MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN
Disusun Oleh :
KELOMPOK 4
RAFI APRIANTO
RAFI FADLI
RAHMATU SOLEHA
RYAN SAPUTRA
Semula kedatangan mereka disambut hangat oleh rakyat Indonesia. Namun terjadi
ketegangan setalah diketahui bahwa Inggris datangan NICA. NICa adalah otoritas resmi
semi militer dibawah sekutu yang bertugas mengendalikan pemerintahan sipil Hindia-
Belanda setelah Jepang menyerah.
Kedatangan NICA dengan membonceng Sekutu (Inggris) mengundang ketegangan karena
rakyat dan pejuang Indonesia yakin bahwa sejak awal Belanda berniat menduduki kembali
Indonesia. Kecurigaan semakin nyata ketika NICA mempersenjatai bekas anggota Koninklijk
Nederlands Indies Legel (KNIL) yang baru saja bebas dari tahanan Jepang.
8. Petempuran di Sumatera
Selain di Pulau Jaw, perang dalam mempertahankan kemerdekaan juga berlansung di luar
pulau Jawa, seperti Sumatera. Di Aceh rakyat bersama TKR dibawah pimpinan Teuku Nyak
Arief mengadakan perlawanan keas terhadap pasukan Sekutu dan Belanda. Pertempuran
terjadi juga di Padang, Bukit Tinggi, Lampung, Palembang dan Riau.diSumatera, sekutu dan
Belanda banyak menjumpai rakyat Indonesia dengan semangat ingin merdeka dengan tekad
merdeka atau mati.
Dalam perundingan itu Van Mook mengakui Jawa dan Madura sebagai wilayah de facto
Indonesia. Disamping itu ia mengakui Indonesia sebagai negara persemakmuran yang
berbentuk federal tetapi menjadi bagian dari kerajaan Belanda. Sementara itu dipihak
Indonesia menginginkan pengakuan de facto terhadap pulau Jawa, Madura dan Sumatera.
Usulan Van Mook menjadikan Indonesia negara persemakmuran ditolak oleh Agus Salim.
Van Mook kemudian memprakarsai perundingan lanjutan yang kelak diberi nama
Perundingan Hooge Veluwe, pada tanggal 12-24 April 1946. Perundingan ini gagal total
karena Belanda menolak pengakuan kedaulatan Republik Indonesia secara de facto yang
meliputi Jawa, Madura dan Sumatera. Kegagalan perundingan Hooge Veluwe serta
ketegangan yang terus meningkat antara Indonesia dan Belanda mendorong lahirnya
perundingan-perundingan baru.
1. Perundingan Linggarjati
Belanda mencapai kesepakatan diplomatik dengan RI pada bulan November 1946. Pada
tanggal 12 November 1946, di Linggarjati (kini Kuningan dekat Cirebon), diadakan
perundingan Linggarjati yang hasilnya sebagai berikut:
a. Belanda mengakui RI sebagai kekuasaan de facto di Jawa, Madura dan Sumatera. Adapun
Belanda harus meninggalkan daerah de facto paling lambat tanggal 1 Januari 1949.
b. Kedua pihak sepakat bekerja sama dalampembentukan suatu negara Republi Indonesia
Serikat (RIS) yang berbentu Federal
c. RIS dan Belanda bersatu menjadi Uni Indonesia-Belanda dengan Ratu Belanda sebagai
kepalanya.
3. Perjanjian Renville
Atas prakarsa Komite Tiga Negara akhirnya Indonesia dan Belanda dipertemukan di meja
perundingan. Perundingan ini dilaksanakan atas kapal perang Amerika Serikat USS Renville.
Oleh karena itu perundingan ini dikena ldengan perundingan Renville. Dalam perundingan
ini Perdana Menteri Amir Syarifuddin menjadi pemimpin delegasi Indonesia, sedangkan
pihak Belanda diwakili oleh Abdulkadir Widjojoatmojo (orang Indonesia Yang Pro Belanda).
Hasil perundingan Renville yaitu:
a. Belanda tetap berdaulat atas seluruh wilayah Indonesia, dan berakhir setelah kedaulatannya
diserahkan kepada Republik Indonesia Serikat (RIS)
b. RIS mempunyai kedudukan sejajar dengan negara Belanda dalam uni Indonesia-Belanda
c. RI merupakan bagian dari RIS
d. Daerah RI yang didudukioleh Belanda sebagai hasil agresi militer, harus diakui sebagai
daerah pendudukan Belanda
e. Pasukan RI yang berada didaerah kantong (daerah pendudukan Belanda) harus ditarik ke
daerah RI.
Pada tanggal 6 Juli 1949, Soekarno-Hatta kembali ke Yogyakarta. Kembalinya Presiden dan
wakil Presiden ini diikuti dengan penarikan mundurnya pasukan Belanda dari Yogyakarta.
7. Penyerahan Kedaulatan
Pada tanggal 23 Desember 1949, Wakil Presiden Mohammad Hatta berangkat ke Belanda
memimpin delegasiRIS. Misi utamanya adalah menandatangani naskah pengakuan
kedaulatan dari pemerintah Belanda. Para penandatangan yang hadir adalah Ratu Juliana,
perdana menteri Willem Drees, menteri seberang lautan A.M.J.A.Sassen, Mohammad Hatta.
Di Jakarta Sultan Hamengkubuwono IX dan wakil tinggi mahkota A.H.J.Lovink secara
bersama-sama menandatangani naskah penyerahan kedaulatan. Pada tanggal yang sama di
Yogyakarta dilakukan penyerahan kedaulatan dari RI kepada RIS. Setelah penandatanganan,
Presiden Soekarno kembali ke Jakarta untuk memangku jabatan baru sebagai Presiden RIS.
Setelah hampur selama 4 tahun ditinggalkan, Jakarta sekarang kembali menjadi ibu kota
Republik.