Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peristiwa 10 November merupakan sejarah perang antara Indonesia dan Belanda.


Pada 1 Maret 1942 tentara Jepang mendarat di pulau Jawa dan tujuh hari kemudian tepatnya
8 Maret, pemerintah kolonial Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang sejak itu
Indonesia di duduki oleh Jepang. Di Surabaya, di kibarkannya bendera Belanda merah-putih-
biru di hotel Yamato, telah melahirkan insiden tunjangan yang menyulut berkobarnya
bentrokan-bentrokan bersenjata antara pasukan Inggris dengan badan-badan perjuangan yang
dibentuk oleh rakyat. Bentrokan-bentrokan bersenjata dengan tentara Inggris di Surabaya,
memuncak dengan terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby (pimpinan tentara Inggris untuk
Jawa Timur), pada 30 Oktober.

Peristiwa berdarah di Surabaya ketika itu juga telah menggerakan perlawanan


rakyat di seluruh Indonesia untuk mengusir penjajah dan mempertahankan kemerdekaan.
Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat yang menjadi korban ketika itulah kemudian di
kenang sebagai HARI PAHLAWAN.

B. Rumusan Masalah
1. Mengapa Sekutu datang ke Surabaya ?
2. Mengapa terjadi pertempuran di Surabaya ?
3. Bagaimana cara rakyat Surabaya mempertahankan kekuasaannya ?

C. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana rakyat Surabaya mempertahankan kekuasaannya
2. Mengetahui pertempuran rakyat Surabaya dengan Sekutu
3. Mengetahui para tokoh pejuang waktu melawan Sekutu di Surabaya

i
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sekutu Datang Ke Surabaya

Kota-kota yang sangat penting artinya bagi perhubungan laut Indonesia, ialah : Medan,
Jakarta, Surabaya, Makasar. Pendaratan-pendaratan Sekutu, mula-mula dilakukannya di kota-
kota tersebut dan kemudian dari kota-kota inilah terus dilanjutkannya ke tempat-tempat
strategis lainnya. Tentara Sekutu yang mula-mula mendarat di Jakarta, kemudian melanjutkan
pendaratannya di Surabaya. Noman Dekker (1980 : 32) menyatakan bahwa: Pada tanggal 25-
10-1945, mendaratlah di Surabaya Brigade ke-49 dari Divisi ke-23 (Divisi India) di bawah
pimpinan Brigadir Mallaby dengan anak buahnya 6000 orang.

Kedatangannya di Surabaya tidak menimbulkan ketegangan, malahan pasukan Sekutu


ini di bantu di dalam mengurus soal tawanan perang itu. Tentara Inggris datang ke Indonesia
tergabug dalam AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) atas keputusan dan atas nama
Blok Sekutu, dengan tugas untuk melucuti tentara Jepang, membebaskan para tawanan
perang yang di tahan Jepang, serta memulangkan tentara Jepang ke negerinya. tentara
Inggris yang datang membawa misi mengembalikan Indonesia kepada administrasi
pemerintahan Belanda sebagai negeri jajahan Hindia Belanda. NICA (Netherlands Indies
Civil Administration) ikut membonceng bersama rombongan tentara Inggris untuk tujuan
tersebut. Hal ini memicu gejolak rakyat Indonesia dan memunculkan pergerakan perlawanan
rakyat Indonesia dimana-mana melawan tentara AFNEI dan pemerintahan NICA.

i
B. Tejadi Pertempuran Di Surabaya

Pertempuran Surabaya tidak lepas kaitannya dengan peristiwa yamg


mendahuluinya, yaitu usaha perebutan kekuasaan dan senjata dari tangan Jepang yang di
mulai tanggal 2 September 1945. Perebutan kekuasaan dan senjata ini membangkitkan suatu
pergolakan sehingga berubah menjadi situasi revolusi yang konfrontatif. Pada tanggal 25
Oktober 1945, brigade 49 di bawah pimpinan Brigadier Mallaby, brigade ini adalah bagian
dari Divisi India ke-23 di bawah pimpinan Mayor Jenderal D.C. Howthorn (Sejarah
Nasional Indonesia, Edisi Pemutakhiran VI/187). mereka mendapat tugas dari Panglima
AFNEI untuk melucuti serdadu Jepang dan menyelamatkan para interniran Sekutu. Setelah
diadakan pertemuan antara wakil-wakil pemerintah RI dan Brigadier Mallaby di capai
kesepakatan. Pihak Inggris juga menyatakan bahwa di antara tentara mereka tidak terdapat
tentara Belanda. Dalam perkembangan selanjutnya, ternyata pihak Inggris mengingkari
janjinya. pada tanggal 27 Oktober 1945 pukul 11.00 pesawat terbang Inggris menyebarkan
pamflet-pamflet yang berisi perintah agar rakyat Surabaya pada khususnya dan Jawa Timur
pada umumnya untuk menyerahkan senjata yang di rampas dari tangan Jepang. Brigadier
Jenderal Mallaby mengaku tidak tahu soal pamflet tersebut. Dia bahkan berpendirian
sekalipun sudah terdapat perjanjian dengan pemerintah RI, tetapi dia kana melaksanakan
tindakan sesuai dengan isi pamflet-pamflet tersebut. Sikap itu menghilangkan kepercayaan
pemerintah RI terhadap pihak Inggris.

Pada pukul 14.00 tanggal 27 Oktober 1945terjadi kontak senjata yang pertama
antara pihak pemuda dan Inggris (Sejarah Nasional Indonesia, Edisi Pemutakhiran VI/188).
Peristiwa meluas menjadi serangan umum terhadap kedudukan Inggris bertambah kritis.
Tank-tank mereka berhasil di lumpuhkan. Pada tanggal 29 Oktober 1945, beberapa objek
vital dapat di rebut kembali oleh pemuda. Dan setelah itu pihak Inggris menghubungu
Presiden Soekarno dan meminta Presiden agar memerintaahkan pihak Indonesia
menghentikan serangan. Pada keesokan harinya tanggal 29 Oktober pukul 11.30, Presiden
Soekarno bersama-sama dengan Mayor Jenderal D.C. Hawthorn, atasan Brigadier Mallaby
tiba di Surabaya. Presiden Soekarno di dampingi oleh Wakil Presiden Drs. Moh. Hatta dan
Menteri Penerangan Amir Syarifuddin segera berunding dengan Mallaby. Perundingan
menghasilkan keputusan: menghentikan kontak senjata. Tetapi pada sore harinya ketika
Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Drs. Moh. Hatta, Amir Syarifuddin beserta Mayor
Jenderal D.C. Hawthorn kembali ke Jakarta, maka terjadilah pertempuran, sehingga

i
mengakibatkan matinya Brigadier Mallaby. Inggris mulai lagi mendaratkan tentaranya di
Surabaya dari Divisi India ke-5, sebanyak 24.000 orang dibawah pimpinan : Jenderal Mayor
Mansergh (Noman Dekker, 1980:33). Pada 9 Nopember di keluarkanlah ultimatum yang
berisi ancaman, di samping itu ada instruksi-instruksi yang berisi 6 pasal. Pasal-pasal dari
instruksi itu antara lain menyebutkan : bahwa semua pimpinan bangsa Indonesia, termasuk
pimpinan-pimpinan Gerakan Pemuda Indonesia, Kepala Polisi, dan Kepala Resmi dari Radio
Surabaya, harus datang ke Bataviaweg selambat-lambaatnya pada jam 6 sore. Mereka harus
baris satu persatu dengan membawa segala macam senjata yang ada pada mereka. Ultimatum
yang menghina itu tidak mendapat sambutan sama sekali dari rakyat Surabaya. Mereka malah
berjaga-jaga dan siap menghadapi segala kemungkinan. Pada 10 Nopember terjadilah
pertempuran yang sangat dahsyat di Surabaya. Perlawanan terhadap Inggris dilakukan
dengan semangat menyala-nyala, dengan persenjataan yang lebih sederhana dari pada musuh.
Dalam situasi yang bergolak ini muncullah tokoh Bung Tomo dengan bidato-bidatonya yang
berapi-api membangunkan semangat rakyat untuk melawan musuh.

C. Kronologi Pertempuran Surabaya

Sebab-Sebab dan juga kejadian Perang itu sendiri..supaya lebih menarik sebagai
sebuah bacaan untuk belajar tentang Sejarah Bangsa Indonesia, khususnya semangat Arek-
arek Suroboyo pada waktu itu dalam mengusir penjajah

23 September 1945

Kapten Huijer dari Angkatan Laut Belanda adalah wakil sekutu pertama yang
menjejakan kakinya di Surabaya untuk melakukan pemeriksaan pendahuluan dan ini
mengindikasikan bahwa Belanda-lah yang akan mempelopori pengambil-alihan Surabaya
dari Jepang setelah kesalahan-kesalahan pasukan Inggris ketika mengambil alih Semarang.

28 September 1945

Huijer mendatangi markas Laksamana Madya Yaichiro Shibata, pimpinan tertinggi


pasukan Jepang di Surabaya, agar melimpahkan seluruh kekuasaannya termasuk senjata yang
berada di bawah komando dirinya kepada Huijer. Namun demikian sebagaimana sikap
kaigun yang lain (seperti Laksamana Maeda di Jakarta), Shibata sangat simpati dengan
perjuangan kemerdekaan Indonesia oleh karena itu ia menyerahkan senjata kepada Komite
Nasional Indonesia Surabaya (KNI-Surabaya) yang dipimpin oleh Soedirman dan Doel
Arnowo. KNI-Surabaya sendiri berjanji akan menyerahkannya kepada sekutu pada waktunya.

i
Tetapi KNI-Surabaya tidak memiliki kemampuan untuk mengelola persenjataan bekas
tentara angkatan laut Jepang sehingga mereka menyerahkannya ke Badan Keamanan Rakyat
(BKR), kelompok-kelompok pemuda, pasukan-pasukan polisi dan bahkan milisi/laskar yang
masih belum terorganisir dengan baik.

1 Oktober 1945

Terjadi perkelahian diantara pemuda-pemuda Indonesia dan Belanda yang dengan


cepat berubah menjadi aksi massa di seluruh kota. Mereka menyerang lapangan udara
Morokrembangan dan kamp interniran yang terletak di daerah pemukiman Darmo. Sementara
itu markas Kempetai dan Angkatan Darat Jepang dikepung oleh sejumlah laskar yang
bersenjatakan apa adanya, dari bambu runcing hingga ke senapan mesin.

4 Oktober 1945

Surabaya telah menjadi kamp bersenjata yang seluruhnya dalam tangan Indonesia.
Semua penjara dibuka dan penghuni-penghuninya, apakah mereka ditahan atas tuduhan
politik atau pidana telah bergabung ke dalam massa yang berkerumun di dalam kota itu. Pada
hari itu juga Shibata memberitahukan kepada bawahannya bahwa Huijer-lah yang
bertanggung jawab atas keamanan kota tersebut.

8 Oktober 1945

Gubernur, TKR dan polisi berangsur-angsur kehilangan kekuasaannya, yang


kemudian seluruhnya terseret menjadi anarki. Rasa permusuhan terhadap Jepang dan
Belanda yang begitu mendalam di kalangan pemuda, menyebabkan mereka melaksanakan
pengadilan rakyat yang membabi-buta yaitu dengan menghukum mati para tawanan (Jepang,
khususnya) dengan melakukan hukuman mati dengan cara pemenggalan leher. Kapten Huijer
pun menjadi tahanan TKR demi keselamatan dirinya.

12 Oktober 1945

Tiba seorang pemuda dari Jakarta yang bernama Soetomo atau yang kemudian
dikenal dengan nama Bung Tomo, seorang wartawan yang bekerja di kantor berita Domei. Ia
membawa gagasan mendirikan pemancar radio, yang kemudian diberi nama Radio
Pemberontakan sebagai sarana untuk menciptakan solidaritas massa dan memperbesar
semangat perjuangan pemuda

i
13 Oktober 1945

Bung Tomo membentuk Barisan Pemberontakan Republik Indonesia (BPRI), sebagai


suatu organisasi yang terpisah dari PRI yang dipimpin oleh Soemarsono. Dan siaran-siaran
radio yang dilakukan oleh Bung Tomo tidak hanya berhasil mempengaruhi masyarakat santri
yang memang menjadi mayoritas di Jawa Timur dan Madura, namun juga pemimpin-
pemimpin merah terutama yang berada di dalam PRI.

22 Oktober 1945

Nahdhatul Ulama dari seluruh Jawa dan Madura melangsungkan rapat raksasa di
Surabaya yang mana mereka menuntut, Memohon dengan sangat kepada pemerintah
Republik Indonesia soepaja menentukan soeatoe sikap dan tindakan jang njata terhadap tiap2
oesaha jang membahajakan agama dan negara Indonesia, terutama terhadap pihak Belanda
dan kaki tangannja (Antara, 25 Oktober 1945)

25 Oktober 1945

Inggris mendarat di Tanjung Perak Surabya dengan dipimpin oleh Brigadir Jenderal
Mallaby yang juga merupakan Panglima Brigade ke-49 dengan tugas utama mengungsikan
pasukan Jepang dan para interniran. Brigade ini berjumlah kurang lebih enam ribu pasukan
dengan membawa juga pasukan elit Gurkha.

Selanjutnya Mallaby sendiri dan wakilnya, Kolonel Pugh, pertama-tama disambut


oleh Mustopo, kepala TKR-Surabaya, dan Atmadji, bekas aktivis Gerindo, yang mewakili
TKR Angkatan Laut. Setelah mengadakan pembicaraan-pembicaraan dengan Mustopo,
Mallaby menegaskan bahwa sekutu tidak akan menyelundupkan di tengah-tengah mereka
pasukan Belanda dan NICA (Netherland Indies Civil Administrastion).

26 Oktober 1945

Tanpa data intelejen yang komprehensif tentang kondisi Surabaya dan masyarakatnya
yang sedang bergolak, Mallaby mengirim 1 peleton pasukan yang dipimpin oleh Kapten
Shaw untuk menyelamatkan Kapten Huijer. Masyarakat Surabaya mulai kehilangan
kepercayaan terhadap Mallaby dan pasukannya.

Kondisi diperparah dengan selebaran yang disebarkan melalui udara ke seluruh kota
di Surabaya atas perintah Mayor Jenderal Hawthorn, panglima sekutu di Jakarta. Selebaran

i
itu intinya berisi bahwa pihak Indonesia harus menyerahkan seluruh senjata mereka dalam
waktu 48 jam. Tuntutan seperti ini akhirnya membatalkan perjanjian yang telah dilakukan
oleh Mallaby dan Moestopo.

27 Oktober 1945

Sekutu mulai melakukan agresinya. Pada dasarnya komandan-komandan sekutu


masih memandang rendah terhadap kemampuan bangsa Indonesia mempertahankan
kemerdekaannya. Apalagi mereka begitu membanggakan brigade 49-nya dengan
mendapatkan julukan The Fighting Cock selama bertempur melawan Jepang di hutan-hutan
Burma.

28 Oktober 1945

Pasukan sekutu mengambil alih lapangan udara Morokrembangan dan beberapa


gedung penting seperti kantor jawatan kereta api, pusat telephon dan telegraf, rumah sakit
Darmo dna lainnya.

Pertempuran besar pun tak terelakan antara 6000 pasukan Inggris dengan 120.000
tentara dan pemuda Indonesia. Akibat kalah jumlah, Mallaby meminta bantuan Hawthorn
agar pihak Indonesia menghetikan pertempuran. Hawthorn pun meminta Soekarno agar mau
membujuk panglima-panglimanya di Surabaya menghentikan pertempuran.

Begitu terjepitnya hingga dalam buku Donnison The Fighting Cock ditulis
Narrowly escape complete destraction alias hampir musnah seluruhnya.

29 Oktober 1945

Soekarno, Hatta dan Amir Sjarifoedddin datang ke Surabaya untuk menghentikan


pertempuran.

Kemudian setelah membujuk agar tentara dan pemuda menghentikan pertempuran,


mereka bertiga ditambah tokoh-tokoh Surabaya seperti Soedirman, Soengkono, Soerjo dan
Bung Tomo melakukan perundingan dengan Mallaby dan Hawthorn. Hasil perundingannya
adalah tentara sekutu sepakat untuk mundur dari Tanjung Perak dan Darmo, sementara
Indonesia setuju mengizinkan interniran lewat secara bebas diantara kedua sektor itu.

i
30 Oktober 1945

Sewaktu melakukan patroli, mobil Buick yang sedang ditumpangi Brigjen Mallaby
dicegat oleh sekelompok milisi Indonesia ketika akan melewati Jembatan Merah. Karena
terjadi salah paham, maka terjadilah tembak menembak yang akhirnya membuat mobil
jenderal Inggris itu meledak terkena tembakan. Mobil itu pun hangus.

Kematian Jenderal Inggris itu menjadi titik tolak untuk peristiwa-peristiwa yang lebih dasyat
berikutnya. Letnan Jenderal Christinson, komandan Pasukan Sekutu di Hindia Belanda
(AFNEI) memberikan peringatan keras terhadap Indonesia. Ia kemudian mengirimkan
seluruh Divisi Infanteri ke-5 lengkap dengan peralatan tank ke Surabaya dibawah pimpinan
Mayor Jenderal Mansergh. Kekuatannya berjumlah sekitar 15.000 pasukan.

D. Akibat dari pertempuran Surabaya

Peristiwa pertempuran pada tanggal 10 November 1945 di Surabaya sebenarnya merupakan


dampak yang dipicu oleh peristiwa-peristiwa sebelumnya mulai dari kedatangan pasukan
Jepang di Indonesia pada tanggal 1 maret 1942 yang kemudian melahirkan perjanjian kalijati
antara Jepang dan Belanda. Namun hal utama yang menjadi latar belakang pertempuran
Surabaya adalah pengibaran bendera Belanda di hotel Yamato pada tanggal 18 September
1945.

Para pemuda Surabaya yang terkenal dengan sebutan arek-arek Surabaya jelas merasa gusar
melihat tindakan Belanda yang tidak menghargai dan tanpa ijin mengibarkan bendera merah-
putih-biru di wilayah Indonesia. Republik Indonesia yang saat itu secara resmi telah
memproklamasikan kemerdekaan jelas merasa dicemooh oleh tindakan Belanda ini. Arek-
arek Surabaya tidak tinggal diam melihat kesewenangan Belanda di tanah air yang dapat
disimpulkan bahwa mereka ingin menunjukkan kekuasaannya kembali di Indonesia. Lagi
pula kobar semangat arek-arek Surabaya yang pada saat itu tengah melakukan aksi
pengibaran merah-putih di segala penjuru secara langsung berkumpul di depan halaman hotel
Yamato.

Pada tanggal 18 September 1945 tersebut memang terjadi suatu diplomasi antara pihak
Indonesia dan Belanda di dalam hotel Yamato yakni dengan datangnya Soedirman sebagai
wakil Pemerintahan Indonesia dengan dikawal ketat oleh Hariyono dan Sidik untuk
berunding dengan Pihak Belanda yang diwakili oleh Mr. Ploegman beserta pasukan. Dalam
diplomasi tersebut Belanda menolak untuk menurunkan benderanya dari puncak tertinggi

i
hotel Yamato dan justru menyerang pihak Indonesia dengan mengeluarkan pistol. Sidik
sebagai pengawal dan bertugas menjaga Soedirman tentu secara reflek menyerang kembali
Poegman hingga tewas. Namun sayang Sidik sendiri kemudian tewas ditangan pasukan
Belanda.

Soedirman bersama Hariyanto yang berusaha keluar mencari perlindungan dari serangan
pasukan Belanda akhirnya disambut oleh arek-arek Surabaya yang tengah berkumpul di luar
hotel. Selanjutnya Soedirman bersama Kusno Wibowo kembali masuk dalam hotel dan
memanjat tiang bendera unuk merobek warna biru bendera Belanda dan kemudian
mengibarkannya kembali menjadi merah-putih.

Hal tersebut menjadi latar belakang pertempuran Surabaya yang kemudian secara berentet
terjadi pertempuran pada tanggal 27 Oktober antara arek-arek Surabaya melawan Inggris
yang pada saat itu memihak Belanda. Pertempuran ini terus terjadi hingga Jenderal Hawthorn
meminta Presiden RI untuk meredakan pertempuran. Pada tanggal 29 Oktober perjanjian
diplomasi antara Indonesia dan Inggris ditandatangani dengan adanya genjatan senjata.
Namun pada hari berikutnya karena masih labilnya kondisi psikis para pasukan baik dari
Indonesia maupun Inggris kembali terjadi pertempuran antara Indonesia dengan pihak
AFNEI/ inggris yang menewaskan Jenderal Mallaby.

Pertempuran Surabaya 10 November 1945

Setelah peristiwa yang menewaskan Jenderal Mallaby tersebut pihak Inggris mengutus
Robert Mansergh sebagai penggantinya yang kemudian mengeluarkan ultimatum terhadap
pihak Indonesia agar para tentara maupun pemuda yang bersenjata menyerahkan diri dengan
batas akhir tanggal 10 November 1945 serta menyerahkan senjata mereka sebelum jam enam
pagi.

Ultimatum yang dikeluarkan pihak Inggris tersebut jelas membakar amarah para
pejuang hingga menolak semua keinginan tersebut. Hari bersejarah tersebut benar-benar
datang dimana pada tanggal 10 November pasukan Inggris secara membabi buta melakukan
serangan terhadap pasukan Indonesia dan rakyat di Surabaya. Kendaraan tempur seperti
pesawat dan tank milik Inggris semua dikerahkan untuk membungihanguskan Surabaya.
Serangan udara dengan menjatuhi bom daerah-daerah pemerintahan Surabaya jelas
mengakibatkan banyaknya korban jiwa dari pihak Indonesia.

i
Siapa yang tak marah jika tanah air mereka diusik oleh pihak luar. Hal ini pula yang
kemudian melahirkan tokoh-tokoh pejuang seperti Bung Tomo dan KH. Hasyim Asyari
untuk mengkoordinir semua kalangan mulai dari pasukan bersenjata, para santri, bahkan
rakyat sipil semuanya bersatu untuk melawan kesewenangan Inggris.

Pertempuran 10 November 1945 menjadi pertempuran terbesar sepanjang perjuangan


Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan. Ribuan rakyat Indonesia tewas dalam
pertempuran tersebut begitu pula dengan pihak Inggris. Pasukan yang didatangkan dari India
juga menjadi korban dari pertempuran tersebut.

Tercatat lebih dari 10.000 rakyat Indonesia dan juga pasukan Inggris tewas dalam
pertempuran Surabaya.

Setidaknya 6,000 pejuang dari pihak Indonesia tewas dan 200,000 rakyat sipil mengungsi
dari Surabaya. [2]. Korban dari pasukan Inggris dan India kira-kira sejumlah 600.
Pertempuran berdarah di Surabaya yang memakan ribuan korban jiwa tersebut telah
menggerakkan perlawanan rakyat di seluruh Indonesia untuk mengusir penjajah dan
mempertahankan kemerdekaan. Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat sipil yang
menjadi korban pada hari 10 November ini kemudian dikenang sebagai Hari Pahlawan oleh
Republik Indonesia hingga sekarang.

E. Cara Rakyat Surabaya Mempertahankan Kekuasaannya

Rakyat Surabaya baru dapat di usir oleh Inggris ke luar kota, setelah
bombardemen yang dahsyat dan setelah pertempuran yang sengit 21 hari lamanya. Sungguh
mengagumkan tekad rakyat Indonesia yang membela kemerdekaannya secara mati-matian.
Gigihnya perlawanan Surabaya di akui sendiri oleh Inggris, baik oleh surat-surat kabar
Inggris, maupun oleh pemimpin Inggris , Surabaya tidak dapat lagi di pertahankan.
Pertahanan rakyat kemudian di lakukan di luar kota dengan memblokir Surabaya dari arah
selatan (Wonocolo, Waru Sidoarjo), dari arah barat (Sepanjang, Jetis, Mojokerto), dari arah
utara (Gresik, Lamongan). Berbulan-bulan diadakan pengepungan dan penyusupan ke kota.
Kekalahan dan penderitaan Inggris di Surabaya sangat menyedihkan. Terbukti betapa
beratnya peristiwa Surabaya itu bagi Inggris.

i
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pertempuran Surabaya adalah sejarah yang tidak akan pernah bisa hilang karena pada
10 Nopember terjadi pertempuran yang sangat dahsyat di Surabaya. Inggris mengerahkan
kapal perangnya, kapal udaranya dan tank-tanknya, dengan di ikuti dengan tentara bersenjata
lengkap dengan bekal pengalaman dalam Perang Dunia II. Tetapi semangat rakyat Surabaya
menyala-nyala untuk melawan Inggris walaupun dengan persenjataan yang lebih sederhana
dari pada musuh. Dalam situasi yang memanas ini muncul tokoh Bung Tomo dengan bidato-
bidatonya yang membangunkan semangat rakyat Surabaya untuk melawan musuh. Dan kini
pada tanggal 10 Nopember itu di jadikan Hari Pahlawan dan di peringati setiap tahun oleh
rakyat Indonesia.

B. Saran
Dalam makalah sejarah revolusi nasional pertempuran surabaya ini, di harapkan
makalah ini bermanfaat bagi para mahasiswi dan masyarakat umum sebagai bahan penambah
wawasan. Dan apa bila ada salah dalam makalah ini kami minta maaf karena makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan, saran anda sangat berguna bagi perbaikan dan revisi. Terima
kasih.

i
DAFTAR PUSTAKA

Dekker, N. 1980. Sejarah Revolusi Nasional. Jakarta: PN Balai Pustaka.

Gudang Sejarah. 2013. Sejarah Pertempuran Surabaya, (Online),


(www.kumpulansejarah.com/2013/07/sejarah-pertempuran-surabaya.html),
diakses 19 Oktober.

Guntur. 2010. Indonesian Voices, (Online), (www.guntur.blogspot.com/indinesianvoices),


diakses 19 Oktober 2013.

Mohkusnarto. 2010. Peristiwa 10 November 1945, (Online),


(www.mohkusnarto.wordspot.com/peristiwa-10-november-1945), diakses 19
Oktober 2013.

Tim Nasional Penulisan Sejarah Indonesia. 2008. Sejarah Nasional Indonesia.-cet.2-Edisi


Pemutakhiran. Jakarta: PT Balai Pustaka.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................................................1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................................1
C. Tujuan .............................................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Sekutu Datang Ke Surabaya ............................................................................................ 2


B. Terjadi Pertempuran Di Surabaya ...................................................................................3
C. Kronologi Pertempuran Surabaya ....................................................................................4
D. Akibat dari pertempuran Surabaya ..................................................................................8
E. Cara Rakyat Surabaya Mempertahankan kekuasaannya....... ..........................................10

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN ................................................................................................................11
B. SARAN ............................................................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................12

i
KATA PENGANTAR

AssalamualaikumWr. Wb.

Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena limpahan rahmat,
taufik serta hidayah-Nya, kami dapat membuat makalah SEJARAH ini yang berjudul
PERTEMPURAN SURABAYA kami dapat menyelesaikan dengan baik sesuai dan dengan
waktu yang telah ditentukan,

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dengan ada nya
penyusunan makalah seperti ini. Makalah ini dibuat dengan sedemikian rupa agar kalian
dengan mudah mempelajari dan memahami pelajaran yang ada dalam makalah ini.

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karenai tu, kritik dan saran sangat berguna bagi pembuatan dan penyempurnaan selanjutnya.
Selain itu, ucapan terima kasih kami haturkan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini.

Akhirnya, jazakumullahu khairan katsira.

WassalamualaikumWr. Wb.

i
MAKALAH PERTEMPURAN 10 NOPEMBER 1945
SURABAYA

SEJARAH PEMINATAN

Oleh :

Desiana Farinatae (08)

X-IPS 3

SMAN 2 MEJAYAN

TAHUN AJARAN 2017/2018

i
i

Anda mungkin juga menyukai