Pada video kali ini kami ngebahas kisah Pasukan 0032 Angkatan Laut.
Tidak banyak yang tahu kiprah pasukan 0032 Angkatan Laut dalam perjuangan kemerdekaan RI.
Ini karena sepak terjang pasukan ini tidak tertulis dalam buku sejarah resmi di sekolah.
Padahal Pasukan 0032 memiliki peranan besar dalam perjuangan kemerdekaan RI.
Hanya ada 6 prajurit yang berhasil hidup dari eksekusi mati tersebut.
Setelah Presiden Soekarno dan Wapres Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia,
rakyat Surabaya membentuk Pemuda Penerbang Angkatan Laut (PPAL).
PPAL dibentuk oleh para mantan pegawai, guru dan murid Sekolah Teknik Penerbangan AL Jepang yang
Kemenhan lalu mengutus PPAL mengikut pelatihan di Latihan Polisi Tentara Kemenhan.
Selesai mengikuti diklat, kesatuan PPAL diganti namanya menjadi pasukan 0032.
Polisi tentara laut adalah cikal bakal terbentuknya Polisi Militer Angkatan Darat.
Pasukan 0032 ditempatkan di Batu, Malang, sebagai penjaga gudang perbekalan serta kompleks
tahanan warga Indo-Belanda di Songgoriti dan penjara bagi tahanan politik di Batu.
Sebagian pasukan ditempatkan dipos antara Dukuh – Bangil pada bulan September 1946.
Macetnya perjanjian Linggarjati membuat pemerintah mengeluarkan Dekrit 5 Mei 1947.
Isi dekrit adalah melebur Tentara Republik Indonesia (TI) dan badan perjuangan laskar ke satu wadah
bernama TNI.
Pasukan 0032 pun kembali dimasukkan ke dalam struktur Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI).
Pada bulan April 1947, kesatuan 0032 dari Seksi-3 pimpinan Letnan Misman yang diperbantukan di
Pangkalan X Banyuwangi digantikan oleh Seksi-1 pimpinan Letnan I Soelaiman.
Pasukan kedua terdiri atas 23 personel bertugas menjaga pelabuhan Banyuwangi yang terletak di sekitar
pantai Boom dan dipimpin langsung oleh Letnan I Soelaiman.
Sementara pasukan Marinir Belanda melakukan pendaratan amfibi di Pantai Pasir Putih untuk
menguasai Banyuwangi.
Belanda mengerahkan tiga kapal perangnya untuk menggempur pertahanan Indonesia di Jawa Timur.
Tiga kapal perang itu melancarkan bantuan tembakan kapal ke sekitar Banyuwangi.
Sementara untuk melindungi serangan ke Pelabuhan Banyuwangi, kapal patroli Belanda melancarkan
serangan dengan gencar.
Gempuran ini membuat pasukan TNI terdesak. Mereka kalah dalam hal persenjataan.
Sementara pasukan Belanda terus mengejar pasukan TNi yang bergerak mundur.
Belanda yang terus mengejar mendapat perlawanan sengit dari pasukan 0032 pimpinan Letnan Satu
Soelaiman.
Pasukan gabungan KNIL dan Marinir Belanda pun fokus memborbardir pertahanan pasukan 0032.
Mereka ingin menghancurkan pertahanan pasukan 0032 yang minim jumlah personelnya.
Hanya ada dua pilihan bagi pasukan 0032. Menyerah atau bertahan sampai titik darah penghabisan.
Pasukan Belanda pun memutuskan untuk mengeksekusi mati semua personel pasukan 0032 yang
tertangkap.
Menurut Soelaiman mereka berstatus tawanan perang karena saat ditangkap berseragam militer
lengkap.
Sebagai tawanan perang, merka tidak berhak dieksekusi mati karena bertentangan dengan hukum
internasional.
Pasukan Belanda mengabaikan protes Soelaiman. Mereka tetap berkeinginan mengeksekusi mati
pasukan 0032.
Setelah itu mayat pasukan 0032 dikubur dalam satu lubang di tepi pantai Boom Banyuwangi.
Mukjizat terjadi. Ternyata ada enam prajurit yang tidak mati saat eksekusi berlangsung.
Enam prajurit itu adalah Sersan Soetjipto, Kopral Soebandi, Pratu Sahal, Pratu Soekima, Pratu Turmudi,
dan Pratu Karjono.
Warga lalu mencari letak kuburan massal prajurit di sekitar pantai Boom.
Karena tahu para pahlawan itu berasal dari Angkatan Laut, warga mengabadikan makam dalam bentuk
kapal.
Kisah heroik pasukan 0032 ini sampai juga ke telinga Presiden Soekarno.
Saat melakukan perjalanan dinas ke Bali, Bung Karno menyempatkan diri mampir ke makam pasukan
0032.
Sebagai tanda penghormatan, Presiden Soekarno membubuhkan tanda tangan di sebuah prasasti.
Dalam prasasti itu Bung Karno juga menulis sebuah kalimat penuh makna.
“Hormatku pada Pahlawan” tulis Bung Besar di prasasti makam pasukan 0032.
Makam pasukan 0032 itu kini dinamakan Taman Makam Pahlawan Wisma Raga Satria Laut.