Anda di halaman 1dari 4

Debat Nasution vs Suryadarma

Halo DC Mania, jumpa lagi di DC Channel.

Channel yang ngebahas kisah-kisah seputar TNI dan Polri.

Di video kali ini kami mau ngebahas debat sengit Kolonel AH Nasution dengan KSAU Komodor Udara
Suryadi Suryadarma.

Belanda melancarkan agresi militer keduanya ke Kota Yogyakarta pada 19 Desember 1948.

Serangan dadakan Belanda ini mengagetkan pemerintah Republik dan TNI.

Tak ada perlawanan berarti dari TNI saat Belanda menyerang Jogja.

Alhasil Belanda berhasil menguasai Kota Jogja dan menangkap para pimpinan Republik, termasuk
Presiden Soekarno dan Wapres Mohammad Hatta.

Serangan Belanda ini melanggar perjanjian damai Renville.

PBB langsung bertindak. Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi.

Isinya Belanda harus mengembalikan Pemerintah RI ke Yogyakarta, membebaskan serta


memulangkan para tahanan politik, dan menyelenggarakan pemerintah Federal selambat-lambatnya
15 Maret 1949.

Terbitnya resolusi Dewan Keamanan PBB ini membuat Belanda harus kembali bertemu Indonesia di
meja perundingan.

Berlangsunglah perundingan Roem Roiyen di Hotel Des Indes, Jakarta.

Pada perundingan itu tercapai kesepakatan.

Kedua belah pihak sepakat gencatan senjata dan Belanda menyerahkan kembali Jogja ke Pemerintah
Indonesia.

Setelah itu diadakanlah Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda pada 23 Agustus 1949.

Delegasi Indonesia dipimpin Wapres Mohammad Hatta.

Presiden Soekarno juga menunjuk KSAU Suryadi Suryadarma sebagai bagian dari delegasi.

Suryadi ditunjuk menjadi penasehat ahli bidang penerbangan.

Sayangnya Suryadi tidak bisa berangkat bareng delegasi ke Den Haag tepat waktu.

Ini terjadi karena keberangkatan Suryadi ditahan oleh Panglima Komando Jawa Kolonel AH Nasution.

Nasution yang tahu Suryadi akan ke Den Haag, segera memanggilnya.

Nasution melarang Suryadi berangkat ke Den Haag mengikuti KMB.

Suryadi mempertanyakan alasan dirinya tak boleh pergi.

Nasution membeberkan dua alasan Suryadi tak bisa berangkat ke Den Haag.

Pertama Suryadi dianggap telah menjatuhkan nama TNI.


Penyebabnya SUryadi Suryadarma ikut ditawan Belanda bersama Sukarno, Hatta, dan pemimpin
Republik lain saat Agresi Militer Belanda II.

Bagi Nasution, tertangkapnya perwira tertinggi TNI oleh Belanda membuat malu kesatuan TNI.

Alasan kedua, Nasution mempertanyakan peran TNI AU saat Belanda menyerang Pangkalan Udara
Maguwo.

Sesuai Perintah Siasat Milter, seharusnya TNI AU melakukan bumi hangus ketika Belanda tiba di
Maguwo. Namun hal itu tidak terjadi.

Suryadi tak tinggal diam. Ia memberi penjelasan kepada Nasution mengenai kedua hal itu.

Pertama mengenai penangkapan dirinya bersama Bung Karno dan Bung Hatta.

Menurut Suryadi, ia saat itu ditugaskan Presiden Soekarno untuk mendampinginya ke India.

Suryadi lalu mengambil keputusan menunjuk Opsir Udara I Ruslan sebagai pelaksana tugas KSAU
menggantikan dirinya selama mendampingi Bung Karno.

Ternyata pesawat yang akan menjemput BUng Karno dari India tidak pernah tiba. Diduga pesawat itu
ditawan Belanda di Batavia.

Kedua mengenai tidak terjadinya bumi hangus Maguwo.

Suryadi mengatakan sudah melaksanakan persiapan bumi hangus dengan menanam bom dan ranjau
di sekitar Maguwo.

Namun Bung Hatta memerintahkan untuk membersihkan bom dan ranjau dari Maguwo.

Bung Hatta beralasan Maguwo saat itu masih dipakai oleh delegasi Komite Tiga Negara (KTN) untuk
melaksanakan perundingan.

KTN tidak bersedia mendarat di Maguwo jika masih terpasang bom dan ranjau.

Atas dasar perintah Bung Hatta itulah, bom dan ranjau dibersihkan dari Maguwo.

Nasution tak terima dengan jawaban Suryadi.

Kata Nasution, TNI hanya tunduk para perintah Panglima Besar bukan Bung Hatta.

Suryadi membantah pernyataan Nasution.

Menurutnya Presiden adalah Panglima tertinggi Angkatan Perang Republik Indonesia.

Dan Presiden-Wakil Presiden adalah satu kesatuan karena mereka Dwi Tunggal.

Suryadi juga mengingatkan Nasution bahwa Bung Hatta juga adalah Menteri Pertahanan Ad Interim.

Maka wajib bagi dirinya untuk mematuhi perintah atasan.

Kini giliran Suryadi yang menyerang Nasution mengenai masa Agresi Militer Belanda II.

Suryadi mengajukan beberapa pertanyaan ke Nasution.


Suryadi mempertanyakan mengapa Nasution berada di Jawa Timur saat Belanda menyerang
Yogyakarta?

Ia juga menanyakan mengapa pasukan TNI AD ditarik keluar dari Maguwo dan Yogyakarta beberapa
hari sebelum serangan Belandar terjadi?

Padahal kata Suryadi, Nasution sudah mendapat laporan intelijen mengenai akan adanya serangan
dari Belanda.

Tak puas sampai di situ, Suryadi menuntut pertanggungjawaban Nasution sebagai Panglima Tentara
dan Teritorium Jawa atas jatuhnya Jogja ke tangan Belanda.

Diberondong pertanyaan, Nasution tak mampu menjawab.

Hari itu lalu masuk radiogram dari Bung Hatta.

Isinya menanyakan apakah Suryadi sudah berangkat ke Den Haag.

“Kalau anda ingin menahan saya, jawab radiogram ini,” tantang Suryadi ke Nasution.

Nasution tak berani menjawab radiogram dari Bung Hatta tersebut.

Akhirnya Suryadarma berangkat ke Den Haag pada 6 Oktober 1949.

Sejak itu hubungan Nasution dengan Suryadi Suryadarma tidak lagi harmonis.

Suryadarma merasa Nasution ingin melemparkan tanggung jawab jatuhnya Kota Jogja ke dirinya.

Suryadi lalu memberikan catatan kritis terhadap kepergian Nasution ke Jawa Timur di kala Jogja
diserang Belanda.

Nasution dalam bukunya mengaku sudah meminta izin Panglima Besar Sudirman untuk pergi
meninggalkan Yogyakarta.

Pada kenyataannya, saat itu Jenderal Sudirman sedang dalam keadaan sakit keras.

Bagi Suryadi, tak mungkin Jenderal Sudirman mengizinkan Nasution pergi di saat situasi genting.

Suryadi beranggapan Panglima Besar Sudirman tidak tahu Nasution pergi ke Jawa Timur membawa
pasukan yang harusnya menjaga Kota Jogja.

Beberapa bulan sebelum serangan terjadi, TNI sudah melakukan rapat tentang Siasat Militer
seandainya Kota Jogja diserang Belanda.

Pada rapat itu disusun skenario untuk mengungsikan Bung Karno dan Bung Hatta ke luar Jogja saat
serangan terjadi. Nasution sendiri yang menyusun skenario itu.

Untuk membawa pemimpin Republik keluar Jogja tentu dibutuhkan pasukan pengawalan yang kuat
sebagai pelindung.

Namun kenyataannya, Nasution malah membawa sebagian besar pasukannya ke Jawa Timur di saat
jelang Agresi Militer Belanda II.

Minimnya pasukan yang berjaga di Kota Jogja membuat Belanda dengan leluasa melakukan serangan.

Tak ada perlawanan berarti ketika Belanda masuk ke kota Jogja.


Bukankah seharusnya tugas Nasution sebagai Panglima Teritorium dan Tentara Jawa melindungi para
pemimpinnya dari serangan Belanda? Tanya SUryadi Suryadarma.

“Seandainya Nasution kurang menghargai para pemimpin sipil, setidaknya ia wajib melindungi
Panglima Besar Sudirman sebagai atasannya di TNI,” ujar Suryadi.

YA DC Mania itu tadi cerita perdebatan Nasution dengan Suryadi Suryadarma.

Semoga kisah ini bisa menambah pengetahuan DC mania semua.

Akhirul kata, Wassalam.

Anda mungkin juga menyukai