Anda di halaman 1dari 79

INDONESIA PADA MASA

AWAL KEMERDEKAAN
SAMPAI MASA DEMOKRASI
LIBERAL (1950-1959)
KD. 3.3. a Menganalisis perkembangan kehidupan
politik dan ekonomi bangsa Indonesia
pada masa kemerdekaan sampai masa
Demokrasi Liberal

Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari keadaan politik Indonesia pada
kemerdekaan, peserta didik dapat menjelaskan tentang
keadaan politik Indonesia pada awal kemerdekaan
sampai masa Demokrasi Liberal
Keadaan Politik Perkembangan Perkembangan
Indonesia Pada Awal Ekonomi Pada Awal Politik Pada Masa
Kemerdekaan Kemerdekaan Demokrasi Liberal

-Kedatangan - Faktor Penyebab


Sekutu dan NICA 1. Kabinet Nasir
memburuknya
keadaan Ekonomi 2. Kabinet Sukiman
- Konflik 3. Kabinet Wilopo
Indonesia Belanda 4. Kabinet Ali Sastroamidjoyo 1
di berbagai 5. Kabinet Burhanuddin
Daerah - Upaya
Pemerintahan Harahap
untuk mengatasi 6. Kabinet Ali Sastroamijoyo 2
- Perjuangan kesulitan 7. Kabinet Djuanda
Diplomasi
Indonesia
Pemilihan Perkembangan Ekonomi
Umum Tahun Pada Masa Demokrasi
1955 Liberal

Latar Belakang
Pelaksaan Pemilu Kondisi Ekonomi pada
1955 masa Liberal

Pelaksanaan Pemilu
1955
Usaha memperbaiki
Perekonomian
- Hasil Pemilu 1955
1. Kedatangan tentara Sekutu dan NICA
 Setelah berhasil menang dalam Perang Dunia II pasukan Sekutu yang mendapat
tugas masuk ke Indonesia adalah tentara kerajaan Inggris yang dibagi menjadi
dua:
1. SEAC (South East Asian Command) dipimpin oleh Laksamana Lord Louis
Mounbatten untuk wilayah Indonesia bagian Barat.
2. SWPC (South West Pasific Command) untuk wilayah Indonesia bagian Timur.

Pasukan sekutu yang bertugas menangani Indonesia bagian barat adalah AFNEI
(Allied Forces Netherlands East Indies) yang dibentuk oleh Mountbatten dibawah
pimpinan Lekjen Sir Philip Christison.
Tugas AFNEI :
1. Menerima penyerahan dari tangan Jepang.
2. Membebaskan para tawanan perang dan interniran sekutu.
3. Melucuti dan mengumpulkan orang Jepang untuk
dipulangkan.
4. Menegakkan dan mempertahankan keadaan damai untuk
kemudian diserahkan kepada pemerintahan sipil.
5. Menghimpun keterangan tentang penjahat perang dan
menuntut mereka ke pengadilan.
2. Konflik Indonesia-Belanda di berbagai daerah
A. Pertempuran Surabaya

 Pada tanggal 25 oktober 1945 Brigade 49 dibawah pimpinan

Brigadir Jenderal A W.S Mallaby mendarat dipelabuhan


Tanjung Perak Surabaya.

 Brigade ini merupakan bagian dari devisi India ke-2, dibawah

pimpinan Jenderal D.C. Hawthorn.

 Mereka mendapat tugas melucuti tentara Jepang dan


Pasukan ini berkekuatan 6000 personil dimana perwira-perwiranya kebanyakan
orang-orang Inggris dan prajuritnya orang-orang Gurkha dari Nepal yang telah
berpengalaman perang.

Rakyat dan pemerintahan Jawa Timur di bawah pimpinan Gubernur R.M.T. A Suryo
semula enggan menerima kedatangan Sekutu - Sejarah Pertempuran Surabaya.
Kemudian antara wakil-wakil pemerintahan RI dan Brigjen AW.S Mallaby
mengadakan pertemuan yang menghasilkan kesepakatan sebagai berikut:
1. Inggris berjanji mengikut sertakan Angkatan Perang Belanda
2. Disetujui kerjasama kedua belah pihak untuk menjamin keamanan dan
ketentraman
3. Akan dibentuk kontak biro agar kerja sama berjalan lancar
4. Inggris hanya akan melucuti senjata Jepang
 Pada tanggal 26 Oktober 1945 pasukan Sekutu melanggar kesepakatan

terbukti melakukan penyergapan ke penjara Kalisosok.

 Mereka akan membebaskan para tawanan Belanda diantaranya adalah Kolonel

Huiyer. Tindakan ini dilanjutkan dengan penyebaran pamflet-pamflet yang


berisi perintah agar rakyat Surabaya menyerahkan senjata-senjata mereka.
Rakyat Surabaya dan TKR bertekad akan mengusir Sekutu dari bumi Indonesia
dan tidak akan menyerahkan senjata mereka.
 Kontak senjata antara rakyat Surabaya melawan Inggris terjadi

pada tanggal 27 Oktober 1945.

 Para pemuda dengan perjuangan yang gigih dapat melumpuhkan

tank-tank Sekutu dan berhasil menguasai obyek-obyek vital.

 Strategi yang digunakan rakyat Surabaya adalah dengan

mengepung dan menghancurkan pemusatan-pemusatan tentara


Inggris kemudian melumpuhkan hubungan logistiknya.
 Serangan tersebut mencapai kemenangan yang gemilang walaupun dipihak kita banyak

jatuh korban.

 Pada tanggal 29 Oktober 1945 Bung Karno beserta Jenderal D.C Hawthorn tiba di

Surabaya. Dalam perundingan antara pemerintahan RI dengan Mallaby dicapai


kesepakatan untuk menghentikan kontak senjata. Kesepakatan ini dilanggar oleh pihak
Sekutu. Dalam satu insiden, Jenderal Mallaby terbunuh.

 Dengan terbunuhnya Mallaby, pihak Inggris menuntut pertanggungjawaban kepada rakyat

Surabaya.

 Pada tanggal 9 November 1945 Mayor Jenderal E.C Mansergh sebagai pengganti

Mallaby mengeluarkan ultimatum kepada bangsa Indonesia di Surabaya.


 Ultimatum ini isinya agar seluruh rakyat Surabaya beserta pemimpin-

pemimpinnya menyerahkan diri dengan senjata, mengibarkan bendera


putih, dan dengan tangan diatas kepala berbaris satu persatu, jika pada pukul
06.00 ultimatum ini tidak di indahkan maka Inggris akan akan mengerahkan
seluruh kekuatan darat, kekuatan laut dan udara.

 Ultimatum ini dirasa menghina terhadap bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia

sebagai bangsa yang cinta damai tetapi lebih cinta kemerdekaan. Oleh karena
itu rakyat Surabaya menolak ultimatum tersebut secara resmi melalui
pernyataan Gubernur Suryo.
 Karena penolakan ultimatum itu maka meletuslah pertempuran pada
tanggal 10 November 1945. Melalui siaran radio yang dipancarkan
dari Jl. Mawar No. 4 Bung Tomo membakar semangat juang arek-arek
Surabaya. Kontak senjata pertama terjadi di Perak sampai pukul 18.00.
pasukan Sekutu dibawah pimpinan Jenderal Mansergh mengerahkan
satu devisi Infantry sebanyak 10.000-15.000 orang dibantu tembakan
dari laut oleh kapal perang penjelajah "Sussex" serta pesawat tempur
"mosquito" dan "Thunderbolt".
 Dalam pertempuran di Surabaya ini seluruh unsur kekuatan rakyat
bahu membahu, baik dari TKR, PRI, BPRI, Tentara Pelajar, Polisi
Istimewa, BBI, PTKR, maupun TKR laut dibawah komandan pertahanan
Kota, Soengkono.
Pertempuran yang berlangsung sampai akhir November 1945

ini rakyat Surabaya berhasil mempertahankan kota Surabaya


dari gempuran Inggris walaupun jatuh korban yang banyak
dari pihak Indonesia

Oleh karena itu setiap tanggal 10 November bangsa Indonesia

memperingati Hari Pahlawan. Hal ini sebagai penghargaan


atas jasa para pahlawan di Surabaya yang mempertahankan
tanah air Indonesia dari kekuasaan asing.
b. Pertempuran Ambarawa-Magelang
Pada tanggal 20 Oktober 1945, tentara Sekutu di bawah
pimpinan Brigadir Bethell mendarat di Semarang dengan
maksud mengurus tawanan perang dan tentara Jepang yang
berada di Jawa Tengah.
Kedatangan Sekutu ini diboncengi oleh NICA. Kedatangan
Sekutu ini mulanya disambut baik, bahkan Gubernur Jawa
Tengah Mr. Wongsonegoro menyepakati akan menyediakan
bahan makanan dan keperluan lain bagi kelancaran tugas
Sekutu, sedang Sekutu berjanji tidak akan mengganggu
kedaulatan Republik Indonesia.
 Namun, ketika pasukan Sekutu dan NICA telah sampai di Ambarawa dan

Magelang untuk membebaskan para tawanan tentara Belanda, para tawanan


tersebut justru dipersenjatai sehingga menimbulkan kemarahan pihak
Indonesia. Insiden bersenjata timbul di kota Magelang, hingga terjadi
pertempuran. Di Magelang, tentara Sekutu bertindak sebagai penguasa yang
mencoba melucuti Tentara Keamanan Rakyat dan membuat kekacauan.

 TKR Resimen Magelang pimpinan Letkol. M. Sarbini membalas tindakan

tersebut dengan mengepung tentara Sekutu dari segala penjuru. Namun


mereka selamat dari kehancuran berkat campur tangan Presiden Soekarno

yang berhasil menenangkan suasana.


 Kemudian pasukan Sekutu secara diam-diam meninggalkan Kota

Magelang menuju ke benteng Ambarawa. Akibat peristiwa tersebut,


Resimen Kedu Tengah di bawah pimpinan Letkol. M. Sarbini segera
mengadakan pengejaran terhadap mereka.

 Gerakan mundur tentara Sekutu tertahan di Desa Jambu karena

dihadang oleh pasukan Angkatan Muda di bawah pimpinan Oni


Sastrodihardjo yang diperkuat oleh pasukan gabungan dari
Ambarawa, Suruh dan Surakarta.
 Tentara Sekutu kembali dihadang oleh Batalyon I Soerjosoempeno

di Ngipik. Pada saat pengunduran, tentara Sekutu mencoba menduduki dua desa
di sekitar Ambarawa. Pasukan Indonesia di bawah pimpinan
Letkol. Isdiman berusaha membebaskan kedua desa tersebut, namun
Letkol. Isdiman gugur terlebih dahulu.
 Sejak gugurnya Letkol. Isdiman, Komandan Divisi V Banyumas,
Kol. Soedirman merasa kehilangan seorang perwira terbaiknya dan ia langsung
turun ke lapangan untuk memimpin pertempuran. Kehadiran Kol. Soedirman
memberikan napas baru kepada pasukan-pasukan RI. Koordinasi diadakan di
antara komando-komando sektor dan pengepungan terhadap musuh semakin
ketat. Siasat yang diterapkan adalah serangan pendadakan serentak di semua
sektor. Bala bantuan terus mengalir dari Yogyakarta, Solo, Salatiga,
Purwokerto, Magelang, Semarang, dan lain-lain.
 Tanggal 23 November 1945 ketika matahari mulai terbit,

mulailah tembak-menembak dengan pasukan Sekutu yang


bertahan di kompleks gereja dan kerkhop Belanda di Jl. Margo
Agoeng. Pasukan Indonesia terdiri dari Yon. Imam Adrongi,
Yon. Soeharto dan Yon. Soegeng. Tentara Sekutu
mengerahkan tawanan-tawanan Jepang dengan diperkuat
tanknya, menyusup ke tempat kedudukan Indonesia dari arah
belakang, karena itu pasukan Indonesia pindah ke Bedono.
 Pada tanggal 11 Desember 1945, Kol. Soedirman mengadakan rapat dengan para Komandan

Sektor TKR dan Laskar. Pada tanggal 12 Desember 1945 jam 04.30 pagi, serangan mulai
dilancarkan. Pembukaan serangan dimulai dari tembakan mitraliur terlebih dahulu, kemudian
disusul oleh penembak-penembak karaben. Pertempuran berkobar di Ambarawa. Satu setengah
jam kemudian, jalan raya Semarang-Ambarawa dikuasai oleh kesatuan-kesatuan TKR.
Pertempuran Ambarawa berlangsung sengit. Kol. Soedirman langsung memimpin pasukannya
yang menggunakan taktik gelar supit urang, atau pengepungan rangkap dari kedua sisi sehingga
musuh benar-benar terkurung. Suplai dan komunikasi dengan pasukan induknya diputus sama
sekali. Setelah bertempur selama 4 hari, pada tanggal 15 Desember 1945 pertempuran berakhir
dan Indonesia berhasil merebut Ambarawa dan Sekutu dibuat mundur ke Semarang.

 Kemenangan pertempuran ini kini diabadikan dengan didirikannya Monumen Palagan

Ambarawa dan diperingatinya Hari Jadi TNI Angkatan Darat atau Hari Juang Kartika.
C. BANDUNG LAUTAN API
Pasukan Inggris bagian dari Brigade MacDonald tiba di Bandung pada
tanggal 12 Oktober 1945. Sejak semula hubungan mereka dengan pemerintah
RI sudah tegang. Mereka menuntut agar semua senjata api yang ada di tangan
penduduk, kecuali TKR dan polisi, diserahkan kepada mereka. Orang-orang
Belanda yang baru dibebaskan dari kamp tawanan mulai melakukan
tindakan-tindakan yang mulai mengganggu keamanan. Akibatnya, bentrokan
bersenjata antara Inggris dan TKR tidak dapat dihindari.
Malam tanggal 21 November 1945, TKR dan badan-badan perjuangan
melancarkan serangan terhadap kedudukan-kedudukan Inggris di bagian
utara, termasuk Hotel Homann dan Hotel Preanger yang mereka gunakan
sebagai markas. Tiga hari kemudian, MacDonald menyampaikan ultimatum
kepada Gubernur Jawa Barat agar Bandung Utara dikosongkan oleh penduduk
Indonesia, termasuk pasukan bersenjata.
Ultimatum Tentara Sekutu agar Tentara Republik
Indonesia (TRI, sebutan bagi TNI pada saat itu) meninggalkan
kota Bandung mendorong TRI untuk melakukan operasi
"bumihangus". Para pejuang pihak Republik Indonesia tidak
rela bila Kota Bandung dimanfaatkan oleh pihak Sekutu dan
NICA.
Keputusan untuk membumihanguskan Bandung diambil
melalui musyawarah Madjelis Persatoean Perdjoangan
Priangan (MP3) di hadapan semua kekuatan perjuangan pihak
Republik Indonesia, pada tanggal 23 Maret 1946.
Kolonel Abdoel Haris Nasoetion selaku Komandan Divisi
III TRI. Hari itu juga, rombongan besar penduduk Bandung
mengalir panjang meninggalkan kota Bandung dan malam itu
 Bandung sengaja dibakar oleh TRI dan rakyat setempat dengan maksud agar Sekutu tidak

dapat menggunakan Bandung sebagai markas strategis militer. Di mana-mana asap hitam
mengepul membubung tinggi di udara dan semua listrik mati. Tentara Inggris mulai
menyerang sehingga pertempuran sengit terjadi. Pertempuran yang paling besar terjadi di
Desa Dayeuhkolot, sebelah selatan Bandung, di mana terdapat gudang amunisi besar milik
Tentara Sekutu. Dalam pertempuran ini Muhammad Toha dan Ramdan, dua anggota milisi
BRI (Barisan Rakjat Indonesia) terjun dalam misi untuk menghancurkan gudang amunisi
tersebut. Muhammad Toha berhasil meledakkan gudang tersebut dengan dinamit. Gudang
besar itu meledak dan terbakar bersama kedua milisi tersebut di dalamnya. Staf pemerintahan
kota Bandung pada mulanya akan tetap tinggal di dalam kota, tetapi demi keselamatan
mereka, maka pada pukul 21.00 itu juga ikut dalam rombongan yang mengevakuasi dari
Bandung. Sejak saat itu, kurang lebih pukul 24.00 Bandung Selatan telah kosong dari
 Pembumihangusan Bandung tersebut dianggap merupakan

strategi yang tepat dalam Perang Kemerdekaan Indonesia karena


kekuatan TRI dan milisi rakyat tidak sebanding dengan kekuatan
pihak Sekutu dan NICA yang berjumlah besar. Setelah peristiwa
tersebut, TRI bersama milisi rakyat melakukan perlawanan secara
gerilya dari luar Bandung. Peristiwa ini mengilhami lagu Halo,
Halo Bandung yang nama penciptanya masih menjadi
bahan perdebatan.
Perjuangan Diplomasi Indonesia
 PERUNDINGAN LINGGARJATI

a. Latar Belakang
 Adanya keinginan pihak Inggris untuk menjadi perantara antara
Indonesia dan Belanda yang bertikai.
b. Waktu & Tempat Perundingan : 10-15 November 1946 di Linggajati,
dekat Cirebon.
c. Tokoh-tokohnya : Schermerhorn (Belanda),
Sutan Syahrir (Indonesia),
Lord Killearn (Inggris).
 PERUNDINGAN RENVILLE
 a. Latar Belakang :
· Tanggal 1 Agustus 1947 PBB mengeluarkan seruan gencatan senjata dan mencari penyelesaian
secara damai.
· Duta Keliling RI di PBB, Sutan Syahrir meminta kepada DK untuk membentuk badan
arbitrase (penengah).
· DK PBB setuju usul Amerika untuk membentuk komisi jasa-jasa baik (Good Will Commission)
yang kemudian dikenal sebagai Komisi Tiga Negara (KTN).
· Pemerintah RI memilih Australia, Belanda memilih Belgia, kedua negara itu memilih Amerika
Serikat sebagai anggota ketiga.

 b. Waktu & Tempat Perundingan :


Tanggal 27 Okt 1947 anggota KTN tiba.
Tanggal 17 Jan 1948 hasil Perundingan Renville ini ditandatangani.
Tempat kapal AS “USS Renville”
 Hasil Perjanjian Linggarjati

1) Pemerintah Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia

secara de facto atas Jawa, Madura, Sumatera

2) Pemerintah Belanda dan Indonesia menyelenggarakan berdirinya

sebuah negara federal bernama Negara Indonesia Serikat

3) Pemerintah Negara Indonesia Serikat akan berkerja sama dengan

pemerintah Belanda dengan membentuk Uni Indonesia - Belanda


dengan Ratu Belanda sebagai ketuanya.
 c. Tokoh-tokohnya :

 1. Tokoh KTN : Australia (Richard C. Kirby),

Belgia (Paul van Zeeland),

Amerika Serikat (Dr. Frank B.Graham).

 2. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Perdana Menteri Amir

Syarifuddin, dengan Ali Sastroamijoyo sebagai wakilnya

 3. Delegasi Belanda dipimpin oleh R. Abdulkadir

Widjoyoatmodjo, dengan Mr. H.A.L. van Vredenburgh. H.A.L van

Vredenburgh sebagai wakil.


d. Hasil Perundingan :
 Karena desakan pihak Belanda dan KTN, RI akhirnya menyetujui isi
Perundingan Renville yang sangat merugikan pihak RI.

Isi Perundingan Renville antara lain :


 1. Pihak RI menyetujui dibentuknya NIS pada masa peralihan;
 2. Daerah yang diduduki Belanda melalui agresinya,
diakui sampai dengan diadakan plebisit.
 3. RI bersedia menarik semua pasukan dari daerah
kantong masuk ke wilayah RI (hijrah).
 PERUNDINGAN ROEM-ROYEN ROEM-ROYEN

 A. Latar Belakang:

 Terjadinya Agresi Militer Bld II (19 Sept 1948) menimbulkan reaksi yang cukup

keras dari Amerika Serikat dan Inggris, bahkan PBB.

 Sebagai reaksi dari Agresi Militer Belanda, PBB memperluas kewenangan

KTN. Komisi Tiga Negara diubah menjadi UNCI.

 UNCI (United Nations Commission for Indonesia).UNCI dipimpin oleh Merle

Cochran (Amerika Serikat) dibantu Critchley (Australia) dan Harremans (Belgia).

 Hasil kerja UNCI di antaranya mengadakan Perjanjian Roem-Royen antara

Indonesia Belanda.
B. Waktu & Tempat Perundingan :
 14 April 1949 di Hotel Des Indes, Jakarta
C. Tokoh-tokohnya :
 1. Wakil PBB adalah Merle Cochran (Amerika Serikat)
 2. Delegasi RI dipimpin oleh Mr. Moh. Roem,
 3. Delegasi Belanda dipimpin oleh van Royen

D. Hasil Perundingan :
 a) Perhentian tembak menembak
 b) Pengembalian RI ke Yogya
 c) Segera diadakan KMB di Den Haag

 E. Akibat Perundingan :

 Pemerintahan RI kembali ke Yogyakarta pada tanggal 13 Juli 1949 diadakan sidang kabinet yang menghasilkan

keputusan bahwa Sri Sultan Hamengkubuwono IX diangkat menjadi Menteri Pertahanan dan Koordinator Keamanan.
 Konferensi Inter-Indonesia
A. Latar Belakang
Latar belakang dilakukannya konferensi Inter Indonesia
bermula ketika hasil Perjanjian Roem Royen yang
menyatakan bahwa Indonesia ikut serta dalam KMB
(Konferensi Meja Bundar).
Oleh karena itu, RI harus mempersiapkan diri dengan
mengadakan konferensi antar Indonesia yang dilakukan
antara pihak Indonesia dan Negara Boneka Bentukan
Belanda.
Hasil Konferensi Inter Indonesia Pertama
 Konferensi Inter Indonesia pertama dipimpin oleh Bung Hatta (Drs.
Mohammad Hatta, dilakukan pada 19-22 Juli 1949, berikut ini hasilnya :
 1. Pertahanan negara adalah hak dari pemerintah RIS (Republik
Indonesia Serikat).
 2. Angkatan perang RIS merupakan angkatan perang nasional.
 3. RIS akan menerima kedaulatan dari pemerintah kerajaan Belanda
dan Republik Indonesia.
 4. RIS dipimpin/diketuai oleh Presiden yang dipilih oleh negara
bagian Republik Indonesia dan Badan Permusyawaratan Federal
(Bijeenkomst Voor Federaal Overlag).
 5. Nama negara federal yaitu Republik Indonesia Serikat (RIS).
 PERUNDINGAN KMB

 A. Latar Belakang :

 Konferensi Meja Bundar (KMB) merupakan tindak lanjut dari Perundingan

Roem-Royen.Sebelum KMB dilaksanakan, RI mengadakan pertemuan dengan

BFO (Badan Permusyawaratan Federal). Pertemuan ini dikenal dengan dengan

Konferensi Inter-Indonesia (KII) Tujuannya untuk menyamakan langkah dan

sikap sesama bangsa Indonesia dalam menghadapi KMB.


 B. Waktu dan Tempat :

 23 Agustus – 2 September 1949, Denhaag Belanda.

 C. Tokoh-tokohnya :

Wakil Indonesia (Moh. Hatta)

Wakil BFO (Sultan Hamid II)

Wakil Mr. Van Maarsevenq

UNCI diwakili oleh Chritchley


Hasil Perundingan KMB :

 1. Belanda mengakui RIS sebagai negara yang merdeka dan berdaulat.


 2. Pengakuan kedaulatan dilakukan selambat-lambatnya tanggal
30 Desember 1949.
 3. Masalah Irian Barat akan diadakan perundingan lagi dalam waktu
1 tahun setelah pengakuan kedaulatan RIS.
 4. Antara RIS dan Kerajaan Belanda akan diadakan hubungan Uni
Indonesia Belanda yang dikepalai Raja Belanda.
 5. Tentara Kerajaan Belanda selekas mungkin ditarik mundur,
sedang Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL) akan dibubarkan
dengan catatan bahwa para anggotanya yang diperlukan akan
dimasukkan dalam kesatuan TNI.
B. FAKTOR PENYEBAB MEMBURUKNYA KEADAAN EKONOMI INDONESIA
A.Inflasi sangat tinggi
Penyebab Inflasi adalah sebagai berikut:
 Tersebarnya mata uang masa kependudukan Jepang di Indonesia yang tidak terkendali
jumlahnya.
 Tentara Sekutu menduduki kota besar dan menguasai bank, dari bank tersebut uang diedarkan
untuk melakukan operasi mereka.
Indonesia belum memiliki mata uang sendiri , jadi tidak berani melarang peredaran mata
uang Jepang.

Langkah yang dilakukan pemerintah adalah menyatakan 3 mata uang yang berlaku di Indonesia
yaitu:
 De javasche bank
 Mata uang Hindia Belanda
 Mata uang kependudukan Jepang
Dari kebijakan tersebut dan adanya inflasi yang paling dirugikan
adalah petani karena pada masa pendudukan Jepang mereka banyak
menyimpan mata uang Jepang.
6 Maret 1946 Panglima AFNEI mengumumkan mata uang
NICA berlaku pada daerah yang diduduki sekutu, namun hal
tersebut tidak disetujui oleh pemerintah Indonesia.

 ORI (Oeang Republik Indonesia)


Oktober 1946 pemerintah RI mengeluarkan uang kertas baru ,yaitu
ORI sebagai pengganti uang Jepang.UU no.19 25 Oktober 1946
mengatur dasar penukaran uang ORI
B. Adanya blokade ekonomi dari Belanda
Keadaan ekonomi yang sangat sulit pada awal kemerdekaan
semakin diperburuk dengan adanya blokade ekonomi tersebut akibat
blokade tersebut barang-barang milik pemerintah Indonesia tidak
dapat diekspor.

Tujuan Belanda melakukan blokade ekonomi


 Mencegah masuknya senjata dan peralatan militer
 Mencegah keluarnya hasil perkebunan milik Belanda dan milik
pengusaha asing lainnya
 Melindungi bangsa Indonesia dari tindakan perbuatan yang
dilakukan oleh bukan bangsa Indonesia
Strategi yang dilakukan oleh Indonesia untuk menembus blokade
ekonomi Belanda
 Usaha yang bersifat politis yaitu dengan mengirimkan bantuan beras
sebanyak 500.000 ton dengan harga yang sangat murah kepada India
sebagai imbasnya India mengirimkan bahan pakaian yang dibutuhkan
oleh rakyat Indonesia.
 Usaha yang bersifat ekonomis Indonesia mengadakan hubungan
langsung dengan luar negeri usaha ini dirintis oleh BTC yang berhasil
melakukan kontak dengan perusahaan swasta Amerika, yang bersedia
membeli barang ekspor Indonesia Kementerian Pertahanan juga
membentuk perwakilannya di luar negeri yang dipimpin oleh Ali
Jayeng Prawiro.
 Tugas pokok badan tersebut adalah membeli senjata dan perlengkapan
Angkatan perang.
Kas negara dalam keadaan kosong

Pajak dan bea masuk pada awal kemerdekaan sangat


sedikit sehingga pendapatan pemerintah sangat tidak
seimbang dengan pengeluaran penghasilan pemerintah
hanya bergantung pada pertanian berkat adanya pertanian
pemerintah Republik Indonesia masih bisa bertahan walau
kondisi ekonomi sangat buruk buruk.
2. UPAYA PEMERINTAH MENGATASI KESULITAN MONETER
A. Melakukan Pinjaman Nasional
 Dengan persetujuan BP-KNIP, Ir. Surakhman selaku menteri keuangan
melaksanakan pinjaman nasional yang akan dibayar kembali selambat-
lambatnya 40 tahun.

B. Mengadakan Konferensi Ekonomi


1. Konferensi Ekonomi I
 Dilaksanakan pada bulan, Februari 1946 dihadiri oleh para cendekiawan,
gubernur dan pejabat-pejabat yang bertanggung jawab mengenai masalah
ekonomi di Jawa. Dipimpin oleh Menteri Kemakmuran Ir.Darmawan
Mangunkusumo.
 Tujuan konferensi adalah memperoleh kesepakatan yang bulat dalam
menanggulangi masalah ekonomi yang mendesak.
 Hasil yang dicapai dalam konferensi ini adalah penghapusan secara

berangsur sistem ekonomi perang Jepang yang bersifat


desentralisasi, diganti dengan sistem sentralisasi.

 Badan pengurus makanan rakyat diganti dengan badan persediaan

dan pembagian bahan makanan (BPPM), badan ini dipimpin oleh


dr. Sudarsono dan dibawah pengawasan Kementerin Kemakmuran.
BPPM dapat dianggap sebagai awal dari terbentuknya Badan
Urusan Logistik (Bulog).
2. Konferensi Ekonomi II
 Diadakan di Solopada tgl 6 Mei 1946. Permasalahan yang dibahas adalah

program ekonomi pemerintah,keuangan negara, pengendalian harga,


distribusi, dan alokasi tenaga manusia.

 Moh Hatta menyampaikan saran yang berkaitan dengan masalah

rehabilitasi pabrik gula. Saran tersebut terealisasikan pada tgl 12 Mei 1946
dengan dibentuknya Badan Penyelenggaraan Perusahaan Gula Negara
(BPPGN) berdasarkan PP No. 3 Tahun 1946, kemudian disempuranakan
melalui PP No. 4 Tahun 1946 pada tgl 6 Juni 1946 mengenai pembentukan
PPN yang dipimpin Notosudirdjo.
C. Pembentukan Planning Board
Dibentuk pada tanggal 19 Januari 1947 atas inisiatif Menteri Kemakmuran, dr.A.K. Gani.
Tugas badan ini adalah membuat rencana pembangunan ekonomi untuk jangka
waktu dua sampai dengan tiga tahun.
Untuk menanmpung dana pembangunan, pemerintah akan membentuk bank pembangunan.

Langkah - langkah yang dilakukan Badan Perancangan Ekonomi


(Planning Board) sebagai berikut :
 Menyatakan semua bangunan umum, perkebunan dan industri yg sebelum perang menjadi
milik negara, menjadi milik pemerintah RI.
 Bangunan umum vital milik asing akan dinasionalisasi dengan pembayaran ganti rugi.
 Perusahaan modal asing akan dikembalikan kepada yg berhak sesudah diadakan perjanjian
RI-Belanda
D. Plan Kasimo
Menteri Urusan Bahan Makanan, I.J Kasimo membuat rencana produksi
tiga tahun. Kebijakan tersebut dikenal dengan sebutan Plan Kasimo.
Plan Kasimo adalah usaha pemerintah untuk menciptakan swasembada
pangan dengan petunjuk pelaksanaan yang praktis.

Langkah-langkah dalam Plan Kasimo:


 Mengadakan program intesifikasi di Jawa, yaitu penanaman padi bibit unggul.
 Menyediakan kebun bibit di setiap desa untuk menyediakan bibit unggul bagi rakyat.
 Menanami tanah-tanah yg kosong , terutama di Sumatra.
 Pemeliharaan hewan secara baik, pencegahan penyembelihan hewan pertanian.
 Melaksanakan program transmigrasi, terutama dari Jawa ke Sumatra.
E. Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang
Diprakasai oleh Wakil Presiden Drs. Moh.Hatta dengan tujuan
mengurangi beban negara dalam bidang ekonomi di samping meningkatkan
efisiensi. Rasionalisasi ini meliputi penyempurnaan adminitrasi negara, angkatan
perang, dan aparat ekonomi. Jumlah satuan angkatan perang dikurangi dan
selanjutnya mereka disalurkan ke bidang lain yg produktif dan akan diurus oleh
Kementerian Pembangunan dan Pemuda.

F. Persatuan Tenaga Ekonomi (PTE)


Dipimpin oleh B.R. Motik.
Tujuan adalah menggiatkan kembali partisipasi oleh usaha swasta. Dengan
dibentuknya PTE ini diharapkan dapat melenyapkan individualisme di kalangan
organisasi pedagang sehingga dapat memperkokoh ketahanan ekonomi bangsa
Indonesia.
C. Perkembangan Politik pada masa demokrasi liberal

1. Kabinet Natsir (6 September 1950-21 Maret 1951)


Kabinet Natsir merupakan kabinet pertama, kabinet koalisi yang
dipimpin oleh Masyumi. Menteri kabinet ini adalah Moh. Natsir.

 Program kerja dari Kabinet Natsir antara lain sebagai berikut.


 Menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman.
 Konaolidasi dan menyempurnakan pemerintahan.
 Menyempurnakan organisasi angkatan perang.
 Mengembangkan dan memperkuat ekonomi kerakyatan.
 Memperjuangkan penyelesaian masalah Irian Barat.
Pada masa Kabinet Natsir ini, pertama kali dilaksanakan
perundingan antara Indonesia dan Belanda menyangkut
masalah Irian Barat pada tanggal 4 Desember 1950.
Namun perundingan ini menemui jalan buntu.
Menyebabkan munculnya mosi tidak percaya dari parlemen
terhadap Kabinet Natsir.
 Tekanan semakin besar ketika Hadikusumo (PNI)
menyatakan mosi tidak percaya sekitar pencabutan PP Nomor
39 Tahun 1950 tentang DPRS dan DPRSD yang diterima oleh
parlemen sehingga Kabinet Natsir jatuh pada tanggal 21
Maret 1951, kemudian Kabinet Natsir mengembalikan
mandatnya kepada Presiden Soekarno.
2. Kabinet Sukiman (27 April 1951- 3 April 1952)
Pada tanggal 26 April 1951 diumumkan susunan kabinet baru di bawah pimpinan Sukiman
Wiryosanjoyo (Masyumi) dan Suwiryo (PNI).

Program kerja Kabinet Sukiman antara lain sebagai berikut.


 Menjalankan berbagai tindakan tegas sebagai negara hukum untuk menjamin keamanan dan
ketentraman serta menyempurnakan organisasi alat-alat kekuasaan negara.
 Membuat dan melaksanakan rencana kemakmuran nasional dalam jangka pendek untuk
mempertinggi kehidupan sosial ekonomi rakyat dan mempercepat usaha penempatan bekas pejuang
dalam pembangunan.
 Menyelesaikan persiapan pemilu untuk membentuk Dewan Kinstituante dan menyelenggarakan
pemilu dalam waktu singkat serta mempercepat terlaksananya otonomi daera.
 Menyiapkan undang-undang pengakuan serikat buruh, perjanjian kerja sama, penetapan upah
minimum, dan penyelesaian pertikaian buruh.
 Menjalankan politik luar negeri bebas aktif.
 Memasukan Irian Barat ke dalam wilayah Republik Indonesia secepatnya.
 Kabinet Sukiman tidak bertahan lama. Permasalahannya karena
nota antara Menteri Luar Negeri, Ahmad Subarjo, dan Duta Besar
Amerika, Merle Cochran.
 Nota tersebut berisi tentang pemberian bantuan ekonomi dan
militer dari pemerintah Amerika Serikat kepada pemerintah
Indonesia berdasarkan ikatan Mutual Security Act (MSA) atau
undang-undang kerja sama keamanan.
 Kerja sama tersebut dinilai sangat merugikan politik luar negeri
bebas aktif yang dianut Indonesia. Kabinet Sukiman dituduh telah
memasukkan Indonesia ke dalam Blok Barat.
 Oleh karena itu, DPR menggugat kebijakan Kabinet Sukiman.
Akhirnya Kabinet Sukiman jatuh dan mengembalikan mandatnya
kepada presiden.
3. Kabinet Wilopo (3 April 1952 - 2 Juni 1953)

Kabinet Wilopo dipimpin oleh Mr. Wilopo sebagai perdana menteri.


Program kerja Kabinet Wilopo antara lain sebagi berikut:
 Mempersiapkan pemilihan umum.
 Berusaha mengembalikan Irian Barat ke dalam wilayah Republik Indonesia.
 Meningkatkan keamanan dan kesejahteraan.
 Memperbarui bidang pendidikan dan pengajaran.
 Melaksanakan politik luar negeri bebas dan aktif.
Kesulitan yang dihadapi Kabinet Walopo adalah gerakan
separatisme di sejumlah daerah, adanya leristiwa 17
Oktober 1952 mengenai gerakan sejumlah perwira
Angkatan Darat yang menekan Presiden Soekarno agar
membubarkan parlemen, dan peristiwa Tanjung Morawa di
Sumatra Utara.
Peristiwa-peristiwa tersebut mendapatkan sorotan yang
tajam dari pers maupun parlemen. Siduj Kertapati dari
Serikat Tani Indonesia (Sakti) mengajukan mosi tidak
percaya terhadap Kabinet Wilopo.
Akhirnya pada tanggal 2 Juni 1953 Wilopo mengembalikan
mandatnya kepada presiden.
4. Kabinet Ali Sastroamijoyo (31 Juli 1953 - 12 Agustus
1955)
Dibentuk pada tanggal 31 Juli 1953 dengab Perdana Menteri Ali
Sastroamijoyo dari PNI dan wakilnya Wongsonegoro dari PIR (Partai
Indonesia Raya).

Kabinet Ali mempunyai program empat pasal sebagai berikut.


 Progran dalam negeri, antara lain meningkatkan keamanan dan
kemakmuran, serta segera diselenggarakan pemilihan umum.
 Pembebasan Irian Barat secepatnya.
 Program luar negeri, antara lain peaksanaan poitik bebas aktif dan
peninjauan kembali persetujuan KMB.
 Penyelesaian pertikaian politik.
Prestasi yang paling menonjol pada kabinet ini adalah berhasil
diselenggarakan KAA di Bandung pada tanggal 18-24 April 1955. Pada
tanggal 24 Juli 1955 Ali Sastroamijoyo menyerahkan mandatnya kepada
presiden.
Penyebab utamanya adalah masalah TNI AD sebagai kelanjutan dari
peristiwa 17 Oktober 1952. Kepala Staf Angkatan Darat Mayor Jenderal
Bambang Sugeng mengajukan permohonan berhenti dan disetujui oleh
kabinet.
Sebagai penggantinya, menteri pertahanan menunjuk Kolonel Bambang
Utoyo, Panglima Tsntara dan Teritorium II/Sriwijaya. Pengangkatan
pimpinan baru ditolak karena dianggap tidak menghiraukan norma-
norma yang berlaku dalam lingkungan TNI-AD. Selain itu ada masalah
korupsi dan inflasi mengakibatkan kepercayaan rakyat semakin merosot.
Masalah lain yang membuat keretakan Kabinet Ali I adalah NU.
5. Kabinet Burhanuddin Harahap 12 Agustus 1955 3 Maret 1956
Pada waktu kabinet Ali 1 mau menyerahkan mandatnya kepada Presiden Presiden Soekarno sedang menunaikan

ibadah haji ke tanah suci oleh karena itu pada tanggal 29 Juli 1955 wakil presiden Moh Hatta mengumpulkan tiga

nama formatur yang bertugas membentuk kabinet baru 3 nama formatur tersebut adalah Sukiman Masyumi wilopo

PNI dan asaas non partai. ketiga tokoh tersebut sepakat menunjuk Moh Hatta sebagai Perdana Menteri sekaligus

Menteri Pertahanan namun muncul kesulitan karena Moh Hatta duduk sebagai wakil presiden akhirnya 3 formatur

tersebut gagal membentuk susunan kabinet baru kemudian Moh Hatta menunjuk Mister Burhanuddin Harahap

Masyumi untuk membentuk kabinet pada tanggal 12 Agustus 1955 terbentuk kabinet Burhanuddin Harahap dengan

perdana menterinya Burhanuddin Harahap dari Masyumi.

Berikut program kerja Kabinet Burhanudin Harahap


 Mengembalikan kewibawaan moral pemerintah dalam hal ini kepercayaan angkatan darat dan masih
 Akan dilaksanakan pemilihan umum desentralisasi memecahkan masalah inflasi dan pemberantasan
korupsi
 Perjuangan mengembalikan Irian Barat ke Republik Indonesia.
Hasil yang menonjol dari kabinet ini adalah penyelenggaraan Pemilu untuk
yang pertama di Indonesia yang berlangsung pada 29 September 1955 untuk
memilih anggota DPR pada tanggal 15 Desember 1955 untuk memilih anggota
konstituante prestasi lainnya yaitu pembubaran uni indonesia-belanda

Dengan berakhirnya pemilihan umum maka tugas kabinet Burhanuddin


dianggap telah selesai sehingga perlu dibentuk kabinet baru yang bertanggung
jawab terhadap parlemen yang baru pada tanggal 3 Maret 1956 kabinet
Burhanuddin Harahap mengembalikan mandatnya kepada presiden kabinet ini
merupakan kabinet peralihan dari DPR sementara ke DPR hasil pemilihan
umum
6. Kabinet Ali Sastroamidjojo II 20 Maret 1956 sampai
14 Maret 1957
Kabinet ini dipimpin oleh Ali sastroamijoyo sebagai perdana menteri
kabinet ini merupakan koalisi dari PNI Masyumi dan NU kabinet ini merupakan
kabinet pertama setelah Pemilihan Umum tahun 1955.

Program pokok kabinet Ali Sastroamidjojo 2 antara lain sebagai berikut :


 Pembatalan KMB
 Perjuangan mengembalikan Irian Barat ke pangkuan Republik Indonesia
 Melaksanakan keputusan Konferensi Asia Afrika
 Pada tanggal 14 Maret 1957 Ali Sastroamidjojo 2 menyerahkan mandatnya

kepada presiden karena dalam tubuh kabinet terjadi perpecahan antara PNI

dan Masyumi.

 Masyumi menghendaki agar Ali Sastroamidjojo menyerahkan mandatnya

kepada presiden sesuai dengan tuntutan daerah sedangkan Ali Sastroamidjojo


berpendapat bahwa kabinet tidak wajib mengembalikan mandatnya hanya
karena tuntutan daerah pada bulan Januari 1957 Masyumi menarik semua
menterinya dari kabinet dan hal tersebut menjadikan kedudukan kabinet Ali
Sastroamidjojo 2 sangat lemah
7. Kabinet Djuanda 9 April 1957 sampai 5 Juli 1959
Perdana menteri kabinet ini adalah Insinyur Juanda dengan tiga orang
wakil yaitu Mister Hardi Idham Chalid dan dan dokter leimena Kabinet
Djuanda menyusun program yang terdiri dari 5 pasal yang disebut
pancakarya Oleh karena itu Kabinet Djuanda disebut juga sebagai kabinet
karya.
Program-program kabinet karya yaitu sebagai berikut:
 Membentuk dewan nasional
 Normalisasi keadaan Republik Indonesia
 Memperjuangkan Irian Barat kembali ke Republik Indonesia
 Mempercepat pembangunan
Dewan nasional adalah badan baru untuk menampung dan menyalurkan kekuatan

kekuatan yang ada dalam masyarakat dewan nasional ini pernah diusulkan oleh

Presiden Soekarno ketika mengutarakan Konsepsi Presiden sebagai langkah awal dari

terbentuknya demokrasi terpimpin pada masa kabinet Djuanda ini muncul pergolakan

pergolakan di daerah yang terhambat hubungan antara pusat dan daerah untuk

meredakan pergolakan pergolakan tersebut diselenggarakan Musyawarah Nasional

atau Monas pada tanggal 14 September 1957 di gedung proklamasi Jalan Pegangsaan

Timur Nomor 56 dalam kelas tersebut dibahas masalah pembangunan nasional dan

daerah pembangunan Angkatan Perang serta pembagian wilayah Republik Indonesia.


 Monas kemudian dilanjutkan dengan Musyawarah Nasional
pembangunan atau munap pada bulan November 1957
Musyawarah tersebut bertujuan khusus untuk membahas dan
merumuskan usaha-usaha pembangunan sesuai dengan keinginan
daerah perlu diketahui bahwa pada masa demokrasi liberal luas
wilayah Indonesia tidak seluas wilayah Indonesia saat ini hal
tersebut karena Indonesia masih menggunakan peraturan kolonial
terkait dengan batas wilayah zeenen maritieme kringen ordonantie
1939 yang dalam pasal 1 menyatakan bahwa laut teritorial
Indonesia itu lebarnya 3 mil diukur dari garis air rendah
(laagwaterlijn) dari pulau-pulau dan bagian pulau yang
merupakan bagian dari wilayah daratan (grondgebeid) dari
Indonesia
Indonesia jelas dirugikan berdasarkan pasal tersebut lebar laut 3 mil dirasakan tidak menjamin
dengan sebaik-baiknya kepentingan masyarakat dan negara atas 3 mil dari daratan menyebabkan adanya
lautan lautan bebas dan memisahkan pulau-pulau di Indonesia. Hal tersebut menyebabkan kapal-kapal
asing bebas pengaruh lautan tanpa hambatan kondisi tersebut akan menyulitkan Indonesia dalam
melakukan pengawasan wilayah Indonesia

Sebagai suatu negara yang berdaulat Indonesia berhak dan kewajiban-kewajiban untuk mengambil
tindakan tindakan yang dianggap perlu untuk melindungi keutuhan dan keselamatan Republik Indonesia
dengan kondisi itulah kemudian pemerintah Kabinet Djuanda mendeklarasikan hukum teritorial kelautan
nusantara dari deklarasi tersebut dapat dilihat bahwa faktor keamanan dan pertahanan merupakan aspek
penting bahkan dapat dikatakan merupakan salah satu sendi pokok kebijaksanaan pemerintah mengenai
perairan Indonesia kemudian deklarasi tersebut dikenal dengan deklarasi Juanda Deklarasi Djuanda
mengandung konsep bahwa tanah air yang tidak lagi memandang laut sebagai alat pemisah dan pemecah

bangsa seperti pada masa kolonial tetapi harus dipergunakan sebagai alat pemersatu bangsa dan Wahana
pembangunan nasional
Adanya deklarasi Djuanda membuat batas kontinen laut diubah
dari 3 mil batas air terendah menjadi 12 mil dari batas Pulau terluar kondisi tersebut
membuat wilayah Indonesia semakin meluas dari hanya 2.027.087 km2 menjadi 5.193.250
km2 tanpa memasukan wilayah Papua karena wilayah tersebut belum diakui secara
internasional hal tersebut juga berdampak pula terhadap titik-titik Pulau terluar yang menjadi
garis batas yang mengelilingi Republik Indonesia sepanjang 8.069, 8 mil laut walaupun
Deklarasi Djuanda belum memperoleh pengakuan internasional pemerintah Republik
Indonesia kemudian menetapkan Deklarasi Djuanda menjadi UU Nomor 4 PRP 1960
tentang perairan
Dengan dikeluarkannya Deklarasi Djuanda tersebut membuat banyak negara
keberatan terhadap konsepsi landasan hukum laut Indonesia yang baru untuk menyelesaikan
masalah tersebut pemerintah Indonesia melakukan harmonisasi hubungan diplomatik dengan
negara-negara tetangga pemerintah Indonesia juga melalui Konferensi Jenewa pada tahun
1958 berusaha mempertahankan konsepsinya yang yang tertuang dalam Deklarasi Djuanda
dan memantapkan Indonesia sebagai Archipelago principle atau negara kepulauan
Deklarasi Djuanda tersebut baru bisa diterima di dunia internasional setelah ditetapkan
dalam konvensi hukum laut PBB yang ke-3 di montego bay Jamaika pada tahun 1982
kemudian pemerintah Indonesia meratifikasi dalam UU nomor 17 tahun 1958 tentang
pengesahan unclos 1982 bahwa Indonesia adalah negara kepulauan setelah di perjuangkan
selama lebih dari 25 tahun akhirnya pada tanggal 16 November 1945 setelah diratifikasi oleh
60 negara hukum laut Indonesia diakui oleh dunia internasional upaya tersebut tidak lepas dari
perjuangan pahlawan diplomasi yaitu Profesor Doktor Mochtar kusumaatmadja dan Profesor
Doktor Hasyim Djalal yang setia Mengikuti berbagai referensi tentang hukum laut yang
dilaksanakan PBB pada tahun 1971 hingga tahun 90-an.

Politik Indonesia selama pelaksanaan demokrasi liberal sejak tanggal 17 Agustus 1950
sampai 5 Juli 1959 penuh dengan pertentangan antara partai sehingga menimbulkan
kekacauan di berbagai sektor kehidupan masyarakat Indonesia.

Usia kabinet yang hanya sesaat tidak mungkin melaksanakan program kerjanya secara
Tunas pembangunan masyarakat bangsa dan negara tidak dapat terlaksana karena pemimpin
partai yang menjadi menteri hanya membela kepentingan partainya hal ini menunjukkan
bahwa sistem demokrasi liberal tidak cocok bagi bangsa Indonesia sebab tidak sesuai dengan
d. Pemilihan umum tahun 1955
1. Sistem kepartaian
dibentuknya partai politik adalah untuk memperoleh merebut dan mempertahankan kekuasaan kekuasaan
secara konstitusional. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pemerintah RI memerlukan lembaga parlemen
yaitu Perwakilan Rakyat pada waktu pemerintahan mengeluarkan Maklumat pemerintah tanggal 3 November
1945 maklumat tersebut memunculkan partai-partai politik kembali dan membentuk partai-partai politik baru.
 Majelis Syuro muslimin Indonesia atau Masyumi dipimpin oleh Dr soekiman wirjosandjojo pada tanggal 7
November 1945
 Partai Nasional Indonesia atau PNI dipimpin oleh Sidik Joyosukarto berdiri pada tanggal 20 November 1945
 Partai Sosialis Indonesia atau PSSI dipimpin oleh Amir Syarifuddin berdiri pada tanggal 20 November 1945
 Partai Komunis Indonesia atau PKI dipimpin oleh Mr Muh Yusuf berdiri pada tanggal 7 November 1945
 Partai buruh Indonesia dipimpin oleh Nyono berdiri pada tanggal 8 November 1945
 Partai rakyat jelata dipimpin oleh Sutan Dewanis berdiri pada tanggal 8 November 1945
 Partai Kristen Indonesia dipimpin oleh dokterandes berapa Winoto berdiri pada tanggal 10 November 1945
 Partai rakyat sosialis dipimpin oleh Sutan Syahrir berdiri pada tanggal 20 November 1945
 Persatuan marhaen Indonesia atau Permai dipimpin oleh JB Assa berdiri pada tanggal 17 Desember
 Pagi Katolik Republik Indonesia atau PDRI dipimpin oleh IJ Kassimo, berdiri pada tanggal 8 Desember 1945
Pada masa demokrasi liberal sistem kepartaian yang dianut adalah
multipartai. Pembentukan partai politik bertujuan mempermudah mengukur
kekuatan perjuangan kita dan untuk mempermudah meminta
pertanggungjawaban kepada pemimpin pemimpin barisan perjuangan pada
kenyataannya cenderung memperjuangkan kepentingan golongan daripada
kepentingan nasional
Kondisi itulah yang mendorong Presiden Soekarno mencari solusi untuk
membangun kehidupan politik Indonesia akhirnya sistem demokrasi liberal
menuju demokrasi terpimpin.

2. Latar belakang pelaksanaan pemilu tahun 1955


Pemilihan umum merupakan salah satu syarat agar sistem
pemerintahan yang demokratis berfungsi. Biaya dapat diselesaikan pada
masa pemerintahan kabinet Ali Sastroamidjojo tanggal 31 Juli 1954 dibentuk
panitia pemilihan umum pusat dengan ketuanya Hadikusumo dari PNI
3. Pelaksanaan Pemilihan Umum 1955
Diadakannya Pemilu diharapkan dapat menciptakan stabilitas politik dan
pemerintahan yang kuat dan stabil dan diharapkan dapat melaksanakan
program pembangunan. Mulai diluncurkan pada tanggal 29 September 1955
untuk memilih anggota DPR dan tanggal 15 Desember 1955 untuk memilih
anggota konstituante.
Jumlah pemilih dalam pemilu pertama sekitar 39 juta orang.
Penyelenggaraan pemilu pertama didasarkan pada undang-undang nomor 7
tahun 1953 dan peraturan pemerintah nomor 9 tahun 1954.
Tanggal 29 September 1955 Hal ini dapat terlaksana dengan lancar. Pada
tanggal 15 Desember 1955 Pemilu untuk memilih anggota konstituante ini lebih
tenang bila dibandingkan ketika pemilihan anggota DPR.
4. Hasil pemilihan umum tahun 1955
Pemilu berhasil dilaksanakan tahun 1955 empat partai terkemuka
yang melahirkan terbanyak dampak dari pengembangan kursi di DPR
yang terdiri dari 272 kursi. Bentuk kursi DPR Masyumi 60 kursi, PNI
58 kursi, NU 47 kursi, PKI 32 kursi, dan partai lain memperebutkan
sisa 75 kursi, perimbangan kursi kontituante 520 kursi.
Masyumi 119 kursi,
PNI 112 kursi,
NU 91 kursi,
PKI 80 kursi,
dan partai lainnya memperebutkan sisa 118 kursi.
Pelantikan anggota DPR dilakukan tanggal 20 Maret 1956 sedangkan
Dewan Konstituante dilakukan tanggal 10 November 1956
E. Perkembangan ekonomi pada masa demokrasi liberal
1. Kondisi ekonomi Indonesia pada masa Liberal
Pada masa demokrasi liberal, kondisi ekonomi Indonesia masih sangat buruk yang
disebabkan oleh:
1. Setelah pengakuan kedaulatan dari Belanda (27 Desember 1949), Bangsa Indonesia
menanggung beban ekonomi dan keuangan seperti yang telah ditetapkan dalam hasil-
hasil KMB.
2. Politik keuangan pemerintah Indonesia tidak dibuat di Indonesia tetapi dirancang di
Belanda.
3. Pemerintah Belanda tidak mewarisi ahli-ahli yang cukup untuk mengubah sistem
ekonomi kolonial menjadi sistem ekonomi nasional.
4. Tidak stabilnya situasi politik dalam negeri mengakibatkan pengeluaran pemerintah
untuk operasi keamanan semakin meningkat.
5. Defisit yang harus ditanggung oleh pemerintah RI pada waktu itu sebesar 5,1 miliar.
6. Ekspor Indonesia hanya bergantung pada hasil perkebunan.
7. Angka pertumbuhan jumlah penduduk yang besar.
Masalah jangka pendek yang harus segera diselesaikan oleh
pemerintah adalah mengurangi jumlah uang yang beredar
dan mengatasi kenaikan biaya hidup.

Masalah jangka panjang adalah masalah pertambahan


penduduk dan tingkat kesejahteraan penduduk yang
rendah.
Usaha untuk memperbaiki perekonomian
a. Gunting Syafrudin
Untuk menanggulangi defisit anggaran sebesar Rp.5,1 miliar, Menteri
Keuangan Syafruddin Prawiranegara berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Keuangan RIS Nomor PU I tanggal19 Maret 1950 melakukan tindakan
pemotongan uang. Tindakan Syafruddin ini dilakukan dengan cara mengubah
uang yang nilainya Rp.2,50 ke atas menjadi separuhnya.
Dengan kebijakan tersebut, rakyat kecil tidak dirugikan karena yang
memiliki uang Rp.2,50 ke atas hanya orang kelas menengah dan kelas atas.
Tindakan pemerintah ini dikenal dengan Gunting Syafruddin. Dasar kebijakan
ini adalah untuk mengurangi jumlah uang yang beredar agar nilainya
seimbang dengan jumlah barang yang tersedia.
b. Sistem Ekonomi Gerakan Benteng
Menteri Perdagangan Dr. Sumitro Joyohadikusumo berpendapat bahwa
di kalangan bangsa Indonesia harus segera ditumbuhakan kelas pengusaha.
Para pengusaha Indonesia yang bermodal lemah perlu diberi kesempatan
untuk dapat berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi nasional. Para
pengusaha tersebut harus dibimbing dan diberikan bantuan kredit karena
pemerintah menyadari mereka tidak mempunyai modal yang cukup.
Dengan usaha yang dilakukan secara bertahap, pengusaha pribumi
akan berkembang dan maju. Tujuannya adalah mengubah struktur ekonomi
kolonial ke struktur ekonomi nasional. Program Sumitro Joyohadikusumo ini
dikenal dengan nama Gerakan Benteng. Dalam perkembangannya, Program
Benteng ini tidak berhasil mencapai tujuan karena para pengusaha pribumi
sangat bergantung kepada pemerintah. Mereka kurang mandiri untuk
mengembangkan usahanya.
c. Nasionalisasi De Javasche Bank
Pada akhir tahun 1951 seiring dengan menigkatnya rasa nasionalisme, pemerintah
Republik Indonesia melakukan nasionalisasi De Javashe Bank menjadi Bank Indonesia.
Adapun tujuan nasionalisasi ini adalah untuk menaikkan pendapatan dan menurunkan
biaya ekspor serta melakukan penghematan secara drastis.

d. Sistem Ekonomi Ali-Baba


Menteri perekonomian Mr. Ishaq Cokrohadisuryo (pada masa pemerintahan Kabinet
Ali Sastroamijoyo I) memprakarsai sistem ekonomi baru yang dikenal dengan sistem
ekonomi Ali-Baba. Sistem ekonomi baru ini untuk memajukan pengusaha pribumi. Ali
menggambarkan pengusaha pribumi, sedangkan Baba menggambarkan pengusaha
nonpribumi (khususnya China).

Maksud adanya sistem ini adalah agar pengusaha pribumi dan nonpribumi bekerja
sama untuk memajukan ekonomi Indonesia. Dalam perkembangannya sistem ini mengalami
kegagalan karena pengusaha nonpribumi lebih berpengalaman daripada pengusaha
pribumi untuk memperoleh bantuan kredit.
e. Persetujuan Finansial Ekonomi (Finek)
Pada masa pemerintahan Kabinet Burhanuddin Harahap dikirimkan suatu delegasi ke
Jenewa yang dipimpin oleh Anak Agung Gede Agung. Misi tersebut untuk merundingkan
masalah finansial-ekonomi antara pihak Indonesia dan Belanda. Akhirnya pada tanggal 7
Januari 1956 dicapai kesepakatan rencana persetujuan Finek, antara lain sebagai berikut.
 Persetujuan Finek hasil KMB dibubarkan.
 Hubungan Finek Indonesia-Belanda didasarkan atas hubungan bilateral.
 Hubungan Finek didasarkan pada Undang-Undang Nasional, tidak boleh diikat oleh perjanjian
lain antara kedua belah pihak.
Pemerintah Belanda tidak mau menandatangani rencana tersebut. Hal itu membuat
pemerintah RI mengambil langkah sepihak. Kabinet Burhanuddin Harahap pada tanggal 13
Februaruari 1956 melakukan pembubaran Uni Indonesia-Belanda secara sepihak. Hal tersebut
dimaksudkan untuk melepaskan diri dari keterikatan ekonomi dengan Belanda.

Tindak lanjut pembubaran Uni tersebut adalah pada tanggal 3 Mei 1956 Presiden
Soekarno menandatangani undang-undang pembatalan KMB. Akibat hal tersebut banyak
pengusaha Belanda yang menjual perusahaannya, sedangkan pengusaha-pengusaha pribumi
belum mampu mengambil alih perusahaan-perusahaan Belanda tersebut.
f. Rencana Pembangunan Lima Tahun (RPLT)
Dengan masa kerja kabinet yang relatif singkat dan program kerja yang berganti-
ganti pada Demokrasi Liberal menimbulkan ketidakstabilan politik dan ekonomi, inflasi, dan
lambatnya pelaksanaan pembangunan.
Pada masa pemerintahan Kabinet Ali Sastroamijoyo II, pemerintah membentuk Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional yang disebut dengan Biro Perancang Negara. Berbeda
dengan kabinet sebelumnya, biro tersebut bertugas untuk merancang pembangunan jangka
panjang. Tokoh yang diangkat sebagai Menteri Perancang Nasional adalah Ir. Juanda.
Biro tersebut pada bulan Mei 1956 berhasil menyusun rencana pembangunan lima
tahun (RPLT) yang rencananya akan dilaksanakan antara tahun 1956-1961. Rencana
undang-undang tentang rencana pembangunan tersebut disetujui oleh Dewan Perwakilan
pada tanggal 11 November 1958. Namun akibat perubahan situasi politik dan ekonomi, pada
tahun 1857 sasaran dan prioritas RPLT diubah melalui musyawarah nasional pembangunan
(munap).
RPLT tidak dapat berjalan dengan baik karena hal-hal berikut.
 Adanya ketegangan antara pusat dan daerah sehingga banyak
daerah yang melaksanakan kebijakan ekonominya sendiri-sendiri.
 Perjuangan membebaskan Irian Barat dengan melakukan
nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda di Indonesia
menimbulkan gejolak ekonomi.
 Adanya depresi ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa Barat pada
akhir tahun 1957 sehingga pada awal tahun 1958 mengakibatkan
ekspor dan pendapatan negara merosot.
g. Musyawarah Nasional Pembangunan (Munap)

Adanya ketegangan antara pusat dan daerah pada masa Kabinet


Juanda untuk sementara dapat diredakan dengan diadakannya
musyawarah nasional pembangunan (munap). Sebagai perdana menteri,
Ir. Juanda memberikan kesempatan kepada munap untuk mengubah
rencana pembangunan yang menyeluruh untuk jangka panjang.

Namun, ternyata rencana pembangunan tersebut tidak dapat


dilaksanakan dengan baik karena kesulitan dalam menentukan prioritas.
 Selain itu, ketegangan politik juga tidak dapat diredakan sehingga mengakibatkan
pecahnya pemberontakan PRRI/Permesta. Untuk menumpas pemberontakan PRRI
tersebut diperlukan biaya yang sangat besat sehingga meningkatkan defisit negara.
Sementara itu, ketegangan politik antara Indonesia dan Belanda menyangkut Irian
Barat juga memuncak yang memicu terjadinya konfrontasi bersenjata.

 TKR (Tentara Keamanan Rakyat )


 PRI (Partai Rakyat Indonesia)
 BPRI ( Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia)
 Tentara Pelajar
 Polisi Istimewa (dibentuk oleh Jepang yang merupakan embrio Korp Brimob)
 BBI (Barisan Buruh Indonesia)
 PTKR (Polisi Tentara Keamanan rakyat)
.

Anda mungkin juga menyukai