Anda di halaman 1dari 6

RINGKASAN MATERI

BIDANG POLITIK
Sistem pemerintah yang digunakan ialah sistem pemerintah kesultanan dan bentuk
pemerintahan yang diterapkan yaitu monarki atau kerajaan dimana penguasa akan diganti
berdasarkan garis keturnan dari pihak kesultanan. Sementara itu dalam sistem
pertahanannya kesultanan palembang menerapkan sistem pertahanan semesta yang
melibatkan peran dari rakyat Palembang didalamnya, tidak hanya penduduk asli
Palembang namun juga dari kelompok-kelompok Arab, Bugis dan Cina.
Jika membahas mengenai sistem pemerintahan dari Kesultanan Palembang kurang
kompleks jika tidak membahas mengenai konflik elit politik yang terjadi yang dari konflik
tersebut mengakibatkan pada jatuhnya kekasaan Palembang Darussalam ke tangan elit
politik Belanda.
Pendudukan Inggris
Raffles menyiapkan pasukan di bawah komando Robert Rollo untuk menaklukkan
Palembang pada 19 Maret 1812 dalam hal ini Badaruddin II menyiapkan benteng-benteng
di Sungai Musi namun Palembang berhasil ditaklukan oleh Inggris pada 20 April 1812 yang
salah satu penyebabnya karena adanya pengkhianatan dari Adiknya sendiri yaitu Pangeran
Dipati. Sehingga pada 14 Mei 1812 Badaruddin II turun tahta dan 3 hari selanjutnya Inggris
mengangkat Pangeran Dipati sebagai Sultan dengan gelar Ahmad Najamudin II atau
Najamudin II.
Jadi pemegang kekuasaan di Kesultanan terus mengalami pergantian seperti pada
peristiwa adanya kesepakatan antara Badarudin dan mayor William Robinson yang
membuat Badaruddin II kembali naik tahta dan Najamudin II diturunkan, kemudian
dilanjutkan lagi pada 13 Agustus 1813 tepatnya pada keesokan harinya terdapat
pengumuman tentang Raffles menurunkan Badarudin II dan najmuddin II kembali naik
tahta.
Namun Najamudin di sini tidak mampu untuk dapat lebih saudaranya dalam berbagai hal
seperti ketegasan sikap, ketajaman dalam berpikir dan keahlian dalam berunding serta
pengaruh yang dimiliki Badaruddin karena Badaruddin sendiri mendapatkan dukungan
yang sangat besar dari rakyat Palembang dan memiliki kekayaan yang besar yang
diperoleh dari perdagangan timah, lada, produk hutan dan perkebunan lainnya serta dari
hasil pajak.
Traktat London &Konflik antara Inggris dan Belanda
Traktat London pada 13 Agustus 1814 menyebutkan Belanda kembali berkuasa di Hindia
Belanda namun Letnan Gubernur Jenderal Inggris John Van Del menuntut Belanda untuk
menjamin kontrak yang telah dibuat dengan Inggris dengan raja pribumi terkait
penyerahan Bangka, Belitung dan pulau di sekitarnya namun Inggris menunda penyerahan
wilayah tersebut hingga Raffles yang mengirimkan pasukan pada Juni 1818 karena
undangan dari Najamudin II yang terdesak akibat kehadiran dari Muntinghe. Dalam hal ini
Raffles memanfaatkan setiap kesempatan untuk dapat mewujudkan impiannya dalam
menguasai Palembang.
Kemudian Belanda mengangkat Muntinghe untuk mengambil kekuasaan di Muntok serta
mencegah perpecahan antara Najamudin II dan Badaruddin II dengan cara membagikan
kekuasaan. Lalu pada Juni 1818 Muntinghe memberikan perjanjian yang harus
ditandatangani oleh kedua Sultan berkaitan dengan sebagian besar wilayah Kesultanan
Palembang diserahkan kepada Belanda, kedua Sultan menyetujui perjanjian tersebut.
Namun pada awalnya NaJamudin II menolak karena tidak ingin membagi kekuasaan
dengan Badaruddin II, kemudian Najamudin 2 ini meminta bantuan kepada Inggris
sehingga dikirimkanlah pasukan oleh Raffles namun kedatangan pasukan tersebut dapat
diselesaikan oleh Muntinghe. Dari peristiwa tersebut menyebabkan Najamudin II dan Putra
tertuanya serta pengikutnya dibuang ke Batavia dan ditempatkan di Cianjur dan
kekuasaannya diserahkan kepada Badaruddin 2
Perang Palembang (1819-1921)
Dibuangnya Najamudin II membuat kekuasaan Badaruddin II telah pulih namun pada
kenyataannya tidak seperti itu Karena kekuasaannya berkurang dan hanya mendapatkan
Sebagian kecil wilayah serta pegawai karena telah menjadi milik Belanda. Badaruddin II
berusaha untuk mengatur strategi hingga datanglah kesempatan ketika Muntinghe
mengejar pasukan Solmond di daerah Rawas dan pada ekspedisi tersebut Ia mendapatkan
serangan dari penduduk dan ia berasumsi bahwa peristiwa tersebut berkaitan dengan
Badarudin II karena penduduk yang menyerang Muntinghe adalah orang yang membantu
Badarudin II sehingga Muntinghe menuntut Sultan memberantas pemberontak dan
menyerahkan putra mahkota yaitu Pangeran Ratu, tentu saja Sultan menolak hingga
terjadilah peperangan pada Juni 1819 dan pada Oktober 1819 namun Belanda memperoleh
kekalahan dari peperangan tersebut.
Sehingga Belanda Membuat strategi dengan membebaskan Najamudin II beserta
pengikutnya dan terjadilah kesepakatan antara kedua belah pihak untuk mengangkat
Pangeran Prabu Anom putra dari Najamudin II sebagai Sultan dengan gelar Sultan Ahmad
Najamuddin III sedangkan ayahnya akan mendapatkan gelar Susuhan Husein diauddin.
Lalu kemudian ekspedisi perang dipimpin oleh Jenderal de Kock dengan peperangan yang
terjadi pada 21 - 24 Juni 1821 dan berhasil menaklukkan Palembang dua kemudian
Badaruddin II dibuang ke wilayah Ternate pada 3 Juli 1821. Kemenangan atas Palembang
disambut antusias di negeri Belanda tetapi kekuasaan Sultan di Palembang hanya sebagai
lambang dikarenakan sudah dikendalikan sepenuhnya oleh kolonial Belanda.
BIDANG EKONOMI
Produk Kesultanan Palembang
Salah satu tanaman yang bernilai pada masa Kesultanan Palembang ini ialah lada. Abad ke
XVII lada dinilai sebagai produk yang paling cocok untuk Eropa. Pada tahun 1662 harganya
mencapai 4 real perpikul.
Kemudian yang tidak kalah terkenal yaitu timah yang ditemukan di Pulau Bangka
kemudian di daerah Belitung pada tahun 1709/1710 dan produk tersebut diekspor ke
wilayah Cina.
Adapun produk lainnya yang dihasilkan oleh Palembang seperti katun, Gambir, Nila,
tembakau, buah pinang kemudian buah-buahan yang terkenal yaitu mangga, durian,
Cempedak, jeruk nipis, nanas, pepaya, srikaya, jambu biji dan lain-lain.
Hasil hutan dari Kesultanan Palembang ini seperti rotan, getah, damar, lilin, gading gajah,
dibawa ke daerah lain di nusantara seperti Malaka, Siam, Cina dan Eropa.
Adapun peran Sultan dan bangsawan dalam perekonomian Palembang yaitu sebagai
pemegang monopoli perdagangan dengan rakyat yang mana Sultan akan menjalankan
sistem perdagangan yang dikenal dengan istilah Tibang (Tiban) dan Tukong (Tukon).
Tiban Merupakan pertukaran produk dari pedalaman dengan barang-barang impor seperti
baju jawa, kain Benggala putih, kapak atau Parang besi dan garam. Sementara Tukong
adalah penukaran barang dari pedalaman dengan uang.
BIDANG SOSIAL
a. Kehidupan Sosial diatur oleh Undang-undang Simbur Cahaya
Untuk mengatur tatanan sosial masyarakat dan pemerintah pada masa Kesultanan
Palembang, maka dibuatlah Undang-undang bernama Undang-undang Simbur Cahaya.
Undang-undang ini dibuat oleh Ratu Sinuhun yang merupakan istri dari Pangeran Sido Ing
Kenayan. Simbur Cahaya merupakan gabungan antara corak hukum Islam dan adat di
masyarakat.
Pada tahun 1897, untuk pertama kalinya Undang-undang Simbur Cahaya dicetak dan
disebarluaskan dengan masih menggunakan tulisan berbahasa Arab Melayu. Adapun isi
dari undang-undang ini yaitu terdiri dari 6 bab.
Bab 1 terdiri dari 32 pasal yang berisi tentang Adat Bujang Gadis dan Perkawinan.
Bab 2 terdiri dari 29 pasal yang berisi tentang Aturan Marga.
Bab 3 terdiri dari 34 pasal yang berisi tentang Aturan Dusun dan Berladang.
Bab 4 terdiri dari 19 pasal yang berisi tentang Aturan Kaum.
Bab 5 terdiri dari 58 pasal yang berisi tentang Adat Perhukuman.
Bab 6 terdiri dari 6 pasal yang berisi tentang Aturan Bagi Uang Denda.
b. Adanya Status Sosial di Masyarakat
Pada masa Kesultanan Palembang juga mengenal lapisan sosial. Ada 4 lapisan sosial pada
masa ini yaitu:
1. Para Raja atau Sultan
2. Para Bangsawan
3. Para Rakyat Biasa
4. Para Budak.
Adanya lapisan sosial ini membagi masyarakat Kesultanan Palembang menjadi 2 golongan
besar yaitu golongan priyayi/bangsawan dan rakyat.

c. Penggolongan Masyarakat berdasarkan Gelar


Seperti yang dijelaskan sebelumnya, masyarakat Kesultanan Palembang terbagi menjadi 2
golongan besar.
1. Pada golongan priyayi/bangsawan, yang mana terdiri dari raja atau sultan, mereka
memiliki gelar kebangsawanan dari lahir. Misalnya Pangeran, Raden/Raden Ayu,
Masagus/Masayu.
2. Pada golongan rakyat, yang mana terdiri dari para Kiai dan rakyat biasa.
2.1 Golongan para Kiai
Golongan para Kiai ini semula berasal dari Demak kemudian di Kesultanan
Palembang dijadikan sebagai gelar. Adapun gelar Kiai biasanya terdiri dari Kiai Mas
dan Kiai Mas Agus.
Kiai untuk laki-laki, dan Nyai untuk perempuan.
Kiai Mas biasa disebut Kemas, dan Nyai Mas biasa disebut Nyimas untuk
perempuan.
Lalu, Kiai Mas Agus biasa disebut Kiai Agus/Kiagus, dan Kiai Ayu biasa disebut
Nyanyu untuk perempuan.
Pemberian gelar ini ditetapkan oleh SMB Jayo Wikramo menurut garis keturunan
ayah.

2.2 Golongan Rakyat Biasa


Golongan ini dibagi menjadi 4 yaitu Orang Miji, Orang Senau, Orang Gadaian, dan
Budak Belian/Hamba Sahaya.
1. Orang Miji, berada di bawah naungan bangsawan. Mereka biasanya merupakan
pengrajin, ahli dibidang sesuatu seperti ahli seni.
2. Orang Senan, berada hanya di bawah naungan raja dan bukan yang lain. Mereka
biasanya bekerja ringan seperti membuat dan mendayung perahu raja,
memperbaiki perahu dan rumah.
3. Orang Gadaian, orang yang bekerja untuk orang lain karena telah meminjamkan
uang kepadanya, dan selama bekerja itu maka ia melunasi pinjaman uang.
4. Budak Belian, orang yang bekerja untuk orang yang berhak penuh atas dirinya
(telah membeli dirinya).

Sedangkan para ulama memiliki golongan tersendiri, mereka ditentukan sendiri


oleh sultan dan diangkat sebagai pegawai pemerintahan, sebab sistem kesultanan
diatur berdasarkan hukum Islam, dan para ulama berperan penting sebagai
penasihat sultan.

Status sosial ini hanya diterapkan di wilayah ibukota saja sedangkan diluar ibukota
hampir tidak mengenal status sosial. Hanya ada pembagian golongan penguasa dan
golongan rakyat.

Perbedaan status sosial juga terlihat pada pakaian. Kain songket yang dipakai oleh para
perempuan kalangan priyayi/bangsawan berbeda dengan kain songket rakyat biasa. Kain
songket para perempuan bangsawan dibuat dari bahan sutra dengan tenunan emas.
Kain songket golongan ratu biasanya tiap tenunannya adalah emas, sedangkan untuk
golongan raden ayu (dibawahnya) juga memakai songket namun tenunan emasnya tidak
sebanyak miilik golongan ratu.
Songket-songket ini dipakai untuk menghadiri upacara, pertemuan khusus, atau
perayaan/festival.

BIDANG BUDAYA
a. Busana
Kain Songket merupakan pakaian kebanggaan dimana aslinya kain ini menggunakan
benang emas. Songket dengan kualitas tinggi ini biasa disebut Songket Jantung Emas.
Umumnya corak pada pakaiannya berasal dari Corak Melayu.

b. Kuliner
Kuliner yang terbuat dari ikan adalah ciri khas kuliner masyarakat Palembang, sebab ikan
selain memiliki cita rasa lezat juga mudah didapatkan, dan rata-rata kuliner khas
Palembang berbahan dasar dari ikan, misalnya Pempek, Pindang, dan lain-lain.

c. Kesenian
Menutu Catatan Residen Palembang, C.F..E. Praetorius, pada masa Kesultanan Palembang,
terdapat 25 musisi yang merupakan seniman istana yang mana tugasnya melakukan
pertunjukan gamelan khusus untuk penghuni istana. Selain gamelan, wayang kulit juga
dimainkan di dalam istana. Kesenian yang dimainkan di dalam istana bersifat ekslusif,
dimana dimainkan pada waktu tertentu, dan tidak sembarang orang boleh memainkannya.

d. Bahasa dan Sastra


Bahasa yang digunakan di Kesultanan Palembang adalah bahasa Melayu-Palembang,
dimana ini dibagi menjadi 2 yaitu Baso Palembang Alus/Bebaso dan Baso Palembang Sari-
sari.
Baso Palembang Alus digunakan di dalam istana. Bahasa ini berasal dari bahasa Jawa
Kromo Inggil.
Baso Palembang Sari-sari digunakan di masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai