Awal mula penjajahan bangsa Eropa ditandai dengan penempatan Loji (kantor
dagang). Di Palembang, loji pertama Belanda dibangun di Sungai Aur (10 Ulu).
Bersamaan dengan adanya kontak antara Britania dan Palembang, hal yang
sama juga dilakukan Belanda. Dalam hal ini, melalui utusannya, Raffles
berusaha membujuk Sultan Mahmud Badaruddin II untuk mengusir Belanda dari
Palembang (surat Raffles tanggal 3 Maret 1811).
Dengan bijaksana, Sultan Mahmud Badaruddin II membalas surat Raffles yang
intinya mengatakan bahwa Palembang tidak ingin terlibat dalam permusuhan
antara Britania dan Belanda, serta tidak ada niatan bekerja sama dengan
Belanda. Namun akhirnya terjalin kerja sama Britania-Palembang, di mana
pihak Palembang lebih diuntungkan.
Perang yang terjadi antara pribumi yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro
dengan pasukan Belanda yang dipimpin oleh Jendral De Kock. Perlawanan
yang dilakukan oleh Pangeran Diponegoro untuk menentang Belanda mendapat
dukungan dari rakyat. Atas saran dari pamannya, ia membuat sebuah markas
di Gua Selarong. Semenjak saat itu, ia mulai menyatakan untuk perang
melawan Belanda. Perang Sabil itulah nama perlawanan dari Diponegoro yang
mempunyai maksud "perlawanan menghadapi kaum kafir".
Perang Sabil membawa pengaruh sampai luas hingga ke wilayah Jawa. Salah
satu seorang tokoh agama di Surakarta, Kyai Maja, ikut bergabung dengan
pasukan Diponegoro di Gua Selarong. Perjuangannya mendapat dukungan dari
Sunan Pakubuwana VI dan Raden Tumenggung Prawiradigdaya Bupati Gagatan.
Biografi. Beliau merupakan salah satu pahlawan nasional yang sangat gigih
melawan penjajah Belanda.
Mengenai profil Pattimura, Beliau memiliki nama asli Thomas Matulessy ada
juga yang mengatakan nama aslinya adalah Ahmad Lussy.
Beliau lahir di Hualoy, Seram Selatan, Maluku pada tanggal 8 Juni 1783. Dan
meninggal di Ambon, Maluku, 16 Desember 1817 pada umur 34 tahun. Ia
adalah putra Frans Matulesi dengan Fransina Silahoi.
Adapun dalam buku biografi Pattimura versi pemerintah yang pertama kali
terbit, M Sapija menulis, "Bahwa pahlawan Pattimura tergolong turunan
bangsawan dan berasal dari Nusa Ina (Seram). Ayah beliau yang bernama
Antoni Mattulessy adalah anak dari Kasimiliali Pattimura Mattulessy. Yang
terakhir ini adalah putra raja Sahulau. Sahulau merupakan nama orang di
negeri yang terletak dalam sebuah teluk di Seram Selatan".
Dari sejarah tentang Pattimura yang ditulis M Sapija, gelar kapitan adalah
pemberian Belanda. Padahal tidak. Menurut Sejarawan Mansyur Suryanegara,
leluhur bangsa ini, dari sudut sejarah dan antropologi, adalah homo religiosa
(makhluk agamis).
Dan dalam perjanjian tersebut juga dicantumkan dengan jelas bahwa jika
pemerintahan Inggris berakhir di Maluku maka para serdadu-serdadu Ambon
harus dibebaskan dalam artian berhak untuk memilih untuk memasuki dinas
militer pemerintah baru atau keluar dari dinas militer, akan tetapi dalam
pratiknya pemindahn dinas militer ini dipaksakan Kedatangan kembali kolonial
Belanda pada tahun 1817 mendapat tantangan keras dari rakyat.
Raja-raja Patih, Para Kapitan, Tua-tua Adat dan rakyat mengangkatnya sebagai
pemimpin dan panglima perang karena berpengalaman dan memiliki sifat-sfat
kesatria (kabaressi). Sebagai panglima perang, Kapitan Pattimura mengatur
strategi perang bersama pembantunya.
Perang Pattimura hanya dapat dihentikan dengan politik adu domba, tipu
muslihat dan bumi hangus oleh Belanda. Pattimura bersama para tokoh
pejuang lain yang bersamanya akhirnya dapat ditangkap.
Pangeran Antasari
Semasa muda nama beliau adalah Gusti Inu Kartapati. Ayah Pangeran Antasari
adalah Pangeran Masohut (Mas'ud) bin Pangeran Amir bin Sultan Muhammad
Aminullah. Ibunya Gusti Hadijah binti Sultan Sulaiman. Pangeran Antasari
mempunyai adik perempuan yang bernama Ratu Antasari/Ratu Sultan yang
menikah dengan Sultan Muda Abdurrahman tetapi meninggal lebih dulu
sebelum memberi keturunan. Pangeran Antasari tidak hanya dianggap sebagai
pemimpin Suku Banjar, beliau juga merupakan pemimpin Suku Ngaju, Maanyan,
Siang, Sihong, Kutai, Pasir, Murung, Bakumpai dan beberapa suku lainya yang
berdiam di kawasan dan pedalaman atau sepanjang Sungai Barito.
Tidak ada alasan lagi bagi Pangeran Antasari untuk berhenti berjuang, ia harus
menerima kedudukan yang dipercayakan oleh Pangeran Hidayatullah
kepadanya dan bertekad melaksanakan tugasnya dengan rasa tanggung jawab
sepenuhnya kepada Allah dan rakyat.
Oleh Belanda ia di juluki sebagai Ayam Jantan Dari Timur atau dalam bahasa
Belanda disebut de Haav van de Oesten karena keberaniannya melawan
penjajah Belanda.. Beliau diangkat menjadi Sultan ke 6 Kerajaan Gowa dalam
usia 24 tahun (tahun 1655).
Beliau merupakan putera kedua dari Sultan Malikussaid, Raja Gowa ke-15.
Sultan Hasanuddin memerintah Kerajaan Gowa, ketika Belanda yang diwakili
Kompeni sedang berusaha menguasai perdagangan rempah-rempah.
Saat itu Belanda dibantu oleh Kerajaan Bone yang merupakan kerajaan
taklukan dari Kerajaan Gowa. Pada peperangan tersebut, Panglima Bone, Tobala
akhirnya tewas tetapi Aru Palaka berhasil meloloskan diri dan perang tersebut
berakhir dengan perdamaian.
Akan tetapi, perjanjian dama tersebut tidak berlangsung lama karena Sultan
Hasanuddin yang merasa dirugikan kemudian menyerang dan merompak dua
kapal Belanda , yaitu de Walvis dan Leeuwin. Belanda pun marah besar.
Lalu Belanda mengirimkan armada perangnya yang besar yang dipimpin oleh
Cornelis Speelman. Aru Palaka, penguasa Kerajaan Bone juga ikut menyerang
Kerajaan Gowa. Sultan Hasanuddin akhirnya terdesak dan akhirnya sepakat
untuk menandatangani perjanjian paling terkenal yaitu Perjanjian Bongaya
pada tanggal 18 November 1667.
Di Nusantara, rempah ini merupakan bagian dari sejarah “kelam” dan juga
cerita kebanggaan dari masa keemasan perdagangan. Nusantara pada masa itu
seolah menjadi tanah yang dijanjikan.
Syahdan,…
pada abad ke-4 Sebelum Masehi raja-raja Cina mengirim beberapa orang untuk
mencari bahan-bahan yang dapat memperpanjang usia dan rahasia tentang
hidup kekal.
Sebagian lagi kabarnya tiba di India, dan bahkan ada yang mencapai benua
yang kelak disebut Amerika. Kemisteriusan orang-orang yang tidak pernah
kembali itu justru telah menambah semangat orang Cina lainnya untuk terus
melakukan penjelajahan, kali ini mereka mengarungi perjalanan laut yang
penuh dengan risiko.
Seabad kemudian, pada masa Cina dikuasai oleh Dinasti Han ada peraturan
ketat untuk para pejabat Kekaisaran dan utusan lainnya, bahwa mereka harus
terlebih dahulu mengunyah cengkih ketika akan menghadap Sang Kaisar.
Rupa-rupanya, orang Cina itu telah berhasil mendarat di sebuah tempat asal
“obat panjang usia” yang tumbuh dengan subur di Maluku.
Jauh sesudahnya, sejumlah kronik Cina yang ditulis pada abad ke-14; catatan
bertarikh 1350, memuat kabar bahwa Maluku sebagai asal cengkih dan kapal-
kapal pengelana dan pedagang Cina yang dahulu telah berhasil berlayar
langsung ke daerah itu mulai mengurangi intensitasnya.
Terqa masa lalu, adalah salah satu wilayah dari peradaban Mesopotamia.
Penggalian yang dilakukan oleh arkeolog Giorgio Buccellati di rumah seorang —
yang diperkirakan pedagang—membuatnya terkagum-kagum.
Awalnya sang arkeolog juga tidak percaya, setelah diteliti bersama rekannya
yang ahli paleobotani (botani purbakala), Kathleen Galvin, yakin lah ia bahwa
benda tersebut memang cengkih.
Bagaimana cengkih yang hanya tumbuh di Maluku itu bisa mencapai wilayah
Mesopotamia? Dan yang lebih mencengangkan lagi bagaimana bisa pada abad
ke-17 Sebelum Masehi? Saat ini, kami masih mencari tahu.
Sejauh ini Jika kita menelaah sumber-sumber Romawi Kuno, seperti catatan
Pliny The Elder (Si Tua Pliny) yang diperkirakan hidup awal Masehi, maka akan
didapati informasi tentang sekelompok pelaut gagah berani dari Timur.
Juga dari Claudius Ptolemaeus, ahli ilmu bumi Yunani dalam bukunya
“Geographike Hyphegesis” yang menyebut daerah-daerah di timur jauh
bernama Argyre (berarti perak atau Merak?) yang terletak di sebelah barat
Iabadiou.
Iabadiou ini ada yang menyamakan dengan Jawa, ada juga yang
menyamakannya dengan Kalimantan, dan Pulau Sumatra. Tapi jelaslah bahwa
yang dimaksud adalah Nusantara.
Pedagang dari Timur datang ke Yunani membawa pelbagai barang dagang yang
“eksotis” termasuk diantaranya kayu manis yang disebut cassia. Hingga 500
tahun Sebelum Masehi, nyatanya orang-orang kaya di kota-kota Yunani telah
memelihara burung merak di pekarangan mereka, seiring dengan perdagangan
antara Yunani, Romawi, dan India menjadi pesat.
Perlu digarisbawahi, baik kayu manis atau burung merak tersebut ditenggarai
berasal dari Nusantara. Walau tulisan-tulisan Yunani kuno itu tidak
bersangkutan paut dengan cengkih, dapat kita bayangkan bahwa
pengangkutan burung merak dan juga cassia itu bersamaan dengan
pengangkutan rempah-rempah seperti cengkih.
Sebelum para pelaut Eropa terlibat langsung dalam perdagangan dan distribusi
cengkih pada abad ke-16, cengkih yang ada di seluruh dunia itu hanya berasal
dari lima pulau di barat Halmahera: Bacan, Makian, Moti, Ternate, dan Tidore.
Tiga abad kemudian, Portugis, Spanyol, Belanda, dan Inggris bertempur untuk
me-monopoli, mengawasi, dan menghancurkan rempah-rempah.
Sumber rempah ini tertutup, hanya untuk beberapa pedagang Arab, sampai
Portugis menemukan pulau itu awal abad ke-16. Pada saat itu, pulau ini
merupakan tempat penyaluran barang-barang penting, juga perdagangan
cengkih dari Ternate dan Tidore, bulu burung cenderawasih, serta budak.
Akhirnya Belanda dan Inggris datang membangun benteng; banyak yang hilang
dalam merebut kekuatan dan keuntungan. Untuk mengatur monopoli
perdagangan pala, Belanda menebangi pohon rempah yang berada di wilayah
jauh dari pengawasan VOC, antara tahun 1652-1653
Mereka juga membagi tanah antara kelompok bekas narapidana dan petualang
yang menggunakan budak belian untuk memanen pala. Hampir 50 tahun
setelahnya, Inggris menyerahkan lebih dahulu Run di barat pulau Banda untuk
ditukar dengan Pulau Manhattan milik Belanda. Sementara itu Inggris
mengambil pala ke Penang dan India Barat.
Pala
Pala (Myristica fragans) merupakan pohon hutan yang kecil tinggi sekitar 18
meter. Tumbuh baik di keteduhan pohon tinggi lainnya. Tumbuhan ini berkulit
abu-abu tua, dau mengkilat panjang, seperti rhododendron, bunga kecil kuning,
serta menghasilkan buah berukuran dan berwarna seperti aprikot.
Ketika kering, aril dijual sebagai bunga pala dan biji bagian dalam ditumbuk
menjadi tepung pala. Pala dan bunga pala digunakan sebagai penyedap,
pengawet, obat,serta parfum, dan bahan kosmetik.
Bunga pala terasa sama dengan pala tetapi lebih halus dan karena itu lebih
mahal. Kulit pohon pala tipis dan ketika digores menghasilkan cairan merah,
yang ketika kering berwarna gelap sampai warna darah kering.
Cengkih
Seperti kebanyakan tumbuhan bawah pohon, cengkih tidak dapat berbiak pada
matahari penuh dan mempunyai biji yang dapat berkecambah dalam waktu
yang relatif pendek.
Cengkih ditanam dengan biji di persemaian yang teduh dab ditanam setelah
dua tahun. Penggunaan cengkih yang sebenarnya adalah bunganya, se-gugus
bunga yang tumbuh di ujung cabang.
Bunga yang belum terbuka itu dipetik hati-hati dan keringkan di bawah
matahari sebelum ditumbuk atau digunakan seluruhnya. Pohon setinggi 8
meter menghasilkan 2-3 kilogram cengkih kering per-tahun.
Cengkih dikenal oleh orang Cina abad ke-3 Sebelum Masehi, yang
mendatangkan nama warna-warni, Ordiferous nail. Cengkih digunakan di Eropa
abad ke-4. Sebelum Belanda langsung terlibat, semua cengkih di dunia datang
dari hanya lima pulau kecil di sebelah barat Halmahera: Ternate, Tidore, Moti,
Makian, dan Bacan.
Walaupun pala dan bunga pala dijual secara besar-besaran, cengkih yang
menguasai perdagangan sehingga berarti nilai moneter pada waktu itu.
Saat ini Pulau Banda menghasilkan sedikit pala, kebanyakan datang dari
Sulawesi, Grenada, dan Sri Lanka; walaupun masih mungkin mengunjungi
rumpun pala yang wangi di bawah knopi pohon Canorium di Lontar, Pulau
Banda yang terbesar.
Banyak daerah Indonesia “demam cengkih”; tanah tandus dan pinggir hutan
mereka tanami cengkih dengan harapan mendapat keuntungan. Harapan
petani sia-sia akibat harga rendah, serta hama seperti kumbang pengerek,
yang menghabiskan ribuan hektare perkebunan cengkih selama sejarahnya.
Kira-kira 85% dari hampir 30.000 ton cengkih Indonesia digunakan setiap tahun
untuk industri rokok. Namun, seperempat jumlah itu sekarang diimpor,
terutama dari Zanzibar, Afrika Timur.