Anda di halaman 1dari 18

INDONESIA PADA MASA AWAL KEMERDEKAAN

SAMPAI MASA DEMOKRAS LIBERAL


(Artikel ini dibuat untuk memenuhi tugas mata pelajaran Sejarah Indonesia)

KELAS:

XII MIPA 2

NAMA ANGGOTA KELOMPOK:

-AAN FERDIANSYAH (01)

-ANDI ARYANTI MATTALATTA (06)

-DIRGA EKA PRASETYA (12)

-FENY EKA RAHMAWATI (15)

-IMAMATUL MUSYAROFA (17)

-MARIO PRANEGA(21)

SMA NEGERI 3 JEMBER

tahun ajaran 2021/2022


A. Keadaan Politik Indonesia pada Awal Kemerdekaan
1.Kedatangan Tentara Sekutu dan NICA

Setelah berhasil menang dalam Perang Dunia II, kemudian pasukan Sekutu yang
mendapat tugas masuk ke Indonesia adalah tentara Kerajaan Inggris yang dibagi menjadi dua,
yaitu sebagai berikut.

a SEAC (Southeast Asia Command) dipimpin oleh Laksamana Lord Louis Mounbatten untuk
wilayah Indonesia bagian barat

b SWPC (South West Pasific Command untuk wilayah Indonesia bagian timur.

Pasukan Sekutu yang bertugas menangani Indonesia bagian barat adalah AFNEI
(Allied Forces Netherlands East Indies) yang dibentuk oleh Mounbatten di bawah pimpinan
Letjen Sir Philip Christison.

Adapun tugas AFNEI di indonesia adalah sebagai berikut.

a. Menerima penyerahan kekuasaan dan tangan Jepang.


b. Membebaskan para lawanan perang dan interniran Sekutu
c. Melucuti dan mengumpulkan orang Jepang untuk kemudian dipulangkan.
d. Menegakkan dan mempertahankan keadaan damai untuk kemudian diserahkan kepada
pemerintah sipil
e. Menghimpun keterangan tentang perjahat perang dan menuntut mereka ke pengadilan

2.Konflik Indonesia-Belanda di Berbagai Daerah

a. Pertempuran di Surabaya

Pada tanggal 25 Oktober 1945 pasukan AFNE dan Brigade 40 mendarat di Tanjung
Perak, Surabaya. Pasukan ini dipimpin oleh Brigien AWS Malaby Phak AFNEI menjamin
bahwa tidak ada pasukan Belanda yang membonceng dan tugas mereka hanya melucuti
tentara Jepang. Ternyata AFNEI melanggar kesepakatan itu dengan berbagai provokasi, di
antaranya membebaskan seorang kolonel Angkatan Laut Belanda saat penyerbuan penjara di
Kalsosok, pendudukan tempat-tempat penting, sepen di Tanjung Perak, Kantor Pos Besar,
Gedung Internatio, dan penyebaran pamflet yang berisi perintah kepada rakyat Surabaya
untuk menyerahkan senjata yang dirampas dari tangan tentara Jepang.

Tindakan provokasi tersebut telah menghapus kepercayaan pemerintah Republik


Indonesia terhadap AFNEI. Pemerintah Republik Indonesia segera memerintahkan para
pemuda dan TKR untuk bersiap-siap. Pada tanggal 27 Oktober 1945 terjadilah pertempuran
antara pasukan Indonesia melawan AFNEI. Pertempuran meluas menjadi serangan umum.
terhadap kedudukan AFNEI di seluruh kota.

Presiden Soekarno dihubungi Komandan Divisi XXIII, Jenderal D.C. Hawthorn,untuk


membantu meredakan serangan pasukan Indonesia. Pada tanggal 29 Oktober 1945.Presiden
Soekarno didampingi Moh. Hatta dan Amir Syarifuddin tiba di Surabaya.Pemerintah
Republik Indonesia dan AFNEI mencapal kesepakatan untuk membentuk panitia penghubung
(contact committee) untuk menjernihkan kesalahan pemahaman dan menyerukan gencatan
senjata.

Gencatan senjata berakhir setelah terjadi Insiden di Gedung Internatio yang


menewaskan Brigjen Mallaby. Peristiwa itu menyulut kemarahan pimpinan AFNEL. Mereka
kemudian menambah pasukan di bawah pimpinan Mayjen E.C. Mansergh. Pada tanggal 9
November 1945 AFNEI mengeluarkan ultimatum yang isinya sebagai berikut.

1) Pinak AFNEI menuntut balas atas kematian Brigjen Mallaby yang menjadi tanggung
jawab rakyat Surabaya.

2) Menginstruksikan kepada seluruh pimpinan pemerintahan, pemuda, dan TKR untuk


melapor, menyerahkan senjata, serta menandatangani pernyataan penyerahan tanpa syarat.

Ultimatum disertai ancaman pihak Sekutu akan menggempur Surabaya dari darat,
laut. dan udara apabila rakyat Surabaya tidak menjalankan instruksi sampai batas waktu yang
ditetapkan, yaitu tanggal 10 November 1945 pukul 06.00 WIB. Sementara itu, pemerintah
Republik Indonesia melalui Menteri Luar Negeri, Ahmad Subarjo, menyerahkan keputusan
kepada rakyat Surabaya, kemudian Gubernur Suryo melalui siaran radio mengumumkan
secara resmi penolakan terhadap ultimatum AFNEI. Dengan penolakan tersebut, rakyat
Surabaya telah siap untuk berperang.

Komandan pertahanan, Sungkono, membagi Surabaya dalam tiga sektor


pertahanan.Sektor barat dipimpin oleh Kunkiyat, sektor tengah dipimpin oleh Kretarto dan
Marhadi, serta sektor timur dipimpin oleh Kadim Prawirodiharjo. Bung Tomo membakar
semangat juang rakyat Surabaya melalui radio di Jalan Mawar No. 4. Untuk mengenang
perjuangan para pahlawan ketika melawan pasukan Sokutu, di Surabaya dibangun Tugu
Pahlawan dan pada tanggal 10 November diperingati sebagai hari Pahlawan.

b. Pertempuran Ambarawa-Magelang

Portempuran Ambarawa terjadi antara pasukan TKR bersama rakyat Indonesia dan
pasukan Sekutu-Inggris. Portempuran ini berlangsung pada tanggal 20 November 1945.
sampai dengan 15 Desember 1945. Adapun latar belakang peristiwa ini bermula dari insiden
di Magelang sesudah mendaratnya Brigade Artileri dari Divisi India ke-23 di Semarang pada
tanggal 20 Oktober 1945.

Pada tanggal 26 Oktober 1945 berkembang pertempuran antara pasukan TKR dan
pasukan gabungan Sekutu-Inggris serta NICA. Insiden berhenti setelah Presiden Soekarno
dant Brigadir Jenderal Bethell datang ke Magelang pada tanggal 2 November 1945.
Selanjutnya, diadakan perundingan gencatan senjata dan memperoleh kata sepakat yang
dituangkan dalam 12 pasal.

Isi naskah persetujuan tersebut antara lain sebagai berikut.


1) Pihak Sekutu tetap akan menempatkan pasukannya di Magelang untuk melindungi dan
mengurus evakuasi APWI (Alled Prisoners Warand Interneers atau Tawanan Perang dan
Intemiran Sekutu). Jumlah pasukan Sokutu dibatasi sesuai dengan keperluan,

2) Jalan Ambarawa-Magelang terbuka sebagai jalur lalu lintas Indonesia-Sekutu.

3) Sekutu tidak akan mengakul aktivitas NICA dalam badan-badan yang berada di bawahnya.

Ternyata pihak Sekutu mengingkar janjinya, kemudian pada tanggal 20 November


1945 terdengar berita bahwa di Ambarawa telah pecah perang antara pihak Sekutu dan TKR
di bawah pimpinan Mayor Sumarto. Tentara Sekutu yang ada di Magelang pada tanggal. 21
November 1945 secara diam-diam mulai ditarik mundur untuk menuju Ambarawa Sambil
gerak mundur ke Ambarawa, tentare Sekutu terus melakukan teror terhadap penduduk. Oleh
karena itu, pihak TKR melakukan pengejaran.

Sampai di Pingit, Sekutu masih melakukan teror dan perusakan sehingga banyak
korban jatuh dari kalangan rakyat. Pasukan TKR di bawah pimpinan Mayor Imam Adrogi
terus melakukan pengejaran dan menekan Sekutu Menyusul kemudian pasukan TKR di
bawah pimpinan Mayor Soeharto, pasukan Mayor Sarjono, dan Batalion Sugeng Pasukan
Sekutu terdesak dan meninggalkan Pingit.

Pada tanggal 26 November 1945, terjadi serangan udara yang dilancarkan oleh Sekutu
dan Belanda. Dalam serangan ini Letkol Indiman gugur. Setelah itu. Kolonel Sudirman turun
ke gelanggang dengan dibantu oleh Letkol Gatot Subroto sebagai komandan tempur. Pada 11
Desember 1945 Sudiman mengambil prakarsa untuk mengadan olanda komandan sektor.
Kota Ambarawa dikepung empat hari empat malam. berusaha bertahan di Benteng Willem.
Akhimya, pada tanggal 15 Desember 1945 Sekutu dan Belanda meninggalkan Ambarawa
menuju ke Semarang melalui Ngasinan, Kemenangan pertempuran Ambarawa mempunyai
ani yang penting karena apabila musuh berhasil menguasai Ambarawa, akan mengancam tiga
kota sekaligus, yaitu Surakarta, Magelang, dan Yogyakarta sebagai markas tertinggi TKR.

c. Bandung Lautan Apl

Pasukan AFNEI memasuki kota Bandung sejak bulan Oldober 1945 TKR bersama
rakyat sedang berjuang merebut senjata dari tangan Jepang. Dalam waktu yang bersamaan
AFNEI menuntut pasukan Indonesia untuk menyerahkan senjata Tuntutan itu disertai dengan.
ultimatum supaya TKR meninggalkan kota Bandung bagian utara paling lambat tanggal 29
Oktober 1945.

Rakyat Bandung menolak. Untuk menyelesaikan masalah tersebut dilakukan


perundingan dengan kesepakatan bahwa Bandung dibagi menjadi dua bagian dengan batas rel
kereta api, yaitu sebelah utara dikuasai Sekutu dan sebelah selatan dikuasai Indonesia.

Pada tanggal 23 Maret 1946, AFNEI mengeluarkan ultimatum untuk kedua kalinya
supaya TRI (tanggal 25 Januari 1946, Tentara Keamanan Rakyat diubah namanya menjadi
Tentara Republik Indonesia) meninggalkan seluruh kota Bandung Sehari sebelumnya,
pemerintah pusat mengeluarkan perintah yang sama. Namun, perintah itu bertentangan
dengan perintah Markas Besar TRI di Yogyakarta. Akhimya, TRI Bandung memilih patuh
kepada pemerintah pusat.

Pasukan TRI dan warga akhirnya meninggalkan kota Bandung. TRI mundur sambil
membumihanguskan kota Bandung bagian selatan, kemudian TRI secara berangsur-angsur
meninggalkan kota Bandung Tindakan pembumihangusan itulah yang kemudian dikenal
dengan sebutan Bandung Lautan Api yang terjadi pada tanggal 24 Maret 1946.

Pada peristiwa tersebut jatuh korban bernama Mohammad Toha yang meninggal
ketika kan gudang mesiu NICA, Dari peristiwa tersebut menjadikan pasukan AFNEI semakin
karena mereka mengalami kesulitan akomodasi dan pengiriman logistik ke kota yang telah
hancur. Peristiwa gugumya Mohammad Toha diflimkan dengan judul Toha Pahlawan
Bandung Selatan

3. Perjuangan Diplomasi Indonesia

a.Perjanjian Linggajati (10 November 1946)

Perundingan Linggajati dilakukan di Linggajasi sebelah selatan Cirebon dipimpin


oleh Lord Killeam. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Sutan Syahrir dan Belanda dipimpin
oleh Prof. Schermerhorn

Hasil Perjanjian Linggajati adalah sebagai berikut.

1) Pemerintah Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia secara de facto atas


Jawa,Madura, dan Sumatra.

2) Pemerintah Belanda dan Indonesia bersama-sama menyelenggarakan berdirinya sebuah


negara federal bernama Negara Indonesia Serikat.

3) Pemerintah Negara Indonesia Serikat akan bekerja sama dengan pemerintah Belanda
dengan membentuk Uni Indonesia-Belanda dengan ratu Belanda sebagai ketuanya.

Setelah Perjanjian Linggajati ditandatangani, hubungan RI-Belanda tidak menjadi


lebih baik karena adanya perbedaan penafsiran isi perjanjian tersebut. Belanda tetap
berkeyakinan bahwa RI menjadi anggota persemakmuran yang berbentuk federasi, tetapi
semua hubungan eksternalnya diurus oleh Belanda. Belanda juga menuntut dibentuk pasukan
keamanan (gendar marie) bersama. Belanda akhirnya menggelar aksi polisional yang dikenal
juga sebagai agresi militer Belanda yang secara otomatis membatalkan Perjanjian Linggajati.

b. Agresi Militer Belanda I dan Perjanjian Renville

Pada tanggal 21 Juli 1947, Belanda melakukan agresi terbuka yang menimbulkan
reaksi hebat dari dunia intemasional India dan Australia mengajukan permintaan resmi agar
masalah. Indonesia segera dimasukkan dalam daftar agenda Dewan Keamaan PBB dan
diterima oleh PBB Dewan Keamanan PBB pada tanggal 1 Agustus 1947 memerintahkan
penghentian permusuhan yang mulai berlaku sejak tanggal 4 Agustus 1947. Untuk
mengawasi pelaksanaan goncatan senjata, Dewan Keamanan PBB membentuk Komisi
Konsuler dengan anggotanya para konsul jenderal yang berada di wilayah Indonesia. Komisi
Kontier ketuainlah Konsul Jenderal Amerika Senkat, Dr. Walter Foote dengan anggota
Konsul Jenderal Cina, Belgia, Prancis, Inggris, dan Australia. Komisi Konsuler dalam
laporannya kepada Dewan Keamanan PBB menyatakan bahwa tanggal 30 Juli-4 Agustus
1947 pasukan Belanda masih mengadakan gerakan militer.

Dewan Keamanan PBB pada tanggal 18 September 1947 membentuk Goodwill


Commission (Komisi Jasa-Jasa Baik) atau lebih dikenal dengan nama Komisi Tiga Negara
(KTN). Anggota KTN adalah Australia (Richard C. Kirby) dipilih oleh Indonesia, Belgia
(Paul van Zeeland) dipilih oleh Belanda, dan Amerika Serikat (Frank D. Graham) dipilih oleh
Australia dan Belgial.

Tugas KTN adalah membantu menyelesaikan konflik antara RI dan Belanda dengan
mengusahakan penyelesaian persoalan secara damal. KTN juga sepakat untuk pertama-tama
menyelesaikan masalah militer, sedangkan untuk masalah politik KTN sepakat hanya
memberi saran

KTN mengusulkan diadakan perundingan di atas kapal USS Renville antara Indonesia
dan Belanda. Delogasi Indonesia dipimpin oleh Amir Syarifuddin dan dari Belanda dipimpin
oleh Abdul Kadir Wijoyoatmojo. Akhirnya, pada tanggal 17 Januari 1948 disepakati dan
ditandatangani dengan hasil perundingan sebagai berikut.

1) Penghentian tembak-menembak

2) Daerah-daerah di belakang garis Van Mook harus dikosongkan dari pasukan Indonesia.

3) Belanda bebas membentuk negara-negara federal di daerah-daerah yang didudukinya.

4) Dalam Uni Indonesia-Belanda, Negara Indonesia Serikat sederajat dengan Kerajaan


Belanda.

Akibat Perjanjian Remille wilayah RI menjadi semakin sempit. Bagi kalangan partai
politik, hasil perundingan memperlihatkan kekalahan perjuangan diplomasi. Bagi TNI, hasil
Perundingan Renville menyebabkan harus ditinggalkan sejumlah wilayah. Perjanjian
Renville berakhir ketika Belanda mengadakan Agresi Militer Belanda Il pada tanggal 19
Desember 1948.

c. Perundingan Roem-Royen.

Untuk menjamin berhentinya Agresi Militer Belanda II, PBB membentuk United
Nations Commukan Indonesia-Belanda yang d for Indonesia (UNCI) atau Komisi PBB untuk
Indonesia. Komisi ini berhasil oleh Merle Cochran (wakil Amerika dalam UNCI) di Hotel
Des Indes, Jakarta. Delegasi RI dipimpin oleh Mr. Mohammad Roem dan Belanda dipimpin
oleh J.H. van Royen. Perundingan dimulai pada tanggal 14 April 1949 dan pada tanggal 7
Mei 1949 baru dicapai persetujuan yang dikenal dengan Persetujuan Roem-Royen.

Berikut hasil Persetujuan Roem-Royen.


1) Penarkan tentara Belanda dan Yogyakarta dilakukan pada tanggal 24-29 Juni 1949

2) Tanggal 29 Juni 1949 TNI mulai memasuki kota Yogyakarta Tanggal 10 Juli 1949
Panglima Besar Jenderal Sudirman baru tiba di Yogyakarta.

3) Setelah Yogyakarta sepenuhnya dikuasai TNI, presiden dan wakil presiden beserta para
pemimpin lainnya tiba di Yogyakarta pada tanggal 6 Juli 1949.

4) PDRI di Bukittinggi menyerahkan kembak mandatnya kepada pemerintah pusat


Yogyakarta. Penyerahan ini dilaksanakan pada tanggal 13 Juli 1949.

Sebagai tindak lanjut Perundingan Roem-Royen diadakan perundingan konsultasi


antara RI, BFO dan Belanda di Bangka pada tanggal 22 Juni 1949 yang dipimpin oleh
Chritchley (Australia). Berikut hasil perundingan tersebut.

1) Pengembalian pemerintah Republik Indonesia ke Yogyakarta dilaksanakan pada tanggal


24 Juni 1949

2) Mengenai penghentian permusuhan akan dibahas setelah kembalinya pemerintah Republik


Indonesia ke Yogyakarta

3) KMB diusulkan akan diadakan di Den Haag

d. Konferensi Inter-Indonesia

Latar belakang adanya Konferensi Inter-Indonesia adalah adanya keinginan menjalin


persatuan dan sikap bersama untuk menghadapi Belanda dalam KMB Konferensi Inter
Indonesia berlangsung dua tahap. Pada tahap pertama konferensi berlangsung di Yogyakarta
pada tanggal 19-22 Juli 1949 de O dengan keputusan penting ya 2 yaitu pembentukan negara
Indonesia Serikat dengan nama RIS pembentukan Uns Indonesia-Belanda dan apais
(Arghatan Perang Republik Indonesia Serikat) sebagai angkatan perang nasional. Pada tahap
kedua konferensi berlangsung di Jakarta pada tanggal 30 Jub-2 Agustus 1949 dengan
persetujuan s yaitu bendera RIS adalah Sang Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya,
dan bahasa national adalah bahasa Indonesia.

Konferensi ini dihadin oleh wakil pahak Indonesia, Drs. Moh. Hatta pihak BFO
diwakili oleh Sultan Hamid II, dan pihak Belanda hadir sebagai peninjau yaitu Van
Maarseveen Dan hasil Konferens: Inter-Indonesia tersebut. antara RI dan BFO sepakat
bersama-sama menghadapi Belanda dalam KMB

e.Konferensi Meja Bundar (KMB)

KMB dibuka di Ridderzaal, Den Haag. Belanda pada tanggal 23 Agustus 1949, KMB
dikutipih delegas Indonesia (Moh. Hafta). BFO (Sultan Hamid ), Belanda (Van Maarseveen),
dan UNCI (Heremans, Merle Cochran, Chetchley)

Hasil yang dicapai dalam KM sebagai berikut

1) Belanda mengaku Republik Indonesia Serikat (RIS) sebagai negara merdeka dan berdaulat
2) status Keresidenan Iran Barat diselesaikan dalam waktu setahun sesuai pengakuan
kedaulatan

3) Akan dibentuk Uni Indonesia Belanda berdasarkan kerja sama sukarela dan sederajat

4) RIS mengembalikan hak milik Belanda dan memberikan hak konsesi dan izin baru untuk
perusahaan-perusahaan Belanda.

5) RIS harus membayar semua utang Belanda yang ada sejak tahun 1942

Pada tanggal 27 Desember 1949 diadakan acara penyerahan kekuasaan dari Belanda
kepada Indonesia Di Belanda bertempat di ruang takhta Amsterdam, pengakuan kedaulatan
ditandatangani oleh Ratu Juliana: Perdana Menten Belanda, Dr. Wilem Drees, Menteri
Seberang Lautan, Mr AMJA Sassen dan Ketua Delegasi RIS. Drs. Moh. Hatta.

Pada saat yang sama di Jakarta (Istana Merdeka) juga berlangsung penandatanganan
pengakuan kedaulatan dan wan mahkota Belanda (Lovink) kepada wakil pemerintah
Republik Indonesia (Sn Suku Buwono IX) Dengan demikian, secara formal anda telah
memberikan pengakuan kemerdekaan Indonesia di seluruh bekas wilayah Hindia Belanda,
kecuali Irian Barat (sekarang Papua)

Dengan adanya pengakuan kedaulatan tersebut, berakhirlah masa revolusi bersenjata


di Indonesia dan secara de jure Belanda telah mengakui kemerdekaan Indonesia dalam
bentuk negara Republik Indonesia Serikat (RIS). Namun, atas kesepakatan rakyat Indonesia
tanggal 17 Agustus 1950, RIS dibubarkan dan dibentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Selanjutnya, pada tanggal 28 September 1950 Indonesia diterima menjadi anggota
PBB yang ke-60. Hal itu berarti bahwa kemerdekaan Indonesia secara resmi telah diakui oleh
dunia internasional.

B. Perkembangan Ekonomi pada Awal Kemerdekaan


1.Faktor Penyebab Memburuknya Keadaan Ekonomi Indonesia

a.Inflasi yang Sangat Tinggi

Penyebab terjadinya inflasi adalah beredarnya mata uang masa pendudukan jepang
yang tidak terkendali jumlahnya. Keadaan semakin parah ketika tentara jepang berhasil
menduduki kota besar dan menguasai bank. Dari bank di edarkan uang cadangan untuk
membiayai perlengkapan jepang, Pemerintah Indonesia tidak berani melarang beredarnya
uang tersebut karena belum memiliki mata uang sendiri sebagai alat tukar.

Untuk sementara pemerintah Repunlik Indonesia menyatakan tiga mata uang yang
berlaku yaitu De Javasche Bank, Hindia Belanda, dan Pendudukan Jepang. Panglima AFNEI
yang baru (Letnan Jenderal Sir Montagu Stamford) pada tanggal 6 maret 1946mengumumkan
berlakunya uang NICA di daerah yang diduduki sekutu dengan maksud sebagai pengganti
uang jepang yang merosot nilainya
Pada bulan Oktober 1946 pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan uang kertas
baru, yaitu Oeang Republik Indonesia (ORI) sebagai pengganti uang jepang. Dengan UU
No.19 Tahun 1946 tanggal 25 oktober 1946 diatur dasar penukaran uang rupiah jepang yang
berlaku di Indonesia yang pada waktu itu bsebagai berikut :

1) Lima puluh rupiah uang jepang disamakan dengan satu rupiah ORI

2) Di luar Jawa dan Madura, seratus rupiah uang jepang sama dengan satu rupiah ORI

Mengenai dasar nilai ORI tersebut, pada pasal 1 UU No. 19 Tahun 1946 menentukan
bahwa setiap rupiah ORI bernilai sam dengan emas murni seberat lima gram. Untuk
melaksanakan koordinasi ekonomi dan keuangan, pemerintah pada tanggal 1 November 1946
membentuk Bank Negara Indonesia yang bertugas mengatur nilai tukar ORI dengan mata
uang asing.

b.Adanya Blokade Ekonomi dari Belanda

Keadaan ekonomi yang sangat sulit pada awal kemerdekaan semakin diperburuk
dengan adanya blokade ekonomi yang dilakukan oleh Belanda.

Alasan Belanda melalukan blokade ialah :

1) Mencegah masuknya senjata dan peralatan militer ke Indonesia

2) Mencegah keluarnya hasil perkebunan milik belanda dan milik pengusaha asing lainnya.

3) Melindungi bangsa Indonesia dari tindakan dan perbuatan yang dilakukan oleh bukan
bangsa Indonesia

Tujuan dari blokade tersebut ialah menjatuhkan Republik Indonesia yang baru berdiri
dengan senjata ekonomi.

Usaha menembus blokade ekonomi Belanda, pemerintah melakukan usaha sebagai


berikut :

1)Usaha yang Bersifat Politis

Indonesia mengirim bantuan beras sebanyak 500.000 ton dengan harga yang sangat
murah pada india. Sebagai imbalannya, india mengirimkan bahan pakaian yang di butuhkan
oleh rakyat Indonesia.

2)Usaha yang Bersifat Ekonomis

Pemerintah indonesia mengadakan hubungan langsung dengan luar negeri, usaha ini
dirintis oleh Banking and Trading Corporation (BTC). BTC berhasil melakukan kontak
dengan perusahaan swasta Amerika Serikat (Isbrabsten Inc) yang bersedia membeli barang
ekspor Indonesia. Pemerintah Indonesia juga membentu perwakilan resmi di singapura
(Indonesia Office) yang bertugas memperjuangkan kepentingan politik luar negeri Indonesia,
sedangkan secara rahasia, indoff mengendalikan kegiatan penembusan blokade ekonomi
belanda dan usah perdagangan barter.

Kementrian pertahanan juga membentuk perwakilannya di luar negeri yang disebut


dengan kementrian pertahanan luar negeri (KPULN) yg di pimpin oleh Ali Jayeng Prawiro.
Tugas pokok KPULN adalah membeli senjata dan perlengkapan angkatan perang. Tokoh yg
terkenal dalam usaha menembus blokade ialah John lie, O.P. Koesno, Ibrahin Saleh, dan
Chris Tampenawas.

c.Kas Negara dalam Keadaan Kosong

Pajak dan bea masuk pada awal kemerdekaan sangat sedikit sehingga pendapatan
pemerintah semakin tidak seimbang dengan pengeluarannya.

2.Upaya Pemerintah Mengatasi Kesulitan Moneter

a. Melakukan Pinjaman Nasional

Dengan persetujuan BP-KNP, Ir. Surakhman selaku menteri keuangan melaksanakan


pinjaman nasional yang akan di bayar kembali selambat-lambatnya 40 tahun.

b. Mengadakan Konferensi Ekonomi

1) Konferensi Ekonomi I

Konferensi Ekonomi I dilakukan pada bulan Februari 1946, dihadiri oleh para
cendekiawan, gubernur, dan pejabat-pejabat yang bertanggung jawab mengenai masalah
ekonomi di jawa. Konfersnsi dipimpin memtri kemakmuran yaitu Ir. Darmawan
Mangkusumo. Tujuan konferensi ialah memperoleh kesepakatan yang bulat dalm
menanggulangi masalah ekonomi yang mendesak.

Hasil yang dicapai dalam konferensi ini adalh penghapusan secara berangsur sistem
ekonomi perang jepang yang bersifat desentralisasi, di ganti dengan sistem sentralisasi.
Badan Pengurus Makanan Rakyat diganti dengan Badan Persediaan dan Pembagian
Makanan(BPPM). BPPM dipimpin oleh dr, Sudarsono dan di bawah Pengawasan
Kementerian Kemakmuran. BPPM dapat di anggap sebagai awal dari terbentuknya Badan
Urusan Logistik(Bulog)

2) Konferensi Ekonomi II

Konferensi Ekonomi II diadakan di solo pada tanggal 6 mei 1946. Permasalahan yang
di bahas adalah program ekonomi pemerintahan, keuangan negara, pengendalian harga,
distribusi, dan alokasi tenaga manusia. Dalam konferensi ini Wakil Presiden Republik
Indonesia Drs. Moh. Hatta menyampaikan saran yang berkaitan dengan masalag rehabilitasi
pabrik gula.

Saran tersebut terealisasi pada tanggal 12 Mei 1946 dengan dibentuknya Badan
Penyelenggara Perusahaan Gula Negara (BPPGN) berdasarkan PP No. 3 Tahun 1946, yang
kemudian di sempurnakan lagi melalui PP No. 4 Tahun 1946 Tanggal 6 Juni 1946 mengenai
pembentukan Perusahaan Perkebunan Negara (PPN) yang di pimpin oleh Notosudirdjo.

c. Pembentukan Planning Board

Badan ini di bentuk pada tanggal 19 januari 1937 atas inisiatif Menteri Kemakmuran,
dr. A. K. Gani. Tugas badan ini adalah membuat rencana pembangunan ekonomi untuk
jangka waktu dua sampai tiga tahun. Setelah melakukan sidang dr. A. K. Gani
mengumumkan rencana pemerintah tentang rencana pembangunan sepuluh tahun.

Langkah langkah yang di lakukan ialah :

1) Menyatakan semua bangunan umum, perkebunan, dan industri menjadi milik pemerintah
Republik Indonesia.

2) Bangunan umu vital milik asing akan dinasionalisasi dengan pembayaran ganti rugi.

3) Perusahaan modal asing akan dikembalikan kepada yang berhak sesudah diadakan
perjanjian Republik Indonesia-Belanda.

Pada bulan April 1947 badan ini di perluas menjadi Panitia Pemikir Siasat Ekonomi
yang dipimpin langsung oleh Wakil Presiden, Moh. Hatta. Tugas panitian ini ialh
mempelajari, mengumpulkan, serta memberikan saran kepadan pemerintah dalam
merencanakan pembangunan ekonomi dan dalam perundingan dengan pihak Belanda.

d. Plan Kasino

Pada awal kemerdekaan, dasar ekonomi negara kita bergantung pada produksi
pertanian. Menteri Urusan Bahan Makanan, I.J. Kasimo. Plan Kasimo adalah usaha
pemerintah untuk menciptakan swasembada pangan dengan petunjuk pelaksanaan yang
praktis, seperti anjuran untuk memperbanyak bibit padi unggul, pencegahan penyembalihan
hewan yang di gunakan dalam kegiatan pertanian, dan usaha menanami tanah-tanah yang
kosong, terutama di Sumatra Timur.

Berikut langkah langkah dalam Plan Kasimo :

1) Mengadakab program intensifikasi di Jawa, yaitu penanaman padi bibit


unggul.

2) Menyediakan kebun bibit di setiap desa untuk menyediakan bibit unggul bagi
rakyat

3) Menanami tanah-tanah yang kosong, terutama di Sumatra.

4) Pemeliharaan hewan secara baik, pencegahan penyembalihan hewan


pertanian.

5) Melaksanakan program transmigrasi, terutama dari Jawa ke Sumatra.

e. Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang


Rekonstruksi dan rasionalisasi angkatan perang dipraksi oleh wakil Presiden Drs.
Moh. Hatta dengan tujuan mengurangi beban negara dalam bidang ekonomi di samping
meningkatkan efisiensi. Rasionalisasi ini meliputi penyempurnaan administrasi negara,
angkatan perang, dan aparat ekonomi. Jumlah satuan angkatan perang di kurangi dan
selanjutnya mereka disalurkan ke bidang lain yang produktif dan akan diurus oleh kementrian
pembangunan dan pemuda.

f. Persatuan Tenaga Ekonomi(PTE)

PTE dipimpin oleh B. R. Motik. Tujuan PTE adalah menggiatkan kembali partisipasi
pengusaha swasta. Dengan di bentuknya PTE ini diharapkan dapat melenyapkan
individualisasi di kalangan organisasi pedagang sehingga dapat memperkukuh ketahanan
ekonomi bangsa Indonesia. Pemerintah pusat menganjurkan agar pemerintah daerah
mendukung usah-usaha yang dilakukan yang dilakukan oleh PTE. Namun, PTE tidak dapat
berjalan dengan baik, PTE hanya mampu mendirikan Bank PTE di yogyakarta dengan modal
awal Rp 5.000.000,00. Selanjut, kegiatan lainyang juga membntu usaha ekonomi ekonomi
pemerintah yaitu Banking adn Trading Corporation (Perseroan Bank dan Perdagangan)

C. Perkembangan Politik pada Masa Demokrasi Liberal


Sejak tanggal 17 Agustus 1950 Republik Indonesia Serikat secara resmi dibubarkan
dan Indonesia kembali menjadi negara kesatuan yang berbentuk republik. Negara kesatuan
Republik Indonesia pada saat itu menggunakan UUDS 1950 sampai terbentuknya konstitusi
yang tetap. Dalam UUD 1950 ditetapkan bahwa sistem demokrasi yang digunakan adalah
demokrasi liberal, sedangkan sistem pemerintahannya adalah kabinet parlementer.
Sejak pengakuan kedaulatan terutama sejak bubarnya RIS berkembang sistem multipartai
dalam kabinet parlementer partai politik pemerintah melalui pertimbangan perusahaan dalam
elemen positif dan negatif dari sistem multipartai :
1. Sisi positif dari sistem multipartai adalah sebagai berikut.
a. Menempatkan kalangan sipil sebagai pelaksana kedaulatan rakyat dan
pemerintahan
b. Kekuasaan presiden yang terlalu besar karena wewenang pemerintah dipegang
oleh partai yang berkuasa
2. Sisi negatif dari sistem multipartai adalah sebagai berikut.
a. Ada kecenderungan terjadi persaingan yang tidak sehat di parlemen maupun
kabinet
b. Jumlah partai cenderung menyuarakan kepentingan kelompoknya sendiri
bukan kepentingan rakyat banyak
Selama berlakunya UUDS 1950 pemerintah Republik Indonesia diwarnai dengan
pergantian tujuh kabinet secara berturut-turut yaitu sebagai berikut :
1. Kabinet Natsir (6 September 1950 - 21 Maret 1951)
Kabinet Natsir merupakan kabinet koalisi yang dipimpin oleh Masyumi. Perdana
menteri kabinet ini adalah Muhammad Natsir. Kabinet Natsir mendapatkan dukungan
dari tokoh-tokoh terkenal yang memiliki keahlian dan reputasi tinggi. Program kerja
dari Kabinet Natsir antara lain sebagai berikut :
a. Menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman
b. Konsolidasi dan menyempurnakan pemerintahan
c. Menyempurnakan organisasi Angkatan Perang
d. Mengembangkan dan memperkuat ekonomi kerakyatan
e. Memperjuangkan penyelesaian masalah Irian Barat
2. Kabinet Sukiman (27 April 1950 - 3 April 1952)
Presiden Soekarno menunjuk 2 orang formatur baru, yaitu Sidik Djojosoekarto
(TNI) dan Dr. Sukiman (Masyumi) untuk membentuk kabinet baru. Setelah melalui
proses perundingan, maka pada 26 April 1951 diumumkan susunan kabinet terbaru di
bawah pimpinan Soekiman Wirjosandjojo (Masyumi) dan Suwiryo (PNI).
Program kerja kabinet Sukiman antara lain sebagai berikut :
a. Menjalankan berbagai tindakan tegas sebagai negara hukum untuk menjamin
keamanan dan ketentraman serta menyempurnakan organisasi alat-alat
kekuasaan negara
b. Menyelesaikan persiapan Pemilu untuk membentuk Dewan Konstituante dan
menyelenggarakan pemilu dalam waktu singkat serta mempercepat
terlaksananya otonomi daerah
c. Menjalankan politik luar negeri bebas aktif
d. Memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah Republik Indonesia secepatnya
3. Kabinet Wilopo (3 April 1950 - 2 Juni 1953)
Kabinet Wilopo dipimpin oleh Mr. Wilopo sebagai perdana menteri. Kabinet ini
merupakan zaken kabinet karena terdiri dari para pakar yang ahli di bidangnya.
Program kerja Kabinet Wilopo antara lain sebagai berikut :
a. Mempersiapkan pemilihan umum
b. Berusaha mengembalikan Irian Barat ke dalam wilayah Republik Indonesia
c. Meningkatkan keamanan dan kesejahteraan
d. Memperbarui bidang pendidikan dan pengajaran
e. Melaksanakan politik luar negeri bebas dan aktif
4. Kabinet Ali Sastroamidjojo I (31 Juli 1953 – 12 Agustus 1955)
Kabinet Ali Sastroamidjojo I dibentuk pada tanggal 31 Juli 1953, dengan Perdana
Menteri Ali Sastroamidjojo dari PNI dan wakilnya Wongsonegoro dari PIR Partai
Indonesia Raya Kabinet Ali mempunyai program 4 pasal sebagai berikut :
a. Program dalam negeri antara lain meningkatkan keamanan dan kemakmuran
suatu negara diselenggarakan pemilihan umum
b. Pembebasan Irian Barat secepatnya
c. Program luar negeri antara lain pelaksanaan politik bebas aktif dan peninjauan
kembali persetujuan KMB
d. Penyelesaian pertikaian politik
5. Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1950 - 3 Maret 1956)
Pada tanggal 29 Juli 1955 wakil presiden Moch. Hatta mengumumkan tiga nama
formatur yang bertugas membentuk kabinet baru 3 nama formatur tersebut adalah
Sukiman Masyumi Wilopo (PNI) dan Asaat (non partai). Ketiga tokoh tersebut
sebagai penunjuk Moch. Hatta sebagai Perdana Menteri sekaligus Menteri
Pertahanan. Namun, kesulitan karena Moch. Hatta sebagai wakil presiden. Akhirnya 3
formatur tersebut gagal membentuk susunan kabinet baru kemudian Moch. Hatta
menunjuk Mr. Burhanuddin Harahap (Masyumi) untuk membentuk kabinet pada
tanggal 12 Agustus 1945 terbentuk kabinet Burhanuddin Harahap dengan perdana
menterinya Burhanuddin Harahap dari Masyumi. Berikut program kerja Kabinet
Burhanudin Harahap :
a. Memberikan kewibawaan moral pemerintah dalam hal ini kepercayaan
angkatan darat dan Masyumi
b. Akan dilaksanakan pemilihan umum desentralisasi memecahkan masalah
inflasi dan pemberantasan korupsi
c. Perjuangan mengembalikan Irian Barat kepada Republik Indonesia
6. Kabinet Ali Sastroamidjojo II (20 Maret 1950 - 14 Maret 1947)
Kabinet yang dipimpin oleh Ali Sastroamidjojo sebagai perdana menteri kabinet
ini merupakan koalisi dari PNI, Masyumi, dan NU. Kabinet ini merupakan kabinet
pertama setelah Pemilihan Umum tahun 1955. Program pokok Kabinet Ali
Sastroamidjojo II antara lain sebagai berikut :
a. Pembatalan KMB
b. Perjuangan mengembalikan Irian Barat ke pangkuan Republik Indonesia
c. Pemulihan keamanan ketertiban pembangunan ekonomi keuangan industri dan
Perhubungan pendidikan setelah pertanian
d. Melaksanakan keputusan Konferensi Asia Afrika
7. Kabinet Juanda (9 April 1957 – 5 Juli 1959)
Perdana menteri kabinet ini adalah Ir. Juanda dengan 3 orang wakil l, yaitu Mr.
Hardi, Idham Chalid, dan Dr. Leimena. Kabinet Djuanda menyusun program yang
terdiri dari 5 pasang disebut Pancakarya. Oleh karena itu, Kabinet Djuanda juga
disebut sebagai Kabinet Karya program - program Kabinet Kerja yaitu sebagai berikut
:
a. Membentuk Dewan Nasional
b. Normalisasi keadaan Republik Indonesia
c. Melanjutkan pembatalan KMB
d. Memperjuangkan Irian Barat kembali ke Republik Indonesia
e. Mempercepat pembangunan

D. Pemilihan Umum Tahun 1955


1. sistem kepartaian

Tujuan dibentuknya partai politik adalah memperoleh,merebut dan mempertahankan


kekuasaan secara konstitusional. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pemerintah RI
memerlukan adanya lembaga parlemen yang berfungsi sebagai perwakilan rakyat sesuai
dengan amanat UUD 1945. Dalam hal ini DPR dan MPR tidak terlepas dari kebutuhan
adanya perangkat organisasi politik yaitu partai politik.

Sehubungan dengan hal tersebut pada tanggal 23 Agustus 1945 presiden Soekarno
mengumumkan pembentukan partai Nasional Indonesia sebagai partai tunggal tetapi
keinginan presiden Soekarno tidak dapat diwujudkan.
Gagasan pembentukan partai baru muncul lagi pada waktu pemerintah mengeluarkan
maklumat pemerintah pada tanggal 3 November 1945 titik dengan maklumat tersebut
gagasan pembentukan partai-partai politik dimunculkan kembali dan berhasil membentuk
partai partai politik baru. Berikut partai-partai tersebut.

a.Majelis syuro muslimin Indonesia kurung Masyumi dipimpin oleh Dr Sukiman


wirjosandjojo berdiri pada tanggal 7 November 1945.

b.Partai Nasional Indonesia PNI dipimpin oleh sidik djojosoekarto, berdiri pada tanggal 29
Januari 1945.

c.Partai sosialis Indonesia korupsi dipimpin oleh Amir Syarifuddin, berdiri pada tanggal 20
November 1945.

d.Partai komunis Indonesia PKI dipimpin oleh Mr Moh Yusuf berdiri pada tanggal 7
November 1945.

e.Partai buruh Indonesia dipimpin oleh Nyono berdiri pada tanggal 8 November 1945.

f.Partai rakyat jelata PRJ dipimpin oleh Sutan dewanis berdiri pada tanggal 8 November
1945.

g. partai Kristen Indonesia parkindo dipimpin oleh Drs. Probowinoto, berdiri pada tanggal 10
November 1945.

h. Partai rakyat sosialis MPRS dipimpin oleh Sultan Syahrir berdiri pada tanggal 20
November 1945.

i. Persatuan marhaen Indonesia atau permai dipimpin oleh j. B; berdiri pada tanggal 17
Desember 1945.

j. Partai Katolik republik Indonesia kurung pkri dipimpin oleh titik-titik Kasimo berdiri pada
tanggal 8 Desember 1945.

Pada masa demokrasi liberal, sistem kepartaian yang dianut adalah multipartai titik
menurut Muhammad Hatta, pembentukan partai politik tersebut agar memudahkan dalam
mengontrol perjuangan lebih lanjut. Muhammad Hatta juga menyebutkan bahwa
pembentukan partai politik tersebut bertujuan mempermudah mengukur kekuatan perjuangan
dan mempermudah minta tanggung jawab kepada pemimpin pemimpin barisan perjuangan
meskipun pada kenyataannya partai-partai tersebut cenderung memperjuangkan kepentingan
golongan daripada kepentingan nasional. Itulah yang menyebabkan pada masa demokrasi
liberal sering terjadi pergantian kabinet kabinet tidak berumur panjang sehingga program-
program nya tidak bisa berjalan sebagaimana mestinya yang menyebabkan terjadinya
instabilitas nasional, baik di bidang politik, sosial, ekonomi maupun keamanan.

Kondisi itulah yang mendorong presiden Soekarno mencari solusi untuk membangun
kehidupan politik Indonesia yang akhirnya membawa Indonesia dari sistem demokrasi liberal
menuju demokrasi terpimpin.
2. Latar belakang pelaksanaan pemilu tahun 1955

Pemilihan umum merupakan salah satu syarat agar sistem pemerintahan yang
demokratis berfungsi titik persiapan mendasar pemilu dapat diselesaikan pada masa
pemerintahan kabinet Ali Sastroamidjojo 1 titik kabinet Ali Sastroamidjojo 1 mempunyai
agenda utama untuk mempersiapkan pelaksanaan pemilihan umum yang direncanakan
berlangsung pada pertengahan tahun 1955.

Pada tanggal 31 Juli 1954 dibentuk panitia pemilihan umum pusat dengan ketuanya
Hadikusumo PNI. Pada tanggal 16 april 1955 hadikusuma menggumumkan bahwa pemilihan
umum untuk parlemen akan diadakan pada tanggal 29 September 1955 pengumuman tersebut
mendorong partai-partai untuk meningkatkan kampanyenya hingga sampai ke pelosok-
pelosok desa. Masing-masing partai berusaha untuk mendapatkan suara terbanyak.

3. Pelaksanaan pemilu umum 1955.

Diadakannya pemilu diharapkan dapat menciptakan stabilitas politik dan


pemerintahan titik dengan pemerintahan yang kuat dan stabil diharapkan dapat melaksanakan
program-program pembangunan titik pemilu direncanakan pada tanggal 29 September 1955
untuk memilih anggota DPR dan pada tanggal 15 Desember 1955 untuk memilih anggota
konstituante (pembuat undang-undang dasar).

Setelah diumumkan pelaksanaan pemilu maka fase kampanye dimulai dengan


menyelenggarakan rapat rapat raksasa. Beberapa partai yang akan mengikuti pemilu yaitu
PNI Masyumi, PSII,PSI NU ,PKI, pir ,pi perti, parkindo partai Katolik, prn, murba dan partai
buruh, parkindo partai Katolik PLN murba dan partai buruh bahkan dari kelompok tentara
yang diprakarsai oleh A. H Nasution pada tahun 1954 membentuk suatu organisasi atau partai
yang memiliki golongan tentara di parlemen. Partai inilah yang dikenal dengan ipki (ikatan
pendukung kemerdekaan Indonesia)

Wilayah Indonesia dalam pelaksanaan pemilu dibagi menjadi 16 daerah pemilihan


yang meliputi 208 kabupaten, 2. 1 3 9 kecamatan, dan 43. 4 2 9 desa dengan jumlah pemilih
dalam pemilu pertama sekitar 39 juta orang. Penyelenggaraan pemilu pertama berdasarkan
pada undang-undang nomor 7 tahun 1953 dan peraturan pemerintah nomor 9 tahun 1954.

Akhirnya pada tanggal 29 September 1955 pemilu dapat terlaksana dengan lancar
sekalipun semula ada ketegangan ketegangan, tetapi berikutnya berlangsung dengan
aman ,tertib dan disiplin. Pada tanggal 15 Desember 1955 diselenggarakan pemilu untuk
memilih anggota konstituante. Suasana pemilihan konstituante ini lebih tenang bila
dibandingkan ketika yang pemilihan anggota DPR.

4. Hasil pemilihan umum tahun 1955.

Pemilu yang berhasil dilaksanakan pada tahun 1955 tersebut memunculkan empat
partai terkemuka yang meraih kursi terbanyak di DPR dan konstituante ke empat partai
tersebut adalah majelis syuro muslimin Indonesia kurung, partai Nasional
Indonesia( PNI )Nahdlatul ulama (NU) dan partai komunis Indonesia (PKI).
Dominasi keempat partai tersebut tampak dari perimbangan kursi di DPR yang terdiri
dari 272 kursi untuk DPR Masyumi 60 kursi, 58 kursi NU 47 kursi, PKI 32 kursi dan partai
lain memperebutkan sisa 75 kursi sedangkan perimbangan kursi konstituante 520 kursi.
Masyumi 119 kursi, PNI 112 kursi, minus 91 kursi PKI 80 kursi dan partai lainnya
memperebutkan sisa 118 kursi titik pelantikan anggota DPR hasil pemilu dilakukan pada
tanggal 20 Maret 1956 sedangkan pada anggota dewan konstituante dilakukan pada tanggal
10 November 1956.

E. Perkembangan Ekonomi pada Masa Demokrasi Liberal


1. Kondisi Ekonomi pada Masa Demokarsi Liberal
Pada masa demokrasi liberal, kondisi ekonomi Indonesia masih sangat buruk.
Buruknya ekonomi tersebut disebabkan oleh hal-hal berikut.
a. Setelah pengakuan kedaulatan dari Belanda pada tanggal 27 Desember 1949, bangsa
Indonesia menanggung beban ekonomi dan keuangan seperti yang telah ditetapkan
dalam hasil hasil KMB. Beban tersebut berupa utang luar negeri sebesar 1,5 triliun
rupiah dan utang dalam negeri sejumlah 2,8 triliun rupiah.
b. Politik keuangan pemerintah Indonesia tidak dibuat di Indonesia tetapi dirancang di
Belanda.
c. Pemerintah Belanda tidak mewarisi ahli-ahli yang cukup untuk mengubah sistem
ekonomi kolonial menjadi sistem ekonomi nasional.
d. Tidak stabilnya situasi politik dalam negeri mengakibatkan pengeluaran pemerintah
untuk operasi operasi keamanan semakin meningkat.
e. Defisit yang harus ditanggung oleh pemerintah RI pada waktu itu sebesar 5,1 miliar
rupiah.
f. Ekspor Indonesia hanya bergantung pada hasil perkebunan.
g. Angka pertumbuhan jumlah penduduk yang besar.
2. Usaha untuk Memperbaiki Perekonomian
a. Gunting Syafruddin
Pada tanggal 19 Maret 1950 Safrudin melakukan tindakan pemotongan uang.
Dasar kebijakan ini adalah untuk mengurangi jumlah uang yang beredar agar nilainya
seimbang dengan jumlah barang yang tersedia. Tindakan Syafrudin ini dilakukan
dengan cara mengubah uang yang nilainya Rp2,50 ke atas menjadi separuhnya.
b. Sistem Ekonomi Gerakan Benteng
Tujuan dari sistem ekonomi gerakan benteng adalah mengubah struktur
ekonomi kolonial ke struktur ekonomi nasional. Namun program ini tidak berhasil
mencapai tujuan dikarenakan para pengusaha pribumi sangat bergantung kepada
pemerintah titik mereka kurang mandiri untuk mengembangkan usahanya.
c. Nasionalis De Javasche Bank
pada tahun 1951 pemerintah republik Indonesia melakukan nasionalisasi de
javasche Bank menjadi Bank Indonesia adapun tujuan nasionalisasi ini adalah
menaikkan pendapatan dan menurunkan biaya ekspor serta melakukan penghematan
secara drastis.
d. Sistem Ekonomi Ali-Baba
Sistem ekonomi baru ini ditujukan untuk memajukan pengusaha pribumi titik
Ali menggambarkan pengusaha pribumi, sedangkan baba menggambarkan pengusaha
non pribumi (khususnya Cina). Maksud adanya sistem ini adalah agar pengusaha
pribumi dan nonpribumi bekerjasama untuk memajukan ekonomi Indonesia dalam
perkembangannya sistem ini mengalami kegagalan karena pengusaha nonpribumi
lebih berpengalaman daripada pengusaha pribumi untuk memperoleh bantuan kredit.
e. Persetujuan Finansial Ekonomi (Finek)
pada masa pemerintahan kabinet Burhanuddin Harahap dikirimkan suatu
delegasi ke Jenewa yang dipimpin oleh Ida Anak Agung Gde Agung. Misi tersebut
untuk merundingkan masalah finansial ekonomi antara pihak Indonesia dan Belanda
titik akhirnya pada tanggal 7 Januari 1956 dicapai kesepakatan rencana persetujuan
finek, antara lain sebagai berikut.
1) Persetujuan finek hasil KMB dibubarkan.
2) Hubungan finek indonesia-belanda didasarkan atas hubungan bilateral.
3) Hubungan finek didasarkan pada undang-undang Nasional, tidak boleh
diikat oleh perjanjian lain antara kedua belah pihak.
f. Rencana Pembangunan Lima Tahun (RPLT)
Dengan masa kerja kabinet yang relatif singkat dan program kerja yang
berganti-ganti pada masa demokrasi liberal menimbulkan ketidakstabilan politik dan
ketidakstabilan politik dan ekonomi tersebut menjadi penyebab terjadinya
kemerosotan ekonomi, inflasi dan lambatnya pelaksanaan pembangunan.
Pada masa pemerintahan Kabinet Ali Sastroamidjojo II, pemerintah
membentuk Badan Perencanaan Pembangunan Nasional yang disebut dengan Biro
Perancang Negaraa berbeda dengan kabinet sebelumnya, biro tersebut bertugas
merancang pembangunan jangka panjang titik tokoh yang diangkat sebagai Menteri
Perancang Nasional adalah Ir. Juanda.
Biro tersebut pada bulan Mei 1956 berhasil menyusun rencana pembangunan
lima tahun (RPLT) yang rencananya akan dilaksanakan antara tahun 1956-1961.
Rencana undang-undang tentang rencana pembangunan tersebut disetujui oleh DPR
pada tanggal 11 November 1958. Namun akibat perubahan situasi politik dan
ekonomi pada tahun 1957 sasaran dan prioritas RPLT diubah melalui musyawarah
Nasional pembangunan (Munap).
g. Musyawarah Nasional Pembangunan (Munap)
Adanya ketegangan antara pusat dan daerah pada masa Kabinet Juanda untuk
sementara dapat diredakan dengan diadakannya musyawarah nasional pembangunan .
Juanda memberikan kesempatan kepada munap untuk mengubah rencana
pembangunan tersebut agar dapat dihasilkan rencana pembangunan yang menyeluruh
untuk jangka panjang. Selain itu, ketegangan politik juga tidak dapat diredakan
sehingga mengakibatkan pecahnya pemberontakan PRRI/Permesta. Untuk menumpas
pemberontakan PRRI/Permesta tersebut diperlukan biaya yang sangat besar sehingga
meningkatkan defisit keuangan negara.

Anda mungkin juga menyukai