KELAS:
XII MIPA 2
-MARIO PRANEGA(21)
Setelah berhasil menang dalam Perang Dunia II, kemudian pasukan Sekutu yang
mendapat tugas masuk ke Indonesia adalah tentara Kerajaan Inggris yang dibagi menjadi dua,
yaitu sebagai berikut.
a SEAC (Southeast Asia Command) dipimpin oleh Laksamana Lord Louis Mounbatten untuk
wilayah Indonesia bagian barat
b SWPC (South West Pasific Command untuk wilayah Indonesia bagian timur.
Pasukan Sekutu yang bertugas menangani Indonesia bagian barat adalah AFNEI
(Allied Forces Netherlands East Indies) yang dibentuk oleh Mounbatten di bawah pimpinan
Letjen Sir Philip Christison.
a. Pertempuran di Surabaya
Pada tanggal 25 Oktober 1945 pasukan AFNE dan Brigade 40 mendarat di Tanjung
Perak, Surabaya. Pasukan ini dipimpin oleh Brigien AWS Malaby Phak AFNEI menjamin
bahwa tidak ada pasukan Belanda yang membonceng dan tugas mereka hanya melucuti
tentara Jepang. Ternyata AFNEI melanggar kesepakatan itu dengan berbagai provokasi, di
antaranya membebaskan seorang kolonel Angkatan Laut Belanda saat penyerbuan penjara di
Kalsosok, pendudukan tempat-tempat penting, sepen di Tanjung Perak, Kantor Pos Besar,
Gedung Internatio, dan penyebaran pamflet yang berisi perintah kepada rakyat Surabaya
untuk menyerahkan senjata yang dirampas dari tangan tentara Jepang.
1) Pinak AFNEI menuntut balas atas kematian Brigjen Mallaby yang menjadi tanggung
jawab rakyat Surabaya.
Ultimatum disertai ancaman pihak Sekutu akan menggempur Surabaya dari darat,
laut. dan udara apabila rakyat Surabaya tidak menjalankan instruksi sampai batas waktu yang
ditetapkan, yaitu tanggal 10 November 1945 pukul 06.00 WIB. Sementara itu, pemerintah
Republik Indonesia melalui Menteri Luar Negeri, Ahmad Subarjo, menyerahkan keputusan
kepada rakyat Surabaya, kemudian Gubernur Suryo melalui siaran radio mengumumkan
secara resmi penolakan terhadap ultimatum AFNEI. Dengan penolakan tersebut, rakyat
Surabaya telah siap untuk berperang.
b. Pertempuran Ambarawa-Magelang
Portempuran Ambarawa terjadi antara pasukan TKR bersama rakyat Indonesia dan
pasukan Sekutu-Inggris. Portempuran ini berlangsung pada tanggal 20 November 1945.
sampai dengan 15 Desember 1945. Adapun latar belakang peristiwa ini bermula dari insiden
di Magelang sesudah mendaratnya Brigade Artileri dari Divisi India ke-23 di Semarang pada
tanggal 20 Oktober 1945.
Pada tanggal 26 Oktober 1945 berkembang pertempuran antara pasukan TKR dan
pasukan gabungan Sekutu-Inggris serta NICA. Insiden berhenti setelah Presiden Soekarno
dant Brigadir Jenderal Bethell datang ke Magelang pada tanggal 2 November 1945.
Selanjutnya, diadakan perundingan gencatan senjata dan memperoleh kata sepakat yang
dituangkan dalam 12 pasal.
3) Sekutu tidak akan mengakul aktivitas NICA dalam badan-badan yang berada di bawahnya.
Sampai di Pingit, Sekutu masih melakukan teror dan perusakan sehingga banyak
korban jatuh dari kalangan rakyat. Pasukan TKR di bawah pimpinan Mayor Imam Adrogi
terus melakukan pengejaran dan menekan Sekutu Menyusul kemudian pasukan TKR di
bawah pimpinan Mayor Soeharto, pasukan Mayor Sarjono, dan Batalion Sugeng Pasukan
Sekutu terdesak dan meninggalkan Pingit.
Pada tanggal 26 November 1945, terjadi serangan udara yang dilancarkan oleh Sekutu
dan Belanda. Dalam serangan ini Letkol Indiman gugur. Setelah itu. Kolonel Sudirman turun
ke gelanggang dengan dibantu oleh Letkol Gatot Subroto sebagai komandan tempur. Pada 11
Desember 1945 Sudiman mengambil prakarsa untuk mengadan olanda komandan sektor.
Kota Ambarawa dikepung empat hari empat malam. berusaha bertahan di Benteng Willem.
Akhimya, pada tanggal 15 Desember 1945 Sekutu dan Belanda meninggalkan Ambarawa
menuju ke Semarang melalui Ngasinan, Kemenangan pertempuran Ambarawa mempunyai
ani yang penting karena apabila musuh berhasil menguasai Ambarawa, akan mengancam tiga
kota sekaligus, yaitu Surakarta, Magelang, dan Yogyakarta sebagai markas tertinggi TKR.
Pasukan AFNEI memasuki kota Bandung sejak bulan Oldober 1945 TKR bersama
rakyat sedang berjuang merebut senjata dari tangan Jepang. Dalam waktu yang bersamaan
AFNEI menuntut pasukan Indonesia untuk menyerahkan senjata Tuntutan itu disertai dengan.
ultimatum supaya TKR meninggalkan kota Bandung bagian utara paling lambat tanggal 29
Oktober 1945.
Pada tanggal 23 Maret 1946, AFNEI mengeluarkan ultimatum untuk kedua kalinya
supaya TRI (tanggal 25 Januari 1946, Tentara Keamanan Rakyat diubah namanya menjadi
Tentara Republik Indonesia) meninggalkan seluruh kota Bandung Sehari sebelumnya,
pemerintah pusat mengeluarkan perintah yang sama. Namun, perintah itu bertentangan
dengan perintah Markas Besar TRI di Yogyakarta. Akhimya, TRI Bandung memilih patuh
kepada pemerintah pusat.
Pasukan TRI dan warga akhirnya meninggalkan kota Bandung. TRI mundur sambil
membumihanguskan kota Bandung bagian selatan, kemudian TRI secara berangsur-angsur
meninggalkan kota Bandung Tindakan pembumihangusan itulah yang kemudian dikenal
dengan sebutan Bandung Lautan Api yang terjadi pada tanggal 24 Maret 1946.
Pada peristiwa tersebut jatuh korban bernama Mohammad Toha yang meninggal
ketika kan gudang mesiu NICA, Dari peristiwa tersebut menjadikan pasukan AFNEI semakin
karena mereka mengalami kesulitan akomodasi dan pengiriman logistik ke kota yang telah
hancur. Peristiwa gugumya Mohammad Toha diflimkan dengan judul Toha Pahlawan
Bandung Selatan
3) Pemerintah Negara Indonesia Serikat akan bekerja sama dengan pemerintah Belanda
dengan membentuk Uni Indonesia-Belanda dengan ratu Belanda sebagai ketuanya.
Pada tanggal 21 Juli 1947, Belanda melakukan agresi terbuka yang menimbulkan
reaksi hebat dari dunia intemasional India dan Australia mengajukan permintaan resmi agar
masalah. Indonesia segera dimasukkan dalam daftar agenda Dewan Keamaan PBB dan
diterima oleh PBB Dewan Keamanan PBB pada tanggal 1 Agustus 1947 memerintahkan
penghentian permusuhan yang mulai berlaku sejak tanggal 4 Agustus 1947. Untuk
mengawasi pelaksanaan goncatan senjata, Dewan Keamanan PBB membentuk Komisi
Konsuler dengan anggotanya para konsul jenderal yang berada di wilayah Indonesia. Komisi
Kontier ketuainlah Konsul Jenderal Amerika Senkat, Dr. Walter Foote dengan anggota
Konsul Jenderal Cina, Belgia, Prancis, Inggris, dan Australia. Komisi Konsuler dalam
laporannya kepada Dewan Keamanan PBB menyatakan bahwa tanggal 30 Juli-4 Agustus
1947 pasukan Belanda masih mengadakan gerakan militer.
Tugas KTN adalah membantu menyelesaikan konflik antara RI dan Belanda dengan
mengusahakan penyelesaian persoalan secara damal. KTN juga sepakat untuk pertama-tama
menyelesaikan masalah militer, sedangkan untuk masalah politik KTN sepakat hanya
memberi saran
KTN mengusulkan diadakan perundingan di atas kapal USS Renville antara Indonesia
dan Belanda. Delogasi Indonesia dipimpin oleh Amir Syarifuddin dan dari Belanda dipimpin
oleh Abdul Kadir Wijoyoatmojo. Akhirnya, pada tanggal 17 Januari 1948 disepakati dan
ditandatangani dengan hasil perundingan sebagai berikut.
1) Penghentian tembak-menembak
2) Daerah-daerah di belakang garis Van Mook harus dikosongkan dari pasukan Indonesia.
Akibat Perjanjian Remille wilayah RI menjadi semakin sempit. Bagi kalangan partai
politik, hasil perundingan memperlihatkan kekalahan perjuangan diplomasi. Bagi TNI, hasil
Perundingan Renville menyebabkan harus ditinggalkan sejumlah wilayah. Perjanjian
Renville berakhir ketika Belanda mengadakan Agresi Militer Belanda Il pada tanggal 19
Desember 1948.
c. Perundingan Roem-Royen.
Untuk menjamin berhentinya Agresi Militer Belanda II, PBB membentuk United
Nations Commukan Indonesia-Belanda yang d for Indonesia (UNCI) atau Komisi PBB untuk
Indonesia. Komisi ini berhasil oleh Merle Cochran (wakil Amerika dalam UNCI) di Hotel
Des Indes, Jakarta. Delegasi RI dipimpin oleh Mr. Mohammad Roem dan Belanda dipimpin
oleh J.H. van Royen. Perundingan dimulai pada tanggal 14 April 1949 dan pada tanggal 7
Mei 1949 baru dicapai persetujuan yang dikenal dengan Persetujuan Roem-Royen.
2) Tanggal 29 Juni 1949 TNI mulai memasuki kota Yogyakarta Tanggal 10 Juli 1949
Panglima Besar Jenderal Sudirman baru tiba di Yogyakarta.
3) Setelah Yogyakarta sepenuhnya dikuasai TNI, presiden dan wakil presiden beserta para
pemimpin lainnya tiba di Yogyakarta pada tanggal 6 Juli 1949.
d. Konferensi Inter-Indonesia
Konferensi ini dihadin oleh wakil pahak Indonesia, Drs. Moh. Hatta pihak BFO
diwakili oleh Sultan Hamid II, dan pihak Belanda hadir sebagai peninjau yaitu Van
Maarseveen Dan hasil Konferens: Inter-Indonesia tersebut. antara RI dan BFO sepakat
bersama-sama menghadapi Belanda dalam KMB
KMB dibuka di Ridderzaal, Den Haag. Belanda pada tanggal 23 Agustus 1949, KMB
dikutipih delegas Indonesia (Moh. Hafta). BFO (Sultan Hamid ), Belanda (Van Maarseveen),
dan UNCI (Heremans, Merle Cochran, Chetchley)
1) Belanda mengaku Republik Indonesia Serikat (RIS) sebagai negara merdeka dan berdaulat
2) status Keresidenan Iran Barat diselesaikan dalam waktu setahun sesuai pengakuan
kedaulatan
3) Akan dibentuk Uni Indonesia Belanda berdasarkan kerja sama sukarela dan sederajat
4) RIS mengembalikan hak milik Belanda dan memberikan hak konsesi dan izin baru untuk
perusahaan-perusahaan Belanda.
5) RIS harus membayar semua utang Belanda yang ada sejak tahun 1942
Pada tanggal 27 Desember 1949 diadakan acara penyerahan kekuasaan dari Belanda
kepada Indonesia Di Belanda bertempat di ruang takhta Amsterdam, pengakuan kedaulatan
ditandatangani oleh Ratu Juliana: Perdana Menten Belanda, Dr. Wilem Drees, Menteri
Seberang Lautan, Mr AMJA Sassen dan Ketua Delegasi RIS. Drs. Moh. Hatta.
Pada saat yang sama di Jakarta (Istana Merdeka) juga berlangsung penandatanganan
pengakuan kedaulatan dan wan mahkota Belanda (Lovink) kepada wakil pemerintah
Republik Indonesia (Sn Suku Buwono IX) Dengan demikian, secara formal anda telah
memberikan pengakuan kemerdekaan Indonesia di seluruh bekas wilayah Hindia Belanda,
kecuali Irian Barat (sekarang Papua)
Penyebab terjadinya inflasi adalah beredarnya mata uang masa pendudukan jepang
yang tidak terkendali jumlahnya. Keadaan semakin parah ketika tentara jepang berhasil
menduduki kota besar dan menguasai bank. Dari bank di edarkan uang cadangan untuk
membiayai perlengkapan jepang, Pemerintah Indonesia tidak berani melarang beredarnya
uang tersebut karena belum memiliki mata uang sendiri sebagai alat tukar.
Untuk sementara pemerintah Repunlik Indonesia menyatakan tiga mata uang yang
berlaku yaitu De Javasche Bank, Hindia Belanda, dan Pendudukan Jepang. Panglima AFNEI
yang baru (Letnan Jenderal Sir Montagu Stamford) pada tanggal 6 maret 1946mengumumkan
berlakunya uang NICA di daerah yang diduduki sekutu dengan maksud sebagai pengganti
uang jepang yang merosot nilainya
Pada bulan Oktober 1946 pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan uang kertas
baru, yaitu Oeang Republik Indonesia (ORI) sebagai pengganti uang jepang. Dengan UU
No.19 Tahun 1946 tanggal 25 oktober 1946 diatur dasar penukaran uang rupiah jepang yang
berlaku di Indonesia yang pada waktu itu bsebagai berikut :
1) Lima puluh rupiah uang jepang disamakan dengan satu rupiah ORI
2) Di luar Jawa dan Madura, seratus rupiah uang jepang sama dengan satu rupiah ORI
Mengenai dasar nilai ORI tersebut, pada pasal 1 UU No. 19 Tahun 1946 menentukan
bahwa setiap rupiah ORI bernilai sam dengan emas murni seberat lima gram. Untuk
melaksanakan koordinasi ekonomi dan keuangan, pemerintah pada tanggal 1 November 1946
membentuk Bank Negara Indonesia yang bertugas mengatur nilai tukar ORI dengan mata
uang asing.
Keadaan ekonomi yang sangat sulit pada awal kemerdekaan semakin diperburuk
dengan adanya blokade ekonomi yang dilakukan oleh Belanda.
2) Mencegah keluarnya hasil perkebunan milik belanda dan milik pengusaha asing lainnya.
3) Melindungi bangsa Indonesia dari tindakan dan perbuatan yang dilakukan oleh bukan
bangsa Indonesia
Tujuan dari blokade tersebut ialah menjatuhkan Republik Indonesia yang baru berdiri
dengan senjata ekonomi.
Indonesia mengirim bantuan beras sebanyak 500.000 ton dengan harga yang sangat
murah pada india. Sebagai imbalannya, india mengirimkan bahan pakaian yang di butuhkan
oleh rakyat Indonesia.
Pemerintah indonesia mengadakan hubungan langsung dengan luar negeri, usaha ini
dirintis oleh Banking and Trading Corporation (BTC). BTC berhasil melakukan kontak
dengan perusahaan swasta Amerika Serikat (Isbrabsten Inc) yang bersedia membeli barang
ekspor Indonesia. Pemerintah Indonesia juga membentu perwakilan resmi di singapura
(Indonesia Office) yang bertugas memperjuangkan kepentingan politik luar negeri Indonesia,
sedangkan secara rahasia, indoff mengendalikan kegiatan penembusan blokade ekonomi
belanda dan usah perdagangan barter.
Pajak dan bea masuk pada awal kemerdekaan sangat sedikit sehingga pendapatan
pemerintah semakin tidak seimbang dengan pengeluarannya.
1) Konferensi Ekonomi I
Konferensi Ekonomi I dilakukan pada bulan Februari 1946, dihadiri oleh para
cendekiawan, gubernur, dan pejabat-pejabat yang bertanggung jawab mengenai masalah
ekonomi di jawa. Konfersnsi dipimpin memtri kemakmuran yaitu Ir. Darmawan
Mangkusumo. Tujuan konferensi ialah memperoleh kesepakatan yang bulat dalm
menanggulangi masalah ekonomi yang mendesak.
Hasil yang dicapai dalam konferensi ini adalh penghapusan secara berangsur sistem
ekonomi perang jepang yang bersifat desentralisasi, di ganti dengan sistem sentralisasi.
Badan Pengurus Makanan Rakyat diganti dengan Badan Persediaan dan Pembagian
Makanan(BPPM). BPPM dipimpin oleh dr, Sudarsono dan di bawah Pengawasan
Kementerian Kemakmuran. BPPM dapat di anggap sebagai awal dari terbentuknya Badan
Urusan Logistik(Bulog)
2) Konferensi Ekonomi II
Konferensi Ekonomi II diadakan di solo pada tanggal 6 mei 1946. Permasalahan yang
di bahas adalah program ekonomi pemerintahan, keuangan negara, pengendalian harga,
distribusi, dan alokasi tenaga manusia. Dalam konferensi ini Wakil Presiden Republik
Indonesia Drs. Moh. Hatta menyampaikan saran yang berkaitan dengan masalag rehabilitasi
pabrik gula.
Saran tersebut terealisasi pada tanggal 12 Mei 1946 dengan dibentuknya Badan
Penyelenggara Perusahaan Gula Negara (BPPGN) berdasarkan PP No. 3 Tahun 1946, yang
kemudian di sempurnakan lagi melalui PP No. 4 Tahun 1946 Tanggal 6 Juni 1946 mengenai
pembentukan Perusahaan Perkebunan Negara (PPN) yang di pimpin oleh Notosudirdjo.
Badan ini di bentuk pada tanggal 19 januari 1937 atas inisiatif Menteri Kemakmuran,
dr. A. K. Gani. Tugas badan ini adalah membuat rencana pembangunan ekonomi untuk
jangka waktu dua sampai tiga tahun. Setelah melakukan sidang dr. A. K. Gani
mengumumkan rencana pemerintah tentang rencana pembangunan sepuluh tahun.
1) Menyatakan semua bangunan umum, perkebunan, dan industri menjadi milik pemerintah
Republik Indonesia.
2) Bangunan umu vital milik asing akan dinasionalisasi dengan pembayaran ganti rugi.
3) Perusahaan modal asing akan dikembalikan kepada yang berhak sesudah diadakan
perjanjian Republik Indonesia-Belanda.
Pada bulan April 1947 badan ini di perluas menjadi Panitia Pemikir Siasat Ekonomi
yang dipimpin langsung oleh Wakil Presiden, Moh. Hatta. Tugas panitian ini ialh
mempelajari, mengumpulkan, serta memberikan saran kepadan pemerintah dalam
merencanakan pembangunan ekonomi dan dalam perundingan dengan pihak Belanda.
d. Plan Kasino
Pada awal kemerdekaan, dasar ekonomi negara kita bergantung pada produksi
pertanian. Menteri Urusan Bahan Makanan, I.J. Kasimo. Plan Kasimo adalah usaha
pemerintah untuk menciptakan swasembada pangan dengan petunjuk pelaksanaan yang
praktis, seperti anjuran untuk memperbanyak bibit padi unggul, pencegahan penyembalihan
hewan yang di gunakan dalam kegiatan pertanian, dan usaha menanami tanah-tanah yang
kosong, terutama di Sumatra Timur.
2) Menyediakan kebun bibit di setiap desa untuk menyediakan bibit unggul bagi
rakyat
PTE dipimpin oleh B. R. Motik. Tujuan PTE adalah menggiatkan kembali partisipasi
pengusaha swasta. Dengan di bentuknya PTE ini diharapkan dapat melenyapkan
individualisasi di kalangan organisasi pedagang sehingga dapat memperkukuh ketahanan
ekonomi bangsa Indonesia. Pemerintah pusat menganjurkan agar pemerintah daerah
mendukung usah-usaha yang dilakukan yang dilakukan oleh PTE. Namun, PTE tidak dapat
berjalan dengan baik, PTE hanya mampu mendirikan Bank PTE di yogyakarta dengan modal
awal Rp 5.000.000,00. Selanjut, kegiatan lainyang juga membntu usaha ekonomi ekonomi
pemerintah yaitu Banking adn Trading Corporation (Perseroan Bank dan Perdagangan)
Sehubungan dengan hal tersebut pada tanggal 23 Agustus 1945 presiden Soekarno
mengumumkan pembentukan partai Nasional Indonesia sebagai partai tunggal tetapi
keinginan presiden Soekarno tidak dapat diwujudkan.
Gagasan pembentukan partai baru muncul lagi pada waktu pemerintah mengeluarkan
maklumat pemerintah pada tanggal 3 November 1945 titik dengan maklumat tersebut
gagasan pembentukan partai-partai politik dimunculkan kembali dan berhasil membentuk
partai partai politik baru. Berikut partai-partai tersebut.
b.Partai Nasional Indonesia PNI dipimpin oleh sidik djojosoekarto, berdiri pada tanggal 29
Januari 1945.
c.Partai sosialis Indonesia korupsi dipimpin oleh Amir Syarifuddin, berdiri pada tanggal 20
November 1945.
d.Partai komunis Indonesia PKI dipimpin oleh Mr Moh Yusuf berdiri pada tanggal 7
November 1945.
e.Partai buruh Indonesia dipimpin oleh Nyono berdiri pada tanggal 8 November 1945.
f.Partai rakyat jelata PRJ dipimpin oleh Sutan dewanis berdiri pada tanggal 8 November
1945.
g. partai Kristen Indonesia parkindo dipimpin oleh Drs. Probowinoto, berdiri pada tanggal 10
November 1945.
h. Partai rakyat sosialis MPRS dipimpin oleh Sultan Syahrir berdiri pada tanggal 20
November 1945.
i. Persatuan marhaen Indonesia atau permai dipimpin oleh j. B; berdiri pada tanggal 17
Desember 1945.
j. Partai Katolik republik Indonesia kurung pkri dipimpin oleh titik-titik Kasimo berdiri pada
tanggal 8 Desember 1945.
Pada masa demokrasi liberal, sistem kepartaian yang dianut adalah multipartai titik
menurut Muhammad Hatta, pembentukan partai politik tersebut agar memudahkan dalam
mengontrol perjuangan lebih lanjut. Muhammad Hatta juga menyebutkan bahwa
pembentukan partai politik tersebut bertujuan mempermudah mengukur kekuatan perjuangan
dan mempermudah minta tanggung jawab kepada pemimpin pemimpin barisan perjuangan
meskipun pada kenyataannya partai-partai tersebut cenderung memperjuangkan kepentingan
golongan daripada kepentingan nasional. Itulah yang menyebabkan pada masa demokrasi
liberal sering terjadi pergantian kabinet kabinet tidak berumur panjang sehingga program-
program nya tidak bisa berjalan sebagaimana mestinya yang menyebabkan terjadinya
instabilitas nasional, baik di bidang politik, sosial, ekonomi maupun keamanan.
Kondisi itulah yang mendorong presiden Soekarno mencari solusi untuk membangun
kehidupan politik Indonesia yang akhirnya membawa Indonesia dari sistem demokrasi liberal
menuju demokrasi terpimpin.
2. Latar belakang pelaksanaan pemilu tahun 1955
Pemilihan umum merupakan salah satu syarat agar sistem pemerintahan yang
demokratis berfungsi titik persiapan mendasar pemilu dapat diselesaikan pada masa
pemerintahan kabinet Ali Sastroamidjojo 1 titik kabinet Ali Sastroamidjojo 1 mempunyai
agenda utama untuk mempersiapkan pelaksanaan pemilihan umum yang direncanakan
berlangsung pada pertengahan tahun 1955.
Pada tanggal 31 Juli 1954 dibentuk panitia pemilihan umum pusat dengan ketuanya
Hadikusumo PNI. Pada tanggal 16 april 1955 hadikusuma menggumumkan bahwa pemilihan
umum untuk parlemen akan diadakan pada tanggal 29 September 1955 pengumuman tersebut
mendorong partai-partai untuk meningkatkan kampanyenya hingga sampai ke pelosok-
pelosok desa. Masing-masing partai berusaha untuk mendapatkan suara terbanyak.
Akhirnya pada tanggal 29 September 1955 pemilu dapat terlaksana dengan lancar
sekalipun semula ada ketegangan ketegangan, tetapi berikutnya berlangsung dengan
aman ,tertib dan disiplin. Pada tanggal 15 Desember 1955 diselenggarakan pemilu untuk
memilih anggota konstituante. Suasana pemilihan konstituante ini lebih tenang bila
dibandingkan ketika yang pemilihan anggota DPR.
Pemilu yang berhasil dilaksanakan pada tahun 1955 tersebut memunculkan empat
partai terkemuka yang meraih kursi terbanyak di DPR dan konstituante ke empat partai
tersebut adalah majelis syuro muslimin Indonesia kurung, partai Nasional
Indonesia( PNI )Nahdlatul ulama (NU) dan partai komunis Indonesia (PKI).
Dominasi keempat partai tersebut tampak dari perimbangan kursi di DPR yang terdiri
dari 272 kursi untuk DPR Masyumi 60 kursi, 58 kursi NU 47 kursi, PKI 32 kursi dan partai
lain memperebutkan sisa 75 kursi sedangkan perimbangan kursi konstituante 520 kursi.
Masyumi 119 kursi, PNI 112 kursi, minus 91 kursi PKI 80 kursi dan partai lainnya
memperebutkan sisa 118 kursi titik pelantikan anggota DPR hasil pemilu dilakukan pada
tanggal 20 Maret 1956 sedangkan pada anggota dewan konstituante dilakukan pada tanggal
10 November 1956.