Salinan Bab 2 Gambaran Umum Kapten Samadikun
Salinan Bab 2 Gambaran Umum Kapten Samadikun
1
BAB 2
PERAN KAPTEN SAMADIKUN PADA
SAAT PERISTIWA PERTEMPURAN
LAUT CIREBON 5 JANUARI 1947
Demi memenuhi kebutuhan kapal perang, ALRI Pangkalan III Cirebon pada
bulan Oktober 1946 membeli sebuah kapal jenis coaster dari Singapura dan
menamakannya Gadjah Mada. Karena pada lambungnya masih tertera angka
408, maka juga dikenal sebagai Gadjah Mada-408. Ketika ALRI Pangkalan
III tengah terlibatlatihan perang laut sebagai bagian dari rangkaian latihan
gabungan AD, AL, Polisi dan laskar-laskar di Karesidenan Cirebon, Gadjah
Mada dihadang oleh kapal perang jenis jaeger torpedo AL Belanda: Hr. Ms.
Kortenaer di perairan Teluk Cirebon.
2
Akibatnya, pada tanggal 5 Januari 1947 terjadi pertempuran laut antara
Eskader ALRI yang dipimpin oleh Letnan Laut Samadikun, berkedudukan
di Gadjah Madasebagai kapal bendera, dengan Hr.Ms. Kortenaer. Guna
melindungi kapal-kapal lainnya dari incaran tembakan musuh, Gadjah
Madamelakukan manuver penghadangan dan melancarkan tembakan
mitraliur dengan gencar ke arahkapal Belanda. Tindakan tersebut berhasil
memancing Kortenaer untuk mengarahkan serangannyahanya ke Gadjah
Mada, sehingga Eskader ALRI berhasil meloloskan diri. Akibat hantaman
bertubi-tubi dari kapal perang Belanda, akhirnya Gadjah Mada tenggelam
dan Komandan Kapalnya Letn. Samadikun gugur di tempat, sementara
seluruh ABK-nya ditangkap Belanda. Hanya seorang ABK, yaitu Letn.
Maming yang berhasil selamat berenang ke pantai Cirebon
3
teritorial Indonesia Letnan I Samadikun melakukan manuver terhadap kapal
Belanda dengan melakukan serangan balik meskipun tidak seimbang Letnan
I Samadikun tetap tidak ingin harga diri bangsa dan Negara Indonesia
diinjak- injak. Tembakan kapal Belanda membuat kapal Gajah Mada
terbakar sehingga membuat para awak kapal Gajah Mada mencoba
menyelamatkan diri dengan menceburkan diri ke laut. Letnan I Samadikun
pada saat itu justru naik ke atas anjungan kapal dan melakukan serangan
menggunakan mitraliyur 12,7 dengan tekad mempertahankan harga diri
bangsa beliau menolak menyerah begitu saja hingga pada tembakan terakhir
kapal Belanda mengenai kamar mesin kapal Gajah Mada, Letnan I
Samadikun yang berada di atas anjungan terkena pecahan peluru hingga
tangan kirinya putus dan tenggelam bersama kapal RI Gajah Mada.
4
BAB 5
DAMPAK KAPTEN SAMADIKUN DALAM
PERJUANGAN PAHLAWAN SAMUDERA
Peristiwa Pertempuran Laut di Teluk Cirebon. Kisah ringkasnya adalah sebagai berikut. Semenjak
tanggal 1 J anuari 194 7 sampai dengan 5 J anuari 194 7 di Ceribon diadakan latihan gabungan yang
terdiri dari unsur-unsur Angkatan Darat dan Armada Pangkalan III Cirebon. Dalam latihan ini ALRI
mengadakan latihan pendaratan di laut. Pada tanggal 3 Januari 1947 jam 16.00 datang mendekati
pantai Cirebon sebuah kapal perang Belanda. Kedatangan kapal ini terlihat oleh kapal Perang RI
Gajah Mada yang sedang berada di pelabuhan. Gajah Mada berlayar keluar pelabuhan untuk
mengadakan patroli. Dalam patroli ini Gajah Mada melihat kapal Belanda meninggalkan Cirebon ke
arah timur. Pada tanggal 4 Januari 1947 jam 9.00 datang lagi kapal Belanda tipe pemburu yang
mondar mandir di perairan Cirebon dan kemudian lego jangkar + 7 mil dari pantai. Kejadian ini
terlihat dari teropong di pas pangkalan II. J elas kelihatan bahwa kapal tersebut berbendera merah-
putih-biru dengan huruf di haluan samping J.T.8. Pada malam harinya di sisi kapal Gajah Mada 43
akan diadakan latihan formasi di lautan Cirebon. Kira-kira jam l7 .30 divisi kapal ini bertolak lagi
dari pangkalan, kemudian malam harinya mengadakan manuver hingga jam 23.00 dan lremhali
dengan selamat. Pada tanggal 5 Januari jam 06.00 kapal ALRI menuju ke utara dalam formasi
iringan dan di tengah jalan bertemu dengan kapal Belanda yang memberi isyarat untuk berhenti.
lsyarat ini tidak dituruti oleh kapal-kapal kita. lsyarat berhenti diulangi lagi oleh kapal Belanda
sampai dua kali, tetapi perintah itu pun tidak dihiraukan. Kapal-kapal ALRI terus berlayar. Setelah
kapal Belanda mengetahui hahwa perintah-perintahnya tidak dituruti, mereka mulai menemhak
5
BAB 6
dengan frekuensi yang tidak menentu. Melihat temhakan-temhakan ini maka Gajah Mada menguhah
arah dan herlayar menuju ke arah musuh. Beherapa menit kemudian terdengar temhakan dan terasa
kapal goyang. Temyata temhakan pertama mengenai lamhung kanan, kedua kalinya mengenai
haluan dan ketiga kalinya hagian tengah. Tanda-tanda terhakar mulai tampak dan kapal mulai
goyang. Tetapi komandan memerintahkan untuk terus maju menuju musuh. Pada temhakan kelima
Gajah Mada kena temhak di lamhung kiri dan selanjutnya kena lagi pada mesin kapal. Dalam
keadaan yang demikian Gajah Mada masih terus mengadakan tembakan balasan dari mulut 12, 7
mm, yang terletak di haluan, baru pada tembakan yang keempat belas Gajah Mada mulai tenggelam.
Sebagian awak masih dapat menyelamatkan diri dengan terjun ke laut, sedangkan yang lain tetap
tinggal di kapal, antara lain komandannya sendiri Letnan Samadikun. Ada juga yang masih terapung-
apung dan ditolong oleh kapal Belanda. Palang Merah Indonesia mengirimkan regu penolong yang
akan meminta anggota-anggota yang masih hidup. Tetapi usaha ini sia-sia saja karena tidak diijinkan
oleh pihak Belanda dan selanjutnya mereka diangkut dengan kapal.Kortenair menuju Semarang.
Jumlah anggota yang dihawa ke Semarang sehanyak 21 orang. Dari dua puluh lima anggota tidak
diketahui itengiui tepat herapa orang yang ~eninggal. Yang dapat diketahui 44 dengan pasti yang
meninggal ialah: Ismail J ait, Sumaryo dan Letnan Samadikun, Komandan kapal. 22) Secara jantan
Letnan Samadikun melawan terus sampai saat terakhir tenggelam bersama kapal. Peristiwa heroik ini
merupakan lembaran awal dari pertempuran laut yang dilakukan oleh Angkatan Laut kita yang baru
lahir. Pada tempatnya kalau kepada mereka yang gugur bersama kapal Gajih Mada pada periode
Perang Kemerdekaan itu kita sampaikan penghormatan yang tulus. Dengan tenggelamnya Gajah
Mada menjadi bertambah waspadalah pimpinan ALRI di Cirebon. Segala sesuatu disiapkan untuk
PENUTUP
6
BAB 7
Setelah melakukan proses penelitian, observasi, wawancara, serta
serangkaian proses perancangan media utama hingga media pendukung.
Peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan, diantaranya adalah:
7
DAFTAR PUSTAKA
8
9