e-ISSN: 2715-4483
htpps://journal.upy.ac.id/index.php/karmawibangga
Rizky Ariyanto
Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas PGRI Yogyakarta
Email: rizkyari1213@gmail.com
86
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 2 (2), 2020
87
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 2 (2), 2020
Salah satu konflik yang cukup besar kritik sumber. Pada tahap ini, dilakukan
dalam masa pemerintahan Sultan Mahmud penyeleksian baik dengan kritik intern
Badaruddin II adalah konflik dengan maupun ekstern sehingga didapatkan fakta
pemerintah Hindia Belanda pada tahun sejarah mengenai Peranan Sultan Mahmud
1819 dan 1821. Dimana konflik ini dikenal Badaruddin II dalam Perang Palembang
dengan perang Palembang, yang 1819-1821.
merupakan perang terbesar di lautan pada Selanjutnya tahap yang dilakukan
akhir abad ke 19. Peperangan ini yaitu interprestasi, penulis berusaha
merupakan peperangan terbesar karena mencari fakta-fakta terkait dengan Sultan
memakan banyak korban baik dari segi Mahmud Badaruddin II dan Perang
jumlah pasukan, senjata, alat perang dan Palembang, karena penulis tidak
keuangan (Djohan Hanafiah, 1986: 9). mengetahui secara langsung sosok Sultan
Dengan uraian di atas maka peneliti Mahmud Badaruddin II dalam Perang
tertarik untuk meneliti lebih dalam Palembang melawan pihak Hindia Belanda,
mengenai peranan Sultan Mahmud maka fakta-fakta yang telah ada dijadikan
Badaruddin II dalam perang Palembang, sebagai landasan untuk merekontruksi
karena dalam perang Palembang Sultan peristiwa tersebut.
Mahmud Badaruddin II sebagai raja saat itu Kemudian tahap yang terakhir yaitu
sangatlah berperan penting bagi rakyatnya historiografi, tahapan ini adalah tahapan
guna menghadapi peperangan melawan penulisan sejarah untuk memberikan
pihak kolonial Belanda. jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dan
METODE PENELITIAN rumusan-rumusan masalah yang telah
Penulisan artikel ini menggunakan dibuat. Dalam proses penulisan sejarah,
segi peninjauan historis atau sejarah. Dalam penulis berusaha mengusahakan dengan
aspek historis ini, penulis benar-benar selalu memperhatikan proses kronologis
mendalamisuatu peristiwa yang terjadi di dan yang bersifat deskriptif, analitis
masa lampau agar dapat memperoleh suatu (penggambaran).
kebenaran atau fakta yang tentunya dapat HASIL DAN PEMBAHASAN
dipertanggungjawabkan kebenarannya. A. Riwayat Kehidupan Sultan Mahmud
Kemudian untuk mengetahui terjadinya Badaruddin II
suatu peristiwa dan perkembangan zaman Sultan Palembang Darussalam yang
pada masa lampau dapat dilakukan dengan keenam adalah putera mahkota yang
cara pendekatan diakronis (Kartodirdjo, bergelar Sultan Muhammad Bahauddin
1992: 138). memerintah pada dari tahun 1776-1803.
Langkah pertama yang dilakukan Sultan Muhammad Bahauddin digantikan
adalah Heuristik, pada tahap ini peneliti oleh putera mahkota yang bernama Raden
mengumpulkan sumber-sumber sejarah Hasan Pangeran Ratu. Sebagai Sultan
diantaranya berupa literature, buku, jurnal Palembang Darussalam yang ketujuh beliau
ilmiah sesuai tema penelitian. Sumber- bergelar Sultan Mahmud Badaruddin II.
sumber lainnya diantaranya adalah arsip Sultan Mahmud Badaruddin II dilahirkan di
dan dokumen-dokumen. Dalam Palembang pada tahun 1767. Pada saat
mengumpulkan sumber sejarah peneliti dilantik menjadi Sultan, beliau berumur 36
menelusuri di beberapa tempat, diantaranya tahun (Mohd. Umar, R.A., 1980: 8).
perpustakaan UPY, perpustakaan kota Sebelum diangkat menjadi Sultan
Yogyakarta dan perpustakaan Daerah Kerajaan Palembang Darussalam, beliau
Yogyakarta. telah dipersiapkan oleh orang tuanya yang
Setelah melakukan pengumpulan telah mendidik anak itu yang sewaktu kecil
dan membuat catatan-catatan penting dari bernama Raden Hasan Pangeran Ratu.
sumber yang telah didapatkan, maka Masa kecil Raden Hasan tidaklah berbeda
langkah selanjutnya adalah melakukan dengan anak-anak sebayanya. Siang hari
88
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 2 (2), 2020
Raden Hasan belajar pengetahuan umum, Kemas Said, dan Haji Lanang terbunuh
sedangkan pada malam hari ia belajar (Woelders 1975: 103,123).
mengaji dan ilmu agama yang lainnya. Perang Palembang dimulai dengan
Sebagai anak raja, guru didatangkan ke serangan singkat terhadap pasukan Belanda
istana untuk khusus mengajar dan pada pukul setengah empat pagi, 12 Juni
mendidik Raden Hasan (Mardanas Safwan, 1819. Penyerangan tersebut merupakan
2010: 18). serangan balasan atas insiden yang
Setelah diangkatnya beliau menjadi menewaskan seorang penduduk
Sultan Kerajaan Palembang Darussalam Palembang. Melihat situasi tersebut,
tahun 1803, Sultan Mahmud Badaruddin II Mutinghe mengambil sikap dengan
telah matang. Sebagai seorang raja, beliau memerintah Mayor Tierlam untuk segera
memiliki kepribadian yang kuat dan juga membawa pasukannya meninggalkan
mempunyai pandangan yang jauh kedepan. keraton Kuto Lamo. Mereka menghuni
Dalam bidang militer, Sultan Mahmud sebuah bangunan yang tengah dibangun
Badaruddin II juga mempunyai untuk kebutuhan mereka. Pada saat mereka
pengetahuan yang cukup luas. Beliau juga tengah menuju bangunan tersebut, mereka
ahli siasat (strategi) yang piawai dalam diserang oleh laskar Palembang sehingga
kemiliteran. Sultan sangatlah yakin bahwa meletuslah pertempuran (Farida R.
musuh-musuh yang akan dihadapi Wargadalem, 2017: 157).
bukanlah dari orang-orang sembarangan Pertempuran kedua ditandai dengan
(Mohd Umar R.A., 1980: 8). enam buah rakit yang dibakar oleh laskar
Dalam kehidupan sehari-harinya Palembang. Selanjutnya, terjadi baku
Sultan Mahmud Badaruddin II merupakan tembak antara kapal-kapal Belanda dan
seorang suami yang baik dan ayah yang laskar Palembang. Pasukan Belanda terjepit
bijaksana. Beliau selalu memperhatikan saat mereka mencoba mendekati gerbang
keluarganya. Sultan menyediakan waktu keraton sambil membordir laskar
khusus untuk keluarganya. Pendidikan Palembang. Sementara itu pasukan Belanda
umum baik pendidikan agama anak-anak yang ada di keraton telah kocar-kacir
beliau sangat dipentingkan oleh Sultan. diserang tanpa bisa membalas. Tembakan
Sultan Mahmud Badaruddin II dikenal meriam kapal ke arah benteng pun tak
sebagai seorang yang alim. Beliau mampu menghancurkan tembok istana
merupakan orang yang sabar dan bertaqwa yang ketebalannya mencapai dua meter dan
kepada Allah. Sultan juga mahir dalam tingginya delapan meter (Suyono, 2003:
karang-mengarang, beliau pernah 153).
mengarang syair, buku, termasuk juga buku Setelah menarik pasukannya,
mengenai Agama (Mardanas Safwan, Mutinghe mengeluarkan intruksi untuk
2010: 20). menyerang kubu-kubu pertahanan
B. Perang Palembang 1819-1821 Palembang, namun sampai pagi dini hari 14
1. Perang Palembang 1819 Juni 1819 tidak terjadi penyerangan
a. Periode Pertama terhadap kubu Palembang. Sebaliknya,
Perang pada periode pertama ini Mutinghe mengirim utusan untuk
dimulai pada tanggal 11 Juni 1819, berawal mengusulkan perundingan agar berdamai
dari sebelas serdadu Belanda memeriksa dengan Pangeran Adipati Tuo. Akan tetapi,
sisi luar keraton dan memicu terjadinya Sultan Mahmud Badaruddin II menolak
bentrokan senjata. Dalam insiden itu Haji berdamai (Farida R. Wargadalem, 2017:
Zain memimpin penyerangan terhadap 157).
serdau Belanda. Pertempuran antara kedua Perang dalam periode pertama ini
belah pihak tidak dapat dihindarkan. berakhir dengan mundurnya armada
Sehingga dalam pertempuran itu Haji Zain, Belanda menuju Sunsang. Kemenangan ini
memberikan semangat untuk terus
89
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 2 (2), 2020
90
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 2 (2), 2020
Belanda mulai bergerak mendekati keraton. keberhasilan ini sangatlah penting bagi
Pada tanggal 26 Juni 1821 semua pasukan pengukuhan kekuasaan Belanda di
Belanda bergerak siaga di depan keraton Nusantara. Betapa pentingnya kemenangan
Sultan Mahmud Badaruddin II. Keraton perang ini bagi pihak Belanda, setelah
waktu itu diperkuat dengan tujuh belas menebus dua kali kekalahan dalam perang
meriam dan dikelilingi oleh tembok yang Palembang 1819 (Farida R. Wargadalem,
tebal dan tinggi. Kehebatan pertahanan 2017: 218).
keraton terbukti dengan mampunya pihak C. Peranan Sultan Mahmud
Palembang menangkis serangan dari Badaruddin II dalam Perang
pasukan Belanda pada perang palembang Palembang
1819 (Djohan Hanafiah, 1986: 65). Dalam menghadapi sebuah
Ketika kapal-kapal Belanda tiba di pemerintah asing yang memiliki alat perang
depan keraton, Sultan Mahmud Badaruddin yang jauh lebih unggul, Sultan Mahmud
II memutuskan untuk menempuh jalur Badaruddin II memiliki banyak strategi
peundingan. Diutuslah Pangeran Adipati yang ampuh. Berdasarkan pengalaman para
Tuo untuk menemui de Kock diatas kapal sultan-sultan terdahulu di Kesultanan
Johanna. Dalam perundingan itu, Pangeran Palembang Darussalam serta ajaran dari
Adipati Tuo bersedia menyerahkan Sultan kakek dan ayahnya, Sultan Mahmud
Mahmud Badaruddin II kepada pihak Badaruddin II ketika selesai dinobatkan
Belanda, dengan permintaan dirinya tetap menjadi seorang sultan, mengambil
diizinkan tinggal di Palembang. Akan langkah untuk membangun banyak benteng
tetapi, Mayor de Kock menolak tawaran sebagai bentuk pertahanan keamanan
tersebut. Sementara itu, Pangeran Adipati penduduknya serta sebagai tempat
Mudo menyatakan bahwa Sultan Mahmud mengontrol perdagangan di wilayah
Badaruddin II bersedia menyerah tanpa kesultanannya (Djohan Hanafiah, 1996:
syarat agar mencegah terjadinya 17).
pertumpahan darah. Sultan juga meminta Selain itu, Sultan Mahmud
penundaan waktu ke Batavia dengan alasan Badaruddin II juga dikenal sebagai seorang
menyiapkan anak-anak, istrinya serta sultan yang bisa membangkitkan semangat
pengikut setianya yang akan menyertainya pasukannya di medan perang. Melalui
ke Batavia. De Kock mengabulkan keterampilannya di bidang sastra, Sultan
permintaan tersebut dan dengan memberi Mahmud Badaruddin II membuat sebuah
waktu dua hari sultan harus membongkar syair yang bernama Syair Perang Menteng.
semua meriam yang ada di keraton. Syair ini oleh Sultan Mahmud Badaruddin
Selanjutnya, de Kock memerintahkan II digunakan untuk menyemangati
semua armada Belanda menutup jalur pasukannya dalam pertempuran melawan
keluar masuk Sungai Musi untuk mencegah Belanda di tahun 1819. Dengan adanya
Sultan keluar dari ibukota Palembang sebuah penyemangat dan perjuangan dikala
(Mardanas Safwan, 2010: 64-65). berperang, membuat pasukan Sultan
Berita kemenangan atas Kesultanan Mahmud Badaruddin II meraih
Palembang diterima Batavia pada 10 Juli kemenangan di perang itu (Woelders, 1975:
1821. Berita tersebut merupakan berita 3).
yang sangat ditunggu-tunggu oleh mereka. Dalam Perang Palembang 1821,
Keberhasilan diumumkan dengan Pasukan Belanda mengadakan serangan
ditembakkannya meriam di hadapan besar-besaran terhadap Palembang. Sultan
pasukan Belanda sebanyak 101 kali Mahmud Badaruddin II dengan gigihnya
tembakan. Para perwira dan serdadu mempertahankan Kesultanan Palembang.
dianugerahi penghargaan berupa lencana. Sultan menggunakan perahu-perahu
Berita kemenangan tersebut disambut dayung yang dipesenjatai dan tonggak-
antusias di sana. Menurut pihak Belanda, tonggak yang dipasang di sungai guna
91
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 2 (2), 2020
menghalangi pergerakan pasukan Belanda. ekspor dan impor pun terganggu. Blokade
Usaha yang dilakukan tersebut sangatlah ini dijalankan dengan bertujuan
besar pengaruhnya karena sulit ditembus “membunuh” Palembang, karena Sunsang
sebagaimana terjadi pada saat Perang merupakan jalan terbaik dan paling ramai
Palembang 1819 (Suyono, 2003: 156). untuk keluar masuknya barang ke
Pada tahun 1821 Sultan Mahmud Palembang (Farida R. Wardalem, 2017:
Badaruddin II mengangkat putera mahkota 165).
Pangeran Ratu menjadi sultan. Sebagai Pada perang Oktober 1819 pasukan
seorang sultan, Pangeran Ratu memakai Belanda juga mengalami kekalahan saat
gelar Sultan Ahmad Najamuddin. Menantu menghadapi pasukan Kesultanan
Sultan diangkat sebagai Panglima Perang Palembang. Cuaca saat itu sangat kurang
kerajaan, kemudian Sultan Mahmud mendukung untuk pasukan Belanda,
Badaruddin II juga mengangkat komandan mereka tidak bisa mendaratkan pasukan
pasukan yang akan memimpin pertempuran dan dipukul mundur oleh pasukan
(Mardanas Safwan, 2010: 61). Kesultanan Palembang. Residen Smissaert
D. Dampak Perang Palembang merupakan salah satu korban
Setiap kejadian besar seperti pemberontakan di Bangka. Kepalanya
peperangan sudah pasti menimbulkan dipenggal dan dipersembahkan kepada
dampak positif maupun negatif bagi kedua Sultan Mahmud Badaruddin II.
belah pihak yang berperang. Hal ini juga Kemenangan perang ini membuat Posisi
terjadi pada Perang Palembang tahun 1819- sultan terhadap pemerintah Belanda
1821. Pertempuran yang terjadi antara semakin kuat (Suyono, 2003: 153).
pasukan Kesultanan Palembang Pada Perang Palembang 1821
Darussalam melawan Hindia Belanda Kesultanan Palembang mengalami
membawa sejumlah dampak umum setelah kekalahan karena serangan besar-besaran
perang. Perang Palembang tahun 1819 Belanda dan siasat liciknya. Seluruh
berakhir setelah ditandai dengan benteng pertahanan Palembang dapat
kembalinya pasukan Wolterbeek ke ditembus oleh Belanda dan sampailah pada
Batavia (Farida R. Wargadalem, 2017: keraton dan mendudukinya. Sultan
161). menyerah tanpa syarat agar tidak terjadi
Perang yang terjadi pada tahun 1819 pertumpahan darah lagi. Sultan dan
terbagi menjadi dua periode pertempuran keluarganya diasingkan ke ternate, dan
yang mana membawa pelajaran baru bagi setelah itu Belanda menyingkirkan semua
pasukan Kesultanan Palembang orang terdekat sultan (Mardanas Safwan,
Darussalam. Pada saat itu kekuatan 2010: 64).
pasukan Belanda dibawah pimpinan KESIMPULAN
Wolterbeek dapat dikalahkan dengan
Dari pembahasan diatas penulis
strategi yang matang meskipun piak
menyimpulkan bahwa Sultan Mahmud
Belanda lebih unggul dalam hal teknologi
Badaruddin II merupakan sultan
dan persenjataan perang. Kemenangan ini
Kesultanan Palembang Darussalam yang
pun disambut dengan suka cita oleh rakyat
bijaksana dalam menjalankan
Kesultanan Palembang Darussalam, baik di
kepemimpinannya, serta mempunyai
kota Palaembang serta daerah iliran (Mohd.
wawasan dan ilmu pengetahuan yang
Umar R.A., 1980: 13).
sangat luas sehingga dicintai oleh
Kekalahan Belanda pada periode
rakyatnya. Perang Palembang 1819-1821
perang pertama memberikan sebuah ide
terbagi menjadi beberapa periode, dalam
untuk memblokade muara Sunsang.
tahun 1819 perang terjadi pada bulan Juni
Dengan terblokadenya muara Sunsang ini,
dan Oktober dan dimenangkan oleh pihak
jalur masuk ke ibu kota Palembang menjadi
Kesultanan Palembang Darussalam,
terputus. Kegiatan perdagangan seperti
92
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 2 (2), 2020
93