Anda di halaman 1dari 7

SEJARAH INDONESIA

PEPERANGAN Di Palembang

Disusun Oleh: 1.Fathur Rahman


2. Indah Tri Lestari
3. Nurafni Octavia
Kelas : XI.MIPA 1
Guru Pembimbing : Rahmini Fadhillah,S.pd

DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI 1 INDRALAYA UTARA


PROVINSI SUMATRA SELATAN
TAHUN AJARAN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdullilahirobbil’alamin, puji syukur atas kehadirat Allah stw. atas rahmat, nikmat
dan hidayah-Nya yang diberikan, sehingga penulisan makalah ini dapat diselesaikan. Makalah
dengan judul “Kerajaan islam di indonesia”

Dalam penulisan makalah ini memiliki tujuan yaitu memenuhi tugas sekolah dari guru
sejarah indonesia dimana tujuannya sebagai wahana untuk membimbing para siswa/siswi
Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Indralaya Utara memiliki kemampuan untuk membuat
makalah.

Saya sadar sebagai seorang pelajar yang masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya
sangat berharap adanya kritikan atau saran yang bersifat positif, agar penulisan makalah ini dapat
menjadi lebih baik dimasa yang akan datang . Semoga makalah yang sederhana ini dapat
memberi manfaat.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………….…….……..i

DAFTAR ISI……………………………………………………..……..…..ii

BAB I PEMBAHASAN………………………………………..…....…….2
I.1 Biografi Sultan Mahmud Badarudin………………………………...………....……..2
I.2 Penyebab Perlawanan………………………………………….……………..……….2

I.3 Jalanya Perlawanan/Kronologi..………………………………………………..……..3

I.4 Akibat Perlawanan didaerah……………………………………………………...…...4


I.1.Biografi Sultan Mahmud Badaruddin II - Pahlawan Nasional
dari Palembang
Sultan Mahmud Badaruddin II (Palembang, 1767 - Ternate, 26 September 1852) adalah
pemimpin kesultanan Palembang-Darussalam selama dua periode (1803-1813, 1818-1821),
setelah masa pemerintahan ayahnya, Sultan Muhammad Bahauddin (1776-1803). Nama aslinya
sebelum menjadi Sultan adalah Raden Hasan Pangeran Ratu. Semenjak ditunjuk menjadi Sultan
Kerajaan Palembang menggantikan ayahnya Sultan Muhammad Baha'uddin, Sultan Mahmud
Badaruddin melakukan perlawanan terhadap Inggris dan Belanda.Dalam masa pemerintahannya,
ia beberapa kali memimpin pertempuran melawan Inggris dan Belanda, di antaranya yang
disebut Perang Menteng. Ketika Batavia berhasil diduduki pada tahun 1811, Sultan Mahmud
justru berhasil membebaskan Palembang dari cengkeraman Belanda pada tanggal 14 Mei 1811.

Sejak timah ditemukan di Bangka pada pertengahan abad ke-18, Palembang dan
wilayahnya menjadi incaran Britania dan Belanda. Demi menjalin kontrak dagang, bangsa Eropa
berniat menguasai Palembang.Awal mula penjajahan bangsa Eropa ditandai dengan penempatan
Loji (kantor dagang). Di Palembang, loji pertama Belanda dibangun di Sungai Aur (10 Ulu).
Bersamaan dengan adanya kontak antara Britania dan Palembang, hal yang sama juga dilakukan
Belanda. Dalam hal ini, melalui utusannya, Raffles berusaha membujuk Sultan Mahmud
Badaruddin II untuk mengusir Belanda dari Palembang (surat Raffles tanggal 3 Maret 1811).
Dengan bijaksana, Sultan Mahmud Badaruddin II membalas surat Raffles yang intinya
mengatakan bahwa Palembang tidak ingin terlibat dalam permusuhan antara Britania dan
Belanda, serta tidak ada niatan bekerja sama dengan Belanda. Namun akhirnya terjalin kerja
sama Britania-Palembang, di mana pihak Palembang lebih diuntungkan.Melalui perjuangan
panjang dalam membebaskan tanah Palembang dari tangan Belanda, namun akhirnya pada
tanggal 25 Juni 1821 Palembang jatuh ke tangan Belanda.

Pada Tanggal 13 Juli 1821, menjelang tengah malam, Sultan mahmud badarudin II
beserta keluarganya menaiki kapal Dageraad dengan tujuan Batavia. Dari Batavia sultan
mahmud badarudin II dan keluarganya diasingkan ke Ternate oleh belanda dan sampai akhir
hayatnya 26 September 1852.Sebagian Keluarga Sultan karena tidak mau ditangkap,
mengasingkan diri ke daerah Marga Sembilan yang di kenal sekarang sebagai Kabupaten Ogan
Komering Ilir dan berasimilasi dengan penduduk di Desa yang dilewati Mulai dari Pampangan
sampai ke Marga Selapan Kecamatan Tulung Selapan Panglima Radja Batu Api sampai
meninggal disemayamkan Di Tulung Selapan. ( selama 35 tahun tinggal di Ternate dan sketsa
tempat tinggal Sri Paduka Susuhunan Ratu Mahmud Badaruddin / Sultan Mahmud Badaruddin II
disimpan oleh Sultan Mahmud Badaruddin III Prabu Diradja).Oleh pemerintah, Sultan Mahmud
Badaruddin II dianugerahi gelar pahlawan nasional pada 29 Oktober 1984 melalui  SK Presiden
RI No 063/TK/1984.

1
Nama Sultan Mahmud Badaruddin II  yang meninggal pada 26 September 1852 kini
diabadikan sebagai nama bandara internasional di Palembang, Bandara Sultan Mahmud
Badaruddin II dan Mata uang rupiah pecahan 10.000 rupiah yang dikeluarkan oleh bank
Indonesia pada tanggal 20 Oktober 2005.Penggunaan gambar Sultan Mahmud Badaruddin II di
uang kertas ini sempat menjadi kasus pelanggaran hak cipta, diduga gambar tersebut digunakan
tanpa izin pelukisnya, namun kemudian terungkap bahwa gambar ini telah menjadi hak milik
panitia penyelenggara lomba lukis wajah Sultan Mahmud Badaruddin II.

I.2. PENYEBAB PERLAWANAN


Perlawanan rakyat palembang terhadap penjajahan Belanda (VOC) terjadi pada tahun
1819-1825, diawali dengan sikap tegas penolakan Sultan Badruddin atas kedatangan Belanda
yang ingin kembali menguasai Palembang setelah Inggris meninggalkan Indonesia.
Sultan Badruddin dahulu pernah menjadi Sultan Palembang dan kemudian diturunkan secara
paksa oleh pemerintah Inggris ketika masih berkuasa di Indonesia, yaitu digantikan oleh Sultan
Najamuddin.

Setelah merebut kembali kekuasaan kesultanan dari Najamuddin, tahun 1819 Sultan Badruddin
selalu menghalangi setiap kapal Belanda yang memasuki sungai Musi. Insiden ini banyak
menelan korban terutama dari pihak Belanda. Pihak Belanda tidak tinggal diam dan menyerbu
Palembang hingga meletuslah perang Palembang.

Pada tahun 1821, Belanda dapat menguasai ibu kota Palembang dan menangkap Sultan
Badruddin. Setelah Sultan Badruddin tertangkap, selanjutnya ia diasingkan ke Ternate.

Perlawanan rakyat Palembang masih sering terjadi pada tahun 1825, tetapi status Kerajaan
Palembang telah dibubarkan oleh Belanda.

2
I.3.JALANYA PERLAWANAN/KRONOLOGI PERISTIWA
penyerbuan yang dilakukan oleh 200 prajurit Belanda ke dalam Kuto Besak mengalami
kegagalan akibat kokohnya pertahanan benteng yang dijaga oleh rakyat Palembang. Karena tak
bisa menembus tembok Kuto Besak (yang tebalnya 2 meter), Muntinghe pun mundur dan
kembali ke Batavia pada 15 Juni 1819. Kemenangan ini disambut dengan sukacita oleh rakyat
Palembang. Namun sultan tahu kalau Belanda akan kembali lagi dengan kekuatan yang lebih
besar. Sultan beranggapan bahwa Belanda akan kembali melalui aliran sungai Musi karena
kondisi daratan Palembang yang penuh rawa tidak cocok untuk dilalui oleh pasukan darat. Sultan
kemudian menjalankan strategi perbentengan di antara Pulau Kembaro dan Plaju yang menjadi
pintu masuk ke Kota Palembang. Sultan juga memerintahkan untuk membuat pancang-pancang
kayu yang berfungsi menahan majunya kapal-kapal Belanda dari depan, sedangkan dari belakang
armada itu nantinya akan diserang oleh rakit-rakit. Jika taktik ini berhasil maka armada Belanda
akan terjebak di sekitar Pulau Kembaro dan Plaju dan benteng-benteng yang bermeriam akan
menggempur armadayang terkurung itu.

Armada Belanda datang kembali ke Palembang pada tanggal 18 September 1819, diiringi
dengan pelepasan yang sangat meriah pada saat mereka berangkat dari Batavia.
Jumlah personil yang dikerahkan berjumlah 2000 personil dan puluhan kapal tempur yang
dipimpin oleh Laksamana laut Wolterbeck.Namun usaha Belanda yang kedua ini juga menemui
kegagalan, karena semua strategi yang dipasang oleh Sultan Mahmud Badarudin berjalan sesuai
rencana. Kapal-kapal Belanda itu tidak bisa maju karena tertahan oleh pancang-pancang kayu
yang ditanam di dalam sungai. Adu tembak-menembak meriam terjadi antara benteng-benteng di
Pulau Kembaro dan Plaju dan kapal-kapal tempur Belanda. Karena semakin terdesak, maka
Wolterbeck memutuskan untuk mundur ke Bangka. Kekalahan tersebut membuat geram
petinggi-petinggi di Batavia dan akhirnya Wolterbeck diturunkan dari jabatan panglima perang
di Palembang. Kali ini Belanda mempersiapkan secara besar-besaran keperluan perangnya di
Palembang. Persiapan dilakukan selama 3 tahun, dari tahun 1819 sampai 1821.

Untuk memperkuat armada tempurnya, Belanda memesan kapal-kapal langsung dari


Amsterdam. Beberapa dari kapal itu adalah kapal khusus yang digunakan untuk mencabut
pancang-pancang kayu. Selain itu, Belanda juga mendatangkan pasukan Eropa yang merupakan
veteran pada masa perang Napoleon. Untuk pemimpin armada kali ini adalah Mayor Jendral de
Kock. Kekuatan Belanda saat itu ditaksir mencapai 10 kali lipat lebih besar dari serangan
keduanya, dengan jumlah personil sebanyak 7000 orang dan kapal tempur berjumlah 47 buah.
Armada besar itu akhirnya berangkat ke Palembang pada 9 Mei 1821 dari Batavia. Di kubu
kesultanan sendiri tak ada pergolakan yang berarti. Badaruddin II akhirnya melepaskan jabatan
sultan dan mewarisinya kepada Pangeran Ratu.

3
Meski begitu komando perang masih tetap dipimpin oleh Badaruddin II. Benteng-
benteng di Pulau Kembaro dan Plaju diperkuat kembali dengan meriam-meriam yang dibeli oleh
Badaruddin II dari seorang Eropa. Jumlah rakyat yang siap mengangkat senjata bagi kesultanan
sendiri ada sekitar 7000 sampai 8000 orang. Armada de Kock akhirnya tiba di muara sungai
Musi pada 22 Mei 1821. Hambatan-hambatan yang ditemui oleh Wolterbeck saat serangan
kedua bisa ditangani dengan baik oleh de Kock. Pos-pos meriam tersembunyi di pesisir sungai
Musi bisa diketahui dan dihancurkan karena dia telah mendapatkan peta strategi Badaruddin II
dari seorang ulama yang berkhianat.

I.4.AKIBAT BAGI DAERAH TERSEBUT


A.Kemenangan Sultan Mahmud Badaruddin II
Setiap pertempuran yang terjadi pasti akan membawa dampak yang baik maupun dampak yang
buruk bagi kehidupan manusia di daerah yang mengalami pertempuran. Hal ini juga terjadi pada
perang Palembang tahun 1819. Pertempuran yang terjadi antara pasukan Kesultanan Palembang
Darussalam dan pasukan Hindia Belanda ini memiliki beberapa dampak umum setelahperang.
Setelah pertempuran berakhir yangditandai dengan kembalinya pasukan Wolterbeek ke Batavia
maka berakhirperang antara Pemerintah Hindia Belanda dengan Kesultanan Palembang
Darussalamdi tahun 1819. Perang yang merupakan perang terbesar di laut Nusantara di kala itu
dimenangkan oleh pasukan SMB II. Kemenangan ini diperoleh dengan perjuangan penuh
semangat daripasukan SMB II. Banyak pasukan kesultanan yang berkorban baik harta maupun
nyawa, hal ini mereka lakukan tidak lain karena didasarkan akan kecintaan mereka terhadap
kesultanan dan pemimpin mereka.

Anda mungkin juga menyukai