangat berjuang dalam menjaga kedaulatan dan keutuhan NKRI


sampai darah titik penghabisan.

c. Aspek Instruktif.
1) Pertempuran Laut Arafuru menunjukkan bahwa kekuatan satu
komando dalam pelaksanaan misi operasi sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan suatu operasi. Hal ini dapat dijadikan pedoman
bagi personil TNI Angkatan Laut dalam pengambilan keputusan serta
dapat mempelajari kesalahan dari kegagalan misi infiltrasi.
2) Keteladanan Komodor Yos Sudarso dapat dijadikan pembelajaran
bagi TNI Angkatan Laut terutama di lembaga pendidikan terkait
pembelajaran kepemimpinan dan kejuangan.
3) Keteguhan pada tujuan yang ditunjukkan dari pertempuran laut
Arafuru dapat dijadikan pembelajaran bagi personil TNI Aangkatan
Laut dalam menjalankan setiap misi operasi baik operasi OMSP
maupun misi perdamaian.

7. Penutup.

a. Kesimpulan.
1) Pertempuran Laut Arafuru merupakan salah satu operasi
pembebasan Irian Barat dan penegakan kedaulatan wilayah NKRI
dengan mengerahkan pasukan pendarat menuju daerah operasi
Kaimana. Operasi ini melibatkan berbagai kekuatan dari darat, laut,
dan udara. Perebutan kembali wilayah Irian Barat merupakan
komitmen hasil Konferensi Meja Bundar dan diplomasi Indonesia
yang telah disepakati bahwa Belanda menyerahkan semua wilayah
kedaulatan kepada Indonesia. Pentingnya komitmen kedua negara
guna menyelesaikan konflik sangat berpengaruh dan membeawa
dampak yang besar bagi keamanan di kawasan.
2) Pengerahan kekuatan dalam melaksanakan misi operasi infiltrasi
yang dilakukan oleh unsur laut Indonesia tidak didukung dengan
pengamanan intelijen yang maksimal. Serta adanya ketimpangan
kekuatan dari kedua belah pihak membuat pertempuran laut yang
tidak seimbang. Konvoi tiga MTB dengan persenjataan yang minim
dengan tidak didukung kekuatan udara dihadapkan kekuatan kapal
21

patroli Belanda dengan persenjataan yang lengkap dan didukung


unsur intai udara dapat menggagalkan misi operasi inflitrasi pasukan
ke Kaimana.
3) Komodor Yos Sudarso sebagai perwira tertua yang menjalankan misi
operasi infiltrasi tersebut membuat keputusan strategi penting dengan
dihadapkan situasi yang tidak seimbang. Kepemimpinan dan
keberanian dalam mengambil keputusan guna menyelamatkan unsur
lain menjadikannya sebgai pahlawan dalam pertempuran Laut Arafuru
tersebut. Dengan kekuatan yang tidak seimbang, Komodor Yos
Sudarso gigih dalam menghadapi perlawanan dari kapal perang
Belanda.

b. Saran.
1) Mohon dapatnya Indonesia, TNI, khususnya TNI Angkatan Laut
memperkuat diplomasi dengan Negara-negara sahabat di kawasan
guna menghindari terjadinya konflik. Dengan mengedepankan
diplomasi, dapat menghindari penggunaan kekuatan militer dlam
penyelesaian konflik atau permasalahan antar Negara.
2) Perlu adanya modernisasi alut sista yang dimiliki Indonesi guna
menambah kekuatan militer Angkatan Laut Indonesia yang dapat
dijadikan efek detterance di kawasan regional dan global. Dan
perlunya peningkatan pembelajaran strategi peperangan laut bagi
personil TNI Angkatan Laut.
3) Mohon dapatnya memberikan pembekalan tentang kepemimpinan
dan kejuangan bagi personil TNI Angkatan Laut dalam berorganisasi
maupun kedinasan serta dalam pelaksanaan misi operasi dan misi
perdamaian.
Jakarta, April 2024
Perwira Siswa,

Dwi Bagus Roestiawan


Lampiran: Mayor Laut (P) NRP 18680/P
1. Alur Pikir
2. Daftar Pustaka
22

MARKAS BESAR ANGKATAN LAUT


SEKOLAH STAF DAN KOMANDO Lampiran I

Kepemimpinan dan Kejuangan Komodor Yos Sudarso Dalam Pertempuran Laut Arafuru (15 Januari 1962)
Serta Manfaatnya Bagi TNI Angkatan Laut

ALUR LANDASAN PEMIKIRAN


PIKIR - Pembukaan Undang-undang Dasar 1945
- UU No 3 tahun 2002 tentang pertahanan negara
- UU No.34 tahun 2004 tentang TNI
- Teori Kepemimpinan Trasformasional HAL POSITIF
- Teori Sea Power A.T. Mahan
- Teori Great Man (Pemimpin Besar)

PERTEMPURAN ANALISIS KEJADIAN


LATAR BELAKANG : LAUT ARAFURU MANFAAT BAGI
DAN ASPEK KEPEMIMPINAN DAN
1. PERJANJIAN KMB TENGGELAMNYA TNI AL
2. PEMBENTUKAN RI MATJAN
KEJUANGAN
TRIKORA TUTUL SERTA
GUGURNYA

HAL NEGATIF

Jakarta, April 2024


Perwira Siswa,

Dwi Bagus Roestiawan


Mayor Laut (P) NRP 18680/P
23

MARKAS BESAR ANGKATAN LAUT


Lampiran II
SEKOLAH STAF DAN KOMANDO

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku dan Barang Cetakan

Abdulgani, R. 1998. Pancasila Perjalanan Sebuah Ideologi. Jakarta: LP3ES.

Carlyle, T. 2013. Hero-Worship, and the Heroic in History. Germany: Carlyle.

Mabesal. 2020. Sejarah Pertempuran Laut ALRI. Jakarta: Dispenal.

Mahan, A.T. 1989. The Influence of Sea Power Upon History 1660-1793. Boston: Little
Brown and Company.

B. Peraturan dan Perundang-undangan


Indonesia, P. 2004. Undang undang 34 Tahun 2004 tentang TNI. Jakarta: Presiden RI.

Indonesia, P. 2002. Undang undang 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara. Jakarta:
Presiden RI.

C. Publikasi Elektronika

Annisa. 2023. Operasi Trikora: Sejarah, Isi dan Dampaknya. Oktober 9. Accessed April
19, 2024. https://fahum.umsu.ac.id/operasi-trikora-sejarah-isi-dan-
dampaknya/.Given, R. J. 2008. Tranformational Leadership: The impact on
Organizational and Personal Outcomes. Accessed April 20, 2024.
https://www.regent.edu/acad/global/ publications/eij/issue1/ELJ_V1Is1_Givens.
24

Anda mungkin juga menyukai