AWAL KEMERDEKAAN
SAMPAI MASA DEMOKRASI
LIBERAL (1950-1959)
KD. 3.3. a Menganalisis perkembangan kehidupan
politik dan ekonomi bangsa Indonesia
pada masa kemerdekaan sampai masa
Demokrasi Liberal
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari keadaan politik Indonesia pada
kemerdekaan, peserta didik dapat menjelaskan tentang
keadaan politik Indonesia pada awal kemerdekaan
sampai masa Demokrasi Liberal
Keadaan Politik Perkembangan Perkembangan
Indonesia Pada Awal Ekonomi Pada Awal Politik Pada Masa
Kemerdekaan Kemerdekaan Demokrasi Liberal
Latar Belakang
Pelaksaan Pemilu Kondisi Ekonomi pada
1955 masa Liberal
Pelaksanaan Pemilu
1955
Usaha memperbaiki
Perekonomian
- Hasil Pemilu 1955
1. Kedatangan tentara Sekutu dan NICA
Setelah berhasil menang dalam Perang Dunia II pasukan Sekutu yang mendapat
tugas masuk ke Indonesia adalah tentara kerajaan Inggris yang dibagi menjadi
dua:
1. SEAC (South East Asian Command) dipimpin oleh Laksamana Lord Louis
Mounbatten untuk wilayah Indonesia bagian Barat.
2. SWPC (South West Pasific Command) untuk wilayah Indonesia bagian Timur.
Pasukan sekutu yang bertugas menangani Indonesia bagian barat adalah AFNEI
(Allied Forces Netherlands East Indies) yang dibentuk oleh Mountbatten dibawah
pimpinan Lekjen Sir Philip Christison.
Tugas AFNEI :
1. Menerima penyerahan dari tangan Jepang.
2. Membebaskan para tawanan perang dan interniran sekutu.
3. Melucuti dan mengumpulkan orang Jepang untuk
dipulangkan.
4. Menegakkan dan mempertahankan keadaan damai untuk
kemudian diserahkan kepada pemerintahan sipil.
5. Menghimpun keterangan tentang penjahat perang dan
menuntut mereka ke pengadilan.
2. Konflik Indonesia-Belanda di berbagai daerah
A. Pertempuran Surabaya
Rakyat dan pemerintahan Jawa Timur di bawah pimpinan Gubernur R.M.T. A Suryo
semula enggan menerima kedatangan Sekutu - Sejarah Pertempuran Surabaya.
Kemudian antara wakil-wakil pemerintahan RI dan Brigjen AW.S Mallaby
mengadakan pertemuan yang menghasilkan kesepakatan sebagai berikut:
1. Inggris berjanji mengikut sertakan Angkatan Perang Belanda
2. Disetujui kerjasama kedua belah pihak untuk menjamin keamanan dan
ketentraman
3. Akan dibentuk kontak biro agar kerja sama berjalan lancar
4. Inggris hanya akan melucuti senjata Jepang
Pada tanggal 26 Oktober 1945 pasukan Sekutu melanggar kesepakatan
jatuh korban.
Pada tanggal 29 Oktober 1945 Bung Karno beserta Jenderal D.C Hawthorn tiba di
Surabaya.
Pada tanggal 9 November 1945 Mayor Jenderal E.C Mansergh sebagai pengganti
sebagai bangsa yang cinta damai tetapi lebih cinta kemerdekaan. Oleh karena
itu rakyat Surabaya menolak ultimatum tersebut secara resmi melalui
pernyataan Gubernur Suryo.
Karena penolakan ultimatum itu maka meletuslah pertempuran pada
tanggal 10 November 1945. Melalui siaran radio yang dipancarkan
dari Jl. Mawar No. 4 Bung Tomo membakar semangat juang arek-arek
Surabaya. Kontak senjata pertama terjadi di Perak sampai pukul 18.00.
pasukan Sekutu dibawah pimpinan Jenderal Mansergh mengerahkan
satu devisi Infantry sebanyak 10.000-15.000 orang dibantu tembakan
dari laut oleh kapal perang penjelajah "Sussex" serta pesawat tempur
"mosquito" dan "Thunderbolt".
Dalam pertempuran di Surabaya ini seluruh unsur kekuatan rakyat
bahu membahu, baik dari TKR, PRI, BPRI, Tentara Pelajar, Polisi
Istimewa, BBI, PTKR, maupun TKR laut dibawah komandan pertahanan
Kota, Soengkono.
Pertempuran yang berlangsung sampai akhir November 1945
di Ngipik. Pada saat pengunduran, tentara Sekutu mencoba menduduki dua desa
di sekitar Ambarawa. Pasukan Indonesia di bawah pimpinan
Letkol. Isdiman berusaha membebaskan kedua desa tersebut, namun
Letkol. Isdiman gugur terlebih dahulu.
Sejak gugurnya Letkol. Isdiman, Komandan Divisi V Banyumas,
Kol. Soedirman merasa kehilangan seorang perwira terbaiknya dan ia langsung
turun ke lapangan untuk memimpin pertempuran. Kehadiran Kol. Soedirman
memberikan napas baru kepada pasukan-pasukan RI. Koordinasi diadakan di
antara komando-komando sektor dan pengepungan terhadap musuh semakin
ketat. Siasat yang diterapkan adalah serangan pendadakan serentak di semua
sektor. Bala bantuan terus mengalir dari Yogyakarta, Solo, Salatiga,
Purwokerto, Magelang, Semarang, dan lain-lain.
Tanggal 23 November 1945 ketika matahari mulai terbit,
Sektor TKR dan Laskar. Pada tanggal 12 Desember 1945 jam 04.30 pagi, serangan mulai
dilancarkan. Pembukaan serangan dimulai dari tembakan mitraliur terlebih dahulu, kemudian
disusul oleh penembak-penembak karaben. Pertempuran berkobar di Ambarawa. Satu setengah
jam kemudian, jalan raya Semarang-Ambarawa dikuasai oleh kesatuan-kesatuan TKR.
Pertempuran Ambarawa berlangsung sengit. Kol. Soedirman langsung memimpin pasukannya
yang menggunakan taktik gelar supit urang, atau pengepungan rangkap dari kedua sisi sehingga
musuh benar-benar terkurung. Suplai dan komunikasi dengan pasukan induknya diputus sama
sekali. Setelah bertempur selama 4 hari, pada tanggal 15 Desember 1945 pertempuran berakhir
dan Indonesia berhasil merebut Ambarawa dan Sekutu dibuat mundur ke Semarang.
Ambarawa dan diperingatinya Hari Jadi TNI Angkatan Darat atau Hari Juang Kartika.
C. BANDUNG LAUTAN API
Pasukan Inggris bagian dari Brigade MacDonald tiba di Bandung pada
tanggal 12 Oktober 1945. Sejak semula hubungan mereka dengan pemerintah
RI sudah tegang. Mereka menuntut agar semua senjata api yang ada di tangan
penduduk, kecuali TKR dan polisi, diserahkan kepada mereka. Orang-orang
Belanda yang baru dibebaskan dari kamp tawanan mulai melakukan
tindakan-tindakan yang mulai mengganggu keamanan. Akibatnya, bentrokan
bersenjata antara Inggris dan TKR tidak dapat dihindari.
Malam tanggal 21 November 1945, TKR dan badan-badan perjuangan
melancarkan serangan terhadap kedudukan-kedudukan Inggris di bagian
utara, termasuk Hotel Homann dan Hotel Preanger yang mereka gunakan
sebagai markas. Tiga hari kemudian, MacDonald menyampaikan ultimatum
kepada Gubernur Jawa Barat agar Bandung Utara dikosongkan oleh penduduk
Indonesia, termasuk pasukan bersenjata.
Ultimatum Tentara Sekutu agar Tentara Republik
Indonesia (TRI, sebutan bagi TNI pada saat itu) meninggalkan
kota Bandung mendorong TRI untuk melakukan operasi
"bumihangus". Para pejuang pihak Republik Indonesia tidak
rela bila Kota Bandung dimanfaatkan oleh pihak Sekutu dan
NICA.
Keputusan untuk membumihanguskan Bandung diambil
melalui musyawarah Madjelis Persatoean Perdjoangan
Priangan (MP3) di hadapan semua kekuatan perjuangan pihak
Republik Indonesia, pada tanggal 23 Maret 1946.
Kolonel Abdoel Haris Nasoetion selaku Komandan Divisi
III TRI. Hari itu juga, rombongan besar penduduk Bandung
mengalir panjang meninggalkan kota Bandung dan malam itu
Bandung sengaja dibakar oleh TRI dan rakyat setempat dengan maksud agar Sekutu tidak
dapat menggunakan Bandung sebagai markas strategis militer. Di mana-mana asap hitam
mengepul membubung tinggi di udara dan semua listrik mati. Tentara Inggris mulai
menyerang sehingga pertempuran sengit terjadi. Pertempuran yang paling besar terjadi di
Desa Dayeuhkolot, sebelah selatan Bandung, di mana terdapat gudang amunisi besar milik
Tentara Sekutu. Dalam pertempuran ini Muhammad Toha dan Ramdan, dua anggota milisi
BRI (Barisan Rakjat Indonesia) terjun dalam misi untuk menghancurkan gudang amunisi
tersebut. Muhammad Toha berhasil meledakkan gudang tersebut dengan dinamit. Gudang
besar itu meledak dan terbakar bersama kedua milisi tersebut di dalamnya. Staf pemerintahan
kota Bandung pada mulanya akan tetap tinggal di dalam kota, tetapi demi keselamatan
mereka, maka pada pukul 21.00 itu juga ikut dalam rombongan yang mengevakuasi dari
Bandung. Sejak saat itu, kurang lebih pukul 24.00 Bandung Selatan telah kosong dari
Pembumihangusan Bandung tersebut dianggap merupakan
a. Latar Belakang
Adanya keinginan pihak Inggris untuk menjadi perantara antara
Indonesia dan Belanda yang bertikai.
b. Waktu & Tempat Perundingan : 10-15 November 1946 di Linggajati,
dekat Cirebon.
c. Tokoh-tokohnya : Schermerhorn (Belanda),
Sutan Syahrir (Indonesia),
Lord Killearn (Inggris).
PERUNDINGAN RENVILLE
a. Latar Belakang :
· Tanggal 1 Agustus 1947 PBB mengeluarkan seruan gencatan senjata dan mencari penyelesaian
secara damai.
· Duta Keliling RI di PBB, Sutan Syahrir meminta kepada DK untuk membentuk badan
arbitrase (penengah).
· DK PBB setuju usul Amerika untuk membentuk komisi jasa-jasa baik (Good Will Commission)
yang kemudian dikenal sebagai Komisi Tiga Negara (KTN).
· Pemerintah RI memilih Australia, Belanda memilih Belgia, kedua negara itu memilih Amerika
Serikat sebagai anggota ketiga.
A. Latar Belakang:
Terjadinya Agresi Militer Bld II (19 Sept 1948) menimbulkan reaksi yang cukup
Indonesia Belanda.
B. Waktu & Tempat Perundingan :
14 April 1949 di Hotel Des Indes, Jakarta
C. Tokoh-tokohnya :
1. Wakil PBB adalah Merle Cochran (Amerika Serikat)
2. Delegasi RI dipimpin oleh Mr. Moh. Roem,
3. Delegasi Belanda dipimpin oleh van Royen
D. Hasil Perundingan :
a) Perhentian tembak menembak
b) Pengembalian RI ke Yogya
c) Segera diadakan KMB di Den Haag
E. Akibat Perundingan :
Pemerintahan RI kembali ke Yogyakarta pada tanggal 13 Juli 1949 diadakan sidang kabinet yang menghasilkan
keputusan bahwa Sri Sultan Hamengkubuwono IX diangkat menjadi Menteri Pertahanan dan Koordinator Keamanan.
Konferensi Inter-Indonesia
A. Latar Belakang
Latar belakang dilakukannya konferensi Inter Indonesia
bermula ketika hasil Perjanjian Roem Royen yang
menyatakan bahwa Indonesia ikut serta dalam KMB
(Konferensi Meja Bundar).
Oleh karena itu, RI harus mempersiapkan diri dengan
mengadakan konferensi antar Indonesia yang dilakukan
antara pihak Indonesia dan Negara Boneka Bentukan
Belanda.
Hasil Konferensi Inter Indonesia Pertama
Konferensi Inter Indonesia pertama dipimpin oleh Bung Hatta (Drs.
Mohammad Hatta, dilakukan pada 19-22 Juli 1949, berikut ini hasilnya :
1. Pertahanan negara adalah hak dari pemerintah RIS (Republik
Indonesia Serikat).
2. Angkatan perang RIS merupakan angkatan perang nasional.
3. RIS akan menerima kedaulatan dari pemerintah kerajaan Belanda
dan Republik Indonesia.
4. RIS dipimpin/diketuai oleh Presiden yang dipilih oleh negara
bagian Republik Indonesia dan Badan Permusyawaratan Federal
(Bijeenkomst Voor Federaal Overlag).
5. Nama negara federal yaitu Republik Indonesia Serikat (RIS).
PERUNDINGAN KMB
A. Latar Belakang :
C. Tokoh-tokohnya :
Langkah yang dilakukan pemerintah adalah menyatakan 3 mata uang yang berlaku di Indonesia
yaitu:
De javasche bank
Mata uang Hindia Belanda
Mata uang kependudukan Jepang
Dari kebijakan tersebut dan adanya inflasi yang paling dirugikan
adalah petani karena pada masa pendudukan Jepang mereka banyak
menyimpan mata uang Jepang.
6 Maret 1946 Panglima AFNEI mengumumkan mata uang
NICA berlaku pada daerah yang diduduki sekutu, namun hal
tersebut tidak disetujui oleh pemerintah Indonesia.
rehabilitasi pabrik gula. Saran tersebut terealisasikan pada tgl 12 Mei 1946
dengan dibentuknya Badan Penyelenggaraan Perusahaan Gula Negara
(BPPGN) berdasarkan PP No. 3 Tahun 1946, kemudian disempuranakan
melalui PP No. 4 Tahun 1946 pada tgl 6 Juni 1946 mengenai pembentukan
PPN yang dipimpin Notosudirdjo.
C. Pembentukan Planning Board
Dibentuk pada tanggal 19 Januari 1947 atas inisiatif Menteri Kemakmuran, dr.A.K. Gani.
Tugas badan ini adalah membuat rencana pembangunan ekonomi untuk jangka
waktu dua sampai dengan tiga tahun.
Untuk menanmpung dana pembangunan, pemerintah akan membentuk bank pembangunan.
ibadah haji ke tanah suci oleh karena itu pada tanggal 29 Juli 1955 wakil presiden Moh Hatta mengumpulkan tiga
nama formatur yang bertugas membentuk kabinet baru 3 nama formatur tersebut adalah Sukiman Masyumi wilopo
PNI dan asaas non partai. ketiga tokoh tersebut sepakat menunjuk Moh Hatta sebagai Perdana Menteri sekaligus
Menteri Pertahanan namun muncul kesulitan karena Moh Hatta duduk sebagai wakil presiden akhirnya 3 formatur
tersebut gagal membentuk susunan kabinet baru kemudian Moh Hatta menunjuk Mister Burhanuddin Harahap
Masyumi untuk membentuk kabinet pada tanggal 12 Agustus 1955 terbentuk kabinet Burhanuddin Harahap dengan
kepada presiden karena dalam tubuh kabinet terjadi perpecahan antara PNI
dan Masyumi.
kekuatan yang ada dalam masyarakat dewan nasional ini pernah diusulkan oleh
Presiden Soekarno ketika mengutarakan Konsepsi Presiden sebagai langkah awal dari
terbentuknya demokrasi terpimpin pada masa kabinet Djuanda ini muncul pergolakan
pergolakan di daerah yang terhambat hubungan antara pusat dan daerah untuk
atau Monas pada tanggal 14 September 1957 di gedung proklamasi Jalan Pegangsaan
Timur Nomor 56 dalam kelas tersebut dibahas masalah pembangunan nasional dan
Sebagai suatu negara yang berdaulat Indonesia berhak dan kewajiban-kewajiban untuk mengambil
tindakan tindakan yang dianggap perlu untuk melindungi keutuhan dan keselamatan Republik Indonesia
dengan kondisi itulah kemudian pemerintah Kabinet Djuanda mendeklarasikan hukum teritorial kelautan
nusantara dari deklarasi tersebut dapat dilihat bahwa faktor keamanan dan pertahanan merupakan aspek
penting bahkan dapat dikatakan merupakan salah satu sendi pokok kebijaksanaan pemerintah mengenai
perairan Indonesia kemudian deklarasi tersebut dikenal dengan deklarasi Juanda Deklarasi Djuanda
mengandung konsep bahwa tanah air yang tidak lagi memandang laut sebagai alat pemisah dan pemecah
bangsa seperti pada masa kolonial tetapi harus dipergunakan sebagai alat pemersatu bangsa dan Wahana
pembangunan nasional
Adanya deklarasi Djuanda membuat batas kontinen laut diubah
dari 3 mil batas air terendah menjadi 12 mil dari batas Pulau terluar kondisi tersebut
membuat wilayah Indonesia semakin meluas dari hanya 2.027.087 km2 menjadi 5.193.250
km2 tanpa memasukan wilayah Papua karena wilayah tersebut belum diakui secara
internasional hal tersebut juga berdampak pula terhadap titik-titik Pulau terluar yang menjadi
garis batas yang mengelilingi Republik Indonesia sepanjang 8.069, 8 mil laut walaupun
Deklarasi Djuanda belum memperoleh pengakuan internasional pemerintah Republik
Indonesia kemudian menetapkan Deklarasi Djuanda menjadi UU Nomor 4 PRP 1960
tentang perairan
Dengan dikeluarkannya Deklarasi Djuanda tersebut membuat banyak negara
keberatan terhadap konsepsi landasan hukum laut Indonesia yang baru untuk menyelesaikan
masalah tersebut pemerintah Indonesia melakukan harmonisasi hubungan diplomatik dengan
negara-negara tetangga pemerintah Indonesia juga melalui Konferensi Jenewa pada tahun
1958 berusaha mempertahankan konsepsinya yang yang tertuang dalam Deklarasi Djuanda
dan memantapkan Indonesia sebagai Archipelago principle atau negara kepulauan
Deklarasi Djuanda tersebut baru bisa diterima di dunia internasional setelah ditetapkan
dalam konvensi hukum laut PBB yang ke-3 di montego bay Jamaika pada tahun 1982
kemudian pemerintah Indonesia meratifikasi dalam UU nomor 17 tahun 1958 tentang
pengesahan unclos 1982 bahwa Indonesia adalah negara kepulauan setelah di perjuangkan
selama lebih dari 25 tahun akhirnya pada tanggal 16 November 1945 setelah diratifikasi oleh
60 negara hukum laut Indonesia diakui oleh dunia internasional upaya tersebut tidak lepas dari
perjuangan pahlawan diplomasi yaitu Profesor Doktor Mochtar kusumaatmadja dan Profesor
Doktor Hasyim Djalal yang setia Mengikuti berbagai referensi tentang hukum laut yang
dilaksanakan PBB pada tahun 1971 hingga tahun 90-an.
Politik Indonesia selama pelaksanaan demokrasi liberal sejak tanggal 17 Agustus 1950
sampai 5 Juli 1959 penuh dengan pertentangan antara partai sehingga menimbulkan
kekacauan di berbagai sektor kehidupan masyarakat Indonesia.
Usia kabinet yang hanya sesaat tidak mungkin melaksanakan program kerjanya secara
Tunas pembangunan masyarakat bangsa dan negara tidak dapat terlaksana karena pemimpin
partai yang menjadi menteri hanya membela kepentingan partainya hal ini menunjukkan
bahwa sistem demokrasi liberal tidak cocok bagi bangsa Indonesia sebab tidak sesuai dengan
d. Pemilihan umum tahun 1955
1. Sistem kepartaian
dibentuknya partai politik adalah untuk memperoleh merebut dan mempertahankan kekuasaan kekuasaan
secara konstitusional. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pemerintah RI memerlukan lembaga parlemen
yaitu Perwakilan Rakyat pada waktu pemerintahan mengeluarkan Maklumat pemerintah tanggal 3 November
1945 maklumat tersebut memunculkan partai-partai politik kembali dan membentuk partai-partai politik baru.
Majelis Syuro muslimin Indonesia atau Masyumi dipimpin oleh Dr soekiman wirjosandjojo pada tanggal 7
November 1945
Partai Nasional Indonesia atau PNI dipimpin oleh Sidik Joyosukarto berdiri pada tanggal 20 November 1945
Partai Sosialis Indonesia atau PSSI dipimpin oleh Amir Syarifuddin berdiri pada tanggal 20 November 1945
Partai Komunis Indonesia atau PKI dipimpin oleh Mr Muh Yusuf berdiri pada tanggal 7 November 1945
Partai buruh Indonesia dipimpin oleh Nyono berdiri pada tanggal 8 November 1945
Partai rakyat jelata dipimpin oleh Sutan Dewanis berdiri pada tanggal 8 November 1945
Partai Kristen Indonesia dipimpin oleh dokterandes berapa Winoto berdiri pada tanggal 10 November 1945
Partai rakyat sosialis dipimpin oleh Sutan Syahrir berdiri pada tanggal 20 November 1945
Persatuan marhaen Indonesia atau Permai dipimpin oleh JB Assa berdiri pada tanggal 17 Desember
Pagi Katolik Republik Indonesia atau PDRI dipimpin oleh IJ Kassimo, berdiri pada tanggal 8 Desember 1945
Pada masa demokrasi liberal sistem kepartaian yang dianut adalah
multipartai. Pembentukan partai politik bertujuan mempermudah mengukur
kekuatan perjuangan kita dan untuk mempermudah meminta
pertanggungjawaban kepada pemimpin pemimpin barisan perjuangan pada
kenyataannya cenderung memperjuangkan kepentingan golongan daripada
kepentingan nasional
Kondisi itulah yang mendorong Presiden Soekarno mencari solusi untuk
membangun kehidupan politik Indonesia akhirnya sistem demokrasi liberal
menuju demokrasi terpimpin.
Maksud adanya sistem ini adalah agar pengusaha pribumi dan nonpribumi bekerja
sama untuk memajukan ekonomi Indonesia. Dalam perkembangannya sistem ini mengalami
kegagalan karena pengusaha nonpribumi lebih berpengalaman daripada pengusaha
pribumi untuk memperoleh bantuan kredit.
e. Persetujuan Finansial Ekonomi (Finek)
Pada masa pemerintahan Kabinet Burhanuddin Harahap dikirimkan suatu delegasi ke
Jenewa yang dipimpin oleh Anak Agung Gede Agung. Misi tersebut untuk merundingkan
masalah finansial-ekonomi antara pihak Indonesia dan Belanda. Akhirnya pada tanggal 7
Januari 1956 dicapai kesepakatan rencana persetujuan Finek, antara lain sebagai berikut.
Persetujuan Finek hasil KMB dibubarkan.
Hubungan Finek Indonesia-Belanda didasarkan atas hubungan bilateral.
Hubungan Finek didasarkan pada Undang-Undang Nasional, tidak boleh diikat oleh perjanjian
lain antara kedua belah pihak.
Pemerintah Belanda tidak mau menandatangani rencana tersebut. Hal itu membuat
pemerintah RI mengambil langkah sepihak. Kabinet Burhanuddin Harahap pada tanggal 13
Februaruari 1956 melakukan pembubaran Uni Indonesia-Belanda secara sepihak. Hal tersebut
dimaksudkan untuk melepaskan diri dari keterikatan ekonomi dengan Belanda.
Tindak lanjut pembubaran Uni tersebut adalah pada tanggal 3 Mei 1956 Presiden
Soekarno menandatangani undang-undang pembatalan KMB. Akibat hal tersebut banyak
pengusaha Belanda yang menjual perusahaannya, sedangkan pengusaha-pengusaha pribumi
belum mampu mengambil alih perusahaan-perusahaan Belanda tersebut.
f. Rencana Pembangunan Lima Tahun (RPLT)
Dengan masa kerja kabinet yang relatif singkat dan program kerja yang berganti-
ganti pada Demokrasi Liberal menimbulkan ketidakstabilan politik dan ekonomi, inflasi, dan
lambatnya pelaksanaan pembangunan.
Pada masa pemerintahan Kabinet Ali Sastroamijoyo II, pemerintah membentuk Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional yang disebut dengan Biro Perancang Negara. Berbeda
dengan kabinet sebelumnya, biro tersebut bertugas untuk merancang pembangunan jangka
panjang. Tokoh yang diangkat sebagai Menteri Perancang Nasional adalah Ir. Juanda.
Biro tersebut pada bulan Mei 1956 berhasil menyusun rencana pembangunan lima
tahun (RPLT) yang rencananya akan dilaksanakan antara tahun 1956-1961. Rencana
undang-undang tentang rencana pembangunan tersebut disetujui oleh Dewan Perwakilan
pada tanggal 11 November 1958. Namun akibat perubahan situasi politik dan ekonomi, pada
tahun 1857 sasaran dan prioritas RPLT diubah melalui musyawarah nasional pembangunan
(munap).
RPLT tidak dapat berjalan dengan baik karena hal-hal berikut.
Adanya ketegangan antara pusat dan daerah sehingga banyak
daerah yang melaksanakan kebijakan ekonominya sendiri-sendiri.
Perjuangan membebaskan Irian Barat dengan melakukan
nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda di Indonesia
menimbulkan gejolak ekonomi.
Adanya depresi ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa Barat pada
akhir tahun 1957 sehingga pada awal tahun 1958 mengakibatkan
ekspor dan pendapatan negara merosot.
g. Musyawarah Nasional Pembangunan (Munap)