Anda di halaman 1dari 5

6 Prajurit AL Lolos dari Eksekusi Mati Belanda

Halo DC Mania, jumpa lagi di DC Channel.

Channel yang ngebahas kisah-kisah seputar TNI dan Polri.

Pada video kali ini kami ngebahas kisah Pasukan 0032 Angkatan Laut.

Tidak banyak yang tahu kiprah pasukan 0032 Angkatan Laut dalam perjuangan kemerdekaan RI.

Ini karena sepak terjang pasukan ini tidak tertulis dalam buku sejarah resmi di sekolah.

Padahal Pasukan 0032 memiliki peranan besar dalam perjuangan kemerdekaan RI.

Mereka mengorbankan jiwa raga demi tanah air Indonesia.

Sebagian besar prajurit pasukan 0032 gugur dieksekusi tentara Belanda.

Hanya ada 6 prajurit yang berhasil hidup dari eksekusi mati tersebut.

Seperti apa kisahnya? Simak terus ya video ini.

Setelah Presiden Soekarno dan Wapres Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia,
rakyat Surabaya membentuk Pemuda Penerbang Angkatan Laut (PPAL).

PPAL dibentuk oleh para mantan pegawai, guru dan murid Sekolah Teknik Penerbangan AL Jepang yang

dipimpin oleh Soeharto mantanguru teknik penerbangan.

PPAL adalah bagian dari BKR Laut di Surabaya.

Dalam perjalanannya PPAL ditempatkan di bawah Kementerian Pertahanan.

Kemenhan lalu mengutus PPAL mengikut pelatihan di Latihan Polisi Tentara Kemenhan.

Selesai mengikuti diklat, kesatuan PPAL diganti namanya menjadi pasukan 0032.

0032 ini diambil dari nomor urutan penempatan pasukan.

Tugas pokok pasukan 0032 adalah sebagai polisi tentara laut.

Polisi tentara laut adalah cikal bakal terbentuknya Polisi Militer Angkatan Darat.

Pasukan 0032 ditempatkan di Batu, Malang, sebagai penjaga gudang perbekalan serta kompleks

tahanan warga Indo-Belanda di Songgoriti dan penjara bagi tahanan politik di Batu.

Di samping itu, satu kompi pasukan0032 diperbantukan di ALRI Pangkalan X Banyuwangi.

Sebagian pasukan ditempatkan dipos antara Dukuh – Bangil pada bulan September 1946.
Macetnya perjanjian Linggarjati membuat pemerintah mengeluarkan Dekrit 5 Mei 1947.

Isi dekrit adalah melebur Tentara Republik Indonesia (TI) dan badan perjuangan laskar ke satu wadah
bernama TNI.

Pasukan 0032 pun kembali dimasukkan ke dalam struktur Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI).

Pada bulan April 1947, kesatuan 0032 dari Seksi-3 pimpinan Letnan Misman yang diperbantukan di
Pangkalan X Banyuwangi digantikan oleh Seksi-1 pimpinan Letnan I Soelaiman.

Seksi-1 0032 berkekuatan 50 personel yang dibagi menjadi dua bagian.

Pasukan pertama terdiri atas 26 personel bertugas menjaga kota Sukowidi.

Pasukan kedua terdiri atas 23 personel bertugas menjaga pelabuhan Banyuwangi yang terletak di sekitar
pantai Boom dan dipimpin langsung oleh Letnan I Soelaiman.

Pada 21 Juli 1947, Belanda melancarkan agresi militer pertamanya.

Pasukan Brigade X KNIL bergerak dari Sidoarjo ke Malang.

Sementara pasukan Marinir Belanda melakukan pendaratan amfibi di Pantai Pasir Putih untuk
menguasai Banyuwangi.

Belanda mengerahkan tiga kapal perangnya untuk menggempur pertahanan Indonesia di Jawa Timur.

Tiga kapal perang itu melancarkan bantuan tembakan kapal ke sekitar Banyuwangi.

Sementara untuk melindungi serangan ke Pelabuhan Banyuwangi, kapal patroli Belanda melancarkan
serangan dengan gencar.

Gempuran ini membuat pasukan TNI terdesak. Mereka kalah dalam hal persenjataan.

Pasukan TNI pun memutuskan untuk mundur dari garis pertahanan.

Sementara pasukan Belanda terus mengejar pasukan TNi yang bergerak mundur.

Sebagian pasukan 0032 yang mempertahankan Sukowidi mundur ke Pelabuhan Banyuwangi.

Belanda yang terus mengejar mendapat perlawanan sengit dari pasukan 0032 pimpinan Letnan Satu
Soelaiman.

Pasukan gabungan KNIL dan Marinir Belanda pun fokus memborbardir pertahanan pasukan 0032.

Ternyata pasukan Belanda kesulitan menembus pertahanan pasukan 0032 ALRI.

Mereka pun menambah jumlah pasukan.

Pasukan Belanda mengepung pasukan 0032 dari segala penjuru.


Jalur untuk pasukan 0032 meloloskan diri pun ditutup pasukan Belanda. 06.23

Saat itu yang tersisa di garis pertahanan hanyalah pasukan 0032.

Karena itu Belanda habis-habisan menggempur pasukan 0032.

Mereka ingin menghancurkan pertahanan pasukan 0032 yang minim jumlah personelnya.

Hanya ada dua pilihan bagi pasukan 0032. Menyerah atau bertahan sampai titik darah penghabisan.

Pasukan 0032 makin terdesak. Terjadilah pertempuran jarak dekat.

Di tengah kontak tembak, pasukan 0032 kehabisan amunisi.

Mau tak mau Letnan Soelaiman memerintahkan pasukannya mundur.

Mereka hendak menyeberangi sungai yang berada di sebelah selatan pelabuhan.

Namun upaya itu gagal karena air laut sedang pasang.

Akhirnya 21 prajurit pasukan 0032 pun tertangkap hidup-hidup.

Sebagai tawanan perang, mereka disiksa secara sadis.

Pasukan Belanda pun memutuskan untuk mengeksekusi mati semua personel pasukan 0032 yang
tertangkap.

Letnan Satu Soelaiman protes atas keputusan Pasukan Belanda.

Menurut Soelaiman mereka berstatus tawanan perang karena saat ditangkap berseragam militer
lengkap.

Sebagai tawanan perang, merka tidak berhak dieksekusi mati karena bertentangan dengan hukum
internasional.

Pasukan Belanda mengabaikan protes Soelaiman. Mereka tetap berkeinginan mengeksekusi mati
pasukan 0032.

Akhirnya semua prajurit 0032 dieksekusi mati oleh tentara Belanda.

Mereka menembak mati pasukan 0032 secara massal.

Setelah itu mayat pasukan 0032 dikubur dalam satu lubang di tepi pantai Boom Banyuwangi.

Mukjizat terjadi. Ternyata ada enam prajurit yang tidak mati saat eksekusi berlangsung.

Peluru yang ditembakkan pasukan Belanda hanya menyerempet tubuh mereka.


Mereka pura-pura mati. Sampai akhirnya pasukan Belanda pergi, enam prajurit ini melarikan diri dari
lokasi eksekusi.

Mereka lalu berhasil bergabung dengan pasukan TNI lain.

Enam prajurit itu adalah Sersan Soetjipto, Kopral Soebandi, Pratu Sahal, Pratu Soekima, Pratu Turmudi,
dan Pratu Karjono.

Mereka inilah yang menjadi saksi hidup peristiwa tersebut.

Pengorbanan pasukan 0032 ini diketahui warga Banyuwangi.

Warga lalu mencari letak kuburan massal prajurit di sekitar pantai Boom.

Mereka menggali dan menemukan letak kuburannya.

Warga setempat lalu memindahkan jenazah ke tempat lain.

Mereka menguburkan jenazah para pahlawan itu secara layak.

Karena tahu para pahlawan itu berasal dari Angkatan Laut, warga mengabadikan makam dalam bentuk
kapal.

Warga juga membangun tugu peringatan di sekitar makam.

Kisah heroik pasukan 0032 ini sampai juga ke telinga Presiden Soekarno.

Saat melakukan perjalanan dinas ke Bali, Bung Karno menyempatkan diri mampir ke makam pasukan
0032.

Sebagai tanda penghormatan, Presiden Soekarno membubuhkan tanda tangan di sebuah prasasti.

Dalam prasasti itu Bung Karno juga menulis sebuah kalimat penuh makna.

“Hormatku pada Pahlawan” tulis Bung Besar di prasasti makam pasukan 0032.

Makam pasukan 0032 itu kini dinamakan Taman Makam Pahlawan Wisma Raga Satria Laut.

YA DC Mania, itu tadi cerita tentang pasukan 0032 Angkatan Laut.

Semoga kisah tadi bisa menambah pengetahuan DC Mania semua.

Akhirul kata, Wassalam.

Anda mungkin juga menyukai