Anda di halaman 1dari 413

DAENG CELAK DAN RAJA AJI.

Daeng Celak bukan saja menguasai Riau, menjadi yamtuan (yang


dipertuan) Muda, tetapi menguasai juga Selengor. Dia berputera dua
orang, yang tua Raja Aji pahlawan terkenal, menjadi yamtuan Riau
setelah Daeng Celak mangkat. Raja Ali inilah yang mansyhur
memerangi Belanda ke Malaka dan tewas dalam peperangan itu di teluk
Ketapang sehingga bergelar Almarhum Syahidfi-Sabilillah Teluk
Ketapang.

RAJA LUMUN (SULTHAN SALEHUDDIN).

Puteranya yang kedua Raja Lumun diangkatnya menjadi Raja


(Sulthan) yang pertama di Selangor. Diberi gelar Sulthan Salehuddin
(naik nobat 1743 M).
Setelah baginda mangkat,naik takhtalah puteranya Sultha Ibrahim.
Sulthan Selangor II(mangkat pada tahun 1826 ).
Dia beranak dua orang: Muhammad dan Abdullah. Setelah
Sulthan Ibrahim mangkat, digantikan oleh puteranya yang tua
Muhammad,di beri gelar Sulthan Muhammad, Sulthan Selangor III.
Setelah Sulthan Muhammad mangkat, kekuasaan dapat direbut
dari anak saudaranya, Sulthan Abdussamad bin Raja Abdullah. Dialah
menjadi sulthan Selangor IV, yang mangkat gada tahun 1898 M.
Seketika baginda mangkat, ada puteranya Raja Muda Muda yang
berhak menggantikannya, akan tetapi beliau tidak peduli akan hiru-hari
dunia. Perhatiannya hanya tertumpu kepada urusan-urusan Aganta,
sehingga pengganti Sulthan Abdussamad bukan puteranya, tetapi
cucunya Raja Sulaiman, yang seketika naik takhta menjadi Sulthan
Selangor V, diberi gelar Sulthan Alauddin Sulaiman Syah, Baginda
mangkat setelah memerintah lebih 40 tahun pada tahun 1938.
Puteranya adalah 3 orang. Yang tua Tengku Masauddin yang
bergelar Tengku Kelana Jaya Putera-Putera kedua Tengku Bahdar yang
bergelar Raja Bendahara, dan putera ketiga Raja Alam.
Putera ketiga itulah, Raja Alam yang naik tahta menggantikan
ayahandanya pada tahun 1938, dengan lantik gelarnya Sulthan
Isamuddin Alam Syah.

1
Ketika Malaya diduduki Jepang, baginda dimakzulkan oleh
Jepang lalu dinaikkan abangnya Tengku Masauddin, dengan gelar
Sulthan Musa Al Muazzam Syah. Tetapi setelah Jepang jatuh Sulthan
Isamuddin dapat naik kembali ke atas takhtanya, dan kakandanya pula
yang makzul.
Demikianlah, karena pada waktu itu kekuasaan hakiki belum
dalam tangan.

SULTHAN HASAMUDDIN ALAM SYAH NAIB YANG


DIPERTOAN AGONG PERSEKUTUAN
TANAH MELAYU.

Bagindalah yang dipilih rekan-rekannya, Sulthan-Sulthan Tanah


Malayu menjadi Naib Yang Dipertoan Agong, keturunan pengembara
Daeng Celak dan pahlawan bangsa Raja Aji itu. Dan terpilihnya beliau,
bertambah dekatlah Malaya dalam hati kita bangsa Indonesia, saudara
sedarah sedaging. Bertambah berkesanlah dalam hati putera Bugis dan
Makassar, bahwa Malaya pun adalah saudara kandungnya.
Adapun peribadi beliau itu adalah seorang Sulthan yang sangat
taat memegang Agarna, ramah-tamah, sehingga apabila kita berjumpa
dengan beliau, apatah lagi bila dikenalnya bahwa kita seorangpemuka
Agama, beliau langsung. membicarakan agama, pendidikan rohani,
ketaatan kepada Tuhan. Sehingga kadang-kadang tidak diberinya
kesempatan tetamunya berbicara, karena asyiknya memperkatakan
agama Nabi Muhammad. Beberapa tahun yang lalu beliau naik haji
maka kembali dari Mekkah, tetaplah beliau memakai serban dan
jubahnya, walaupun dalam perayaan-perayaan resmi. Tetapi kemudian
karena menjaga adat-istiadat Melayu, maka keluar istana di hari resmi
baginda pakailah pakaianRaja-Raja Melayu dan di dalam istana di luar
dines tidaklah lepas kopiah putih dan tasbihnya.
Hal ini adalah menurut darah keturunan Ayahandanya Sulthan
Alauddin Sulaiman Syah masyahur sebagai Sulthan yang saleh yang
mendirikan mesjid indah di Kuala Lumpur itu, dan nenekandanya Raja
Muda Musa, tidak mau naik takhta kerajaan karena asyiknya dengan
ilmu tasauf, dan nenek moyangnya Raja Aji, ketika,akan tewadi teluk
Ketapang dalam berperang dengan Belanda tidaklah terlepas Dalailul

2
Khairat dari tangan kirinya, sebagaimana badik Bugis tidak Kepas
lepas dari tangan kanannya
Istana tcmpat aginda bersemayan menurut adat-istiadat, ialah di
lstaua Klantetapi beliau berdiam di Kuala Lumpur, sebagai juga istana
resmi Yang Dipertoan Besar Abdurrahman (Yang dipertoan Agung
sekarang) di Sri Menanti, tetapi beliau berdiam di Seremban. Adapun
istana KIang itu, karena sangat inginnya kemajuan Pemuda Malayu
dalani didikan Islam yang tinggi, beliau berikan menjadi gedong
College-Islam, sekolah tinggi Islam yang pertama di persekutukan
Tanah Malayu. Serupa dengan Sulthan Hamangkubuwono Yogyakarta
memberikan istananya bagi ruangan belajar Universitas Gajah Mada
Dan Kuala Lumpur yang menjadi pusat persekutuan Tanah
Malayu sekarang ini, terletak dalam Kerajaan Selangor.

15. DIZAMAN PENJAJAHAN BELANDA

A. EXPEDISI BELANDA YANG KETIGA KE SULAWESI


SELATANTIBA DI LUWU.

Adapun kedatangan bangsa Portugis yang mula-mula di


Indonesia, ialah pada tahun 1511, dan kedatangan V.O.C. Belanda yang
pertama di Indonesia, ialah pada tahun 1596. Bangsa-Bangsa itu datang
ke tanah air kita, mulanya hanya sebagai pedagang, akan tetapi
lamakelamaan mereka menjajah Indonesia. Mulanya mereka hanya di
Jawa.
Dengan demikian, maka kabar-kabar tentang kedatangan Belanda
di daerah Sulawesi Selatan ini, telah tersiar-luas kepada rakyat, terutama
kepada raja-raja.
Memang kedatangan Belanda itu, sengaja diatur lebih dahulu, dan
dengan giatnya disiarkan oleh agen-agennya yang terdiri dari orang-rang
yang sangat mementingkandiri sendiri, sehingga mereka menghianati
bangsanya.
Agen-agen Belanda inilah yang berjalan ke sana ke mari
membujuk raja-raja dengan propagandanya yang manis itu, bahwa
kedatangan Belanda itu, akan mendatangkan bahagia kepada daerah

3
Sulawesi Selatan ini, dan terutama bahagian itu kepada raja-raja itu
sendiri.
Akan tetapi maksud Belanda dengan cara menipergunakan propa
ganda yang manis itu, gagal, oleh karena tidak ada seorang raja yang
mau begitu saja menelan omongan propagandist-propagandist
Belandatersebut, karena raja-raja itu tahu bahwa omongan-omongan
manis itu mengandung racun penjajahan. Belanda mengira akan mudah
saja membujuk raja-raja itu, sehingga dengan tanpa penumpahan darah
mereka mudah saja melaksanakanpenjajahannya.
Demikianlali, setelah Belanda menduduki Ambon, maka
dikerahkannyalah serdadunya serta armadanya yang kuat di bawah
pimpinan Cornelis Speelman menuju Makassar untuk menghantam
SulthanHasanuddin dan jika mungkin untuk menjajah Sulawesi-Selatan
seluruhnya.
Peperangan besar itu berpangkal kepada soal perdagangan
rempah-rempah. Belanda melarang orang lain terutama Bugis-Makassar
datang berdagang di Ambon, karena rempah-rempah tersebut hendak di
monopoli Belanda. Akan tetapi menopoli Belanda itu tentang dengan
hebat oleh Sulthan Hasanuddin dengan alasan bahwa barang-barang
dagangan itu, adalah pemberian Tuhan yang tidak boleh dimonopoli
oleh satu bangsa saja. Itulah sebabnya mengapa Sulthan Hasanuddin
membantu Ambon yang sedang bersengketa dengan Belanda.
Dengan pendirian Sulthan yang adil itu, maka perahu-perahu
Bugis Makassar tidak berhenti-hentinya keluar masukpelabuhan-
pelabuhan di daerah Maluku yang kaya rempah-rempah itu, untuk
membawa beras dan mengangkut pulang rempah-rempah yang sangat
menguntungkan V.O.C. tersebut.
Setelah Armada Kompeni Belanda tersebut tiba di perairan
Makassar, ia mendapat perlawanan yang hebat dari raja Gowa, Sulthan
Hasanuddin. Pukulan-pukulan yang diberikan patriot-patriot Makassar
dirasakan Belanda sangat hebatnya, jauh dari sangkanya semulasehingga
dengan secara jujur Belanda sangat hebatnya, dengan memberikan
gelaran kepada Sulthan Hasanuddin Ayam Jago dari Timur.
Lama sesudah peperangan tersebut, maka untuk pertama kalinya,
Belanda melakukan expedisi ke Bonepada tahun 1824, karenamerasa
kedudukannya sudah bertambah kuat, sebab pada tahun itu, telah

4
adapersetujuan antara Belanda dan Inggeris, mengenai pertukaran
daerahdaerah, di mana Malaya yang dulunya diduduki Belanda,
diserahkan ke pada Inggeris sedang Belitung, Nias dan Bengkulu yang
dulunya diduduki oleh Inggeris, diserahkan kepada Belanda.
Kedatangan Belanda yang pertama itu, hanya hendak membujuk
raja-raja di Sulawesi Selatan untuk meluaskan daerah jajahannya dengan
tidak menumpahkan darah. Tetapi expedisinya itu gagal.
Expedisinya yang kedua ke Sulawesi Selatan (Bone),
dilakukannyasetelah mengalahkan pangeran Diponegoro, yang Belanda
tipu denganmengajak berunding pahlawan besar tersebut. Tapi setelah
pahlawan Diponegoro tiba ditempat di mana perundingan akan
diadakan, tiba-tibaia ditangkap, lantas dibuang ke Menado kemudian ke
Makassar pada tahun 1830.
Di samping itu Belanda telah menyelesaikan pula peperangan
Paderi dengan jatuhnya kota Bonjolpada tahun 1845. Expedisinya yang
kedua ini, dilakukannya dalam tempo 2 tahun, yaitu dari tahun 1858 -
1860. Akan tetapi expedisi inipun gagal, karena tidak satupun Kerajaan-
Kerajaan di Sulawesi Selatan yang mau menelan begitu saja propaganda
Belanda yang manis itu, karena raja-raja itu tahu akan kecurangan-
kecurangan Belanda.
Akhirnya, setelah Belanda mematahkan perlawanan rakyat
Kalimantan Selatan yang bertahan lima tahun lamanya, yaitu dari tahun
1900-1905, barulah Belanda melakukan expedisinya yang ketiga dengan
mengerahkan tentara yang sangat kuat menuju Sulawesi Selatan, yang
dimulanya pada thaun 1905 -1916.
Kedatangan Belanda yang ketiga kalinya, maka yang menjadi raja
Bone di waktu itu,bukan lagi Aru Palakka atau keturunannya, karena
Aru Palakka mangkat pada tahun 1891, dan beliaupun tidak mempunyai
keturunan,sehingga yang menggantikannya sebagai raja Bone, ialah
Arung Palala, seorang puteri yang masih kecil, anak dari Aru Palakka
(bukan Aru Palakka yang terkenal itu) saudara kandung raja Gowa. Ibu
Aru Palakka ini, ialah almarhumah baginda Bau Banri Petta MatinroE
RibolalampeE. Ratu kecil Bone tersebut adalah saudara sebapak dengan
permaisuri Andi Mappanyukki bekas Raja Bone, mertua Andi Jemma
Datu Luwu yang terakhir.

5
Oleh karena Ratu itu masih kecil, maka yang menjalankan
pemerinta han sehari-hari, ialah pamannya yang bernama La Pawawal
gelar Aru Si geri.
Mendapati keadaan di Bone yang demikian itu, Belanda tidak
senang. Belanda tidak mau jika puteri itu yang menjadi raja, harus
diangkat saja seorang Mangkubumi. Akan tetapi usul Belanda yang
kasar itu ditentang oleh Bone.
Oleh karena Bone menentang keinginan Belanda, maka dengan
segera, Belanda mengirim ke Bone 3 kapal perangnya, dan menghantam
Watampone dengan tembakan-tembakan meriam, kemudian
mendudukinya pada bulan Juli 1905. Ditangkapnya La Pawawoi
Dg.Serang Aru Segeri kemudian dibuang ke Jawa. (Semarang-
Bandung).
Sesudah Belanda menduduki Watampone, dia batik ke Gowa.
Oleh karena Raja Gowa Andi Makkulau ayah Andi Mappanyukki Raja
Boneyang terakhirpun tidak mau tunduk kepada Belanda, maka raja
yang budiman ini melenyapkan diri, dan sampai sekarang tidak
diketahui di mana beliau berkubur. Itulah sebabnya beliau digelar Andi
MakkulauKaraengngilang (raja yang hilang).
Menurut riwayatnya, bahwa setelah Belanda mengepung istana Baginda
Andi Makkulau, Belanda bertanya, dan dijawab oleh pengawal istana
bahwa baginda sedang shalat. Belanda menunggu sementara. Tapi pada
waktu itu, tunrunlah hujan yang amatlebat serta kilat sabung-
menyabung. Maka dalam keadaan udara yang demikian itu, baginda
meninggalkan istananya bersama dengan dua puteranya, di antaranya
ialah Andi- Mappanyukki. Di suatu tempat, puteranya yang sulung jatuh
tergelincir masuk jurang, dan meninggal. Kemudian baginda Andi
Makkulau dengan perahu berangkat menuju Suppa dekat Pare-Pare.
Supaya Belanda dikatakan telah menewaskan baginda Andi
Makkulau, maka pada suatu hari, datanglah di Gowa satu tandu yang
dipikul beberapa orang. Belanda mengatakan bahwa itu adalah mayat
dibuka untuk menyaksikan jenazah baginda, akan tetapi Belanda tidak
mengizinkannya. Kemudian orang-orang Gowa minta biar hanya kuku
tangannya saja yang diperlihatkan, tapi Belanda pun tidak
membolehkannya. Selain dari pada itu, Belanda juga menyiarkan berita

6
bahwa Andi Makkulau sengaja menguburkan dirinya di tempat di mana
mesjid Jongaya sekarang berdiri.
Setelah kedua kerajaan besar itu ditundukkan Belanda, akhirnya
sampailah Belanda di Luwu.

B. PERLAWANAN ANDI TADDA, GELAR


OPU PAVKELAI PUNJALAE.

Belanda mulai datang di Luwu pada tahun 1906, sesudah


menaklukkan dengan paksa Kerajaan Bone dan Gowa di tahun 1905.
Adapun yang menjadi Datu waktu itu, ialah Andi Kambo Opu
Daeng Risompa, ibunda Andi Jemma Datu Luwu yang terakhir. Dan
yang menjadi anggota-anggota Hadat (Kabinet) , ialah :
Opu Patunru, ialah Andi Memmeng Opu Toami, gelar Opu
Pawelai
Polejiwa, ayah Andi Mangile Opu Topaewangi.
Opu Pabbicara, ialah Andi Tadda Opu Tosangaji, gelar Opu
Pawelai PunjalaE, ayah A. Wellu Opu Daeng Maw aru.
OpuTomarilalang, ialah Opu Tomakka.
Opu Balirante, ialah Opu Nenena Kaddua, nenek Andi Makkulau
Opu Daeng Parebba.
Pada suatu hari yang cerah, pada saat nelayan-nelayan Luwu
sedang asyik menangkap ikan di lautan bebas, tiba-tiba mereka melihat
3 buah kapal perang Belanda, dan sebentar kemudian kapal-kapal
tersebut membuang jangkar di teluk Palopo, agak jauh sedikit dari
pantai. Akan tetapi penduduk tidak heran, karena sesunggunya rakyat
Luwu telah lama mengira-ngirakan, bahwa Belanda sebagai satu bangsa
penjajah yang bersifat serakah, pasti tidak akan lama datang juga di
Luwuuntuk menjarah daerah yang subur itu sebagai yang dilakukannya
di lain-lain daerah.
Tidak lama sesudah ketiga kapal itu membuang sauh, mendaratlah
seorang suku Bugis yang terkenal di Luwu bernama Daeng Paroto,
sebagai utusan Belanda untuk menghadap Datu.
Sementara itu, Datu bersama anggota Hadatnya, telah berkumpul
bersama-sama dengan lain-lain pejabat, menunggu apa maksud
kedatangan kapal-kapal Belanda itu. Kecuali Andi Tadda Opu Pabicara

7
tidak hadir di majelis Datu tersebut, oleh karena beliau berada di
kampung PunjalaE di tepi pantai bersama dengan tentaranya yang telah
siap sedia bertempur menghadapi Belanda.
Tidak lama kemudian, Daeng Paroto utusan Belanda tersebut
telah diantar oleh pengawal istana menghadap Datu. Setelah ia duduk
seba galmana mestinya,Daeng Paroto menyampaikan salam perdamaian
per sahabatan Belanda, clan selanjutnya ia mengatakan bahwa
kedatanganBelanda di kerajaan Luwu yang besar ini, sama sekali tidak
akan merusakkan kekuasaan dan kebesaran Datu,karena Belanda datang
hanya untuk berdagang raja, yang akan mendatangkan kemakmuran
besar bagi kerajaan Luwu dan seluruh penduduknya. Oleh sebab itu
Belanda sangat mengharapkan supaya Datu jangan sampai salah paham,
dan mengharapkan supaya Belanda diterima, dan dengan segera
perjanjian persahabatan yang akan menguntungkan baginda bersama
rakyatnya segera dibuat. Perkataan Daeng Paroto ini, adalahpropaganda
kosong belaka, karena VOC telah bubar di tahun 1799 bertukar menjadi
pemerintah Hindia Belanda pada permulaan tahun 1880.
Datu hanya tersenyum sebagai jawaban kepada Daeng Paroto, dan
menyerahkan persoalan itu kepada Kabinetnya. Oleh karena Andi Tadda
Opu Pabicara tidak hadir, maka segera hat itu disampaikan oleh Opu
Tomarilalang kepada beliau.
Apa yang diduga orang semula tidak salah, karena Andi Tadda
sangat marah mendengar laporan itu. Beliau, tersenyum masam
mendengar nama Daeng Paroto, oleh karena nama itu telah lama
diketahui oleh beliau, sebagai kaki tangan Kompeni Belanda yang
paling ulung Beliau katakan kepada Opu Tomarilalang, Kita tak mau
menerima Belanda berada di negeri kita, meskipun mau dagang
saja.Kita mempunyai cukup bukti-bukti, betapa perbuatan kejam
Belanda di tempattempat yang telah dikuasainya, dan betapa kecurangan
Belanda dalam soal-soal perjanjian. Suruh mereka pulang raja
kenegerinya. Akan tetapi jika mereka mau memaksa kita, kita tidak
gentar menghadapinya. Lebih baik kita mati dari pada diperbudak
bangsa asing yang tidak tahu main itu. Biarlahkita tewas dalam membela
hak kita, dalam membela kebenaran. Mati hanya sekali, oleh sebab itu
berusahalah supaya kita mati dalam menegekkan kebenaran, dalam
membela negeri dan kampung halaman kita.

8
Pada hari itu tidak ada sesuatu yang terjadi, akan tetapi di entera
pejabat-pejabat kerajaan ada juga yang berdamai dengan Belanda,
mengingat korban yang akan jatuh bila terjadi
peperangan.Tapiumumnyamereka itu tidak ada yang berani membuka
mulut, karena mereka takut kepada Andi Tadda yang sudah terkeaal di
mana-mana tentang keberaniannya.
Pada keesokan harinya, mendaratlah di kanipung PunjalaE
tersebut, seorang opsir Belanda (di Luwu terkenal dengan nama :
Kompania BeIandaE) bersama dengan Daeng Paroto sebagai juru bicara,
untuk menjumpai Andi Tadda Opu Pabicara.
Dengan sikap yang sombong sambil berdiri, sedang Andi Tadda
duduk, opsir Belanda itu berkata dengan perantara DaengParoto,
katanya:
Belandaingin berlayar bersama-sama dengan Datuke Posso,
karena Posso termasuk daerah Kerajaan Luwu supaya Datu di samping
bertamasya dapat pula memperhatikan keadaan rakyatnyadi sana.
Mendengar perkataan Belanda yang mengandung penghinaan
dantipu daya itu,dan melihat pula sikap Belanda yang soimbong itu,
maka menyalah kemarahan Andi Tadda; dan dengan segera
betiaumenampar muka opsir Belanda tersebut dengan tempat ludahyang
penuh ludah merah, sehingga seluruh pakaian Opsirtadi menjadi merah
warnanya. Kemudian dia diusir sebagai anjing supaya segera pergi, jika
perutnya tidak mau terburu keluar.
Kau pergi, kau seorang yang kurang ajar, tidak tahu kesopanan,
kau seorang yang kasar. Kau boleh mengempur kami sebagai perampok
hak-hak manusia, hak kami, tanah kami, kedaulatan kami, harta milik
kami, akan tetapi kerajaan ini baru engkau bisa jajah jika saya telah mati
dan kau Daeng' Paroto, segera juga pergi mengikuti tuanmu itu, tidak
usah menyembah-nyembah kami, seakan-akan menatuh kepada kami.
Kau tukang bujuk dengan penjual bangsa, pergi.
Muka Daeng Paroto pucat pasih tidak menoleh-noleh lagi ia terus
berangkat cepat-cepat turun ke sekoci.
Pada malamnya, sesudah kejadian yang sangat mencemaskan itu,
Belanda dengan diam-diam menghampiri pantai Balandai, untuk
mendaratkan sebahagian pasukannya dengan maksud mengepung kota
Palopo, supaya orang jangan lolos ke jurusan Masamba. Tapi pada soreh

9
hari itu juga, Andi Tadda meminta supaya Datu menyingkir ke
kampung,Baramamase, dan pantai di dekat Balandai telah disuruh
jaga pulaoleh sejumlah patriot-patriot Luwu, di bawah pimpinan Andi
Pangiu Opu Topaleongiayah Andi Jos isteri Andi Pangerang Opu
Tosinilele, dengan seorang hulubalangnya yang gagah perkasa bernama
Toije.
Pada pagi harinya berkobarlah pertempuran sengit yang berpusat di
kampung PunjalaE yang bersejarah itu, sehingga bergelimpanganlah
banyak korban di kedua belah pihak, sebab pertahanan Andi Tadda
banyak juga yang mempergunakan senapan. Dalam pada itu, meriam-
meriam Belanda dari kapal perangnya tidak berhenti-hentinya
memuntahkan pelor mautnya kedarat, menyebabkan banyak rumah
pendudukyang rubuh. Di hutan-hutan kayu bakau di tepi pantai
PunjalaE, banyak bergelimpangan mayat-mayat tentara Belanda
kenatikaman keris, tombak dan kelewang dari pasukan-pasukan Andi
Tadda.
Kabarnya, Andi Tadda tidak dapat ditembus pelor dan di makan
bayonet. Beliau gugur pada hari itu juga, setelah ia ditembak dengan
memasukkan ujung senapan di dalam mulutnya.
Sementara itu, pertempuran di kampung Belandai berlangsung
pula dengan hebatnya di bawah pimpinan Andi Pangiu dan Toije. Dalam
pertempuran yang sengit itu, Toije gugur pula sebagai ratna, sebagai
pahlawan, bersama saudara perempuannya seorang srikandi pasukan-
pasukan dan mengamuk sebagai kerbau liar. Setelah hampir semua
pasukan-pasukan Andi Pangiu gugur, barulah Andi Pangiu
mundurkedalamkotaakan tetapi untuk menjaga keselamatan kota Palopo
dari pembakaran, maka pertempuran sambil mundur itu hanya sampai di
pinggir kota di kampung Salubulo, dan beliau mundur kejurusan barat di
bahagian pegunungan di kampung Lebang.
Meskipun perlawanan Andi Taddahanya berjalan kira-kira 14 jam
saja, tapi cukup menjadi bukti kepada sejarah, betapa teguhnya
keyakinan beliau membela kemerdekaannya yang akan dirampas dan
diperkosa bangsa lain.
Adi Tadda gugur sebagai kesuma bangsa, setelah menewaskan be
berapa orang Belanda. Beliau telah meninggalkan dan menggoreskan
suatu titik yang penting dalam rangkaian sejarah kemerdekaan

10
Indonesia, yang patut diperingati dan dihormati setiap putera-puteri
Indonesia dan rakyat Luwukhususnya, karena padahakikatnyabeliau
dansemua pasukannyatelah memperoleh suatu kemenangan yang
gilanggemilang, oleh karena mereka telah tewas dalam membela
kebenaran dan keadilan.
Dalam segi keadilan dan perjuangan beliau mencapai derajat yang
setinggi-tingginya dan kemuliaan yang sebesar-besarnya karena yang
demikian itu, jarang diperoleh seseorang dalam hidupnya.
Beliau diberi gelar Opu Pawelai PunjalaE, diambilkan nama
kampung dimana beliau bertahan dan mencurahkan baktinya yang
terakhir dalam membela kehormatan bangsa dan negerinya.
Adapun hulubalang gagah perkasa Toije, pada waktu
pemerintahan Jepang, dibuatkan kuburan bertembok di lereng bukit
Balandai, sebagai kenang-kenangan jasa beliau kepada Kerajaan
Luwu.
Sementara itu, Baginda Andi Kambo telah berada di kampung
Bara mamase, kurang lebih 20 K.M. dari Palopo, bersama-sama
pengiringnya serta sepasukan pengawal istana. Dalam pada itu pasukan-
pasukan Belanda telah menjelajah dalam kota Palopo bersama orang-
orang yang sempati kepadanya, merampas harta benda rakyat yang pergi
menyingkir. Dan membunuh orang-orang yang dianggap pengikut Andi
Tadda.
Inilah pula suatu gambaran yang nyata betapa kejamnya Belanda
yang tidak menghormati peri kemanusiaan.
Setelah Belanda merasa aman, maka kira-kira 3 hari sesudah
pembersihan dalam kota Palopo, disuruhnya jemput Datu di kampung
Baramamase dengan ancaman, bahwa jika Datu tidak mau menyerah
bersama pasukan yang mengikutinya termasuk Andi Pangiu, maka
Belandaakan membakar habis kota Palopo, dan mengambil tindakan
keras terhadap Datu.
Oleh ancaman Belanda tersebut, maka Datu sama sekali tidak
dapat berdaya, oleh karena selain baginda seorang wanita pun tangan
kanannya telah patah berhubung tewasnya Andi Tadda. Dengan muka
yang sedih, baginda terpaksa berangkat pulang ke Palopo
menurutikeingin an Belanda.

11
Kemudian dari pada itu, disiarkanlah oleh Belanda berita
keseluruh kerajaan, bahwa Datu telah menyerah, dan Andi Tadda yang
dikatakan pahlawan itu telah mati pula, oleh sebab itu diminta dengan
keras, supaya seluruh penduduk Kerajaan Luwu tunduk kepada
kekuasaan Belanda, dan jangan sampaiada yang berani melawan.
Barang siapa berani menentang Belanda yang sudah terkenal
kejagoannya itu, akan di ambil tindakan pembalasan yang setimpal.
Berita tersebut didengarsecara dingin oleh rakyat, sambil
menanam dendam dalam kalbu mereka, sebab rakyat tidak dapat
melupakan kekejaman Belanda yang terjadi di muka matanya.
Bersamaan pengumuman Belanda tersebut, tersiarlah pula berita-
berita yang merupakan tantangan keras kepada Belanda. Tantangan
tersebut datangnya dari Makale Baebunta, dan dari seorang Ulama besar
Haji Hasan bersama pahlawannya yang gagah berani Tojabi, dan juga
dari Pong Tiku pahlawan Tanah Toraja yang menyatakan dengan tegas
bahwa mereka lebih suka mati dari pada diperbudak bangsa lain dan
diperintah orang kafir.

C. PERLAWANAN OPU TOPAWENNEI


MAKOLE BAEBUNTA.

Sesudah berita penaklukan tersebut disiarkan Belanda secara luas,


maka Belanda merasa telah aman, dan dengan bangga menunjukkan
sikap yang sombong di muka rakyat dan pembesar-pembesar kerjaan.
Tetapi kesombongan Belanda itu, tiba-tiba kuncup sebagai kembang
yang layu, karena sekonyong-konyong Belanda menerima suatu berita
yang mencemaskan bahwa Opu Topawennei Makola Baebunta dalam
kedudukannya sebagaiKepala Daerah Baebunta, tidak hendak tunduk
kepada Belanda, walaupun Datu dan anggota Hadatnya telah tertawan.
Kalau dikatakan Datu telah menyerah, hanyalah dalam keadaan
terpaksa. Kami lebih suka mati berkalang tanah dari pada diperintah
bangsa lain.
Kini ternyata bagi Belanda, bahwa menundukkan Luwu adalah
perjuangan yang sangat berat, sebagai yang diduga Belanda lebih
dahulu. Berhubung dengan itu, maka Belanda segera meminta kepada

12
Datu, supaya memerintahkan dengan tegas kepada Makole Baebunta
untuk menyerah tanpa sarat.
. Datutakdapatmenyampaikan perintahyang demikianitu kepada,
Makole Baebunta, karenaDatu tahu watak dan sifat-sifat Makole Bae-
bunta. Perintah yang demikian pasti dia tentang, sehingga Datu mem-
peroleh malu dan menurunkan derajatnya di mata rakyatnya. Makole
tersebut sama saja dengan Andi Tadda. Jadisoalnya terserahkepada
Belanda sendiridemikian jawab Datu yang disampaikan oleh Opu
Tomarialang kepada Belanda.
Kemudian dari pada itu, Belanda segera menyelenggarakan
persiapan yang penting-penting, dan menyusun suatu brigade yang kuat
untuk menggempur benteng Baebunta. Brigade Belanda tersebut, ha-
rusmenempuh jarak kira-kira 52 K.M. dengan melalui hutan rimba dan
menyeberangi beberapa sungai yang deras dan dalam airnya, barulah
brigade itu dapat sampai di pinggir sungai Rongkong sebelah Selatan,
sedang kampung Baebunta terletak di pinggir sebelah utara sungai besar
yang bersejarah itu.
Ketika Belanda menyeberangi sungai yang besar itu, maka
brigade Belanda itu, dapat di katakan hancur sama sekali, hanya
beberapa orang saja yang selamat dan lari pulang kePalopo, karena
sementara mereka itu menyeberang, mereka lantas digempur dan
dipukul habis-habisanoleh pahlawan-pahlawan Baebunta dari kubu-kubu
pertahanan mereka yang strategis letaknya. Kemenangan Baebunta di
babak pertama itu, disebabkan oleh keberanianmereka, kedua oleh
karena bantuan alam.
Kemudian Belanda menyusun brigade yang kedua, lebih kuat dari
pada brigade yang pertama. Di samping itu, sekali lagi Belanda meminta
dengan keris kepada Matu untuk memerintakan Makelo Baebunta
menyerahi Data hanya mengangkat bahudanmengatakan bahwa ia tidak
berkuasa dalam hal itu.
Berbulan-bulan Belanda mengepung benteng Baebunta dengan
bertempur terus menerus, akan tetapi namun demikian, Belanda tak
dapatmenyeberangisungai Rongkong yang besaritu, berkat kuatnya
benteng pertahanan Baebunta. Olehsebab itu, Belanda melakukan taktik
lain, yaitu dengan mengirim satubrigade yang lain dengan kapal
menujukampung Wotu jauh ke utara Baebunta. Dari Wotu, brigade itu

13
akan berjalan kakike selatan menuju Baebunta dengan maksud
menyerang benteng Baebunta dari belakang. Tapi kedatangan Belanda
di Wotu, telah ditunggu pulaolehpahlawan-pahlawan Wotu dibawah
pimpinan Andi Pandangai Opu Daeng Tallesang, Mincara Wotu (Kepala
Distrik), bersama dengan kepala perangnya yang bernama Ambe MAK,
sehingga brigade Belanda tersebut tidak dapat mendarat di Wotu. Oleh
sebab itu, Belanda maju lebih ke utara lagi mendekati Malili, sampai
mereka mendarat di suatu tempat di seberang utara sungai KalaEna.
Berminggu-minggu Belanda di tepi sungai tersebut, untuk berusaha
menyeberangi sungai yang dalamairnya itu, sehingga menderita banyak
korban, namun Belanda belum dapat menyeberang, berkat kegigihan
bertatian Andi Pan dangai Opu Daeng Tallesang dan Ambe Mak, di
tempat penyeberangan yang bernama Jalaya.
Akhirnya, Belanda dapat menyeberangi sungai tersebut, atas
bantuan beberapa orang penghianat yang menunjukkan kepada Belanda
tempat yang baik untuk menyeberang pada suatu bahagian sungai yang
dangkal dan sempit. Dengan demikiaa, maka Andi Pandangai Opu
Daeng Tallesang terpaksa mundur, oleh karena tak dapat menahan
serangan -serangan Belanda yang bersenjata lengkap. Mereka
mundurdan langsung terus keBaebunta untuk memperkuat benteng
Baebunta.
Sementara itu, tentara Belanda telah dapat pula menyeberangi
sungai Rongkong di suatu bahagian sungai yang paling dangkal dan
sempit atas bantuanseorang peughianat, sehingga Belanda dapat
mendekati benteng Baebunta lebih dekat lagi.
Kini benteng Baebunta telah terkepung dari dua jurusaa, utara dan
selatan, sehingga benteng tersebut diserang terus menerus dengan
meriam dari dua jurusan, sehingga benteng Baebunta banyak berlubang
dan beberapa bangunan di dalamnya terbakar. Banyak sudah pahlawan-
pablawan Baebunta yang telah gugur, akan tetapi mereka pantang
menyerah, meskipun Belanda telah berulang-ulang kali bersatu, supaya
Makole menyerah.
Pada suatn'pagidalam suatu pertempuran sengit tiba-tiba Makole
Baebunta jatuh berlumuran darah bersama dengan keris pusakanya yang
masih tergenggam di tangan kanannya ia kena pelor Belanda dari luar
benteng, sebab Belanda sebenarnya takut memasuki benteng tertebut

14
untuk berhadapan dengan pahlawan-pahlawan Baebunta secara satu
persatu. Pada saat beliau akan melepaskan nafasnya yang penghabisan,
masih sempat beliau membisikkan ke telinga isterinya: Adinda,
teruskan perjuangan ini, untuk contoh dan teladan bagi bangsa dan anak
cucu kita. Moga-moga Tuhan memberkati engkau dan mengampuni
segala dosa kita.
Setelah Andi Putiri Opu Daenna Nomru mengucapkan doa,
memohon untuk keselamatan suaminya, maka bangkitlah ia memegang
komando menggantikan suaminya, dengan tidak menghiraukan segala
rintangan dan halangan. Akhirnya serikandi Luwu yang gagah berani itu
dapat ditawan oleh Belanda. Tak lama kemudian, benteng yang
bersejarah itu jatuh ke tangan Belanda, setelah Makole Baebunta gugur
dan isterinya tertawan.
Kemudian, Andi Putiri dibawah ke Palopo dalam keadaan
terbelenggu. la meninggal di Palopo setelah beberapa hari dalam
tahanan di sebabkan siksaan yang bertubi-tubi menimpa dirinya. Ia
menyusul suaminya ke tempat yang abadi dalam perasaan bangga dan
tenang, setelah ia mengucapkan selamat tinggal kepada Datu dan
anggota-anggota Hadat yang datang menjenguknya dikala ia dalam
sakaratul maut.
Seluruh orang dalam ruangan tempat serikandi itu melepaskan
nafasnya yang terakhir meneteskanair mata kesedihan, kecuali
komandan pengawal Belanda yang bertugas di situ.
Sebagai kenang-kenangan dibuatlah orang suatu nyanyian yang
mengandung pujian terhadap pahlawan besar Luwu tersebut.
Sampai sekarang nyanyian itu masih tetap dinyanyikan orang di
kampung-kampung, sehingga anak-anak pun-tahu, terutama anak-anak
di daerah Baebunta dan sekitarnya.
Yang penulis masih ingat, adalah bahagian pertama dari nyanyian
itu, karenapenulis sendiri biasa menyanyikannya semasa kanak-kanak,
oleh karena penulis semasa kanak-kanak pernah diam di kampung
Baebunta. Demikian nyanyian itu :
Bahasa Bugisnya :
Opu Makole iyatoda,
engkasi padanna,
dessi duanna,

15
mate sibolong te p pena.
Artinya :

Opu Makole itu dia,


Tak ada taranya,
tak ada duanya,
tewas dengan imannya.

Demikianlah, dengan penyaksian yang nyata baik sewaktu


Belanda menyaksikan saat terakhir dari hayatnya seringkali budiman
tersebut, maupun waktu Belanda mendengar nyanyian-nyanyian rakyat
yang berisi puji dan puja terhadap Makole Baebunta, mau tak mau
Belanda terpaksa mengakui dalam hatinya bahwa bangsa ini benar-benar
tidak mengingini kemewahan hidup dan kesenangan harta dunia,
melainkan yang mereka kehendaki, ialah kemerdekaan, perdamaian dan
hormat menghormati di antara bangsa-bangsa.

D. PERLAWANAN PONG TIKU.

Setelah Belanda dapat mematahkan perlawanan Andi Tadda Opu


Papalai PunjalaE, dan melumpuhkan perlawanan Opu Topawennei
Makole Baebunta, lantas Belanda mengarahkan dari Palopo, suatu
satuan Tentara yang kuat menuju Tanah Toraja yang indah alamnya itu
untuk menggempur Pong Tiku gelar Ne Baso, seorang bangsawan
Toraja danpahlawan Luwu di bahagian Tanah Toraja, yang juga
menetang dan tidak mau tunduk kepada Belanda. Pong Tiku lebih suka
mati dari pada di perbudak Belanda, karena beliau mengetahui dan
percaya, bahwa Belanda adalah satu bangsa yang kejam, terbukti dari
segala perbuatanperbuatannya di tempat-tempat yang sudah
didudukinya. Belanda datang bukan hendak bersahabat dengan kita, tapi
hanya hendap memperbudak kita.
Selain dari pada tentara yang datang dari Palopo, ada pula
sepasukan tentara Belanda menuju Tanah Toraja melalui Enrekang
dengan maksud yang sama, yakni untuk memukul Pong Tiku.
Jadi Pong Tiku kini dalam keadaan terkepung dua jurusan.

16
Dengan kepungan dari dua jurusan dengan tentara yang kuat, Belanda
mengira, bahwa dalam waktu yang sebentar saja, pasti Pong Tiku
bertekuk lutut.
Akan tetapi dugaan Belanda itu meleset, oleh karena dalam
peperangan ini, Belanda harus berkelahi terus menerus tidak kurang dari
7 bulan lamanya dengan pengorbanan yang tidak sedikit.
Di sangkanya pahlawan itu mudah saja digertak seperti lain-lain
orangyang sudah bejad moralnya, sehingga mudah menjadi alat Belanda
memperbudakbangsanya.
Kira-kira pertengahan tahun 1906, pada suatu malam ketika fajar
akan menyingsing, tiba-tiba gunung Kado yangterletak di wilayah
kecamatan Pangala antara Walenrang (Palopo) dengan Rantepao yaitu
tempat pertahanan PongTiku yang pertama, terkepung dari beberapa
jurusan dengan mendapat tembakan-tembakan meriam yang hebat.
Kejadian ini, sedikit pun tidak menggoncangkan hati Pong Tiku
danpengiring-pengiringnya, malah mereka bertahan Gigih sekali.
Sehari-harian benteng gunung Kado terkepung, akan tetapi tetap Pong
Tiku bertahan dengan kuatnya. Semua tentara Belanda yang berani
mendekati gunung tersebut dan mendaki ke atas, tak seorang lagi yang
dapat turun kembali, karena semuanya telah menjadi mangsa kelewang
dan tombak Pong Tiku dan kawan-kawannya. Akhirnya Belanda
mundur untuk mencari siasat baru. Tapi PongT'ilcu pun merasa, bahwa
benteng gunung Kado tidak begitu baik lagi untuk pertahanan, maka
Pong Tiku dengan kawaa-kawanya segera pindah ke gunung
Rindingallo, yang juga terletak dalam Kecamatan Pangala sebagai
bentengnya yang ke dua. Benteng Pong Tiku yang kedua ini, lama sekali
baru diketahui olehBelanda.
Demikianlah, kembali Belaada menyerang benteng Rindingallo
dengan hebat sekali. Ditempat ini pun Belanda banyak yang mati sebab
tiap-tiap tentara Belanda yang berani mendaki kepuncak, maka dengan
tidak diketahuinya, tiba-tiba matanya disembur dengan lombok yang
sudah digiling halus, maka dengan mudahnya pasukan-pasukan Belanda
tersebut dibunuh dengan kelewang atau tombak. Di benteng ini, Belanda
pun gagal, dan terpaksa mundur untuk mencari siasat baru.
Kekuatan Pong Tiku yang pentingadalah keadaan alam
sekelilingnya. Setelah merasa bahwa gunung Rindingallo tidak strategis

17
lagi,Pong Tiku, lantas pindah lagi di sekitar pegunungan Baruppu di
puncak yang bernama gunung Batu, jugaterletak dalam wilayah
kecamatan Pangala.
Di benteng yang ketiga ini, PongTikn punmendapat serangan-
serangan yang gencar dari pihak Belanda, terutama tembakan-tembakan
dengan meriam, oleh karena Belanda telah mendapat bantuan lagi dari
Palopo dan Enrekang.
Setelah pahlawan besar ini melihat, bahwa benteng gunung-
gunung Batu tidak akan lama lagi bertahan, maka segeralah beliaukeluar
dari sana, dan berangkat menuju gunung Alla di kecamatan
Mingkendo di batas Enrekang, untuk berjumpa dengan Wa Sarerang,
karena dia ini pun tidak hendak tunduk kepada Belanda.
Tapi Pong Tiku tak dapat langsung ke gunung Alla, oleh karena di
gunung itu pertempuran sedang berlangsung dengan hebatnya antara
Belanda dan Wa Sarerang dengan kawan-kawannya. Oleh sebab itu,
beliau memutuskan singgah di Sangalla untuk bertemu dengan Puang
Randanan Raja Sangalla. Dalam pertemuan tersebut, diputuskan supaya
Pong Tiku melakukan perlawanan secara gerilya, pukulmundur sesuai
dengan keadaan alam Tanah Toraja.
Demikianlah Pong Tiku lantas memilih suatu tempat sebagai
markas besarnya, yaitu suatu gua batu yang cukup luas di dalamnya
untuk beberapa orang. Pada sebelah atas dari mulut gua tersebut,
terdapat suatu air terjun yang merupakan pintu dari gua tersebut,
sehingga sukar sekali didugabahwa di balik air terjun itu terdapat suatu
gua itu yang baik sekali untuk tempat bersembunyi. Gua batu rahasia
juga terletak dalam wilayah kecamatan Pangala.
Dengan berubahnya taktik Pong Tiku menghadapi Belanda, maka
bertambahlah kesulitan dan kesukaran Belanda, oleh karena setiap hari
selalu ada saja korban di pihak Belanda, sedang di pihak Pong Tiku
tidak ada korban.
Akan tetapi keadaan itu segera berubah setelah Poang Randanan
Raja Sangalla ditawan Belanda. Setelah 3 bulan Puang Randanan
ditahan, maka percayalah beliau akan bujukan-bujukan dan perkataan-
perkataan manis pihak Belanda yang menyatakan dengan sungguh-
sungguh hendak berdamai dengan Pong Tiku secara jujur.

18
Demikianlah maka Puang Ranhanan membuka rahasia gua batu
tersebut kepada Belanda. Dengan permintaan Belanda, maka Puang
Randhanan Raja Sangalla, memutuskan seorang kepercayaan yang
bernama Ambe Doke pergi menjumpai Pong Tiku.
Sebab yang datang itu adalah kepercayaan Puang Randanan, maka
percayalah Pong Tiku, akan janji Belanda tersebut,sehingga pahlawan
Ping Tiku keluar dari gua tersebut.
Setelah Pong Tiku berada di luar guabatu tersebut, sekonyong-
konyong iaditangkap oleh pasukan Belanda, yang mengikuti Ambe
Doke dari belakang secara diam-diam. Maka PongTiku bersama
pasukan-pasukannya tertipu mentah-mentah. Dengan muka yang merah,
tandakemarahan yang meluap-luap dalam hatinya, maka dalam keadaan
terikat terpaksa dibawa ke Rante-Pao. Setelah 3 hari dalam tahanan,
beliaudihabisijiwanya dengan tembakan senapan, ketika pahlawan besar
itu diantar untuk mandi di sungai Saddang yang mengalir di pinggir kota
Rante-Pao.
Sekali lagi Belanda menunjukkan kecurangannya. Pong Tiku
gugur sebagai pahlawan bangsa dan meninggalkan satu nokta penting
dalam rangkaian sejarah Kemerdekaan Bangsa Indonesia, yang
patutdibanggakan dan ditonjolkan, guna pelajaran penting bagi bangsa
dan anak cucunya.

E. PERLAWANAN HAIL HASAN


DAN TOAJABI

Pahlawan Andi Tadda, Opu Topawennei Makole Baebunta dan


Pong Tiku dan lain-lainnya, telah gugur sebagai ratna dan kembang
bangsa. Mereka telah memperlihatkan kepada mata dunia, bahwa
kemerdekaan itu, lebih berharga dari pada jiwa, oleh karena mereka
lebih suka mati dari pada dirampas kemerdekaannya. Pahlawan-
pahlawan tersebut telah membuktikan, bahwa jika kemerdekaan bangsa
akan diperkosa orang lain, maka jiwa sekalipun harus dikorbankan.
Beberapa waktu sesudah Andi Tadda Opu Pawelai PunjalaE
mangkat, maka diadakanlah pengangkatan jabatan Opu Patunru
(Perdana Menteri). Adapun orang yang ditunjuk untuk jabatan tinggi

19
tersebut ialah putera Andi Tadda yang bernama Andi Baso Lampulle.
lbundanya adalah keturunan Bone.
Dengan pengangkatan tersebut maka terjadilah susunan
Pengadaran (Kabinet) dari Kerajaan Luwu sebagai berkut :
Opu Patunru - Andi Baso Lampulle Opu Tosappaile.
Opu Pabicara - Andi Jelling (saudara ayah Andi Jemma)
Opu Tomarilalang - Andi Maradang Opu Daeng Bau.
Opu Balirante - Opu Nenena Pamenta.
Andi Baso Lempulle sebagai juga ayahnya adalah seorang
berani,cakap dalam urusan Pemerintahan, tegas dan adil. Beliau kawin
denganAndi Kambo Opu Daeng Risompa Datu Luwu ketika itu, karena
suamidatu yang pertama, yaitu ayah Andi Jemma bernama Andi Engka
OpuCenning telah meninggal dunia.
Sikap Patunru yang baru ini, yang selalu tegas dan berterus
terang, sangat mencurigakan Belanda, dan di samping itu, memang ada
beberapa orang besar beserta pengikut-pengikutnya yang tidak senang
melihat beliau bercokol dan berkuasa diistana kerajaan sebagai Patunru
dan suami Datu.
Dalam masa Andi Baso Lampulle Opu Tosappaile memegang
jabatan sebagai Patunru pemberontakan rakyat yang dipimpin Haji
Hasan, semakin hebat. Sebagai telah diterangkan di muka, bahwa
perlawanan Haji Hasan terhadap Belanda, bersamaan dengan
perlawanan Andi Tadda, tetapi Belanda belum meugetahuinya, oleh
karenahebatnya perlawanan Andi Tadda, Makole Baebunta dan lain-
lainnya. Haji Hasan menggerakkan perlawanannya, karena beliau
berpendiria sebagai pendirian pahlawan-pahlawan Luwu lainnya. Beliau
pantangdiperintah orang kafitsetelah Haji Hasan menyaksikan
kekejaman,perkosaan dan penghinaan. Belanda terhadap rakyat dan
Agama Islam, yang terjadi setiap waktu di depan matanya.
Dalam perlawanan Haji Hasan tersebut, beliau didampingi
seorang patriot, seorang pahlawan besar Luwu yang tidak mengenal
mundur apa lagi menyerah, bernama Toajabi.
Kini Belanda besar-benar menghadapi lawan yang paling gigih.
Mulanya Belanda tidak menghiraukan sedikit pun akan alim besar ini,
akantetapi setelah jatuh beberapa korban di pihak Belanda di
sekitarPalopo, barulah Belanda sadar, dan dengan terpaksa mengerahkan

20
sebahagian besar tenaganya untuk menangkap hidup atau mati Haji
Hasan dan Toajabi.
Tetapi walaupun Belanda telah bertahun-tahun menggerakkan
tentaranya dengan melakukan beberapa kali expedisi untukmenangkap
Haji Hasandan Toajabi, tidak juga berhasil, malah tentara Belanda
sendiri bertambah banyak yang jadi korban.
Daerah perlawanan Haji Hasan, tidak terbatas hanya di Luwu raja,
akan tetapi meliputi juga sebahagian daerah Wajo. Tempat markasnya di
daerah Wajo, ialah kampung Gilirang dan kampung Akkotengan.Dari
tempat ini,Haji Hasan mudah menyeberangi telukBone ke bahagian
Kolaka di wilayah kecamatan Patampanua di kampung Sua-Sua, di
kampung inilah terdapat markas besar Haji Hasan, dan di kampung
inilah pahlawan Tojabi bersama keluarganya bertempat tinggal. Adapun
markas besar Haji Hasan tersebut, dilindungi oleh suatu gunung, gunung
mana sampai sekarangdinamaigunung Tojabi. Dan dari Sua-Sua, bila
dirasanya perlu, dengan mudah pula menyeberang ke daerah Palopo.
Demikianlah daerah perlawanan Haji Hasan,merupakan satu
bulatan di mana Haji Hasan berkeliling melancarkan operasi dan
perlawanannya kepada Belandaa sehingga Belanda kewalahan
menghadapinya.
Pernah Belanda memastikan di dalam suatu bulan puasa, bahwa
Haji Hasan bulan itu pasti tertangkap atau tertembak mati, berdasarkan
laporan mata-mata Belanda yang mengatakan, bahwa Haji Hasan
sekarang ini, beradadi suatu tempat dekat kampung Wawo wilayah
kecamatan PatampanuaE, sedang beristirahat melakukan ibadat puasa
dengan beberapa orang pembantu-pembantunya.
Demikianlah, dengansecara rahasia Belanda segera mengerahkan
suatu pasukan yang terdiri tidak kurang dari 300 orang, sebahagian besar
merupakan Belanda totok. Pada suatu malam yang gelap, pasukan
Belanda tersebut bergerak menuju tempat Haji Hasan di Wawo sesuai
dengan-laporan mata-matanya, dengan keyakinan bahwa Haji Hasan
kali ini pasti tertawan atau tertembak mati. Akan tetapi harapan Belanda
itu gagal sama sekali, karena gerakan Belanda ini lebih dahulutelah
diketahui oleh mata-mata Haji Hasan yang tersebar di setiap pelosok.
Hatta, dekat suatu tanjung di pantai yang berpasir putih, yang
merupakan suatu tempat yang baik sekali untuk menghadang musuh,

21
Haji Hasan dengan kawan-kawannya telah siap menanti kedatangan
pasukan Belanda tersebut dengan bersenjatakan keris, tombak dan
sinangke. (1)
Setelah pasukan Belanda itu lalu di tempat tersebut dengan tidak
ada dugaan lebih dahulu, tiba-tiba mereka diserang dengan hebat oleh
pasukan-pasukan Haji Hasan yang diiringi dengan ucapan Allahu
AkbarYang berlaga hanya kelewang dan bayonet, lawan keris, tombak
dan sinangke,oleh karena senapan tak dapat lagi dipergunakanoleh
kedua belah pihak.
Dalam pertempuran yang berkuah-darah itu, maka Belanda yang
masih hidup lari pontang-panting meninggalkan mayat kawan-kawannya
200 orang lebih.
Kejadian ini sangat memalukan dan merugikan Belanda, sehingga
menimbulkan kecemasan yang besar terutama di kalangan kaki tangan-
kaki tangan Belanda. Kekalahan Belanda yang besar ini, segera
dipergunakan sebagai siasat yang baik oleh orang-orang yang tidak
senang kepada Opu Patunru Andi Baso Lempulle Opu Tosappaile yang
tegas dan adil itu. Orang-orang itu segera menghadap pembesar-
pembesar Belanda dengan secara rahasia, menusukkan jarum
fitnahnya, menuduh bahwa yang memberikan kabar kepada Haji Hasan
tentang kedatangan pasukan Belanda ke Wawo itu, adalah Opu Patunru
sendiri, oleh karena sejak dulu perhubungan Haji Hasan dan Opu
Patunru itu sangat rapat.
Oleh karena di dalam melaksanakan penjajahannya, Belanda
mempergunakan semata-mata hanya kekuasaan, dengan tidak ada
sedikitpun keadilan di dalamnya, maka dengan mudah Belanda
mempercayai segala fitnah yang ditujukan kepada Opu Patunru. .
Demikianlah sikapnya pemerintah penjajah dengan tidak ada
bukti-bukti, maka seseorang yang dicurigai boleh saja ditangkap dan
dibunuh.
(1) Sinangke, ialah parang orang Mekongga (Kolaka) yang sangat
berat. Bentuknya, kecil di pangkal, tetapi ujungnya lebar-
runcing dan tajam. Kira-kira 45 - 50 cm panjangnya. Sangat
ditakuti oleh perampok-perampok lain yang biasa datang
merampokdi Teluk

22
Demikianlah sikap Belanda terhadap Opu Patunru tersebut. Sejak
itu beliau dilarang oleh Belanda pegi ke mana-mana, dengan lain kata
beliau dikenakan tahanan kota, kemudian menjadi tahanan rumah dan
dijaga dengan teliti sekali.
Sementara itu, kepungan kepada Haji Hasan semangkin
diperhebat, terutama pemboikotan makanan. Apa saja yang dibawa
orang, terutama jika melalui laut atau sungai, semuanya diperiksa
dengan saksama. Dengan adanya pemboikotan makanan yang hebat ini,
maka pernah pahlawan besar ini 3 malam 3 hari lamanya memakan
daun-daun dan siput-siput yang hidup di tepi pantai, ketika ia dikepung
di pantai PunjalaE dekat Palopo.
Dengan pengalaman Haji Hasan yang pahit itu, maka untuk
melawan pemboikotan Belanda tersebut, maka diperintahkannya
pengikut-pengikutnya, membuat sejumlah besar tabung yang terbikin
dari kayu bitti-tanru, semacam kayu besi yang sangat kuat dan tahan
dimakan tanah. Tabung-tabung tersebut hanya sebesar paha orang
dewasa, panjangnya kira-kira satu meter, dan pada tengah tabung itu,
dibuat suatu lobang yang memanjang pula, ditutup rapat dengan kayu
bitti-tanru pula.
Di dalam tabung-tabung yang beribu jumlahnya itu
dimasukkanlah persediaan makanan yang terdiri dari dange (1) dan
kaddo bari (2), Kemudian tabung-tabung yang telah berisi makanan
tersebut, ditaman di dalam tanah di tempat-tempat yang penting di
dalam daerah Luwu. Dengan demikian, maka Haji Hasan tidak pernah
lagi kekurangan makanan di mana pun ia berada di dalam daerah
operasinya. Maka pemboikotan Belanda itu, tidak ada lagi artinya.
Sebagai penjajah yang bersifat rakus, maka Belanda tidak
berhenti-hentinya mengejar pahlawan besar Haji Hasan, baik diwilayah
Palopo, maupun diwilayah Masamba, Malili dan Kolaka. Pernah beliau
terkepung di kota Kolaka. Orang-orang mengira beliau tentu tertangkap
atau terbunuh, akan tetapi meskipun kepungan itu hebat dan rapi, beliau
dapat meloloskan diri, setelah menewaskan beberapa orang tentara
Belanda.
Pada suatu waktu Haji Hasan terkepung lagi di suatu tempat yang
jauhnya hanya kira-kira 2 Km. dari benteng gunung Tojabi dekat
kampung Sua-Sua. Tetapi sejak di muara sungai,

23
(1) Dange, semacam makanan yang terbikin dari sagu.
Dibakardalam satau acuan yang terbikin dari tanah liat,
merupakan persegiempat panjang, kita-kira 10 dan 4 cm.
Semangkin kering semangkinbaik, dan tanan berbulan-bulan
lamanya.
(2) Kaddo-bari, semacam makanan yang tebikin dari beras-pulut.
Lebih dahulu beras itu dikukus, setelah masak lantas
dijemursehingga air yang diakandungnya menguap semua. Bahan
ini tahanlamanya, sehingga jika hendak dimakan tidak perlu lagi
dimasak,hanya disiram sedikit dengan air, sehingga menjadi
lemas. Inilahbekal perahu-perahu Bugis yang utama, sehingga
jika periuk takdapat dijerang lantaran angin dan gelombang, maka
anak-anakperahu tidak perlu takut akan makan.
Sua-Sua, Belanda telah mendapat perlawanan sengit, dari seorang
patriot bernama Toindera, komandan pos di muara sungai tersebut, dan
dari pasukan-pasukan Haji Hasan yang berpos di tempat yang bernama
Rantelimbung kira-kira 2 Km dari gunung Toajabi. Di tempatini,
terbunuhlah 14 orang Belanda dalam pertempuran dengan pasukan-
pasukan Haji Hasan tersebut di bawah pimpinan La Tollong dan La
Kampucu.
Oleh karena Belanda menderita banyak korban, maka Belanda tak
dapat lagi mendekati benteng gunungToajabi. Karena jengkel dan
marah disebabkan kekalahannya tersebut, maka pada waktu tentara
Belanda itu mundur, mereka mengangkapi sembarang orang yang tidak
bersalah. Di antara orang-orang yang ditangkap Belanda itu,ialah
Tomadina bersama isterinya yang sedang hamil. Dalam penjara Palopo,
isteri Tomadina tersebut melahirkan seorang anak laki-laki yang
dinamainya La Tarungku (terungku: penjara). Kemudian nama itu
diubah oleh orang tuanya, Halide.-Halide ini kemudian terkenal sebagai
seorang pemuda yang gagah berani dalam revolusi Kemerdekaan di
tahun 1945.
Adapun Toadjabi, sebenarnya telah beberapa kali tertawan oleh
Belanda, akan tetapi sebelum Belanda mengambil tindakan terhadapnya,
ia telah minggat dari penjara sebagai tikus layaknya.

24
Haji Hasan dan Tadjabi, kata orang, keduanya tak mempan senjata tajam
dan senapan. Apakah keterangan orang itu benar atau tidak
wallahualam.

Oleh karena Belanda sudah sangat menderita, letih dan lesu, telah
banyak korban, hanya untuk menangkap 2 orang saja, tapi merupakan
duri dalam dagingnya, akhirnya Belanda meminta bantuan kepada
orang-orang Bugis, oleh karena orang Palopo selalu mengelak untuk
membantu Belanda.
Demikianlah, atas bantuan orang Bugis tersebut maka
dengantidak ada sangkaan sedikitpun sekonyong-konyong Haji Hasan
terkepung di dalam sebuah rumah di kampung Salubongko, kira-kira 20
Km sebelah utara kota Palopo. Ketika itu, Haji Hasan bersamabeberapa
orang pengikutnya sedang makan siang di rumah kosong tersebut.
Setelah mengetahui dirinya telah terkepung, segera beliau bangkit dan
melompat seraya mencabut kerisnya yang bernama lambabone, dan
mengamuk di tengah-tengah pasukan Belanda yang cukup kuat waktu
itu. Disinilah beliau tertawa dalam keadaan pingsan dengan tidak ada
luka-luka dibadannya, pada tanggal4 April 1914, dan lantas dibawa ke
Palopo, langsung dimasukkan ke dalam penjara. Adapun yang
menangkap beliau, seorang suku Bugis kakitangan Belanda bernama La
Mana Dg. Pawinru dan La Miri di bawah pimpinan Dg. Matutu,
semuanya asal dari Cabbengnge (Soppeng).
Dalam penjaraPalopo,beliau mengamukoleh karena beliau tidak
mau disentuh kulitnya oleh orang kafir. Dalam penjara inilah beliau
syahid, gugur sebagai ratna, membela kehormatan bangsa, tanah air dan
kehormatan Islam yang sangat dicintainya itu. Beliau meninggal dengan
pukulan-pukulan dan siksaan-siksaan yang bertubi-tubi, pada tahun
1914.
Haji Hasan bertahan menentang Belanda dalam masa 8 tahun
yaitu sejak tahun 1906 - 1914. Pahlawan besar ini, adalah saudara
kandung almarhum Daeng Maddelang, khatib mesjid raya Palopo, yang
terkenal, disebabkan khotbah-khotbahnya yang berkesan.
Perlawanan Haji Hasan, dilanjutkan oleh Toadjabi. Perlawanan
Toadjabi, tak pernah dipatahkan oleh Belanda, sampai Belanda di sapu
bersih dari daerah Luwu oleh bala-tentara Jepang di tahun1942. Ketika

25
Jepang datang, Toadjabi masih utuh oleh karena tak pernah menyerah
kepada Belanda yang telahmenjajah Luwu dalam masa 36 tahun
lamanya.
Di zaman Jepang inilah Toadjabi tertipu, oleh karena percaya
kepada saudara tua, sehingga beliau tidak ragu-ragu dibawa ke
Palopo. Setibanya di Palopo, dengan tidak ada sebab-sebab yang penting
di muka umum, orang tua yang mulia itu dihantam dengatsemambu
kayu hitam oleh algojo Jepang Harada, sehingga beliau jatuh pingsan
tidak sadarkan diri. Rupanya memang sengaja Jepang hendak
membunuh pahlawan tersebut, karena beliau tewasdalan penjara setelah
ia tidak diberi makan dan minum kurang lebih l0 hari dan 10 malam
lamanya. Dengan pukulan rupanya beliau tidak tewas.
Pahlawan yang sudah sangat tua ini, ditangkap Harada di
kampungLapao-Pao diKecamatan PatampanuaE (Kolaka), bersama
dengan anaknya bernama La Wase, dan seorang temannnya bernama Dg
Pagiling. Orang bertanya, apa gunanya orang tua yang sudah sangat
lanjut usianya, bersama dengan anaknya dan temannya, di tangkap dan,
disiksa oleh Jepang, pada hal beliau itu tidak akan melawan kepada
Jepang, sebab ia sudah percay a kepada saudara tua.
Perbuatan Jepang kepada Toadjabi tersebut, pada hakikatnya,
adalah menyambung tangan Belanda yang sudah patah menghadapi
Haji Hasan dan Toadjabi, yang mengandung suatu siasat jahat. Jepang
hendak memperlihatkan kepada rakyat Luwu, bahwa apa yang Belanda
tidak bisa lakukan kepada Toadjabi, maka Jepang dapat, sehingga
dengan kekejamannya tersebut pasti orang-orang Luwu semangkin takut
kepada Jepang, dan dengan sendirinya mudah dikerahkan untuk
kepentingan perang Jepang menghadapi Sekutu.
Toadjabigugur, sebagai pahlawan bangsa yang jarang samanya
dalam sejarah tanah air. Beliau patut dihormati dan dimuliakan.
Dalam rangka perlawanan Haji Hasan dan lain-lainnya,
menyebabkan Andi Baso Lempulle Opu Tosappaile, yang masih dalam
kedudukannya sebagai Patunru Kerajaan Luwu, bersama dengan
beberapa orang keluarganya, diasingkan oleh Belanda ke Jawa.
(Lihat keterangannya di lain bahagian).

F. PERLAWANAN PONG SIMPING.

26
Setelah pahlawan Haji Hasan meninggal, Belanda merasa
kedudukannya telah aman, meskipun Todjabi masih merupakanduri
dalam dagingnya. Akan tetapi sangka Belanda itu meleset sama sekali,
oleh karena tidak beberapa lama kemudian dari pada itu, yaitu pada
tahun 1914, meletuslah pemberontakanPong-Simping yang berpusat di
kampung Pantilang ibu kota kecamatan Pantilang, suatu daerah
pegunungan yang berhutan rimba yang lebat-lebat,kitra-kira 38 Km
sebelah Barat-Dayakampung Bua, atau kira-kira 50 Kmdi sebelah
selatan kota Palopo.
Perlawanan tersebut, dipimpin oleh seorang bangsawan Toraja
bernama Pang Simping. Pemberontakan. ini meletus, disebabkan oleh
perbuatan Belanda sendiri, jika mereka datang beroperasi di daerah
tersebut. Jika patroli-patroli Belanda datang di Pantilang, mereka selalu
melakukan perbuatan-perbuatan hina, serta menginjak-injak adat-istiadat
penduduk, meskipun kepada kepala suku yang sangat dihotmati rakyat.
Melihat sifat-sifat kebinatangan Belanda, yang selalu mereka
lakukan itu, bangkitlah amarah Pong-Simping, dan berniat akan
membalas dendam kepada Belanda.
Demikianlah, Pong-Simping segera mengatur suatu rencana
perlawanan, dan langkah pertama yang dilakukannya, ialah menghadang
suatu pasukan Belanda yang sedang berangkat menuju Pantilang.
Padawaktu pasukan Belanda tersebut tiba di tempat yang bernama
Pongkatapi, kira-kira 10 Km sebelah selatan kota Palopa, tiba-tiba
pasukan Belanda itu diserang oleh Pong-Simping dan kawan-kawannya,
dan membunuh seorang sersan bangsa Belanda bernama Stout.
Kejadian tersebut sangat mengejutkan Belanda. Kemudian
Belanda menyusun satu pasukan yang kuat untuk menyerang Pantilang
dan menangkap Pong-Simping. Pemberontakan ini, amat memusingkan
kepala Belanda, karena di luar dugaannya, Belanda banyak mengalami
kerugian.
Telah berbulan-bulan lamanya Pong-Simping dikejar-kejar oleh
Belanda, sebaliknya Belanda semangkin banyak korbannya.
Oleh karena Belanda tidak dapat berdaya lagi
menangkapPahlawan Porig-Simping, maka Belanda memaksa anggota-
anggota Kabinet untuk berangkat ke seluruh penjuru kerajaan mencari

27
Pong-Simping, dengan janji akan diberi kehormatan kepada siapa yang
menangkap Pong-Simping.
Akhirnya, atas kepungan bangsanya sendiri, maka pahlawan
tersebut tertangkap di gunung Buntik-Puang dalam wilayah Kecamatan
Pantilang.
Kesudahannya, Pong-Simping, Pong-Daku dan Sumalla kawan
Pong-Simping di huang ke Jawa bersama dengan Andi Bato Lampulle.
Untuk sekian kalinya, perlawanan Pong Simping menunjukkan
kepada Belanda dan dunia, bahwa bangsa Indonesiaadalah satu bangsa
yang suka perdamaian dan menghormati kemerdekaan bangsa lain.
Bangsa Indonesia benci kepada penjajahan, benci kepada pemerasan,
benci kepadaperkosaan, akan tetapi jika diperkosa orang seperti
perbuatan Belanda terhadap rakyat Pong-Simping dan lain-lainnya ia
akan bangkit mengamuk, menerjang dan berperang dengan
mempertaruhkan jiwa raganya membela kehormatannya. Bangsa
Indonesia yakin bahwa mati dalam membela kemerdekaan adalah abadi,
dan darah yang tertumpah karena mempertahankan kehormatan bangsa,
tidak akan menjadi putih warnanya, akan tetapi tetap merah, tetap
berharga meskipun darah itu telah kering.

G. PERANG TOPOKA.

Untuk melancarkan roda penjajahannya, Belanda memaksa rakyat


membuat jalanan dan jembatan-jembatan. Paksaan ituberlaku paling
keras dan kejam di Kecamatan Suli. Bukan saja pembuatan jalan dan
jembatan secara bengis terhadap pendudukKecamatan Suli, juga
pemungutan belasting yang terkenal dengan nama sima assapareng
atuwong. Siapa yang terlambat membayar, dipukuli dan ditahan. Baru
dilepas jika belastingnya telah lunas.
Dugaan orang sehingga Belanda melakukan kekejaman kepada
penduduk Kecamatan Suli lebih dari daerah-daerah lainnya, adalah
sebagai pembalasan dendam, karena di Suli itulah tempat diam dan
kelahiran Andi Tadda pahlawan Luwu yangterkenal itu.
Demikianlah, sewaktu jembatan sungai Suli dibuat oleh Belanda,
maka anak negeri dipaksa secara hewan bekerja siang dan malam,
supaya jembatan itu lekas selesai. Ada orang yang ditendang, dipukul,

28
ditempeleng dan lain-lain perlakuan bengis, sedangkan tenaga mereka
tidak dibayar.
Kekejaman-kekejaman yang sudah di luar batas peri-kemanusiaan
itu, telah diminta berkali-kali oleh Andi Mangile Palempang Suli
(Kepala Distrik), supaya dihentikan, akan tetapi permintaan yang wajar
itu tidak dihiraukan oleh Belanda.
Akhirnya setelah kekejaman-kekejaman Belanda tersebut tak
dapat lagi dipikul oleh rakyat, maka bangkitlah amarah yang meluap-
luap dalam hati penduduk dusun Topaka, dalam wilayah Kecamatan
Larompong yanag dekat dengan Suli, kira-kira 3 Kmjauhnya dari tempat
jembatan itu dibuat, karena penduduk dusun inilah yang paling merasai
kehebatan kekejaman Belanda ketika jembatan tersebut dibuat.
Penduduk dusun Topoka tersebut menyatakan, tidak mau lagi bekerja
membuat jembatan tersebut, dan tidak mau juga membayar belasting.
Meskipun mereka hanya mempunyai tokbak, keris dan badik,
akan tetapi mereka tidak menghiraukan lagi tentang akibat-akibat yang
akan menimpa mereka, asalkan mereka membalas dendam. Di samping
itu, ingatan penduduk dusun tersebut masih baru saja tentang gugurnya
Andi Tadda, di mana sebahagiandari mereka turut pula bersama Andi
Tadda dalam peperangan di PunjalaE.
Setelah Belanda mendengar kabar bahwa orang-orang Topoka
tidak mau bekerja rodi dan membayar belasting, maka Assistent
Resident Luwu yang terkenal dengan nama Petoro Dinding, yang
selalu miring kepalanya, segera berangkat dengan motor-boot ke
Larompong, kira-kira 71 Km dari Palopo, dan mendarat di kampung
Redo di tempat yang bernama Ikko-Bajo, langsung menangkap
penduduk, dan merampas senjata-senjata orang kampung tersebut yang
dianggap pengikutgerakan Topoka. Di tempat ini, terjadi perkelahian
sengit, sehingga kira-kira 50 orang Topoka yang tewas, dan luka-luka.
Jalannya operasi sebagai berikut :
Dari Ikko-Bajo, Petoro-Dinding berangkat ke dusun Topoka,
pusat gerakan tersebut. Di tempat itu terjadilah, perkelahian yang paling
hebat. Tapi yang tewas dari pihak Topoka kurang lebih 10 orang, dan 2
orang Belanda mati. Oleh karena senjata pihak Topoka hanya
merupakan senjata-senjata tajam saja, akhirnya mereka mundur ke
hutan-hutan.

29
Akhirdari pada perang Topoka tersebut, terjadi pada suatu malam
gelapgulita disertai hujan keras. Kira-kira jam3 dini hari penduduk
Topoka tiba-tiba menyerang barak patroli Belanda yangterletak di tepi
sungai Suli, dengan suarayang gegap gempita. Seketika itu juga
terdengarlah bunyi senapan-senapan Belanda, membalas serangan-
serangan penduduk Topoka tersebut. Kira-kira setengah jam kemudian
keadaan menjadi tenang. Keesokan harinya, baru diketahui bahwa
semalamitu adalah pertempuran antara Belanda dan penduduk Topoka.
Lebih 20 orang Belanda yang luka-luka dan seorang yang tewas, dan
dipihak Topoka, kira-kira 40 orang luka-luka dan 10 orang tewas.
Penulis sendiri berada di tengah-tengah kejadian yang bersejarah itu,
tapi masih kanak-kanak. Peristiwa initerjadi pada permulaan tahun 1914.

Kejadian itu, dinamai Perang Topoka, adalah istilah dari


penduduk sendiri. Sebenarnya adalah suatu pemberontakan.
Pemberontakan Topoka ini mempunyai ekor yang panjang. Oleh karena
kejadian tersebut, Belanda melakukan penangkapan disekitar Kecamatan
Suli dan Larompong, meskipun orang-orang yang ditangkap itu tidak
mempunyai sangkut-paut dengan gerakan Topoka tersebut.
Di antara orang-orang yang ditangkap itu, terdapat tokoh yang
penting yaitu :
1. Andi Mangile Palempang Suli. Beliau adalah putera Andi Baso
Lempulle Opu Tosappale, cucu Andi Tadda Opu Pawelai
PundjalaE.
2. Andi Jusuf Opu Tosibengareng Sulewatang Larompong (Kepala
Distrik), adalah menantu Andi Baso Lempulle Opu Tosappaile.
3. Andi Ranreng Opu Toppemanu, putera Andi Baso Lempulle Opu
Tosappaile.
Ketika orang terkemuka tersebut dituduh Belanda sebagai
braintrust, dari gerakan Topoka.
Dengan tidak ada bukti yang nyata, mereka dibuang ke Jawa pada
tahun 1915

30
Inilah Opu Tasappaile Patunru berserta Permaisuri.
Beliau adalah Raja Luwu ke-34, dan diasingkan oleh Belanda.

H. PEMBUANGAN ANDI BASO LEMPULLE OPU TOSAPPAILE


DAN LAIN-LAIN ORANG KE LUAR SULAWESI.

Pembuangan raja-raja di Sulawesi Selatan baik ke Jawa, maupun


ke Sumatera dan lain-lain tempat, dilakukan Belanda dengan kejam,
karena memisahkan raja-raja itu dengan segala yang dikasihinya dan
banyak di antara mereka yang dibuang itu hanya berdasarkan tuduhan
belaka.
Pembuangan kejam itu banyak terjadi di antara tahun 1910 dan
1918. Maksud terpenting dari pembuangan kejam tersebut, ialah untuk
menyapu bersih dan mencabut sampai ke akar-akarnya segala bibit-
bibit perlawanan rakyat terhadap Belanda, agar kedudukan Belanda
bertambah kokoh di masa-masa yang akan datang. Hanya dengan siasat
demikian, Belanda baru bisa leluasa menimba dan mengeruk kekayaan
Indonesia untuk memperkaya Nederland.
Di antara raja-raja yang dibuang itu, yang terpenting bagi
Belanda, ialah Andi Baso Lempulle Opu Tosappaile, Perdana Menteri
Kerajaan Luwu.

31
Seperti yang diterangkan di muka, bahwa Belanda amat curiga
kepada Andi Baso Lempulle tersebut, oleh karena kerisyang dipakai
Haji Hasan dalam perlawanannya kepada Belanda, adalah keris
kepunyaan Datu. Dan kecurigaan Belanda itu diperkuat oleh beberapa
orang yang iri hati kepada Andi Baso tersebut.
Setelah haji Hasan meninggal di dalam penjara Palopo, Andi Baso
Lempulle dipanggil menghadap Assistent-Resident Boer,sebagai
terdakwa :
Apakah keris Lamba-bone ini, kepunyaan Datu isteri Opu?
tanya Boer.
Benar, jawab Opu Tosappaile. ``
Kenapa ada pada Haji Hasan? ulang Boer.
Sebelum Belanda kemari, keris itu memang biasa dipinjam Haji
Hasan, dan kemudianoleh karena keris itu hanya kepunyaan pribadi
Datu atas permintaan Haji Hasan keris itu diberikan kepadanya untuk
dipelihara, jawab Opu Tosappaile.
Sebelum Haji Hasan mati, ia mengatakan, bahwa dia melawan
Belanda lantaran diperintah oleh Opu Tosappaile, benarkah itu? tanya
Boer.
Mungkin Haji Hasan berkata demikian, karena ia di dalam
kesakitan. Tapi orang Belanda adalah orang pintar bukan? Maka
dapatlah masuk akal Belandabahwa Haji Hasan dapat dengan seorang
diri memulihkan kembali Kerajaan Luwu sebagai semula. Dan juga
Belanda terkenal jarang tandingannya, maka ketika ayah saya Andi
Tadda meninggal dunia, maka dengan sendirinya saya mempunyai
banyak senapan sebagai pusaka dari beliau. Tapi saya duduk sebagai
Perdana Menteri, tidak memberontak kepada Belanda, jawab Opu
Tosappaile.
Sanyaklagi pertanyaan-pertanyaan Boer, kepada beliau, seperti
tuduhan bahwa perang Topoka, Pemberontakan Pong-Simping, adalah
di bawah komando Opu Tosappaile. Semua pertanyaan-pertanyaan itu
dijawab beliau dengan tepat, sehingga Boer tak dapat menggolongkan
beliau sebagai orang yang bersalah.
Akan tetapi atas hasutan dan fitnah orang-orang yang iri hati
kepada beliau, yang menyatakan kepada Boer, bahwa Opu Tosappaile
itu adalah seorang yang pintar bicara, dan jika ia selalu diperiksa dengan

32
soal jawab, pasti ia tidak berasalah. Tidak usah ia diperiksa kata tukang-
tukang fitnah itu, karena memang telah banyak orang yang melihat
bahwa Opu Tosappaile selalu bertemu dengan Haji Hasan di muka
mesjid jika telah selesai shalat magrib atau isa.
Demikianlah, akhirnya beliau dibuang oleh Belanda pada tahun
1915 ke Jawa Timur, bersama beberapa orang keluarganya, dan lain-lain
orang termasuk Pong-Simping.
Mereka yang dibuang itu, ialah :
1. Andi Baso Lempulle Opu Tosappaile, dituduh kerjasama
dengan Haji Hasan.
2. Andi Mangile Palempang Suli, anak Opu Tosappaile,Dituduh
, sebagal braintrust perang Topoka.
3. Andi Jusuf Opu Tosibengngareng, Sulewatang larompong
(Kepala Distrik), dituduh sebagai braintrust perang Topoka.
4. Andi Ranreng Opu Toppemanu, anak Opu Tosappaile,
dituduh sebagai braintrust perang Topoka.
5. Opu Tomusu, saudara sepupu Opu Tosappaile, dituduh turut
campur dalam perang Topoka.
6. Lopi Pong Timbang, asal dari Suli, dituduh turut campu
perang Topoka.
7. Sempo, asal dari Suli, dituduh campur perang Topoka.
8. Pong Simping, asal dari Patilang, pemberontak.
9. Opu Toparombeang, asal dari Bua, dituduh kerja samadengan
Pong Simping.
10. Opu Tolane, asai dari Bua, dituduh kerja sama dengan Pong
Simping.
11. Andi Pandangai Opu Daeng Tallesang, kawan seperjuangan
Makola Baebunta.

Di antara pahlawan-pahlawan yang dibuang tersebut, ada


beberapa orang yang panjang usianya, sehingga masih kembali ke
negerinya, seperti Andi Jusuf Opu Tosibengareng, Andi Pandangai Opu
Daeng Tallesang dan Sempo.
D dalam pembuangannya tersebut, Opu Tosappaile kawin dengan
seorang suku Jawa, dan mempunyai keturunan.

33
Peristiwa-peristiwa yang menimpah kerajaan Luwu sejak tahun
1906 tersebut sampai kepada pembuangan beberapa raja-raja tersebut
oleh Belanda ke luar Sulawesi, merupakan revolusi besar yang ke 3.

I. KORTEVERKLARING, MEMECAH BELAH RAJA RAJA

Ternyata Belanda mengalami perlawanan yang hebat di Luwu,


karena sampai Belanda angkat kaki dari daerah yang kaya ini, Belanda
masih meninggalkan beberapa orang musuhnya yang tak dapat ia
taklukkan, ialah Toadjabi cs.
Hatta, setelah VOC dibubarkan pada tahun 1799 dan menjelma
menjadi Pemerintah Hindia Belanda, maka dalam abad itu juga,
hampir semua daerah di Indonesia telah dikuasai oleh Belanda, maka
dibuatlah oleh Belanda perjanjian pendek antara Belanda dan kerajaan-
kerajaan di Indonesia, yang terkenal dengan nama Korteverklaring.
Tujuan terpenting dari pada Korteverklaring tersebut, sudah
tentu untuk mengukuhkan kekuasaan dan penjajahannya dari segala
aspek-aspek hidup dan penghidupan.
Korteverklaring inilah yang mengingat seerat-eratnya lebih dari
pada 360 kerajaan-kerajaan di Indonesia, termasuk Kerajaan Luwu, di
samping kontrak perjanjian panjang yang mengikat kerajaan-kerajaan di
Jawa, seperti Kerajaan Solo.
Di samping sifatnya yang sangat mengikat, maka
korteverklaring tersebut mengandung pula sifat-sifat yang sangat
jahat, karena mempunyai maksud memecah-belah raja-raja dan
memperbudak bangsa Indonesia untuk selama-lamanya. Dan semua
kontrak-kontrak itu harus ditanda-tangani oleh raja-raja.
Di antara isi yang penting dari Korteverklaring tersebut, adalah
sebagai berikut :
Bahwa raja harus mengakui kekuasaan Belanda atas daerahnya,
dan Belandamengizinkan raja itu memerintah terus.
Dan pengangkatan penggantian raja, adalah di tangan Pemerintah
Belanda.
Inilah isi yang pahit darikorteverklaringtersebut.Jadi janganlah
orang heran, jika pada waktu pengangkatan Datu untuk pengganti Opu
Daeng Risompa yang telah mangkat ditahun 1935, mengalami banyak

34
kesulitan dan menimbulkan perpecahan yang hebat di kalangan raja-raja
Luwu yang satu sama lain ada hubungan keluarga. Sebab pengangkatan
Datu tidak lagi ditentukan oleh Ade 12, akan tetapi oleh Pemerintah
Belanda.

J. PENOBATAN ANDI DJEMMA MENJADI DATU LUWU

Pada waktu Datu Andi Kambo Opu Daeng Risompa mangkat


dalam tahun 1935, maka timbullah perpecahan yang hebat di kalangan
keturunan Raja-raja di Luwu, sebab selain Andi Djemma, adalah lagi
beberapa orang yang dimajukan sebagaicalon Datu. Perpecahan tersebut,
nyata terlihat dalam daftar calon yang dimajukan kepada Couverior
Gubernur TimurBesar (Groote Oost).Menurut adat, tidak ada orang di
Luwu pada waktu itu yang berhak menjadi Datu selain Andi Djemma,
karena dialah satu-satunya yang mempunyai derajat anakmattola
(putra mahkota).
Karena adanya lebih dari satu calon Datu, ternyata adanya
pertentangan dan perpecahan yang hebat di kalangan raja-raja di Luwu.
Hal ini menyebabkan adanya kelemahan dalampemerintahan kerajaan.
Yang kenyang dalam situasi demikian,ialah orang-orang yang pandai
memancing di air keruh. Seorang yang berpangkat Commis, juga
seorang Klerek, kelihatan seakan-akan lebih berkuasa dari pada anggota-
anggota Hadatsendiri.
Orang tidak mengerti sambil bertanya-tanya dalam hatinya, apa
sebab sampai bisa terjadi hal yang demikian itu. Sebab-sebabnya tinggi
terpendam menjadi pengetahuan yang bersangkutan sendiri.
Tapi, jika kita katakan, bahwa sebab-sebab itu berkisar kepada
pangaruh harta benda dan pengaruh kedudukan, ditambah dengan taktik
adu-domba belanda, supaya dengan mudah membendung dan
melumpuhkan kemajuan Islam yang mulai berkembang di Luwu, di
bawah pimpinan Muhammadyah, yang telah meliputi seluruh Kerajaan
Luwu, di samping party Serikat Islam di lapangan politik.

35
S. P. DATU LUWU DENGAN PERMAISURI
Lambang perdjuangan putera(i) Indonesia di Luwu kini dan nanti

Pulang dari pangasingan 1-3-1950


2
pak Agung A. Djenma dgn Ibu Agung A. Tenripadang ditengh A. Ahmad putera
beliau

Perkembangan Islam menurut cara yang dijalankan dan diajarkan


Perserikatan Muhammadiyah, pada hakikatnya, sangat menakutkan
Belanda. Ajaran Muhammadiyah yang berdasaarkanAl-Quran dan
Sunnah Rasul, dapatmeruntuhkan tiang penjajahan. Belanda di
Indonesia.
Penulis masih ingat suatu kejadian yang mengandung siasat yang
menghalangi kemajuan Islam ialah mengenai sekolah kemanakan Andi
Werru, Kepala Distrik Baebunta, wilayah Masamba. '
Tuan, saya ingin menyekolahkan anak saya di Yogyakarta pada
Perguruan Muhammadiyah, karena ongkosnya murah, dan juga anak itu
kelak dapat memiliki akhlak dan budi pekerti yang baik, kata Andi
Werru kepada Assistent-Resident Luwu, Vonk. Baik, sahut Vonk;
sambil menepuk-nepuk bahu Andi Werru Upo Daeng Bau. Tetapi lebih
baik lagi kalau anak itu dimasukkan menjadi magang di kantor
Controleur Masamba,supaya anak itu nanti lebih gampang diangkat

36
menjadi KepalaDistrik. Nanti` saya sendiri memberitahukan hal itu
kepada tuan Controleur, kata Vonk lebih lanjut.
Baiklah Tuan, sebab tentunya Tuan lebih tahu dari pada saya
kata Andi Werru.
Inilah satu fakta betapa liciknya politil penjajahan memainkan
peranannya, supaya rakyat tetap bodoh, tidak mengenal hak-haknya
sebagai bangsa, dan tetap buta Agama.
Oleh karena perpecahan raja-raja tersebut, menyebabkan jenazah
Datu hampir 100 hari lamanya tinggal tertahan tidak dimakamkan, sebab
menurut adat, jenazah baginda tidak boleh dimakamkan sebelum, ada
penggantinya yang pasti.
Tapi akhirnya, Andi Djemma juga yang ditunjuk menjadi. Datu,
karena dikhawatirkan rakyat berontak, terutama suku Torongkong yang
sangat fanatik itu.
Perpecahan raja-raja ini berlarut-larut sampai datangJepang
menjarah Luwu. Di dalam kekuasaan Jepang ini, nyataterlihatdan
dirasakan betapa hebat akibat dari perpecahan raja-raja tersebut.
Baiklah penulis ceriterakan garis-garis besarnya, pemilihan Datu
di tahun 1935 itu.
Setelah baginda Andi Kambo mangkat, mulai terasa adanya
ketegangan dalam masyarakat Luwu. Secara diam-diam telah ada
golongan berusaha supaya bukan Andi Djemma yang menjadi Datu.
Ditiupkan kampanye bisik-bisik bahwa Andi Djemma sukar untuk
menjadi Datu karena beliau itu selalu sakit-sakit, dan juga ia pernah
bersalah.
Akan tetapi meskipun alasan-alasan itu dapat dibenarkan kalangan
pembesar-pembesar Belanda di Makassar, akan tetapi pembesar-
pembesar tersebut tak dapat menyokong usaha-usaha yang akan
menjatuhkan Andi Djemma, karena ditakutkan timbulnya suatu
pemberontakan, jika bukan Andi Djemma yang menjadi Datu.
Demikianlah, bertempat di kantor kerajaan, diadakanlah suatu
sidang tertutup oleh Ade-12. Sidang badan tertinggiLuwu itu, dihadiri
lengkap oleh anggota-anggotanya, kecualiKadhi, karena menurut adat,
tiap-tiap Datu yang mangkat atau meletakkan jabatannya, maka kadhi
harus meletakkan jabatannya pula.

37
Sidang dipimpin oleh Andi Djelling Opu Pabicara, didampingi oleh
Gezaghebber Palopo Groeneveld, dan sekretaris sidang, Tendean
Commies di kantor Assistent-Resident..
Setelah rapat dibuka, ketua menyodorkan kepada anggota Ade 12,
secarik kertas yang di dalamnya tercatat 10 nama sebagai calon Datu.
Sebelum memilih anggota-anggota rapat diberi kesempatan
mengeluarkan pendapatnya mengenai calon-calon tersebut.

Adapun nama calon-calon tersebut, ialah :


1. Andi Djemma
2. Andi Luwu (wanita)
3. Andi Gau (wanita)
4. Andi Djelling
5. Andi Tjella
6. Opu Dahalipa (wanita)
7. Opu Daenga Matanang (wanita)
8. Andi Saleh Opu Daeng Soreang.
9. Opu Tobau
10. Andi Baso lanrang.
Agak lama, tak ada seorang anggota yang berani membuka suara.
Setelah beberapa kali diminta oleh pimpinan sidang supaya para anggota
mengemukakan pendapatnya, maka berbicaralah Andi Mangile,
Andeguru, Pampawaepu
Sebelum saya mengeluarkan pendapat, lebih dahulu saya
bertanya, bahwa siapakah yang membuat catatan nama calon-calon ini?
Apakah Belanda, ataukah Hadat, atau bukan?
Setelah berbicara dengan Gezaghebber, ketua rapat menjawab.
Bukan Belanda, dan bukan Hadat. Tapi kenapa?
Jika Belanda, lain jawabnya, dan kalau Hadat lain pula
jawabnya, dan jika bukan yang dua itu, lain pula jawabnya, kata Andi
Mangile. Oleh karena bukan Belanda, dan tidak pula Hadat, maka
pendapat saya sekarang, ialah : calon-calon itu ada yang saya terima dan
ada yang masih tergantung, artinya belum dapat menentukannya.
Yang saya terima, pertama, Andi Djemma, kedua, Andi Luwu, dan
ketiga, Andi Gau. Adapun selebihnya, baru saya terima sebagai calon
Datu, jika semua orang yang sama derajatnya dengan itu yang kira-kira

38
10.000 orang banyaknya dimasukkan juga sebagai calon Datu, kata Andi
Mangile lebih lanjut. Ketua Rapat : Itu pekerjaan besar.
Andi Mangile : Harus begitu, jika kita memang menghendaki
kebaikan, dan menegakkan kebenaran.
Kemudian, semua anggota rapat menyatakan setuju dengan
pendapat Andi Mangile Andeguru Pampawaepu. Demikianlah, maka
calon-calon itu dibatalkan.
Setelah diadakan pertukaran pendapat, rapat menyetujui untuk
menetapkan nama calon-calon dengan memakai cara yang biasa dipakai
dalam pemilihan Kepala Kampung, yaitu menetapkan lebih dahulu dua
orang yang dipercayai dan disuruh duduk terpisah, kemudian
berdatanganlah penduduk kampung kepada dua orang tersebut
membisikkan ke telinganya nama orang yang dikehendalinya menjadi
Kepala Kampung.
Untuk ini, maka rapat menunjuk Andi Maradang Opu Patunru,
Andi Baso Lanrong Opu Tomarilalang. Sesudah penunjukan, maka
berkatalah Andi Maradang, Jika demikian kehendak Hadat, saya
jalankan tugas ini. Dan Andi Baso Lanrang bilang, Telah saya berjanji
dihadapan Tuhan, bahwa jika kemauan Hadat, saya pasti kerjakan. Tapi
ada dua permintaan saya, 1. Diselamatkan jiwa saya, 2. Dan, dijamin
hidupnya keluarga yang di dalam tanggungan saya. Kemudian beliau
sambung. Mungkin berat bagi Hadat menerima permintaan saya itu,
maka biarlah satu saja, ialah keselamatan jiwa saya.
Mendengar kata-kata Andi Baso Lanrang demikian, maka tiba-
tiba Andi Maradang berkata, Jika begitu kata paman saya (Andi Baso
Lanrang adalah paman dari Andi Maradang), maka saya tidak mau
ditunjuk seperti tadi, sebab barangkali ada jahatnya sehingga paman
saya berkata begitu.
Mendengar ucapan Andi Maradang yang demikian itu, tiba-tiba
Andi Baso Lanrang jatuh pingsan.
Dengan adanya kejadian yang tidak disangka-sangka itu, rapat
tersebut ditunda beberapa jam.
Setelah Andi Baso Lanrang sadar kembali, maka di dalam satu
kamar tertutup, beliau ditanya oleh Andi Maradang, apa sebabnya
sampai ia jatuh pingsan-setelah mendengar ucapannya tadi itu. Andi
Baso Lanrang memberi keterangan sebagai berikut :

39
Jika ketahuan nanti bahwa si A umpamanya tidak menunjuk si B
jadi calon, tentu si B marah kepada si A. Hal itu dapat terjadi jika
rahasia pemilihan itu bocor, maka dengan sendirinya si A akan marah
kepada kita berdua, dan dicaci makinya sebagai orang yang
membocorkan rahasianya. Itulah bahayanya.
Setelah keadaan tenang kembali, hari itu juga sidang dilanjutkan.
Kepada tiap-tiap anggota rapat diberikan secarik kertas kosong dan
sebuah sampul kosong, lantas semua anggota menuliskan yang
dikehendakinya menjadi Datu dengan tidak dibubuhi tanda tangan,
lantas dimasukkan dalam sampul dan direkat rapat. Kemudian emplop-
emplop yang sudah berisi itu, diantar sendiri oleh Gezaghebber
Groeneveld dan diikuti oleh anggota-anggota Ade - 12, menghadap
Assistent-Resident Mulder.
Di muka Mulder, sampul-sampul itu dibuka, dan hasilnya adalah
seperti di bawah ini :
Andi Djemma mendapat dua belas suara Andi Tjella satu suara,
dan satu suara yang menyatakan kalau bukan Andi Djemma, biarlah
Andi Djelling.
Sesudah itu, dibuatlah suatu pernyataan oleh Ade-12, lantas
dikirim kepada GG di Bogor sebagai wakil Ratu Belanda, karena dialah
yangberhak menentukan berdasarkan Korte verklaring.
Hampir sebulan kemudian dari pada itu,keputusan GG datang,
menetapkan Andi Djemma sebagai Datu.
Dengan demikian, barulah Jenazah Andi Kambo dimakamkan.
Adapun yang menjadi jemma tongeng atau juru-bicara pada upacara
pemakaman baginda ialah Andi Pangerang Opu Tosinilele.
Adapun pengumuman jemma tongeng tersebut, adalah sebagai
berikut:
Bahasa Bugisnya :

Areangkalingamanekko tomaegae lilina luwu,


limpona ware. Leleni ripammasena Allahtaala
datue riluwu, tennatiwi adatngenna, tennasellureng
rialebbong alebirenna. Naiya selengngai ana warowanena
riasengnge jemma barue.
Artinya :

40
Dengarlah!, wahai orang banyak di seluruh Luwu,
dan di Wara khususnya, Datu Luwu telah mengkat dengan
tidak membawa ke Datuannya dan kehormatannya ke
liang lahat.Adapun penggantinya, ialah puteranya yang
bernama DjemmaBarue.
Kini keadaan telah berobah, marilah kita jadikan pelajaran dari
sejarah pergantian Datu tersebut, sehingga perpecahan yang sangat
merugikan itu dihilangkan segera, dan diganti dengan persatuan yang
bulat guna kemajuan Daerah Luwu, dan Negara Republik Indonesia
umumnya.

K. SEDIKIT TENTANG ANDI DJEMMA,


DAN PERKAWINANNYA DENGAN ANDI TENRIPADANG.

Andi Djemma telah berusia lebih 60 tahun. Ayahndanya bernama


Andi Tenrilengka Opu Tjenning, saudara sebapak Andi Djelling Opu
Tosettiaradja bekas Pabicara Luwu yang terkenal sebagai seorang alim
besar Islam di Luwu. Ibundanya, ialah AndiKambo Opu Daeng Risompa
gelar Petta MatinroE Ribintanna, yang menjadi Datu di Luwu, pada
waktu Belanda mula-mula datang sebagai penjajah di Luwu pada tahun
1906.
Andi Djemma lahir setelah ibundanya menjadi Datu, maka
dengan sendirinya menurut adat beliau memiliki derajat anak mattola,
meskipun ia putera yang bungsu. Sedang saudaranya yang sulung
bernama Andi Luwu Opu Daenna Patiware tidak berderajat anak
mattola, oleh karena ia lahir sebelum ibundanya menjadi Datu.
Meskipun Andi Djemma sebagai anak mattola, kemungkinan
orang lain diangkat menjadi Datu, karena pengangkatan Datu tidak lagi
tergantung kepada Datu dan Ade-12, sebagai yang tersebut di muka.
Beliau hanya dua bersaudara seibu-sebapak. Saudara Andi Luwu
telah meninggal di kota Medina sewaktu ia pergi haji. Selain itu, beliau
mempunyai saudara yang lain dengan satu bapak.
Semasa kecilnya, Andi Djemma sangat pendiam, dan sifat ini
menjadi pembawaannya sampai sekarang. Beliau gemar sekali kepada
seni-musik, sehingga hampir segala macam alat musik terkumpul di
rumahnya, seperti biola, piano, gitar dan lain-lain. Beliau terkenal di

41
seluruh Luwu paling pandai bermain harmonica tangan, dan memalu
gendang tari raja dengan bermacam-macam irama.
Bcliau tammat Inlandschool dan pernah memegang jabatan
Kepala Distrik Wara (Palopo). Pada waktu itulah pernah dikatakan
orangbeliau bersalah, oleh karena ketekoran wang kas di dalam
tanggungannya, berpuluh rupiah. Ketekoran itu dilakukan oleh orang
lain, dan wang itu dengan segala senang hati beliau telah ganti.
Sesudahbeliau keluar dari jabatan Kepala Distrik, maka beliau
diam saja di rumah dengan memperdalam ilmunya dengan membaca
bermacam-macam buku keluaran Balai Pustaka, sehingga beliau
terkenal sebagai penggemar ceritera dan hikayat.
Penulis sendiri pernah berdiam lama bersama beliau sebagai
anak-riboko, atau pengiring, bersama dengan lain-lain orang, misalnya
almarhum Andi Bassaleng. (Andi Bassaleng turut berjuang dimasa
revolusi 45, dan pernah bersama penulis dalam satu tahanan Nica yang
mengerikan. Dia meninggal disebabkan penderitaannya yang pahit
selama revolusi).
Meskipun beliau seorang pendiam, tapi ia mempunyai pandangan
jauh ke depan, terutama dalam soal-soal kemerdekaan dan kenegaraan.
Beliau mempunyai kemauan keras untuk maju menuruti kehendak
zaman, sehingga semua puteranya dimasukkannya ke sekolah Belanda,
dengan harapan supaya anak-anaknya mendapat ilmu yang cukup.
Pada waktu revolusi mulai membakar Indonesia, penulis bertanya
kepada beliau, bahwa apakah beliau tidak akan menyesal kelak,
berhubung pernyataan beliau yang militan yang dikeluarkan di kota
Watampone yang berbunyi, Luwu tetap berdiri di belakang
RepublikIndonesia dalam keadaan bagaimanapun juga. Beliau
tersenyum mendengar pertanyaan penulis, dan berkata, bahwa revolusi
ini, adalah revolusi rakyat, revolusi kemerdekaan yang tak dapat
dibendung. Sejarah banyak membuktikan masalah sebagai apa yang kita
hadapi sekarang ini. Kita tidak bodoh menyerahkan diri dilanda zaman
dan digulung oleh revolusi.
Tentang kedudukan saya kata beliau lebih lanjut untuk masa
sekarang dan nanti, tidak menjadi soal bagi saya, asalkan bangsa
Indonesia lepas dari belenggu penjajahan. Apa lagi, Luwu ini pernah

42
berdiri di barisan depan menentang Belanda pada permulaan abad ke-20
ini.
Andi Djemma, adalah seorang dari golongan feodal progressip,
tahu menyesuaikan diri dengan kehendak rakyat.
Pertama kali beliau kawin dengan Andi Kasirang dan memperoleh
seorang putera bernama Andi Makkulau Opu Daeng Parebba.
Sesudah isteri beliau meninggal dunia, beliau kawin lagi dengan
Intang Daeng Mawero yang melahirkan Andi Achmad, Andi Nuhung
dan Andi Iskandar.
Sesudah beliau bercerai dengan Intang Daeng Mawero, puluhan
tahun beliau tidak kawin lagi. Ada disebut-sebut orang, bahwa beliau
akan nikah dengan saudara sepupu-sekalinya, yaitu puteri Andi Djelling,
tapi rupanya hal itu hanya direka-reka orang saja.
Ketika ibundanya masih hidup, atas usaha Andi Gau Opu Gawe
bersama dengan lain-lain keluarganya, bersepakat untuk meminang
puteri Karaeng Mandalle Aru Berru ketika itu, untuk isteri beliau.
Cara melaksanakan maksud tersebut, yakni puteri itu tidak
langsung dipinang, sebab kemungkinan ditolak, mengingat usia beliau
pada waktu itu telah lanjut. Yang dilakukan lebih dahulu hanya
mabbalao cici, maksudnya hendak menyelidiki secara halus keadaan
pihak si gadis. Mungkinkah diterima atau akan ditolak. Cara ini seakan-
akan seperti caranya seekor balao cici (tikus yang sangat kecil) yang
berjalandi cela-cela dinding mengintip mangsanya.
Cara tersebut berjalan dengan baik, sehingga pihak Karaeng
Mandalle mengetahui bahwa ada maksud Luwu meminang putrinya,
maka Karaeng Mandalle menunggu.
Akan tetapi maksud Andi Gau Opu Gawe tersebut, tidak disetujui
bulat oleh Hadat, maka niat yang baik itu tinggal terpendam begitu saja,
sampai memakan waktu lebih dari sepuluh tahun. Akhirnya puteri
Karaeng Mandalle yang malang itu jadi gila, kemudian meninggal
dunia.
Dengan adanya peristiwa tersebut, orang mulai menduga, ada
perpecahan di kalangan raja-raja di Luwu, sehingga tidak ada lagi
orangyang bermaksud mencarikan jodoh beliau. Demikianlah Andi
Djemma tetap tidak beristeri lagi, sampai Jepang datang.

43
Adapun perjodohan beliau dengan Andi Tenripadang puteri
baginda Andi Mappanjukki Raja Bone, dimulai ketika Daeng Matike
dan PettaSiampe datang di Palopo sebagai utusan Raja Bone, untuk
mengurussoal-soal sila-sila keturunan raja-raja. Setelah Daeng Matike
mengetahuibahwaAndi Djemma Datu Luwu belum mempunyai
permaisuri, maka Daeng-Matike menyatakan pikirannya, supaya Hadat
Luwu meminang puteri Raja Bone yang telah gadis, namanya Andi
Tenripadang.
Oleh karena pendapat Daeng Matike tersebut, disetujui oleh
sebahagian besar keluarga Andi Djemma, maka diutuslah almarhum
Haji Daeng Masikki ayah Landau tokoh pejuang kemerdekaan yang
terkenal itu, berangkat ke Watampone, untuk mebblalao-cici. Sewaktu
tiba kembali di Palopo, Haji Daeng Masikki mengatakan, ada harapan.
Meskipun urusan itu, dimulai pada masa Belanda, akan tetapi oleh
karena Hadat masih retak, maka urusan itu tinggal terbengkalai,
sampai Jepang datang.
Kemudian diutuslah Andi Mangile, dan Haji Ramli Kadhi Luwu
ke Watampone untuk melakukan cara yang dinamai mammanu-manu
(1),maksudnya untuk mengetahui lebih nyata kepastian, bahwa Luwu
dapat diterima. Jadi belum meminang. Setelah tiba kembali di Palopo,
kedua utusan tersebut mengatakan, pasti jadi, karena Bone
mengatakan bahwa Andi Djemmalahyang ditunggu. Kini, kita hanya
menunggu kabar dari Bone melalui Kenkanrikan Luwu, karena soal itu
akan disampaikan oleh Ade-7 Bone kepada Kenkanrikan Bone.
Beberapa hari kemudian dari pada itu, maka Kenkanrikan Luwu
memberitahukan kepada Hadat Luwu, bahwa Bone telah setuju, dan
aturlah perkawinan Suco menurut adatnya.
Kemudian, ditetapkanlah tiga orang sebagai duta untuk ke
Watampone guna meminang puteri Bone. Ketiga duta itu, ialah : Andi
Mangile Opu Topaewangi; Andi Mattangkilang dan Haji Ramli, dengan
membawasepucuk Nota dari Hadat Luwu kepada Ade-7 Bone.

(1). Adalah satu cara jika kita hendak mengetahui jelas, mau 'atau
tidaknya seorang gadis yang ingin diperisterikan. Dalam masyarakat
Luwu dan Bugis, ada tiga tingkat cara yang dipergunakan dalam soal
perjodohan. Pertama, cara mabbalao cici. Kedua, mammanu-manu.

44
Mammanu-manu artinya burung. Cara ini, lebih jelas kemauan itu
diperlihatkan kepada pihaknya si gadis, tidak bedanyaseekor burung
yang hendak menyambar mangsanya. Setelah jelas, baru cara ketiga,
yaitu meminang.
Nota itu menyatakan, bahwa ketiga duta yang membawa surat, adalah
duta Luwu resmi yang akan menyampaikan hasrat Luwu di hadapan
Baginda Raja Bone dan Ade-7, dan mereka adalah berkuasa penuh.
Sehari setelah duta itu tiba di Watampone, disampaikannyalah
hasrat Luwu tersebut di hadapanAde-7 Bone, seperti yang tersebut di
bawah ini :
Bahasa Bugisnya :
engkawa nasuro siajimmu riluwu sibawa akatta macinnong, iya-
naritu, maelo petap pingi tudang bone, pecawekiwi anu mabelae,
iyanaritu andi djemma panjungngeriluwu, maelo natiwi siajitta
riluwu, kipancajiwi ana taewai silaolaorianu madecengnge,
nasaba adecengenna wanuwae riluwu, bone, enrengngetopa
tomaegana.
Artinya :
Saya diutus oleh kerabatmu di Luwu dengan maksud yang suci,
yaitu ingin duduk mendampingi Bone, mendekatkan hal yang
jauh, yakni kerabatmu di Luwu hendak membawa Andi
DjemmaPajung Luwu, dan jadikanlah dia anak, dan bawalah dia
ke mana saja di dalam soal-soal yang baik demi kebaikan
Kerajaan Luwu dan Bone serta rakyatnya.
Adapun ucapan Datu Luwu tersebut di atas, dikutip dari buku
Lontara-Luwu, yaitu ucapan Duta Raja Soppeng dahulu, ketika Raja
Soppeng Petta Matinroe Amalana meminang Datu Luwu Etenriawaru
gelar Sulthan Hawa, Petta Matinroe tengngana Luwu.
Ucapan Duta Luwu tadi, dijawab oleh Makkedangnge-Tanah,
Perdana Menteri Kerajaan Bone sebagai berikut :

Bahasa Bugisnya :

Purani natimbang ade pitue ribone, naiya nasama terusi mabba-


liangengngi makkadae rennumani mengkaikeng engrengnge
sauininawa riwettu engkana siajikkeng riluwu naompori pikkiri

45
sitinaja namakkebettuang, iyanaritu pabaruiwi assisompunenna
bone sibawa luwu. Natopadamani mellaudoang ripuang matanre,
sarekuammengngi aga netulungngi atanna napajajiwi akkatana
nalo longeng wija makkegunae matti ritauegae engrengtopa
wanuae ribone sibawa luwu.
Artinya .
Telah dipertimbangkan oleh Ade-7 Bone, dan telah dimufakati
untuk menjawab, bahwa kami sangat girang dan senang, karena
adanya kerabat kami dari Luwu mempunyai pikiran yang pantas
dan berarti, karena hendak membaharui perhubungan Bone dan
Luwu. Oleh sebab itu, marilah kita sama berdoa kepada Tuhan
Yang Maha Tinggi, moga-moga Tuhan menolong hambanya
meujudkan maksudnya, yakni memberoleh keturunan yang akan
berguna kelak kepada rakyat dan kepada Kerajaan Bone dan
Luwu.

Pada permulaan Agustus 1945, berangakatlah Andi Djemma Datu


Luwu bersama rombongannya dan segala perlengkapannya ke Bone
untuk melakukan upacara perkawinannya dengan Andi Tenripadang.
Perkawinann agung itu dilaksanakan di suatu tempat di luar kota
Watampone, yaitu dipermandian Wawolangi yang terkenal indah dan
sejuk airnya.
Beberapa hari sesudah baginda Andi Djemma bersama
Permaisurinya tiba di Palopo, Jepang menyerah kepada Sekutu.

DI ZAMAN JEPANG
A. PENGUMUMAN KEPALA-KEPALA DINAS

Pada tanggal 8 Desember 1941 pecah perang pasifik. Perang itu


dimulai dengan pemboman yang dahsyat dari angkatan udara Jepang
terhadap armada Amerika di pelabuhan Pearl Harbour di pulau Hawai
pada tanggal tersebut di atas. Berita pecahnya perang pasifik seketika itu
juga berkumandang ke seluruh dunia, dan diketahui pula di Palopo
padakeesokan harinya. Perang ini adalah rangkaian perang dunia ke-2
yang bermula pecah di Eropah pada tahun 1939.

46
Pagi-pagi esoknya, semua pegawai-pegawai negeri dipanggil
berkumpul di kamar tiap-tiap Kepala Dines. Oleh tiap-tiap Kepala Dines
dijelaskann bahwa telah pecah perang pasifik, di mana Nederland dan
Hindia Belanda ikut terlibat di dalamnya. Kita tidak usah takut, kata
Kepala-Kepala Dinas selanjutnya, karena kita kuat. Kita bersama-sama
dengan Amerika dan lain-lain negeri Sekutu yang kuat.
Beberapa orang yang mendengar keterangan-keterangan
tersebutmenjadi lega dan senang, akan tetapi bagi orang yang sedikit
mengerti tentang politik, dan mengikuti sejarah perjuangan bangsa
Indonesia yang telah lama menyusun tenaga untuk membebaskan diri
dari belenggu penjajahan, merasagembira dalam hatinya
karenawaktuyangdemikain itulah kesempatansebaik-baiknya untuk
melepaskan bangsa dan tanah air dari kungkungan Belanda.
Rahasia hati yang demikian, harus tersimpan baik baik dalam
kalbu kaum pergerakan, oleh karena saat itu, tentunya mata-mata
Belanda telah mulai disebarkan ke mana-mana, untukmengamat-amati
tiap-tiap orang yang dianggap kaum pergerakan.
Maka sebagai tindakan pertama, semua pesawat-pesawat radio
telah diawasi dengan teliti. Tapi meskipun demikian, beberapa orang
termasuk penulis sendiri, setiap malam dengan hati-hati sekali mengikuti
berita-berita radio Tokyo untuk mengetahui jalannya peperangan.
Sementara itu, Belanda telah melatih beberapa orang pegawai
negeri yang masih muda sebagai stadswacht. Pekerjaan ini sebenarnya
tidak berguna lagi, oleh karena dahulu oleh pergerakan pergerakan
politik telah diminta supaya anak negeri diberi hak milisi untuk
membela tanah airnya bila ada serangan dari luar. Akan tetapi
permintaan itu ditolak Belanda. Baru sekarang orang diminta menjadi
Stadswacht, tapi perhatian orang dingin saja, karena hal itu adalah
kepentingan Belanda saja.
Pada waktu ada pertempuran di daerah Bone di kampung Bengo,
antaratentara Belanda dan tentara Jepang, seorang stadswacht dari
Palopo, yaitu guru HIS Mamengko, mati dalam pertempuran tersebut.

47
B.BEBERAPA ORANG PELARIAN POLITIK

Pada suatu pagi, akhir Desember 1941, penulis diberitahukan


suatu rahasia dari seorang pejabat negeri (polisi), bahwa nama penulis
ada tercantum dalam satu black-list, sebagai seorang yang akan
mendapat hukuman tembak 12 pelor.
Setelah penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pejabat
tersebut, segera penulis pulang ke rumah, dan pada hari itu, juga, dengan
diam-diam mendayung sepeda menuju ke selatan ke kampung penulis,
Suli, jauhnya 64 Km dari Palopo. Selain keterangan pejabat polisi
tersebut memang penulis merasa akan ditangkap oleh Belanda.
Baru semalam di Suli, oleh Kepala Distrik Suli Andi Malluru,
diberitahukan kepada penulis, bahwa ada foto dari Controleur Palopo
memanggil supaya penulis bersama Andi Mangile Opu Topaewangi ke
Palopo, karena sawah-sawah di Wara perlu segera diperiksa (penulis dan
Andi Mangile adalah pegawai Dinas Pertanian).
Mendengar panggilan tersebut, penulis dan Andi Mangile syak,
bahwa panggilan itu tidak jujur. Maka pada hari itu juga penulis
bersama dengan Andi Mangile dengan empat orang keluarga berangkat
dengan sepeda menuju negeri Siwa, batas Luwu dan Wajo (Sengkang)
sebab menurut kabar-kabar, Wajo telah diduduki tentara Nippon.
Adapun empat keluarga tersebut ikut menjadi pelarian politik,
oleh karena mereka pun sependirian dengan kami, yaitu ingin supaya
Belanda terusir dari Indonesia dan menjadi merdeka kembali. Mereka
itu ialah :
1. Haji Tessinyili, Opu Gawena Betjtje, asal dari Suli.
2. Londjo Ambe Lampu, asal dari Murante (Larompong).
3. Andi Sinilele Pettana Samaijo, asal dari Larompong.
4. Abdullatif, asal dari Soppeng.
Keadaan di Siwa, sunyi-sepi, hampir tidak ada orang, yang
kelihatan bekerja seperti biasa di sawah dan di ladang. Pegawai-pegawai
Negeri hanya duduk saja dalam kantornya bercakap-cakap tentang
situasi waktu itu
Memang perhatian tidak ada lagi kepada pekerjaan, oleh karena
pukulan-pukulan Jepang dalam peperangan itu, bukan main hebat dan

48
cepatnya, seakan-akan taufan besar menderu ke Selatan, menyapu segala
rintangan yang menghambat jalannya.
Setelah beristirahat sambil memperhatikan segala berita-berita
dalam dua tiga hari, kami meneruskan perjalanan ke Sengkang, sebab
ingin segera berjumpa dengan balatentara Jepang. Di tengah jalan, kami
bertemu dengan Abdulkahar Muzakkar bersama seorang kawannya,
Umar Abdullah, yang terlebih dahulu berangkat ke Sengkang.
Abdulkahar Muzakar mengatakan bahwa dia sendiri belum
berjumpa dengan tentara Jepang, hanya dengan bapak Jusuf Samma.
Katanya lebih jauh, bahwa yang terpenting sekarang ini, ialah kita harus
berdaya upaya melucuti senjata dan menawan orang-orang Belanda
yang kini sudah merosot moralnya.
Sesudah percakapan tersebut, kami segera melanjutkan perjalanan
dengan harapan moga-moga dapat bertemu dengan tentara Nippon, agar
dapat kerja sama untuk menumpas Belanda, terutama Belanda-Belanda
yang berada di Luwu. Maksud ini tak dapat dilaksanakan, oleh karena
tentara Jepang sampai pada hari kedatangan kami di Sengkang, baru
hanya sekali saja datang di Sengkang.
Setibanya di Sengkang, kami menghadap Raja Wajo Andi
Mangkona, memperkenalkan, diri sebagai orang-orang pelarian politik
dari Palopo. Setelah tiga hari berada di Sengkang, penulis bersama
Lomdjo AmbeLampu berangkat ke Soppeng yang belum diduduki
Jepang, untuk meninjau keadaan dan menjumpai keluarga.
Setelah kira-kira dau puluh hari menunggu di Sengkang, tentara
Jepang tidak kunjung datang, kami bersangkat kembali ke Siwa
menempuh jarak 90 Km. lebih dan bergabung dengan Kahar Muzakkar.
Setelah beberapa hari di Siwa,tersiar berita bahwa tentara Dai
Nippon telah dalam perjalanan menuju Enrekang, suatu benteng
pertahanan Belanda, untuk melucuti senjata tentara Belanda yang
bertahan di sana di bawah pimpinan Gortman, berpangkat Obus.
Abdulkahar Muzakkar mengajak kami berangkat bersama-sama
ke Rappang, dan kelak dari sana bersama-sama dengan tentara Jepang,
menuju Enrekang untuk menghantam Belanda yang masih bertahan di
situ.
Akan tetapi, karena sudah merasa terlalu letih, maka tak ada
seorang yang sanggup lagi menuruti rencana Kadar tersebut, hanya

49
kamiberjanji di Palopo kelak bertemu. Jadi hanya Kahar saja yang
berangkat ke Rappang dengan sepeda, sedangkan kawannya Umar
Abdullah menggabungkan dengan kami. Sehari sesudah Kahar ke
Rappang, kamiberangkat pulang ke Palopo setelah mendapat kabar
bahwa Belanda di Luwu telah dikumpulkan untuk menyerah.
Setibanya di Palopo, menulis diberitahu orang, bahwa penulis
bersama dengan Andi Mangile telah dipecat dari pekerjaannya dan
barang-barangnya akan disita. Tapi keputusan itu tidak dapat lagi
dilaksanakan, karena Belanda telah menyerah tanpa syarat.
Beberapa hari kemudian, Kahar menelepon kepadapenulis,
menyatakan bahwa hari itu ia akan datang bersama dengan tentara
Jepang di Palopo.
Mendengar berita tersebut, Datu segera mengirim utusan untuk
menjemput tentara Jepang tersebut. Jepang tiba di Palopo bersama
Kahar Muzakar jam 14.00 siang, disambut dengan suara gegap-gempita
dari beribu-ribu rakyat yang telah lama menanti.
Hari itu, atas perintah bala tentara Jepang, Kahar Muzakar diberi
tugas mensita dan mengurus segala milik Belanda. Sementaraitu, penulis
ditugaskan oleh Datu memperkenalkan nama dan pekerjaan tiap-tiap
yang hadir dalam resepsi perkenalan dengan tentara Jepang bertempat di
istana Datu.

C. RAKYAT KECEWA.

Tanggal 9 Maret 1942, Pemerintah Hindia Belanda menyerah


tanpa syarat. Penyerahan itu dilakukan oleh Gubernur Jenderal Tjarda
Srarkenborgh Stachouwer. Kemudian Gubernur Jenderal tersebut
dibawa oleh Jepang ke Formosa.
Dengan penyerahan tersebut, berakhirlah kekuasaan Belanda di
Indonesia, dengan meninggalkan nama yang buruk dalam lembaran
sejarah dunia. Betapa tidak, oleh karena Belanda menyerah tanpa syarat,
semata-mata mengingat kepentingannya sendiri. Belanda melepaskan
tanggung-jawabnya dengan menyerahkan bangsa Indonesia kemulut
harimau. Demikianlah rendahnya ukuran pribadi penjajah.
Pada mulanya rakyat gembira, rakyat bersorak menyambut
kedatangan saudara tua, karena Jepang telah melenyapkan Belanda

50
dari Bumi Indonesia. Akan tetapi kegembiraan itu hilang lenyap dalam
sekejap mata, sebagai debu yang ditiup angin, oleh karenadimana-mana,
di pasar, di toko-toko, di kantor-kantor, ya di mana saja,kelihatan
kekasaran dan kekejamanJepang. Mereka menyepak, memukul,
menempeleng, dan memperkosa wanita-wanita, dengan tidak
memandang bulu.
Selain daripada itu,setiap pagi, orang diperintahkanmenyembah
bendera dan sujud kejurusanmatahari terbitdengan maksud menyembah
Tenno-Heika, Mikado-Jepang.
Kembali rakyat merasa terbelenggu lahir dan batinnya, dengan
perasaan takut dan cemas setiap saat.
Tentang kedatangan ulama Islam bangsa Jepang Faisal di
daerah ini kata orang keluargan Universitas Azhar Kario - hanya sebagai
topeng saja, untuk mengelabui mata ummat islam sebagai potensi yang
terbesar di Indonesia.
Kita katakan sebagai topeng saja, karena ketiak Ulama itu diangkat
sebagai Kepala Agama Islam di daerah Sulawesi Selatan, maka
tindakannya yang pertama, ialah membunuh dan merusakkan alat
pembangkit I lam. Ia melarang Muhammadiyah dengan semua
bahagian-bahagiannya, menutup semua sekolahnya, dan merampas
semua alat perlengkapan Muhammadiyah.
Di samping ituUlama Islam Jepang itu kelihatannya berpura-
pura saja bershalat dan berpuasa. Acap kali penulis dengan beberapa
kawan pergi bercakap cakap dengan Ulama tersebut di rumah Haji
Ramli Kadhi Luwu, bila ia datang di Palopo. Kami perhatikan dari
dekat, memang dia seorang Jepang tulen yang berbulu Islam.
Adapun Pemuka Islam yang paling berat memikul kesukaran dan
kesulitan lantaran tidakan-tindakan ulamatersebut, ialah Konso
Muhammadiyah HAS Daeng Muntu. Siang malam Haji Daeng Muntu
mendatangi setiap Cabang dan Ranting Muhammadiyah di Sulawesi
Selatan ini, untuk menyabarkan hati kaum Muhammadiyah yang
telahmulai marah disebabkan tindak tunduk ulama Jepang tersebut.
Dari sehari ke sehari, rakyat bertambah kecewa, akhirnya menjadi
sumpah, benci dan mendendam. Rakyat tidak merasa aman lagi,
karena yang pergi singa Belanda, dan yang datang adalah harimau
matahari terbit.

51
Dengan demikian, orang bekerja acuh tak acuh lagi, ya asal
bekerja, sebab orang merasa, hasil pekerjaannya bukan untuk dirinya
atau untuk bangsa dan negerinya, tapi semata-mata untuk kepentingan
perang Jepang.
Adapun yang giat bekerja, hanyalah bangsa Indonesia yang kotor
jiwanya, yakni penjilat-penjilat dengan tindakannya yang licik sekali.
Dari luar mereka kelihatan sebagai pahlawan, karena menonjolkan diri
sebagai musuh Belanda dan Amerika dengan cara bersungguh-sungguh.
Mereka berkata :Amerika-Belanda mesti dilanda dan disetrika. Kini
pelanda dan sterikanya telah tiba, ialah bala tentara Dai Nippon yang
gagah perkasa.
Melihat perilaku bangsa kita yang serupa itu, rakyat semangkin
kecewa dan mendongkol dan bertambah takut, karena mereka dengan
mudah dapat diperalat Jepang. Mereka ini banyak yang diangkat oleh
Jepang sebagai anak emas, dengan demikian mereka merajalela.
Buat sementara, mereka penjilat-penjilat Jepang tersebut, mudah saja
memperoleh kesenangan dan kedudukan penting, oleh karena dengan
tidak ada perasaan malu sedikit pun, mereka telah menjerumuskan
bangsanya yang tidak berdosa.
Tapi kini, jika penjilat-penjilat itu masih hidup, pasti hatinya
merana melihat akibat perbuatannya. Hatinya parah mengenangkan
segala dosanya.
Pembalasan Tuhan pasti datang. Dan telah datanguntuk pertama
kalinya, berupa perasaan hati yang pedih, pilu, takut dari gelisah
menggodanya setiap waktu.

D. HADAT ATAU PENGADARANG BUBAR.

Dalam pada itu, di antara orang-orang yang berpengaruh di Luwu,


ada yang bekerja diam-diam membuat hubungan dengan tentara Jepang,
sebelum Jepang tiba di Palopo. Tindakan mereka tidak diketahui oleh
Datu sedikit pun.
Di masa itu, di mana-mana orang sibuk merobah segala
sesuatunya untuk menyesuaikan dengan apa keinginan Jepang.
Perubahan-perubahan itu, terutama di kota Makassar, sebagai ibu kota
Propinsi Sulawesi.

52
Pada kedatangan tentara Jepang kedua di Palopo, Datu mendapat
perintah untuk melanjutkan Pemerintahannya dengan kekuasaan penuh.
Oleh Datu selama ini melihat dan merasa, bahwa di antara
anggota-anggota kabinetnya ada yang kurang senang bekerja sama
dengan dia. Maka untuk memperoleh team-work, kerja sama yang
baik, maka Datu segera menyusun suatu formasi yang baru mengenai
susunan anggota-anggota Hadatnya, mengganti yang lama, seperti
tersebut di bawah ini :
Paturu - Andi Maradang.
Pabicara - Andi Pangerang.
Tomarilalang - Andi Mattangkilang.
Balirante -Andi Pangilu.
Adapun susunan Pengadarang pada waktu itu, adalah sebagai
berikaut :
Paturu - Andi Maradang.
Pabicara - Andi Djelling.
Tomarilalang - Andi Baso Lanrang.
Balirante - andi Pangiu.
Akan tetapi tidak lama kemudian dari pada itu, Andi Pangiu
meninggal dunia, maka kedudukannya dalam formasi, diganti oleh Andi
Mappanjompa.
Pada konperensi raja-raja di Makassar yang diadakan oleh
Pemerintah Militer Jepang, rencana formasi Hadat tersebut dimajukan
kepada Minseibu (Resident) untuk disahkan.
Untuk memperoleh pengesahan, bukanlah suatu pekerjaan yang
mudah, sebab di mana-mana, terutama di Makassar sendiri, bercokol
banyak penjilat-penjilat, yang tidak gampang dilalui begitu saja. Apa
lagi jika mengenai mutasi seorang yang terkenal di masa Pemerintahan
Belanda.
Golongan ini mempunyai barisan yang kuat,dan menempati sel-
sel di tiap-tiap badan atau kantor-kantor kekuasaan Jepang, untuk
membela dan mengangkat golongannya menempati kedudukan-
kedudukan yang penting. Tujuan mereka, ialah pangkat dan kedudukan,
beda dengan tujuan orang-orang pergerakan yang hanya
memperjuangkan kemerdekaan bangsa dan tanah air.

53
Demikianlah, formasi tersebut memakan waktu tidak kurang dari
satusetengah bulan lamanya, baru mendapat pengesahan setelah
mengalami banyak kesulitan dan rintangan yang hebat, sehingga
penulissendiri nyaris jadi korban.
Sementara itu, Andi Baso Lanrang sebagai Tomarilalang Luwu
ditahan di Makassar, karena telah terbukti mempunyai kesalahan-
kesalahan terhadap Datudan lain-lain yang memungkinkan mendapat
hukukan berat. Kesalahannya, terutama karena perhubungannya dengan
tentara Jepang secara rahasia, sebelum Jepang datang di Palopo.
Ini terbuka setelah surat-suratnya dapat disita oleh Pemerintah
Kerajaan. Isi surat-surat rahasia yang dia kirim kepada Jepang,
mengandung soal-soal yang dapat menguntungkan dirinya, dan dapat
mencelakakan orang lain.
Akan tetapi atas petunjuk-petunjuk dan pertimbangan-
pertimbangandari beberapa orang kepercayaan Datu, yang menyatakan
bahwa mungkin belau masih bisa menjadi baik, kerena dia adalah
seorang yang berfikiran, apalagi tenaganya amat dibutuhkan dalam
keadaan sebagai waktu itu, Dengan pertimbangan-pertimbangan seperti
tersebut, maka dengan hati yang ikhlas Datu memaafkan kesalahannya,
sehingga dia dibebaskan dari tahanan.
Setibanya Datu Palopo sesudah menghadiri konperensi raja-raja
tersebut, maka atas keputusan Datu dan Hadatnya, ditetapkanlah buat
sementara sebagai Petor Besar Andi Makkulau Opu Daeng Parebba, dan
sebagai Sekretaris Kerajaan, ditunjuk M. Sanusi Daeng Matata.
Dengan alat kekuasaan kerajaan yang baru tersebut, mulailah
dilancarkan berbagai usaha di segala bidang, terutama dalam soal-soal
perselisihan dan tuntut-menuntut yang masih banyak sekali ke tinggalan
dan terbengkalai di zaman Belanda. Sidang malam anggota-anggota
Hadat yang baru itu bersidang, yang berakhir selalu pada waktu lepas
tengah malam.

54
E. ANGGOTA-ANGGOTA HADAT DI USIR
SEBAGAI ANJING.

Dalam pada itu, orang-orang yang bersifat penjilat telah bekerja


pula secara diam-diam. Untuk mencapai maksudnya semasa mereka
masih lemah, maka sikap dan cara mereka manis sekali dan sangat
hormat kepadaorang-orang yang mereka hendak gulingkan. Akhirnya
pekerjaan mereka berhasil, sebab setelah kira-kira 8 bulan kabinet baru
Luwu itu bekerja, maka datanglah di Palopo seorang Jepang sebagai
Kenkanrikan dan beberapa orang Jepang lainnya sebagai anggota
stafnya. Yang terpenting di antara mereka itu, seorang bernama Harada.
Bukan saja sifatnya buruk, tapi mukanya pun buruk juga. Muka itu
sangat menakutkan bagi siapa yang melihatnya.
Pada malamnya, sesudah kedatangan Kenkanrikan tersebut, Datu
bersama dengan anggota-anggota Hadatnya berkumpul membicarakau
tentang kabar-kabar mengenai pemecatan mereka. Mereka
berkesimpulan, bahwa pemecatan itu tak dapat mereka lawan, sehingga
mereka mengembalikan masalah itu kepada Tuhan Yang Maha Adil,
sambil menunggu apa yagn akan menimpa mereka.
Telah 12 jam lamanya Kenkanrikan tersebut berada di Palopo,
sedikit pun ia tidak memberi tahu kepada Datu tentang kedatangannya
tersebut. Pada hari kedua paginya, barulah Datu dipanggilbersama-sama
dengan anggota Hadatnya ke muka Kenkanrikan tersebut, yang telah
menunggu di kantor Pemerintah Kerajaan bersama dengan Harada, dan
lain-lain pejabat Jepang dan Indonesia.
Sesudah anggota-anggota Hadat tersebut secara kasar diberi tahu
tentang pemecatannya dengan tidak hormat, lantas mereka diusir seperti
anjing, dengan tidak diberi kesempatan mengucapkan sepatah-kata:
Di samping itu, dikeluarkan pula pemberi tahuan, bahwa Andi
Makkulau juga dipecat sebagai Petoro Besar sementara, dan M. Sanusi
Daeng Mattata boleh terus jadi Sekretaris sebagai Sekretaris Prive Datu.
Sebagai pengganti kabinet yang dibubarkan secara kasar itu,
diangkatlah kembali anggota-anggotaHadat lama, dengan sedikit
perubahan, Susunannya adalah seperti berikut :
Patunru - Andi Djelling.
Pabicara -Andi Baso Lanrang.

55
Tomarilalang -Andi Kaso.
Balirante -Andi Mappanjompa.

Dengan fakta tersebut di atas, nyata Jepang memandang anggota-


anggota Hadat yang diusirnya itu bersama semua orangyang sependirian
dengan Datu, sebagai penghianat-penghianat besar yang pro Belanda,
sebab tidak pernah terjadi di Luwu seorang yang dihormati rakyat,
dipecat seperti yang berlaku atas anggota-anggota Hadattersebut. Hanya
penghianat besar saja yang bisa diperlakukan demikian.
Kejadian yang menyolok itu menimbulkankedongkolan hati dan
menambah amarah yang bernyala-nyala, dan kebencian rakyat kepada
Jepang, sebab apa yang dijanjikan Jepang selama ini melalui corong
radionya dari Tokyo, adalah omong, kosong belaka.
Memang demikianlah resiko yang biasa menimpa orang-orang
yang berjuang membela kebenaran. Tapi nanti sesudah Jepang bertekuk
lutut, barulah Jepang mengetahui, siapa kawan dan siapa lawannya,
sebab pada waktu itu penjilat-penjilat Jepang telah lenyap tak kelihatan
lagi batang hidungnya, dan tidak malu-malu mereka memutar haluan
dari Timur ke Barat dengan bermacam-macam alasan kosong.

F. ABDULKAHAR MUZAKKAR DIHUKUM


RIPAOPPANGI TANAH.

Karena peristiwa pengusiran anggota-anggota Hadat tersebut,


maka bersorak-soraklah kaki tangan-kaki tangan Jepang, baik
yangberpangkat kecil maupun yang berpangkat besa. Mereka mulai
merajalela, baik dalam urusan ekonomi, maupun dalam kedudukan dan
pangkat dengan tidak memperdulikan lagi norma-norma kemanusiaan
dan batas-batas kesopanan. Mereka menginjak-injak adat-istiadat dan
budi bahasa yang baik, asal mereka dapat memenuhi hawa nafsunya.
Harada bersama kaki tangannya sudah merajalela
diLuwuterutama dalam kota Palopo. Setiap hari selalu ada saja orang
yang difitnah dan dihadapkan kepada Harada. Tiap-tiap orang yang
menghadap karena fitnah pasti mendapat pukulan kayu hitam, yaitu
suatu semambu yang bundar bentuknya, dan sangat ditakuti orang.

56
Jika korbannya itu telah jatuh pingsan, ia disiram air, dan jika ia
sadarkan diri, maka ia pun dihantam lagi sampai ia rebah dan tidak
bergerak-gerak serta berlumuran darah. Kemudian si korban itu
ditinggalkan begitu saja, dan tidak ada seorang pun yang berani
menjenguknya meskipun keluarga sendiri, karena takut kepada kayu
hitam Harada. Seperti pahlawan TOADJABI yang tidak pernah
menyerah kepada Belanda itu, sewaktku jatuh pingsan lantaran pukulan-
pukulan Harada, tidak ada seorang yang berani menyapa orang tua yang
sudah lanjut benar usianya itu.
Demikianlah sifatkekejaman Jepang, melanda dan merusakkan
hidup dan kehidupan penduduk. Sehingga timbullah kelesuan di
kalangan rakyat: Semua orang bercakap dengan pendek saja bila
berjumpa dengan kawannya atau keluarganya, tidak ada yanag berani
bercakap dengan lama, baik di pasar, maupun di kantor-kantor dan toko-
toko karena takut kena fitnah sebagai mata-mata musuh.
Pada suatu hari terdengan berita yang mengejutkan, karena
Abdulkahar Muzakkar ditangkap oleh Harada dan dijebloskan ke dalam
penjara. Kejadian tersebut, menimbulkan panik dalam hati penduduk.
Rupanya penangkapan itu,telah diatur lebih dahulu sebagai suatu tipu-
muslihat untuk mencelakakan Kahar kerena balas dendam. Sebab jika
memang Kahar mempunyai kesalahan, kenapa tidak siang-siang ia
ditangkap saja, akan tetapi Kahar baru ditangkap sesudah orang Jepang
yang memberikan tugas kepadanya dipindahkan ke lain tempat.
Kahar ditangkap, karena dituduh mencuri emas yang
dipercayakan kepadanya. Emas itu tersimpan di dalam brandkas Nio
Bun Tjeng seorang Tiong Hoa, kuasa satu firma Belanda di Palopo.
Brandkas itu kosong sewaktu dibuka oleh Karada, pada hari yang
memegangkuncinya. Kahar hanya mendaftar barang-barang tersebut. Di
dalam pemeriksaan, Andi Mappanjompa menegaskan, bahwa selama ia
memegang kunci brandkas tersebut, ia tidak pernah
memberitakannyakepada Kahar. Akan tetapi meskipun tidak ada bukti,
Kahar ditangkap juga dan dipenjarakan. Siang malam Kahar disiksa dan
dipukul, dan didesak supaya ia mengaku mengambil Emas itu, dan
dijanji, jika ia mengaku hukumannya akan diringankan. Tapi betapa pun
kesakitan yang menimpa dirinya, Kahar tetap menyangkal, dan dengan

57
suara yang keras ia menantang, mengatakan tuduhan itu palsu dan
bohong.
Kahar seorang jantan, kata Wajong sipir penjara Palopo,
kepada penulis, sewaktu penulis pada suatu hari berkunjung kekantornya
mencari berita-berita kepenjaraan untuk harian Pewarta Selebes.
Walaupun ia disiksa siang dan malam, ia tetap menyangkal dan
menolak segala tuduhan-tuduhan yang ditimpakan kepadanya, kata
Wajing lebih lanjut.
Penulis tersenyum dan mengatakan kepada Wajong :Ucapan
saudara itu benar, oleh karena memang demikian yanag berlaku dalam
suatu negeri yang dikuasai oleh Facisme.
Penangkapan Kahar ini, telah diketahui pula orang di Makassar.
Maka orang-orang Jepang yang pernah kerja sama dengan Ogata yang
memberikan tugas kepada Kahar, merasa tersinggung, disebabkan
penangkapandan penyiksaan Kahar tersebut. Maka bekerjalah orang-
orang Jepang tersebut menyelidiki perkara Kahar tersebut. Akhirnya
pengkhianatan itu terbongkar. Nio Bun Tjeng biang keladi dari perkara
tersebut, tertangkap basah di dalam satu rumah di Van Schelleweg
Makassar (JI. Irian sekarang), dan emas yang dikatakan hilang itu
terdapat padanya. Dengan muka yang pucat pasi disertai dengan
keringat dingin yang mengalir di mukanya, terpaksa mengaku, bahwa
dialah sendiri yang mengambil emas itu dari dalam brandkas dengan
mempergunakan kunci palsu.
Dengan adanya bukti yang nyata ini, maka Harada seakan-akan
tersapu mukanya dengan kotoran yang busuk. Dia sekarang malu
mengangkat mukanya jika berjumpa orang lain. Pamornya telah hilang,
karena penangkapan yang ia bangga-banggakan itu, ternyata hanya
aniaya saja yanag telah diatur lebih dahulu.
Demikianlah, atas perintah dari Makassar, terpaksa Harada
membebas Kahar dari penjara.
Akan tetapi meskipun begiu, Harada masih dapat memperalat,
Hadat Luwu yang tidak berdaya itu, menarik Kahar di muka pengadilan
Hadat, dan dijatuhi hukuman ripaoppangi-tanah, artinya diasingkan
dari bumi Luwu untuk sumur hidupnya.
Dengan adanya hukuman tersebut, Harada menyangka dapat
menutup kesalahannya dan menyapu malu yang telah tercoret di

58
keningnyadengan membuangomong kesana ke mari bahwa Kahar
memang bersalah, sehingga dia dihukum oleh Hadat. Tapi sebaliknya,
Harada semakin parah, karena ia menambah kesalahannya dengan
menghukum orang yang tidak bersalah. Disebabkan hukuman ini, orang
sama berbisik-bisik satu sama lain : ajaib, orang yang ternyata tidak
ada kesalahannya dihukum berat.
Karena hukuman tersebut, Kahar bersama keluarganya terpaksa
meninggalkan Palopo pindah ke Makassar, kemudian ke Jogjakarta. Me
netaplah ia di negeri isterinya sampai tiba saatnya Proklamasi Kemer-
dekaan Indonesia.
Kini telah nyata, bahwa perpecahan raja-raja seperti yang tersebut
di muka, betapa buruk akibatnya. Kekejaman-kekajaman yang dilaku
kan Jepang kepada rakyat Luwu, ternyata tidak dapat dicegah atau
dikurangi oleh Hadat. Pemerintah kerajaan tak dapat membela rakyatnya
dengan dianiaya meskipun dikatakan berkuasa. Mereka sukar
menegakkan keadilan, meskipun mereka ingin adil. Inilah bahaya dan
kebutukannya perpecahan tersebut.

G. LAIN - LAIN KEJADIAN PENTING YANG BERARTI.

Setelah Harada menetap di Palopo, rakyat tidak lagi merasa aman,


hati dan pikirannya selalu gelisah. Jika siang telah datang, baru orang
mengetahui bahwa ia masih hidup. Dan perasaan tidak aman ini semakin
memuncak, sewaktu Achmad Tjambang, seorang Pemuka Party Serikat
Islam Indonesia, dipanggil Harada di kantornya, dan ternyata ia tidak
kembali lagi ke rumahnya. Beberapa hari kemudian baru ketahuan
bahwa beliau telah mati dibunuh Jepang. Apa kesalahannya, sampai
sekarang tidak diketahui orang, kecuali orang-orang yang tersangkut
dalam pembunuhan gelap itu.
Beberapa hari sesudah itu, pada suatu pagi, rumah M. Sanusi Dg.
Mattata didatangi seorang Jepang dari Makassar bernama Nasimura
Sekretaris Minseibu Makassar bersama dengan Manteri Polisi Palopo.
Nasimura langsung menuduh M. Sanusi Dg. Mattata merampas
barang barang Belanda, karena di rumahnya memang ada radio
kepunyaan Vonk bekas Assistent-Resident Luwu, yang dia pinjam untuk
keperluan mengikuti perkembangan dunia.

59
Barang ini saya tidak rampas, tapi saya pinjam dari tentara Dai
Nippon yang datang ke mari, dan pinjaman itu dilaksanakan sendiri tuan
ini, jawab Sanusi sambil menunjuk Manteri Polisi tersebut.
Mana surat keterangannya tanya Nasimura.
Ini, kata Sanusi.
Nasimura memperhatikan sebentar surat izin tersebut, sambil
berkata : Jika tidak ada surat izin ini, kepalamu dipenggal hari ini.
Seketika itu juga, Sanusi mengucapkan syukur kepada Khalik
karena hanya dengan perlindungannyalah jua, hambanya selamat dari
ancaman yang dahsat itu.
Beberapa hari sesudah Kahar ditangkap, Sanusi dipanggil pula
oleh Harada. Orang cemas dan berbisik-bisik, pasti Sanusi binasa,
karena hanya dia yang belum mendapat bahagian, dan kini dia
menghadap mulut harimau.
Mana pistol itu yang hilang, tanya Harada pada Sanusi.
Pistol yang mana tuan tanyakan, tanya Sanusi. Dengan suara
keras, Harada menghardik dan berkata :
Mana boleh kau tidak tahu, pura-pura tanya lagi. Seterusnya
Harada bilang, Itu senjata yang kau kirim dari Palopo ke Makassar,
mengerti? bentaknya.
Sementara itu, hati Sanusi semakin benci melihat wajah Harada,
karena sudah banyak membinasakan orang-orang yang tidak bersalah.
Sesudah sesaat menahan hati, lalu Sanusi berkata,
Itu bukan urusan saya. Kami membantu Nippon dengan
semangat yang bernyala-nyala, karena kami tahu tugas-tugas sekarang
sangat berat. Sebab itu bekerja secara teratur. Pekerjaan-pekerjaan,kami
bagi menurut kecakapan secara teratur. Pekerjaan-pekerjaan, kami bagi
menurut kecakapan masing-masing, supaya dapat berhasil dengan baik.
Jadi pengiriman senjata, diwajibkan Datu kepada WJ. Nikiyulu bekas
Jaksa Palopo, dan sebagai Sekretaris Kerajaan hanya jumlah senjata itu
saya tahu. Di Makassar senjata-senjata itu diterima oleh tuan Ogata
bersama Kahar sebagai pembatunya.
Mendengar nama Ogata dan Kahar, maka Harada balik kepada 2
orang pejabat negeri yang berdiri di sampingnya, yaitu Makmun Dg.
Mattito dan Abdullatif sambil berkata :

60
itulah salahnya Ogata, kenapa dia bisa percaya anak-anak seperti
Kahar.
Mendengar kata Harada demikian, hati Sanusi lega, karena
kesalahan itu telah ditimpakan kepada Ogata dan Kahar. Tapi pada
hakikatnya, Harada hendak menyembunyikan kesalahannya sendiri yang
sudah banyak sekali ia lakukan, terutamakepada Kahar yang waktu itu
sementara dalam tahanan.
Kemudian Harada berteriak memanggil Nikiyulu dan
menyuruhSanusi pulang.
Tiba di rumahnya, telah ada beberapa sahabat Sanusi menunggu
untuk mengetahui halnya.
Syukur, kata Sanusi. tidak ada apa-apa, kebenaran dan keadilan
pasti menang lekas atau lambat, katanya lagi.
Kini Harada telah berkurang kekejamannya, karena dia tidak
menganiaya lagi. Inilah suatu bukti bahwa kekuasaan ituadalah
kepunyaan Tuhan semata-mata. Yang ada pada manusia, hanya
dipinjamkan atau diamanatkan Tuhan kepadanya. Rupanya Harada telah
insaf bahwa dirinya selama ini hanya dijadikan alat oleh beberapa orang
yang inginmemperoleh maksudnya dengan mudah. Ini dapat saya lihat
pada air mukanya, dan merasa dalam tekanan-tekanan suaranya sewaktu
saya bersoal-jawab mengenai senjata-senjata Belanda yang disita ketika
Belanda menyerah, kata Sanusi lebih jauh kepada sahabat-sahabatnya.

H. PENGARUH PERS.

Dalam keadaan hidup yang sangat tertekan dan serba kekurangan


ketikaitumakadaripadamemintabantuankepada keluarga yang juga
sangat kekurangan, lebih baik berusaha sendiri. Untuk menutupi ongkos
sehari-hari M. Sanusi Dg. Mattata menyuruh Moh. Amir berjualjual di
pasar dengan modal yang sangat miskin. Lama kelamaan usaha ini
meningkat sampai toko dan akhirnya mempunyai sebuah rumah
penginapan yang terkenal dengan nama Toko Indonesia dan Hotel
Luwu.
Pada suatu hati, Dg. Mattata menerima sepucuk surat dari
Pimpinan harian Pewarta Selebes yang terbit di Makassar, surat mana
menyatakan pengangkatannya menjadi Wartawan Pewarta

61
Selebesuntuk berita-berita, terutama kabar-kabar dari Daerah Luwu.
Dalam surat pengangkatan itu tercantum juga nama wartawan-wartawan
lain untuk daerah lain, seperti Syamsuddin untuk daerah Bone, kini telah
pensiun sebagai Mayor TNI.
Harian tersebut dipimpin oleh seorang Jepang bernama Kondo
yang besar pengaruhnya di kalangan bangsanya, dan pandai bahasa
Indonesia.
Pengangkatan Dg. Mattata tersebut, mungkin atas anjuran M.
Jusuf Arief dan Massiara yang duduk juga sebagai anggota Redaksi
harian di samping Manai Sophian, Wahab Tarru dan lain-lain. Keduanya
tahu bahwa M. Sanusi Dg. Mattata adalah seorang wartawan dari
Majallah Panji Islam yang terbit di Medan sebelum perang.
Keesokan harinya, M. Sanusi mengunjungi Kenkanrikan Luwu
untuk memperkenalkan diri sebagai wartawan harian Pewarta Selebes,
dan minta supaya Kenkanrikan membubuhi cap dan tanda tangannya di
atas dia punya pers-kart.Seling itu,ia juga menjumpai Harada untuk
maksud yang sama.
Oleh karena daerah Luwu, adalah suatu Daerah yang sangat luas,
maka tidaklah dapat M.Sanusi menampung semua berita-berita yang
penting dari bahagian-bahagian daerah Luwu yang jauh, oleh karena
alat-alat perhubungan diwaktu itu sangat buruknya. Berdasarkan hal
tersebut, M.Sanusi mengajak Suleman Umar untuk membantunya, dan
langsung mengusulkan ke Makassar, permintaan mana diterima dengan
baik, dan Suleman Umar bertugas untuk daerah Masamba dan Malili.
Demikianlah, maka dalam harian tersebut mulailah tampak aneka
rupa kabar-kabar dan berita-berita yang penting-penting dari daerah
Luwu.
Rupanya dengan adanya wartawan PS tersebut di Palopo,
mempunyai pengaruh yang baik kepada masyarakat, terutama kepada
masyarakat bangsa Jepang dan kaki tangannya, karena orang-orang yang
dipanggil oleh Harada sejak waktu itu, tidak ada lagi. Rakyat
kelihatanhidup kembali. Toko-toko dan warung-warung anak negeri
telah mulai diberi pembahagian barang-barang dagangan.
Tidak seperti selama ini, hanya toko-toko orang Cina dan Bombay
saja yang mendapat rezeki.Di samping itu beberapa usaha-usaha kecil

62
dari anak negeri mendapat bantuan alat-alat, setelah usaha-usaha itu
termuat dalam harian PS, misalnya pembikinan mentega dan lain-lain.
Pada suatu hari, seorang Jepang hendak memperlihatkan
kesombongannya, yaitu pada hari pengresmian pembukaan jembatan
sungai Paremang, kira-kira 52 km dari Palopo.
Peresmian pembukaan jembatan tersebut, dihadiri oleh seluruh
Pembesar Jepang, anggota Hadat dan lain-lain orang terkemuka.
Di antara orang-orang Jepang yang hadir,ada seorang pembantu
Kenkanrikan bernama Inoy yang selalu membawa seekor anjing Herder
yang besar di mana saja iapergi. Dia terkenal seorang yang keras dan
tidak boleh dibantah, kemauannya. Siapa yang berani membantah, pasti
ia dihantam oleh Inoy.
Kesombongan itu diperlihatkan Inoy pada waktu orang mulai
makan. Ia berjalan berkeliling membagi-bagikan minuman sake
kepada hadirinSake, adalah suatu minuman keras, sebagai tuak
dikalangan Bugis Makassar. Meskipun orang berkali-kali menolaknya,
akhirnya diminum juga oleh karena desakan Inoy yang keras
disertaidengan galak anjingnya selalu berdiri disampingnya
Setelah ia tiba pada M. Sanusi wakil Pewarta Selebes, maka
ditolaknyalah ajakan Inoy itu dengan baik. Tapi Inoy gagahi terus
supaya M. Sanusi meminum minuman haram itu. Kini perhatian orang
tertuju kepada Inoy dan M. Sanusi. Akhirnya Inoy pegang leher M.
Sanusi dan berteriak, Ayo, Pewarta Selebes minum toh!. Pada saat
yang genting itu, dengan mengingat Tuhan, M. Sanusi memukul Inyo
yang memegang gelas, sehingga gelas itu jatuh, dan sake yang ada
didalamnya habis tertumpah.
Inoy marah, tapi M. Sanusi juga marah dan mengatakan, Tuan
Inoy, sake bagi ummat Islam terlarang diminum, dan saya adalah orang
Islam. Kepala Islam Nippon, melarang juga minum minuman itu, dan
lain-lain minuman yang semacam itu sifatnya. Saya kira tuan lebih
terhormat, jika menghormati pendirian kami dalam hal serupa ini, dan
menyuguhkan kepada kami limon.
Jadi tidak mau minum? bentaknya. Tidak, kata M. Sanusi.
Awas ya, bentaknya lagi.
Tuan juga harus awas, kata M. Sanusi, Kejadian ini akan
termuat dalam Pewarta Selebes, jika tuan tidak mundur, kata Sanusi

63
lebih jauh. la diam, dan tidak berkata-kata lagi kepada Sanusi, sampai
tiba di Palopo.

I. KANTOR HARIAN PEWARTA-SELEBES DEBUKA


DI PALOPO.

Berhubung kekalahan-kekalahan Jepang di banyak medan perang,


maka siasat pertahanan Jepang di Sulawesi, dirobah begitu rupa.
Untuk mengikuti perubahan tersebut, maka kantor pusat Harian
Pewarta Selebes, harus dipindahkan ke Rante-Pao, yang akan menjadi
kubu pertahanan Jepang yang terakhir. Gedung untuk Pewarta Selebes
telah hampir selesai. Sementara itu, lubang-lubang pertahanan telah
banyak dibuat antara jalanan Rante-Pao dan Palopo, dan antara Rante
Pao dan Enrekang.
Menurut rencana, pada bulan Juli 1945, kantor Pusat Pewarta
Selebes sudah harus dibuka setelah semua alat-alat yang diperlukan
telah berada semua di Rante-Pao. Jadi alat-alat itu harus diangkut
berangsur-ngsur melalul Palopo. Maka dengan sendirinya, di Palopo
harus lebih dahulu dibuka kantor Cabang Pewarta Selebes, untuk
mengurus pemindahan-pemindahan itu selanjutnya.
Selain itu, maka jika ada kabar-kabar yang penting maka kantor Cabang
tersebut memberitakan kabar-kabar itu secara bulletin atau pamflet.
Demikianlah, maka dari Makassar ditugaskan 2 orang wartawan,
yaitu Lumoa dan M.Jusuf Arsef, berangkat ke Palopo, dan bersamasama
dengan M. Sanusi dan Suleman Umar menyelenggarakan kantor
tersebut.
Hal ini, mengherankan orang banyak. Ini tentu ada apa-apanya.
Masakan tempuak bersarang rendah.
Memang pada bulan Juni dan Juli hampir tidak ada berita-berita
Domei (kantor berita resmi Jepang) dari garis depan, mengenai situasi
peperangan. Orang banyak telah mengira-ngirakan, bahwa Jepang tidak
akan lama lagi bertahan. Pasti Jepang kalah, oleh karena padawaktu itu
telah datang sekali-sekali bomber B29 kepunyaan Amerika menghantam
kota Palopo dengan menimbulkan banyak kerusakan, sehingga
penduduk kota Palopo banyak yang menyingkir ke luar kota.

64
Pada bulan Agustus 1945, datanglah satu berita Domai yang
menyatakan, bahwa suatu pemboman pesawat-pesawat udara Amerika
di Hirosima dan Nagasaki hebat juga, sehingga mendatangkan banyak
kerugian. Pada waktu itu, orang belum mengetahui tenting bom atom.
Tidak lama sesudah pemboman yang dahsyat di Hirosima dan
Naga saki itu, maka pada tgl 4 Agustus 1945, tersiarlah berita yang
mengatakan, bahwa Jepang telah menyerah tanpa syarat. Seluruh dunia
gempar karena tidak disangka-sangka Jepang telah berlutut di muka
Sekutu. Banyak orang mengatakan, tidak masuk akal Jepang menyerah,
jika dilihat keberanian Jepang berjibaku dan berhara-kiri.
Pihak Jepangdi Palopo, masih menyembunyikan berita yang
menggemparkan itu, karena takut dan malu. Tetapi oleh desakan
wartawan Pewarta Selebes, terpaksa Jepang membenarkan berita
tersebut, dan di samping itu telah ada pula pamflet Sekutu yang
dihamburkan dari udara yang menyatakan kekalahan Jepang. Dengan
demikian barulah berita itu rata diketahui orang.
Sehari dua setelah berita itu tersebar, telah ada beberapa orang
Jepang yang membanuh diri karena malu dan putus asa.
Kekalahan Jepang ini, mendatangkan keamanan dan rasa lega
dalam hati penduduk. Kegembiraan orang banyak tak dapat
digambarkan dengan kata-katayang nyata, banyak orang memotong
kambing melepaskan nazarnya selama ini. Jika kita berjalan-jalan
kepasar, ke toko-toko yang di mana saja, kelihatan orang gembira.
Yang pucat mukanya dan selalu gelisah, ialah kaki-tangan kaki-
tangan Jepang. Mereka Itu, hampir tidak kelihatan lagi batang
hidungnya. Kegembiraan penduduk yang demikian itu tidaklah berlebih-
lebihan jika diingat keadaan bangsa Indonesia yang hidup dalam tekanan
dan paksaan Fasis Jepang. Tiga setengah tahun, rakyat hidup dalam
paksaan, menderita lahir dan bantinnya di bawah tekanan perkosaan,
sehingga ratusan ribu bangsa Indonesia menjadi korban.
Di antara orang-orang Jepang yang ada di Palopo, ada seorang
bernama Samta Kepala Urusan Pelabuhan. Dia tidak mau
mengertikenyataan itu. Acap kali Sakata menangis jika ia ingat
kekalahan Jepang. Oleh karena itu, Sakata berusaha mengadakan satu
gerakan di bawah tanah dengan maksud melakukan perlawanan terus
kepada Sekutu. la mengajak dan membujuk pemuda-pemuda Luwu

65
memasuki gerakannya itu, dengan alasan untuk kemerdekaan Indonesia.
Akan tersebut. Akhirnya Sekata pindah ke kampung Sua-Sua diwilayah
Kecamatan Patampanua. Di sana pun tidak ada pemuda yang mau
memasuki gerakannya. Akhirnya Sakata dibunuh rakyat karena ia
hendak memperkosa wanita-wanita Indonesia.
Pembaca yang terhormat, di zaman Jepang ini, merupakan
revolusi besar yang ke IV dalam Kerajaan Luwu, yang akibatnya
menimpa seluruh penduduk Luwu dengan penderitaan yang demikian
hebatnya, baik lahir maupun bathin.

17. DI ZAMAN REVOLUSI KEMERDEKAAN 1945.


PENDAHULUANSEDIKIT GAMBARAN TENTANG SUASANA
KEKEJAMAN BELANDA DI SULAWESI SELATAN.

Sebelum penulis menggambarkan perjuangan Pemuda-pemuda


Luwu khususnya, rakyat Luwu umumnya yang berlangsung hampir lima
tahun lamanya dalam suasana mandi airmata dan berkuah darah
menentang kaum penjajah. Penulis ingin lebih dahulu menggambarkan
sedikit tentang suasana kekejaman Belanda di seluruh Sulawesi Selatan,
untuk menyegarkan pikiran dan ingatan kita pada waktu perjuangan
yang maha dahsat itu.
Gambaran suasana ini, pernah penulis ikutsertakan dalam
suatuSayembara-Karangan memperingati korban 40.000 Rakyat
SulawesiSelatan, dan mendapat hadiah kedua.
SEBAB APA KITA BERJUANG ?
Dari sejak dahulu, bangsa Indonesia ingin menyusun suatu
masyarakat, yakni suatu pergaulan hidup yang dinamakan adil dan
makmur Keinginan ini dibuktikan oleh sejarah perjuangan pahlawan-
pahlawan tanah air, seperti Diponegoro di Jawa, Imam Bonjol di
Sumatera, Sulthan Hasanuddin di Sulawesi dan lain-lain. Pahlawan-
pahlawan kita tersebut telah mempertaruhkan jiwa-raganya serta segala-
galanya, dan dengan tekad yang bulat menentang penjajah Belanda.
Demikianlah perjuangan itu sambung-bersambung, sehingga sampai
kepada kita.
Adapun sebab-sebabnya kita berjuang, oleh karena kita menolak
pandangan hidup dan sistim kapitalis, kita mengingkari dan menolak

66
sekeras-kerasnya faham dan cara kolonial, dimana bangsa Indonesia
telah menerima nasib penjajahan yang sangat pahit.
Tahukah dunia, bahwa kita bukan menolak saja secara lisan, tetapi
dengan perbuatan, sehingga bangsa Indonesia dengan hati tabah terjunke
medan bakti.
Lantaran jeritan bangsa yang ditindas, tangis seluruh rakyat yang
diperlukan secara kejam, itulah yang memanggil pemuda-pemuda kita
dan rakyat umumnya, terjun ke medan pertempuran melawan penjajah,
mengorbankan jiwa dan segala-galanya untuk membela HAK dan
KEADILAN.
Dunia telah menyaksikan dengan senyata-nyatanya terutama
sesudah proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 yang berkumandang
keseluruh buanaakan semangat kemerdekaan yang meluap-luap serta
kemampuan dengan perbuatan yang nyata dari bangsa Indonesia.
Bangsa Indonesia yang hanya mempunyai senjata keadilan, dan
bambu runcing serta keris-pusaka dan tombak bertuah,
menentang dan melawan penjajah yang bersenjata lengkap dan modern,
pantang surut dan mundur dengan tidak menghiraukan segala macam
pengorbanan dan penderitaan, siksaan dan hukuman dengan suatu ke
percayaan yang teguh, bahwa rakyat Indonesia akan bebas kelak dari
segala rupa penjajahan dan tindakan sewenang-wenang, dan menjadi
manusia yang layak, dan bangsa yang dihormati.
Bukti dan kenyataan yang paling dekat yang sudah disaksikan
oleh mata dunia, ialah perjuangan rakyat Sulawesi-Selatan, sehingga
tidak kurang dari 40.000 rakyat disembelih secara kejam oleh Belanda
melalui tangan Westerling, algojo Belanda yang ganas itu.
Bukti inilah yang mematahkan segala silat-langkah penjajah
yang selalu berikhtiar supaya bukan Belanda yang bertanggung
jawabdalam penyembelihan kejam tersebut. Tapi kejadian ini, adalah
suatu lukisan yang mengotori sejarah bangsa Belanda,sebaliknya
adalahsuatu ''sinar-cahaya dalam lipatan sejarah bangsa Indonesia.

67
KEKEJAMAN BELANDA
Hak suci yang dicita-citakan dan dituntut bangsa Indonesia,
dibalas Belanda dengan kekejaman yang merata di seluruh tanahair, di
antaranya di Sulawesi Selatan, Kekejaman tersebut berlangsung di
bawah pimpin Kapten Westerling, seorang algojo Belanda yang berjiwa
iblis.
Westerling datang di Makassar atas perintah Jenderal Simon
Spoor yang telah membentuk Spesial Depot Batalion di bawah pimpinan
Westerling. Kedatangannya di Makassar, ialah dengan maksud
melanjutkan pekerjaannya yang telah ia lakukan di daerah Jakarta,
Sukabumi dan Malang, yaitu menyembelih kira-kira 30.000 rakyat.
Sebelas Desember 1946, sampai kepada tiga bulan pertama tahun
1947, kekejaman dan kelaliman itu mencapai puncaknya. Di sana-sini,
timbul bermacam-macam kekerasan dan kepincangan, dan tindakan
sewenang-wenang merajalela. Janji Belanda, semua omong kosong
hanya berupa kata-kata di atas kertas yang tidak berharga.
Statement Belanda 1941, lantaran turutnyaBelanda
menandatanganiatlantic-charter, tak ada harganya. Statement Ratu
Wilhelmina Desember 1942, hanya kata-kata yang muluk-muluk saja,
tak ada yang benar. Senyuman dan sopan-santun kaum penjajah,
hanya menunggu berlakunya kelaliman yang sudah direncanakan.
Selama waktu itu, tidak ada kebebasan sedikit pun untuk
mengeluarkan pendapat dan pikiran sendiri, kecuali kalau mengulangi
propaganda Belanda.
Tindakan kekejaman MP dan polisi-rahasia Belanda sangat
menyiksa, dan jauh keluar dari batas prikemanusiaan. Jika berurusan
dengan polisi-rahasia atau MP Belanda, maka tuduhan yang bukan-
bukan yang dipaksakan kepada kita untuk diakui dengan seribu satu
macam siksaan, tidak diberi makan, digantung dengan kedua belah
tangan terikat, danlantas anggota tubuh dibakar dengan puntung rokok
yang membara, dan kalau tidak dibunuhnya, maka orang itu diancam
dengan perjanjian, apa penglihatan dan pendengaran kita dalam tahanan,
tidak boleh diceriterakan kepadaorang lain,keluarga kita, dan semua
orang yang telah berhubungan dengan kita, juga dianggap bersalah dan
bedosa. Jika sudahdianggap bersalah, biarpun tuduhan palsu saja, orang

68
itu terus diambil, disiksa dan dilemparkan dalam kurunganpenjara yang
sempit, atau di bunuh.
Pada masa itu, seluruh lapisan masyarakat diliputi sarang mata-
mata Belanda, di rumah, di kantor, dl pasar, di warung-kopi, di oto yang
sedang berjalan, di penjara dan lain-lain tempat. Dengan tidak disangka-
sangka, sekonyong-konyong kita dipanggil untuk diperiksa tentang
sesuatu kata-kata kita atau perbuatan-perbuatankita yang pernah kita
ucapkan atau lakukan pada beberapa waktu yang lalu.
Mulanya Penangkapandilakukan secara rahasia di waktu tengah
malam gelap, sehingga acap kali dengan sekonyong-konyong
penghunirumah disampingrumahkita, hilang lenyap tak tenturimbanya,
danjika diketahui bahwa kita pernah, menanyakan de mana perginya
genghuni rumah itu, maka tunggulah waktunya, kita akan bernasib
sedemikian pula, hilang dengan tidak meninggalkan bekas serta jejak.
Siapa yang berani menyanggah, atan melepaskan kritik, dianggap
kontraBelanda, kontra kebaikan yang akan didatangkan Belanda,
makapembuangan Sorong dan Semi serta kurungan Hooggad dan
Layang-kamp dan lain-lain rumah tahanan menantikannya, sehingga
Serui pernah mendapat kunjungan kehormatan dari Gubernur
Sulawesi pertama, mendiang Dr. Batulangi, - Lanto Dg. Pasewang, Intje
Saleh Dg. Tompo, Pondaag, Latumahina dan Suwarno sebagai orang
buangan ke sana. Penjara Hoogpad dan Layangkamp dan lain-lain
penuh sesak dengan penghuni yang terdiri dari pemuda-pemuda
perampokterrorist dan extermist sebagai tahanan Belanda.
Hura-hara, yang terjadi di seluruh Sulawesi Selatan, memang
sudah sewajarnya, karena Belanda tidak mau mengerti dan menyadari
tuntutan-tuntutan yang dimajukan bangsa Indonesia mengenai hak
kemerdekaannya.
Dalam pada itu untuk membujuk kita, Belanda berkata bahwa
bangsa Indonesia akan diberi hak Pemerintahan sendiri. Sebagai
topeng, maka hak itu dibuktikannya dengan diangkatnya raja-raja dan
pimpinan-pimpinan kita, seperti di Luwu,Bone, Suppa, Pare-Pare, Wajo,
Soppeng, Gowa dan lain-lain, menduduki pangkat yang tinggi, dan
akhirnya dibentuknya beberapaNegara Boneka seperti NIT (Negara
Indonesia Timur), NST (Negara Sumatera Timur) dan lain-lain, dan
bangsa Indonesia sebagai Kepala Negara. Akan tetapi semua soal-soal

69
kenegaraan, seperti urusan Angkatan Perang, Pendidikan, Keuangan,
Pekerjaan Umum, Pertanian, PTT (Pos-Telegrap-Telefoon), Pengadilan
dan lain-lainnya, semuanya di bawah pengawasan dangan kekuasaan
Belanda. Jadi tidak salah, jika dikatakan Negara-Negaratersebut hanya
sebagai boneka Belanda saja.
Akibat dari pada siasat Belanda tersebut, maka timbullah
perlombaan mencari kedudukan dan korupsi. Mencari kedudukan dan
korupsi seperti itu sudah melampaui batas, karena jalan yang
segampang-gampangnya, ialah mendakwa teman dan kawan serta
bangsa sendiri kepada Nefis,MP dan lain-lain alat kekuasaan Belanda.

Duduk dari kanan ke kiri :


Andi Achmad, M. Djufrie Tambora, M. Landau dan yang berdiri
ditengah-tengah Andi Tenriajeng Mereka ini dijatuhi hukuman
mati oleh PengadilanMuter Belanda.

Tapi namun begitu, bangsa Indonesia yang tetap kebal akan siasat
Belanda yang demikian itu berjuang terus.

70
Pada tgl 23 Januari 1946 dinihari, meletuslah pemberontakan
rakyat Luwu, dengan menggempur tantara NICA, sehingga kota Palopo
menjadi lautan api. Datu bersama permaisurinya, dan anggota-anggota
Hadatnya serta Pemuda-Pemudanya melakukan perang gerilya dalam
masa kurang lebih 7 bulan lamanya. Pada masa itu pantai Timur teluk
Bone, telah menjadi lautan api pula. Harta benda rakyat dan rumahnya
musnah menjadi abu, sejak dari kampung Wawo, menyusur ke Barat ke
kampung Latou, Pakue, Lanipa, Katoi, Sua-Sua dan lain-lain, demikian
pula di pantai Barat teluk Bone, sejak dari kota Palopo, menyusur ke
Utara ke kampung Lemasi, Lawatu, Uppa, Tokke, Cappasolo, Pongko,
Munte dan lain-lain, hancur menjadi puing.
Pada tanggal 3 Juni 1946, Andi Djemma Datu Luwu ditawan
bersama dengan permaisurinya, dan sebahagian anggota Hadatnya, serta
beberapa Pemimpin Pemuda, dan akhirnya beliau bersama anggota
Hadatnya dan lain-lain, dibuang ke Ternate pada tahun 1948 untuk 25
tahun lamanya atas keputusan Pengadilan Hadat Istimewa Luwu di
Watampone. Di samping itu, Pemimpin-pemimpin Pemuda, Landau,
Andi Achmad, M.Jusuf Arief, Andi Tenriadjeng dan M. Djufri, di jatuhi
hukuman mati oleh Pengadilan Militer Belanda pada tahun 1948 di
Makassar, dan hukuman badan kerja paksa kepada Pemimpin-pemimpin
Pemuda lainnya, seperti M. Sanusi Dg. Mattata, Andi Mangile, masing-
masing 10 dan 5 tahun atas keputusan Pengadilan Hadat Istimewa
Luwu di Watampone.
Setelah Belanda merasa payah dan letih menakut-nakuti,
disamping membujuk bangsa Indonesia di Sulawesi Selatan ini, maka
hilanglah kewarasan berfikir mereka, sehingga menempuh jalan dan
tindakan putusasa, dengan keyakinan yang jauh menyimpang dari fakta
sejarah, serta bertentangan 100% peri kemanusiaan.
Belanda berkeyakinan, bahwa hanya jika menjadikan Sulawesi
Selatan lautan darah dan medan pembantaian manusia, baru bangsa
Indonesia itu jera dan tobat menentang Belanda.
Demikianlah algojo Westerling bergerak dan beraksi.
Pada tgl 11 Desember 1946, pembersihan telah memuncak. Darah
bangsa Indonesia, Bugis, Makassar, Mandar, Luwu, Buton, Kendari,
Muna dan lain-lain membanjir menyiram bumi Indonesia yang indah.
Mayat-mayat rakyat bergelimpangan, baik anak-anak, laki-laki dan

71
wanita. Seorang yang dianggap bersalah dalam satu kampung, maka
seluruh kampung harus dimusnahkan, baik penduduknya, maupun harta
bendanya dan rumahnya.
Penangkapan bertubi-tubi, siang dan malam rakyat digiring
kemedan penyembelihan manusia. Kejadian yang seram ini berlaku
sejak dari Makassar ke Selatan, di Gowa, Takalar, Beneponto, Bonthain,
Bulukumba, Selayar, Sinjai dan dari Makassar menyusur pantai Selat
Makassar ke Utara, di Maros, Pangkajene, Barru, Pare-pare, Majene,
dan seterusnya ke Enrekang, Kalosi, Makale, Rante-Pao, Palopo,
Masamba, Malili, Kolaka, Kendari, Raha, Bau-Bau, Bone, Wajo,
Soppeng dan lain lain.
Jeritan rakyat dan tangis orang banyak yang meliputi daerah
Sulawesi Selatan ini tidak dapat mengurangi kekejaman Westerling
bersama kaki-tangannya.
Pada bulan Maret 1946, Wakil Ketua Pemuda Republik
Indonesia Luwu, Andi Kasim dan seorang Pemimpin Pemuda
Masamba, Andi Hadjadje, setelah telinga keduanya dipotong dan
dipaksa memakannya, lantas di bunuh di kampung Patene dekat Palopo.
Demikian pula Patang seorang guru sekolah, dan Pemimpin Pemuda
Walenrang (Palopo), dianiaya bagitu rupa sampai meninggal dalam
tangsi Palopo.
Dengan muka yang tenang, Samiun tiga berteman, Pemuda yang
gagahberani,menjalani hukuman tembak di kampung Tamalebba dekat
kota Palopo. Demikian pula Opu Ambena Tanringeng, seorang tua yang
gagah berani, diikat tangan dan kakinya baru ditarik dengan jeep keliling
kota Palopo, sampai beliau meninggal. Demikianlah sebahagian
kekejaman Belanda di Luwu.
Paling akhir, menjelang penghabisan tahun 1949, di mana
kedaulatan Indonesia pada hakikatnyatelah diakui oleh Belanda, pemuda
Wolter Monginsidi menjalani hukuman mati sebagai seorang pahlawan
bangsa.
Tetapi meskipun bagitu hebatnya kekejaman Belanda, namun
rakyat melawan terus dengan tidak menghiraukansegala pengorbanan
yang sudah sekian banyaknya.
Barang siapa yang menyaksikan keadaan pada ketika kekejaman
itu berlangsung, maka bagi mereka yang masih mempunyai sedikit rasa

72
keadilan dan rasa prikemanusiaan, dapatlah ia mengertimengapa bangsa
Indonesia tak mau mundur dalam perjuangannya, meskipun menempuh
bahaya-bahaya yang sangat ngeri.
Dengan fakta sejarah dari perjuangan rakyat Sulawesi Selatan
sebagai tersebut di atas, berarti meninggalkan suatu kesan dan pelajaran,
bahwa : hati dan kebulatan tekad dan disertai persatuan yang kokoh,
dapat menumpas kekejaman bagaimana pun juga, sebab kelaliman itu
akan ternyata palsunya, dan keadiIan meskipun ditindas dan
ditekanakhirnya pasti menang. Hak dan keadilan tetap akan mengatasi
kekuatan senjata. Negara RI, dibangun di atas dasar hak dan keadilan di
tengah-tengah keinginan rakyat yang bercita-cita merdeka. Negara kita
lahir dalam suasana dunia yang penuh dengan pertentangan, dan di
hadapan kekuatan Belanda yang kejam dan bersenjata lengkap. Inilah
suatu bukti yang nyata yang sukar dibantah. Suatu pelajaran bagi orang
orang yang akan menegakkan hak dan keadilan, dan bagi orang yang
hendak melakukan perkosaan dan penjajahan.
Bukan sedikit musuh yang mesti ditantang, bukan kecil rintangan
yang perlu dilampaui. Tak goncang pendirian mereka menghancurkan
yang salah, mempertahankan hak. Menentang musuh dari luar, dan
menyingkirkan kawan yang jadi munafik.
Dari korban 40.000 jiwa tersebut, telah dapat mengadakan
perubahan besar, meliputi kehidupan sosial, politik dan hukum
kenegaraan.

A. PEMBENTUKAN TRI PERSIAPAN SULAWESI.

Sebagai disebutkan di muka, setelah Kahar Muzakkar dihukum


Ripaoppangi Tanah maksudnya diasingkan keluar Luwu, maka Kahar
Muzakkar bersama keluarganya pindah ke Jogya.
Pada waktu itu yang menjadi Danco, Komandan dari PETA di
Jokya, ialah KiyaiH. Idris paman dari Walina, isteri Kahar Muzakkar.
Kehidupan yang amat sulit ketika itu, terutama bagi perantau-
perantau di Jawa, maka Kahar Muzakkar berkumpul bersama-sama
dengan putera-putera dari Luwu lainnya, seperti Ali Abdullah, Ukkas
Arifin, Kaso Mas'ud, Kaso Gani dan lain-lain, untuk melakukan dagang
guna mengatasi kesulitan-kesulitan mereka.

73
Setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, maka putera-
putera Luwu khususnya, dan putera-putera Sulawesi umumnya
membentuk suatu Organisasi Perjuangan guna membela kemerdekaan
bangsa dan tanah air.
Di bawah ini, adalah sejarah pembentukan Kesatuan tersebut di
atas yang disusun oleh Letnan Kolonel M. Ukkas Arifin.
Beberapa susunan kalimatnyapenulis ubah, tetapi maksudnya
tetap. Sejarah Pembentukan TRI Persiapan Sulawesi tidak dapat
dipisahkan dari pada terbentuknya Kebaktian Rakyat Indonesia
Sulawesi. Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi disingkatKRIS,
dibentak di Jakarta pada tgl 8 Oktober 1945 dirumah sdr. Haji Moh,
Idrus Palettei (tohoh Lawu) oleh beberapa pemuda-pemuda yangberasal
dari Sulawesi danMaluku yang berdomisili di kota Jakarta.
Adapun pemuda-pemuda yang mempelopori pembentukan
organisasi tersebut, adalah sebagai berikut :
1. Kahar Muzakkar alm. dari Luwu.
2. Dr. Ratulangi, dari Minahasa.
3. Andi Burhanuddin, dari Pangkajene.
4. Kapten M. Idrus alm.
5. H.M. Idrus Palettei, dari Luwu.
6. Kaso Gani, dari Luwu.
7. Rakhmani alm.
8. Akhmad Samalewa aim. dari Luwu.
9. M. Saleh Sjahban, dari Maros.
10. Abdul Mannan, dari Luwu.
11. Abdul Latif, dari Soppeng.
12. Kaso Mas'ud kini Let. Kol, dari Luwu.
13. M. Ukkas Arifin kini Let. Kol., dari Luwu.
14. Muharram Jaya kini Let.Kol., dari Luwu.
15. Sjamsul Bahri, dari Luwu serta beberapa lagi saudara-
saudarayang berasal dari Sulawesi dan Maluku yang penulis
lupa namanya.
Di dalam pertemuan tersebut, maka seluruh peserta sepakat untuk
membentuk satu organisasi perjuangan dan di dalamnya semua pemuda
pemuda yang berasal dari Sulawesi dan Maluku.

74
Adapun pimpinan organisasi tersebut unuk yang pertama kali,
adalah Bar Ratulangi dan wakil adalah Andi Burhanuddin, sedangkan
Kahar Muzakkar sebagai Sekretaris Jenderal.
Maksud dan tujuan organisasi ini, ialah supaya seluruh pemuda-
pemuda yang berada di Jawa, khususnya yang berdomisili di kota
Jakarta dapat disatukan di dalam organisasi KRIS supaya terkoordinir di
dalam satu wadah untuk melanjutkan perjuangan ke seberang,
teristimewa untuk melindungi saudara-saudara kita dari Sulawesi Utara
dan Ma luku, karena turut menjadi obyek penghancuran oleh pemuda-
pemuda di Jakarta pada waktu itu, oleh karena adanya kecurigaan bahwa
mereka itu adalah Belanda hitam, dengan kata lain NICA (Inlanders).
Pembentukan organisasi tersebut baru dimulai pada tgltersebut di
atas, yakni sesudah peristiwa lapangan Ikada pada tgl19 September yang
terkenal itu,di mana Bung Karno dan Bung Hatta pertamakberdiri di
tengah-tengah rakyat Jakarta dalam satu rapat raksasa di Ujung bayonet
dan senapan mesin tentara Jepangdi Jakarta. Kira-kira dua bulan sesudah
terbentuknya KRIS, maka timbullah dalam pikiran Kahar Muzakkar,
bahwa KRIS ini tidak begitu kuat, oleh karena KRIS tidak mempunyai
satu pasukan khusus yang dapat digunakan menghadapitentara
Belanda/KNIL yang pada waktu itu dibantu pula oleh tentara Sekutu
(Inggeris). Jika hanya saudara-saudara kita yang berasal dari Sulawesi
Utara dan Maluku saya yang telah mempunyai pemuda-pemudanya
yang bersenjata, yang mereka sebelumnya tergabung dalamkelasy karan
KRIS. (Angkatan Pemuda Indonesia Sulawesi), dan mereka telah
berpengalaman, oleh karena mereka kebanyakan dari bekas-bekas KNIL
dahulu. Melihat bahwa pemuda-pemuda yang berasal dari Sulawesi
Selatan tidak mempunyai pasukan yang bersenjata, maka Kahar
Muzakkar berangkat ke Jokyakarta, terus menghadap pada Pemerintah
RI, utamanya kepada panglima Besar Jenderal Sudirman dan Menteri
Pertahanan RI, agar kepada Kahar Muzakkar diberi kuasa untuk me-
ngambil/mengeluarkan orang-orang hukuman yang berada di
Nusakambangan untuk dijadikan tentara, yang menurut rencananya akan
membentuk satu Kesatuan yaitu TRIPERSIAPAN SULAWESI (TRI
PS). Permintaan Kahar Muzakkar tersebut dibenarkan dan disetujui oleh
Panglima Besar Sudirman. Maka Kahar Muzakkar berangkat ke Cilacap
(Nusakambangan) untuk mengeluarkan para hukuman tersebut,

75
yangjumlahnya kurang lebih 800 orang, yang berasal dari seluruh
pelosok tanah air.
Sebelum Kahar Muzakkar berangkat ke Cilacap, memang Kahar
Muzakkar telah menjadi anggota PMC (Penyelidik Militer Khusus) di
bawah pimpinan Kolonel Lubis. Setelah Kahar Muzakkar kembali dan
membawa orang-orang hukuman tersebut, maka bekas orang-orang
hukuman tersebut terus dimasukkan ke dalam asrama PMC di
Jogyakarta, dan selanjutnya di masukkan dalam pasukan yang telah
dibentuk, yaitu BKI (Batalion Kemajuan Indonesia). Batalion tersebut
dibawah pimpinan Pak Abu Bakar (Mayor), dan wakilnya adalah Kahar
Muzakkar. BKI ini statusnya di bawah PMC, dan menjadi Pasukan
khusus PMC. oleh karena PMC tadinya belum mempunyai Pasukan.
Pasukan inilah yang pernah melaksanakan tugasnya di Front Jawa
Barat(Punvakarta)dengansukses sekali, dan mendapat pujian dari
Kolonel Lubis selaku Komandan PMC.
Selain Kahar Muzakkar bersama-sama orang-orang bekas
hukuman dari Nusa Kambangan yang bergabung dalam PMC, juga
terdapat beberapa pemuda-pemuda yang sedang dididik dan dilatih di
PMC, sebagai kader-kader Kahar Muzakkar,di dalam rangka
mempersiapkan pembentukan satu kesatuan yang akan diberangkatkan
ke seberang nantinya yang semenjak di Jakarta telah menjadi cita-cita
Kahar Muzakkar. Pemuda-pemuda kader tersebut adalah antara lain :
1. Muhammadong kini Pensiunan CPM.
2. Nurdin Marlin alm.
3. Jan Loleang.
4. Moh. Said.
5. Ali Abdullah.
6. Abu Madjid Khalid.
7. Moh. Ukkas Arifin kini Let Kol.
8. Muharram Jaya kini Let. Kot.
9. Sjahir Jawali kini Let Kol.
10. Khasim.
Adapun Kaso Mas'usl dan Sjamsulbahri masih berada di Divisi
Siliwangikarena pada waktu tentara Belanda menguasai kota Jakarta
seluruhnya,maka kedua saudara-saudara tersebut menggabung pada
Divisi Sili wangi di Bandung,dibawah Komandan Mayor Sunarsono.

76
Kesembilan pemuda-pemuda kaders inilah yang dipersiapkan akan
menjadi Koman dan-komandan den anggota Staf bila TRI PEKSIAPAN
SULAWESI terbentuk.
Kira-kira pada bulan Februari 1946, Kahar Muzakkar mendapat
tugas belajar di ASRI(Asrama Republik Indonesia) di Solo selama satu
bulan yang diselenggarakan oleh Inspektorat Biro Perjuangan pada
Kementerian Pertahanan RI. Keberangkatan Kahar Muzakkar untuk
mengikuti pendidikan dan latihan Militer di ASRI Solo itu, diikutinya
dengan baik, oleh karena Kahar Muzakkar harus mempermahir dan
mengetahui lebih dahulu pengetahuan Organisasi Tentara, di mana nanti
bila TRI PERS SULAWESI telah terbentuk, maka bagi Kahar Muzakkar
tidak akan menghadapi lagi kesulitan karena telah mengetahui
Organisasi Ketentaraan.
Sebelum Kahar Muzakaar ke ASRI SOLO, maka lebih dahulu ia
memanggil beberapa anggota-anggota kaders yang masih sementara
mengikuti pendidikan di PMC (Penyelidik Militer Khusus) untuk datang
ke rumah kediamannya dijalan Tri Marge 10 Jogyakarta, antara lain
yang dipanggil itu :
1. Jan Loleang.
2. Nurdin Marlin alm.
3. Ali Abdullah.
4. Moh. Ukkas Arifin kini Let.Kol.
5. Muharram Jaya kini Let.Kol.
6. Khasyim.
7. Syahir Jawali kini Let.Kol.

Di dalam pertemuan tersebut mereka mendapat nasihat dan petun


juk-petunjuk dari Kahar Muzakkar, agar mereka betul-batul belajar
danberlatih, oleh karena harapan Kahar Muzakkar, hanya kepada kader-
kader inilah nanti yang pertama-tama akan membantu padanya apabila
TRI PERS Sulawesi telah terbentuk.
Setelah Kahar Muzakkar selesai mengikutipendidikandi ASRI
Solo, maka ia kembali ke Jogyakarta ke Induk Pasukan.
Kira-kira pada bulan (lupa) tahun 1946, datanglah Pak Andi
Mattalatta dari Sulawesi sebagai utusan Pemuda-pemuda Pejuang
Sulawesi untuk menghadap pada Pemerintah RI.

77
Kami bertemu dengan Pak Andi Mattalatta di rumah Kahar
Muzakkar di waktu malam, ketika beliau berdua sedang berbicara
dengan panjang lebar dan serius sekali. Saya bersama dengan Muharram
Jaya dan Khasyim, tertarik mendengar kesan-kesan Andi Mattalatta
tentang hebatnya perlawanan Rakyat Sulawesi, Setelah selesai
pembicaraan ke dua.tokoh tersebut mulailah Kahar Muzakkar
membicarakan tentang maksud pembentukan TRI PERSIAPAN
Sulawesi yang harus dilaksanakan secepat mungkinoleh karena Kahar
Muzakkar sudah merasa kuat dengan adanya Pak Andi Mattalatta, yang
sudah barang tentu akan bersama-sama menjadi pimpinan nanti dalam
Kesatuan tersebut. Disamping itu,telah selesai pula para Kader-Kader
mengikuti pendidikan di PMC Jogyakarta.
Tidak berapa lama datang pulalah Pak M Saleh Lahade, dan kami
dapatpula bertemu dengan beliau di rumah Kahar Muzakkar.
Dengan adanya kedua tokoh yang baru datang dari Sulawesi itu,
maka Kahar Muzakkar merasa lebih bertambah kuatlagi jiwanya untuk
segera membentuk TRI PERSIAPAN Sulawesi, oleh karena tenaga-
tenaga Pimpinan telah ada dan tenaga-tenaga Stafpun telah sedia sedang
calon-calon Komandan Kie dan Peleton telah pula sedia, dimana
anggota-anggota Pasukan telah siap sebanyak kurang lebih delapan ratus
orang.
Kira-kira pada bulan Maret 1946, datanglah saudara Kaso Mas'ud
bersama saudara Syamsulbahri di Joyakarta oleh karena mendapat
panggilan telegram dari Kahar Muzakkar dalam rangka persiapan
pembentukan TRI PERSIAPAN Sulawesi.
Sebelum Kahar Muzakaar menghadap pada Panglima Besar
Jenderal Sudirman, maka Kahar Muzakkar memanggil kami antara lain :
1. Jan Leloang.
2. Nurdin Marlin alm.
3. Moh. Ukfas Arifin.
4. Muhairam Jaya.
5. Khasyim.
6. Latippa bersama Murtala dari Komandan Pasukan
BATALIONKEMAJUAN.INDONESIA (BKI).
Dalam pertemuan kami itu disuruh bersiap-siap dan
menyelesaikan sesuatunya terutama asrama-asrama bila Pasukan telah

78
keluar dari asrama PMC Kahar Muzakaar mengatakan kepada kami,
bahwa dalam dua hari yang akan datang, kami bersama dengan Pak
Andi Mattalatta dan Pak Mohammadong akan segera menghadap pada
Bapak Panglima Besar Jenderal Sudirman untuk meminta perintah atau
mandat membentuk Kesatuan TRI PERSIAPAN Sulawesi.
Demikianlah, maka pada tanggal 29 April 1946, terbentuklah TRI
PERS Sulawesi secara resmi sesuai dengan mandat tersebut di atas. Dan
yang menjadi Komandan adalah Kahar Muzakkar dan bermarkas di
jalan Trimarge No.10 Jogyakarta. Dengan terbentuknyaTRI
PERSIAPAN Sulawesi tersebut, maka seluruh Pasukan yang ada
bergabung di BKI (PMC) peraktis masuk TRI PERSIAPAN Sulawesi,
bersama-sama dengan beberapa anggota-anggota Kader yang telah
selesai mengikuti pendidikan di PMC. Untuk sementara waktu, sambil
menunggu penempatan di asrama Benteng yang terletak di muka
kepresidenan Jogyakarta, maka seluruh Pasukan yang kurang lebih 800
orang ditempatkan di markas TRI PERSIAPAN Sulawesi. Satu minggu
kemudian, para anggota dipindahkan ke asrama Benteng buat sementara,
sambil menunggu lagi perintah dari Panglima Besar Tentara RI untuk
dipindahkan ke Jawa Timur, daerah Divisi VII di Malang. Maksud
penempatan Pasukan tersebut adalah untuk memudahkan
pemberangkatan ke Sulawesi, sesuai dengan tugasnya guna memberi
bantuan terhadap Rakyat Sulawesi yang sedang hebatnya mengadakan
perlawanan terhadap tentara Belanda. Maka mulilah dipersiapkan
expedisi pertama, dan dibentuklah satu kompi di bawahpimpinan
saudara Muhammadong bersama saudara Husain Ibrahim, di mana
dalam rombongan itu terdapat pula bapak M. Jusuf (Jenderal, sekarang
Menteri Hankam/Pangab) dengan menggunakan perahu pinisi dan
diberangkatkan dari daerah Situbondo (Jawa Tumur).
Expedisi ini tidak berhasil menembus blokkade tentara Angkatan
Laut Belanda, dan akhirnya expedisi tersebut tertangkap di perairan
Selat Bali. Setelah satu kompi berangkat ke Sulawesi, maka sebahagian
besar yang masih berasrama di Benteng diberangkatkan lagi ke Jawa
Timur, dan di tempatkan di asrama Tutul daerah Resimen IV/VII
Jember. Di tempat inilah mereka dilatih terus menerus. Selain dari pada
Markas TNI Pers. Sulawesi di Jogyakarta maka dibentuk pula beberapa
Kompi-kompi di daerah-daerah, di antaranya :

79
1 Kompi di Ciribon di bawah Pimpinan Kapiten Andi Tanra.
1 Kompi di Purbolinggo di bawah Komandan Syamsul Bahri.
1 Kompi di Tutul (Jember) di bawah pimpinan Komandan Letnan
Moh. Said alm, dan di Kota Malang berkedudukan pula Markas
Batalion di bawah Komandan Mayor Pensiun H.P. Mas'ud alm. Adapun
pasukan yang ada di Tutul itu, membentuk pula beberapa seksi, antara
lain :
1. Komandan Sie 1 adalah Moh. Ukkas Arifin.
2. Komandan Sie 2 adalah Muharram Jaya.
3. Komandan Sie 3 adalah Kuddus.
4. Komandan Sie 4 adalahLa Tippa.

Kira-kira disekitar bulan Juli 1946, datanglah rombongan dari


Sulawesi, dan langsung ditempatkan di asrama Tutul/Jember antara lain
:
1. Andi Rahman (kini Kolonel).
2. Edy Sabara (kini May.Jen).
3. M.Arsyad B (kini Kolonel).
4. Syuaib (kini Kolonel).
5. Musa Gani (kini Kolonel).
6. Beddu Hasan, (kini Mayor), dan masih banyak lagi saudara-
saudara yang penulis telah lupa namanya.

Selain rombongan yang tiba di asrama Tutul tersebut, maka tiba


pulalah rombongan lain dari Sulawesi langsung ke Jogyakarta, antara
lain :
1. Andi Oddang, kini Kolonel.
2. Andi Sapada, kini Purnawirawan TNI.
3. Arief Rate aim.
4. Hasan Lakallu.
5. Mannauke.
6. Andi Mahmud aim.
7. Andi Jamerro.
8. Edy Mangile koni Let.Kol.
9. M. Amir Kusbi.
10. M. Arif Mappujikini Kapten.

80
11. Abang Ali.
12. Andi Punna, dan masih banyak lagi saudara-saudara yang
penulis pun sudah lupa namanya.
Rombongan tersebut di atas sebahagian besar dimasukkan dalam
pendidikan tentara di ASRI di Solo yang diselengga rakan oleh
Inspektorat Biro Perjuangan Kementerian Pertahanan. Di Asrama
pendidikan tersebut terdiri atas tiga tingkatan yaitu A,B, dan C.
Beberapa Siswa-siswa dari TRI PERSIAPAN.Sulawesi ditempatkan da-
lam tingkatan-tingkatan itu sesuai dengan bakatnya masing-masing.
Akan tetapi bahagian C, yang paling banyak ditempati dari siswa-
siswaTRI PERSIAPAN SULAWESI. Setelah pendidikan bahagian C
selesai, maka beberapa lagi siswa-siswa dari TRI PERSIAPAN
SULAWESI dikirim ke Magelang untuk melanjutkan lagi
pendidikannya di ASRI bahagian B antara lain:
1. Andi Oddang.
2. Edy Sabara.
3. Musa Gani.
4. M. Ukkas Arifin.
5. Juddawi.
6. Andi Amir.
7. Tambing.
8. Mangontan.
Lamanya pendidikan tersebut hanya dua bulan. Setelah selesai
mengikuti pendidikan di ASRI MAGELANG tersebut maka siswa-siswa
kembali ke Induk Pasukan di Jogyakarta. Untuk Andi Oddang dan Andi
Amir terus berangkat mengikuti expedisi ke Sulawesi yang dipimpin
oleh M. Saleh Lahade dan Andi Mattalatta, sedangkan beberapa lagi
arbiturin ASRI Magelang dimasukkan lagi mengikuti Pa2 Cadangan di
MA(Akademi Militer) selama tiga bulan. Siswa-siswa yang mengikuti
pendidikan di MA di Jogyakarta tersebut antara lain :
1. Edy Sabara.
2. Musa Gani.
3. M. Ukkas Arifin.
4. M. Arif Rate.
5. Syamsul Bahri.
6. Nurdin Marlin alm.

81
7. Akhmad Umara.
8. Nurhadi.

Setelah selesai mengikuti pendidikan tersebut, maka beberapa ex


siswa-siswa dari MA ditempatkan di Staf TRI PERSIAPAN Sulawesi,
dan yang lainnya diminta oleh Kolonel Martono untuk dijadikan pelatih
di pendidikan Pa2 cadangan yang diselenggarakan oleh Inspektorat Biro
Perjuangan Kementerian Pertahanan RI. antara lain :
1. Edy Sabara.
2. Musa Gani.
3. M. Ukkas Arifin.

Tugas sebagai Inspektur tersebut tidak lama dijalankan,


berhubung karena situasi Negara pada waktu itu di dalam keadaan
bahaya di mana tentara Belanda akan melakukan aksi polisionelnya di
tahun 1947. Oleh karena itu, ketiga pelatih tersebut di atas mendapat
panggilan dariKahar Muzakkar dari Malang untuk menggabung dengan
Batalion P. Mas'ud yang berkedudukan di kota Malang dan langsung ke
Front Lawang untuk melakukan serangan umum di kota Lawang
terhadap ke dudukan tentara Belanda.
TRI PERSIAPAN SULAWESI telah turut mengambil bahagian
besar di dalam mempertahankan kemerdekaan bangsa dan Negara RI, di
mana terdapat berpuluh anggota-anggotanya telah gugur sebagai
pahlawan kemerdekaan, dan sebahagian pulakini belum diketahui di
mana kubur mereka itu.
Adapun anggota-anggota yang gugur pada waktu
mempertahankan kota Malang dari serbuan tentara Belanda, antara lain :
1. Mukhtar Opu Dg. Mattata.
2. Haji Usman Nonci.
3. Effendi, dan beberapa lagi anggota-anggota BBM (Barisan
Berani Mati), mereka bergeletaran di tengah-tengah lapangan
balapan kuda jalan Cilaket Malang.
Pada waktu pertama-tama anggota-anggota TRI PERSIAPAN
SULAWESI bergerak ke jurusan Lawang yang diduduki tentara
Belanda, maka kepada Edy Sabara, Musa Gani dan M. Arif Rate,
masing-masing diserahiPimpinan Pasukan dengan berkekuatan satu

82
kompi. Pasukan inilah yang pertama-tama berhasil memasuki kota
Lawang dibantu oleh dua Pleton BBM yang masing-masing dipimpin,
oleh saudara Kaso Mas'ud dan M. Ukkas Arifin. Adapun Pimpinan
Tertinggi adalah Kahar Muzakkar sendiri.
Serangan ini berhasil baik, oleh laporan dari Rakyat dan Inteljen
kita, bahwa beberapa tentara Belanda yang mati, akibat serangan yang
dilakukan dengan tiba-tiba, di mana inti kekuatan diserahkan kepada
TRI PERSIAPAN SULAWESI dibawah Pimpinan Kahar Muzakkar
yang membawakan perintah dari beberapa Pasukan atau Kesatuan-
kesatuan seperti : Angkatan Laut Lawang, BPRL (barisan
PemberontakRakyat Indonesia), Hisbullah, dan beberapa anggota-
anggota Pasukan dari Divisi VII dan dari Mobiele Brigade. Beberapa
bulan kemudian, terjadilah gencetan senjata hasil perundingan
Renville, maka terpaksa anggota-anggota TRI dari Front terdepan
ditarik dan hijrah ke daerah yang masih dikuasai oleh Pemerintah RI.
Dalam peristiwa tersebut maka anggota-anggota TRI PERSIAPAN
SULAWESI ditarik pula dari Front depan dan berkedudukan di
beberapa daerah seperti Markas Batalion di Blitar yang dipimpin Mayor
Purnawirawan P. Mas'ud, dan satu kompi di Kepanjen di bawah
pimpinan Komandan Bahar Mattallu, dan A.R. Malaka dan satu Kompi
di Madiua, di bawah Komandan Edy Sabara, dan satu Kompi di Sumber
Pucung di bawah Komandan Musa Gani, sedangkansaudara-saudara
Kaso Mas'ud dan M. Ukkas Arifin tarik kembali kemarkas TRI
PERSIAPAN SULAWESI di Jogyakartaolehkarena Markas tersebut
tetap berkedudukan di kota Jogyakarta.
Dengan adanya gencatan seajata tersebut maka sementara itu
tidak ada lagi pertempuran-pertempuran, sehingga organisasi Angkatan
Perang RI mengalami perkembangan baru di mana TRI tadinya dirobah
namanya menjadi TNI (Tentara Nasional Indonesia). Dengan adanya
perubahan baru tersebut, maka TRI PERSIAPAN SULAWESI I dirobah
pula namanya menjadi TNI Resimen Hasanuddin.
Tidak lama kemudian setelah Kabinet Amir Syarifuddin bubar,
dan digantikan oleh Wakil Presiden Dr. Muhammad Hatta, maka di
dalam tubuh Angkatan Perang RI mengalami lagi perkembangan baru,
yaitu semua kelasykaran dilebur masuk menjadi Tentara Nasional
Indonesia sesuai dengan keputusan Presiden RI tgl 5 Mei 1947. Dan

83
seterusnya di adakan rasionalisasi yang berlaku pada tgl 3 Juai 1947.
Dengan adanya perkembangan baru ini, maka TNI Resimen Hasanuddin
dirobah pula namanya menjadi Brigade II KRU X yaitu Kesatuan
Reserve Umum untuk Seberang dan di bawah Komandan Kolonel
Mustopo (kini Mayor Jenderal) dan Let. Kol. Lemboang almarhum
selaku Kepala Stafnya. KRU X terjadi dari dua brigade yang terdiri
dari pada : Brigade I di bawah Pimpinan Let. Kol. Rapart almarhum
yang inti Pasukannya terdiri dari ex KRIS (Kebaktian Rakyat Indonesia
Sulawesi).
Brigade II di bawah Pimpinan Let. Kol. Kahar Muzakkar, dan
pasukan intinya adalah gabungan dari pada beberapa Pasukan antara lain
Pasukan S. Dg. Mangatta P.I., Pasukan Dg. Sampara yang berkedudukan
di Tuban dan Batalion P. Mas'ud yang berkedudukan di Blitar.
Bentuk kedua Brigade tersebut, tidak lama dipertahankan,
sehingga pada kira-kira bulan Nopember 1948 KRU X diganti
namanya menjadi Brigade - 16 dan kedua Brigade tersebut di atas
dilebur menjadi satu Brigade di bawah Komandan Let. Kol. J.F. Warou
almarhum dan Wakil Komandan adalah Let. Kol. Kahar Muzakkar
almarhum.
Brigade 16 ini, membawakan 4 batalion, masing-masing adalah
sebagai berikut :

1. Batalion Worang berkedudukan di Jawa Timur.


2. Batalion P. Mas'ud/Andi Rivai berkedudukan juga di Jawa
Timur.
3. Batalion 40.000 (Tengkorak Merah), berkedudukan di Jawa
Tengah (Jogyakarta).
4. Batalion Pattimura berkedudukan di Jawa-Tengah juga
(Jogyakarta).

Sedangkan Komandan Brigade yaitu Let. Kol. Warouw


berkedudukan diJawa Timur, dan Wakil Komandan Brigade yaitu Kahar
Muzakkar berkedudukan di Jawa Tengah (Jogyakarta).
Pada tgl 18-9-1948PKIMuso/Amir cs melakukan Pemberontakan
di Madiun. Di dalam menghadapi peristiwa tersebut maka Brigade -16
tidak pula ketinggalan mengambil bahagian, turut serta menumpas

84
pemberontakan tersebut dimana Pasukan P. Mas'ud/Andi Rivai bergerak
dan melucuti serta membantu membebaskan Madiun dari kekuasaan
PKI, sedang Pasukan yang ada di Jogyakarta bergerak bersama-sama
dengan Pasukan-pasukan dari Divisi Siliwangi menuju Madiun. Kompi
yang turut ialah yang dipimpin oleh Komandan Edy Sabara, sedangkan
yang lainnya diserahi tugas mengamankan beberapa gedung yang vital
di kota Jogyakarta, antara lain gedung RRI yang dijaga oleh Pasukan
Abdurrahman, Kaso Mas'ud, M. Ukkas Arifin, dan Moh. Daud
Sebelum pemberontakan PKI Madiun ditumpas seluruhnya, maka
tentara Belanda memulai lagi aksi polisionernyayang kedua pada tgl 19
Desember 1948, maka kota Jogyakarta diduduki oleh Tentara Belanda.
Pada saat itu maka keluarlah order Wakil Komandan Brigade -16 Let.
Kol. Kahar Muzakkar kepada seluruh anggota Brigade-16 yang berada
di daerah Jogyakarta dan sekitarnya, dan semua Komandan Kompi
Batalion 40.000 untuk mundur tentara Belanda.
Maka dengan sendirinya Kesatuan Brigade 16 yang ada di bawah
pimpinan Let. Kol. Kahar Muzakkar yang berada di Kepresidenan
Jogyakarta,telah turut mengambil bahagian dalam perang Kemerdekaan.
Ada satu Kompi di daerah Klaten (Solo) di bawah Pimpinan
saudara M. Ukkas Arifin sebagai wakil dari Andi Hamzah Pangerang
bergerak ke jurusan Sorowet atas perintahnya Let. Kol. Kahar Muzakkar
sesuai dengan nota perintahnya yang dibawa oleh saudara M. Tombong
untuk mengambil posisi di sekitar daerah Macanan dan Pejambon
dibawah kaki gunung Merapi, sambil menunggu rombongan dari
Jogyakarta. Pada waktu Pasukan kami menuju Sorowet, maka kami
dapat bertemu dengan Bapak Kolonel A.H. Nasution (kini Jenderal)
yang datang dari Jawa Timur. Waktu itu beliau adalahselaku Kepala Staf
Komando Jawa (KSTD). Beliau menanyakan keadaan kota Jogyakarta
dan tentang Panglima Besar Sudirman. Kami menjawab bahwa kami
iniberangkat dari Klaten, jadi kurang tahu apa yang ditanyakan Pak
Jenderal. Pak Jenderal Nasution hanya memberi nasihat pada kami
supaya tetap waspada, dan menitipkan salam kepada Let. Kol. Kahar
Muzakkar. Dalam rombongan kami itu terdapat beberapa orang-orang
penting dari Brigade -16, antara lain Andi Tau, Basdap, Tombong,
Sjuaib M. Daud.

85
Beberapa Minggu pasukan kami naik turun gunung mencari Induk
Pasukan, baru bertemu dengan Induk Pasukan Brigade -16 di Kulon
Progo perbatasan Jogyakarta dan Kedu. Di dalam Staf Brigade-16 yang
dibawah Pimpinan Let. Kol. Kahar Muzakkar itu, terdapat antara lain :
Let.Kol. Kahar Muzakkar, Mayor Andi Mattalatta, Mavor Pangerang
Muda, Mayor Pellupessi, Kapten Hasan Rala, Letnan Andi Hamzah
Pangerang, Letnan Abdul Aziz (kini Let.Jen), Letnan Edy Sabara,
LetnanSjamsul Bahri, Letnan Kaso Mas'ud, M. Said , (kini Ass.II di
kantor Gubernur Sulawesi Selatan), M. Nur almarhum dan beberapa
anggota-anggota dari Sie Pelajar yang penulis sudah lupa namanya.
Pada tgl 1 Maret 1949 serangan umum dilakukan di Kota
Jogyakarta di bawah Pimpinan Bapak Let. Kol. Suharto (kini Jenderal
dan Presiden RI) sebagai Komandan WK III/Divisi Diponegoro di
Keresidenan Jogyakarta. Di dalam penyerbuan tersebut, semua Pasukan-
pasukan Brigade -16 dikerahkan masuk kota di bawah Pimpinan Let.
Kol. Kahar Muzakkar bersama-sama Mayor Andi Mattalatta. Di dalam
penyerbuan ini tiga perwira Brigade -16 gugur sebagai pahlawan
bangsa, ialah Letnan Abdurrahman, Letnan M.Nur, dan Letnan Kipu.
Di dalam lanjutan perjuangan melawan Tentara Belanda secara
gerilya yang teratur, maka oleh Wakil Komandan Brigade -16,
menyusun satu Staf dan Komando yang bersifat mobile, lengkap dengan
stoottrupnya dan pembantunya seperti tersebut di bawah ini :

I. MOBILE STAF BRIGADE - 16.


1. Kahar Muzakkar Wakil Komandan Brigade - 16
2. Mayor S. Dg. Mangatta Wakil Komandan II
3. Letnan Abd. Aziz Ajudan
4. Mayor Pangerang Muda Kepala Staf
5. Mayor Andi Mattalatta Kepala siasat
6. Letnan Moh. Ali Bahagian Dokumentasi
7. Letnan Jamaluddin + 3 Pra Kepala Perbekalan
8. Letnan Abd. Gani + 4 Pra Kepala Persenjataan
9. Letnan Muda Selamat + 6 Pra Bahagian Penghubungan/berita
10. Letnan Abd. Aziz Tamimi Kepala Keuangan
11. Letnan Moh. Amin + 4 Pra Kepala Penyidik
12. Letnan Moh. Amir + 2 Pra Kepala Urusan Masyarakat

86
II. STOOT TROOP KOMANDO BRIGADE - 16.
1. Mayor Andi Mattalatta Komandan
2. Kapten Hasan Komandan Ps.I (Pak JanggoE).
3. Letnan Andi Hamzah
Pangerang Komandan Ps.II (Ba.40.000).
4. Letnan Ks. Mas'ud Komandan Ps.III (SWK.103).

III. ANGGOTA-ANGGOTA PEMBANTU.


1. Letnan Edy Sabara Wakil Komandan Ps.I (JanggoE).
2. Letnan Abd. Rahim Komandan Sie I/Psk.I.
3. Letnan Moh. Nur Komandan Sie II/Psk.II.
4. Syamsulbahri Wakil Komandan Psk.II.
5. Letnan Moh. Ukkas Komandan Sie I/Psk.II.
6. Letnan Moh. Daud Komandan Sie II/Psk.II.
7. Letnan Moh. Nur Wakil Komandan Psk.III-(SWK.103)

Ditetapkan : di tempat
Tanggal : 25 Pebruari 1949.
Jam :16.00.

Wakil Komandan Brigade 16

ttd/cap.

(Letnan Kolonel Kahar Mu.zakkar)

Di dalam Perang Kemerdekaan kedua pada tgl. 19 Desember


1948, maka anggota-anggota Brigade-16, langsung di bawah Pimpinan
Let. Kol. Kahar Muzakkar di daerah Jogyakarta dan sekitarnya, turut
serta mengambil bahagian sehingga beberapa anggota-anggotanya telah
gugur dalam pertempuran yang telah dialami antara lain :
1. Pengadangan kereta api yang ditumpangi tentara Belanda di
daerah Bumi Ayu (Tonjong) Jawa Tengah di bawah Pimpinan Letnan
Basdap alm., dan Letnan Syuaib,Letnan Baso K., Letnan Andi Tau dan

87
Letnan M. Ukkas Arifin, dan berhasil menggulingkan kereta api
tersebut, di mana tiga anggota gugur, ialah saudara Akhmad Benus cs.
2. Serangan umum 1 Maret1949, di bawah Pimpinan Let.Kol.
Kahar Muzakkar dan Mayor Andi Mattalatta terhadap pendudukan
tentara Belanda di kota Jogyakarta, dan tiga Perwiranya gugur, ialah
Abd. Rahim, M.Nur dan Kipu.
3. Pengadangan dilakukan di Desa Pare/Samigaluhdi
bawahPimpinan Mayor Andi Mattalatta dan Letnan Andi Hamzah.
4. Serangan tiap-tiap malam yang dilakukan oleh Komandan swk
403 (Letnan Ks. Mas'ud) di dalam kota dan sekitarnya, bersama-sama
dengan Letnan Abu Baeda dan bermarkas mobile di sekitar Ambarawia
nangun kota Jogyakarta.
5. Pertempuran di desa Godean di bawah Pimpinan Mayor Andi
Mattalatta dan Andi Hamzah, dan Syamsulbahri, dimana tiga anak buah
pasukan M.Ukkas gugur, yaitu Salamun dan Nyono serta Wagiman.
6. Serangan dilakukan di waktu malam di bawah Pimpinan Mayor
Andi Mattalatta dan Letnan Andi Hamzah di Demangan di mana listrik
menjadi obyekpenghancuran.
7. Pertempuran sengit di Desa Peleret Jogyakarta di bawah
Pimpinan Let.Kol. Kahar Muzakkar dan Mayor Andi Mattalatta di mana
Kapten JanggoE gugur.
8. Pertempuran di Kelewer di bawah Pimpinan Mayor Andi
Mattalatta, Letnan Edy Sabara, Letnan M.Ukkas Arifin, Letnan Syuaib,
Letnan Moh. Daud, Letnan M.Nur dan semua anggota Sie Pelajar, dan
gugur saudara Sanusi cs.
9. Serangan umum dilakukan terhadap pertahanan tentara Belanda
di Kaliurang di bawah Pimpinan Mayor Andi Mattalatta, Syamsulbahri,
M.Ukkas Arifin, Moh.Daud, Syuaib dan seluruh anggota Sie Pelajar.
10. Serangan dilakukan pada tentara Belanda yang mengawal
pabrik gula di Cibongan di bawah pimpinan Let.Kol.Kahar Muzakkar
dan Mayor Andi Mattalatta.
Expedisi-expedisi ke Sulawesi antara lain :
1. Expedisi pertama telah diterangkan di muka.
2. Expedisi di bawah Pimpinan Letnan Hariyanto alm.
3. Expedisi di bawah Pimpinan Moh. Said alm.
4. Expedisi di bawah Pimpiaaa Abu Bakar alm.

88
5. Expedisi di bawah Pimpinan Moh. Saleh Lahade dan Andi
Oddang.
6. Expedisi di bawah Pimpinan Andi Mattalatta dan Andi Saririn
alm.
7. Expedisi di bawah Pimpinan Abd. Latif.
8. Expedisi di bawah Pimpinan Mob. Arif Mapuji dan
Syamsuddin DL.
9. Expedisi dl bawah Pimpinan Audi Amir.
10. Expedisi di bawah Pimpinan Ks. Mas'ud dan Moh. Ishak.
11. Expedisi di bawah Pimpinan M. Arif Rate dan Abbas
Bangsawan alm .
Di dalam expedisi tersebut, di atas ada yang berhasil
memancangkan kakinya di Sulawesi dan berhasil meIakukan
pertempuran di manamana. Ada pula yang tertangkap di laut, sebelum
sempat mendarat, dan ada pula yang tertangkap di darat sesudah
mendarat, ada pula yang lolos kembali ke Jawa dan menggabung
kembali pada Induk Pasukandi Jogyakarta, setelah pertahanan Pacekke
di tahun 1947 tidak dapatdipertahankan lagi.
Di antara lain yang lolos ke Jawa adalah : M. Saleh Lahade, Andi
Mattalatta, Andi Sapada, Andi Oddang, Bachtiar, Abd. Rahman dan
Moh. Daud, dan yang lain-lain ditangkap di Sulawesi dan dipenjarakan
di Makassar dan ada yang dibuang ke Nusa Kambangan. Pada waktu
penyerahan Kedaulatan baru mereka dibebaskan dan menggabung
kembali pada Induk Pasukan Brigade 16 di_Jogyakarta.
Konprensi Meja Bundar, menghasilkan penyerahan Kedaulatan
pada Pemerintah RIS (Republik Indonesia Serikat). TNI dan KNIL
dijadikan satu menjadi TRIS. TNI mengalami perubahan bentuk
Organisasinya, yakni pejuang-pejuang yang tidak dimaksudkan ke
dalam formasi TRIS harus dikembalikan ke masyarakat.
Dengan adanya perubahan tersebut, maka Brigade-16 dibubarkan,
dan dibentuk satu Organisasi bernama KGS (Komando Grup Seberang),
yang akan mengatur penyaluran kembali ke masyarakat bekas-bekas
TNI dan KGS juga mengatur khusus Kesatuan seberang. Selainnya,
yaitu Batalion Worang dari Brigade -16, masuk dalam Divisi I Jawa
Timur. Batalion 40.000, kemudian Batalion D, digabung menjadi satu
dengan Batalion C, dan menjadi Batalion Andi Mattalatta/Andi Rivai

89
dan taktis masuk Divisi Diponegoro, dan Batalion Pattimura taktis
masuk Divisi Siliwangi. Ketiga Batalion tersebut diatas dipersiapkan
masuk Slagorde Ko.TT.VII (Indonesia Timur). Let.Kol. Kahar
Muzakkar, diserahi Pimpinan KGS dan beberapa Pa-2 dari Brigade-16
ditarik masuk dalam KGS antara lain, Letnan Abd. Aziz, Letnan
Syamsuddin Rakka, Letnan M. Ukkas Arifin.
Komando Grup Seberang tersebut dipersiapkan masuk dalam
CTN (Corps Cadangan Nasional) dan ada sebahagian dipindahkan ke
MBAD di Jakarta dan sebahagaian pula dipindahkan ke Ko.TT.VII, dan
sebahagian berhenti tanpa mendapat surat pemberhentian secara resmi.
Demikianlah sejarah pembentukan TRI PERSIAPAN Sulawesi,
dan apabila masih ada yang dilupa dan diketahui oleh teman-teman
pendiriKRIS dan TRI PERSIAPAN SULAWESI mohon
disempurnakan.

Disusun oleh : M. Ukkas ArMn, het.hol.Inf.17682.


dan dibenarkan oleh :
Let. Kol. Ks. Mas'ud.
Let.Kol. Muharram Jaya.
Sdr. M. Saleh Syahban.
Sdr. Abd. Mannan.
Sdr. Abd. Latif.

B. PEMBENTUKAN SUKARNO MUDA.

Beberapa hari sesudah pamflet Sekutu tersiar yang menyatakan


dengan tegas tentang penyerahan Jepang tanpa syarat, maka keadaan di
kota Palopo menjadi tenang, sunyi dan sepi, hanya sekali-sekali ada
berita mengetakan, ada lagi orang Jepang membunuh diri.
Sementara itu, semakin giat pula Sakata menjalankan propaganda,
memancing Pemuda-pemuda Luwu supaya suka memasuki gerakannya,
yang bernama Kipas Hitam.
Tapi ketenangan tersebut tidak lama, oleh karena pada tauggal 8
Agustus pagi, tersiar beberapa pamflet yang menyatakan Indonesia
telah merdeka. Dan kemerdekaan itu telah diproklamirkan ke seluruh

90
dunia. Berita tersebut, berasal dari seorang perwira Jepang. Barita itu
sampaikan kepada Andi Achmad karena kebaikan hatinya.
Disebabkan berita yang penting itu, maka keadaan menjadi aman.
Pemuda-pemuda sibuk ke sana ke mari mendatangi kawan dan sahabat-
sahabatnya dengan muka yang bersemangat sambil mengatakan :Kita
telah merdeka.
Di mana-mana terjadi perdebatan, dirumah, di warung, di toko, di
pasar, di kantor, ya di mana saja. Ada yang memastikan kita telah
merdeka, dan ada yang membantah mengatakan, Belum tentu.
Adapula yang mengatakan tidak mungkin, karena Belanda adalah
anggota Sekutu, jadi pasti Belanda kembali memerintah kita.
Pendek kata, suasana sangat panas dan tegang, jika tidak hati-hati
perkelahian pasti timbul.
Selanjutnya, pada masa itu, adalah saat-saat Ummat Islam tengah
berjuang menentang hawa nafsu, melakukan ibadat puasa Ramadhan,
maka hati dan pikiran tambah bernyala-nyala mendengar ocehan-ocehan
yang tidak percaya berita kemerdekaan tersebut.
Bagi orang-orang pergerakan, dan bagi yang mengikuti jalan-jalan
perjuangan bangsa Indonesia sejak dulu, berkeyakinan bahwa pada suatu
masa Bangsa Indonesia pasti lepas dari penjajahan Belanda.
Sebaliknya, bagi orang-orang uang tidak mempunyai perhatian kepada
soal-soal kemerdekaan, mereka tidak mau percaya, dan mengatakan
Omang kosong, dan tidak mungkin. Di samping itu ada juga
orangyang ragu-ragu.
Supaya berita kemerdekaan itu dapat diyakinkan oleh orang
banyak maka atas inisiatif bekas wartawan-wartawan harian Pewarta
Selebes yang dipelopori oleh M. Jusuf Arif, diadakanlah suatu
pertemuan ataurapat umum bertempat di gedung bioskop.
Rapat tersebut mendapat perhatian besar, sehingga gedung
bioskop di mana rapat diadakan, penuh sesak, malah banyak sekali
orang yang berdiri saja. Dalam rapat ini, dijelaskanlah beberapa fakta-
fakta tentang adanya proklamasi kemerdekaan yang sudah diumumkan
ke seluruh dunia, yang ditanda tangani oleh Sukarno dan Hatta atas
nama seluruh bangsa Indonesia.
Sesudah rapat, suasana semakin bertambah tegang dan hangat,
karena pertentangan antara yang percaya dan yang tidak percaya

91
semakin hebat. Adapun orang-orang yang tidak percaya, kebanyakan
dari pegawai-pegawai negeri yang berkedudukan baik semasa
penjajahan Belanda dan Jepang. Yang mempertegang suasana adanya
pamflet Sekutu yang mengatakan bukan saja penyerahan Jepang tanpa
syarat tapi pamflet itu, bersisi juga seruan supaya tinggal tenang menanti
pemerintah yang syah, yaitu pemerintah Belanda, sehingga berita
proklamasi tersebut, sukar dipercayai oleh golongan yang bukan kaum
pergerakan. Demikianlah, mereka percaya bahwa tidak akan lama lagi
Belandapasti datang ke Luwu akan memerintah sebagai biasa.
Sebaliknya, bagi kaum pergerakan dan pemuda-pemuda
progressif tetap yakin akan kebenaran kemerdekaan tersebut dan
berpendapat bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia bukanlah suatu
omongkosong, tapi adalah suatu cahaya kebenaran yang masanya
telah tiba bagi bangsa Indonesia.
Oleh karena berita tersebut terang bukan omong kosong sebagai
ucapan dan pendirian beberapa tokoh yang penting, maka kemerdekaan
ini akan mendatangkan akibat yang luas. la memerlukan pengarahandan
penyusunan tenaga, di samping pengorbanan harta benda, dan jiwapun
jika perlu.
Tentang kedatangan kembali Pemerintah Belanda di Indonesia,
menurut pendapat kaum pergerakan dan Pemuda-pemuda progressif,
memang selalu menuju kemungkinan, oleh karena Belanda sehagai
bangsa penjajah, tidak akan mudah begitu saja melepaskan surganya
di Indoesnai ini. Jadi selama Belanda masih melihat jalan, walaupun
jalan itu hanya sebesar lubang jarum, Belanda akan berusaha kembali di
Indonesia. Akan tetapi apakah kita akan tinggal diam bila mereka itu
benar datang kembali ?
Apakah kita masih suka diperbudak mereka itu ?
Dalam keadaan semangat Pemuda meluap-luap di waktu itu, tiba-
tiba berdengung dengan nyaring suatu pendapat, suatu progpaganda
yang merupakan jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas.
Propaganda itu berbunyi: Tidak masuk di akal, kita bisa melawan
Belanda yang mempunyai tentara yang sudah terlatih baik, dan senjata
yang lengkap dan modern, sedangkan kita, membuat sebilah jarum pun
tidak mampu, apa lagi sepucuk senapan. Jadi orang yang mau melawan
Belanda, hanyalah orang yang bodoh saja.

92
Propaganda tersebut, maksudnya yang terpenting, ialah, untuk
memadamkan, sekurang-kurangnya melemahkan semangat rakyat yang
telah menyala. Setelah pendapat tersebut ditiup dan dibisik-bisikkan ke
tengah-tengah masyarakat, maka keadaan semangkin panas dan tegang,
sebab banyak juga orang termakan dan terpesona mendengar
pendapattersebut.
Propagandanya yang mengandung racun itu, dibantah oleh
Pemuda-pemuda dengan ringkas saja.
Apa Soekarno dan Hatta itu orang bodoh? Apa Dr. Rataulangi
orang bodoh? Mereka sendiri yang bodoh, karena mau saja ditarik
hidungnya seperti kerbau?
Memperhatikan semua gejala-gejala tersebut, dan menjaga
kemungkinan timbulnya antara kita sama kita, terasa perlunya disusun
segera tenaga dan kekuatan secara teratur.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka atas inisiatif M. Jusuf
Arief dan Andi Achmad, diadakanlah suatu rapat yang dihadiri oleh
orang-orang Pergerakan dan Pemuda-pemuda progressif dengan maksud
membentuk satu organisasi dengan seperti yang tersebut di atas. Rapat
tersebut terjadi pada tanggal 23 Agustus 1945. Dalam rapat itu berhasil
dibentuk satu organisasiyang dinamai Sukarno Muda (SM). Susunan
pengurusnya, adalah seperti tersebut :
Ketua - Andi:Makkulau Opu Dg. Parebba.
Aaggota-anggotanya : 1. M. Jusuf Arief
2. Andi Achmad
3. M. Landau Dg. Mabbate
4. M. Guli Dg. Malimpo.
5. H. Abdulkadir Daud
6. Mungkasa
Sedikit tentang tokoh-tokoh tersebut di atas.
Andi Makkulau Opu Dg. Perebba, adalah putera Datu
AndiDjemma. Beliau, adalah seorang pemuda pragressif. Walaupun dia
putera Datu, tapi pendiriannya demokratis. Seorang pemuda yang cakap,
berani dan jujur. Pekerjaanuya yang terakhir masa itu, sebagai Pegawai
Tinggi Nissannori suatu perusahaan Jepang yang besar.
Kedudukannya yang terakhir dalam perjuangan, Ketua Umum Pemuda

93
Republik Indonesia (PRI). Kemudian ia dibuang oleh NICA atas
putusan Pengadilan Adat Istimewa Luwu di Watampone.
M. Jusuf Arief, juga adalah seorang pemuda militant dan
progressif. Dulu sebagai guru Sekolah Rakyat Palopola mempunyai
pandangan jauh ke muka, dan dia pun seorang demokratis. la bekas
wartawan Pewarta Selebes yang tajam penanya, dan pandai berpidato.
Terakhir dalam perjuangan, menjadi Kepala Staf ex Divisi PKR Luwu.
M. Jusuf Arief adalah salah seorang pemuda yang dijatuhi hukuman
mati oleh Pengadilan Militer Belanda di Makassar. Kini ia menetap di
Surabaya.
Andi Achmat, juga putera Andi Djemma Datu Luwu. Seorang
pemuda progressif yang bersifat pendiam, tapi mempunyai pendangan
jauh. Seorang pemuda militant dan berani serta jujur. Sebagai juga Andi
Makkulau Opu Dg. Parebba, ia keluaran MULO di waktu Belanda.
Jabatannya yang terakhir di waktu itu, Kepala Distrik Wara.
Kedudukannya yang terakhir dalam perjuangan, ialah Wakil Kepala Staf
ex. Divisi PKR Luwu. Dia pun telah dijatuhi hukuman mati oleh
Pengadilan Militer Makassar. Kini ia menetap di Palopo dan bekerja
pada Pemerintah.
M. Landau Dg. Mabbate, adalah seorang pemuda yang lincah,
tegas dan berani dan ramah tamah. Dalam hidupnya banyak bergerak
dalam lapangan sosial. Sampai kepada meninggalnya, la masih
terkemuka. Juga pernah menjadi Ketua Party Masyumi Cabang Palopo.
Dalam tahun 1950, bekerja pada Pemerintah sebagai Kepala bahagian
politik di kantor Kepala Daerah Luwu. Kedudukannya yang
terakhirdalam perjuangan, sebagai Kepala PKT (Polisi ketentaran) pada
ex. Divisi PKR Luwu. Juga telah dijatuhi hukuman mati oleh
pengeadilan Militer di Makassar. M. Landau meninggal oleh karena ia
dibunuh oleh satu komplotan gelap di Palopo pada tahun 1950.
M. Guli Dg. Malimpo, adalah seorang Pemuda yang giat. Pada
waktu itu ia terkenal salah satu Pemimpin PSSI. Dia seorang pembicara
yang kontan-kontan. Kini dia sebagai Pegawai di Departemen Dalam
Negeri.
H. Abdulkadir Daud, adalah seorang Pemuda-Ulama yang
progressif dan radikal. Dia juga salah satu Pemuka PSII, seorang singa
podium. Terakhir bekerja sebagai Kepala Jawatan Penerangan Agama

94
dari Kementerian Agama di Pare-Pare. la telah pulang rahmatullah
karena kena tembakan dalam satu oto yang dihadang orang di daerah
Pare-Pare atau di daerah Pinrang.
Mungkasa, adalah seorang Pemuda yang cakap, berani dan
hersifat gembira dan riang. Pada waktu itu, ia sebagai Pegawai pada
kantor Kepala Daerah Luwu. Kini telah menetap di Makassar sebagai
pedagang.
Demikian sedikit gambaran karakter dan sifat-sifat Pimpinan
Soekarno Muda.
Sesuai dengan keadaan, maka gerakan Soekarno Muda masih
agak dirahasiakan, karena tujuannya yang terpenting ketika itu ialah
mengumpulkan senjata-senjata dari Jepang, sebagai persediaan
menghadapi masa selanjutnya yang masih peuuh dengan tanda tanya.
Oleh sebab itu, SM hanya bergerak di bawah tanah dengan merampas
dan melecuti senjata Jepang.
Tindakan pertama yang dilaksanakan oleh SM sesudah beberapa
hari ia dibentuk, ialah mengibarkan bendera Merah Putih, untuk
pertama kalinya bertempat di halaman rumah dua bersaudara Umar
Abdullah dan Radhl Abdullah, rumah mana pada waktu itu dijadikan
gedung nasional untuk tempat mengadakan pertemuan-pertemuan jika
dianggap perlu. Pengibaran tersebut dilakukan oleh 7 orang Pemuda di
bawah Pimpinan M. Guli Dg. Malimpo. Pengibaran tersebut, adalah
suatu bukti yang merupakan menifestasi atau pancaran semangat
kemerdakaan yang telah berkobar-kobar di hati Pemuda-pemuda Luwu.
Rumah tersebut kebetulan berhadapan benar dengan istana Datu.
Sesudah kejadian yang bersejarah itu berlangsung, keadaan
semangkin bertambah tegang, maka sebagai suatu Pemerintah yang
bertanggung jawab atas keamanan dan kesentosaan rakyatnya,
Pemerintah Kerajaan Luwu yang masih ragu ketika itu, menetapkan
suatu sikapyang tegas, yakni hendak mengetahui berita Kemerdekaan itu
secara resmi di ibu-kota Propinsi di Makassar.
Berhubung dengan sikap tersebut, diadakanlah suatu rapat
bertempat di istana Datu, dihadiri lengkap oleh anggota anggota Hadat,
Pemimpin-Pemimpin Pemuda dan tokoh-tokoh yang terkemuka.
Dalam rapat tersebut, Andi Pangerang Opu Tosinilele atas nama
Datu berkata, Kemerdekaan, sebenarnya sudah lama kita inginkan.

95
Dalam sejarah Luwu, pada waktu kedatangan Belanda yang pertama
sebagai penjajah di tahun 1906, kita terima Belanda bukan dengan
senyum dan tangan terbuka, akan tetapi kita sambut dengan perlawanan
yang sengit, dengan pengorbanan yang tidak sedikit, baik harta,maupun
jiwa. Masih segar dalam iugatan kita, tentang perlawanan rakyat di
bawah pimpinan pahlawan-pahlawan Luwu, seperti Andi Tadda, H.
Hasan, Pong Tiku dan lain-lain.
Kekejaman Belanda di masa itu masih tergores dengan pedih
dalam hati dan ingatan kita, karena baru hanya 30 tahun yang lampau.
Akan tetapi oleh karena sikap sesuatu Pemerintah, selalu hendak
mengetahui segala-sesuatu dengan terang dan nyata, apa lagi dalam soal
Kemerdekaan yang amat penting itu, maka perlu diperiksa dengan nyata,
supaya segala tindakan Pemeriatah kelak, dapat dipertanggung jawabkan
kepada siapa pun. Jadi kita ragu, bukan lantaran tidak sukakepada
Kemerdekaan, tapi kita harus bertindak atas nama Pemerintah Kerajaan
di atas dasar-dasar yang kuat, bukan dengan dasar berita saja.
Rapat tersebut, sepakat mengirim 2 orang utusan ke Makassar
untuk meneliti berita kemerdekaan Indonesia yang menggemparkan itu.
Utusan itu, ialah M. Sanusi Dg. Mattata dari pihak PemerintahKerajaan,
dan Andi Makkulau Opu Dg. Parebba dari pihak Pemuda. Dengan
adanya sikapPemerintah yang demikian itu, maka suasana menjadi reda
dan tenang.

C. MENEMUI DR. RATULANGI.

Pada waktu itu, amat sukar memperoleh oto untuk tumpangan ke


Makassar, apa lagi dengan kapal laut. Beberapa hari sesudah rapat di
istana tersebut, kebetulan ada satu oto truck yang terakhir dari orang-
orang Jepang yang akan berangkat ke Makassar. Mereka diterima,
meskipun oto itu telah penuh sesak, oleh karena Sanusi
memajukanalasan hendak ke Makassar karena harus menghadiri rapat
wartawanwartawan Harian Perwarta Selebes, dan Andi Makkulau,
karena harus menyelesaikan beberapa urusan penting dari Perseroan
Nissannori .

96
Pads tanggal 24 Agastus 1945 kedua utusan tersebut berangkat ke
Makassar dengan menumpang oto yang sudah rosokan. Keduanya
terpaksa duduk di atas tumpukan barang-barang di bawah udara terbuka.
Perjalanan itu memakan waktu beberapa hari, sehingga tak diketahui
sudah beberapa kali singgah menempel ban yangsebentar-sebentar
kempes.
Setelah kedua utusan itu tiba di Makassar, maka ternyata bagi
mereka, bahwa orang-orang di Makassar mengalami keadaan yang sama
dengan keadaan di Palopo tentang soal kemerdekaan. Tapisuasana di
Makassar lebih panas. Hal itu disebabkan oleh karena di Makassar
terdapat banyak sekali bangsa Indonesia yang pro kepada Belanda.
Orang-orang inilah yang selalu menjadi sasaran dan bulan-bulanan dari
Pemuda-pemuda Progressif yang ada di Makassar.
Di waktu malam, keadaan kota terasa lebih seram lagi, sunyi dan
menakutkan serta mengecutkan hati, terutama bagi orang-orang yang
merasa berdosa, oleh karena perbuatannya selama ini kepada bangsa dan
tanah airnya. Kadang-kadang di tengah malam orang terbangun lantaran
mendengar hiruk-pikuk di jalan-jalan, diselingi dengan tangisan dan
lolong anjing. Waktu dijenguk, ternyata orang yang menangis itu, ialah
orang-orang Jepang yang sedang mandi darah, tidak diketahui siapa
yang memukulnya. Pada waktu siang hampir tidakada Jepang kelihatan
di jalan-jalan. Hal itu terasa oleh karena salahnyaSekutu memberi
kepercayaan kepada Jepang yang telah kalah perang, memegang urusan
keamanan dan lain-lain soal Pemerintahan, pada hal rakyat sudah sangat
benci kepada Jepang, dan tentu saja Jepang yang diberi wewenang
sementara itu tidak mempunyai lagisemangat untuk menjaga keamanan.
Pertama kali kedua utusan Luwu tersebut menemui beberapa
Pemuka dari Saudara (Sumber Darah Rakyat), suatu organisasi yang
didirikan oleh orang Jepangdan orang Indonesia pada waktumenjelang
berakhirnya kekuasaan Jepang. Atas pertanyaan, umumnya Pemuka-
pemuka dari Saudara mengangkat bahu, dan menyatakan bahwa
tentang kemerdekaan Indonesia itu, mereka sendiri hanya mendengar
dari radio. Dan anehnya kata mereka, Dr. Ratulangi, Andi Pangerang
dan Sulthan Dg. Radja yang diutus ke Jakarta dan telah berada kembali
di Makassar, tidak pernah membuka suara tentang soal yang penting itu.

97
Sebagaimana diketahui, bahwa pada pertengahan bulan Agustus
1945, seluruh Pemuka-Pemuka rakyat dari seluruh Daerah Indonesia
berkumpul di Jakarta untuk membicarakan persoalan Kemerdekaan
Indonesia, dan yang mewakili Sulawesi, ialah tokoh-tokoh tersebut di
atas.
Pada tanggal 19 Agustus 1945, ketika utusan Sulawesi itu berada
di Makassar dengan menumpang kapal udata Jepang yang terakhir.
Meskipun utusan itu telah beberapa hari berada di Makassar, akan tatapi
mereka tidak pernah mengadakan pembicaraan di muka umum tentang
hasil-hasil pertemuannya di Jakarta, sehingga menimbulkan
kekecewaanm di kalangan luas. Setelah kedua utusan Luwu tersebut
tidak bisa mendapat berita yang tegas dari kalangan Pemuka-Pemuka
rakyat di Makassar, maka kedua utusan tersebut memutuskan untuk
menemui sendiri Dr. Ratulangi.
Sebelum menemui Dr. Ratulangi, lebih dahulu M. Sanusi
menghadiri rapat para wartawan-wartawan. Rapat tersebut memutuskan,
harian Pewarta Selebes, menjelma sebagai harian Nasional dengan
modal nasional pula. Dalam rapat tersebut, M. Sanusi menyatakan juga
maksudnya akan menemui Dr. Ratulangi bersama dengan
AndiMakkulau, sebagai utusan Pemerintah Kerajaan dan Pemuda-
Pemuda Luwu.Maksud M. Sanusi itu, amat disetujui oleh para
wartawanPewarta Selebes, karena mereka pun sangat heran, apa sebab
Dr. Ratulangi cs. terus bungkem saja, pada hal suasana telah
tegangsekali. Para wartawan-wartawan tersebut berharap mendapat
pulaketerangan sesudah menemui Dr. Ratulangi.
Pada keesokan harinya di waktu pagi, yakni menjelang
akhirAgustus, kedua utusan Luwu tersebut menemui Dr. Ratulangi di
kamarNo. l Empress Hotel.

D. KETERANGAN DR. RATULANGI GUBERNUR


PERTAMA SULAWESI

Pada waktu utusan dari Palopo itu tiba di Empress Hotel, Dr.
Ratulangi sedang mandi, maka utusan itu bercakap-cakap lebih dahulu
dengan Mr. Zainal Abidin, (yang rupanya datang dari Jakarta bersama
Dr. Ratulangi).

98
Setelah keduanya memperkenalkan diri sebagai utusan
Pemerintah Kerajaan Luwu dan Pemuda, Dr. Ratulangi tersenyum,
terbayang kegirangan pada air mukanya.
Atas pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan oteh kedua utusan
tersebut, Dr. Ratulangi menyatakan dengan tegas, sebagai yang tersebut
di bahwa ini :
1. Bahwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia benar telah di umumkan
ke seluruh dunia pada tanggal 17 Agustus tahun ini, pagi kira-kira
jam 9.30 bertempat di kediaman Ir. Soekarno di Pegangsaan Timur
56 Jakarta, yang diucapkan oleh Ir. Soekarno atas nama 70.000.000
bangsa Indonesia. Proklamasi tersebut ditanda-tangani oleh Ir.
Soekarno dan Drs. Muhammad Hatta.
2. Proklamasi itu diputuskan pada tanggal 16 Agustus 1945 malam,
dengan suara bulat dari Pemimpin-Pemimpin dan Pemuka-Pemuka
bangsa dari seluruh daerah Nusantara. Mereka berpendapat, bahwa
kini telah datang masanya bangsa Indonesia harus membebaskan
diri dari belenggu penjajahan, dan keputusan tersebut harus
diumumkan besok pagi.
3. Pada tanggal 18 Agustus 1945, Komite Persiapan Kemerdekaan
Indonesia yang terdiri dari wakil-wakil Rakyat seluruh Indonesia,
telah menetapkan suatu Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia, dan memilih Ir. Soekarno dan Drs. Muhammad Hatta
sebagai Presiden dan Wakil Presiden. Selain dari pada itu,
ditetapkan pula bedirinya Komite Nasional,
sebagai Dewan Perwakilan Rakyat Sementara, menjelang Pemilihan
Umum yang akan diadakan kemudian.
4. Pada tanggal 19 Agustus 1945, Komite tersebut, telah menetapkan
pula Daerah Republik Indonesia mejadi 8 Propinsi, yang dikepalai
masing-masing seorang Gubernur,dan menetapkan bahwa
Pemerintahan Republik Indonesia, dibagi dalam 12 Kementerian.

Adapun daerah-daerah tersebut, ialah :


1. Propinsi Jawa - Barat.
2. Propinsi Jawa-Tengah.
3. Propinsi Jawa - Timur
4. Propinsi Sumatera

99
5. Prapinsi Borneo.
6. Propinsi Sulawesi
7. Propinsi Maluku
8. Propinsi Sunda Kecil

Adapun Kemerdekaan-Kemerdekaan Negara ialah :


1. Departemen Dalam Negeri yang mengurus hal-hal Pangre-
Praja, Polisi, Agraria dan sebagainya.
2. Departemen Luar Negeri.
3. Departemen Kehakiman, yang mengurus hat-hal Pengadilan,
Penjara, Kejaksaan, Kadaster dan sebagainya.
4. Departemen Keuangan, yang mengurus hal-hal Anggaran
Belanja, Pajak, Bea, Bank Indonesia dan sebagainya.
5. Departemen Kemakmuran, yang mengurus hal-hal Pertanian,
Industri dan Kerajinan, Pertukangan, Ternak dan Perikanan,
Perniagaan, Tambang, Koperasi, Makanan, dan lain-lain
Keperluan Rakyat.
6. Departemen Pengajaran Pendidikan dan Kebudayaan, yang
mengurus hal-hal Pengajaran, Pendidikan, Kebudayaan,
Agama dan sebagainya.
7. Departemen Kesehatan, yang mengurus hal-hal Kesehatan,
Olah Raga dan sebagainya.
8. Departemen Sosial, yang mengurus hal-hal Perburuhan, Fakir
Miskin dan lain-lain.
9. Departemen Pertahanan, yang mengurus hal-hal Angkatan
Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, Sekolah Militer
Tinggi dan sebagainya.
10. Departemen Penerangan, yang mengurus hal-hal Penerangan,
Propaganda, Pemuda dan lain-lain.
11. Departemen Perhubungan, yang mengurus hal-hal Lalu Lintas,
Pos, Telefon, Telegraf dan lain-lain.
12. Departemen Pekerjaan Umum, yang mengurus-hal-hal
Pengairan, Bangunan Umum dan sebagainya. ,
5. Mengenai siapa yang akan diangkat sebagai Gubernur-Gubernur
dari 8 Propinsi tersebut, dan siapa-siapa yang akan diangkat sebagai
Menteri-Menteri untuk Departemen-Departemen tersebut, akan

100
ditentukan sedikit hari lagi oleh Presiden. Tetapi untuk Gubernur
Sulawesi yang pertama, sudah pasti akan ditunjuk Dr. Ratulangi.
Adapun Kabinet yang akan dibentuk itu, ialah Kabinet Presiden,
artinya, Menteri-Menteri yang akan duduk dalam Kabinet itu
ditunjuk oleh Presiden. Yang demikian itu terpaksa dilakukan
karena masih berada dalam keadaan darurat, dan jika pemilihan
umum kelak sudah dapat dilaksanakan, maka bentuk Kabinet tentu
lain pula.
Sebagai penutup dan pertemuan tersebut, Dr. Ratulangi
menyatakan terima kasih dan rasa gembira kepada kedua utusan Luwu
tersebut, karena kata Dr. Ratulangi, selama ia berada di Makassar, baru
saudara-saudaralah yang datang mengunjunginya, dan baru pada hari
inilah - kata Dr. Ratulangi selanjutnya - berita Kemerdekaan itu akan
saya ucapkan dalam suatu pertemuan di suatu gereja di kota ini.
Diharapkan pula oleh beliau, supaya sejak sekarang, segala tenaga
dan kekuatan harus disusun rapi untuk menghadapi masa-masa yang
akan datang.
Kembali dari Empress Hotel, M. Sanusi langsung ke kantorHarian
Perwata Selebes, untuk menyampaikan berita yang amat penting itu
kepada redaksi surat kabar tersebut, sedang Andi Makkulau atas
persetujuan kedua utusan langsung hari itu juga berangkat pulang ke
Palopo, untuk menyampaikan segera keterangan-keterangan Dr.
Rataulangi, dan M. Sariusi masih perlu tinggal beberapa hari lagi di
Makassar, untuk mengikuti perkembangan-perkembangan selanjutnya,
terutama tentang susunan Pemerintah Propinsi Stdawesi.
Keesokan harinya, tercantumlah berita Kemerdekaan Indonesia di
dalam surat-surat kabar dengan letter-letter yang besar, yang dinyatakan
oleh Dr. Ratulangi Gubernur Sulawesi pertama kepada 2 orang utusan
Pemuda dari Palopo. dengan tersiarnya berita Kemerdekaan tersebut
secara resmi, maka suasana kota Makassar tambah hangat. Pemuda-
Pemuda kelihatan tambah gembira dan bersemangat, sedang Pemuka-
Pemuka Rakyat sibuk kian kemari menyelidiki kebenaran berita
tersebut.
Kabarnya pada hari itu, berlangsung suatu pertemuan dari
beberapa Pemimpia Takyat, seperti Nadjamuddin Dg. Malewa, Lanto

101
Dg. Pasewang, HAS Dg. Muntu dan lain-lain. Pertemuan tersebut
dihadiriDr. Ratulangi.
Menurut verslag yang Penulis dengar, jalannya rapat kurang lebih
adalah sebagai berikut :
Da1am rapat itu Dr. Ratulangi mendapat kecaman yang pedas dan
tajam terutama dari Nadjamuddin Dg. Malewa dan Lanto Dg. Pasewang.
Keduanya menuduh Dr. Ratulangi mensia-siakan dan mengabaikan
hasrat rakyat Sulawesi yang atas namanya berangkat ke Jakarta untuk
memperbincangkaa soal-soal Kemerdekaan Indonesia. Kini telah
beberapa hari berada di Makassar, tapi Dr. Ratulangi tidak
menyampaikan hasil pertemuan di Jakarta itu secara resmi kepada
Pemimpin-Pemimpin Rakyat di kota ini. Tapi hal itu baru diketahui
dengan perantaraan surat kabar. Kejadian ini sangat mengecewakan dan
mendongkolkan hati rakyat terutama kepada kaum pergerakan.
Selama kecaman-kecaman pedas terhadap Dr. Ratulangi dalam
rapat Itu, beliau hanya tunduk dan diam, dan pada matanya tergenang
setetes dua air mata kepiluan dan kegirangan.
Akhirnya pemimpin-pemimpin rakyat yang lain itu, meminta
pertanggungan jawab kepada beliau.
Setelah itu, Dr. Ratulangi memberikan jawab dengan pendek saja
tapi tegas :
Kecaman-kecaman saudara saya dengar dengan rasa pilu dan
girang. Saudara-saudara tentu telah mengetahui, bahwa saya pribadi
telah lama berkecimpung dalam dunia pergerakan Kebangsaan,
danmenuntut terus-terusan Kemerdekaan Indonesia dengan menghantam
terus-terusan kolonial Belanda serta mengupas sampai tampak dengan
jelas kebusukan-kebusukan dan kejahatan-kejahatan penjajah selama ini
dalam majallah Nasionale Komentaren yang saya pimpin sendiri. Saya
cukup mengerti akan sifat keserakahan kolonial, bahwa mereka tak akan
mau melepaskan Indonesia yang kaya raya ini begitu saja kepada kita.
Sebab itu Proklamasi itu, harus kita isi dengan pengorbanan berganda,
yakni tenaga, harta benda, darah dan jiwa. Jadiakibatnya berat, sungguh
berat.
Sebagai seorang yang telah agak lama dalam dunia pergerakan,
apa lagai sebagai Gubernur pertama dari Propinsi Sulawesi, maka saya

102
sengaja mengurung diri di Empress Hotel, dan sengaja memilih kamar
satu, sehingga memudahkan orang yang inginberjumpa dengan saya.
Tapi setelah beberapa hari disitu, maka tak ada seorangpun dari saudara-
saudara datang menemui saya, baik secara pribadi, maupun dengan
surat, pada hal kedatangan kami dari Jakarta telah diketahui oleh umum
Dengan adanya hal yang demikian itu, maka dapatlah saya mengukur
sampai di mana perhatian saudara-saudara kepada Kemerdekaan. Jika
memang perhatian saudara-saudara besar, apa sebab tak ada seorang pun
yang datang menjumpai saya, tapi hanya omong besar saja, pada hal
kami ke Jakarta itu melulu hanya merembuk dan memperbincangkan
soal-soal Kemerdekaan Indonesia, lain tidak. Saya pilu malah
meneteskan air mata mendengar kecaman-kecaman saudara yang
demikian tajam dan pedas, seakan-akan hanya saudara saja yang
berjuang dan sanggup memikul tanggung jawab kelak dalam mengisi
Kemerdekaan Indonesia yang telah dicanangkan pada 17 Agustus 1945
ke seluruh dunia. Tetapi yang nyata, tidak seorang yang datang kepada
saya menanyakan itu, kecuali dua orang utusan Pemuda dari Palopo.
Saya girang, karena saya insyaf bahwa kita semua telah
sadardan mengerti akan beratnya tanggung jawab kita yang harus
dipikulbersama-sama mengisi kemerdekaan Indonesia.
Oleh sebab itu, sejak kini kita harus menyusun tenaga dun
kekuatan yang ada pada kita dengan sebaik-baiknya.
Dalam pertemuan itu, Dg Muntu ikut - sebagai seorang alimdan
Pemuka rakyat - memberikan nasihat, terutarta tentang perlunya
persatuan segera digalang begitu rupa menghadapi soal kemerdekaan
yang amat penting itu.
Tidak lama sesudah pertemuan tersebut, maka ditetapkanlah
untuk sementara beberapa tokoh-tokoh terkemuka untuk mendampingi
Gubernur, seperti Lanto Dg. Pasewang ditugaskan mengapalaiurusan
Pemerintahan Umum, Nadjamuddin Dg. Malewa untuk urusan Ekonomi
dan lain-lain.
Kabarnya, beberapa anggota Staf Gubernur telah mendatangi
yang berwajib Jepang supaya Pemerintah Republik Propinsi Sulawesi
mendapat sokongan dan bantuan dari Jepang. Akan tetapi pihak
berwajib Jepang mengatakan tak dapat berbuat apa-apakarena takut
kepada Sukutu.

103
Kemudian beberapa Pemimpin rakyat melalui pintu belakang, kiranya
Jepang dapat membantu sejumlah senjata untuk dipergunakan oleh
Republik di daerah ini menjadi keamanan. Ini pun gagal, karena Jepang
sangat takut, dan katanya semua senjata-senjata telah terdaftar.
Ternyata kini kebohongan Jepang tentang janji-janjinya yang akan
menyokong Kemerdekaan Indonesia. Dahulu Jepang garang sekali, tapi
kini telah jadi pengecut. Sebagai saudara tua tidak ada sedikit pun
yang mereka tinggalkan, kecuali latihan kemiliteran. Itupun
sesungguhnya, semata-mata hanya kepentingan perangnya, bukan
kepentingan Kemerdekaan Indonesia.
Sebelum kembalike Palopo, M. Sanusi memperoleh satu duaberita
penting :
a. Mungkin pada bulan September 1945 tentara Sekutu (Australia)
mendarat di Sulawesi dengan maksud mengurus segala sesuatu
mengenai kekalahan Jepang, seperti pemulangan orangJepang
kenegerinya, urusan tawanan dan lain-lain.
b. Untuk menguatkan kedudukannya, dan untuk memperlancar
pemerintahannya, Gubernur Sulawesi Dr. Ratulangi perlu
mendapat backing yang luas dari masyarakat, seperti dari
masyarakat, seperti dari pihak raja-raja, Pemuka dan Pemimpin
rakyat. Untuk maksud tersebut, terbentuklah satu Panitya yang
akan mengumpulkan tanda-tangan tanda-tangan dari seluruh
Sulawesi.
Kemudian setelah tanda-tangan tanda-tangan itu telah
terkumpul, baru beliau akan memajukan satu petisi kepada PBB
melalui Tentara Sekutu (Australia), dan Petisi itu akan
diumumkan melalui radio.

Rupanya Dr. Ratulangi masih ragu-ragu tentang kebulatan


tekad rakyat dan Pemuda-Pemuda khususnya di daerah ini untuk
membela Kemerdekaan bangsa dan tanah-airnya.
Ternyata kemudian, bahwa beliau khilaf', karena petisi tersebut
sewaktu dimajukan kepada Komando Umum tentara Australia pada
tanggal 17 Januari 1946, guna dilanjutkan kepada Perserikatan Bangsa-
Bangsa, ditolak oleh Pimpinan tentara Australia, meskipun petisi itu
telah ditanda-tangani oleh kira-kira 450 orang dari kalangan Raja-Raja,

104
Pemuka-Pemuka Rakyat dan lain-lain, dan meskipun petisi itu
berisisuatu tuntutan suci, yakni kebebasan Sulawesi sebagai satu
bahagian dari Republik Indonesia.
Penolakan tentara Australia dari Petisi tersebut, adalah suatu
siasat NICA, oleh karena pada bulan Desember 1945 dan Januari 1946
CONICA, yaitu pimpinan tertinggi NICA di bawah pimpinan Lion
Cachet, berturut-turut telah mengadakan rapat dengan beberapa Raja-
Raja dan mengeluarkan suatu keputusan : Buat sementara status quo
dari Sulawei tidak boleh berubah-ubah, sementara menunggu
perkembangan di Jawa.
Jadi Dr. Ratulangi rupanya terlambat bertindak, didahului oleh
Lion Cachet. Dr. Ratulangi akan meminta kepada PBB, kebebasan
Sulawesi sebagai bahagian dari Republik Indonesia, sebaliknya Lion,
Cachet menetapkan status-quo Sulawesi sebagai dahulu, sementara
menunggu kejadian-kejadian di Jawa.
Dengan demikian, maka terjadilah banyak perkelahian-
perkelahian, sehingga Dr. Ratulangi ditangkap bersama kawan-
kawannya, dan diasingkan ke pulau Serui Datrah Irian Barat. .
Sehari sebelum hari raya Idulfitrie, M. Sanusi tiba kembali di
Palopo pada waktu tengah malam. Keesokan harinya, sesudah upacara
hari raya yang diadakan di lapangan sepal bola Palopo, maka di tempat
itu, M. Sanusi menyampaikan sekedar basil peninjauaanya ke Makassar.
Pada kata penutupnya M. Sanusi berkata untuk meyakinkan rakyat
Luwn : Sandara-saudara sungguh kita telah merdeka, maka berita-berita
tentang Kemerdekaan yang dihebohkan itu, adalah benar.
Tak lama sesudah lebaran, Pemerintah Kerajaan Luwu,
mengadakan suatu rapat pertemaan bertempat di istana Datu yang
dihadiri oleh semua Kepala-Kepala Dinas, Pemuka-Pemuka Pergerakan,
Pegawai-Pegawai Negeri dan lain-lain orang yang terkemuka, untuk
mendengar keterangan-keterangan dari utusan Luwu yangbaru tiba dari
Makassar.

105
PERIODE PEMUDA NASIONAL INDONESIA

A. PEMBENTUKAN PEMUDA NASIONAL INDONESIA.

Sebetum utusan Luwu tersebut pulang dari Makassar, keadaan di


Palopo, tambah hangat dan genting. Banyak pelekat-pelekat yang
ditempelkan di pintu-pintu toko, kantor-kantor dan lain-lain dengantidak
diketahui siapa yang menempelkannya. Isi dari pelekat-pelekat tersebut,
ialah ancaman kepada siapa saja yang pro Belanda. Tetapi setelah
umum mempercayai tentang berita kemerdekaan yang menggemparkan
itu, maka keadaan menjadi tenang. Seluruh kota telah diliputi semangat
kemerdekaan, dan hampir semua orang telah memakai lambang merah
putih. Sementara itu, orang-orang yang pro Belanda, menjalankan
taktik sekali-sekali muncul dalam gelanggang dan turut bergembira
dengan adanya kemerdekaan, supaya mereka jangan disangka pro
Belanda. Tetapi sebenarnya mereka itu telah bersiap-siap untuk
menghadapi segala kemungkinan itu. Merekaikut sebagai orang yang
akan berjuang berdampingan dengan Pemuda, tetapi maksudnya yang
benar, ialah hendak mengetahui segala gerak-gerik Pemuda, untuk
bahan kepada Belanda bila Belanda telah datang.
Sebagai bahan perlengkapan dan persediaan bagi
Pemuda, menghadapi segala kemungkinan, maka pada tanggal 2
September 1945 malam terjadilah suatu perebutan senjata Jepang di
gedung Hakim-Tai Palopo, di bawah pimpinan Audi Achmad dengan
hasil memuaskan, biarpun Pemuda-Pemuda itu mendapat perlawanan
yang keras dari, pihak Jepang. Kejadian tersebut sangat mengecutkan
hati orang-orang pro Belanda. Mereka telah melihat dan menyaksikan,
bahwa aksi Pemuda itu, bukanlah suatu aksi-aksian saja, tapi benar-
benar adalah satu usaha dan gerakan bersungguh-sungguh untuk
Kemerdekaan Indonesia.
Inilah tindakan penting yang kedua kalinya, dilakukan oleh
Soekarno Muda.
Kemudian, setelah memperhatikan jalannya keadaan dan dengan
keyakinan bahwa Belanda pasti datang, dengan tentunya tidak akan mau
mengakui Kemerdekaan Indonesia, maka dengan sendirinya organisasi
Soekarno Muda perlu diperluas dengan bentuk yang lebih baik, dasar

106
diri tujuannya harus diketahui oleh umum, supaya orang mengerti
betapa suci maksud Pemuda-Pemuda dalam gerakannya itu.
Dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka pada tgl. 17
September 1945, Sukarno Muda dijelmakan menjadi Pemuda
Nasional Indonesia (PNI). Kini gerakan Pemuda sudah lebih luas lagi,
oleh karena daerah operasinya telah meliputi Onderafdeling Palopo
dibanding dengan Sukarno Muda, yang mempunyai daerah operasi
hanya dalam kota Palopo saja. Dengan sendirinya, Pengurus atau
Pimpinan PNI bertambah besar, sebagai berikut :

1. Andi Moh. Kasim - Ketua Umum.


2. M. Jusuf Arief - Wakil Ketua, merangkap Kepala
Penyidikan
3. M.Landau Dg. Mabbate - Wakil Ketua, merangkap Kepala
perekonomian
4. Andi Tonriajeng - Anggota, Kepala Penerjang
5. Andi Achmad - Anggota, merangkap Kepala
Polisi Istimewa
6. Mappaease Thambas - Anggota, merangkap Kepala
Persejataan
7. Mungkasa - Anggota, merangkap Kepala
Perlengkapan
8. M. Sanusi Dg. Mattata - Anggota, merangkap Kepala
Penerangan dan Juru Bicara
9. Andi Mangile Opu topaewangi - Penasehat

Tentang tokoh-tokoh tersebut di atas.

Andi Moh. Kasim, adalah seorang pemuda progressif, tenang dan


pandai berpikir, seorang yang taat beragama. Selain sebagai guru di
sekolah rakyat yang mengajarkan ilmu-ilmu Pertanian, ia pun aktif da-
lam gerakan Pemuda Muhammadiyah, dan duduk sebagai pengurus
utama. Seorang yang berani dan jujur. Dia telah gugur sebagai kembang
bangsa ketika tertawan di Siwa bersama saudara sepupunya Andi
Hadjdjadje, seorang Pemimpin Pemuda Masamba pada bulan Maret
1946. Mereka dibunuh oleh NICA dengan mempertontonkan di muka

107
umum. la meninggalkan seorang isteri dan beberapa anak yang masih
kecil.
Andi Tenriadjeng, juga telah meninggal dunia. Dia adalah
seorang pemuda progressif, militant, berani dan ramah-tamah, tidak
banyak cakap, tapi banyak bekerja. Terakhir ia bekerja di Kantor Pos
Pembantu Palopo, yang waktu itu dikepalai oleh M. Junus bekas Acting
Kepala Penerangan Propinsi Sulawesi.
Kedudukannya terakhir dalam perjuangan, sebagai Panglima Pasukan ex
Divisi PKR Luwu.
Dia pun termasuk salah satu Pimpinan Pemuda yang dijatuhi hukuman
mati oleh Pengadilan Militer Belanda di Makassar.
Mappeasse Thakmbas, juga seorang pemuda progressif,
militantserta cepat berpikir. Terakhir di waktu itu, bekerja sebagai
Pegawai di Jawatan Pekerjaan Umum. Kini menetap di Makassar.
M. Sanusi Dg. Mattata, adalah penulis buku ini.
Andi Mangile, adalah paman dari Datu Andi Jemma. Seorang
yang mempunyai pengaruh besar dalam masyarakat. Tinjauannya dan
buah-buah pikirannya sangat menawan hati dan jarang yang meleset. Ia
pernah menjadi Kepala Distrik, sekali di Larompong dan sekali di Suli.
Dan terakhir di waktu itu, sebagai pegawai di Jawatan Pertanian Rakyat
Kini berada di Palopo.
Tugas terpenting PNI, ialah meziggembleng semangat
kemerdekaan rakyat, mendorong untuk berjuang mati-matian. Untuk ini,
harus diberi penerangan berdasarkan ilmiyah supaya keyakinan rakyat
tentang kemerdekaan menjadi lebih kuat yang sukar dipatahkan. Di
samping itu memberikan pengetahuan kepada rakyat tentang anti
bernegara.
Agar supaya penerangan-penerangan PNI mempunyai dasar yang
kuat, supaya mudah dupercayai orang, maka pemuda harus mempunyai
satu pesawat radio yang lengkap. Untuk maksud tersebut, Bahagian
Penerangan Pemuda. menugaskan kepada Ahmad All Anggota Staf
Penerangan merangkap Kepala Tehnik - seorang pemuda progresssif,
cakap, berani dan pandai berpidato - untuk menyiapkan media tersebut
berupa suatu radio yang lengkap. Kemudian Ahmad All ternyata adalah
satu anggota PKI yang terkemuka di Palopo.

108
Setelah radio tersebut selesai, maka setiap malam seluruh
penduduk kota, tetah selalu mendengar berita-berita penting, baik berita
dari Luwu sendiri, maupun berita-berita dari luar. Dengan sendirinya,
rakyat turut mengikuti perkembangan situasi dengan pengertian yang
baik.
Pada tgl l September 1945, Radio Pemuda menangkap satu berita
penting tentang diresmikannya Pekik Merdeka dan lambang Merah
Putih, dan berkibarnya Sang Sakan MerahPutih yang pertama kalinya
di Jakarta. Selanjutnya pada tgl 5 September 1945, tertangkap lagi suatu
berita penting tentang sejumlah tokoh-tokoh penting untuk jabatan
Gubernur, Menteri-Menteri dari Kabinet pertama, untuk Ketua
Mahkamah Agung, Jaksa Agung, Sekretaris Negara, dan Juru-Bicara
Negara, sebagai berikut :
Ketua Mahkamah Agung - Mr. Dr. Kusuma Atmadja.
Jaksa Agung - Mr. Gatot.
Sekretaris Negara - Mr. Abdullah Pringgodigdo.
Juru-Bicara Negara - R. Sukardjowiryopranoto.
Gubernur Jawa Barat - Mas Sutardjo Kartohadikusumo
Gubernur Jawa Tengah - R.P. Suroso
Gubernur Jawa Timur - R.M.T.A Surio
Gubernur Sumatera - Mr. Tengku Mahamad Hasan
Gubernur Borneo - Ir. Pangerang M.Nur
Gubernur Salawesi - Dr. G.S.S.J. Ratulangi
Gubernur Sunda Kecil - Mr. I. Gusti Kututpudja
Gubernur Maluku - Mr. J. Latuharyhary

Menteri Dalam Negeri - R.A.A. Wiranatakusuma


Menteri Luar Negeri - Mr. A. subardjo
Menteri Kehakiman - Professor Mr. Supomo
Menteri Kemakmuran - Ir. R.P.Surahman
Menteri Keuangan - Dr. Samsi
Menteri Kesehatan - Dr. R. Buntaran Martoatmodjo
Menteri Pengajaran - Ki Hajar Dewantoro
Menteri Sosial - Mr. Iwa Kusuma Sumantri
Menteri Pertahanan - belum diangkat
Menteri Penerangan - Mr. Amir Syarifuddin

109
Menteri Perhubungan - R. Abikusno Tjokrosujono
Menteri-menteri Negera - Dr. Amir
- Wahid Hasjim
- Mr. Sartono
- Mr. A.A. Maramis
- Otto Iskandardinata

Dengan adanya berita-berita tersebut semangat rakyat dan


Pemuda tambah bergelora, dan berita-berita itulah pula yang menjadi
landasan untuk penerangan dan propaganda. Seluruh penjuru dan
pelosok-pelosok yang terpencil jauh dalam daerah Luwu yang luas itu
dikunjungi oleh rombongan Penerangan Pemuda.
Selain memperhebat penerangan dan propaganda, maka PNI
berhasil pula mempersatukan pemuda-pemuda bekas Heiho yang
dipimpin oleh R. Sugondoe, R. Udi, Armawi dan Agil. Adapun Agil,
telah gugur sebagai kembang bangsa dalam satu pertempuran dengan
NICA.
Dari sehari ke sehari keadaan bertambah sibuk, terutama di
kalangan Pemerintah dan Pemuda mengatur segala yang perlu-perlu
guna menghadapi segala kemungklnan yang akan ditimbulkan oleh
Belanda. Sebab tentunya Belanda telah mengatur pula siasatnya dengan
bantuan kaki-tangannya.
Dalam rangkaian kesibukan yang meminta banyak tenaga itu,
maka Palopo silih berganti didatangi oleh beberapa peninjau dari
Makassar, baik dari kalangan Pemerintah maupun dari kalangan Pemuda
dan Pers. Di antara peninjau-peninjau itu, A.N. Hadjarati sebagai Wakil
Gubernur.
Berhubungan adanya A. N. Hadjarati sebagai wakil Gubernur,
Datu segera mengadakan suatu pertemuan bertempat di istana, dihadiri
banyak orang terutama dari kalangan Pemuka-Pemuka Masyarakat,
Pemimpin-Pemimpin Pemuda, Pegawai-Pegawai Negeri dan lain-lain.
Dalam pertemuan tersebut, Wakil Gubernur atas beberapa pertanyaan
memberikan keterangan-keterangan mengenai keadaan dan suasana
ketika itu, dan beliau sarankan pula, supaya persatuan tambah diperkuat
sebab Belanda jelas akan datang lagi sebagai penjajah. Dalam
pertemuan ltu juga, diedarkanlah satu daftar-petisi kepada hadirin untuk

110
ditanda-tangani, sebagai backing Gubernur, petisi mana akan dimajukan
kelak oleh Gubernur kepada PBB (nasib Petisi tersebut, lihat
keterangannya di lain bahagian).
Dari Palopo, A.N. Hadjarati bersama rombongannya melanjutkan
perjalanannya ke Posso dengan maksud yang sama. (Nasib Petisi
tersebut, lihat keterangannya di lain bahagian).
Dari Palopo, A.N. Hadjarati bersama rombongannya melanjutkan
perjalanannya ke Posso dengan maksud yangsama Nasib tak dapat
ditolak, untung tak dapat diraih, di Posao A.N. Hadjarati ditahanoleh
Belanda, sehingga Petisi yang dimaksud itu, terpaksa terlambat
dimajukan.
Untuk memperingati tanggal 17, sebagai hari yang mengandung
arti yang penting dalam sejarah Indonesia, maka pada tanggal 17
September, untuk pertama kalinya bendera Merah-Putih berkibar di
Luwu di tiap-tiap rumah penduduk. Tapi ada juga satu dua orang yang
tidak menaikkan bendera, orang-orang itu tidak diusik, hanya menjadi
peringatan bagi Pemerintah dan Pemuda bagi masa-masa yangakan
datang, dan mengharapkanmoga-moga orang itu menjadi peringatan
bagi Pemerintah dan Pemuda bagi masa-masa yang akan datang, dan
mengharapkan moga-moga orang itu menjadi insyaf dan tegak pula
bersama dalam barisan Pemuda yang akan mempertahankan
kemerdekaan.
Di tengah-tengah kesibukan, maka timbullah suatu ketegangan,
lantaran perbedaan pendapat antara beberapa orang terkemuka. Sebagai
diketahui, bahwa di dalam susunan organisasi PNI, terdapat satu
bahagian bernama Polisi Istimewa, sehingga seakan-akan ada dua
macam Polisi di Luwu yang dapat menimbulkan kekacauan. Bagi orang
yang tidak mengerti latar belakangnya memang bisa mempunyai
pendapat yang demikian itu. Dan pendapat itu muncul, kemungkinan
besar disebabkan bisikan halus dari orang-orang yang pro Belanda
dengan maksud memancing kekacauan.
Maka di dalam satu rapat Pemuda, hal tersebut dikemukakan oleh
almarhum Pakki Dg. Masiga H.B.A. Palopo, yang juga turut dalam
barisan Pemuda. Setelah mendapat penjelasan dari pimpinanPemuda
yang menyatakan, bahwa Polisi Istimewa itu, bukanlah dimaksud
sebagai saingan kepada Polisi Pemerintah, tapi semata-mata hanya

111
sebagai satu persiapan, dan jika perlu kelak, langsung dapat dijadikan
Polisi Republik Indonesia Luwu, dan bergabung denganpolisi-polisi
yang ada sekarang, jika keadaannya mengizinkan.
Karena jelas, bahwa ada beberapa orang terkemuka yang tidak
mempunyai perhatian dalam soal Kemerdekaan yang amat penting itu,
maka Pimpinan Pemuda memajukan suatu permintaan kepada
Pemerintah Kerajaan, supaya urusan politik (keamanan) diserahkan di
bawah pengawasan Pemuda, dengan alasan bahwa Pemerintahhampir
tidak mempunyai perhatian terhadap oknum-oknum yang dicurigai,
sehingga oknum-oknum itu dapat leluasa menghasut orang banyak
untuk menimbulkan kekacauan. Akan tetapi permintaan itu ditolak oleh
Pemerintah Keraajaan.
Tapi guna menjaga jangan sampai timbul pertentangan antara
Pemuda dan Pemerintah, dan supaya dapat dicapai kerja sama yang
baik, maka ditetapkanlah Andi Hamid sebagai penghubung antara
Pemerintah dan Pemuda dengan persetujuan kedua belah pihak.
Andi Hamid adalah seorang Pemuda yang progressif, aktif dan
cepat berpikir, berani dan tegas. Pada waktu itu menjabat sebagaiKepala
Jawatan Pekerjaan Umum, dan aktif dalam gerakan Pemuda.Belakangan
Andi Hamid diangkat sebagai anggota Hadat (Balirante)Kerajaan Luwu.
Setelah Andi Hamid jadi penghubung, maka kordinasi
antaraPemerintah dan Pemuda berjalan lancar menimbulkan kerja sama
yang baik.
Akan tetapi meskipun kerja sama itu tetap terujud dengan baik,
namun terasa juga adanya suatu kekurangan besar, yaitu perhubungan
lalu lintas antara Palopo dan Makassar, demikian juga dengan lain-lain
Daerah, apalagi dengan telefon. Luwu adalah suatu daerah yang sangat
jauh dari Makassar, sehingga perkembangan situasi dan jalannya
perjuangan tak dapat diikuti dengan baik. Maka untuk mengurangi rasa
kekurangan yang besar itu, terpaksa Pemuda mengutus 2 orang
Pimpinannya ke Makassar dan lain-lain tempat, untuk mengetahui dan
mempelajari keadaan dalam masa yang sudah sangat genting itu. kedua
utusan itu, ialah M. Jusuf Arief dan M. Sanusi Dg. Mattata.
Untuk memperoleh banyak pengetahuan tentang keadaan suasana,
maka kedua utusan itu membagi diri. M. Jusuf Arief langsung ke

112
Makassar, sedang M. Sanusi Dg. Mattata harus singgah di Sengkang dan
Bone.

B. HASIL PENINJAUAN DI LUAR LUWU.

Dalam perjalanan ke Makassar, M. Sanusi Dg. Mattata singgah di


Sengkang dan berjumpa beberapa orang Pemuda yang dapat diharapkan
bisa mengkordiner segenap Pemuda-Pemuda di Wajo, supaya mereka
tampil pula menyusun tenaga guna menghadapi segala kemungkinan
Sanusi menganjurkan demikian, oleh karena ketikaitu belum ada
organisasi Pemuda di daerah Wajo yang semacam dengan gerakan
Pemuda-Pemuda di Luwu. Anjuran tersebut disetujui oleh Andi Paggaru
dan Guru Anwar. Mereka menyatakan bangga dengan tindakan dan cara
yang sudah ditempuh oleh Pemuda-Pemuda Luwu.
Demikian pula di Bone, utusan Pemuda Luwu tersebut, dapat pula
mengadakan pertemuan dengan Pemuda-Pemuda Bone bertempat di
Watampone. Juga Pemuda-Pemuda di Watampone berpendapat seperti
Pemuda-Pemuda di Sengkang, dan mereka setuju menjadi anggota
tersiar dami gerakan Pemuda Luwu, sehabis pertemuan tersebut, Sanusi
berangkat ke Wawolangi, suatu permandian yang indah di Bone untuk
menemui Datu Luwu, yang waktu itu berada di sana menghadiri
perkawinan puteri Raja Bone Andi Mappanjukki.
Di hadapan Datu dan Andi Pangerang Opu Tosinilele, Sesuai
melaporkan perkembangan-perkembangan yang terjadi di Luwu,dan
menyatakan maksudnya akan ke Makassar untuk mempelajari sebanyak
mungkin keadaan-keadaan di Makassar, di mana M. Jusuf Arief telah
lebih dahulu. Pada waktu itu, hadir Raja Bone, dan turut mendengarkan
laporan Sanusi, maka berkatalah Raja Bone :
Maksud yang demikian baik sekali, dan saya sangat memuji
langkah-langkah yang telah diambil Pemuda-Pemuda Luwu. Jika
Belanda benar-benar datang kelak, maka saya menyatakan bahwa
melawan Belanda sebagal penjajah, kita sudah pernah lakukan, sehingga
kita tidak segan-segan mengembara di hutan-hutan, sebagai yang pernah
saya alami di waktu lampau (1905 - 1906, sewaktu Gowa menentang
Belanda).

113
Oleh karena kebetulan ada panggilan Gubernur Ralulangi kepada
Datu dan Raja Bone untuk datang di Makassar, maka dengan sendirinya
Sanusi berangkat bersama dengan Datu, Andi Pangerang Opu
Tosinilele, dan Andi Pangerang Petta Rani. Di Makassar, rombongan
Datu tersebut, bergabung dengan M. Jusuf Arief.
Setelah beberapa hari di Makassar, ditetapkanlah oleh Gubernur
sebagai Petor Besar Bone dan Luwu, masing-masing Andi Pangerang
Petta Rani dan almarhum Andi Kaso.
Andi Kaso, adalah saudara kandung Andi Kasim, Kepala Daerah
Luwu sekarang. la pun turut diasingkan oleh Belanda ke luar dari Luwu
atas keputusan Pengadilan Adat Istimewa Luwu di Watampone
Setelah bermacam-macam kesulitan dalam perjalanan berhubung
buruknya jalan, maka utusan-utusan-Pemuda tersebut, tidak kembali di
Palopo bersama dengan Datu pada akhir bulan September.
Setelah sehari di Palopo, diadakanlah satu pertemuan bertempat di
istana Datu untuk menyampaikan hasil peninjauan kedua utusan Pemuda
tersebut kepada semua lapisan masyarakat Luwu. Pertemuan ini,
dihadiri lengkap oleh Kepala-Kepala Dines, Pemuka-Pemuka
Masyarakat kaum pergerakan, Pemimpin-pemimpin Pemuda, Pegawai-
Pegawai Negeri, dan lain-lain.
Dalam pertemuan tersebut, Sanusi melaporkan hasil
perjalanandan peninjauannya seperti tersebut di atas, dan kemudian ia
mengharapkan agar kita semua, jagansampai ada yang mundur setapak
dalam pendiriannya, karena benar-benar kita akan mengalami suatu
masa yang sangat sulit. Diharapkannya kepada semua golongan supaya
memperkuat persatuan, meneguhkan dan mebulatkan tekad, serta
berjanji dengan teguh dalam hati masing-masing, bahwa kita tidak akan
surut selangkah, meskipun jiwa harus dikorbankan. Diperingatkannya,
bahwa pada waktu ini, kita masih gampang berkata danmudah berjanji,
akan tetapi nanti sesudah waktu itu datang, maka di sanalah kelak nyata
siapa emas yang bersifat tidak luntur dan siapa loyang yang bersifat
luntur.
M. Jusuf Arief, menerangkan pula hasil peninjauannya, sebagai
berikut :
a. Adapun gerakan Pemada itn, memang telah tumbuhdan berkembang
di mana-mana sebagal di Luwu ini. Mereka telah bangkit menyusun

114
diri guna menentang Belanda bila ia berani datang lagi ke tanah air
kita. Gerakan-gerakan itu, misalnya Lipang Bajeng di daerah
Gowa, Hati mau Indonesia di Makassar, dan lain-lain. Tentu
mereka itu semua,meskipun nana berbeda-beda, ialah membela
kemerdekaan dan menghancurkan Belanda bila datang kembali.
b. Pada tgl23 September 1945, tentara pendudukan Australia telah
mendarat di Sulawesi. Yang mendarat di Makassar, adalah di bawah
pimpinan Comandernya yang bernama Ian Dougherty, dan seorang
Opsir Belanda di perbantukan pada Commander tersebut bernama
Wegner. Tak lama sesudah itu, terjadilah beberapa insiden, oleh
karena beberapa tentara kolonial suku Ambon menembaki orang-
orang yang memakai lambang merah putih. Selain itu, maka tidak
lama lagi, Pemuka-Pemuka Pergerakan dan Pemuda-Pemuda akan
membentuk satu organisasi yang bernama Pusat Keselamatan
Rakyat Indonesia (PKRI).
c. Di Makassar akan ada Pemerintahan yang bernama NICA (Nether
lands Indische Civil Administration) atau Pemerintah Sigil Hindia
Belanda. Akan tetapi mereka itu, sekarang ini tidak secara terang-
terangan, hanya membonceng kepada Australia, dan orang-orang
Belanda itu berpakaian seragam pula, dan berlagak seperti tentara
Australia. Menurut keterangan, tentara Australia tidak akan
mencampuri urusan politik yakni urusan Pemerintahan, hanya
mereka bertugas melucuti tentara Jepang dan menjaga keamanan.
Oleh karena itu, mata M. Jusuf Arief selanjutnya, kita di Luwu ini
merasa bersyukur, oleh karena kita telah bersiap-siap lebih dahulu, maka
persiapan yang telah ada harus diperkuat, yakni semua tenaga dari
lapisan masyarakat harus disusun rapih dalam bidangnya masing-masing
dengan niat yang bulat, supaya kita dapat menggulung tentara NICA,
bila mereka menginjak daerah kita ini.
Dalam pertemuan yang penting itu, diumumkan pula oleh
Pemerintah Kerajaan, bahwa yang menjadi Petor Besar Luwu sekarang
ialah Andi Kaso, dan sebagai Balirante iaiah Andi Hamid.
Sebagai diketahui bahwa pada masa Jepang menyerah kepada
Sekutu, ada dua anggota Hadat yang meletakkan jabatannya, yaitu Andi
Djelling sebagai Pabicara, dan Andi Baso Laurang sebagai

115
Tomarilalang.Dalam pengumuman Data tersebut, tercantum pula
susunan Perintah Kerajaan Luwu sebagai berikut :
Datu - Andi Dilemma.
Patunru - Andi Maradang.
Pabicara - Andi Pangerang.
Tomarilalang - Andi Mappanjompa.
Balirante - Andi Hamid.
Petor Besar - Andi Kaso.

Sewaktu Andi Pangiu meninggal dunia, Andi Kaso diangkat


sebagai Balirante. Oleh karena berat tugasnya sebagai Petor Besar, maka
Andi Kaso meletakkan jabatannya sebagai Balirante, digantikan oleh
Andi Hamid.

C. KETERANGAN PEMERINTAH RI TENTANG


PAMFLET BELANDA

Menjelang akhir September 1945, berhamburanlah dari udara


beribu-ribu lembar pamflet dari satu pesawat terbang, dan dipungut
beramai-ramai oleh rakyat, karena ingin lekas mengetahui apa isi dan
maksud pamftet tersebut.
Tapi pamflet itu ternyata sama saja dengan pamfiet yang
terdahulu yaitu pamflet yang berisi propaganda halus Belanda yang
meminta supaya bangsa Indonesia bersabar menunggu Pemerintah
yang sah.
Dengan adanya lagi pamflet yang berisi racun penjajahan itu,
maka hiduplah semangatdan berkembanglah hidupnya orang-orang
kontra ke merdekaan, yang selama ini semangatnya telah padam,
sebagai bara yang tersiram air disebabkan hebatnyagerakan Pemuda.
Kini mereka gembira dan bersorak sorai dengan diiringi
propaganda yang meracun semangat kemerdekaan rakyat dengan
mempergunakan pamflet dan pendapat tentang jarum sebilah.
Oleh orang-orang pro Belanda, pendapat itu, ditafsirkan mereka
lebih panjang lagi dengan mengatakan bahwa Belanda adalah suatu
bangsa cerdas dan pintar, jauh lebih pandai dari pada kita, senjatanya
lengkap dan modern, tentaranya berani dan terlatih baik. Sekutunya

116
banyak dan kuat, seperti Amerika, Inggeris dan lain-lain. la telah
menundukkan Jepang dan Jerman yang garang itu. Jika mereka telah
berkata begitu, terbahak-bahaklah mereka bersama-sama, seakan-akan
keterangan mereka tidak salah lagi, dan ditambahkannya bahwaBelanda
yang pintar itu pasti berkuasa kembali di Indonesia.
Sebaliknya, Pemuda tidak tinggal diam, malah dengan adanya
pamflet tersebut, penerangan dan propaganda lebih dipergiat dengan
memasang loudspeaker yang dipasang di sudut-sudut kota, sehingga
setiap malam rata-rata rakyat mendapat berita dan keterangan-
keterangan yang jelas mengenai kemerdekaan, dengan memaparkan
bukti dalam sejarah.
Pesawat radio yang dijaga baik-baik oleh Ahmad Ali, maka
dapatlah sewaktu-waktu menangkap berita dari zender RI, misalnya :
Pada tgl. 29 September 1945 tentara Inggeris telah mendarat di
Jakarta di bawah pimpinan Panglima tentara Serikat untuk Asia Timur,
Jenderal Christison, dengan berkewajiban : a. melucuti dan
mengembalikan tentara Jepang, b. mengangkut tawanan-tawanan perang
dan c. menyelenggarakan keamanan guna menyelesaikan tersebut dalam
a. dan b. Dan Pemerintah Indonesia bertanggung jawab atas keadaan di
daerahnya.
Dan yang terpenting, radio Pemuda tersebut dapat pula mencatat
sebahagian besar keterangan resmi Pemerintah Republik Indonesia
mengenai surat-surat sebaran (Pamflet) dari pihak Belanda yang
dijatuhkan di seluruh tanah air dengan kapal terbang.
Keterangan Pemerintah RI yang tidak lengkap itu, dapatlah
dijadikan alat sebagai,kontra propaganda Belanda untuk membunuh bisa
yang terkandung dalam pamflet Belanda tersebut.
Adapun keterangan resmi Pemerintah RI tersebut lengkapnya
adalah sebagai berikut :
Beberapa hari yang lalu, di beberapa tempat, pihak Belanda telah
menyebarkan pamtlet-pamflet dengan perantaraan kapal terbang.
Pamflet-pamflet itu berisi propaganda yang bermaksud membujuk
rakyat untuk menyetujui kehendak Belanda buat menjajah kembali tanah
air kita. Kehendak itu disajikan secara halus sekali, sehingga mungkin
orang belum insyaf, dapat terpikat hatinya. Akan tetapi bagai mana

117
halus dan licinnya propaganda Belanda itu dibikin, akhirnya mesti akan
terlihat juga tidak kejujurannya.
Marilah kita kupas propaganda yang berbisa itu.
Pertama tidak kejujuran itu terlihat dalam acara propaganda buruk
disajikan. Pamflet Belanda tadi memakai kepala Keterangan Resmi
Dari Pemerintah. Inilr', bukti tipu muslihat Belanda yang pertama.
Pamflet itu, tidak mau dengan terang-terangan menyebutkan namapihak
Belanda, sebab ia mengetahui betul, bahwa rakyat hanya mempunyai
dan mengakui satu Pemerintah saja yang sah, yaitu Pemerintah Rebublik
Indonesia. Jadi dengan tidak menyebut-nyebut dengan terang terangan
nama Belanda atau nica, Belanda bermaksud supaya rakyat dapat
menerima pamflet itu berasal dari Pemerintahnya sendiri. Tapi muslihat
itu terbukti lagi dalam perkataan Markas Pemerintah, yang dipakainya
untuk menggambarkan bentuknya Pemerintah jajahan yang
dikehendakinya. Perkataan Markas itu dipakainya untuk memikat hati
rakyat yang pada masa ini sedang gemar pada perkataan itu. Adapun isi
pamflet propaganda, sebetulnya dari pada apa yang telah dijanjikan oleh
Dr. van Mook cs.
Pokok pangkalnya propaganda politik dengan pamfeltnya ini ialah
: Kerajaan.
Kerajaan apakah ? Kerajaan Belanda yang terdiri dari negeri
Belanda, Indonesia, Suriname dan Curacao. Jadi pada hakikatnya : tak
lain tak bukan penjajahan. Hanya nama penjajahan tidak dipakai.
Tapisebetulnya setali tiga uang.
Kerajaan itu, katanya akan dibentuk berdasar di aras
penghargaan sama tinggi dan pekerjaan bersama.
Tapi anehnya menurut pamflet itu Pemerintah Indonesia akan di
kepalai oleh Gubernur Jenderal sebagai wakil Seri Ratu. Kalau memang
betul akan jujur dasar penghargaan sama tinggiitu, mengapakah masih
diadakan Wakil Seri- Rata sebagai Kepala Pemerintah di Indonesia ?
Kalau ini bukan sistem jajahan, make apa lagi yang disebut jajahan itu ?.
Benar menurut pamflet itu,Markas Pemerintah akan terdiri dari
Suara Perwakilan Rakyat, tetapi hak memilih anggota badan
Perwakilam Rakyat itu, menjadi satusoal yang perlu diselidiki lebih
jauh.

118
Jadi apa yang disebut yang dengan dasar demokrasi dan terbanyak
anggotanya orang Indonesia asli itu, masih tergabung di awang-
awang belaka, karena masih menjadi soal.
Kalau hak memilih itu, sungguh-sungguh akan didasarkan
penuh, tadinya pemandangan umum dan etas Perwakilaripenduduk-
penduduk dalam segala golongan, maka mengapakah tidak terus
terangdisebutkan saja bahwa Perwakilan Rakyat, akan dibentuk dengan
pemilihan umum ?.
Kita bangsa Indonesia sudah cukup pengalaman dan praktek
volksraad dan lain-lain read di zaman yang lampau, untuk mencurigai
siulan manis tentang terbanyak anggotanya orang Indonesia asli di
dalam Perwakilan Rakyat cap penjajah itu.
Kita pun belum lupa akan Inlandsmeerderheidyang lucu itu.
Adalah satu perkataan pemikat lagi yang dipakai dalam pamfle
tadi, yaitu perkataan kehidupan Nasional katanya, tujuan orang
Indonesia untuk kehidupan nasional diakui sahnya. Apakah arti dan
isikehidupan nasional itu ?, tidak dikatakan sama sekali.
Akan tetapi kita kenal omongan ini, karena sudah sering kali
dinyanyikan pule di zaman yang telah lampau.
Malahan dahulu Belanda pernah berkata, bahwa kaum nasionalis
Indonesia berhak berjuang buat kemerdekaan tanah airnya. Dulu dalam
Volksraad kaum Nasionalis yang tergabung dalam fraksi nasional
bertujuan Indonesia-Merdeka, dan demikian itu diakui sah pula
PemerintahHindia-Belanda almarhum. Sekarang Belanda datang lagi
dengan lagu yang lamaitu dengan mengatakan : Bahwa kehidupan
nasional bisa tercapai melalui jalanrevolusiyang sahdengan pekerjaan
bersama-sama yang baik.
Inilah die alte Geachikte, dongeng yang kuno, tapi buat bangsa
Indonesia bukan tetap bare, bukan bliet ummersue, melainkan sudah
menjadi layu dan basi.
Lain dari pada itu, propaganda paraflet itu, membayang-
bayangkan tentang permusyawaratan meja bundar di mana akan
ditetapkan bentuk dan corak permusyawaratan itu, tidak diterangkan
dengan sepatah pun juga. Apakah permusyawaratan itu didasarkan atas
penghargaan sama tinggi? Jadi negeri Belanda membawa satu suara,

119
Suri name satu suara, Curacao satu suara. Inikah demokrasi cap Belanda
itu?
Bagaimna juga, kita sudah yakin bahwa permusyawaratan meja
bundar itu sudah barang tentu akan diatur sebegitu rupa, hingga
menguntungkan pihak Belanda saja.
Lebih lanjut pamtlet memuat semacam program yang Biasanya
dianjurkan oleh satu party politik, seperti tuntutan tentang lenyapnya
perbedaan bangsa dalam aturan-aturan dan badan-badan, tentang
perubahan pengajaran dan pendidikan, tentang lenyapnya buta buruf dan
lain-lain. Akan tetapi tidak terang ke jurusan mana semua itu hendak
diarahkan.
Kita lihat perbedaan program itu dengan apa yang pernah
diuraikan pihak Belanda di zaman yang telah lampau, misalnya tentang
pengakuan bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara resmi disebelah
bahasa Belanda. Dari pengakuan ini saja, sudah dapat diambil
kesimpulan semangat penjajahan dari propaganda itu.
Cobalah pikirkan saja, berapakah banyaknya orang Indonesia
yang dapat bicara dan mengerti bahasa Belanda. Toko bahasa Belanda
akan juga dijadikan bahasa Negara resmi. Begitu juga tentang politik
perekonomian, hanya setali tiga wang saja dengan dahulu, oleh
Pemerintah jajahan disebut welvaart politik.
Tentang pembentukan tentara dikatakan bahwa keteguhan umum
membela dirinya, akan dibikin dasarnya. Apakah maksudnya dasar
tersebut? Dalam pamflet itu disebutkan, tapi kita dapat mengetahui
maksud itu dari kebuasan serdadu-serdadu Belanda dengan kaki-
tangannya, yang tiap-tiap hari melakukan pembunuhan dan kekejaman
terhadap bangsa kita yang tidak berdosa.
Pembangunan Negara Indonesia hanya dapat tercapai dengan
bekerja bersama yang sungguh-sungguh antara penduduk-penduduk dari
berbagai-bangsa, kata gamflet itu.
Kita jawab : Mufakat, akan tetapi bekerja bersama-sama
yangsungguh-sungguh menurut kamus Belanda, lain artinya dari pada
paham bangsa kita dan paham umum.
Menurut Belanda bekerja bersama-sama yang bersungguh-
sungguh ialah demikian : mempersenjatai orang-orang bekas interneran
membiarkan, bahkan mengajurkan pembunuhan orang-orang Indonesia

120
memaksa dengan kekerasan supaya Indonesia kembali menjadi jajahan
negeri Belanda lagi.
Ini semua dapat dibuktikan dengan kejadian-kejadian seperti
misalnya di Jakarta, dan dengan keterangan resmi dari Dr. van Mook
dan Prof. Logeman. Maka itu janganlah heran kalau bangsa Indonesia
tidak percaya lagi akan bekerja bersama-sama yang dipropagandakan
dalam pamflet itu. Selanjutnya pamflet itu menganjurkan supaya
kemelaratan dan kemiskinan dan kekacauan umum jangan bertambah-
tambah.
Mufakat! accoord! tetapi siapakah yang menyebabkan adanya
kemelaratan, kemiskinan dan kekacauan umum itu ? Bukan sebab
kekejaman, penindasan Jepang saja, Belanda pun harus bertanggung
jawab tentang hal itu. Siapakah yang mengoporkan kita bangsa
Indonesia mentah-mentah ke tangan Jepang ? Betanda! Siapakah yang
tidak berbuat apa-apa untuk melenyapkan kemelaratan dan kemiskinan
bangsa kita? Belanda! Siapakah yang menyebabkan kekacauan umum
pada masa ini? Belanda! dengan serdadu-serdadunya,Dengan gedoran-
gedorannya! Dengan pembunuhan dan pembakarannya.
Maka dari itu, seruan pamflet itu hendak menghentikan kerugian
dan pengrusakan yang sekarang ini, lebih tepat disebarkan di batalion X
dan lain-lain tempat di mana pengikut-pengikutnya berkumpul.
Bangsa Indonesia tidak perlu lagi dapat nasihat semacam itu.
Bangsa Indonesia masa sekarang sudah lain dari pada yang dulu. Garis
hidupnya sebagai bangsa telah tertentu dan tak akan dirobah, baik
dengan siulan manis yang diturunkan dari angkasa dalam bungkusan
pamflet, maupun dengan kekerasan.
Garis hidup kita ialah :Sekati merdeka, tetap merdeka.
Demikianlah, maka tidak heran gerakan Pemuda Luwu dengan
secara terang-terangan menjustakan propaganda NICA dan mengupas
segala tipu muslihatnya di hadapan umum dengan tidak ada tedeng
aling-aling. Sebaliknya, kaki-tangan NICA secara diam-diam pula
mempropagandakan pendapatnya yang terkenal itu, dan menakut-
nakuti rakyat dengan semboyannya bukan soal kebenaran yang menjadi
pokok, akan tetapi soal kekuatan.
Dengan propaganda mereka seperti tersebut, ternyata mereka
memang sengajatidak mau mengakui kebenaran sejarah. Mereka

121
tahu,bahwa sesuatu keyakinan yang berdasarkan kebenaran seperti hak
kemerdekaan tiap-tiap bangsa, tak dapat ditundukkan dengan kekuatan
senjata bagaimanapun juga. Badan bisa dibelenggu, disiksa dan di
aniaya tapi keyakinan yang berdasarkan kebenaran itu tetap hidup.
Mereka tidak mau mengetahui kebenaran itu serta mengakuinya, karena
hatinya telah buta disebabkan pengaruh kedudukan, pangkat dan harta
benda.
Demikianlah, baru hanya satu bulan lebih berita kemerdekaan
tersebut, telah rata diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat dalam
daerah Luwu yang luas itu, sejak dari pantai Barat dan Timur Teluk
Bone sampai ke pegunungan yang tinggi, dan di dusun-dusun yang
terpencil jauh, malah telah diketahui pula oleh orang-orang yang diam di
tepi Danau Towuti di kampung Timampu, dan di Soroako di pinggir
danau Matanna, oleh kegiatan Penerangan Pemuda. Dengandemikian,
meluaplah semangat kemerdekaan itu meliputi seluruh Luwu.
Darah Andi Tadda, Haji Hasan dan Toadjabi, Makole Baebunta,
Pong Tiku dan lain-lainnya yang sudah lama beku bercampur tanah,
kuni menjadi cair kembali dan mengalir bagaikan banjir, melanda,
menggulung dan menyapu bersih segala kotoran penjajahan.

D. MENGUNJUNGI ANDI BASO LANRANG.

Untuk mengatakan jalannya barisan Pemuda dan rakyat dalam


menghadapi musuh yang rasanya sudah semakin dekat, maka segala
rintangan yang dapat menghambat gerakan Pemuda, perlu dibersihkan
lebih dahulu dengan cara memberi keterangan secara terus-menerus
kepada orang-orang yang enggan tampil dalam perjuangan. Tindakan
ini, adalah suatu kebijaksanaan dari Pimpinan PNI yakni mereka harus
diberi keinsyafan lebih dahulu, sehingga jika Belanda datang tidak akan
mendapat pengikut seorang pun dari bangsa kita, maka Belanda
mudahdihancurkan.
Dalam salah satu rapat Pengurus PNI, diputuskan bahwa semua
tokoh-tokoh yang penting yang diduga akan menjadi rintangan,
didatangi dan diberi keterangan secara baik. Tidak perlu PNI menunggu
atau memanggil mereka. Dalam rapat tersebut Sanusi bersama Andi
Mengile ditugaskan menemui Andi Baso Lanrang bekas Tomarilalang

122
Luwu, seorang tokoh yang mempunyai pengaruh besar terutama di
daerahPalopo Selatan.
Dia seorang yang pandai berpikir dan ramah tamah. Pengarang buku dan
bersama dengan Andi Baso Lanrang tersebut. Dia seorang yang amat
setia kepada tugas yang diberikan kepadanya.
Pada waktu itu, pada hakikatnya beliau tidak Tomarilalang lagi,
sebab sudah lama tidak aktif lagi sebagai Tomarilalang, hanya
permohonannya belum ia majukan untuk meletakkan jabatannya.
Pimpinan Pemuda Luwu masih mempunyai harapan kepadanya, untuk
ikut bersama Pemuda dalam perjuangan. Dan jika ia betul mau,
makasatu penghalang bisa tersingkir dengan baik, yang berarti Pemuda
dan Pemerintah Kerajaan mendapat tenaga yang penting.
Dalam bulan September, kira-kira jam 9 pagi, Sanusi mengunjungi
rumah Andi Baso Lanrang yang terletak di belakang istana Datu. Ketika
itu, Andi Mangile berhalangan, dan akan datang kemudian.
Rupanya A.B, Lanrang telah melihat Sanusi seorang diri mendatangi
rumahnya, karena barusaja Sanusi mengucapkan salam, dengan segera
beliau balas salam Sanusi sebagaimana mestinya.
Duduklah kata beliau. Sudah lama saya menunggu
kedatanganmu, sambungnya.
Memang sudah lama saya ingin kemari Opu (panggilan kepada
bangsawam-bangsawan Luwu), akan tetapi pada waktu akhir-akhir ini,
hari tidur saya hampir-hampir tidak di kota, oleh karena sebagai Kepala
Penerangan dan Juru Bicara Pemuda, saya selalu mengunjungi tempat-
tempat yang penting diseluruh Kerajaan Luwu, kata Sanusi.
Itulah yang saya tunggu, untuk memperoleh keterangan tentang
gerakan Pemuda, katanya lagi.
Pimpinan Pemuda pun demikian juga; ingin menjelaskan kepada
Opu tentang tujuan dan maksud dari pada gerakan Pemuda, dan
mengharap supaya Opu turut juga dalam gerakan Pernuda kata Sanusi.
Selanjutnya Sanusi berkata :

123
Oleh karena Opu ingin mengetahui tentang gerakan Pemuda, dan kami
ingin memberi tahukan, maka baiklah Opu bertanya mengenai maksud
dan tujuan Pemuda.
Atas pertanyaan A.B. Lanrang, Sanusi memberi
keterangan:Kemerdekaan bangsa Indonesia 100% tanpa sarat
Tapi pendapat banyak tokoh-tokoh yang terkemuka, bahwa semua orang
menghendaki kemerdekaan, tapi untuk melawan Belanda yang amat
kuat itu, rasanya kita tidak mampu,sehingga perbuatan itu mereka
pandang suatu perbuatan yang sia-sia saja, membuang-buang percuma
tenaga, harta dan jiwa, tukas A.B. Lanrang.
Tapi pendapat Opu sendiri bagaimana?, tanya Sanusi.
Mendengar pertanyaan tersebut, agak lama ia diam, baru menjawab :
Saya sendiri agak miring kepada pendapat itu, kasena jika kita pikir
lebih lanjut, masakan kambing dapat berlaga dengan kerbau jantan.
Dan jika keduanya berlaga, pasti kambing remuk bukan ? Tapi jika
Pemuda memang telah mempunyai persenjataan yang agak setaraf
dengan pesenjataan Belanda, itu lain soalnya. Oleh sebab itu, apakah
Pemuda telah mempunyal senjata yang agak cukup?
Sanusi tersenyum mendengar jawaban A.B. Lanrang, lantas menjawab :
Pikiran yang demikian itu, sudah lama kami tahu. Malah ada
yangmengatakan, hanya orang bodoh saja, dan gelap mata mau melawan
Belanda, karena membuat sebilah jarum pun kita tidak mampu, apa lagi
sepucuk senapan. Tapi pandangan dan pendapat itu, sekilas memang
masuk akal, dan seakan-akan pendapat itu tidak salah lagi. Sebaliknya
pendapat itu tak dapat diterima oleh pikiran yang sehat. Pendapat itu,
hanya dapat diterima oleh orang-orang yang tidak mempunyai
pandangan yang luas. Seperti saya sudah katakan, bahwa tujuan
Pemuda, iaiah kemerdekaan bangsa Indonesia. Kemerdekaan adalah
hak yang suci pemberian Allah yang Maha Adil. Mempertahankan
hak itu adalah suatu tindakan keadilan. Sebaliknya,tidak ada hak tiap-
tiap orang dan tiap-tiap bangsa menjajah seseorang atau sesuatu bangsa.
Penjajahan, adalah paksaan dan perkosaan serta kelaliman. Jadi tidak

124
ada hak Belanda menjajah kita. Sebaliknya, kita wajib membela hak
kita jika diperkosa walaupun jiwa kita harus dikorbankan. Opu sendiri
sering-sering mengatakan kepada kami,bahwa malu itu lebih tinggi
harganya dari pada jiwa, artinya, jika kita dipermalukan orang,
maka kita harus mati. Dengan lain perkataan, jika hak kita diinjak-
injak orang, maka kita harus membelanya mati-matian. Jadi, jika kita
menentang Belanda, maka tindakan itu adalah tindakan keadilan. Jadi
senjata Pemuda yang paling ampuhyang tak dapat dilawan oleh
siapapun, ialah keadilan. Walaupun berkumpul semua kekuatan di dunia
ini, tidak akan mampu menghancurkan keadilan itu, oleh karena
keadilan itu, adalah kepunyaan Khalik, Tuhan yang mengadakan segala
sesuatu di alam ini. Pemuda hanya membela hak dan keadilan, dan
itulah senjata Pemuda yang utama.
Dalam sejarah perkembangan bangsa-bangsa, tidak sedikit kekuatan
raksasa yang hancur berhadapan dengan hak dan keadilan. Nabi
Musa, dihantam oleh Raja Fir'aun terus-menerus dengan hebat,dan tentu
Opu tahu, Raja perkasa itu ditelan air laut merah. Fir'aun hancur karena
berhadapan dengan hak dan keadilan. Dan tentu Opu lebih tahu lagi,
bahwa Belanda sendiri telah berjuang dalam masa 80 tahun lamanya
karena membela hak dan keadilan yang diperkosa oleh Spanyol jago
lautan yang terkenal itu. Akhirnya Spanyol tunduk dan menyerah di
hadapan hak dan keadilan.
Memang sepintas lalu, kekuasaan mereka yang berdasarkan kelaliman,
terasa akan menang terus-menerus. Misalnya Jepang yang gagah
perkasa, kelihatannya akan tetap di tanah air kita, oleh karena
keberanian dan kekuatannya, tapi akhirnya Jepang hancur, karena
maksud perangnya tidak berdasarkan keadilan, demikian pula Jerman
Jadi tentang senjata Pemuda yang Opu tanyakan itu, rasanya Opu sudah
ketahui.
Akhirnya A.B. Lanrang tidak bertanya lagi, hanya ia katakan :
Baiklah, saya pikikan dahulu.

125
Baiklah, sahut Sanusi. Kemudian, Sanusi minta supaya A.B.
Lanrang berpikir sungguh-sungguh, dan dimintanya supaya dalam
memikirkan soal itu, supaya jangan keluar dari hak dan keadilan.
Sewaktu Andi Mangile menemuinya, beliau masih berpikir-pikir.

E. KONFERENSI RAJA-RAJA DI WATAMPONE

Dari sehari ke sehari keadaan tambah gawat, terutama di kota


Makassar dan sekitarnya, oleh karena tentara Australia dapat di
boncengi oleh NICA, sehingga orang-orang NICA itu dapat
menjalankan jarum propagandanya kepada rakyat, dibantu dengan
kaki tangan-kaki tangannya.
Akar, tetapi siasat licik mereka dapat diketahui oleh rakyat dan
Pemuda, maka dengan sendirinya keadaan semakin meruncing.
Selain dari pada itu, diketahui pula, bahwa Pemimpin-Pemimpin
NICA berusaha akan mengadakan suatu konferensi dengan Raja-Raja di
Sulawesi Selatan. Dan jika NICA berhasil membentuk suatu
pemerintahan, kabarnya Dr. Ratulangi Gubernur Sulawesi, jika keadaan
terpaksa akan memindahkanPusat Pemerintahannya di kota Watampone.
Jadi keadaan politik di masa itu sangat tegang, di mana Gubernur
berusaha akan mendapat pengakuan dari PBB dengan memajukan suatu
petisi Australia, di samping NICA yang berusaha pula untuk
menyatakan berdirinya kembali PemerintahBelanda di Sulawesi secara
terang-terangan dengan jalan mengadakan konperensi bersama Raja-
Raja bertempat di Makassar. Tapi maksud NICA, bukan konperensi,
hanya hendak membujuk Raja-Raja dengan disertai janji-janji yang
muluk-muluk, serta memberi instruksi pertama apa yang harus
dilakukan Raja-Raja tersebut.
Dengan lain perkataan, kedua kekuasaan tersebut sedang dalam
perlombaan sengit untuk meluaskan pengaruh dan kekuasaannya di
Sulawesi ini. Dalam perlombaan ini, Dr. Ratulangi mendapat backing
dari berpuluh organisasi Pemuda, dari kaum pergerakan serta beberapa

126
Raja-Raja dan rakyat pada umumnya. Sedangkan dari pihak NICA,
berusaha pula dengan sekuat-kuatnya untuk mendapat backing dari
pihak Raja-Raja, dan bekas tentara Belanda, dan sebahagian
besarPegawai-Pegawai Negeri, posisl-posisi yang sudah bejat, dan
kesatuan-kesatuan tentara yang masih disembunyikan.
Menginsyafi keadaan politik yang demikian hebatnya itu, maka
Pemerintah Kerajaan Luwu dan Pimpinan Pemuda Luwu, harus
dengantegas menyatakan pendirian dan sokongannya kepada Gubernur
Dr. Ratulangi, untuk mendorong beliau berpacu dengan sekencang-
kencangnya, supaya jangan ketinggalan oleh NICA, sehingga Kerajaan
Luwu yang potensionil itu jangan terjepit dari Utara dan Selatan.
Untuk maksud tersebut, maka Pemerintah Kerajaan dan Pimpinan
Pemuda Luwu, menyarankan supaya segera mengadakan suatu
konferensi bersama Raja-Raja bertempat di kota Watampone, dengan
thema membentuk suatu persatuan dan menyusun tenaga yang bulat,
serta menyatakan sokongan kepada Gubernur secara bersungguh-
sungguh, dengan tujuan menggagalkan maksud NICA yang kejam itu.
Rupanya konferensi tidak mencapai kata yang bulat, karena
ternyata kemudian,hanya 2 Raja yang mengeluarkan pernyataan, yaitu
Andi Mappanyukki Raja Bone, dan Andi Djemma Raja Lawu.
Pernyataan Raja Bone bersama Hadatnya, antara lain berbunyi
demikian :
Seluruh Pegawai-Pegawai Negeri di Bone bersama dengan Raja
Bone dan Hadatnya ( Ade-7 ), akan mogok jika Belanda datang
memerintah di Bone.
Adapun pernyataan Luwu adalah sebagai berikut :
Kerajaan Luwu, berdiri tetap di belakang Republik dalam keadaan
bagaimanapun juga.
Dan sebagai lanjutan dari pada pernyataan Luwu tersebut, maka
dalam satu rapat raksasa di tanah lapang Palopo, diumumkan pula oleh
Andi Kaso Petor Besar Luwu suatu pendirian sebagai berikut :
a. Daerah Luwu, adalah daerah.Negara Republik Indonesia.

127
b. Rakyat dan Pegawai-Pegawai Negeri di daerah Luwu, adalahrakyat
dan Pegawai-Pegawai Negeri Republik Indonesia.
c. Badan Pemerintah akan mogok, jika NICA datang, dan akan menen-
tangnya bersama rakyat.
Pernyataan-pernyataan tersebut dikirim kepada Gubernur Sulawesi
dan Pimpinan tentara Australia.
Dengan adanya pernyataan Luwu tersebut, maka dengan
sendirinya, Pemerintah Kerajaan Luwu, bersama semua alat-alatnya dan
seluruh rakyatnya menjadi taruhan dalam perlombaan menegakkan
pengaruh dan kekuasaannya antara Republik Indonesia dan Belanda.
Konferensi Raja-Raja tersebut, dihadiri juga oleh dua orang
Pimpinan Pemuda Luwu, yaitu M. Jusuf Arief dan M. Sanusi Dg
Mattata ,dan 2 orang dari Pimpinan Pemuda Tana Toraja, di antaranya
Guru Mude alias Mahmud, sebagai peninjau.
Sesudah konferensi selesai, maka Gubernur Sulawesi memberi
tugas kepada guru Mude, untuk berusaha dengan jalan bagaimanapun
juga, mengumpulkan sebanyak mungkin senjata yang ada di Tana
Toraja yang kelak akan dibeli oleh Gubernur. Tugas tersebut diterima
baik oleh guru Mude, dan menolak untuk menjual senjata-senjata itu
kepada Gubernur, karena pekerjaan itu adalah suatu tugas suci yang
harus dilaksanakan oleh tiap-tiap pejuang.
Guru Mude, namanya yang sebenarnya, Mahmud. Dia seorang
pemuda yang progressif, bersifat riang dan sabar, teguh dalam pendirian.
Sejak mudanya ia selalu menjadi guru, tapi hanya sebentar saja sebagai
guru di sekolah Pemerintah, lantas pindah ke Rante-Pao dan Makale,
menjadi guru sekolah Muhammadiyah di daerah Tana Toraja yang indah
itu, kemudian turut dalam Pimpinan Muhammadiyah Tana Toraja,
merangkap Ketua Pemuda Muhammadiyah. la memang berasal dari
sana.
Guru Mude bersama beberapa kawannya masuk hutan, setelah ia
dapat melepaskan dirinya dari kepungan NICA, yang datang dengan
tiba-tiba menyerang Makale dan Rante-Pao. Dalam kepungan NICA

128
bersama kaki-tangannya itu, beberapa orang Pimpinan Pemuda Tana
Toraja ditawan, lantas dibuang, ada yang dibuang ke Manado, ada yang
ditahan di Masamba dan lain-lain. Tetapi 17 orang di antara mereka itu,
langsung ditembak mati pada hari pengepungan tersebut, di antaranya,
ialah : Ikhwan, Musa, Abdul Gani, Mangadil, Tikoalu dan lain-lain.
Untuk memperingati jasa mereka, maka salah satau jalan di Makale,
diberi nama Jalan Ikhwan.
Setelah Belanda menyerah, guru Mude diangkat sebagai Kepala
Jawatan Pendidikan Masyarakat RI Kabupaten Luwu, dan kini telah
pensiun.
Dalam perjalanan pulang sesudah konferensi selesai, Datu bersama
rombongannya, singgah di Larompong, Suli, Bajo Ponrang, dan Bua,
untuk menjelaskan kepada rakyat tentang pernyataan Luwu yang telah
diamumkan di kota Watampone. Datu meminta kepada segenap
rakyatnya, supaya selalu taat, bersatu padu dengan teguh, terutama pada
waktu sekarang ini.

F. KONFERENSI PEMUDA SELURUH SULAWESI


DI SENGKANG.

Kini keadaan telah meruncing, keamanan tak dapat lagi


dipertahankan, oleh karena di mana-mana kaki tangan-kaki tangan
NICA mulai beraksi walaupun belum secara terang-terangan, oleh
karena tuannya yang mereka tunggu-tunggu selama ini belum
menampakkan diri, menunggu waktu dan kesempatan yang baik.
Menurut pendapat Pimpinan PNI Luwu, bahwa adanya aksi kecil-
kecilan dari orang-orang yang dicurigai selama ini, meyakinkan bahwa
kedatangan Belanda sebagai penjajah di daerah kita ini, tak dapat lagi
dielakkan.
Kedatangan mereka wajib dibendung dengan sehebat-hebatnya,
supaya mereka yang dengan mudah lalu begitu saja, tapi Belanda harus
melalui pagar waja yang kuat, yakni barisan Pemuda yang militant

129
dan konsekwen. Oleh sebab itu, perlu segera diadakan suatu konferensi
Pemuda seluruh Sulawesi, untuk membicarakan cara kerja sama,
persenjataan, pemberitaan, pengangkutan, pasukan-pasukan dan lain-
lain.
Untuk mewujudhan maksud tersebut, tidaklah mudah dengan jalan
korespondensi saja, berhubung sulitnya perhubungan dan mendesaknya
waktu. Demikianlah, maka Pimpinan Pemuda Luwu menyerahkan
urusan konferensi tersebut kepada M. Jusuf Arief anggota Pimpinan
Pemuda Luwu, oleh karena ia mempunyai hubungan luas dalam
masyarakat Sulawesi, terutama di Sulawesi Selatan.
Dengan tidak membuang waktu dan menghiraukan ongkos yang
tidak cukup, berangkatlah M. Jusuf Arief seorang diri menuju kota
Sengkang, Bone, Pare-Pare, Makassar dan lain-lain tempat untuk
mengadakan feeling dan pembicaraan-pembicaraan pendahuluan dengan
Pimpinan Pemuda di tempat-tempat tersebut, waktu itu, amatlah sulitnya
memperoleh kendaraan, dan perhubungan telepon dan pos telah putus
sama sekali, dan di samping kaki tangan - kaki tangan NICA telah
bersarang di mana-mana dengan tidak dikenal, malah kadang-kadang
dianggap kawan. Jadi jika kita tidak waspada benar-benar, sudah tentu
maksud konferensi tesebut tidak dapat dilaksanakan, karena kerja sama
yang kuat antara Pemuda-Pemuda Sulawesi dengan kaum Republikein,
merupakan suatu benteng yang kokoh terhadap NICA.
Akan tetapi, karena tekad sudah bulat dan didorong oleh semangat
yang tak kunjung padam, maka wakil Pemuda Luwu tersebut bekerja
dengan sekuat-kuatnya, sehingga maksud itu tercapai dengan baik.
Setelah M. Jusuf Arief tiba kembali di Palopo, maka sesudah
menyampaikanlaporannyakepada Pimpinan PNI, ditetapkanlah dalam
suatu rapat tentang anggota-anggota perutusan Pemuda Luwu
kekonferensi tersebut yang diadakan di kota Sengkang, ibu-kota
Kerajaan Wajo. Utusan tersebut diketuai oleh M. Jusuf Arief. Dalam
pembukaan. konferensi tersebut, hadir juga wakil Pemerintah-Kerajaan
Wajo, dan lain-lain tokohyang terkemuka di Sengkang.

130
Salah satu keputusan yang terpenting dalam konferensi yang
penting itu, ialah : Jika ada daerah yang diserang atau menyerang, maka
lain-lain daerah harus bertindak, supaya kekuatan NICA terserak-serak.
Sesudah konferensi itu, semangat rakyat tambah berkobar-kobar,
maka dapatlah dipastikan bahwa expansi NICA kelak di Sulawesi
Selatan ini, pasti tertarung pada barisan Pemuda yang tidak gampang
dilalui. Belanda harus lebih dahulu berenang dengan sekuat-kuatnya di
tengah-tengah banjir darah Pemuda dan rakyat, dan melalui bukit-bukit
mayat yang mengerikan, yang gugur karena membela hak dan keadilan.

PERIODE PEMUDA REPUBLIK INDONESIA


(PRI).
A. PEMBENTUKAN P R I

Memperhatikan jalannya perkembangan situasi yang begitu cepat,


terutama dalam lapangan politik, dapatlah ditarik kesimpulan, bahwa di
daerah kita yang tercinta ini, pasti tidak akan lama lagi terjadi suatu
perkelahian dan perang yang seru dan hebat, antara kaum penjajah dan
rakyat yang akan mempertahankan kemerdekaannya.
Berdasarkan tinjauan tersebut, terasalah bahwa organisasi PNI,
tidak akan dapat lagi mengikuti jalannya perkembangan keadaan, yang
begitu cepat. Oleh sebab itu, Pemuda harus mempunyai satu organisasi
yang lebih lengkap dari pada PNI, sesuai dengan keadaan.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka pada
tanggal 5 Oktober 1945, PNI dijelmakan ke dalam satu badan
perjuangan yang lebih besar dan lebih lengkap, yang dinamakan
Pemuda Republik Indonesia ( P R I).

131
Adapun Pimpinan PRI, adalah sebagai berikut :
1. Andi Makkulau Opu Dg. Parebba - Ketua Umum
2. Andi Moh. Kasim - Ketua I
3. Landau Dg. Mabbate - Ketua II
4. Andi Mangile Opu TopaEwangi - Ketua III
5. M. Azikin - Penulis I
6. M. Sudarman - Penulis II
7. M. Sanusi Dg. Mattata - Kepala Penerangan/ Juru Bicara
8. Mungkasa - Bendahara/Perlengkapan
9. Mappeasse Thambas - Kepala Persenjataan
10. M. Jusuf Arief - Kepala Penyidik
11. Andi Achmad - Kepala Polisi Istimewa
12. Andi Tenriadjong -Kepala Pemuda/Keamanan rakyat
13. Dr. Mustopo - Kepala Kesehatan.

Marilah kita ketahui sepintas lalu, tokoh-tokoh Pemuda yang baru


tercantum namanya sebagai anggota Pimpinan Pemuda :
M. Azikin, adalah seorang Pemuda yang pendiam, sabar, cerdas dan
pandai mengarang. Selalu konsekwen pada pendiriannya. Pada waktu
itu, iabekerjasebagai Pegawai di kantor, Petor Besar di Luwu. la fasih
benar berbahasa Inggeris, sehingga tidak sedikit jasanya pada waktu
tentara Australia berada di Palopo, dan pada waktu perundingan antara
Pemerintah Kerajaan Luwu dengan tentara Australia di kotaPomalaa
(Kolaka) dalam masalahLetnan Belanda J. Boon. Kini, ia menetap di
Makassar dan bekerja pada satu bank.
M. Sudarman, adalah seorang Pemuda yang pendiam dan sabar,
cakap dan rajin bekerja. la tidak banyak cakap, tapi pandai bertukar
pikiran. la berani dan tahan menempuh kesulitan. Pada waktu itu, ia
sebagai Pegawai Pemerintah di kantor Petor Besar Luwu. Terakhir
dalam perjuangan, sebagai Kepala Sekretariat pada ex Divisi PKR
Luwu. Kini menetapdi Makassar sebagai Pegawai di kantor Kotapraja
Makassar.

132
Dr. Mustopo, adalah seorang Pemuda dan dokter yang tincah dan
rajin bekerja. Sopan santun dan pengasih kepada orang, terutama kepada
pasiennya. la berani dan konsekwen. Beliau telah berada di Jawa.
Setelah PRI terbentuk, dengan cepat didirikanlah Cabang dan
Ranting PRI di semua tempat yang penting di seluruh Luwu, dengan
kerja sama yang baik dengan Pemerintah setempat. Dalam waktu yang
tidak lama, PRI telah mempunyai anggota lebih dari 100.000 Pemuda.
Apa yang telah diduga telah terjadi. Dari mana-mana terdengarlah
berita-berita tentang insiden-insiden yang membangkitkan amarah orang
banyak.
Penurunan bendera Merah-Putih di Pare -Pare, Pinrang dan di lain-
lain tempat, yang dipaksakan oleh NICA. Di Makassar sendiri, sejumlah
tentara kolonial sukuAmbon, menembakiorang-orang yang memakai
lambanng merah-putih. Berhubug dengan itu, segera terbentuk suatu
badan yanag bernama Pusat Keselamatan Rakyat Indonesia, oleh
kaum Republikein.
Berdasarkan berita-berita,yang sunguh-sunguh telah terjadi itu,
maka pimpinan Pemuda Luwu, segera menentukan sikap bertindak
cepat untuk merebut dengan kekerasan semua senjata-senjata yang
masih ada di tangan Jepang.
Demikianlah, maka pada tanggal 20 Oktober 1945 tengah malam,
suatu perebutan senjata Jepang di gedung SBHK (Firma Jepang) yang
penuh dengan senjata. Perebutan senjata tersebut, dipimpin oleh Andi
Hamid, dibatuh oleh almarhumPakki Dg. Masiga, A.M. Thambas dan
A.R. Usman.
Selanjutnya, pada tanggal 25 Oktober 1945, juga tengah malam
buta, terjadi lagi perebutan senjata Jepang di Kecamatan Walenrang
dalam gudangFirma Jepang Furkawa. Perebutan ini dipimpin oleh Andi
Attas, Pemimpin Tertinggi Pemuda Walenrang, dibantu dengan Andi
Achmad dan A.R. Usman.
Pada waktu kejadian-kejadian tersebut, hampir semu penduduk
kota, Palopo heran, sama terbangun dari tidurnya dengan bertanya-

133
tanya dalam hatinya, apakah gerangan yangterjadi ? Mereka terbangun
disebabkan bunyioto truck yang mengaum ditengah malam, dan
meluncur di jalan raya dalam kota, memuat senjata-senjata yang
dirampas itu.
Pada malam yangbersejarah itu, seorang isteri bertanya kepada
suaminya seorang anggota Pemuda :
Kenapa ada bunyi oto luar biasaditengah malam begini ?
Diam, itu kita punya, kata suaminy
Kita punya apa? tanya si isteri dengan heran
Baletapa (ikan panggang) sahut suami dengan pendek
Ah, baletapa?, tanya si isteri, seraya menelan airliurnya.
Maklumlah, mereka sudah lama tidak melihat ikan. Mana ada baletapa,
kau main-main saja, kata si isteri dengan tidak habis herannya.
Saya tidak main-main, kata si suami.
Jadi itu baletapa, sebentar ini kita dapat, karena kita punya,
tanya si isteri,kembali
Akh, diamlah, pergi saja tidur, kata si suami.
Akh, saya lapar nmendengar ada baletapa, dan di mana baletapa itu
dibawa oleh ituoto? tanya kembali si isteri.
Disimpan di gudang nanti sesudah perlu, baru diambil, kata
sisuami.
Jadi bukan baletapa. Tapi apa ya? tanya si isteri mendesak.
Bedil, meriam, pelor-pelor, granat-granat yang dirampas dari
tangan Jepang, kata si suami berbisik.
Ah???!!! keluh si isteri dengan muka pucat.
Mau diapakan senjata-senjata itu? tanya si isteri dengan
suarakecil.
Menghantam Belanda, kata sisuami dengan pendek.
Jadi kita mau perang dengan Belanda?! tanya si isteri heran.
Ya, kalau Belanda datang mau menjajah kita, ujar si suami.
Mana bisa. Kan Belanda kuat? seru si isteri.
Kita lebih kuat, kata si suami.

134
Masa!, seru si isteri.
Alah bisa daripadabiasa,dan hancur yang salah
bilaberhadapandengan hak.Belanda cuma tau duduk di kursi. Kita sudah
biasa hidup sengsara dan menderita. Kita tahan dalam hutan, di laut dan
di gunung. Gelombang besar adalah permainan kita. Badai dan taufan,
adalahmusik yang merdu bagi kita. Nyamuk, buaya, ular, kala-
jengking dan lain-lain, adalah kawan sependeritaan dengan kita. Jadi
kita pasti menang, kata si suami, sebagai seorang propagandais yang
pandai.
Si isteri diam. Tapi sebentar kemudian ia berkata :
Ya, sudah ingat, nenek saya 36 tahun lampau, telah turut
menghantam Belanda bersama Andi Tadda, itu Pahlawan Luwu di
kampungPunjalaE. Kita mestimemberikan pembalasan bila
Belandadatang. Kemudian ia merebahkan diri, tidur dengan muka
merah, seakan-akan kena penyakit darahtinggi.
Percakapan suamiisteridiatas, adalah suatu gambaran betapa
besarnya perhatian orang ketika ituke,pada Kemerdekaan.
Dan tentu masih banyak lagi pembicaran-pembicaraan yang lucu-
lucu mengenai perampasan senjata-senjata tersebut.

B. DATU MENINJAU KEADAAN


DI TANA TORAJA

Dalam keadaan yang demikian gentingnya dikala itu, maka ada


satu soallagi yang menjadi perhatian, ialah daerah-daerah perbatasan.
Oleh sebab itu, Luwu perlu sekali ada kerja sama yang baik dengan
daerah-daerah tetangganya, di utara dengan Posso, dan di selatan dengan
Wajo dan Bone, di barat dengan Enrekang dan Mandar, di timur dengan
Kendari dan Buton. Jika tidak ada kerja sama yang baik dengan daerah-
daerah itu, pasti tentara NICA dapat saja dengan mudah melalui daerah-
daerah tersebut untuk menggempur Luwu yang telah bersumpah sesuai
dengan pernyataannya yang terkenal itu.

135
Pendirian Luwu yang tegas itu telah diketahui oleh umum, maka sudah
terang Luwu akan menjadi sasaran nomor wahid. Jika Luwu hancur,
maka yang lain-lain dengan gampang dapat ditundukkan, apa lagi
daerah-daerah yang tidak mempunyai pendirian yang,tegas.Demikianlah
perhitungan NICA dalam perlombaannya dengan Gubernur Sulawesi di
bidang pengaruh dan kekuasaan.
Perhitungan tersebut di atas, tambah menarik perhatian Pimpinan
Pemuda setelah menerima laporan dari Pimpinan Pemuda Cabang
Makale Rante-Pao yang menyatakan bahwa ada golongan-golongan di
daerah Tana Toraja, menolak bendera Merah-Putih, karena katanya
bendera itu adalah bendera Muhammadiyah.
Di samping memikirkan soal perbatasan, maka soal bendera
tersebut perlu segera diatasi, supaya Luwu bersih dari apa yang
dinamakan musuh dalam selimut.
Maka atas kerja sama dengan Pemerintah Kerajaan, disusunlah
suatu rencana perjalanan untuk mendatangi tempat-tempat tersebut
dengan maksud menyusun kerja sama dengan Posso, Kendari dan lain-
lain.
Rencana perjalanan itu, adalah sebagai berikut :
I. Untuk daerah Posso, ditugaskan kepada M. Landau Dg.
Mabbate, sebagai Kepala rombongan.
II. Untuk daerah Wajo dan Bone, ditugaskan kepada M. Jusuf
Arief sebagai Kepala rombongan.
III. Untuk daerah Kolaka dan Kendari, ditugaskan kepada M.
Sanusi Andi Achmad, Andi Mangile sebagai pimpinan rombongan.
IV. Datu sendiri bersama anggota Hadatnya, akan ke tanahToraja
meninjau keadaan, dan untuk mengatasi soal bendera sebagai tersebut di
atas.
Oleh karena perjalanan. Datu ke Tana Toraja hanya memakan
waktu 2 - 3 hari saja, sedangkan keberangkatan utusan-utusan ke Posso
dan Kolaka belum dapat dilaksanakan sebab oto dan motor-boot yang

136
akan ditumpangi masih tengahdiperbaiki, maka di samping anggota
Hadat sebagai rombongan,Datu ke Tana Toraja, didampingi pula tokoh-
tokoh Pemuda, seperti Andi Moh. Kasim, M. Sanusi Dg. Mattata,
M.Landau dan lain-lain.
Menjelang akhir Okboter 1945, Datu bersama rombongannya
berangkat ke Tana Toraja, pada hari itu juga, berturut-turut diadakan 2
rapat umum. Yang pertama bertempat di pasar Rante-Pao dengan
didahului pengibaran bendera Merah-Putih. Yang kedua pada satu
gedung yang dihadiri oleh Pemuka-Pemuka dari bermacam-macam
golongan di daerah Tana Toraja.
Dalam rapat yang kedua ini, M. Sanusi - sebagai Kepala
Penerangan dan Juru-bicara Pemuda Luwu - menguraikan dengan jelas
tentang dasar-dasar Kemerdekaan, serta tujuan, dan langkah-langkah
yang telah diambil oleh Pemuda Luwu untuk menghadapi segala
kemungkinan. Juga dijelaskan isi bantahan Pemerintah Republik
Indonesia mengenai pamfiet Belanda yang justa itu, dan juga tentang
sikap dan pendirian Pemerintah kerajaan Luwu yang diumumkan di
Watampone.
Dalam rapat tersebut, diberi kesempatan hadirin untuk memajukan
pertanyaan secara langsung ( lisan ).
Seperti di lain-lain tempat, di sini pun banyak juga pertanyaan-
pertanyaan yang dikemukakan, di antaranya :
Saya bukannya tidak mau merdeka, tapi meskipun begitu, saya
ingin bertanya. Apakah ada kemungkinan kita menang bila Belanda
benar-benar datang memaksa kita, karena Belanda sudah pasti lebih kuat
daripada kita, dan saya minta maaf lebih dahulu kepada Seri Paduka
Datu, jika saya bertanya demikian tanya seorang dalam rapat itu.
Setelah pertanyaan tersebut disampaikan kepada Datu dan anggota-
anggota Hadat, maka Datu menyerahkan kepada Sanusi menjawabnya.
Terima kasih atas pertanyaan saudara, kata Sanusi. Soal pokok
dalam perjuangan sekarang, ialah kemauan keras untuk merdeka.
Tentang kekuatan Belanda, memang dapat dipastikan, bahwa Belanda

137
lebih kuat dari pada kita dalam soal senjata. Tapi kekuatannya itu,
hanyalah kekuatan lahir saja, yang nantinya mereka akan gunakan atas
dasar-dasar perkosaan, kekejaman, paksaan dan aniaya dengan tujuan
untuk menanam kembali penjajahan Belanda di tanah air kita. Tapi
kekuatan kita, tidak ada sesuatu yang dapat mengalahkannya, karena
senjata kita utama, adalah hak dan keadilan, suatu kekuatan yang
tumbuh dari dalam sebagai pemberian Allah. Jadi kita berdiri di pihak
yang benar, dan kebenaran itu akhirnya pasti menang.
Pada mulanya, memang kita harus memberikan banyak korban,
baik tenaga, harta, maupun jiwa. Tapi orang yang gugur sementara
membela haknya, sebenarnya ia telah menang, karena ia gugur dalam
membuktikan keteguhan pendiriannya yang suci. Jadi orang yang
tidakgugur dalam perjuangan, belum tentu ia mencapai kemenangan
sejati, olehkarena kemungkinan besar, setelah sekali dua ia bertempur,
di samping,anak dan isterinya dianiaya oleh musuhnya, dan mungkin
juga dibujuk: denganpangkat dan uang, maka larilah ia dari perjuangan
lantasia mati, maka-orang itu tidak dapat dianggap menang, sebaliknya
diatermasuk penyeleweng.Jadi pendirian untuk mereka itu, janganlah
setengah-setengah tapi bulat dan kuat. Dan jika kita semua berpendirian
demikian, rasanya perjuangan tidak akan lama lantas Belanda menyerah,
dan nanti saudara-saudara akan lihat, demikian jawaban Sanusi.
Tapi bendera Merah-Putih itu, bukanlah itu benderanya
Muhammadiyah? tanya yang lain.
Saya harap Pengurus Muhammadiyah di Rante-Pao ini,
memperlihatkan kepada saudara itu bendera Muhammadiyah. Bendera
Merah-Putih, adalah bendera Negara kita. Bendera ini, sejak zaman
lampau telah dipakai oleh beberapa Kerajaan di Nusantara kita. Corak
bendera itu sesuai benar dengan sifat-sifat dan pembawaan bangsa
Indonesia yang jujur dan dapat dipercaya serta berani. Putih,
adalah lambang kebersihan dan kejujuran, dan merah, adalah lambang
keberanian.

138
Jadi sifat utama bangsa kita,'yaitu, berani, dan jujur. Dan di samping itu,
bendera itu mempunyai warna-terus, artinya bendera kita itu tidak
mempunyai gambar-gambar umpama, bintang-bintang, hewan-hewan
dan lain-lain. Jadi bendera itu, adalah bendera kita semua, tidak ada satu
tanda pada bendera itu yang menunjukkan ada suku atau golonganyang
diagungkan atau dihormati lebih dari pada suku-suku yang lain, jawab
Sanusi.
Masih ada beberapa pertanyaan yang lain, tapi Penulis pikir,
cukuplah yang dua itu dimasukkan dalam buku ini.
Keesokan harinya, dilakukanlah pengibaran bendera secara resmi
di kota Makale, yang disaksikan oleh Datu dan seluruh Pegawai Negeri,
dan sebahagian besar Parenge-Parenge atau Kepala Distrik.
Sementara itu, M. Landau bersama pimpinan Pemuda Tana Toraja,
dibantu oleh Lamiri dan beberapa bekas Heiho, seperti Malik yang
berasal dari Sumatera, masih sempat merampas 7 peti granat tangan dan
5 pistol dari tangan Jepang.
Atas laporan Andi Lolo seorang tokoh yang baru saja ditetapkan
oleh Datu sebagai Kepala Pemerintahan wilayah Tana Toraja,
melaporkan, bahwa amatlah sukar baginya menjalankan tugasnya
sebagai Kepala Pemerintah, karena otonya tidak mempunyai ban, dan
sudah beberapa kali minta ban pada orang Jepang, tapi bukan ban yangia
peroleh hanya selalu mendapat marah. Oleh karena M. Lantau tidak ada
di waktu itu, sedangkan dialah yang berkewajiban dalam soal yang
demikian itu, terpaksalah Sanusi sendiri bersama Andi Lolo mendatangi
Jepang yang menyimpan ban tersebut. Mulanya ia tidak mau
memberikan ban itu, tapi setelah Sanusi gertak dia, dan mengatakan
kepada Jepang itu, bahwa ban itu bukan kepunyaan orang Jepang, tapi
adalah kepunyaan Indonesia. Jika tidak dikasih, maka engkau akan dapat
susah. Karena merasa takut terpaksa ia memberikan ban secukupnya
kepada Andi Lolo.

139
Sesudah peristiwa ban tersebut, tak diketahui lagi oleh Penulis
sepak terjang dari Andi Lolo tersebut. Tapi kabarnya kini ia telah
menjadi anggota DPRGR.
Adapun Pimpinan Pemuda Tana Toraja di waktu itu, adalah
sebagai berikut :
Ketua Umum - Ikhwan, seorang pemuda yang sabar, jujur, berani
dan konsekwen. Ia telah gugur ditembak NICA.
Ketua I - Guru Mude.
Ketua II - Balendeng seorang pemuda yang berani, jujur dan
konsekwen.
Sekretaris - Khatib, seorang yang sabar.
Kepala Staf - Pong-Rante, seorang pemuda yang berani
danmilitant, pantang surut dalam pendirian.
Kepala Penerjang - Tjora, seorang pemuda yang gagah berani.
Adapun Pimpinan Pemuda di daerah Toraja Barat
Ketua Umum - Muhammad, seorang yang taat beragama.
Wakil ketua - Mislajuk, menurut keterangan Pimpinan Pemuda
Tana Toraja, ia kemudian menyeleweng sehingga ialah yang
membawaNICA menyerang Tana Toraja.
Setelah rapat bersama semua golongan di Tana Toraja selesai,
Datu bersama rombongannya berangkat pulang ke Palopo.

C. KEDATANGAN TENTARA AUSTRALIA DI PALOPO

Datu Luwu :Pemuda tenggelam, saya tenggelam,


Pemuda timbul, saya timbul.

Untuk pertama kalinya, pada bulan Oktober 1945, tentara Australia


datang di Palopo, setelah mereka mendarat,pada tanggal 23 September
1945 di Makassar.
Tentara Australia yang datang itu di bawah pimpinan
Komandannya bernama Way Right. Sebelum mereka datang, lebih

140
dahulu mengetok kawat kepada Pemerintah Kerajaan. Dinyatakan dalam
kawat itu, bahwa tidak ada orang yang boleh bersenjata, kecuali polisi
negeri seperti dulu, dan minta supaya rumah bekas Assistent-Resident
disediakan untuknya.
Oleh adanya kawat tersebut, segera Andi Kaso Petor Besar Luwu
memanggil Pimpinan Pemuda. Oleh karena beberapa orang Pimpinan
Pemuda yang sakit ketiak itu, maka yang disuruh menghadap Petor
Besar, ialah Andi Mangile Ketua III PRI. Petor Besar menunjukkan
kawat itu kepada Andi Mangile, dan meminta pertimbangan dan
pendapatnya, terutama tentang Polisi Istimewa Pemuda, karena kawat
itu melarang lain orang memakai senjata.
Menurut pikiran Andi Mangile, inilah suatu kesempatan baik,
supaya Pemuda dapat memegang senjata secara terang-terangan.
Kemudian ia menyatakan kepada Petor Besar, bahwa menurut
pendapatnya, ada baiknya jika Polisi-Polisi Istimewa itu disaring untuk
dijadikan Polisi Negeri, dan lantas mereka diberi senjata.
Pendapat Ketua III Pemuda tersebut, disetujui oleh Petor Besar.
Kemudian Petor Besar memberitahukan kepada 2 orang Komandan
Polisi, yaitu Rotinsulu dan Andi Muhammad, untuk mentest Polisi-
Polisi Istimewa tersebut.
Setelah Andi Mangile menyampaikan hasil pembicaraannya
dengan Petor Besar kepada Pimpinan Pemuda, mereka semua setuju
tentang siasat tersebut. Akan tetapi setelah Rotinsulu dan Andi
Muhammad yang datang ke Markas Besar Pemuda untuk mentest Polisi-
Polisi Istimewa tersebut, telah lama menunggu, maka tidak ada
seorangpun yang datang, sehingga keduanya pulang saja. Sedangkan
Andi Mangile terus ke rumah M. Landau yang kebetulan di sana
terdapat beberapa orang anggota Pimpinan Pemuda, misalnya M. Jusuf
Arief dan Mappeasse Thambas. Segera ia tanyakan, apa sebab tidak ada
seorang dari Polisi-Polisi Istimewa yang datang untuk ditest.
Dari M. Landau dan M. Jusuf Arief, Andi Mangile mendapat
keterangan, bahwa Polisi-Polisi Istimewa itu, tidak ada yang mau

141
dijadikan Polisi-Polisi Pemerintah, oleh karena menurut kenyataan, tiap-
tiap tempat yang dilalui tentara Australia dalam perjalanannya kemari,
maka Raja-Raja di tempat-tempat tersebut mengangkat tangan, dan
menyatakan kepada tentara Australia, bahwa gerakan-gerakan yang ada
itu adalah perbuatan Pemuda itu sendiri, kami tidak tahu-menahu
tentang Pemuda-Pemuda itu. Hanya ada satu Raja yang tidak mau
menyerah, yakni Andi Abdullah Bau-Massepe Raja Suppa.
Karena tindakan Raja-Raja dan Kepala-Kepala anak Negeri tersebut,
maka terjebaklah Pemuda-Pemuda di tempat-tempat tersebut dan mati
konyol. Mereka merasa tertipu dan sangat kecewa.
Belum tentu Datu demikian pendiriannya, mengingat
pernyataannya yang sudah terkenal itu, kata Andi Mangile.
Kalau begitu, kata Pemimpin-Pemimpin Pemuda tersebut,
baiklah Opu sampaikan hal itu kepada Datu, dan juga Pemuda sekarang
amat kekurangan perongkosan. Sebab itu kami minta kepada Datu,
kiranya wang pendapatan Pasar Malam yang lalu sejumlah 40.000
rupiah diberikan kepada kami.
Ketua III Pemuda tersebut segera ke istana Datu. Hari itu hujan
lebat. Dalam istana tak ada orang kelihatan kecuali Andi Pangerang Opu
Tosinilele, sedangkan Datu sendiri ada dalam w.c. (biasanya Datu lama
dalam w.c.). Untuk memburu walau, terpaksa Andi Mangile bicara
dengan Datu dari luar w.c. menyampaikan keterangan Pimpinan Pemuda
dan maksudnya. Datu memerintahkan supaya Anggota Hadat
berkumpul. Yang dapat hadir hanya Andi Mappanyompa Opu Balirante.
Dari luar w.c. kedua anggota Hadat tersebut menyampaikankepada Datu
bahwa hal yang disampaikan Andi Mangile tadi itu, kami serahkan
kepada Datu, sebab di dalam keadaan bangaimanapun kami selalu
berpegang kepada perkataan ini :
de tau warani palengeng lopi,
sangngadinna datuE,
naikikkonaro pada tonang. (Bahasa Bugis).

142
Artinya : tak ada seorang yang berani mengapungkan perahu,
kecuali Datu sendiri, dan di sanalah kami semua turut menumpang.
Setelah Datu mendengar kata-kata kedua anggota tersebut, dari
dalam w.c. Datu menyahut :
Di kota Watampone, kita telah mengeluarkan pernyataan, dan
insya Allah, tidak akan berobah-obah lagi, yakni tetap berdiri di
belakang Republik Indonesia, dan kini saya nyatakan lagi bahwa
Pemuda, Tenggelam, saya pun tenggelam, Pemuda timbul, saya pun
timbul, dan jika memang ada wang, supaya Balirante memberikannya
kepada Pemuda.
Supaya jangan ada curiga tentara Australia, dan supaya Pemuda
dan Pemerintah Kerajaan jangan mendapat malu kalau polisi-polisi
Istimewa itu dikeluarkan dengan paksa dari asrama mereka, yaitu tangsi
tentara Belanda dahulu, maka Polisi-Polisi Istimewa itu dipindahkan
kedua tempat tidak juga dari kota Palopo, yaitu sebagian diBua, dan
sebagian di Walenrang. Mereka juga diperintahkau janganmemakai
pakaian seragam dan senjata.
Sementara itu, suatu pertanyaan melalui telefon dari Mahadin Dg.
Magguna Ketua Pemuda Distrik Larompong, tentang sikap yang harus
diambil menghadapi Australia, karena besoknya, tentara Australia akan
melalui daerahnya menuju Palopo. Kata Mahading lebih jauh, bahwa
Pemuda-Pemuda Larompong telah sepakat dan telah siap untuk
menggempur tentara Australia.
Pertanyaan Mahading tersebut, dijawab oleh Juru-Bicara Pemuda,
jika tentara Australia langgar di Larompong, tahan dahulu dengan baik
dan adakan pemeriksaan, dan jika ternyata ada orang Belanda yang ikut,
apalagi jika Belanda itu bekas pejabat di Luwu, maka tentara Australia
jangan dibiarkan terus, kecuali jika orang Belanda itu turunkan lebih
dahulu, atau dipulangkan ke luar daerah Luwu, sebab kita tidak
menentang Sekutu dan Australia, kecuali Belanda.
Pada hari kedatangan Australia itu, datang lagi pertanyaan
Mahading sebagai kemarin, disebabkan banyaknya Pemuda dan rakyat

143
berkumpul di ujung Selatan jembatan Larompong yang telah siap
menggempur tentara Australia. Juru Bicara Pemuda : Pemuda
Larompong harus menjalankan apa yang diinstruksikan kemarin itu.
Demikianlah, setelah tentara Australia itu tiba di ujung Selatan
jembatan, mereka ditahan oleh beratus-ratus Pemuda, lantas Pemuda
Pemuda itu memeriksa dan menanyakan kalau-kalau ada orang Belanda.
Setelah ternyata tidak ada seorang Bangsa Belanda, barulah tentara
Australia itu dilepas untuk meneruskan perjalanannya ke Palopo.
Tentara Australia itu tiba di Palopo dengan tidak ada curiga
padanya, apa lagi almarhum Andi Tenriadjeng yang saban hari
berpakaian uniform, pada hari itu hanya memakai sarung.

D. SUKA - DUKA PERJALANAN LANDAU CS KE POSSO

Dua hari sesudah Landau pulang dari Tana - Toraja, oto yang akan
membawanya telah selesai diperbaiki. Pada hari itu juga, ia berangkat
bersama-sama pembantu-pembantunya, yakni Umar Abdullah, Arief
Abbas dan lain-lain.
Di bawah ini, Penulis turunkan selengkapnya riwayat perjalanan
tersebut, yang padat dengan pengalaman-perngalaman pahit, ditulis
oleh Arif Abbas :
PALOPO, yang tuan kenal, sebagai sekuntum bunga yang hidup
mekar, dalam taman puspa-ragam di sekeliling Gedung Indonesia
Merdeka, yang dibangun oleh rakyat Indonesia dengan darah dan air
mata.
PALOPO, yang tuan kenal, adalah tempat satu-satunya yang
pernah menjadi tempat de facto Republik Indonesia, lengkap dengan
susunan Pemerintahannya yang teratur rapi, satu kota yang pernah
menegakkan revolusi yang berkuah darah dan mandi air-mata, lantaran
sepakterjang Pemuda-Pemudanya yang mampu melaksanakan semboyan
Merdeka atau Mati. Semangat Pemuda yang demikian hebatnya itu,
adalah pusaka yang diwariskan daripada segenap Patriot-Bangsa dan

144
darinenek moyang merekayang pernah menjadi pahlawan-pahlawan
besardi daerah Luwu, menentang Belanda dari tahun 1906 sampai tahun
1015
PALOPO, yang tuan kenal, yang di sana-sini tersebar pusara-
pusara para pahlawan dan syuhada, baik yang dikenal maupun yang
tidak dikenal, antara lain, Andi Kasim, Guru Patang, dan tokoh tokoh
yangmasih hidup di tengah-tengah kita, merupakan monument-
monument(tugu) yang dapat berbicara, di samping saksi bisu yang
telah mendahului kita. Monument-monument yang dapat berbicara
antaralain,Andi Jemma, Andi Pangerang, Andi Makkulau, M. Jusuf
Arief,M.S.Dg. Mattata, Umar Abdullah, Mungkasa, Achmad Ali, dan
banyak lagilainnya yang berkilas dalam ingatan penulis ketika
menyusun kenangan masa lampau ini.
Inilah sedikit kata pembukaan yang kujadikan titik tolak dalam
menyusun Catatan ini atas permintaan sahabat saya yang tercinta Umar
Abdullah, sebagai figuur (tokoh) yang turut berkecimpung dalam masa
pergolakan di Palopo, dan bersama dengan penulis, telah ikut merasakan
suka-duka dan pahit getirnya perjuangan. Ia kunamakan dalam
menyusun catatan ini Putera Indonesia Yang Terbaik.
Baru saja dua hari kami tibakembalidikota Palopo setelah mengikuti
perjalanan Datu dan rombongannya ke Tana-Toraja di mana ikut juga
saudara Madjid dan pemimpin-pemimpin lainnya untuk memberikan
penjelasan kepada rakyat, karena ada golongan yang mencegah
dikibarkannya bendera Merah-Putih dengan alasan bahwa hendera itu
adalah bendera Muhammadiyah. Provokasi yang demikian itu, perlu
segera di bantah dengan keterangan-keterangan yang sebenarnya kepada
rakyat.
Pada waktu itu, saudara Landau sebagai pimpinan, meminta
kepada kami, supaya bersiap lagi untuk suatu perjalanan ke daerah
Posso. Dengan segera kami semua berkemas, dan menyiapkan yang
perlu-perlu. Oto kami berhenti di jembatan Salubulo menunggu saudara
Umar Abdullah dan lain-lain,dan akhirnya kami berangkat, dan tiba hari

145
itu juga di kota Masamba. Setelah beristirahat sebentar, perjalanan
diteruskan, dan pada sore harinya, kami tiba di kota Wotu. Oto hanya
sampai di Wotu saja. Jadi kami melanjutkan perjalanan hari itu juga
dengan berjalan kaki, dan tidak lama kemudian kami telah mendaki
pegunungan Tokolekayu. Kira-kira jam 12.00 tengah malam, kami tiba
di kota Tentena yang terletak di pinggir danau Posso yang indah itu.
Rombongan kami beristirahat di kota kecil yang nyaman hawanya itu,
dan kesempatan itu kami pergunakan menemui komandan tentara
Jepang yang masih ada di situ untuk mendapat senjata-senjata dan lain-
lain yang perlu. Tetapi senjata tidak ada lagi, yang ada, ialah persediaan
bensin yang dapat di ambil. Kami tidak banyak membuang waktu,
karena pada malam itu juga, kami berjalan menuju kota Posso, dan kira-
kira jam 1 siang pada keesokan harinya, kami memasuki kota Posso
yang terletak di pinggir pantai.
Perlu saya tambahkan, bahwa memasuki kota Posso, di tengah
jalan kami bertemu serombongan Pemada-pemada yang baru pulang
dari Posso untuk melucuti senjata Jepang. Mereka itu balik kembali,
menambah jumlah rombongan kami, sebab mereka rela mengikuti kami
dengan tidak menghiraukan kelelahan mereka.
Kota Posso masa itu, menjadi pusat tempat tentara Jepang yang
hendak menyerah kepada Sekutu ( Australia). Pada waktu itu, soal
keamanan dipegang oleh Pemuda yang bermarkas di bekas tangsi tentara
Jepang. Sebagian dari rombongan kami ditempatkan di bekas
Pasanggarahan dekat pantai. Dua hari setiba kami di Posso, tiba pula
tentara Australia tersebut, turut juga bekas Controleur-Assistent-
Resident Posso, bersama dengan seorang kaki-tangan NICA bernama
P.
Kedatangan tentara Australia tersebut, menyebabkan kami harus
lebih waspada, karena kedatangan itu bukan hanya untuk melucuti
tentara Jepang, akan tetapi sekaligus memberikan kesempatan kepada
Belanda untuk memerintahkan kembali daerah Posso sebagai penjajah .

146
Oleh sebab itu, oleh saudara Landau, diputuskan supaya segera
meninggalkan kota Posso, dan memerintahkan kepada kami, yaitu
penulis, saudara Umar Abdullah dan saudara Nur Apala, segera
berangkat keGorontalo. Demikianlah, dengan cepat kami menyiapkan
segala sesuatunya untuk perjalanan ke Gorontalo yang jauh itu, antara
lain mengambil pas-jalan pada petugas keamanan di Posso. Menurut
rencana, pada soreh itu, kami harus meninggalkan kota Posso dengan
menumpang sebuah perahu yang berukuran 6 ton. Sedangkan saudara
Landau sendiribersama dengan beberapa kawan yang lain,
meninggalkan Posso pada malam harinya menuju tempat-tempat yang
dirasanya penting.
Kami bertiga berlayarmengarungilautan, dan pada suatu kampung
yang terdekat bernama Ampana, kami singgah setelah berlayar 2 hari 2
malam lamanya dengan mengalami banyak kesukaran dan kesulitan.
Di Ampana kami temui Raja Ampana. Ia seorang Raja yang baik
hati. Dia meminta kepada kami untuk memberi penerangan kepada
rakyatnya, dan sekaligus mengibarkan bendera Merah-Putih.
Sehabis memberikan penjelasan mengenai tugas rakyat dan
Pemuda-Pemuda khususnya dalam menyongsong dan menerima serta
memelihara Kemerdekaan yang telah diproklamirkan itu, dan tentang
kekuasaan Jepang yang telah berakhir di tanah air kita. Pada soreh
harinya, kami melanjutkan perjalanan menyusur pantai ke kampung
Bunta. DiBunta kami heran, oleh karena kami mendapat sambutan yang
hangat dari penduduk. Kemudian kami mengetahui, bahwa kedatangan
kami ke Bunta telah lebih dahulu kami diketahui penduduk,
diberitahukan oleh seorang pedagang Tiong Hoa, yang kebetulan ada
hadir di Ampana ketika kami memberikan keterangan-keterangan
kepada rakyat.
Di Bunta kami langsung berhubungan dengan Pimpinan Pemuda,
sehingga pada keesokan harinya, dapatlah kami mengadakan rapat
penerangan. Oleh karena adanya rapat tersebut, maka Jepang yang

147
masih menganggapdirinyaberkuasa,tak dapat mencegah berkibarnya
bendera Merah-Putih di Bunta, sebab takut dikeroyok oleh rakyat.
Keesokan harinya kami melanjutkan perjalanan ke negeri
Paguyaman. Dalam gerjalanan ini rombongan kami bertambah 2 orang,
yaitu saudara Muis dan saudaranya bernama Laitja dari Pimpinan
Pemuda Bunta. Pada satu kampung yang indah pemandangannya, kami
singgah untuk makan tengah hari. Kami dijaminoleh seorang pedagang
bangsa Arab yang ramah tamah. Di samping itu, ia memberikan juga
lain-lain keperluan supaya perjalanan kami tidak banyak mengalami
kesulitan. Sesudah makan, kami berlayar lagi menuju negeri
Paguyaman, atau Pangimana. Kira-kira tengah malam kami tiba dengan
selamat, tetapi kami terpaksa tidur di tepi pantai dalam satu rumah
kosong.
Paginya, kami ditemui oleh beberapa orang Pemuka-Pemuka
Masyarakat dan meminta kepada kami supaya bersama-samake rumah
Sangaji (gelaran untuk Kepala Distrik). Kepada sangaji dan lain-lain
orang yang terkemuka di Paguyamari,kami jelaskan tentang situasi dan
suasana di Makassar, Bone, Palopo dan lain-lain daerah, sesudah
Kemerdekaan diproklamirkan di Jakarta. Dari percakapan kami dengan
beberapa pemuka masyarakat Paguyaman, dapatlah kami mengetahui,
kesadaran rakyat ditempat itu terhadap kemerdekaan, telah agak
mendalam, karena ditempat itu memang telah ada gerakan rakyat
semasa Belanda.
Jadi dengan mudah, pada hari itu juga, kami dapat mengadakan
rapat penerangan yang mendapat perhatian besar. Oleh karena, rakyat
ditempat itu, telah mempunyai kesadaran tentang kemerdekaan, maka
pembicaraan kami, dipertinggi mutunya.
Setelah tidur semalam di rumah keluarga Muis, maka pada paginya
kami meneruskan perjalanan ke Gorontalo, ibu kota Daerah Sulawesi
Utara.
Perlu diketahui, bahwa untuk menyeberangi teluk Tomini,
bukanlah suatu pelayaran yang mudah, sebab kita melayari suatu

148
perairan yangselalu berputar kencang arusnya, apa lagi jika
mempergunakan perahu kecil, seperti perahu yang kami tumpangi.
Oleh sebab itu, untuk menjaga segala bahaya pelayaran yang mungkin
kami jumpai, maka atas kerelaan penduduk suku Bajo yang terdapat di
tempat itu, ikut menyertai kami dalam pelayaran kami. Sebagai
diketahui, suku Bajo itu, terkenal sebagai ahli dalam pelayaran.
Pada keesokan harinya, kami tiba di pulau Paat, satu pulau yang
terletak antara negeri Paguyaman dan Gorontalo. Kami menginap
semalam di pulau tersebut. Pagi, baru kami melanjutkan pelayaran.
Setelah 3 hari berlayar, barulah tampak pantai Utara pulau Sulawesi,
akan tetapi oleh karena kami ketiadaan angin, maka kami tak dapat
maju, sehinggakami terkatung-katung berjam jam lamanya,
menyebabkan persediaanair minum habis berhubung panasnya udara.
Dengan demikian, kamibertanah nasi dengan mempergunakan air
kelapa.
Pada akhirnya kami dapat mendarat di sebuah dusun di tepi pantai,
jauhnya kira-kira 15 km dari Gorontalo. Kebetulan di dusun itu kami
bertemu 3 orang Pemuda dari pulau Una-Una, yang juga bermaksud ke
Gorontalo, untuk menemui Pimpinan, Pemuda di Gorontalo. Juga kami
mendapat kabar, bahwa Nail Wartaboae telah ditangkap oleh NICA dua
hari yang lalu, dan beliau dibawa ke pulau Morotai sebagai
tahananBelanda.
Pada waktu kami akan meneruskan pelayaran, tiba-tiba kami
dicegat oleh petugas keamanan, dengan memberikankami kembali ke
pantai.
Setelah mendarat kembali di dusun itu, dari jauh telah kelihatan oleh
kami suatu patroli Belanda menuju ke tempat kami. Patroli Belanda
tersebut disertai oleb Tuan A dan G.K. Kemudian kami disuruh
berkumpul bersama dengan orang banyak, kemudiaa tuan A tersebut
berpidato yang isinya menyuruh rakyat mentaati segala perintah dari
kekuasaan sebab di Makassar, di Bone, katanya, Raja sudah menyetah,
dan rakyat di sini jangan ada yang berani menyimpan senjata api, sebab

149
kalau kedapatan terus ditembak. Pendek kata dimintanya supaya jangan
ada rakyat yang berani mencoba-coba mengadakan perlawanan, sebab
biar kita menang di sini, kalau di Jawa kalah, maka tidak mungkin kita
teruskan perjuangan. Sehabis mengucapkan pidato dan
propagandanya,patroli tersebut melanjutkan lagi patrolinya ke lain
tempat dan membawa serta 3 Pemuda Una-Una tersebut. Sampai kini
tidak diketahui betapa nasib yang menimpa Pemuda-Pemuda
tersebut.Kemudian kami meneruskan pelayaran ke Gorontalo.
Pelabuhan Gorontalo terletak di muarasungai, dan kotanya terletak kira-
kira 1 km dari pelabuhannya. Setelah kami selesai diperiksa oleh doane,
kami langsung ke kantor petugas ke amanan melaporkan diri. Tugas
keamanan dipegang oleh A.R. (Alge meene Politie) yang didirikan oleh
NICA.
Jadi ternyata oleh kami, bahwa daerah Gorontalo de facto telah dikuasai
oleh NICA.
Yang amat menyusahkan kami pada waktu itu, ialah wang belanja
kami yang terdiri dari wang Jepang yang tidak laku lagi, yang harus
ditukar dengan wang NICA,dengan perbandingan 100 rupiah Jepang
sama dengan 1 benggol wang NICA. Untuk besar bagi kami, karena
saudara Umar Abdullah pernah memungut di jalan wang kertas NICA
seharga satu rupiah. Dengan wang ini, dapatlah kami hidup secara hemat
sekali selama berada di Gorontalo.
Di Kantor APtadi, kami diperiksa dengan teliti. Oleh karena pas
kami dari Posso itu adalah pas sebagai orang dagang, maka kami tidak
begitu dicurigai.
Suasana kota di waktu itu, sunyi dan sepi, oleh karena baru saja 2
hari lalu, Pemimpin rakyat Gorontalo N.Wartabone ditangkap oleh
NICA. Berita penangkapan tersebut masih dapat kami baca dalam harian
Suara Nasional yang terbit di kota itu.
Kami menemui saudara Ibrahim Muhammad untuk mendapat
keterangan yang perlu-perlu,akan tetapi dia baru juga pulang dari

150
Posso, sehingga dia sendiri tidak dapat mengetahui keadaan di
Gorontalo.
Tapi meskipun kami berhati-hati begitu rupa, tapi kami punya
maksud perjalanan dapat dicium oleh kaki tangan-kaki tangan NICA,
sehingga di mana saja kami berada, selalu ada saja orang mengikuti
jejak kami. Dengan demikian kami tak punya lagi kesempatan untuk
menemui pemimpin-pemimpin yang lain, seperti Tom Olii.
Kami merasa tidak aman lagi, dan jika tidak lekas berangkat, mungkin
kami ditangkap, dan tentunya sukar sekali kembali ke Palopo.
Selama kami di Gorontalo, kami selalu tidur diperahu saja, oleh
karena rasanya tidaada rumah yang aman buat kami. Dengan cepat-cepat
kami menyelesaikan pas kami atas pertolongan seorang Pegawai wanita
di kantor AP, dan waktu tengah malam kami segera berangkat menuju
arah Selatan.Keesokan harinya, kami telah berada di tengah-tengah teluk
Tomini, dan pada hari kedua, baru kami tiba di pulau Paat. Kami
beristirahat semalam di pulau Paat, dan paginya baru menuju negeri
Paguyaman. Kira-kira 37 jam lamanyabaru kami tiba di Paguyaman
pada waktu tengah malam. Kami tidur di rumah saudara Muis. Paginya
kami temui Pimpinan Pemuda dan Sangaji untuk memberi keterangan
mengenai situasi di Gorontalo. Tapi di Paguyaman sendiri orang telah
mendapat berita tentang kedatangan NICA di Gorontalo. Berita itu, amat
menggelisahkan orang banyak, sebab mereka yakin NICA tentu datang
juga ke Paguyaman.
Dengan segala kemampuan yang ada pada kami, kami bertiga
memberikan penjelasan-penjelasan kepada rakyat supaya jangan gelisah,
dan kepada Pemimpin-Pemimpin kami berikan petunjuk-petunjuk yang
perlu untuk menghadapi tentara NICA jika kelak mereka datang.
Dengan kebaikan hati Kepala Suku Bajo di Paguyaman, kami
dapat segera berangkat ke Bunta diantar sendiri Kepala suku Bajo
tersebut dengan memakai perahunya sendiri, sehingga kami tiba di
Bunta dengan cepat.

151
Di Bunta, kami bertemu kembali saudara Abu Saleh Tandibulu,
dan saudaranya yang bernama Iljas. Mereka baru semalam di Bunta.
Mereka datang dari Ampana dengan naik kuda. Mereka diburu sejak
dari Posso, hendak ditangkap oleh NICA.
Dengan demikian keadaan kami, tambah gawat, sebab di samping
memikirkan keselamatan diri kami, maka kami berkewajiban pula untuk
melepaskan saudara-saudara tersebut dari aniaya NICA jika mereka
tertangkap. Mereka itu, harus mengikuti kami ke Palopo.
Sebenarnya pada waktu itu, kami sudah terkepung oleh NICA, oleh
karena di mana-mana telah terpasang jaring mata-mata NICA untuk
mengawasi setiap gerak-gerik siapa saja. Sebab itu, kami meneliti benar-
benar jalan yang sebaik-baiknya yang harus kami tempuh, supaya bisa
lolos dari intipan mata-mata NICA. Atas kemurahan Allah yang Maha
Kuasa, tiba-tiba kami mendapat petunjuk dari seorang bangsa India
bekas serdadu Inggeris (Ghurka) yang melarikan diri dari kesatuannya.
Ditunjukannya kepada kami dalam peta, mana jalan yang harus kami
tempuh, dan diberinya keterangan bagaimana cara supaya dapat
lolosdari jaring mata-mata NICA.
Setelah yang perlu-perlu disiapkan, dan sesudah mengucapkan banyak
terima kasih kepada orang India itu dan kepada Sangaji dan lain-lain,
saudara, kami terus melangkah. Tapi tiba-tiba Sangaji Kepala Disrik
Bunta menyatakan keteguhan hatinya untuk tetap berdiri di belakang
Republik, dan meminta kepada kami supaya melatih sebentar
mempergunakan granat tangan bikinan Jepang.
Tentang saudara Muis sendiri dengan saudaranya Laitju, ia hendak
tinggal tetap di negerinya menunggu dan melihat apa yang akan terjadi
bila NICA datang di Bunta.
Keesokan harinya, dengan perasaan sedih bercampur girang, kami
meninggalkan Bunta, negeri yang selalu menjadi kenang-kenangan
kami. Kami sedih lantaran bercerai dengan sahabat dan kenalan serta
kawan seperjuangan yang telah berjumlah banyak di tempat-tempat
yang kami datangi. Dan kami girang oleh karena sedikit banyaknya

152
kamitelah menanam di negeri-negeri tersebut rasa kemerdekaan kepada
penduduknya, yang siap akan berkorban membela haknya yang suci itu.
Kami berkeyakinan, NICA tidak akan lalu begitu gampang untuk
menancapkan penjajahannya kembali di daerah-daerah tersebut. Apa
lagi akan kalau mengingat Persetujuan Bersama, antara M. Landau
(Palopo) dengan Pemimpin-Pemimpin Posso, yang menyatakan
berdirinya Cabang Pemuda Republik Indonesia di Posso guna
melakukan perjuangan dengan jalan bagaimanapun juga, jika NICA
datang di Posso yang kaya kopradan kayu hitam itu.
Kami berlima berangkat menuju hutan rimba-belantara. Jalan yang
kami lalui, sebenarnya bukan jalan, tapi merupakan semak-semak
belukar, dan sebentar-sebentar kami melintasi kebun-kebun penduduk.
Akhirnya kuda saudara Abu Saleh dan Iljas, tak dapat lagi dipergunakan
oleh karena saat itu kami telah menempuh bermacam-macam rintangan
alam, seperti mendaki gunung yang curam dan menyeberangi sungai
Balingara yang kencang arusnya. Jadi terpaksa kuda-kuda itu,
ditinggalkan saja di suatu dusun.
Di tiap dusun yang kami singgahi, kami selalu mendapat bantuan
penduduk berupa makanan, dan tenaga manusia yang membawakan
barang-barang kami, dan menjadi pandu atau penunjuk jalan yang
sangat kami hargakan.Dalam perjalanan yang sukar ini, kami telah
merasai aneka ragam duka dan suka. Kami dapat merasai enaknya telur
burung Maleo, yang banyak terdapat pada tumpukan-tumpukan pasir
sepanjang sungai Balingara yang panjang itu.
Kami juga merasai lezatnya sayur pokko yaitu pucuk rotan yang
masih muda yang banyak tumbuh di hutan-hutan yang kami lalui.
Demikianlah, dalam setiap harinya kami harus menempuh jarak
sekurang-kurangnya 45 km, karena jika tidak, kami tidak akan mendapat
rumah atau pondok untuk bermalam, sebab jarak kampung dengan
kampung yang lain sangat berjauhan. Selama ini menempuh daerah
pegunungan yang tinggi dan curam yang ditutupi dengan rimba raya,
dan melintasi padang tandus yang tidak berpengaruhi, maka bertambah

153
pengalaman. Di samping takut akan berjumpa dengan patroli NICA,
jugatakut dari serangan-serangan kerbau liar yang ganas danpugutan
ular-ular yang berbisa, dalam keadaan urat-urat yang telah tegang dan
mendenyut lantaran keletahan berjalan kaki, juga darah telah banyak
betkurang diisap oleh linta terbang, yaitu linta yang amat halus,
menyeruak masuk ke dalam sepatu dan baju kami, semuanya itu
menambah beratnya penderitaan kami.
Di daerah ini, kami berjumpa pula dengan penduduk yang tidak
pernah tunduk kepada Belanda, dan tidak pernah membayar
belasting.Mereka itu kebanyakan berdiam di puncak gunung
Tokolekaju. Pokok makanan mereka, ialah jagung kering dan pisang
muda yang dibakar saja. Mereka hanya sekali-sekali muncul di tanah
datar untuk memperoleh garam. Jadi kami pun terpaksa memakan
makanan yang demikian, untuk beberapa hari lamanya.
Inilah sekilas suka-duka kami selama menempuhdaerah tersebut
dalam perjalanan kami menuju arah Selatan ke Perbatasan Posso dan
Luwu. Tapi walaupun jalan itu sedemikian sukarnya, sehingga kami
merasa takut akan sesat, tapi dengan semangat yang tak kunjung padam,
kami dapat maju sedikit demi sedikit. Untuk baik, oleh karena saudara
Iljas pernah bekerja di daerah ini bersama Jepang membuat jalan di
pegunungan Tokolekaju yang akan memperhubungkanPosso
dengannegeri Wotu (Malili) daerah Luwu, sehingga kami terhindar dari
kesesatan jalan.
Penduduk daerah itu, terhitung manusia yang kuat dan tahan berjalan
kaki. Ini dapat kami ketahui dari jawaban mereka bila kami tanyakan
Apa kampung anu sudah dekat? mereka selalu menjawab : Sudah
dekat, itu di beseberang Tapi setelah dijalani, ternyata tempat itu sangat
jauh, karena berjam jam kemudian baru bisa sampai di kampung yang
ditanyakan itu. Di samping mereka kuat berjalan kaki, mereka hanya
berpakaian kain yang terbikin dari kulit kayu, yang mereka bikin
sendiri. Kulit kayu itu hanya dipukul-pukul sampai menjadi lemas.

154
Sesudah tiga minggu kami mengembara menyeberangi beberapa sungai
yang besar-besar, melintasi belukar, hutan dan rimba raya, serta padang
rumput yang tandus dan sunyi, mendaki dan menurun gunung yang
tinggi dan curam, akhirnya tibalah kami pada satu desa yang terletak di
puncak gunung. Penduduk desa ini, umumnya beragama Keristen.
Pendeta kampung itu, menyambut kami dengan ramah-tamah,
danmeminta kepada kami, supaya kami beristirahat dahulu di desanya
untuk melepaskan letih dan penat akibat dari perjalanan yang lama
itu.Permintaan Pendeta tersebut kami terima dengan baik sehingga kami
tinggal 2 malam di desa itu. Kemudian, sesudah kami mengucapkan
banyak terima kasih kepada Pendeta dan penduduk, kami berangkat lagi
menuju satu desa yang terletak di tepi laut, di pantai Telul: Tonini atau
Teluk Tolo, pantai Timur pulau Sulawesi. Sehari penuh kami berjalan,
baru kami tiba di desa itu menjelang malam. Hari itu, tepat tanggal 1
Januari 1946. Kami langsung menemui Kepala Kampungdan
menjelaskan kepadanya maksud perjalanan kami. Penduduk kampung
itu, sangat gembira mendengar berita tentang Kemardekaan.
Desa itu, terletak kurang lebih 60 km jauhnya dari kota
Kolonedale, Ibu Kotadaerah Sulawesi Timur. Kami bermalam di
pasanggerahan yang merupakan gubuk yang buruk, dan diuntukkan
bagi tamu-tamu yang datang dari jauh.
Pagi-pagi benar, kami menumpang satu sampan yang
didayungmenuju satu kampung yang terletak jauh ke dalam
mulutteluk Tomiki atau Teluk Tomiri. Hampir sehari penuh baru tiba
di kampuug itu. Pen duduk kampung kebanyakan orang-orang Bugis.
Kepada penduduk, kami jelaskan pula maksud perjalanan kami, dan
meminta bantuannya supaya mengantar kami ke jurusan Selatan melalui
kota Kolonedale. Rupanya kota Kolonedale, telah dikuasai pula oleh
NICA, sebab Menurut keterangan orang kampung tersebut, bahwa
selama pendudukan Jepang di Kolonedale, ada beberapa orang Belanda
yang disembunyikan oleh orang-orang tani, dan kini Belanda-Belanda
itu telah mengetahui bahwa Jepang telah menyerah.

155
Karena itu, mereka menasehati kami supaya jangan pergi ke Kolonedale,
sebab kemungkinan kami ditangkap oleh orang-orang Belanda tersebut.
Jadi lebih baik menempuh jalan darat saja. Kata mereka, perjalanan itu
dapat dimulai pada hulu sungai yang kita tempuh sekarang.
Nasihat mereka kami setujui. Di waktu tengah malam-buta kami
mendayung dengan tidak begitu bersuara menuju ke Hulu.
Adapun sungai yang kami tempuh itu, bercabang dua. Satu cabang
mengalir dekat sekali kota Kolonedale, sehingga ada satu jembatan di
persimpangan sungai tersebut, untuk menyambung jalanan menuju kota
Kolonedale.
Paginya, kami telah berada di bawah kolong jembatan, dan
sebentar kemudian kami mendarat dan melanjutkan perjalanan.
Di tengah jalan belum jauh dari jembatan itu, kami bertemu
seorang bekas serdadu Belanda yang pernah bersembunyi itu, dan
memaksa kami untuk ke kota Kolonedale.
Tapi kami beri keterangan bahwa kami memang akan ke Kolonedale,
tapi akan menghadap dahulu Kepala Distrik, dan kemudian bersama-
sama dengan Kepala Distrik ke Kolonedale.
Kepada Kepala Distrik, Abu Saleh mengatakan, bahwa kami
adalah dalam perjalanan dines, karena itu sudi kiranya tuan menolong
kamidengan dipercayaioleh Kepala Distrik tersebut, karema ia mengenal
Abu Saleh sebagau Raja muda Ampana.
Sehabis makan pada malam itu, dengan tidak membuang waktu
kami segera berangkat, supaya secepat mungkin dapat kita diperbatasan,
mengingat kalau-kalau kamidapat tersusul oleh kaki tangan Belanda
tersebut. Semalam-malaman itu, kami tak pernah berhenti, dan mandi
terus menerus dengan air hujan yang turua dengan lebat.
Dalam perjaanan yang pahit ini, kami maju mengendap-endap sambil
berpegangan tangan, karena jalan tidak kelihatan lantaran gelapnya
cuaca. Kami maju selangkah demi selangkah jika petir dan kilat bersinar
Akhirnya kami tak bisa lagi maju, berhubung gelapnya udara, licinnya
jalan yang dapat menamatkaa riwayat kami jika jatuh masuk jurang.

156
Kami berhenti sebentar di suatu jembatan kayu sebelimfajar
menyingsing kami meneruskan perjalanan yang penuh derita itu, dan
pada pagi harinya kami tiba di desa Nuha, bata Sulawesi Tengahdan
Sulawesi Selatan. Sebentar saja kami berhenti di Nuha, dan berjatan
terus kesatu dusun yang terletak di tepi Danau Towoti yang indah dalam
airnya itu. (Mungkin Dusun yang dimaksud saudara Arif Abbas itu
Lengkobate namanya, yang pernah penulis pelabuhan Prahu layar,yang
saban hari memuat beribu-ribu ton damar. Damar itu dengan perahu
layar diangkut ke kampung Timampu di pantai Selatan Danau Towoti.
Dan dari sini damar itu diangkut dengan kuda beban ke kota Malili
sebagai pusat perdagangan damar. Dari Malili damar itu diangkut
dengan kapal ke Makassar.
Kami beristirahat semalam di dusun tersebut, dan pada paginya
kami menyeberangi Danau Towoti dengan perahu. Sehari penuh baru
kami tiba di seberang di Kampung Timampu Dari Tunampu masih
membutuhkan waktu 7 hari dengan berjalan kaki, baru bisa sampai di
kota Malili.
Dalam perjalanan ke Malili, kami menempuh satu dataran tinggi
yang penuh dengan ilalang. (Inilah dataran tinggu Nuha-Timampu yang
sangat luas dan baik untuk persawahan. Tapi Maksud untuk menjadikan
sawah tidak pernah terwujud, karena penduduknya sangat kurang, dan
mereka lebih suka menadah damar di hutan dari pada bersawah, oleh
karena damar cepat menghasilkan wang).
Untuk mengurangi penat dan lelah dalam perjalanan, maka kami
acap kali berjenaka, membuat lelucon dengan menunjuk diri masing-
masing sebagai orang yang terkuat berjalan. Ada yang mengatakan
dirinya : saya ini Ford, yang lain meningkah : saya ini Federal,
ditingkah yang lain : saya Chevrolet, Buiick dan lain-lain sehingga
kami terbahak-bahak.
Setelah semingguberjalan, tibalah kami dikota Malili, dengan tidak
membuang waktu, kami menginterlokal Palopo meminta oto.

157
Jawaban dari Palopo mengatakan, bahwa kini tentara Australia telah
berada di Palopo, dan semua oto kita disembunyikan dalam hutan.
Setelah 2 hari beristirahat di kota Malili yang dibelah oleh sungai
Malili yang besar itu, kami terpaksa ke Palopo dengan perahu dengan
bantuan Kepala doane (Kepala Doane itu tentunya saudara Mappalasa
Dg. Lira, seorang tokoh Pejuang Malili).
Beberapa malam di jalan, baru kami tiba di Palopo pada tanggl 15
Januari 1946 dengan selamat.
Marilah kita tilik sedikit pribadi-pribadi pemuda-pemuda yang
mengalami perjalanan yang pahit itu :
Umur Abdullah, seorang pemuda progressif, militant, berani, jujur
dan konsekwen. la seorang pemuda dari kalangan Muhammadiyah
Palopo, seorang pandu HW. Kini ia berdagang di Makassar.
Arief Abbas, seorang Pemuda yang sabar, jujur dan berani. la
pandai berpidato dan mengarang.
Nur Apala, seorang Pemuda yang keadaannya sama dengan Arief
Abbas. Ia telah meninggal dunia.

158
E. PERJALANAN KEPALA PENERANGAN PEMUDA CS
YANG PERTAMA KE KOLAKA DAN KENDARI

A. MENYINGGAHI BEBERAPA TEMPAT YANG PENTING.

Sesudah Kepala Penerangan/Juru Bicara PRI mendatangi tempat-


tempat seperti Palopo-Selatan, Kolonisasi-Lamasi, Masamba,
Kolonisasi-Bone-Bone, Wotu dan Malili, kini berkemas lagi akan
menjalankan tugas ke wilayah Kolaka dan Kendari sesusi dengan
Keputusan Pimpinan PRI.
Maksud yang terpenting mendatangi Kolaka dan Kendari, ialah :
1. Untuk menjelmalran PNI Luwu, menjadi PBl. Dan juga
akanmemberikan latihan-latihan militer kepada pemuda-
gemudayang akin dijadikan pasukan.
2. Menggembleng semangat perjuangan rakyat untuk
bertahanmembela Kemerdekaan.
3. Untuk menanam Kesadaran kepada Pegawai-Pegawai Negeri,
Kepala-Kepala Anak Negeri dan bekas tentara Belanda, agar
mereka tegak pula dalam barisan Pemuda membela
Kemerdekaan.
4. Mengadakan hubungan dan kerja sama dengan erat dengan
gerakan Pemuda Kendari, serta Pemerintah Kendari, supaya
tentara NICA tidak gampang melalui Kendari untuk
menggempur Luwu.
Menurut keputusan pimpinan PRI, rombongan itu terdiri dari M.
Samuel Dg. Mattata, Andi Achmad dan Andi Mangile
Tetapi menimbang beratnya tugas, maka Kepala Penerangan
Pemuda membawa serta juga Sulaeman Umar. Ia pandai berpidato,
cakap,jujur dan cepat berfikir. Dia telah lama berjuang dalam organisasi
Muhammadiyah.
Demikianlah, menjelang akhir Oktober 1945, rombongan tersebut
berangkat dengan memakai motorboot Pemeriatah dengan muatan yang

159
sarat, karena di samping rombingan tersebut, ikut pula Andi
Pangadjoang dengan beberapa orang pengiringnya, yang akan kembali
ke tempat tugas saya sebagai Kepala Distrik PatampanuaE yang
berkedudukan di kampung Mala-Mala. Selain itu turut pula Hasjina
Pangerang yang mendapat tugas dari pimpinan Pemuda Luwu, untuk
menjelmakan PNI menjadi PRI di distrik PatampanuaE.
Hanya semalam di jalan, rombongan tiba di Mala-Mala ibu kota
Distrik PatampanuaE. Rombongan mendapat sambutan hangat.
Pimpinan Rakyat lama menanti-nanti pemuda pusat untuk mendapat
keterangan resmi tentang kemerdekaan. Apa lagi di daerah
PatampanuaE acapkali didatangi pedagang-pedagang Cina yang selalu
menyiarkan provokasi, sehingga rakyat menjadi ragu-ragu. Sebentar saja
beristirahat, rakyat telah berkumpul di halaman rumah kepala distrik.
Kemudian Sanusi secara panjang lebar memberikan keterangan-
keterangan yang jelas tentang segala perkembangan sesudah groklamasi
kemerdekaan, dan pada penutup pembicaraannya, dipesankan kepada
orang banyak jangan mempercayai omongan-omongan provokatif,
supaya jangan oleng dalam gelombang perjuangan yang kini telah
meningkat.
Padamalamnya, berlangsung rapat bersama dengan Pimpinan
Pemuda Mala-Mala, di mana Sanusi memberi penjelasan mendalam
mengenai sepak terjang yang harus dilaksanakan jika NICA datang, dan
di tambab oleh Andi Achmad sebagai Kepala Polisi Istimewa Pemuda
Luwu.
Paginya, sebelum berangkat, Sanusi memberikan lagi beberapa
penjelasan atas pertanyaan-pertanyaan yang dimajukan oleh Kepala
Distrik dan pegawai-pegawai negeri Mala-Mala. Rombongan menuju
negeri Sua-sua, suatu kampung yang mengandung sejarah penting dalam
perjuangan.
Menjelang tengah hari rombongan tiba di Sua-Sua, dan langsung ikut
bershalat Jumaat di mesjid Sua-Sua. Sesudah shalat, Sanusi menjelaskan

160
kepada hadirin tentang maksud perjalannya, dan jalannya perkembangan
serta situasi di masa itu.
Di Sua-Sua ini, terdapat sebuah sekolah Islam yang telah lama
usianya, di bawah asuhan gurunya yang bernama M. Rasjad. Di samping
sebagai guru, M. Rasjad adalah juga Ketua PSSI di daerah itu.
PSSI, telah berpuluh tahun berdiri di sana, sehingga pemuda-pemuda di
Sua-Sua rata-rata mempunyai sifat militant. M. Rasjad, adalah seorang
pemuda yang pendiam, seorang demokratis, jujur dan konsekwen dan
berani bertindak. Iapandai pidato, dan mempunyai pandangan jauh.
Pada malamnya, berlangsung suatu rapat antara rombongan dengan
pimpinan pemuda Sua-Sua. Dalam rapat ini, dibentangkan berbagai
siasat dan sepak terjang yang harus dilakukan pula NICA datang.
Di antara pimpinan pemuda Sua-Sus yang terkenal ialah, Hasjim
Pangerang, Hamzah Pangerang, Mahmud Dg. Sisila, M. Jasir, Abdul
Manna.
Di Sua-Sua inilah, berdiam Sakata seorang Jepang dari gerakan
Kipas Hitam, setelah ia melarikan diri dari Palopo dengan membawa
beberapa senjata, karena ia tidak mau menyerah kepada Australia. Tapi
gerakan Sakata tersebut tidak mendapat perhatian, sehingga ia hidup
menyendiri. Kepada rombongan, pimpinan pemuda Sua-Sua meminta
pertimbangan mengenai Sakata tersebut. Sanusi mengatakan, bahwa
gerakan Sakata itu tidak begitu ada artinya bagi kita, dan sukar
dipertanggung jawabkan. Sebab itu jangan sekali-kali disokong. Jika
kita sokong berarti kita menentang Sekutu. Pada hal tujuan kita, semata-
mata hendak menyusun dan membangun Negara Republik Indonesia,
dan membelanya jika diganggu oleh siapa pun juga. Lebih baik ia
dibujuk supaya menyerah kepada Sekutu.
Setelah semalam tiba di Sua-Sua, rombongan meneruskan
perjalanannya ke Wawo. Di Wawo diadakan suatu rapat umum dan
rapat dengan pemimpin-pemimpin pemuda Wawo yang kebanyakan
terdiri kaum Muhammadiyah, oleh karena di Wawo telah lama berdiri
rantingMuhammadiyah dan mempunyai sebuah sekolah. Sesudah rapat,

161
rakyat kelihatan gembira, oleh karena telah mendapat keterangan resmi
tentang Kemerdekaan dan perkembangannya. Akhirnya mereka berjanji
dengan hati yang bulat untuk mempertaruhkan segala-galanya, membela
kemerdekaan tanah airnya.
Semalam di Wawo, rombongan berangkat lagi menuju kota
Kolaka. Keesokan harinya, rombongan tiba di Kolaka dengan
selamat.Walaupun tidak ada pemberitahuan lebih dahulu, tapi rupanya
penduduk kota Kolaka telah merasa akan kedatangan rombongan,
menyebabkan banyak sekali orang yang menyambut dengan gembira.

B. MAKLUMAT PEMERINTAH RI KEPADA SELURUH


RAKYAT INDONESIA.

Kedatangan rombongan sebentar saja telah tersiar luas kepada


seluruh lapisan masyarakat Kolaka.
Kota Kolaka yang indah dan kecil itu, adalahtempat kedudukan
Pusat Pemerintahan Wilayah Mekongga. Inilah wilayah Kerajaan Luwu
yang terletak paling timur, berbatas dengandaerah Kendari.
Kolaka letaknya di pinggir laut, berhadapan dengan pulau Paddamarang
di teluk Mekongga. Di muka perang, Kolaka disinggahi kapal api dua
kali sebulan untuk memuat kopra, damar, rotan dan lain-lain. Di sebelah
timur kota Kolaka kelihatan dengan megah pelabuhan Pamala, kota
nikkel yang sudah terkenal diseluruh dunia.
Perdagangan di wilayah ini 90 % di tangan orang-orang Bugis dan Cina.
Penduduk asli umumnya bertani, menyadap damar, memotongrotan di
hutan. Penangkapan ikan berada di tangan orang-orang Bugis.
Di daerah Kolaka inilah bersama dengan daerah Kendari, terdapat
tarian lulo yang terkenal itu, yang dimainkan oleh wanita dan laki-laki
bersama-sama sebagai yang tersebut di lain bahagian buku ini.
Yang menjadi kepala pemerintah wilayah Kolaka pada waktu itu,
Andi Kasim, digelar Mincara Ngapa dalam pemerintah kerajaan.
Andi Kasim, seorang yang berpikiran luas, berani dan tegas dalam

162
menjalankan tugasnya, sehingga ia disegani oleh masyarakat dan
pegawai-pegawai. Seorang republikein yang kontan-kontan. Ia keluaran
OSVIA dan Alegemene Landbouwschool di Bogor.
Sebagai seorang republikeinyang konsekwen ia dihukum
diasingkan ke luar Luwu untuk 20 tahun lamanya, oleh pengadilan Adat
Istimewa Luwu di Watampone.
Di kota ini terdapat sebuah mesjid yang cukup luas, satu rumah
sakit kecil, dan beberapa buah sekolah rakyat Tingkat II.
Antara Kolaka dan Kendari jauhnya kurang lebih 200 km. Jalannya
dapat dijalani dengan oto.
Pada waktu rombongan mulai tiba, maka berita penting yang
diperoleh ialah penduduk hidup dalam kegelisahan, terutama para
pegawai negeri suku Menado dan Ambon, karena banyak terjadi
intimidasi dan memang telah ada beberapa rumah yang dilempari
batu. Siapa yang melempar tidak diketahui.
Pada malamnya diadakan satu rapat antara rombongan dengan
pimpinan pemuda Kolaka. Dalam rapat tersebut ditetapkan bahwa PNI
dijelmakan menjadi PRI dengan susunan pengurusnya sebagai berikut :
1. Andi Kamaruddin : Ketua Umum
2. M. Tahrir : Wakil Ketua
3. C.H. Pengak : Penulis
4. Haji Abdurrasyid :Bendahara, merangkap Kepala Perlengkapan
5. Abdurrahim : Kepala Penerangan
6. Andi Punna : Kepala Penyidik
7. Hamase : Kepala Polisi Istimewa
8. H. Abdulwahid : Kepala Pasukan
9. Indomo : Anggota
10. M. Jozeph : Pemimpin Operasi di bantu oleh Serilawan,
Belboa dan Ohjiver
Marilah kita tilik sedikit tokoh-tokoh pemuda Kolaka tersebut.
Andi Kamaruddin, adalah sepupu sekali Andi Kasim. Dia seorang
pemuda yang ramah tamah, periang dan suka tersenyum. la berani

163
dankonsekwen dan cepat bertindak. Sebelum ia menikmati hasil
perjuangannya ia meninggal karena sakit beberapa lama. Tugasnya
sebagai kepala pemuda dijabatnya sampai kepada hidupnya yang
terakhir.
M. Tahrir, seorang pemuda yang pendiam, dan sangat sopan
kepada siapa pun. Ia, berani dan konsekwen. Setelah segala harta
bendanya dirampasoleh NICA akhirnya ikut tertawan, dengan pemuda-
pemuda yang lain. Kini ia bekerja sebagai pegawai Jawatan Penerangan
Dati II Kendari.
C.H. Pengak, dia seorang guru Sekolah Rakyat Tingkat II. Seorang
pemuda yang progressip, jujur, dan pendiam, dan rajin bekerja. Setelah
lepas dari tahanan, ia jadi guru kembali mungkin sekarang jadi Pemilik
Sekolah.
H. Abdurrasyid, seorang pedagang yang ulung dan termasuk salah
seorang pimpinan Muhammadiyah Kolaka. Seorang pemuda progressip
berani dan jujur. Seteleh ia lepas tahanan ia berdagang kembali. Kini dia
menetap di Makassar.
H. Wahid, seorang pemuda yang berani dan cepat bertindak.
Sebenarnya ia berjiwa dagang, sehingga ketika ia diangkat dalam
pimpinan pemuda, ia terhitung orang dagang yang baik. Tugasnya yang
terakhir dalam perjuangan adalah sebagai kepala pemuda. Setelah harta-
bendanya habis dirampas oleh NICA (Kapitein Abeng cs), terus ia
diburu NICA. Akhirnya ia dapat lolos ke Jawa. Dari Jawa menyamar
sebegitu rupa, sehingga ia dapat ke Australia, kemudian ke Amerika
Serikat sebagai kalasi kapal. Disalah satu pelabuhan di Amerika, ia
minggat,dari kapal dan berdiam di Amerika beberapa waktu lamanya,
sampai tiba saatnya Belanda menyerah. Jadi, H. Wahid pandai omong
Inggeris.
Abdurrahim, bekerja sebagai tukang menjahit. Seorang pemuda
walaupun ia kurus,tapi ia berani, jujur, dan cepat bertindak. Ia
mempunyai pandangan jauh tentang soal-soal hidup. Ia pandai pidato
dan berdebat. Ia juga salah seorang pemuka Muhammadiyah Kolaka.

164
Kemudian diburu oleh NICA dan tertawan di Bone dan ditahan dalam
penjara. Setelah lepas dari tahanan, ia diangkat sebagai anggota
pemerintahan di Bau-bau mewakili Kolaka. Sekarang ia menjadi Kepala
Jawatan Penerangan Dati II Kolaka.55
Hamase, seorang pemuda yang selalu tersenyum. Ia sabar, berani
dan jujur. Dahulu ia pegawai negeri. Setelah ia kembalidari
persembuyiannya ia menjadi pegawai kembali.
Indomo, adalah Kepala Distrik Kolaka. Seorang yang baik hati,
sabar dan berani serta pemurah. Tidak sedikit harta-bandanya yang ia
korbankan untukperjuangan menentang Belanda. Beliau tidak sempat
melihat hasil usahanya lantas meninggal dunia.
M. Joseph, Belbau dan Serilawang, semuanya adalah bekas tentara
Belanda. Mereka tergolong pemuda-pemuda yang tegas dan berani. Atas
keyakinannya yang teguh mereka tetap menjadi republikein, meski pun
mereka telah dibujuk begitu rupa oleh Letnan J. Boon seorang opsir
NICA, sedikit pun tidak berkisar pada pendiriannya. Yang penulis
ketahui ialah M. Joseph kini berada di Jakarta sebagai kepala pada
Jawatan Perjalanan Pusat.
Ophijver, seorang pemuda yang berani dan cepat berpikir dan
bertindak. Di waktu itu ia sebagai pegawai pada Jawatan ke tanan di
Kolaka. Kini ia tetap di Kolaka.
Dalam rapat pembentukan PRI tersebut disusun pula suatu rencana
kerja dengan teliti. Rapat umum yang diadakan pada esoknya, mendapat
kunjungan dari hampir semua penduduk kota. Keterangan-keterangan
dari pembicara-pembicara mendapat perhatian yang penuh minat
daripada hadirin. Dalam rapat ini turut pula berbicara Andi Kasim
Kepala Pemerintahan Kolaka, Andi Akhmad, Andi Mangile dan
Suleman Umar. Dalam rapat ini Suleman Umar berpidato dengan baik
sekali. Ia membakar semangat rakyat begitu rupa sehingga tidak ada
orang yang lebih duduk dan resah berdiri walaupun pidatonya itu
panjang.

165
Sesuai dengan rencana pada malamnya berlangsung pula rapat
istimewa yang dihadirioleh undangan terbatas yang sengaja diadakan
terdiri dari perbagai golongan seperti :
a. Semua bekas tentara Belanda yang ada di Kolaka dan Pamala.
b. Semua tokoh-tokoh baik dari kalangan dagang, maupun dari
kalangan Agama.
c. Semua pegawai negeri sejak dari dokter sampai kepada opas
kantor.
d. Semua anggota pimpinan PRI dan anggota-anggota staf dari
bahagian-bahagiannya.
Dalam rapat ini Sanusi menguraikan secara populer tujuan
perjuangan pemuda khususnya dan kaum republikein umumnya, serta
menjelaskan dengan terang akan dasar-dasar dari perjuangan seperti
perikemanusiaan. Ditekankan supaya dalam perjuangan jangan ada
yang melanggar semau-maunya tentang perikemanusiaan itu, dan
diserukannya supaya kita jangan ada yang bertindak sendiri-sendiri dan
menjadi hakim sendiri.
Kami tahu, kata Sanusi lebih lanjut bahwa di Kolaka ini telah acap kali
terjadi yang demikian itu, sehingga masyarakat menjadi gelisah.
Diuraikan lebih jauh bahwa kedatangan kami ke Kolaka ini juga
bermaksud akan membentuk satu pasukan yang terlebih dahulu harus
dilatih. Pasukan-pasukan itu adalah satu persiapan guna menjaga
kemungkinan datangnya Belanda kembali dan juga untuk menjaga
keamanan masyarakat.
Dalam rangka pembicaraan Sanusi tersebut diuraikan pula
Maklumat Pemerintah RI yang disiarkarpada tanggal 27 Oktober 1943
yang dapat ditangkap pokok-pokoknya oleh Radio Pemuda di Palopo.
Dibawah ini penulis turunkan isi maklumat selengkapnya :

166
MAKLUMAT PEMERINTAH REPUBLIK
INDONESIA KEPADA SELURUH RAKYAT
Kita rakyat Indonesia lagi menyelenggarakan suatu tujuan besar :
Pengakuan Kemerdekaan Indonenesia oleh dunia Internasianat dan
menyusun masyarakat kita di atas dasar keadilan sosial.
Keluar dan kedalam perjuangan bangsa kita berdasar kepada
perikemanusiaan yang sekarang dijadikan dasar susunan dunia baru
diperlukan juga terhadap bangsa kita, dan karena itu harus diakui hak
kita untuk menentukan nasib kita sendiri karena hanya sebagai bangsa
yang berdaulat, kita bisa menjalankan kewajiban kita terhadap dunia
internasional serta hidup dalanm persaudaraan dengansegala bangsa di
dunia ini.

DASAR DASAR PERIKEMANUSIAN


Sebaliknya, kalau bangsa kita mau mendapat pengakuan dunia
internasional hendaknya terayata ke dalam, yaitu didalam negeri kita
sendiri, kita sanggup menjamin berlakunya dasar-dasar prikemanusiaan
sebagai sumber dari pada keadilan sosial yang kita tuntut. Tiap-tiap
penduduk dengan tidak membedakan bangsa Indonesiaatau asing, harus
terjamin keselamatan, dirinya selama ia tidak mengadakan komplotan
terhadap keselamatan RI.
Kami tahu bahwa tindakan-tindakan NICA dan serdadunya dan
dengan sewenang-wenangmenembaki orang-orang Indonesia yang tidak
bersalah, perempuan dan anak-anak, menaikkan darah rakyat kita di
mana-mana.
Beberapa golongan tidak sabar lagi dan kami mengerti mengambil
tindakan sendiri-sendiri itu. Ada yang menganjur perang sabil, ada yang
menangkapi orang-orang Belanda, Indo dan Iain-lainnya, ada pula yang
menjalankan hukum sendiri terhadag siapa saja, baik bangsa kitamaupun
bangsa asing, yang dianggapnya berdosa terhadap Republik Indonesia.
Kami mengerti kemarahan rakyat terhadap keganasan NICA. dan
serdadunya yang semata-mata bertindak secara Nazi dan Fascis.

167
Dan kami pun mengerti kalau dengan sendirinya pasukan rakyat
menangkis serangan-serangan yang jahat itu.
Tapi kami tidak mengisinkan rakyat bertindak sendiri menurut
paham sendiri saja. Itu tindakan anarchi, menimbulkan kekacauan yang
mungkin akibatnya meruntuhkan republik kita sendiri.

Hendaknya terbatas dari segala kesilapan.


Baru-baru ini pihak Amerika yang menaruh perhatian baik terhadap cita
cita kemerdekaan kita, telah mengeluarkan ucapan bahwa perhatian
yang baik itu akan lenyap sama sekali apabila terjadi peristiwa
perempuan dan anak-anak sampai terbunuh, apa pun juga bangsanya.
Sebab itu biarlah serdadu Belanda saja yang berdosa terhadap
pembunuhan seperti itu. Bangsa kita hendaklah terbebas dari segala
kesilapan itu. Sebabitu pula, segala golongan dan pemimpin yang
bertanggung-jawab atau berpengaruh hendaknya berusaha menjauhkan
rakyat daripada perbuatan yang sesaat atau mungkin sesat.

Negara Hukum.
Negara kita adalah negara hukum, berdasar kepada kedaulatan rakyat.
Dan kedaulatan rakyat bukanlah monarchie. Kedaulatan rakyat tidak
mengisinkan orang atau golongan bertindak sendiri-sendiri terutama
mengenai hukuman. Kedaulatan rakyat menghendaki kata mufakat dari
perwakilan rakyat tentang segala hal yang mengenai penghidupan
umum. Dan hanyalah pemerintah yang berhak menjalankan hukuman
dengan perantaraan mahkamahnya.
Orang-orang atau golongan tidak boleh menjalankan hukuman sendiri.
Negara Republik Indonesia menuntut keadilan sosial, keluar dan
kedalam menerima kewajiban sepenuh-penuhnya atau menjalankan
segala tindakannya di atas dasar perikemannusiaan dan untuk
memperkuat kedudukan pemerintah terhadap dunia Internasional, maka
tiap-tiap orangIndonesia yang benar-benar cinta akan repububliknya
arus berdiri di belakang pemerintah dan membantu pemerintah

168
menyelenggarakan penghidupan dalam negeri atas dasar
perikemanusiaan. Tiap-tiap orang bangsa kita atau bangsa asing apapun
juga harus merasa aman hidup dalam negeri kita.

Penyusunan Tentara Keamanaa Rakyat.


Pemerintah Republik Indonesia lagi berusaha menyusun secepat-
cepatnya Tentara Keamanan Rakyat untuk menanggung keamanan
dalam negeri. Tentara Keamanan Rakyat didirikan supaya tiap-tiap
orang nanti merasa aman, sehingga tidak perlu lagi tiap-tiap orang atau
golongan bertindak sendiri-sendiri untuk menjaga keamanannya.
Yang perlu sekali sekarang untuk mencapai susunan yang teratur
dalam negeri ialah disiplin, dan kemauan untuk tunduk kepada
kekuasaan negara yang sah. Dan janganlah orang atau golongan sendiri-
sendiri melakukan kekuasaan yang hak pemerintah.

Menghargai Perbedaan Paham.


Berhubung dengan kepentingan-kepentingan negara yang tersebut di
atas, kami mempermaklumkan yang tersebut di bawah ini :
a. Persatuan diperkuat dengan menghargaiperbedaan paham
antarakita dengan kita dan dengan itu kita mempertebal semangat
kedaulatan rakyat. Perbedaan paham tidak boleh menjadi sebab
yang satu golongan menangkap dan menawan lawannya pada
tempat yang tidak diketahui, karena hal ini bisa menimbulkan
perpecahan antara kita dan mungkin menimbulkan perang saudara.
Hukuman bagi pembesar dan pegawai yang bersalah dalam
menjalankan kewajibannya ialah meletakkan jabatannya. Mereka
boleh dituntut untuk meletakkan jabatannya, tetapi menurut dasar
keadulatan rakyat, tuntutan itu mestilah melalui Pemerintah atau
dengan perantaraan Komite Nasional sebagai Badan Perwakilan
Rakyat Sementara.
Janganlah satu-satu golongan memajukan tuntutannya dengan
mengancam dan memaksa, atau menyingkirkan orang-orang yang

169
tidak disukainya, karena dengan jalan semacam itu, hilanglah rasa
keamanan bagi pegawai negeri atau mereka yang
mengerjakanpekerjaan yang bertanggung-jawab. Tak ada kerja
yang bisa beres, kalau si pekerja selalu dalam ketakutan tentang
keselamatan dirinya.
Republik Indonesia, harus dipimpin dan diselenggarakan oleh
pemimpin dan pegawai yang bertanggung-jawab. Rasa tanggung-
jawab tidak bisa timbul dan hidup di bawah ancaman dan paksaan.
b. Segala tindakan yang bercorak Nazi dan Pascis harus dibuang
karena bertentangan dengan kedaulatan rakyat.
c. Rakyat seluruhnya harus ikut beranggung-jawab tentang
keselamatan Republik Indonesia dan ikut mengawasi gerak-gerik
musuh yang terang-terangan dan yang dalam selimut. Tapi
janganlah rakyat menghukum sendiri. Inilah ada kewajiban hakim
republik.
d. Terhadap orang tawanan hangsa apa pun juga hendaklah dijaga
supaya mereka selalau diperlakukan menurut perikemanusiaan.
Jakarta, 27 Oktober 1945
PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
SOEKARNO-HATTA

C. MENGUNJUNGI PAMALA DAN MAWEWE

Keesokan harinya rombongan penerangan pemuda dari Palopo itu


berangkat ke Pamala kota nikkel yang terkenal itu. Mereka disambut
oleh penduduk yang umumnya terdiri dari kaum buruh pertambangan
nikkel yang besar itu. Di antaranya terdapat juga Komandan Tentara
Jepang sektor Pamala, yang sementara masih diwajibkan oleh Sekutu
menjaga keamanan. Komandan Tentara Jepang itu mengundang
rombongan untuk minum teh di rumahnya. Undangannya diterima baik
oleh rombongan. Sementara minum teh, Sanusi memberi tahu komandan
itu bahwa rombongannya adalah suatu missi dari Pimpinan Tertinggi

170
Pemuda Palopo, untuk menjelaskan tentang kemerdekaan Indonesia
yang sudah diproklamirkan, dan meminta kepada seluruh rakyat supaya
bangkit membela dan mempertahankan kemerdekaan itu, bila
dikacaukan orang. Dikatakan juga oleh Sanusi bahwa wilayah Kolaka
dan Pamala ini, adalah daerah Republik Indonesia yaitu negara yang
baru dibentuk oleh bangsa Indonesia sendiri. Dan yang menjadi Presiden
dan Wakil Presidennya ialah Ir. Soekarno dan Drs. Mob. Hatta.
Barang siapa yang hendak menentang kemerdekaan Indonesia dan
mengacau Negara RIPastimereka dihantam oleh bangsa Indonesia.
Untuk membela kemerdekaan tersebut bangsa Indonesia telah
menetapkah satu garis hidup :Merdeka atau Mati.
Mendengar keterangan Sanusi, Komandan Tentara Jepang itu
terharu dan meneteskan airmata karena mengingat kekalahan Jepang
dalam perang yang lalu.
Kemudian rombongan menuju tempat di mana rapat umum akan
diadakan. Tempat itu penuh sesak baik laki-laki maupun wanita karena
ingin benar hendak mengetahui keadaan di masa itu.
Kota kecil Pamala merupakan satu Indonesia kecil, karena
semua suku bangsa Indonesia berada di Pamala sebagai pekerja dan
pegawai tambang. Keadaan ini amat menggembirakan rombongan
karena dapatlah Pamala itu dijadikan sebagai satu contoh yang tepatdi
dalam membicarakan persatuan bangsa Indonesia yang pada waktu-
waktu itu perlu sekali digalang guna menghadapi kaum penjajah.
Dalam, rapat ini pertama berbicara ialah, Andi Kasim sebagai
Kepala Pemerintah Kolaka. Kemudian, Andi Ahmad, Andi Mangile,
Suleman Umar dan Sanusi. Selama pembicaraan berlangsung
hadirintenang, dan kelihatan bersemangat mengikuti kata-kata
pembicara.
Sesudah pembicaraan selesai kepada hadirin diberi kesempatan
memajukan pertanyaan lisan. Di antara pertanyaan-pertanyaa itu adalah
sebagai berikut :

171
Apakah Belanda akan datang lagi kemari? tanya seorang yang
hadir.
Melihat suasana pasti mereka datang, sebab sebagai kaum yang
serakah dan tamak, tentu mereka akan pulang untuk mengecap
kesenangannya sebagai dahulu. Oleh karena itu kita sekarang harus
bersiap-siap untuk melawan mereka bila mereka datang kembali, jawab
Sanusi.
Kapan kemerdekaan kita diumumkan dan kapan Negara Republik
Indonesia dibentuk, dan siapa yang berkuasa di Luwu dan di Pamala ini,
oleh karen kata orang, Jepang yang masih berkuasa, tanya seorang
yang lain.
Kemerdekaan Indonesia diumumkan ke seluruh dunia pada
tanggal 17 Agustus 1945 dan Negara RI dibentuk dua hari sesusah itu,
yaitu pada tanggal 19 Agustus 1945. Yang memegang kekuasaan di
Luwu ialah Datu yang dipegang kini oleh Andi Jemma, dan di wilayah
Kolaka termasuk Pamala, ialah Andi Kasim sebagai WakilDatu. Adapun
Jepang berkuasa hanya untuk sementara saja dan itu pun hanya dalam
hal menjaga keamanan saja, yakni mengurus orang-orang Jepang dan
tawanan-tawanan lain yang kemudian dipulangkan ke negerinya.
Mereka tidak campur dalam soal pemerintahan, sesuaidengan
pengakuan Lord Louis Mountbatten berkata : Kewajiban tentara
Inggeris yaitu melucuti tentara Jepang dan menjaga ketenteraman. Dan
Pemimpin tentara Inggeris yang mendarat di Jawa, Jenderal Christison
mengakui pula Pemerintahan Republik Indonesia yang berkuasa
defakto, jawab Sanusi.
Apakah bekas tentara Belanda dahulu itu tidak akan diapa-
apakan? tanya seorang bekas tentara Belanda.
Ja, selama mereka itu menjadi warganegara Republik Indonesia
yang baik. Tentang bekas tentara Belanda mungkin sekali sangat
diperlukan karena pengalaman-pengalamannya bila timbul perang antara
kita dengan Belanda, jawab Sanusi.

172
Sesudah rapat yang penting itu selesai, lantas rombongan
mengadakan satu rapat khusus dengan bekas-bekas tentara Belanda yang
puluhan jumlahnya di Pamala. Golongan itu, adalah di bawah pimpinan
Jozeph dan Belbao. Dalam rapat itu mereka bersumpah akan
menyumbangkan segala-galanya guna membela kemerdekaan Indonesia
bila telah tiba masanya. Setelah membicarakan soal pertahanan mereka
berdiskusi lebih lanjut dengan Andi Ahmad dan H. Wahid.
Pada sore harinya rombongan itu melanjutkan perjalanannya ke
negeri Mawewe di bawah pimpinan Powatu sebagai Kepala Distrik.
Setelah melalui kampung Baru, kendaraan telah mulai mendaki
menempuh jalan raya arah Kendari. Oto mulai berjalan berbelit-belit
bagaikan seekor ular. Ketika itu tampaklah alam yang sangat indah. Di
kanan-kiri jalan terbentang gunung-gunung yang ditumbuhi kayu-
kayuan yang berharga, dan lembah-lembah yang tertutup oleh hutan-
hutan yang kaya, diselang-selingi dengan ladangpadi gogo yang telah
menguning. Ja, inilah semua merupakan sebahagian daripada kekayaan
tanah air kita yang pernah menyebabkan negeri Belanda suatu negara
besar.
Ketika matahari mulai terbenam, rombongan tiba pada suatu
lembah atau dataran yang luas. Itulah dataran Mawewe yang indah.
Dataran ini dipagar dengan berisan pegunungan yang berisi kekayaan
alam. Di tengah-tengah dataran, terletak kampung Mawewe yang
dilengkapi dengan satu sungai kecil yang jernih airnya sebagai
kebutuhan utama bagi penduduknya.
Dari jauh rombongan telah melihat penduduk bersama Rajanya
Powatu yang terkenal itu dengan sebarisan anak sekolah, siap menungu
kedatangan rombongan. Rombongan disambut dengan musik suling oleh
anak-anak sekolah tersebut. Sesudah itu rombonganke rumah Powatu.
Powatu memotong seekor kerbau untuk menjamu tamunya. Di waktu
omong-omong dengan Powatu, Sanusi mengatakan kepada Powatu
bahwa memotong kerbau di waktu sekarang tidaklah begitu penting,
mengingat banyaknya keperluan-keperluan yang harus disediakan

173
menghadapi masa-masa yang akan datang. Powatu mengatakan bahwa
kami memotong kerbau, adalah suatu penghormatan apalagi dalam
rombongan ada ikut anak dari Datu.
Mungkin Powatu menghormati rombongan begitu berlebihan
disebabkan dalam rombongan ada ikut Andi Achmad putera Datu dan
hal itu didasarkan kepada adat-istiadat.
Selain itu Powatu bersama baginda pernah belajar pada Sanusi
tentang ilmu-ilmu pertanian ketika mereka akan diangkat menjadi
menteri - pertanian (Landbouw Voorlichtingdienst) berdiam di rumah
Sanusi di Palopo. Tapi yang terpenting dari itu semua karena Powatu
hendak menyembunyikan dosanya sebab bukan rahasia lagi bagi umum,
ketika pendudukan Jepang, Powatu memberikan banyak wanita-
wanita muda kepada Jepang. Oleh perbuatannya yang keji itu, maka
Powatu selalu mempunyai kedudukan penting semasa Jepang berkuasa.
Sesudah makan malam, Sanusi memberi nasehat khusus kepada
Powatu dan meminta kepadanya sebagai orang yang bertanggung jawab
kepada keselamatan daerahnya beserta penduduknya, supaya mulai saat
itu berjanji benar-benar dalam hatinya akan mengobah segala sifat-
sifatnya yang buruk itu, dan berjanji pula akan berbakti dengan sekuat-
kuatnya membela kemerdekaan bangsa dan negara Republik Indonesia.
Menurut adat maka malam itu diadakan tarian lulo sebagai
penghormatan kepada tamu. Tari itu mendapat kunjungan banyak orang
dan berlangsung sampai pagi.
Kira-kira jam 09.00 pagi tempatuntukrapat umum sudah penuh
sesak dengan penduduk. Rapat umum itu berakhir pada jam 14.00.
Sehabis rapat umum rombongan terus berangkat ke Kolaka. Di Kolaka
telah menunggu-nunggu orang utusan Pemuda Kendari, Supu dan
Muhsen. Yang tersebut kemudian, ayahnya adalah sahabat karib Sanusi
sejak lama.

MENGIBARKAN BENDERA DI WAWOTOBI DAN


PEMUDA RAKYAT KENDARI BERGABUNG DENGAN PRI.

174
Baru saja beberapa hari rombongan dari Palopo itu berada di
wilayah Kolaka, pemuda-pemuda Kolaka telah sibuk dalam latihan
militerdandi sampingitu pegawai-pegawai negeri telah bekerja kembali
dalam semangat kemerdekaan karena di muka kantor-kantor mereka
berkibaran dengan megahnya bendera merah putih.
Atas permintaan Pimpinan PM Kolaka, maka dibentuklah suatu
seksi sandiwara di bawah pimpinan bahagian penerangan. Anggota-
anggota seksi tersebut terdiri daripada pemuda-pemuda dan pemudi-
pemudi. Seksi ini adalah suatu siasat menarik perhatian masyarakat
mengikuti segala penerangan-penerangan yang akan dilancarkan di
seluruh pelosok wilayah Kolaka. Seksi sandiwara ini dengan mudah
dapat dibentuk oleh karena Sanusi ada mempunyai sedikit pengalaman
dalam soal-soal sandiwara, begitupun Andi Achmad yang ada kepandian
tentang bunyi-bunyian.
Setelah berunding dengan utusan Pemuda Kendari tersebut di atas
maka rombongan penerangan tersebut melanjutkan perjalanannya ke
Kendari, kota pertahanan Jepang yang penting di masa perang. Di
Kendari itulah Jepang membuat satu lapangan terbang yang besar yang
bernama lapangan terbang Kendari Dua, kira-kira 27 Km jauhnya dari
kota Kendari (Kendari Satu).
Setelah melalui kampung Rate-rate yaitu batasKolaka dan Kendari,
pemandangan alam mulai bertukar. Kini di hadapan rombongan
terbentang sayup-sayup sampai tapi suatu dataran sangat luas, yang
ditumbuhi ilalang yang tinggi, sejenis rumput yang amat dalam akarnya
terhunjam ke bumi lebih daripada rumput-rumput yang lain sehingga
sukar sekali dibasmi. Ilalang inilah yang menguasai seluruh dataran luas
tersebut. Maka dengan sendirinya dataran ini sukar untuk dijadikan
kebun jika hanya mempergunakan alat-alat pertanian yang kuno. Tapi
jika dataran ini dapat memperoleh air yang cukup, maka dataran ini
dapat dijadikan sawah yang beribu-ribu hektar, sehingga Kendari tidak

175
akan jadi lagi daerah minus, maka sebaliknya Kendari dapat pula
mengexport betas ke lain tempat.
Meskipun begitu, dataran ini menjadi suatu tempat kesenangan
karena dataran ini menjadi sarang beribu-ribu rusa liar, menyebabkan
Kendari terkenal sebagai satu daerah yang banyak rusanya. Pegawai-
pegawai negeri, tentara dan lain-lain jika mereka datang di Kolaka atau
Kendari menjalankan tugas dengan mudah mereka dapat menembak
rusa-rusa tersebut sebagai lauk pauk. Malah ada pemburu-pemburu yang
memperdagangkan hasil buruannya itu berupa dendeng-dendeng rusa.
Waktu petang baru rombongan tiba di kota kecil Wawotobi.
Rombongan disambut baik oleh penduduk dan tokoh-tokoh terkemuka,
bersama La Sandara Raja Wawotobi. Sementara itu Supu dan Muhsen
telah mengatur suatu pertemuan dan suatu rapat umum untuk esok
harinya, supaya rakyat dapat mengetahui dengan sebenar-benarnya
tentang proklamasi kemerdekaan yang menggemparkan itu dan dengan
sendirinya tenaga-tenaga pemuda di daerah Wawotobi dapat
diorganiseer menjadi satu kesatuan pemuda yang kokoh dan mampu
membela dan mempertahankan daerahnya dari serbuan NICA kelak.
Demikianlah, maka pada malam itu juga pertemuan antara
rombongan dan raja Wawotobi dan lain-lain tokoh yag terkemuka
berlangsung dengan baik. Dalam pertemuan itu Kepala Penerangan
Pemuda menguraikan dengan Jelas beberapa soal-soal penting dalam
rangka kemerdekaan bangsa Indonesia beberapa tokoh terkemuka dalam
rapat itu menyatakan kesanggupannya untuk ikut berjuang
mempertahankan negara RI, bila benar-benar mendapat serangan dari
Belanda. Tentang penyusunan organisasi Pemuda Wawotobidiserahkan
kepada kedua utusan Kendari tersebut.
Pada keesokan harinya di waktu pagi untuk pertama kalinya,
diadakanlah upacara pengibaran bendera merah putih diiringi dengan
lagu kebangsaan, diikuti dan disaksikan oleh segenap penduduk dengan
khidmat. Sesudah itu barulah berlangsung secara hebatrapat umum yang
dihadiri beribu-ribu orang laki-laki dan wanita.

176
Pembicara-pembicara dalam rapat tersebut telah diatur lebih
dahulu mengingat Wawotobi adalah suatu tempat pusat Zending
Keristen yang masih berbau kolonial.
Dalam rapat itu beberapa pertanyaan yang dimajukan, hampir sama
dengan pertanyaan-pertanyaaa di lain tempat. Akan tetapi ada satu
pertanyaan rasanya perlu dimasukkan dalam buku ini. Pertanyaan itu
demikian :
Tadi ada disebut-sebut tentang demokrasi apakah maksudnya,
dan artinya, tanya seorang yang hadir.
Pertanyaan itu dijawab oleh Sanusi sebagai berikut :
Demokrasi artinya, kedaulatan rakyat, atau pemerintahan rakyat.
Perkataan itu, adalah bahasa asing, terdiri dari dua kata, yaitu demos
artinya rakyat, dan krasi artinya kekuasaan atau pemerintahan. Jadi
pemerintah demokrasi artinya pemerintahan yang dijalankan atas
kedaulatan rakyat.
Pemerintahan demokrasi dalam keadaan biasa atau dalam keadaan
normal, dijalankan oleh pemerintah untuk kepentingan hidup dan
penghidupan rakyat dan negara, setelah lebih dahulu disepakati oleh
rakyat atau wakil-wakil yang telah dipilih oleh rakyat sendiri.
Akan tetapi dalam negara kita ini pemerintahan demokrasi secara
langsung tak dapat dijalankan tetapi harus bertingkat-tingkat, artinya
rakyat harus mempunyai wakil-wakil oleh karena banyaknya rakyat
Indonesia. Maka untuk memudahkan jalannya pemerintahan baik di
pusat maupun di daerah-daerah maka rakyat harus memilik wakil-
wakilnya untuk duduk dalam dewan-dewan baik di pusat maupun di
daerah-daerah.
Akan tetapi meskipun begitu jika demokrasi itu tidak dipelihara
dasar-dadarnya, atau sebagai jiwanya bagi manusia, atau akar-akarnya
bila diumpamakan tanam-tanaman, tentu akhirnya demokrasi itu mati.
Jiwa daripada demokrasi itu di antaranya ada 3 yang penting.
a. Permusyawaratan.

177
Tiap-tiap tindakan yang akan diambil oleh Pemerintah, harus
dimusyawaratkan lebih dahulu dengan baik, sehingga mencapai
kata sepakat yang sempurna. Satu dua orang yang menentang
keputusan itu lantas hendak mengacau, terlarang.
Sebab jika demikian demokrasi itu mati. Tidak ada
musyawahmaka tidak ada pula demokrasi.
b. Rasa Tanggung Jawab.
Tiap-tiap anggotamasyarakatharus mempunyai rasa tanggung
jawab atas keselamatan sesamanya. Misalnya ada seorang yang
melihat jembatan di tempat yang sunyi hampir roboh, lantas
meniamkan bahaya tersebut, tapi harus ia berusaha begitu rupa
sehingga orang atau kereta terhindar dari bahaya. Jika orang itu
diam dan bermasa bodoh maka kemungkinana besar satu
kendaraan yang penuh penumpang jatuh hancur. Maka teranglah
orang tadi sangat berdosa dan harus bertanggung jawab tentang
kecelakaan itu.
c. Ada Batas.
Demokrasi itu mempunyai batas. Tidak boleh orang
mengertikan demokrasi itu bebas 100 % membikin semau-
maunya sebab jika demikian, maka masyarakat, selalu kacau.
Tentang batas ini kita misalkan seorang penduduk kampung
yang bertindak bebas 100 % dengan menebang semua pohon
kayu pusaka dari orang tuanya. Kayunya itu tumbuh di pinggir
satu jalan kecil. Jalan kecil itu terletak di tepi sungai yang
mengalir di kampung tersebut. Jalan itu adalah jalan yang
penting di kampung itu. Sudah sekian lama jalan itu tidak
pernah rusak, walupun dilanda banjir, oleh karena tebing sungai
itu amat kuat, lantaran akar-akar kayu orang kampung tersebut.
Pada satu ketika orang kampung tersebut menebang semua
pohon kayunya tersebut, untuk persediaan kayu bakarnya. Pada
mulanya orang itu merasa senang karena cukuplah baginya

178
persediaan kayu bakar untuk beberapa bulan lamanya dan tidak
lagi bersusah-susah mencari kayu bakar ke hutan.
Beberapa waktu sesudah itu banjir besar datang, maka tebing
sungai itu runtuh maka jalan kecil itu rusak pula, sehingga air
meluap menggenangi seluruh kampung, merusakkan kebun-
kebun dan sawah, menghanyutkan ternak, menyebabkan
kerugian besar menimpa semua penduduk kampung. Barulah
orangtadi sadar dan menyesal.
Jadi demokrasi ada batasnya. Jadi semua undang-undang
danperaturan-peraturan yang telah dibuat oleh Pemerintah bersama
dengan wakil-wakil rakyat tidak bolah dilanggar. Karena undang-
undang dan peraturan-peraturan tersebut adalah merupakan batas-batas
yang sudah ditentukan, sebab jika tidak, demokrasi itu mati, dan
kacaulah masyarakat dan negara, sebab di mana-mana terjadi
perampasan hak.
Demikian jawaban Sanusi.
Setelah rapat itu selesai, rombongan melanjutkan perjalanannya ke
Kendari. Kira-kira jam 01.00 malam baru rombongan tiba. Kendari
adalah suatu kota kecil ialah, tanahnya berbukit-bukit, terletak di tepi
teluk Kendari yang memanjang jauh ke dalam, sehingga orang
menyangka suatu sungai yang besar. Dengan sendirinya pelabuhan
Kendari menjadi baik, jauh dari gangguan gelombang dan angin.
, Paginya baru diketahui Tikaka Raja Kendari telah menyingkir
bersama keluarganya ke luar kota, entah ke mana perginya, sehigga
rombongan gagal tidak menemui raja tersebut.
Supu dan Muhsen sendiri tidak mengetahui apa sebab-musababnya
sampai Tikaka menyingkir. Tapi satu hal yanag tak dapat dibantah,
bahwa perbuatannya itu berarti ia telah melepaskan tanggung Jawabnya
terhadap keamanan rakyatnya. Tidak heran jika sewaktu rombongan
tiba, kota Kendari menjadi sunyi dan sepi sekali, akibat daripada
perbuatan raja tersebut.

179
Pada hari esoknya rombongan berangkat pulang ke Kolaka, setelah
dengan ikrar yang kuat Pemuda Rakyat Kendari menggabungkan diri
ke dalam PRI Cabang Kolaka dan cara penggabungan dan cara
pertahanan bersama akan diselesaikan kemudian oleh Supu dan Muhsen
dengan Pimpinan Pemuda Kolaka.
Di Kolaka, dihadapkan kepada rombongan dua orang tahanan pemuda
Kolaka. Orang ini diduga kaki tangan NICA, mereka datang dari
Kendari dengan menumpang perahu. Pada keduanya terdapat beberapa
lembar wang NICA dan lambang merah putih biru.
Kedua orang ini mempunyai keluarga di Palopo. Seorang adalah ipar La
Side, Pemilik Sekolah Palopo, dan yang seorang penulis telah lupa
namanya.
Atas pertimbangan, bahwa mungkin keduanya bisa berubah, kalau
diserahkan saja kepada keluarganya. Karena para keluarganya tersebut
tergolong dalam barisan pemuda.
Demikianlah, pada keesokan harinya rombongan bertolak kembali
ke Palopo dengan perasaan tenang, karena yakin bahwa Kolaka tidak
akan mudah ditembus begitu saja oleh NICA yang akan menggempur
Luwu melalui Kendari.
Sebagai penutup bahagian ini, marilah kita tilik sedikit pribadi-
pribadi tokoh-tokoh yang baru kita kenal :
Supu, seorang pemuda keturunan bangsawan Kendari. Pada waktu
itu ia jadi AIB (Ambtenaar Inlandsche Bestuur) di Kendari.Tapi
ialemparkan kedudukannya tersebut dan turut dalam barisan pemuda
menentang Belanda. Supu sorang berani, cepat bertindak.
Kedudukannya yang terakhir dalam perjuangan adalah Wakil Kepala
Penerangan ex Divisi PKR Luwu. Ia diburu NICA tapi tak dapat
ditangkap. Ia muncul setelah Belanda mengakui kedaulatan Indonesia.
Kini bekerja kembali sebagai pegawai negeri di Bau-Bau.
Muhsen, pemuda yang berani, pendiam, tidak banyak omong. Ia
keturunan Arab. Pada waktu NICA mendarat di kotanya (Kendari) di

180
bulan September, ia ditangkap. Dengan tidak ada pemeriksaanlebih
dahulu, ia ditembak mati oleh NICA.

e.SAKATA DIBUNUH RAKYAT

Pagi-pagi pada keesokan harinya rombongan tiba di Wawo. Waktu itu


gelombang besar dan angin kencang sekali, sehingga motorboot yang
sudah tua dan sarat muatannya terpaksa tenggelam. Untung bagi
rombongan, oleh karena air yang tohor tidak begitu jauh lagi dan dengan
segera nelayan-nelayan datang memberikan pertolongan. Tidak ada
korban jiwa, tapi barang-barang penumpang banyak yang hilang. Semua
wang dan barang H. Minhaj hilang dibawa ombak dan tenggelam di
dasar laut.
Setelah beristirahat semalam di Wawo, paginya rombongan
melanjutkan perjalanannya, sehabis memberikan instruksi-instruksi
kepada Pimpinan Pemuda Wawo. Yang terpenting supaya Pemuda
Wawo berangkat ke Kolaka mengambil satu motorboot cepat dari
tangan Jepang, dan jika Jepang tidak mau, rampas saja, karena motor itu
sangat perlu membawa pos, mengingat perjuangan kita, kebanyakan
menjadi lautan dan sungai-sungai. Jika motorboot itu telah ada
supayadisimpan saja buat sementara di Wawo.
Keesokan harinya rombongan tiba kembali di Sua-Sua. Kepada
rombongan disampaikan berita bahwa Sakata terdapat mati dalam satu
sungai kecil, dan tidak diketahui siapa yang membunuhnya. Kedua
wanita suku Manado yang Sakata tahan selama ini merasa girang oleb
karena keduanya telah bebas dari cengkeraman Sakata atas pertolongan
rakyat. Keduanya meminta kepada rombongan supaya dapat
menumpang ke Palopo. Meskipun motorboot sudah. sarat benar, atas
persetujuan masinis, keduanya dibolehkan menumpang.
Oleh karena perlu mengetahui segera situasi Palopo, dan untuk
mengetahui perkembangan Pemuda di Suli, maka rombongan tidak
langsung ke Palopo, tapi singgah di Suli lebih dahulu. Di Suli,

181
Sanusiberbicara melalui telepon dengan Pimpinan Pemuda di Palopo.
Keterangan dari Palopo, mengatakan, supaya berhati-hati setibanyadi
Palopo, sebab semua orang yang keluar masuk di kota Palopo, digeledah
oleh Australia yang mencari senjata.
Atas permintaan yang sangat dari Sanusi Daeng Sigera, Ketua
Pemuda Suli, maka pistol Kepala Penerangan Pemuda Pusat diberikan
kepadanya.
Rombongan tiba kembali di Palopo, pada pertengahan November
1945, dan terus mengadakan laporan kepada Pimpinan Pemuda dan
Datu. Sanusi ketemu dengan Komandan Australia, maka disampaikan
kematian Sakata.
M.Sanusi Daeng Sigera, Ketua Umum PRI Cabang Suli, seorang
pemuda yang rajin bekerja, berani, konsekwen, tegas dan cepat berpikir
dan bertindak. Seorang yang ramah tamah. la pernah menjadianggota
Hadat (Bali rante) tapi jiwa dagangnya lebih keras menariknya, maka
setelah ia lepas dari tahanan, ia langsung berdagang di samping sebagai
seorang Pemimpin PSII di Suli.

E. TENTARA AUSTRALIA MENGANCAM DATU


DENGAN SENJATA

Sehari dua setelah pulang dari Kolaka dan Kendari, datanglah panggilan
Datu untuk ikut mendengarkan sesuatu hal yang penting. Hari itu Datu
menerima permintaan berhenti Andi Jelling sebagai Pembicara Luwu
dan Andi Baso Lanrang sebagai Tomarilalang Luwu. Oleh karena kedua
anggota Hadat tersebut telah lama tidak aktif, maka permohonannya itu
diterima Datu dengan baik. Setelah dipertimbangkan sebaik-baiknya,
Datu menetapkan pula penggantinya.
Dengan demikian, maka susunan Kabinet Datu masa itu adalah
sebagai berikut :

Patunru : Andi Kaso, merangkap Petor Besar Luwu

182
Pabicara : Andi Pangerang Opu Tosinilele
TomarilaIang : Andi Mappanyompa Opu Daeng Pali
Balirante : Andi Hamid Opu Totenrioddang.

Pada saat mempertimbangkan permintaan berhenti kedua anggota Hadat


tersebut, tiba-tiba masuk ke istana tiga orang tentara Australia dengan
senjata tommygun dan seorang di antaranya membawa bendera.
Belanda dan langsung memerintahkan kepada datu, supaya bendera itu
dikibarkan di muka istana, mengganti bendera merah putih sementara
yang kedua yang mengangkat tommygunnya mengancam Datu. Adapun
orang-orang yang hadir di istana waktu itu: Datu, penulis, anggota-
anggota Hadat tersebut di atas, Dr. Rambitan Wakil Kepala Kesehatan
PRI. Dalam pikiran penulis, mungkin hari inilah penghabisan hidup
kami didunia.
Dalam peristiwa yang sangat penting dan berbahaya itu, tempaklah
keberanian dan ketenangan Datu dan lain-lain orang dalam istana waktu
itu. Dengan tenang Datu bangkit dari kursinya serta mengangkat
tangannya mempersilahkan tentara Australia itu, duduk di kursi. Ajakan
Datu tersebut, disampaikan oleh Dr. Rambitan dalam bahasa Inggeris.
Tapi ajakan itu ditolak oleh tentara tersebut. Sebaliknya mereka
mengancam terus dan bertanya; Mau kasih naik ini bendera, atau
tidak. Dengan tegas Datu menjawab, bahwa ia tidak mau menjawab
pertanyaan itu jika Australia tidak mau duduk. Akhirnya tentara
Australia itu terpaksa duduk. Sesudah itu Datu menjawab sebagai satu
diplomat ulung :
Kalau bendera itu saya kibarkan pasti saya dibunuh oleh rakyat
saya. Dan jika bendera merah putih yang sedang berkibar di luar saya
turunkan, saya pun pasti dibunuh oleh rakyat, jadi terserah kepada
Australia, demikian jawaban Datu.
Mendengar jawaban tersebut maka tentara Australia yang telah
kena pengaruh NICA itu terus pergi dengan tidak berkata-kata.

183
Sesaat kemudian meletuslah suatu insiden yang hebat di hadapan
Kantor Pusat Pemuda Luwu. Bendera merah putih yang berkibar di situ
akan diturunkan oleh Jepang atas perintah Australia sehingga terjadi
keributan oleh karena penurunan itu dicegah oleh pemuda, yang
kebetulan berada di kantor itu, di antaranya M. Jusuf Arief,
Abdulrahman Usman, Abu Umar. Mereka mempertahankan bendera itu
secara mati-matian. Akhirnya ada beberapa pemuda yang ditawan oleh
tentara Australia. Setelah tentara itu pergi maka bendera itu dikibarkan
kembali oleh pemuda-pemuda dengan menyanyikan Indonesia Raya
dipimpin oleh Radhi Abdullah, sedangkan bendera di muka gedung
nasional tidak diusik-usik.
Insiden itu adalah suatu siasat NICA untuk memancing timbulnya
kekacauan dengan memperalat tentara Australia dan Jepang. Jika
kekacauan timbul, mereka mempunyai alasan untuk mempersalahkan
gerakan kemerdekaan rakyat, terutama di Luwu, oleb karena di daerah
Luwu inilah terdapat aksi kemerdekaan yang serempak sejak dari
rajanya, anggota-anggota hadatnya, pemuda-pemudanyadan rakyat
banyak menentang Belanda.
Pada malamnya kembali istana Datu dikunjungi tentara Jepang atas
perintah tentara Australia. Jepang itu memberi tahukan kepada Datu
bahwa mereka harus menempel dan menggantungkan beberapa lembar
plakat di beberapa tempat dalam kota. Rupanya Australia meminta lebih
dahulu kepada Datu tentang pemasangan plakat itu,karena mereka telah
melihat akibatnya waktu penurunan bendera.
Kebetulan pada ketika itu, A.H. Hajarati berada di Palopo sebagai
wakil Gubernur Ratulangi. Permintaan pemasangan plakat itu dengan
kontan ditolak oleh Pemerintah Kerajaan bersama dengan Pimpinan
Pemuda, karena plakat itu berbau NICA, mengandung racun kolonial
dan mempunyai tujuan memancing adanya kekacakuan diLuwu. Akan
tetapi meskipun Datu telah memberi keterangan-keterangan dengan
alasan keamanan, namun Australia tetap akan memasang plakat-palakat
itu pada keesokan harinya.

184
Atas kebijaksanaan A.N. Hajarati akhirnya permintaan Australia
itu diterima dengan satu syarat yang mengandung siasat. Plakat itu boleh
digantung akan tetapi harus di jaga dengan tentara yang bersenjata
lengkap. Syarat itu diterima oleh Jepang utusan Australia tersebut.
Syarat itu bermaksud, pertama, supaya jangan ada orang yang
membacanya, kedua, jika Jepang yang menjaga itu digempur oleh
pemuda-pemuda dan rakyat, maka dapatlah Australia melihat, bahwa
semangat kemerdekaan di Luwu bukanlah suatu aksi-aksian saja, akan
tetapi adalah suatugerakan yang timbul dari dalam jiwa rakyat.
Paginya, plakat-plakat tersebut mulai digantung oleh tentara
Jepang yang bersenjata lengkap dan tinggal menjaganya. Tak lama
kemudian berdatanganlah pemuda-pemuda di tempat-tempat di mana
plakat itu digantung, langsung merobek dan menginjak-injak plakat itu
dan menghantam tentara Jepang yang menjaganya, karena
merekahendak melarang pemuda-pemuda menurunkannya. Jadi hari itu
terjadi suatu perkelahian yang hebat yang menggemparkan kota. Banyak
dari orang-orang Jepang itu lari hendak menyembunyikan dirinya. Tapi
mereka diburu oleh pemuda dan rakyat. Di antara orang-orang Jepang
yang diburu itu, ada yang meloncat ke sawah yang sedang berlumpur
sehingga terjadi perkelahian di tengah-tengah lumpur menyebabkan
mereka merupakan kerbau yang berkubang. Akhirnya orang-orang
Jepang itu minta ampun.
Sementara itu keluarlah Australia dari markasnya melakukan
operasi dengan berkendaraan jeep. Dalam operasinya itu mereka
menawan lagi beberapa orang pemuda sehingga berjumlah tujuh orang.
Pemuda yang ditahan itu ialah :
1. Jabir alis Bulu
2. M. Thaha
3. Mallu
4. Mallaniung
5. Abduljawad
6. Damis Kasim

185
7. Abu Umar
Dari nomor 1 sampai 5 adalah pemuda pimpinan M. Jusuf Setia Wakil
Kepala Polisi Istimewa PRI.
M. Jusuf Setia, adalah bekas Kaigun Heiho, pemuda pemberani,berhati
keras, konsekwen, cepat bertindak, tapi baik hati. Setelah lepas dari
tahanan Selanda, ia melanjutkan pelajarannya ke Jakarta.

G. MEMENUHI DR. RATULANG GUBERNUR SULAWESI


YANG SEDANG DITAWAN OLEH AUSTRALIA
DI WATAMPONE
Memperhatikan betapa gentingnya suasana pada bulan November ini,
maka pimpinan pemuda mengadakanrapat lengkap untuk merundingkan
suasana yang sudah sangat gawat itu, guna menentukan suatu garis
perjuangan dalam soal perlombaan antara Gubernur Sulawesi dan NICA
yang tengah berlangsung dengan serunya.
Dalam rapat tersebut diputuskan untuk mendesak Gubernur
Sulawesi supaya Gubernur cepat bertindak dengan tidak usah menunggu
nasib petisinya. Jadi dari sekarang juga dengan tegas ia harus
menyatakan di hadapan siapa pun bahwa dialah Gubernur Sulawesi dan
inilah susunan Pemerintahan Sulawesi dengan tentaranya yangresmi
untuk menjaga keamanan dengan tidak memperdulikan diakui atau
tidak, apalagi di Java TKR telah diakui oleh Sekutu.
Untuk melaksanakan keputusan tadi dua orang ditetapkan untuk
menemui Gubernur yang ketika itu berada di Watampone, yaitu Kepala
dan Sekertaris Penerangan Pemuda Pusat Luwu M. Sanusi
DaengMattata clan La Side.
Supaya perjalanankedua utusan yang mengandung rahasia itu,
jangan diketahui orang lain, pada malam itu juga sesudah rapat selesai,
yaitu kira-kira jam 02.00 dinihari utusan tersebut berangkat ke
Watanpone dengan menggunakan oto Datu, satu-satunya oto yang masih
dapat ketihatan oleh Australia, berhubung adanya perintah untuk
menahan semua oto yang berjalan, kecuali yang mempunvai izin

186
daritentara Australia. Larangan menjalankan oto terang suatu siasat licik
NICA. Dan NICA ini bermaksud untuk melumpuhkan gerakan pemuda
dan kaum republikein, sebab dengan tidak adanya perhubungan antara
perbagai gerakan pemuda di Sulawesi Selatan ini, maka dengan
sendirinya kekuatan Pemuda gampang dipatahkan.
Oto yang dipergunakan utusan tersebut distir oleh supirnya sendiri
bernama Sabang, seorang yang patuh, sabar dan berjiwa merdeka
sebagai rajanya.
Untuk penjagaan diri, Sanusi membawa sebuah pistol. Kira-kira
jam empat dinihari, utusan tiba di kota kecil Siwa. Dari jauh kelihatan
dua orang tentara Australia memberi tanda supaya oto berhenti. Sanusi
segera menggaet paha La Side sambil berkata :Bahaya, marilah kita
berdoa kepada Tuhan Yang Mahakuasa, moga-moga kita selamat dari
bahaya ini, sebab jika kita tertangkap, kita tidak akan dikembalikan ke
Palopo, sebab Siwa ini sudah termasuk daerah Wajo. Tentu kita dibawa
ke Sengkang, dan akhirnya ke Makassar. Di Makassar pasti kita
menderita nasib yang pahit, disiksa oleh orang-orang NICA, atau
dibunuh secara rahasia.
Sabang coba sembunyikan pistol ini, sebab jika Australia
mengetahui kita membawa senjata api, pasti kita tertangkap, kata
Sanusi kepada Sabang. Mendengar itu, Sabang berjalan lambat, supaya
ada tempo untuk menyembunyikan pistol tersebut. Mulanya terpikir oleh
Sanusi hendak melemparkan pistol itu ke tengah sawah, tapi
disayangkanjangan-jangan tak dapat lagi dipergunakan, karena terendam
di air. Akhirnya, Sabang menyembunyikan pistol itu, di bawah jendela
angin otonya.
Saat yang penting tiba. Oto berhenti, dan ketiga penumpangnya
berdebar-debar hatinya, tetapi tetap selalu berharap kepada Allah. Kedua
tentara tersebut mendekati oto dengan tidak berkata-kata. Pertama merek
oto yang diperiksa, lalu keterangan yang direkat di kaca, Oto Dati-Raja
Luwu, kemudian menjenguk ke dalam dan memperhatikan tampang
kedua utusan dan sopir, dan melihat di tentang jendela angin oto.

187
Akhirnya kedua tentara Australia itu mundur sedikit dengan tidak
mengadakan penggeledahan. Kemudian salah satu di antaranya berteriak
Allright. Mendengar itu, segera Sanusi menyuruh Sabang berangkat
cepat. Perasaan aman dalam jiwa baru pulih kembali, setelah melintasi
kota kecil Siwa tersebut. Sebenarnya saya sudah siap untuk
mengucapkan satu dua bahasa Inggeris kepada tentara tadi, oleh karena
bahasa itu telah dua bulan saya pelajari. Maksud saya hendak
menggertak tentara tersebut, memperlihatkan bahwa kita ini bukan
sembarang orang, kata Sanusi kepada kawannyasambil tertawa.
Sebenarnya pistol ini, ingin saya lemparkan ke sawah karena inilah yang
sangat berbahaya. Surat-surat mandat yang diberikan oleh Pimpinan
Pemuda dan Pemerintah Kerajaan,tidakbegitu berbahaya, karena tidak
termasuk tugas tentara Australia, sebab mereka tidak mencampuri
urusan Pemerintahan, kata Sanusi lebih lanjut.
Saya tidak pikirkan itu semua, hanya hati saya bertekun mendoa,
kata La Side tersenyum.
Kita harus lebih hati-hati dan waspada, oleh karena perjalanan
kita ini, sangat berbahaya. Dimana-mana kini jaring-jaring mata-mata
NICA tersebar luas, terutama di luar Luwu kata Sanusi.
Kira-kira jam sebelas pagi utusan tiba di kota kecil Paria yang
berbukit-bukit. Sesuai dengan rencana, utusan singgah untuk berbicara
dengan Andi Pangerang Petor Besar Bone melalui telepon.
Atas pertolongan pegawai telefon, Sanusi dapat bicara dengan
Petoro Besar dan Andi Pangerang. Dengan hati-hati sekali Sanusi
berbicara dengan Andi Pangerang, sambil memperhatikan gerak-gerik
orang-orang yang ada di kantor telefon. Sanusi mengatakan, bahwa kami
adalah utusan Datu Luwu (sengaja nama pemuda tidak disebut), perlu
bertemu dengan bapak Gubernur. Harap disampaikan kepada beliau
supaya menyediakan waktu untuk kami.
Oleh karena Andi Pangerang mengenal suara Sanusi,andi
Pangerang mengatakan kesangupannya untuk memberi tahu Gubernur.

188
Hari itu utusan tak dapat sampai di Watampone, pertama jalanan
buruk, kedua oto sengaja dilambatkan mengingat banyak yang sudah tua
benar.
Petang hari utusan tiba di kota Sengkang yang terletak di tepi sungai
Walannae yang panjang dan besar itu. Walaupun kota ini jauh letaknya
dari laut, tapi setiap hari penduduknya selalu makan ikan basah basil
dari laut tawar, yaitu danau Tempe yang banyak sekali menghasilkan
ikan, menyebabkan Sengkang terkenal dengan nama Kota Kandea,
yaitu nama ikan sepat yang dalam setahun beribu-ribu ton hasilnya, dan
diexport ke luar Wajo.
Utusan singgah di rumah guru Anwar, seorang pelopor pemuda di
Sengkang, untuk beristirahat sambil meneliti keadaan di Wajo.
Anwar mengatakan bahwa gerakan pemuda di Wajo tidak begitu
bebas dan leluasa, berhubung sikap Pemerintah Kerajaan Wajo tetap
dingin, lebih-lebih setelah tentara Australia berada di Sengkang. Tapi
jika kiranya kami ada senjata, kata Anwar lebih jauh, pemuda mungkin
dapat bergerak lebih luas. Sebab itu Anwar meminta kiranya bisa
memperoleh senjata, biarpun umpama hanya sebuah saja.
Sesudah mengucapkan terima kasih kepada Anwar yang baikhati
itu, utusan segera berangkat, karena melihat suatu gelagat yang
mencurigakan. Waktu itu ada satu dua orang yang memperhatikan oto
tumpangan utusan tersebut. Maka untuk menjaga diri dan diri Anwar
maka utusan tidak jadi bermalam di Sengkang. Sebelum naik oto, Sanusi
berpesan pada Anwar, bahwa jika ada orang bertanya siapa kami,
katakan saja teman sejawat saya dari Pare-pare yang datang
membicarakan soal pengajaran dan pendidikan.
Kira-kira jam lima petang utusan tiba di Kampiri ibu-kota distrik
Pammana. Yang memegang pemerintahan di Pammana waktu itu, ialah
Bestuur Assistent Abdurrazak Dg. Patunru, menggantikan buat
sementara Aru Pammana Kepala Distcik. Maka utusan singgah, karena
Abdurrazak adalah kenalan baik dari Sanusi, apalagi isteri beliau adatah
pamili Sanusi.

189
Beliau menyambut utusan dengan sedikit heran, karena tiba-tiba
ada orang dari Palopo yang sangat jauh itu, dapat sampai di daerahnya
dalam keadaan sangat sulitnya perhubungan. Abdurrazak sangat girang
dan meminta kepada utusan, supaya tinggal bermalam. Dikatakannya
bahwa berjalan malam seperti keadaan sekarang dalam jarak yang jauh,
banyak bahayanya. Dan juga beliau ingin mengetahui tentang keadaan
di Luwu. (Abdurrazak Dg. Patunru, pernah bertugas di Luwu di muka
perang sebagai B.A.).
Oleh karena permintaannya yang bersungguh-sungguh, terpaksa
utusan bermalam di Kampiri. Abdurrazak Dg. Patunru adalah seorang
republikein seperti juga Pakki Dg. Masiga, akan tetapi kurang sekali
pendengarannya tentang situasi sesudah proklamasi kemerdekaan.
Malam itu dipergunakan oleh Sanusi sebaik-baiknya dengan
memberikan keterangan-keterangan kepada Abdurrazak Dg. Patunru dan
beberapa orang lainnya di kampung itu. Diterangkannya siapa-siapa
utusan Sulawesi ke Jakarta sebagai utusan rakyat turut
memperbincangkan kemerdekaan, tentang terbentuknya Negara
Republik Indonesia, tentang Undang-undang Dasarnya, tentang
Departemen-departemen dan Menteri-menterinya, Propinsi-propinsi dan
Gubernur-Gubernurnya, dan sifat Kabinet ketika itu, tentang
diangkatnya Sutan Syahrir sebagai Perdana Menteri sehingga Kabinet
berubah sifatnya, tentang kedatangan Australia di Makassar, Palopo dan
lain-lain tempat serta tugas dan kewajubannya, tentang diakuinya TKR
oleh sekutu, dan lain-lain keterangan dalam rangka kemerdekaan.
Semua keterangan-keterangan tersebut sangat menggembirakan Dg.
Patunru dan lain-lain orang yang hadir pada malam itu.
Keesokan harinya utusan mempunyai sedikit kesempatan
menziarahi makam almarhum Haji Saenong seorang alim besar Islam
yang terkenal di Luwu, Wajo, Bone, bahkan di selurub Sulawesi
Selatan.

190
Kemudian utusan segera berangkat. Kira-kira jam 9.30 pagi utusan tiba
di kota Watampone, langsung ke rumah Andi Pangerang Petor Besar
Bone.
Apa hendak dikata karena pagi itu, Gubernur telah diambil oleh
tentara Australia dan harus dibawa ke Makassar hari itu juga. Tapi oleh
permintaannya yang keras kepada tentara Australia, sehingga beliau
diberi sedikit waktu untuk menunggu kedatangan utusan dari Palopo itu.
Beliau memesankan kepada Andi Pangerang, bahwa jika utusan itu telah
datang, biarlah saya bertemu di rumah Andi Pangerang saja. Ya, asal
tertemu, oleh karena tidak ada lagi kesempatan bercakap-cakap.
Kira-kira seperempat jam kemudian, Gubernur datang dengan jeep
dikawal oleh beberapa orang tentara. Oleh karena Gubernur telah
mengenal baik Sanusi, maka berkatalah Gubernur dalam bahasa
Inggeris, bahwa jam itu beliau harus berangkat ke Maksssar, dan supaya
ia ditunggu kedatangannya kembali, dan dimintanya utusanmenjumpai
isterinya. Tapi jika ada kesempatan supaya beliau disusul ke Makassar.
Sesudah itu, beliau terus berangkat, sehingga tidak ada lagi waktu
utusan itu berbicara. Beliau pergi dengan tidak berjabat tangan lagi
dengan seorang pun, karena Australia telah mendesak.

G. MENUNGGU Dr. RATULANGI


YANG TIDAK PULANG LAGI

Sementara itu, keadaan di kota Watampone kelihatan gawat, dan


tidak ramai seperti biasa. Yang kelihatan satu dua orang berjalan kian
kemari hanya orang-orang dagang. Bila mereka bertemu, berdirilah
sebentar di pinggir jalan membicarakan soal perdagangan mereka,
karena waktu itu, bahan-bahan keperluan sehari-hari sukar diperoleh.
Keadaan yang gawat iltu, disebabkan oleh karena umum telah
mengetahui bahwa Gubernur Sulawesi ditawan oleh tentara Australia.
Sementara menunggu pulangnya Gubernur utusan dari Palopo
tersebutmenumpang pada satu hotelCina yang sudah penuh sesak,

191
sehingga Sanusi dan La Side sewaktu-waktu harus memasang kuping
mendengar omongan-omongan penumpang hotel tersebut, maka tidak
ada lain pembicaraan mereka, kerta rokok, kain belacu, gula pasir,
dan lain-lain. Tidak ada mereka menyebut-nyebut tentang kemerdekaan.
Pada hari ditawannya Gubernur, Sanusi mempergunakan sedikit
waktu untuk mengunjungi beberapa sahabatnya seperti Mapparessa dll.
kemudian dengan sengaja berjalan kaki mengitari kota. Benar-benar
kota Watampone waktu itu, sunyi sepi, yang sedikit ramai hanya di
pasar, akan tetapi sedikit pun tidak ada dijual barang-barang seperti
tersebut di atas.
Kota Watampone ialah ibu kota kerajaan Bone, yang berpenduduk
kira-kira 1.000 jiwa, Kerajaan Bone berpenduduk kira-kira 900.000
jiwa, termasuk Soppeng dan Wajo. Waktu itu, Kerajaan Bone dipimpin
oleh baginda Andi Mappanyukki dan sebagai Petor Besar, putera
Baginda.
Di kota ini, terdapat satu mesjid raya yang besar dan indah.
Pembangunan mesjid tersebut, adalah atas usaha baginda Andi
Mappanyukki sendiri. Mesjid inilah yang terbesar dan terindah di
seluruh Sulawesi Selatan.
Pelabuhannya terletak di kampung BajoE, kira-kira 6 km dari kota
Watampone,akan tetapi tidak dapat disinggahi kapal api, sebab topor.
Jalan-jalan dalam kita kelihatan bersih. Rumah-rumah penduduk teratur
letaknya. Watampone mempunyai satu tanah lapang sepak bola yang
terkenal baik. Tanah lapang itu atas usaha Andi Pangerang yang terkenal
sejak dahulu seorang pemain sepak bola yang ulung. Tidak jauh dari
luar kota Watampone terdapat tempat permandian yang indah dan sejuk
airnya, yaitu permaindian Wawolangi dan permandian Lanca.
Setelah dua hari di kota Watampone, La Side minta supaya ia
berangkat ke Makassar mengikuti Gubernur, moga-moga ia dapat
bertemu dengan beliau, sebab rupanya mungkin Gubernurlamabaru bisa
pulang ke Makassar. Sanusi tidak keberatan malah itulah yang sebaik-

192
baiknya. Kebetulan sekali ada satu oto hari itu akan berangkat ke
Makassar, maka hari itu berangkatlah La Side ke Makassar.
Sejakperceraiantersebut, tidak pernah lagi kedua utusan itu
bertemu sampai kepada pengakuan Belanda atas kedaulatan bangsa
Indonesia di bulan Desember 1949.
Pada malam sesudah La Side berangkat, Sanusi mengunjungi isteri
Gubernur, berjalan dengan hati-hati sekali supaya jangan ketahuan oleh
mata-mata NICA, isteri Gubernur sangat girang sewaktu Sanusi
memperkenalkan diri, karena ia memang telah mengetahui akan
kedatangan utusan dari Palopo itu, pada wajah isteri Gubernur,
terbayang sedikit kesedihan, oleh karena selain suaminya telah ditawan,
puterinya pun barusan itu ditangkap oleh tentara Australia.
Isteri Gubernur mengatakan, bahwa sehari sebelum Gubernur
ditawan, ia telah mengetahui akan kedatangan Utusan dari Palopo itu,
Gubernur waktu itu sangat girang, kata isteri Gubernur lebih lanjut,
berhubung akan kedatangan utusan itu yang memang Gubernur sangat
harapkan, karena mungkin beliau dapat memperoleh garis-garis tepat
dalam perjuangan yang telah meningkat begitu hebatuya di waktu
menentang NICA. Tapi sayang kata isteri Gubernur selanjutnya
beberapa-jam sebelum Gubernur berjumpa dengan utusan, Gubernur
ditawan oleh tentara Australia, dan langsung akan dibawa ke Makassar.
Hanya oleh karena permintaannya yang keras, Gubernur diluaskan
menunggu utusan itu dengan sarat tak boleh berkata-kata dengan utusan
tersebut. Tapi meskipun begitu, Gubernur merasa mendapat
kemenangan dengan adanya utusan tersebut dalam pertemuan yang
luar biasa, sehingga ternyata kepada siapa pun juga, bahwa Dr.
Ratulangi, adalah seorang pemimpin dan seorang Gubernur yang
mempunyai dukungan luas terutama dari kalangan Pemuda dan rakyat
Luwu umumnya yang terkenal keteguhan pendiriannya.
Tentang penahanan puteri Gubernur, disebabkan puteri Gubernur
tersebut dengan marah mencabut dan merobek-robek pelakat-pelakat
yang ditempel tentara Australia di tempat-tempat yang penting, palakat

193
mana adalah propaganda NICA yang licik. Sehabis ia merobek-robek
palakat itu, ia berseru di muka umum bahwa palakat itu bohong, omong
kosong, ini adalah palakat NICA penjajah.
Pada waktuSannsi tanyakan tentang penahanan puteri Gubernur
tersebut kepada Andi Pangerang, beliau katakan telah dalam
penyelesaian. Berhubung dengan itu, maka mungkin kita akan
mengadakan lagi satu konferensi dengan tentara Australia, karena
tindakan memasang palakat, bertentangan dengan pengakuan Australia
sendiri, yang tidak akan mencampuri urusan pemerintahan. Dan jika
tidak ada keterangan tegas dari Australia, dan palakat-palakat itu terus
ditempel di mana-mana, maka sukarlah bagi Australia menjaga
keamanan. Kemudian. Sanusi menanyakan sekali lagi tentang nasib
Gubernur, Andi Pangerang mengatakan, bahwa sampai pada saat itu ia
tidak memperoleh sesuata kabar tentang beliau. Mungkin beliau tidak
akan putang lagi ke Bone. Baiklah beliau jangan ditunggu lagi, supaya
waktu jangan terbuang cuma-cuma.

I. GARA-GARA SATU PISTOL,


YANG MEMINTA BANYAK ONGKOS.

Oleh karena masih perlu mengadakan pertemuan dengan Pimpinan


Pemuda Bone yang telah masuk sebagai anggota tersiar
PemudaRepublik Indonesia Luwu seperti Chalid Husain, Zubair
Husain dll. maka Sanusi menunda perjalanannya pulang kePalopo sehari
lagi.
Dalam pada itu, suasana kota Watampone semakin tegang sesudah
peristiwa penahanan puteri Gubernur. Pemuda-pemuda Bone kelihatan
bersemangat, seakan-akan mereka mendapat angin baru, sehingga ada
yang langsung hendak menghantam tentara Australia. Di samping itu,
tentara Australia telah beraksi pula, yaitu mengadakan penggeledahan
secara diam-diam kepada orang yang dicurigai. Aksi itu mereka

194
lakukan, baik di hotel-hotel, maupun di rumah-rumah, serta di toko-toko
dan di pasar. Tindakan yang dijalankan tentara Australia itu, adalah
sesuai dengan tugasnya menjaga keamanan. Akan tetapi yang sangat
disesalkan, oleh karena dalam hal inilah NICA dapat melaksanakan
siasatnya untuk menjerumuskan lawannya. Dengan demikian, pistol
Sanusi menjadi sulit keadaannya. Di mana pistol itu harus
disembunyikan, karena di hotel rupanya tidak dapat lagi, oleh karena
hotel-hotel itulah yang menjadi sasaran terpenting bagi mereka.
Pada keesokan harinya, dua Pemuda yang menumpang di hotel di
mana Sanusi juga menumpang, asal dari Sengkang ditangkap oleh
tentara Australia. Melihat keadaan yang berbahaya itu maka setelah
tentara itu pergi membawa tawanannya segera Sanusi ke luar dari hotel
dan membawa pergi pistolnya untuk disembunyikan. Setelah
mendatangi dua tiga pejabat yang berjiwa republikein untuk meminta
pertolongannya supaya pistol itu dapat disimpan di rumahnya untuk satu
malam saja, tetapi tidak ada seorang yang berani, oleh karena
kemungkinan rumah mereka juga digeledah, terpaksa Sanusi pergi ke
dekat mesjid raja Bone, karena di sana ada beberapa orang dari Palopo
bertempat tinggal. Dapatlah seorang yang masih muda umurnya yang
sanggup menyimpan pistol itu untuk semalam.
Pada malamnya, berkumpullah beberapa orang Pemimpin Pemuda
di rumah A. Nonci, untuk suatu rapat pertemuan dengan Sanusi. Rapat
itu diatur secara rahasia. Di antara yang hadir, ialah Zubair Husain,
Chalid Husain, A. Nonci dll.
Pertemuan ini, berlangsung kira-kira hanya sejam, karena
ditakutkan kepergok oleh Australia dan kaki tangan NICA. Disarankan
oleh Sanusi, supaya Pemuda-pemuda Bone terus berjuang biarpun dalam
keadaan bagaimana, demi hak dan keadailan. Dan Pemuda-pemuda
Bone harus diorganiseer begitu rupa supaya tenaganya jangan terserak-
serak, karena yang demikian sangat menguntungkan NICA. Sanusi juga
berjanji, akan berusaha mengirim ke Bone satu dua senjata ringan, oleh
karena dalam penyelidikan Sanusi, memang pemuda di Bone belum

195
mempunyai senjata api. Atas pertanyaan-pertanyaan yangdemikian,
Sanusi menjelaskan dengan pendek jalannya perkembangan pada masa
itu, sehingga dengan pasti kita akan bertarung dengan NICA, oleh
karena NICA tidak hendak insaf akan tuntutan bangsa Indonesia.
Sesudah rapat, Sanusi ke rumah Andi Pangerang untuk pamitan, karena
pagi-pagi sekali akan meninggalkan Watampone.
Kata Sanusi kepada Andi Pangerang, bahwa tidak mungkin lagi
Gubernur akan pulang ke Bone, malah menurut keadaan politik, pasti
beliau ditahan terus, sebab tentunya NICA berusaha demikian, karena
beliaulah lawannya yang utama, dan sudah tentu Australia menahannya
dengan alasan keamanan. Oleh sebab itu seluruh rakyat Luwu, telah
membulatkan niat akan membela dan mempertahankan pertanyaan Datu.
Mereka tidak akan membiarkan NICAberkuasa di Luwu secara biasa,
kecuali dengan secara paksa, yakni sesudah mengalahkan rakyat Luwu.
Andi Pangerang merasa terharu mendengar keterangan-keterangan
Sanusi, dan mengatakan bahwa dia pun telah sepakat dengan Raja Bone
dan lain-lainnya, akan menentang terus NICA jika datang di Bone.
Pagi-pagi sekali, Sanusi telah berada di atas oto akan berangkat
pulang. Lebih dahulu ke rumah orang Palopo untuk mengambil
pistolnya. Orang itu tidak di rumahnya. Menurut kawannya, dia pergi
keluar kota dengan tidak diketahui tempatnya. Agar supaya tidak
menimbulkan curiga, maka Sanusi tidak mempergunakan oto untuk
mencari orang itu.
Berjalan kaki berganti-ganti dengan naik dokar, Sanusi memasuki
lorong-lorong mengitari kota Watampone, namun tak berjumpa orang
itu. Ongkos pembayar sewah dokar telah banyak, sehingga wang dalam
kantong Sanusi tinggal beberapa lembar lagi.
Menjelang jam 11.00 pagi, baru orang itu diketemukan tidak jauh
dari mesjid raya pada satu jalan kecil, tengah menyandang pistol itu
dipinggangnya dengan gaya sebagai seorang cowboy.
Ya, kenapa engkau sampai begitu? tanya Sanusi.

196
Tangan saya gatal hendak menembak orang-orang NICA yang
banyak sekali bersarang dalam kota ini, katanya sambil memberikan
pistol itu kepada Sanusi dengan bangga.
Segera Sanusi mengambil pistol yang telah banyak memakan ongkos
itu, serta mengucapkan banyak terima kasih, seraya memberi tahu
sabang berangkat cepat-cepat.

J. ANDI PAGGARU MENDAPAT PISTOL.

Setelah tiba di Kampiri, Sanusi singgah sebentar berjumpa


denganAbdurrazak Dg. Patunru.Sanusi mengatakan kepada Abdurrazak,
bahwa sekarang semua kaum republikein harus lebih berhati-hati dan
terus waspada, oleh karena Gubernur Sulawesi telah ditawan oleh
tentara Australia. Hal ini, adalah siasat busuk yang direncanakan oleh
NICA lebih dahulu. Sesudah minum teh, Sanusi melanjutkan
perjalannya.
Sepanjang jalan, sejak dari kota Watampone sampai di batas Wajo,
keadaan sangat sepi. Setiap oto yang melintas mengejutkan orang-orang
kampung. Rakyat seluruhnya telah mengetahui dan merasa, bahwa akan
timbul kelak satu pertarungan yang dahsat antara Belanda dan
Indonesia. Rakyat tahu, bahwa Belanda berusaha akan kembali
menjalankan, pemerintahannya sebagai dahulu. Tapi meskipun pada hati
rakyat ada keinginan hendak merdeka, tidak mau lagi diperintah oleh
Belanda, tapi menurut pandangan Sanusi, rakyat yang berada di
kampung-kampung di luar kota Watampone dalam keadaan bingung,
tidak tahu apa yang akan diperbuatnya kelak. Rakyat ini sangat
memerlukan pemimpin-pemimpin yang akan menunjuki mereka jalan
maju menentang Belanda bila Belanda datang. Tetapi pimpinan inilah
yang tidak ada pada rakyat. Hal itu terang dapat dilihat dan dirasakan
jika dibandingkan dengan di daerah Luwu. Di Luwu, jangankan tiap-tiap
Kecamatan, malah tiap-tiap kampung mempunyai cukup pemimpin

197
terdiri dari anggota PRI, yang setiap waktu siap untuk
menggerakkanrakyat bila telah tiba masanya.
Pandangan Sanusi ini, disampaikan kepada Anwar sewaktu ia tiba
di kota Sengkang, dengan permintaan supaya hal itu mendapat perhatian
penuh dari Pemimpin Pemuda Wajo.
Oleh karena perut Sanusi dan Sabang sudah mulai lapar, maka
Sanusi minta kepada Anwar, kiranya dapat secepat mungkin
dikumpulkan pemuka-pemuka yang lain sementara ia makan di warung.
Sebab ia ingin menyampaikan hasil perjalannya ke Bone, dan
diperingatkan supaya pertemuan itu tidak diketahui oleh mata-mata
NICA yang kini banyak tersebar.
Di dalam oto, Sanusi segera mengganti pakaiannya yang sedikit
bersih dan memakai dasi, seakan-akan seorang yang kebelanda-
belandaan, lantas ke tengah kota dekat pasar sentral untuk mencari
warung nasi yang baik. Mereka mencari warungnasi, sesudah mencabut
tanda oto yang ada di kaca depan. Waktu itu, kira-kira jam 7 malam.
Sanusi sengaja memasuki satu warung yang kebetulan banyak tamunya,
dan untung baik karena tak ada seorang pun di warung itu yang
mengenal Sanusi atau Sabang. Sanusi masuk ke warung itu, dengan
lagak seakan-akan seorang yang harus dihormati. Setelahmemeriksa
keadaan lauk-pauk dalam satu lemari tidur yang berkawat, Sanusi
lantas memberi tahu kepada yang punya warung dalam bahasa
Indonesia, supaya disediakan untuknya, ini dan itu sesuai dengan apa
yang ia tunjuk dalam lemari tidur tadi. Pada waktu itu, perhatian
tamu-tamu di warung itu tertuju kepadanya.
Ketika duduk bersama sabang menghadapi hidangan, Sanus
mengangguk-anggukan kepalanya kepada tamu-tamu yang lain seraya
tersenyum dan mengajak mereka makan bersama-sama. Ajakannya itu
disambut mereka dengan ucapan terima kasih.

Sementara makan, Sanusi mengeluarkan satu buku kecil dari


sakunya (pelajaran bahasa Inggeris) dibacanya selagi mengunyah

198
makanan. Dengan aksinya yang demikian, maka orang-orang di
warungtersebut sedikitnya akan mengira bahwa Sanusi itu adalah mata-
mata kelas II yang sengaja disebarkan NICA ke mana-mana.
Tak lama kemudian, seorang tamuyang memakai kemeja warna
merah tua, sarung Bugis dan celana pendek, berkata kepada temannya :
Masusakumaradeka, nasaba de natentu, poncona de nacoco datuE
(bahasa Bugis)
Artinya :
Kita susah untuk merdeka, sebab tidak tentu, Datu (Raja) kita tidak
cocok.
Perkataan itu, ditingkah oleh temannya, sbb ;
Tongangtu mupoadaa nasaba aga maelo ripogau narekko polai
paimeng balandaE.
Artinya :
Benar katamu, sebab kita mau bikin apa jika Belansa datang
kembali.
Perkataan itu, ditingkah lagi oleh tamannya yang lain, sbb:
Engkamua gare riasengnga pamuda komaiyye maelo mewa
usedding karebanna, andi pagaru gare.
Artinya :
Kabarnya ada yang dinamai pemuda di sini, mau melawan. Saya
dengar kabarnya bernama Andi Pagaru.
Perkataan itu, dijawab oleh orang yang berkemeja warna merah tua
tersebut, sbb. :
Paracuma, siagato awatangenna, cicemmi naetuki
nicaE,naloppona.
Artinya :
percuma, berapa kekuatan : sekali saja dikentuki oleh NICA,
dia keok.
Dengan perkataan-perkataan yanag semacam di warung nasi tadi,
dapatlah dimengerti betapa sulitnya Anwar dan Andi Pagaru

199
besertakawan-kawannya bergerak. Selesai makan, Sanusi segera ke
rumah guru Anwar.
Di sana hanya ada 2 orang, yaitu Anwar dan Andi Pagaru.
Mana kawan-kawan yang lain?tanya Sanusi:
Kebetulan mereka tidak ada di rumahnya kata Anwar,
tapicukup Andi Pagaru sebagai wakilnya, kata Anwar lanjut.
Baiklah, jika begitu, mari kita omong-omong sebentar,
kataSanusi.
Maksud saya dengan pertemuan ini, kata Sanusi, akan
memberikan sekedar isi perjalanan saya ke Watampone, dan juga ingin
mengetahui tentang persiapan-persiapan saudara-saudara di sini,
terutama dalam pertahanan moreel. Sebab tentu saudara telah
mengetahui sendiri, bahwa daerah saudara Wajo ini, amat strategis
letaknya, yakni dengan mudah dapat dipergunakan NICA sebagai batu
loncatan dari Selatan untuk menggempur kekuatan Luwu. Kehancuran
Luwu, berarti kehancuran yang lain-lain, begitu juga sebaliknya.
Itu benar kata Andi Pagaru, Akan tetapi saya berpendapat,
bahwa NICA dengan mudah dapat memasuki daerah Wajo ini, sebab
perhatian rakyat kepada kemerdekaan hampir tidak ada. Mereka hanya
memandang sikap rajanya. Satu dua orang anggota Hadat Wajo yang
berjiwa republikein belum dapat diharapkan.
Benar, kata Sanusi. Lantas Sanusi menyampaikan kepada Andi
Pagaru dan Anwar, tentang percakapan orang di warung nasi tadi.Akan
tetapi, harus ada perlawanan biar pun sedikit saja, sebab kalau ada
sedikit perlawanan, akan mempunyai pengaruh besar kepada NICA dan
kepada masyarakat, kata Sanusi lebih laujut.
Saya sanggup, kata Andi Pagaru, asalkan saya mempunyai biar
sepucuk saja pistol. Satu pistol, sudah cukup untuk melakukan
perlawanan kecil-kecil, sebagai suatu siasat dalam perang urat saraf.
Setelah berpikir sebentar, maka Sanusi memberikan pistolnya,
kepada Andi Pagaru, seraya berkata :

200
Pergunakanlah senjata ini sebaik-baiknya, guna membela bangsa
dan Negara, dan jangan sekali-kali dipergunakan untuk kepentingarn diri
sendiri.
Kedua pemimpin pemuda itu, sangat girang mendapat sebuah
pistol. Pemberian pistol itu pada lahirnya adalah suatu kerugian bagi
Luwu, tapi pada hakikatnya, besar sekali artinya dalam perjuangan
bersama menentang penjajah kelak.
Sesudah bersalam-salaman, Sanusi segera berangkat.

K. KECAMATAN LAROMPONG SULI, BELOPA,


PONRANG DAN BUA, BERGELORA HEBAT.
Berhubung kerusakan oto ditakutkan terjadi, maka sukar sekali
mencapai daerah Luwu pada malam itu, apalagi perlu singgah di
kampung Kera untuk menyampaikan salam Andi Mangile Opu
Topaewangi kepada anaknya, maka Sanusi menetapkan bermalam saja
di Kera.
Yang menjadi Kepala Distrik di Kecamatan Kera ketika itu, ialah
anak mantu Andi Mangile Opu Topaewangi bernama Andi-Baso Kera.
Seorang pemuda yang pendiam, dan militant dan berani dalam pendirian
membela kemerdekaan bangsa dan tanah air.
Andi Baso dan isterinya Andi Djumrah, girang sekali berjumpa
dengan Sanusi apalagi perjumpaan yang tidak disangka-sangka.
keduanya ada hubungan pamili dengan Sanusi.
Sanusi tidak membuang kesempatan, malam itu dia bercakap-
cakap dengan Andi Baso dan beberapa tokoh-tokoh pemuda di Kera
yang sengaja diundang. Jauh malam baru pertemuan kecil itu bubar,
oleh karena mereka ingin mendapat banyak keterangan-keterangan
mengenai soal kemerdekaan dan perjuangan.
Pagi-pagi sekali, Sanusi berangkat lagi setelahmengucapkan terima
kasih kepada Andi Baso dan isterinya. Sanusi selamat melintasi kota
kecil Siwa.

201
Soreh harinya Sanusi tiba di Larompong ibu kota distrik
Larompong di Larompong pemuda-pemuda bersama Andi Mahmud
Kepala Distrik, telah siap menunggu kedatangan Kepala Penerangan
Pemuda Pusat itu, sebab telah diberi tahu dari Kera dengan telefon.
Mereka menahan Sanusi bermalam di Larompong, berhubung
banyaknya soal-soal yang mereka hendak tanyakan, dan masih ada lagi
soal baru yang mereka belum mengerti.
Malam itu, rakyat segera berkumpul, laki2 dan wanita tidak kurang
dari 1.000 orang.
Sanusi malam itu berpidato sengaja hendak mengetahui betapa
sebenarnya semangat rakyat Luwu terhadap kepada kemerdekaan tanah
airnya. Iamenguraikan dengan panjang lebar sejarah perjuangan
nenekmoyang mereka, yakni pahlawan-pahlawan Luwu yang telah
lalugugur membela kemerdekaan bangsa dan tanah tumpah darahnya.
Kini sejarah perjuangan itu, akan berulang kembali. Selanjutnya Sanusi
katakan, bahwa perjuangan pahlawan-pahlawan Lawu dahuluitu dan
perjuangan pemuda-pemuda sekarang ini, adalah sama tujuannya, hanya
sepak terjangnya yang berbeda.
Sebagai penutup pidatonya, Sanusi mengatakan :
Kini giliran kita, kesempatan bagi kita, waktu bagi kita
untuktampil ke muka, terjun ke medan bakti, menuruti jejak langkah
nenekmoyang kita.
Jauh malam baru rapat itu disudahi, berhubung banyaknya
pertanyaan yang dimajukan rakyat. Meskipun telah larut malam,
kelihatan mereka tidak mengantuk, disebabkan jiwa mereka padat
dengan semangat kemerdekaan, yang sewaktu-waktu dapat meledak
menjadi api yang membakar. Demikian gambaran jiwa dan semangat
kemerdekaan mereka.
Paginya sesudah sarapan, Sanusi berangkat lagi. Walaupun waktu
telah mendesak supaya segera tiba di Palopo, tapi ternyata ketika itu,
tidak mudah melalui Palopo Selatan begitu saja, lantaran hebatnya
gelora kemerdekaan rakyat dan pemuda-pemudanya. Sebab itu, Sanusi

202
terpaksa singgah di Suli, Labelopa, dan akhirnya bermalam lagi di
Ponrang dipaksa oleh keadaan.
Esoknya baru Sanusi tiba di Palopo, setelah singgah di Bua untuk
beberapa jam memberi penerangan dan keterangan atas pertanyaan-
pertanyaan yang dimajukanrakyat.
Sebagai penutup bahagian ini,baiklah kita kenal sedikit tentang
pribadiAndi Mahmud, Kepala Distrik Larompong.
Andi Mahmud, adalah seorang pemuda yang sangat pendiam, tidak
banyak omong, sabar, dan berani dan jujur. la mendapat cacat pada
bulan April 1946, ketika ia ditangkap oleh NICA, dan dengan tak ada
pemeriksaan lebih dahulu kupingnya dipotong rata oleh NICA. Sekarang
bekerja di Palopo sebagai Pegawai Negeri.

I. PERJALANAN KEPALA PENERANGAN/JURU BICARA


PRI PUSAT LUWU CS. KE KOLAKA DAN DAERAH
KENDARI YANG KE II.

a. MENAWAN LETNAN J. BOON.

Baru saja sehari dua beristirahat di rumah setelah kembali dari


Watampone. Penulis bersama dengan Andi Achmad, Kepala Polisi
Istimewa Pusat Pemuda Luwu mendapat instruksi dari Pimpinan Pusat
Pemuda Luwu, supaya segera berangkat ke Kolaka, serta membersihkan
segala anasir-anasir jahat yang bertopeng pemuda. Kolaka pada waktu
itu sangat genting keadaannya, oleh karena N1CA dan tentaranya telah
menduduki Kendari, dan sudah tentu expansinya dilanjutkan ke Kolaka.
Maka dengan sendirinya, diminta atau tidak diminta Kolaka perlu
mendapat petunjuk-petunjuk langsung dari pusat, baik kepada
Pemimpin-pemimpin Pemuda, maupun kepada Badan-badan
Pemerintahan Kolaka.

203
Instruksi ini dikeluarkan berhubung nasib yang telah menimpa Dr.
Ratulangi Gubernur Sulawesi, dan perkembangan situasi di Bone dan
Wajo. Instruksi tersebut, didukung oleh Pemerintah Kerajaan Luwu.
Beberapa orang anggota-anggota penerangan mendesak, supaya
dapat ikut ke Kolaka dan Kendari. Penulis mengatakan tunggulah
sebentar supaya saya pikirkan siapa yang penting ikut ke Kolaka.
Mengingat bahwa kali ini rakyat di daerah Kolaka harus dibakar
semangat perjuangannya secara habis-habisan, biar mereka hancur lebur
dari pada dijajah kembali oleh Belanda, maka penulis menetapkan yang
akan ikut ialah Guli Dg. Malimpo seorang jago podium.
Sehari sesudah instruksi tersebut dikeluarkan, maka pada keesokan
harinya - dengan memakai motorboot - kami berlayar lagi mengarungi
teluk Bone. Kami tidak tinggal lagi bermalam di suatu tempat, tapi
berlayar terus siang dan malam, dan hanya singgah di tempat pusat-
pusat pemuda seperti di Mala-mala, Sua-sua dan Wawo untuk
menginstruksikan garis perjuangan yang harus ditempuh menghadapi
musuh.
Pada tanggal 20 Nopember 1945 sore, kami tiba di Kolaka dengan
selamat, sehari sesudah pertempuran antara pemuda Kolaka dan NICA
di kampung Baru. Petang itu juga kami mengadakan
pembicaraandengan Andi Kasim Kepala Pemerintahan Kolaka. Apa
yang disampaikan Andi Kasim kepada kami mengenai keadaan di
Kolaka dan Kendari, sesuai benar apa yang didengar Pemuda dan
Pemerintah Kerajaan di Palopo.
Dengan ringkasAndi Kasim, menceritakan sebab-sebabnya
sehingga terjadi pertempuran di Kampung Baru. Ketika ia mengetahui
bahwa ada NICA dari Kendari menuju Kolaka, segera Andi Kasim
bersama dengan beberapa orang dari Pimpinan Pemuda Kolaka,
berangkat ke kampung Baru. Di tempat itu terdapat jalan simpang tiga.
Satu simpang menuju kota nikkel Pamala.
Kira-kira jam 09.00 pagi, benar-benar dari jurusan Kendari tampak
2 oto, satu oto kecil merek Packard dan satu truck penuh dengan tentara

204
NICA. Tentara NICA tersebut hendak menuju ke Pamala. Tapi oto-oto
itu segera ditahan oleh Andi Kasim. Setelah oto itu berhenti, seorang
perwira yaitu Letnan J. Boon keluar dari dalam oto kecil tersebut.
Tuan hendak ke mana, tanya Andi Kasim.
Ke Pamala, jawab Boon dengan pendek.
Pamala adalah wilayah Kolaka, dua daerah Republik Indonesia
dan tidak diperkenankan orang lain memasukinya jika tidak ada
persetujuan dari yang berwajib di Kolaka, kata Andi Kasim.
No, kami hanya mau pergi ambil itu bekas2 tentara Belanda,
karena mereka minta, kata Boon.
Meskipun begitu, tidak boleh, kata Andi Kasim.
No, ini kita orang dari tentara Australia kata Boon.
Mana surat keterangan tentara Australia tanya Andi Kasim.
Tidak perlu kata Boon.
Perlukata Audi Kasim.
Sementara itu pengikut kedua belah pihak sudah siap akan
melepaskan tembakan.Lastas kemudianBoon mengatakan,
Good,sayabalik oto. Tapi mereka melarikan otonya langsung ke
Pamala. Setelab, J. Boon bersama pasukannya pulang dari Pamala,
mereka terus digempur oleh pemuda. (Jalannya pertempuran Kampang
baru ini, lihat di lain bahagian).
Kiri, Boon tidak diketahui entah di mana ia berada, setelah ia
melarikan diri dalam pertempuran. Dari disebabkan oleh pertempuran
ini, telah diketahui sekarang siapa-siapa yang simpati kepada NICA.
Mereka kelihatan belangnya. .
Demikianlah keterangan Andi Kasim, yang disampalkan kepada,
kami.
Sementara itu penjagaan telah diperkuat di tempat-tempat yang
penting untuk menangkap Boon, karena dalam satu dua hari ini, tidak
mungkin ia bisa mencapai batas Kendari.
Sesudah berpikir sebentar sesudahmendengar keterangan Andi
Kasim tersebut, -makaSanusi mengatakan kepada Andi Kasim, Bahwa

205
hari ini juga saya akan berangkat ke Mawewe, oleh karena Powatu
kepala distrik Mawewe, tidak boleh dipercaya benar, jangan-jangan
Boon bersembunyi di daerahnya .
Sore itu juga Sanusi dengan bersenjatakan pistol bersama dengan
Guli Dg. Mallimpo serta 2 orang pasukan Pemuda yang memakai
senapan berangkat menuju Mawewesedangkan Andi Achmad tinggal di
kota untuk memberikan petunjuk-petunjuk kepada pasukan-pasukan
Pemuda.
Perlu diketahui bahwa perjalanan J. Boon ke Pamala gagal, karena
hanya 2 orang bekas tentara Belanda itu yang dapat ia bujuk, sedangkan
banyak yang lain tidak mau ikut karena mereka telah insaf benar-benar.
Dalam perjalanan ke Mawewe, kami mempergunakan mobil
Paekard yang dirampas dari J. Boon. Mobil ini keadaannya masih baru,
seumur hidup, baru kali inilah kami mengendarai mobil merek Packard,
yang dulu terkenal sebagai kendaraan paling lux, yang dikenderai hanya
oleh Belanda-Belanda yang berpangkat tinggi dan direktur-direktur
perusahaan Belanda yang besar.
Setelah hampir tiba di simpang jalan yang menuju Mewewe, tiba-
tiba kami melihat dari jurusan Kendari seorang pemuda yang
mendayung sepedanya dengan kencang melihat keadaan yang luar biasa
itu, segera Sanusimemerintahkan ia berhenti, ternyata pemuda itu
membawa sepucuk surat penting dari Pimpinan Pemuda Rate-Rate yang
ditujukan kepada,Pimpinan Pemuda di Kolaka. Dalam surat itu
dinyatakan bahwa Letnan J. Boon telah tertangkap di kampung Rate-
Rate bersama seorang tentaranya dalam keadaan luka-luka, serta satu
senapan dan satu pistol dirampas dari padanya.
Surat itu penulis tambah isinya, ditujukan khusus kepadaH. Wahid,
Kepala Pasukan dan Keamanan pemuda Kolaka, supaya H. Wahid
sendiri yang berangkat ke Rate-Rate mengambil J. Boon, dan setelah
pulang dari Rate-Rate, harus singgah lebih dahulu di Mawewe,untuk
menerima instruksi lebih lanjut.

206
Sesudah surat itu Sanusi baca sekali lagi, maka Sanusi memberi
tahukanpemuda Rate-Rate tersebut, bahwa ia tidak boleh singgah2di
jalan, dan harus berjalan dengan hati-hati, supaya ban sepedanya yang
sudah amat tua itu jangan pecah, karena soal ini harus selesaihari ini
juga, pemuda tersebut mengangguk dengan penuh semangat mendengar
instruksi Sanusi.
Sesudah itu, kami tidak langsung ke Mawewe,tetapiharus ke
jurusan Kendari ke suatu tempat, kira-kira 2 km jauhnya dari simpang
jalan ke Mawewe. Kemudian kami mendaki gunung, dan tak lama
kemudian keluarlah Joseph dari tempat persembunyiannya, menyambut
kedatangan kami.
Saya ingin melihat tempat pengadangan ini, memang strategis
sekali, kata Sanusi kepada Joseph. Komandan Pasukan di tempat itu.
Baik, kata Joseph. Lantas Joseph membawa kami memeriksa di
sekitar tempat tersebut penulis mengadakan pembicaraan-pembicaraan
singkat dengan pasukan-pasukan di tempat itu dan memuji keberanian
mereka. Waktu kami akan berangkat, Sanusi minta supaya Joseph
menjumpainya besoknya di Mawewe, karena sangat penting,nanti
Packard yang datang jemput.
Kira-Kira jam 19.00 malam, kami tiba di rumah Powatu Kepala
Distrik Mawewe. Powatu menyambut kami dengan laku sangat
merendahkan diri. Sementara itu, kedua pengawai kami melakukan
penjagaan di muka dan di belakang rumah.
Baru saja kami duduk di kursidengantidak disangka-sangka
Powatu menangis terisak-isak dan menyembah-nyembah kepada Sanusi
untuk dilindungi, karena katanya ia telah beberapa kali diancamakan
dibunuh oleh suku-suku Bugis yang ada di daerahnya.
Saudara Powatu, kata Sanusi Kami datang kemari hendak
menyelidiki keadaan tempat-tempat yang strategis di Mawere ini dengan
dua maksud. Pertama,hendak mengetahui apakah Letnan J. Boon telah
memilih satu tempat di daerah ini sebagai markasnya untuk
menggempur Kolaka, dan kedua, untuk meneliti suatu tempat untuk

207
pasukan-pasukan pemuda untuk menghadang musuh, karena di sini ada
jalan kuda yang menghubungkan Kendari dengan Mawewe. Kalau
tempat itu telah ditetapkan, maka menjadilah ia suatu tempat yang
sangat rahasia, dan barang siapa membocorkan rahasia itu, akan
mendapat hukuman berat.
Ya, memang di sini ada jalan yang menghubungkan Mawewe
dengan Kendari yang mudah ditempuh dengan jalan kaki atau naik kuda,
kata Powatu, dan saya tahu semua tempat-tempat yang baik untuk
menghadang musuh, katanya lebih lanjut.
Baik, kata Sanusi Insya-Allah, besok saya sendiri akan
memeriksatempat yang dimaksud,dan beritahukanlah penduduk pada
malam ini juga, supaya besok pagi berkumpul untuk mendengar
penerangan, dan marilah kita beristirahat, karena sudah sangat letih.
Di kamar tidur, Sanusi menginstruksikan kepada Guli Dg.
Mallimpo secara berbisik.
Insya Allah, saya sendiri tidak berbicara di rapat, karena saya
harus bersama Joseph menerima satu tempat yang baik untuk pertahanan
pemuda. Powatu harus tinggal bersama dengan engkau di rapat, karena
orang itu tidak dapat dipercaya, dan ini kali engkau harus berbicara
dengan aksi yang paling menarik. Bakarlah semangat perjuangan rakyat
Mawewe sampai menjadi matang yang meyakinkan, dan dasarkan
pembicaraanmu dari pertempuran Kampung Baru, gambarkan jiwa
kepahlawanan itu 7 Pemuda yang ditawan oleh Australia lantaran
mempertahankan mati-matian bendaranya yang hendak diturunkan oleh
Australia. Gambarkan keberanian remuda-pemuda Palopo yang telah
melumpuhkan tentara Jepang yang bersenjata lengkap ketika mengawal
palakat-palakat yang digantungkan Australia dalam kota Palopo.
Baik, kata Guli dengan girang.
Sesudah makan malam, kami bercakap-cakap lagi dengan Powatu,
serta beberapa kepala kampung dan orang-orang terkemukaMawewe.
Apa perintah mengumpulkan penduduk besok pagi, sudah
dijelaskan, tanya Sanusi kepada Powatu.

208
Sudah, dari tadi, jawab Powatu. kemudiar Powatu mengulangi
lagi permohonannya untuk diperlindungi.
Insya Allah, ini kali saya mau melindungi saudara sekeluarga
dengan tiga sarat, kata Sanusi kepada Powatu. Pertama, saudara harus
pindah ke Kolaka, karena di sini sukar dilindungi. Kedua, saudara harus
menuruti segala nasihat saya dan nasihatlain pemimpin pemuda. Ketiga,
mulai sekarang harus menyesali diri dengan keinsafan yang sungguh-
sungguh dari semua perbuatan saudara yang tidak baik,demikian pula
jika ada keinginan saudara untuk menanti-nanti
kedatanganBelandakembali, harus dibuang jauh-jauh dan bersumpah
akan berjuang membela kemerdekaan bangsa dan tanah air, kata Sanusi
sebagai jawaban atas permintaan Powatu tersebut.
Sementara kami beromong-omong dengan Powatu, maka
datanglah H. Wahid memakai truck, membawa Letnan J. Boon bersama
seorang temannya yang luka, bangsa Indonesia.
Penulis segera mendekati oto untuk melihat keadaan tahanan
tersebut. Letnan Boon duduk di atas satu kursi dalam truk itu, dengan
tidak terikat, sedang temannya yang luka itu, terbaring terus karenaluka-
lukanya yang parah.
Dengan suara sedikit keras, penulis memberi perintah kepada H.
Wahid, supaya segera berangkat ke Kolaka, dan Letnan Boon teruskan
langsung masuk penjara sebagai tawanan, dan beritahukan Sudjadi sipir
penjara, bahwa Boon tidak boleh diganggu dan dianiaya oleh siapapun
juga, dan harus diberi makan dan rokok. Dan yang luka ini, teruskan ke
rumah sakit sebagai tawanan, dan beritahukan kepada Massi menteri
kepala rumah sakit, supaya tawanan ini dirawat denganbaik, tapi
sebelum itu, H. Wahid harus memberitahukan lebih dahulu kepada
Kepala pemerintah Kolaka.
Keesokan harinya, sesudah joseph datang, berangkatlah Sanusi
bersama Joseph mengikuti jalan kuda jurusan Kendari, meneliti tempat
yang baik untuk pertahanan. Sesudah tempat itu ditetapkan, maka urusan
setanjutnya diserahkan kepada Joseph untuk menempatkan pasukan-

209
pasukan di tempat- tersebut. Ketika pulang, Guli Dg. Mallimpo, masih
tengah berpidato dengan hebat sekali.
Sesudah rapat selesai, kami segera berangkat pulang ke Kolaka,
sedang Powatu dankeluarganya berjalan kaki saja memotong gunung,
karena takut melalui jalan raya.

b. MELINDUNGI BEBERAPA PEGAWAI NEGERI

Sesudah Letnan Boon ditawan, kelihatan rakyat bertambah


bersemangat, namun banyak orang selalu merasa takut, terutama
dikalangan pegawai negeri.
Sementara itu, latihan pasukan-pasukan berjalan dengan baik dari
beratus-ratus pemuda yang sudah mendaftarkan diri.
Ketika ini, umum merasa seakan-akan berada di dalam keadaan
perang. Memang Kolaka ketika itu berada dalam keadaan perang, hanya
tidak diumumkan secara resmi.
Dalam kesibukan yang menghendaki banyak kesabaran dan
ketenangan sebagai waktuitu, hati pemimpin-pemimpin pemuda dan
kaum republikein, sewaktu-waktu dihibur oleh adanya berita-berita
radio yang ditangkap dari zender,Radio Republik Indonesia Jogjakarta.
Inilah pula satu keistimewaan Kolaka jika dibandingkan dengan lain-
lain daerah seperti : Masamba, Malili dan lain-lain. Radio Kolaka yang
amat besar gunanya itu adalah atas usaha Andi Kasim tersebut. Sewaktu
beliau pulang dari Palopo ia membawa sebuah radio dan di tempatkan di
Pamala, oleh karena di Kolaka waktu itu belum ada aliran listrik.Radio
itu dijaga oleh dua pemuda berganti-ganti,untuk mencatat isi dan
maksud, dari berita-berita yang dapat ditangkap.
Demikianlah, sehingga Kolaka selalu mendapat berita-berita penting.
Selama kami berada di Kolaka, kami selalu mendapat kabar-
kabaryang hangat, misalnya :

210
Diberitakan dari Jakarta, bahwa pertemuan pertama antara Wakil-
Wakil Pemerintah Republik, pihak Inggeris dan Belanda di Markas
Besar Tentara Inggeris.
Dikabarkan juga, bahwa pucuk Pimpinan Tentara Serikat Asia
Tenggara, untuk mencegah timbulnya kesukaran-kesukaran,
melarang,pasukan-pasukan Belanda untuk mendarat lagi di Jawa.
Dikabarkan juga, bahwa di Semarang berkobarpertempuran antara
rakyat dan tentara Inggeris. Semarang dibom Inggeris.
Dengan adanya berita-berita sepertit tersebut di atas, maka
Pimpinan Pemuda dan Pemerintah Kolaka dapatlah dengan tepat dan
cepat menentukan sikap dan mengambil tindakan-tindakan Yang perlu
mengenai sesuatu masalah. Sementara itu, Guli Dg. Mallimpo sibukpula
menyusun laporan mengenai peristiwa Boon, pertempuranKampung
Baru dan lain-lain perkembangan. Yang terjadi di Kolaka dan Kendari.
Laporan itu harus segera dikirim kepada PimpinanPemuda Palopo dan
Pemerintah Kerajaan, supaya masaalah Boon dapatlebih dahulu
diketahui Pimpinan Pemuda Pusat dan Pemerintah Kerajan, sebelum
laporan Australia yang mungkin mempersalahkan Pemerintah Kolaka.
Sayang sekali H. Abdurrasjid yang telah dua hari bersiap-siap akan
berangkat membawa laporan tersebut, motorboot satu-satunya yang
selalu dipergunakan, masih dalam kerusakan.
Adapun Powatu, bersama dengan keluarganya hari itu juga tiba
pula di Kolaka. Oleh karena masih merasa takut, maka terpaksa penulis
diam sersama-sama dengan Powatu dalam suatu rumah.
Setelah sehari dari Mawewe, atas permintaan Sanusi pada
malamnya diadakanlah suatu rapat yang dihadiri semua Pimpinan
Pemuda dan Kepala Pemerintah Kolaka, berhubung karena ada suatu
soal yang akan Sanusi kemukakan, yang perlu sekarang dibahas.
Sebelum soal itu Sanusi kemukakan, lebih dahulu Sanusi menge-
mukakan suatu pandangan mengenai situasi waktu itu, sebagai berikut :
Dalam suasana yang genting ini, ada suatu kenyataan yang tak dapat
dibantah, yakni siasat yang terpenting yang selalu dijalankan oleh

211
NICA, ialah berusaha dengan berbagai cara untuk menimbulkan
kekacauan dan merusak ketenteraman umum, supaya NICA mudah
mempergunakan tangan Australia untuk menghantam pemuda dan
rakyat umum. NICA menjalankan siasat tersebut dengan cara
memancing kemarahan rakyat serta menghasut penduduk yang belum
tahu apa-apa dan menakut-nakutinya. Siasat NICA tersebut nyata
kelihatan pada pemasangan pelakat-pelakat yang berbau NICA,
sehingga timbul keributan di Palopo dan penahanan-penahanan di Bone.
Dan terakhir datangnya Letnan Boon ke Pamala.
Jadi untuk menjaga Keamanan dan mencegah kekacauan yang
selalu diinginkan oleh NICA, maka perlu rasanya kita bertindak
membersihkan masyarakat dari anasir-anasir demikian dengan jalan
menahan dahulu semua orang-orang yang dicurigai dengan alasan
memperlindungi mereka, sebagai halnya dengan Powatu. Sebab kalau
mereka bebas dan pura-pura sebagai pemuda, mereka dapat menghasut
rakyat, dan dapat pula menyampaikan kabar kepada NICA tentang
langkah-langkah yang akan diambil oleh pemuda dan pemerintah.
Setelah pandangan penulis tersebut dipertimbangkan, Akhirnya
usul itu diterima bulat.
Demikianlah, maka pada keesokan harinyasetelah memeriksa
keadaan Boon di penjara bersama dengan Kepala Pemerintah Kolaka,
Sanusi laksanakan keputusan tersebut dengan mendatangi beberapa
pegawai yang dicurigai, di antaranya W. Jaksa Kolaka, P. Kelerk
Kolaka, dan mereka itu diperintahkan bekerja sebagai biasa di rumahnya
yang dijaga oleh pasukan pemuda. Di samping itu mereka itu diberitahu
supaya jangan sekali-kali melakukan sesuatu yang dapat
membangkitkan kemarahan rakyat, sebab bila terjadi yang demikian itu,
maka Pemerintah dan Pimpinan Pemuda tidak akan bertanggung jawab.
Mereka diperlindungi itu, merasa girang dan berjanji akan setia
kepada Republik. Tapi ternyata kemudian, beberapa di antaranya tidak
menepati janjinya, misalnya Powatu, P. dan lain-lain.

212
c. BERCAKAP-CAKAP DENGAN LETNAN BOON.

Suatu pagi sementara Guli Dg. Mallimpo berpidato dalam satu


rapat umum, sedang Andi Achmad tengah melatih pasukan-pasukan
pemuda Sanusike Kantor Pusat pemuda Kolaka dengan maksud ingin
bercakap-cakap dengan Letnan Boon. Sebelum sampai di kantor
pemuda, Sanusi singgah di rumah Wempi Sumilat Kepala Seksi
Kesehatan pemuda, menanyakan keadaan teman Letnan Boon yang
sedang dirawat di rumah sakit. Pemuda yang selalu tersenyum itu
mengatakan, bahwa tawanan tersebut dapat dikatakan telah selamat dari
bahaya maut.
W. Sumilat, adalah seorang pemuda yang selalu riang, tapi tidak
suka banyak omong. Ia berani, jujur dan halus perangainya.
Kini penulis tidak tahu di mana ia berada, setelah penulis terakhir
berjumpa di benteng Batu-Putih daerah Latou, markas besar PKR Luwu.
Di kantor pemuda, Sanusi dapati Effendi seorang diri. Effendi,
asal Sumatera, yang telah lama diam di Kendari dan Kolaka sebagai
klerk di kantor Pemerintah. la sebagai Jaksa pemuda, dan ditugaskan
memeriksa Letnan Boon. Setelah Sanusi duduk, Jaksa pemuda tersebut
memerintahkan seorang polisi ke penjara mengambil Letnan Boon,
dengan membawa secarik surat yang Sanusi tanda tangani. Tak lama
kemudian Boon datang dengan kemeja baru. kemeja itu, diberikan oleh
orang Jepang akan permintaan pemuda, karena ketika itu hanya
orangJepang yang mempunyai kemeja baru. Boon duduk di atas kursi
yang telah disediakan untuknya.
Sesudah memperkenalkan diri, Sanusi lantas berkata :
Tuan Boon, sebelum tuan diproses-verbal oleh Jaksa, saya ingin
bercakap-cakap sedikit dengan tuan. Tentu sedikitnya tuan telah
mengenal muka saya pada malam tuan dibawa oleh H. Wahid sebagai
tawanan dari kampung Rate-Rate, sewaktu singgah di Mawewe, di mana
H. Wahid menerima instruksi dari saya mengenai peristiwa tuan.

213
Letnan itu tidak berkata-kata mendengar kata-kata Sanusi.
Kemudian Sanusi menyambung:
Apakah tuan senang dan mau bercakap-cakap dengan saya atau
tidak ?
Baik, kata Boon.
Mendengar jawabnya baik yang diucapkan dengan pasih, maka
mengertilah Sanusi, bahwa Letnan J. Boon adalah seorang Opsir
Belanda yang mengerti baik bahasa Indonesia. Orang-orang semacam
itulah, sengaja dipilih oleh Pemerintah Belanda untuk membonceng
kepada Australia, bersama dengan bekas ambtenar-ambtenar Belanda
dahulu di Indonesia ini, dengan maksud supaya kekuasaan Belanda
dapat diletakkan kembali dengan mudah di Indonesia.
Mengerti baikkah tuan bahasa Indonesia ?, tanya Sanusi.
Sedikit, jawabnya dengan pendek.
Tahukah, apa sebab tuan ditahan, dan siapa yang menahantuan ?
tanya Sanusi.
Tapi tuan, siapa sebenamya ?, tanyanya.
Saya, adalah dari pucuk Pimpinan Pusat Luwu yang
berkedudukan di Palopo, ibu kota Kerajaan Luwu yang kini telah
menjadi daerah Republik Indonesia, dan mempunyai jabatan sebagai
Kepala Penerangan dan Juru-Bicara Pimpinan Pemuda Luwu, jawab
Sanusi.
Sesaat kemudian, Boonberkata :
Ya, saya ditahan sudah tentu karena kita bertempur, dan
yangmenahan saya, adalahpemuda.
Tuan keliru, bukanlantaran kita bertempur maka tuan ditahan.
Bukan, Tetapi tuan ditahan lantaran melanggar dan menghina kekuasaan
pemerintah Kolaka,sebagai daerah Republik lndonesia. Dan yang
menahan tuan, pada lahirnya pemuda, tetapi pada hakikatnya adalah
pemerintah Kolaka sendiri. Jadi pemuda itu adalah alat pemerintah, kata
Sanusi menyanggah jawaban Boon.

214
Mendengar keterangan Sanusi demikian, Boon diam. Kemudian Sanusi
bertanya lagi :
Apakali orang-orang Belanda yang mencampur diri ke dalam
kesatuantentara Australia itu, sebagaipegawai, atau benar-benar sebagai
anggota kesatuan tentara Australia?.
Letnan Boon tunduk tidak menjawab.
Apakah maksud tuan datang ke Pamala hendak mengambil bekas
tentara Hindia Belanda dahulu itu ?, tanya Sanusi lagi.
Karena mereka masih dianggap sebagai pegawai (tentara)
pemerintah, jawab Boon.
Yang tuan maksudka tentu Pemerintah Hindia Belanda. Tapi sekarang
tidak ada lagi apa yang dikatakan Pemerintah Hindia Betanda. Yang
ada, hanya sejumlah orang-orang Belanda yang berusaha hendak
mendirikankembali Pemerintah Hindia Belanda.
Jadi tentu ada maksud tuan yang lain bukan, kata Sanusi membongkar
apa yang ada tersembunyi di hati Boon.
Sambil menyuguhkan sebatang rokok kepada J.Boon, Sanusi
bertanya lagi :
Tidakkah terasa pada orang-orang Belanda, bahwa di dalam hati
mereka, ada terselip suatu perasaan yang mengakui kebenaran tindakan
bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya dan membentuk
suatu negara, sebagai suatu hak yang suci bagi tiap2 bangsadi dunia ini
?.
Boon tunduk, tidak menjawab.
Apakah tuan telah mendengar, bahwa T KR , atau Tentara
Keamanan Rakyat, telah diakui oleh tuan Christison Pemimpin tentara
Inggeris di Jawa ? tanya Sanusi. Sebetum Boon menjawab, Sanusi
menyambung bertanya lagi:Tidakkah terasa dihati tuan, bahwa
pengakuan tersebut adalah bukti dari kebenaran tindakan bangsa
Indonesia, yakni satu tindakan yang berdasarkan keadilan?.
J.Boon hanya mengangkat muka sebagai seorang yang heran,
kemudian tunduk tidak berkata-kata.

215
Tuan Boon, saya ingin memajukan lagi satu pertanyaan, sebagai
yang terakhir dari percakapan kita ini, yang saya harap supaya tua
jawab, kata Sanusi lebih lanjut.
Sejak tuan bertemu dengan Andi Kasim, Kepala Pemerintah
Kolaka, sampai tuan ditangkap oleh Pemuda di Rate-Rate, selanjutnya,
ditahan dalam penjara Kolaka hingga pada saat kita sekarang ini
bercakap-cakap, tuan diperlakukan dengan baik sebagai seorang
tawanan, apakah tidak terasa di hati tuan, bahwa bangsa Indonesia
berjuang, bukan lantaran benci kepada lain bangsa, juga kepada bangsa
Belanda, tetapi yang dibenci dan diperangi adalah sifat penjajahan itu?
Terima kasih, jawabnya pendek.
Baiklah, saya mengerti perasaan tuan, dan ketahuilah bahwa kami
berjuang hanya karena kemerdekaan bangsa Indonesia semata-mata.
Kami ingin hidup bebas dan mengatur nasib sendiri, sebagai juga
bangsa-bangsa lain. Kami tidak hendak menganiaya orang, karena itu
bukan tujuan kami. Akan tetapi kelak bila ada apa-apa yang dianggap
kejam dari pihak kami terhadap orang Belanda, maka yang demikian itu
bukanlah kesalahan kami, tapi adalah kesalahan orang-orang yang
hendak mengacau bangsa Indonesia yang telah hidup dalam alam
kemerdekaan, di dalam asuhan negara Republik Indonesia. Kata Sanusi
sebagai penutup percakapan.
Sebelum Sanusi ke luar dari kantor tersebut, lebih dahulu Sanusi
pesankan pada Effendi supaya ia melakukan tugasnya.
Tapi kemudian ternyata, bahwa Jaksa pemuda ini, adalah
seorang penghianat, seorang mata-mata NICA, sebab sesudah itu, ia
lenyap dan tidak muncul-muncul lagi di Kolaka. Agaknya, dialah yang
memberi tahukan kepada tentara Australia jumlah senjata yang dipunyai
pemuda Kolaka.

216
d. MENGIBARKAN BENDERA MERAH PUTIH, DI
BUAHPINANG DAERAH KENDARI YANG TELAH
DIDUDUKI NICA.
Bagaimana pendapat saudara-saudara, jika kita ke Buapinang
daerah selatan Kendari, untuk mengatur dan membentuk di sana suatu
kubu pertahanan, untuk membendung NICA jika melalui Buapinang
hendak menyerang Pamala dan Kolaka. Sebagai saudara-saudara tahu,
bahwa jalan raya dari Kendari ke Kolaka telah kita jaga dengan
menempatkan satu kesatuan pasukan di tempat yang strategis, demikian
juga jalan kuda dari Kendari ke Mawewe, juga telah dijaga
denganbaik.Yang masih kosong, ialah jalan raya dari Buapinang ke
Pamala dan Kolaka. Jalan raya itu menurut keterangan dapat dilalui oto.
Di samping itu perlu juga diketahui nasib saudara-saudara dari Pemuda
Rakyat Kendari yang telah menggabungkan diri dengan Pemuda
Rakyat Indonesia Kolaka, tanya Sanusi kepada Andi Achmad dan Guli
Dg Mallimpo, pada suatu pagi di rumah kediaman mereka di Sakkuli
(Kolaka).
Baik sekali, jawab keduanya.
Usahakanlah, supaya sandiwara pemuda juga ikut dan lebih
dahulu kirimlah kesana suatu penyelidik, jangan-jangan telah ada di
sana tentara NICA, sebab Kendari telah diduduki NICA.
Oke, kata Andi Achmad.
Dan Dg Mallimpo, sediakan pokok-pokok pembicaraan untuk
rapat umum di sana kelak, kata Sanusi kepada Dg Mallimpo.
Oke, jawab Guli. Tapi kalau di sana telah ada NICA,dan kita
terpaksa berkelahi, tentu rencana kita gagal bukan.
Gagal atau sukses, itulah proses perjuangan, kata Sanusi. Dan
hari ini juga bicarakan matang dengan Pimpinan Pemuda Kolaka tentang
rencana kita ini, kata Sanusi lebih lanjut.
Dua hari kemudian, setelah semua yang perlu-perlu siap, maka
berangkatlah rombongan Penerangan Pemuda Pusat itu ke Buapinang
dengan mempergunakan 2 truck dan satu sedan (packard). Diantara

217
keluarga rombongan terdapat beberapa kaum wanita anggota sandiwara
pemuda.
Sesuai dengan rencana, rombongan singgah di Pamala, untuk suatu
rapat umum, berhubung memuncaknya perjuangan, sehingga semangat
perjuangan rakyat perlu dibakar terus, apa lagi setelah Pamala
didatangi Letnan Boon beberapa hari yang lalu.
Tempat rapat telah penuh sesak, dan di antara yang hadir terdapat
beberapa orang bekas Opsir Jepang.
Dalam rapat itu, Sanusi tidak bicara, hanya sekedar mengucapkan,
satu dua penjelasan yang perlu dipahami rakyat, oleh karena suaranya
telah parau sekali disebabkan banyak bicara dilain-lain tempat. Sebab
itu, dia perintahkan kepada Dg Mallimpo suapaya berpidato sebaik
mungkin sesuai dengaan keadaan diwaktu itu, moga-moga semangat
rakyat tambah menyala.
Menjelang rapat selesai, terjadi satu insiden. Kedengaran dari
laintempat suara ribut. Dikabarkan, bahwa ada dua orang Jepang
mengamuk. Meskipun kabar itu benar, tetapi tak ada seorangpun dari
Opsir Jepang yang hadir bergerak. Semuanya tinggal diam. Terpaksa
Andi Achmad memerintahkan kepada Kepala Pemuda Pamala untuk
menangkap orang Jepang yang mengamuk itu dengan sarat tidak boleh
dibunuh. Pemuda Pamala segera mengepung orang Jepang tersebut,
setelah mereka tertanghap,mereka dibawa ke muka rombongan. Mereka
berlumuran darah. Dengan air mata bercucuran, orang Jepang itu
menyembah-nyembah minta maaf yang diucapkan dalam bahasa Jepang
dengan suara terputus-putus. Banyak orang merasa kasihan melihatnya.
Kemudian Sanusi meminta dengan baik kepada Opsir-opsir Jepang tadi,
supaya mengurus dengan baik kawannya itu, sebab mungkin mereka
mengamuk, kecewa disebabkan Jepang kalahdalam perang dunia yang
baru lalu. Inilah yang selalu berpengaruh dalam hati dan pikirannya
sehingga mereka mata gelap. Sabarkan hatinya, supaya mereka dapat
berpikir tenang dan besarkan hatinya, moga-moga meraka segera

218
kembali ke kampung halamannya berkumpul kembali dengan anak
isterinya.
Sesudah makan siang, rombongan meneruskan perjalanannya.
Jalanan ke Buapinang yang terletak diujung tenggara Sulawesi itu,
panjangnya kira-kira 100 km. Jalanan ini dapat ditempuh oleh oto,
karena diperbaiki olehJepang di waktu perang, kini telah banyak yang
rusak.
Sejak dari Pamala sampai ke Buapinang seluruh jalan menyusuri
pantai,sehingga rombongan tidak merasa bosan duduk di oto,
disebabkan indahnya pemandangan alam di pantai yang berpasir putih
itu. Tapi pantai dan indah yang sekianganjangnya itu, hampir tidak
didiami oleh manusia, oleh karena tanahnya kurus sehingga tumbuh-
tumbuhan di situ kelihatan kerdil,dan jika melihat pohon kelapa jangan
harap akan buahnya. Selain dari pada itu, sepanjang pantai tidak terdapat
sungai yang tawar airnya yang dapat dipergunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Yang ada hanya sungai-sungai kecil dari pada air laut
diwaktu pasang.Jika dikata ada kampung, itu hanyatersendiri dari satu
dua pondok-pondok nelayan yang telah kosong, ditinggalkan yang
punya akibat perang yang lalu.
Berhubungan buruknya jalan, oto tak dapat maju dengan cepat.
Biarpun rombongan telah berjalan kurang tebih 30 km, rombongan tidak
pernah melihat seorang manusia, atau seekor hewan yang berkaki
empat,kecuali burung-burung laut yang sedang asyik mencari
mangsanya ditepi pantai.
Oleh karena hari telah petang,sedangkan oto tak dapat berjalan ma-
lam, rombongan terpaksa singgah bermalam di satu dusun yang terdiri
dari 4 pondok yang sudah tua. Semalam-malam, rombongan dipukul
badai yang kencang, sehingga keluarga rombongan berlompatan
keluargubuk, karena takut diruntuhi gubuk yang sudah tua itu. Untung
badai itu tidak lama mengamuk, akan tetapi pelita tak dapat lagi
dihidupkan, sehingga semua orangsama mukanya. Tapi meskipun
badai mengamuk pasukan-pasukan yang mengawai, tidakbergeser dari

219
tempatnya, membuktikan betapa kerasnya hati mereka dalam
perjuangan. Juga tidak ada seorangpun dari keluarga rombongan yang
mengeluh, malah mereka tetap gembira, dibuai oleh kenanganyang
indah tentang kesucian tujuan perjuangan mereka, meskipun sekali-kali
terbayang dalam pikiran kemungkinan diserbu oleh NICA di malam itu.
Pada waktu Sanusi membakar sebatang rokok, maka terbayang
sekilas muka anggota-anggota rombongan. Mereka belum ada tidur,
asyik berpikir-sendiri. Mungkin mereka memikirkan masa-masa akan
datang dengan membanding-bandingkandengan keadaan pada waktu
itu.Dalam keadaan demikian, tiba-tiba seorang wanita yang duduk agak
dekatpada Sanusi membuka suara:
Pak, apakah kita bisa mencapai kemenangan dalam perjuangan
ini ?
Mendengarpernyataan tersebut, maka rapatlah pula anggota-
anggota rombongan yang lain ke dekat Sanusi yang duduk bersandar ke
tiang gubuk,sehinggakeadaan yang sunyi senyap itu, menjadi sedikit
ramai.
Apakah sebabnya saudari bertanya demikian itu? tanya Sanusi
kepada wanita itu.
Sebab menurut kabar, NICA kini mendarat di mana-mana: Di
Kendari, Posso, Menado dan lain-lain tempat. Mereka datang dengan
senjata yang lengkap, sehingga saya merasa, tipis harapan menang,
jawabwanita tadi.
Benar! suatu pernyataan yang sangat penting seru kawan-
kawannya.
Ssst, jangan ribut,nanti kita kedengaran oleh musuh seruSanusi
setengah berbisik, sehingga mereka diam.
Saya harap saudara-saudara jangan sentak merokok, karena sebab
mudah diketahui oleh musuh, dan biarlah saya selalu merokok, karena
saya ini jago rokok, kata Sanusi berkelakar dan tertawa.
Kini, baiklah kita bertanya jawab, membahas pertanyaan saudari
ini, kata Sanusi lagi, sambil mengudup asap rokoknya dalam-dalam.

220
Mengakukah saudara-saudara dengan sebenar-benarnya
pengakuan, tentang Kebesaran, Kekuasaan dan Keadilan TUHAN seru
sekalian alam?, tanya Sanusi.
Mengaku, jawab mereka serentak.
Siapakah yang empunya keadilan itu? tanya Sanusi lagi.
TUHAN, kata mereka serempak.
Benar sekali ! Manusia hanya mempergunakan, keadilan itu
sebagai pegangan dan senjata dalam hidup dan kehidupannya. Keadilan,
itulah senjata yang penting dan kuat, tidak ada sesuatu kekuatan dan
kekuasaan betapapun hebatnya yang dapat mengalahkan keadilan. Bila
keadilan itu di pergunakan oleh orang yang lemah, maka si lemah itu
dapat bertahan sampai mati, atau ia memperoleh kemenangan. Dan jika
keadilan itu dipergunakanoleh golongan yang kuat, maka si kuat tadi
dapat dengan cepat memperoleh kemenangan kata Sanusi
membenarkan pengakuan kawan-kawannya.
Apakah tindakan bangsa Indonesia sekarang ini, yakni menentang
Belanda yang akan menjajah kita lagi,benar atau salah? tanya Sanusi
lagi.
Benar, jawab mereka.
Ya, benar dan adil, oleh karena membela hak kita, sehingga satu
waktu Indonesia pasti menang, selama bangsa kita berpijak di atas garis-
garis keadilan, kata Sanusi membenarkan pengakuan kawan-kawannya.
Pada waktu Jerman (Hitler) menggulung seluruh Eropah di tahun
1939 - 1940 dan ketika Jepang menyapu bersih Sekutu di Asia Tenggara
di tahun 1941 - 1942 yang lalu,apakah tidak timbul dalam hati saudara-
saudaraketika itu, suatu kesan, bahwa jika demikiankekuatan Jerman
dan Jepang, pasti Jerman dan Jepang yang menang dalam pertarungan
maha dahsat itu, dan menguasai dunia?tanya Sanusi.
Benar, tidak dapat dikira-kirakan bahwa dua bangsa D yang
demikian kuatnya itu, akan kalah jika dilihat pukulan-pukulan
merekayang hebatdan senjatanya yang lengkap dan modern, jawab satu
dua orang di antara mereka.

221
Nah, perbuatan Jerman yang menimbulkanperang dunia ke-2 itu,
mulanya, hanya karena tidak mau mengerti hak orang lain, hak
bangsa-bangsa yang kecil, sehingga Jerman menelan Cekoslowakia
tanpa sebab, kemudian memukul kepala Polandia, lantas menerjang
Belanda dan menghantam Perancis, Demikianlah,pula laku Jepang,
dengan tidak menghargai hakbangsa lain, karena mereka kuat,tiba-tiba
ia menyeraag dan membom dengan hebatnya pelabuhan Mutiara di
pulau Hawai, salah satu pangkalan armada Amerika Serikat yang
terkuat. Maka apakah perbuatan-perbuatan raksasa ini benar, adil dan
dapat diterima? tanya Sanusi.
Perbuatan salah,biadab, kejam, tidak adil, seru mereka.
Nah, akhirnya bangsa-bangsa yang diperkosa itu, dengan
bersungguh-sungguh melawan, membela haknya, kemerdekaannya,
akhirnya kedua raksasa dunia itu, hancur dan lumat dibakar oleh sinar
keadilan kata Sanusi lagi. Selanjutnya, demikian pula halnya kita.
Mula-mula Belanda datang sebagai orang dagang, kemudian menjelma
menjadipenjajah yanghebat. Pada sat itu, bangkitlah bangsa kita,
kemedan bakti dengan senjata sederhana menentang Belanda membela
haknya. Ada yang dipimpin Sulthan Hasanuddin di Makassar, perang
jawa yang dipimpin Pangerang Diponegoro, perang yang dipimpin Tuan
Iman Bonjol di Sumatera, perlawanan yang dipimpin Pangerang
AntaSari diKalimantan, perang Aceh yang dipimpin Panglima Polim,
perang Ambon yang dipimpin Pattimura dan lain-lain. Akan tetapi
perjuangan yang dipimpin sekian banyak pahlawan bangsa kita itu,
dapat digulung oleh Belanda, karena lebib kuat persenjataannya, apa lagi
Belanda mendapat bantuan dari bangsa kita yang pengecut, sehingga
Belanda dapat memperbudak kita lebih dari tiga setengah abad lamanya.
Orang-orang yang dangkal pikirannya, telah menetap bahwa kekuasaan
Belanda diIndonesia tidak akanhilang lagi. Tetapi oleh karena keadilan
itu adalahkepunyaan TUHAN,cepat atau lambat pasti menang.

222
Pada th 1942, tiba-tiba Belanda menyerang kepada Jepang,setelah
mereka dipukul dengan tidak begitu berat, dan dengan tidak malu-malu
menyerahkan bulat-bulat bangsa Indonesiakepada Jepang.
Itulah sebabnya, Jepang dapat melakukan apa saja kehendaknya
kepada bangsa kita. Saudara sendiri telah melihat kehancuran Belanda
bukan?. Dan saudara kembali menyaksikan kekuatan Jepang yang
dahsat dapat digulung oleh Amerika. Itulah keadilan dan kekuasaan
Allah yang maha Tunggal. Dengan pertolongan Allah, kita yang lemah
ini telah lepas dari dua kekuatan raksasa, dan telah mempunyai negara
yang akan mengatur dan menyelenggarakan nasib kita.
Oleh sebab itu, saudara-saudara, tidak usah ragu-ragu, dengan
senjat keadilan yang ada di tangan kita, kita akan mendapat
pertolonganTUHAN, sehingga Belanda yang telah mulai merampok
tanah air kita, pasti hancur, asalkita bersatu padu dan bersungguh-
sungguh berjuang. Kalau bukan hari ini, hari nanti pasti kita menang,
demikian keterangan Sanusi selanjutnya.
Setelah ia membakar untuk kesekian kalinya, Kepala Penerangan
Pemuda tersebut, menyambung bicaranya :
Akan tetapi, dalam perjuangan ini, pasti banyak korban, baik jiwa
maupun harta benda. Tapi pengorbanan itu tidak ada yang sia-sia. Kapan
kemenangan akhir itu kita capai, kita tidak dapat mengetahuinya,
semuanya tergantung dari kehendak Allah yang maha Kuasa.
Semua yang bapak katakan itu benar, kata wanita yang mula-
mula bertanya tadi.
Terimah kasih, kata Sanusi. Oleh karena mata kita tidak
mauterpejam, baiklah saya menceriterakan satu kejadian penting di za-
man dahulu.
Terima kasih pak, kata mereka, sambil memperbaiki duduknya
masing-masing.
Saya kira di antara saudara-saudara ada yang pernah membacari
wayatJengis Khan bangsa Mongol. Di abad ke 13 Masehi, dia seorang
pahlawan bangsa Tartar yang gagah berani, akan tetapi oleh karena

223
kerakusannya kepada kekuasaan, menyebabkan ia tidak pernah merasai
sesaat pun ketenangan dalam hidupnya. Ia selalu berperang, berperang
terus, merampas hak-hak lain dan menjarah beberapa negeri. Sejak
dariTiongkok ia menjarah, kemudian menuju ke Barat melintasi
pegunungan Himalaya, menghantam India, Pakistan, Afganistan,
Irian,akhirnya menghancurkan Bagdad kota indah di Timur Tengah, dan
menyembelih seluruh penduduknya.
Ia menerjang seakan-akan banjir lahar yang keluar dari satu
gunung berapi yang meledak, sehingga tidak ada sesuatu yang dapat
bertaban di hadapannya.
Demikianlah, setelah Jengis Khan memasuki kota Bagdad yang
terletak di pinggir sungai Tigris, ia mendapati kota itu dalam keadaan
sunyi, kosong tidak ada seorangpunyang kelihatan.Kekayaan yang
melimpa-limpah dalam istana kerajaan dan di lain-lain gedung yang
besar, habis mereka rampok. Sementara itu, beberapa panglima Jengis
Khan berkeliling kota untuk mencari jejak sulthan. Seorang
panglimanya bernama kublai Khan melihat seorang tua bersama dengan
seorang anakkecil yang berumur kira-kira 7 tahun, cucu orang tua
tersebut. Ia tak sempat bersembunyi karena sudah tua.
He! di mana rajamu bersembunyi?tanya Panglima itu. Orang tua
itu berpikirsejenak, baru berkata :
Bunuh dulu cucuku ini, baru saya beri tahu di mana Sulthan
bersembunyi.
Tanpa rasa kasihan, Kublai Khan memancung anak tersebut, dan
mengulang pertanyaannya.
Saya tidak mau mengatakan kepada musuh saya, musuh raja saya,
masuk bangsa saya, musuh negeriku, musuh kebenaran, walaupun saya
akan dibunuh. Saya menyuruh membunuh cucuku lebib dahulu, sebab
pasti ia memberitahukan kepada engkau di mana Sulthan bersembunyi,
jika saya yang mati lebih dahulu. Sekarang kau boleh lakukan
kehendakmu, jahannam, kata orang tua itu menentang.

224
Lehernya ditebas dengan kelewang oleh Kublai Khan. Pahlawan
tua itu syahid.
Oleh karena Sulthan tidak diketahui tempatnya bersembunyi, maka
dapatlah baginda itu menyusun kembali tentaranya yang mudah
berserak-serak itu. Baginda menunggu saat yang baik. Pada ketika
JengisKhan dengan tentaranya telah lalai dan mabuk dibuat kesenangan
yang melainpaui batas, pada saat itulah tentara Sulthan menggempur
habis-habisan musuhnya, sehingga mereka lari pontang-panting. Tentara
yang gagah berani itu hancur, dan banyak yang berkubur di bumi Irak.
Inilah satu kenyataan, disebabkan kesetiaan seorang tua yang
berdasarkan keadilan, maka negerinya yang telah runtuh, dapatbangun
kembali atas pertolongan TUHAN, kata Sanusi mengakhiri ceriteranya.
Kemudian, sunyi senyap, mereka tenggelam dalam kenangan dan
impian indah, sampai mereka terlena dan tidur dengan nyenyak-
nyenyak.
Gadis yang mula-mulaanda bertanya pada malamitu, setelah NICA
berkuasa di daerahnya, kemudian bersuamikan seorang tentara KNIL,
yang datang menyerang kotanya. Tapi menurut kabar, ia dipaksa dengan
hebat sehingga hilang daya dan kekuatannya, meskipun tentara KNIL,
itu sukunya sendiri.
Sebelum matahari terbit, rombongan telah berangkat, dan
menjelang matahari terbenam, baru rombongan memasuki kota kecil
Buapinang yang terletak di tepi pantai.
Buapinang, adalah satu daerah kendari yang subur tanahnya. Di
sini terdapat berupa-rupa tanam-tanaman, seperti kelapa, mangga amat
banyak. Daerah ini menghasilkan banyak tembakau yang
baikkwaliteitnya, sehingga tembakau Buapinang terkenal di mana-mana.
Penduduk Buapinanghampir 100% terdiri dari suku Bugis. Ada
asal dari Bone, Sinjai, Wajo dan lain-lain. Sedikit sekali pendudug asli.
Rombongan disambut oleh Mappeare Wakil Kepala Distrik, oleh
karena Kepala Distrik tidak ada waktu itu. Selain Mapgeare, turut pula
menyambut beberapa tokoh-tokoh terkemuka baik dari kalangan

225
pemuda, maupun dari kalangan dagang dan pegawai. Anggota-anggota
rombongan ditempatkan di beberapa rumah yang cukup baik, sehingga
sambutan rakyat Buapinang sukar dilupakan.
Malam itu, hanya bercakap-cakap dengan pendek dengan tokoh2
terkemuka Buapinang, karena sangat letih. Tapi Sanusi, Andi Achmad,
Guli Dg. Mallimpo, Pimpinan Pemuda Kolaka, mengadakan
pembicaraan tersendiri dengan Wakil Kepala Distrik dan beberapa
tokoh-tokoh Buapinang. Pembicaraan itu amat penting, karena
rombongan meminta supaya besok pagi bendera merah-putih dikibarkan
secara resmi di Buapinang. Ini berarti, bahwa sejak besok itu, Buapinang
telah menjadi daerah republik Indonesia, meskipun Kendari telah
diukuasai oleh NICA. Setelah Sanusi memberikan jawaban-
jawabanyang tegas dan terang dari berbagai pertanyaan yang dimajukan
dalam pertemuan tersebut, akhirnya Wakil Kepala Distrik dan tokoh-
tokoh pemuda Buapinang setuju dengan hati yang bulat mengibarkan
bendera merah-putih besoknya, serta bersedia memikul segala kon-
sekwensinya.
Keesokan harinya anggota-anggota rombongan merasa segar, dan
sesuai dengan rencana, pagi itu, dengan resmi bendera merah putih
berkibar dengan megahnya di ujung tenggara Sulawesi. Upacara bendera
tersebut, diikuti oleh segenap penduduk Buapinang dengan perasaan
khidmat.
Malamnya, sesuai dengan rencana, baru rapat umum diadakan.
Hampir semua penduduk, laki-laki perempuan hadir dalam rapat umum.
Pembicaraan dilakukan oleh Sanudi dalam bahasa Bugis sebagai
pembicara tunggal.
Oleh karena menjaga kemungkinan adanya mata-mata NICA di
Buapinang, maka pembicara memakai mantel supaya tidak mudah
kelihatan pistol yang disembunyikan di dalam saku celananya. Pistol itu,
akan digunakan oleh pembicara untuk mendahului jika ada gerak-gerik
yang mencurigakan. Di samping itu, beberapa anggota rombongan

226
sengaja duduk mendampingi orang-orang yang tidak begitu dikenal,
untuk menjaga segalakemungkinan.
Pada penutup pidatonya, M. Sanusi Dg Mattata mengatakan:
Saudara-saudara, masa ini adalah masa kita, kesempatan bagi kita
semua, giliran kita untuk tampil ke depan memikul kewasjiban dan
tanggung jawab, berjuang sebagai seorang patriot menentang musuh
melawan Belanda sebagai juga nenek moyang kita, yang mempunyai
masa dan gilirannya masing-masing, berbakti kepada tanah airnya.
Kesempatan ini hanya sebentar saja, sebab itu, harus kita pergunakan
dengan baik. Masa datang adalah giliran anak cucu kita. Sebab itu,
barjuanglah dengan hati yang tabah, insya Allah, kita pasti menang,
karena senjata kita adalah kebenaran dan keadilan.
Sesudah rapat yang penting itu, terus disambung dengan sandiwara
pemuda Kolaka dengan mengambil Cerit era perjuanganyang sangat
menarik hati penonton.
Besoknya sesudah berkemas-kemas akan pulang ke Kolaka, tiba-tiba
muncul saudara Supu dan Mahsen yang datang dengan perahu. Mereka
langsung memberikan laporan mengenai situasi di Kendari.
Demikianlah, rombongan berangkat pulang dengan bertambah2
orang setelah mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada Wakil
Kepala Distrik dan teman-temannya yang telah melayani rombongan
dengan baik.
Semalam di jalan, baru rombongan tiba di Kolaka dengan selamat.

c. KETERANGAN A. PATANDJENGI SEORANG PEMIMPIN


PEMUDA KENDARI

Untuk memperlengkapi keterangan-keterangan kedua pemimpin


pemuda Kendari tersebutdi atas, di bawah ini penulis turunkan pula
keterangan-keterangan A. Patandjengi, salah seorang pelopor
kemerdekaan terkemuka Kendari.

227
A.Patandjengi seorang yang berpikiran luas, mempunyai
pandangang tepat dalam soal-soal kehidupan, taat beribadat, berani dan
jujur. Seorang Pemuka PSII terkemuka. Kini beliau menjadi pegawai
Penerangan Propinsi Sulawesi, sesuai ia menjadi Kepala Penerangan
Daerah Bone. Inilah keterangan beliau :
1. Karena akibat kolonialisme-kolonialisme dan feodalisme, baik dari
Belanda dan kaki tangannya, maupun dari Fascis Jepang, sebagai halnya
di daerah lain, setealah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945
dikumandangkan, maka pemuda Kendari-Selatan dan Andolo pada
khususnya yang dipelopori oleh A. Patandjengi, Supu, Nuhung, Moh.
Ali dan Mohsen serta kawan-kawannya, bangkit bersama-sama terutama
pemuda bekas Seinendan, menyusun dan menjelmakan diri menjadi
Pemuda Rakyat, menyiapkan perlengkapan-perlengkapan untuk
mempertahankan kemerdekaan sebagai konsekwensi dari proklamasi 17
Agustus 1945, dan menyatakan dengan resmi berdiri di belakang
Pemerintah RI yang telah diproklamasikan, dan mengakui satu-satunya
kekuasaan yang syah di Indonesia, dan Sang Merah Putih melambai
memberikan semangat perlawanan.
2. Kebulatan semangat para pemuda lebih menjadi-jadi, setelah
rombongan penerangan merah-putih dari Palopo dan Kolaka di bawah
pimpinan M. Sanusi Dg. Mattata serta Abd. Madjid mengadakan rapat
umum di Kendari.
3. Setelah itu, usaha-usaha pokok yang dijalankan terutama di Andolo
dan Kendari Selatan, adalah :
a. Menggembleng massa persatuan untuk mempertahankan
proklamasi kemerdekaan.
b. Mengusahakan persenjataan dengan jalan menggedor gudang-
gudang Jepang, dan menyelami senjata-senjata yang telah dibuang
oleh Jepang di pesisir pantai yang diduduki Jepang.
c. Mengumpulkan perlengkapan-perlengkapan makanan di bukit-
bukit (di hutan) sebagai persiapan.

228
d. Mengungsikan penduduk meninggalkan perkampungan-
perkampungan di pinggir jalan besar.
4. Pada awal bulan Oktobcr 1945, Pemuda Rakyat KendariSelatan
mengurus saudara Moh. Ali untuk menghubungi pemuda merah-putih di
Kolaka, yang kemudain Pemuda Rakyat Kendari Selatan dan Andolo
meleburkan diri dalam PKR (maksudnya PRI Luwu : pertulis) Luwu
Kolaka dalam kesatuan batalion.
5. Pada bulan Nopember 1945, A. Patandjengi mengadakan perjalanan
ke Bone dengan maksud akan mengadakan hubungan kerja sama dengan
pemuda merah-putih di Bone. Dengan perjalanan dengan perahu layar
ini, ikut serta saudara Supu dan Mohsen yang bermaksud ke Kolaka
guna mengadakan perembukan dan mempersatukan pertahanan dan
perlawanan terhadap NICA yang baru mendarat di Kendari.
Perpisahan kami terjadi di kampung Buapinang, sehari sesudah
penaikan bendera merah-putih dari Kolaka bersama dengan rombongan
Kepala Penerangan Pimpinan M. Sanusi Dg. Mattata.
6. Perkunjungan A. Patandjengi ke Bone tidak membawa hasil, karena
organisasi pemuda di Bone pada saat itu mengalami krisis (pecah belah)
akibat konfrensi yang telah dilakukan oleh pimpinan militer Sekutu
dengan para pimpinan serta para staf pemerintah swapraja se
SulawesiSelatan di Bone yang mengadakan kerja sama dengan NICA.
7. Pada bulan Pebruari 1946, tentara NICA mengadakan serangan dan
penyerbuan ke Kendari-Selatan dan di Andolo dimana gugurnya saudara
Saiman, dan tertangkapnya beberapa kawan yang menjadi Pelopor,
antaranya Saudara Nuhung, Moh Ali, Buraera, J. Silondai dan Abdullah
Silondai, kemudian diangkut ke Makassar.
8. Pada saat itu A. Patandjengi mengembara di hutan-hutan, dan pada
akhir tahun 1946, menjeberang ke Jawa untuk melanjutkanperjuangan.
Keterangan di atas, sedikit banyaknya membuktikan betapa luas
sepak terjang pemuda Luwu dalam perjuangan kemerdekaan bangsa dan
tanah air.

229
f. BERITA KEDATANGAN TENTARA
AUSTRALIA,MENGGEMPARKAN KOLAKA DAN
SEKITARNYA.

Setibanya dari Buapinang, Sanusi, dengan kawan-kawannya, telah


bersiap-siap hendak kembali ke Palopo, akan tetapi sampai bulan
Desember 1945, mereka belum dapat berangkat, karena motorboot
yanghanya sebuah saja di waktu itu, masih rusak dan telah berkali-kali
diperbaiki. Juga laporan mengenai peristiwa J. Boon, juga belum dapat
dikirim.
Di samping kesulitan-kesulitan tersebut, Sanusi sangat ingin
mengetahui isi perundingan antara raja-raja dan tentara Australia
yangdiadakan di Bone.
Dalam pada itu, radio Andi Kasim di Pamala, dapat sedikit
menjelaskan keadaan dan situasi politik, sehingga Sanusi cs. dapat
memperhitungkan gerak-langkah perjuangan pemuda. Di antara berita-
berita radio tersebut, adalah sebagai berikut:
November - Di Jakarta, Mr, Mob Roem ditembak NICA sehingga
luka berat.
Perdana Menteri Sutan Sahrir mengatakan : karena keadaan kacau
yang ditimbulkan extremeist-extremist Belanda, yang sudah tidak
dapat lagi dikuasai oleh Inggeris-Belanda, dan korban darirakyat,
baik berupa jiwa maupun harta benda sangat besar, maka
pemerintah tidak akan mau berunding dengan Belanda.
Desember - Menteri Jajahan Belanda Loggeman
menerangkan,bersedia berunding dengan Sutan Sahrir tapi tidak
mungkin, kalau dengan Ir. Soekarno.
Pada suatu hari, kira-kira jam 3 siang, sementara Sanusi memi-
kirkan cara untuk kembali ke Palopo, begitu juga dokumen
mengenaiLetnan Boon dapat segera sampai di Palopo, tiba-tiba henti
satu otokecil di muka rumah kediamannya. Dari dalam oto keluar

230
KomandanTentaraJegang di Pamala, langsung naik rumah, dan memberi
hormatkepada Sanusi.
Setelah Perwira Jepang itu duduk, ia mengatakan bahwa tentara
Australia akan datang di Pamala untuk mengambil Letman J. Boon dan
Australia memerintahkan kepadanya untuk mengurus hal itu.
Tuan tidak boleh ambil J. Boon. Hal itu, adalah urusan kami
dengan tentara Australia. Dan jika tuan mau mengambil Boon secara
paksa, maka keadaan akan menjadi gawat, sebab lebih dahulu tuan harus
berkelahi dengan rakyat, kata Sanusi.
Tidak, katanya, Cuma saya pikir, hal itu perlu tuan ketahui
dahulu.
Terima kasih, jika begitu, kata Sanusi.
Sejurus kemudian, Sanusi bertanya :
Ada berapa orang tentara Australia yang akan datang, dantanggal
berapa mereka datang.
300 orang lengkap dengan senjatanya. Mereka datang dengan
kapal pada tanggal 16 Desember 1945, jawab Perwira Jepang tersebut.
Mereka datang ke Kolaka bukan?
Tidak, datang di Pamala saja.
Terima kasih. Saya harap supaya berita ini jangan tuan kasih tahu
lebih dahulu kepada orang lain, kata Sanusi.
Y, katanya, sambil ia pergi.
Oleh karena berita itu amat penting, Sanusi tidak memberi tahukan
langsung kepada kawannya, jugakepada Andi Kasim dan Pimpinan
pemuda Kolaka.
Ketika itu, hanya Sanusi sendiri di rumah. Ia tidak keluar rumah,
tapi tinggal memikirkan sedalam-dalamnya persoalan berita yang
penting itu.
Jam 17.00 petang sesudah mandi, Sanusi keluar rumah, ke rumah
Andi Kasim, untuk menyampaian berita tersebut, karena ia telah
mempunyai pendapat dan pendirian dalam soal yang penting itu. Di
jalan Sanusi bertemu Andi Achmad dan Dg. Mallimpo. Sanusi lantas

231
memberitakan keduanya tentang berita tersebut, dan mengajak bersama-
sama ke rumah kepala pemerintah dan ke rumah Ketua Umum Pemuda
Kolaka. Kebetulan Andi Kasim sedang duduk-duduk di depan
rumahnya, maka Sanusi segera memberi tahu kepadanya tentang berita
itu. Ditambahkannya, bahwa berita itu pasti benar, sebab tugas Australia
yang terpanting ialah menjaga keamanan. Jadi sebentar malam, kita
harus mengadakan rapat lengkap,untuk mengetahui pendapat dan
pendirian Pimpinan Pemuda Kolaka. Andi Kasim setuju segera
mengadakan rapat, demikian juga A. Kamaruddin Ketua Umum Pemuda
Kolaka.
Jam 20.00 malam, rapat dibuka, dihadiri tengkap oleh anggota-
anggota pimpinan pemuda. Di antara yang hadir juga pemuda anggota
biasa, dan Klerk Parera yang telahdibebaskan dari Perlindungan.
Kehadiran mereka yang tidak diundang itu, sukar dicegah, oleb karena
berita itu telah bocor.
Atas permintaan Ketua Umum Pemuda Kolaka, rapat itudipimpin
oleh Sanusi.
Umumnya, pendapat dan pendirian anggota-anggota rapat, tidak
hendak menyerahkan J. Boon begitu saja, dan kalau Australia hendak
memaksa kita, kita lawan. Ada juga yang berpendapat, supaya J. Boon
disingkirkan saja, dan habis perkara. Dan jika Australia bertanya,
katakan saja, kita tidak ketemu Boon.
Sesudah pendapat yang akhir itu dimajukan, rapat menjadi tenang.
Semua orang asyik dengan pikirannya masing-masing. Kemudian ketua
rapat meminta kepada yang hadir untuk mendengarkan pendapatnya,
supaya dapat dipertimbangkan bersama-sama.
Saudara-saudara, kata ketua rapat, persoalan ini sangat penting,
sebab bersangkut paut dengan bidang diplomasi, politik dan bidang
pertempuran. Tegasnya, adalah suatu persoalan politik yang berat,
karena menyangkut kehormatan bangsa, dan kehormatan Pemerintah
Kerajaan Luwu. Kita telah mengakui bahwa petugas keamanan di
daerah kita ini terutama di bidang orang-orang tawanan dan pencopotan

232
senjata Jepang, ialah tentara Australia. Selain dari Australia, tidak ada
yang kita akui. Sedangkan pemerintahan apa yang dikatakan NICA tidak
ada, dan kalau ada tentu kita tantang dan lawan. Tapi yang kita tawan
sekarang ini, ialah J. Boon seorang opsir bangsa Belanda. Jika ia
bawahan Australia, dan kita tahan terus setelah Australia minta, berarti
harus bertempur dengan Sekutu. Tetapi menurut pengakuan pemimpin
tentara Sekutu di Asia Tenggara, bahwa mereka itu, baik tentara
Inggeris maupun tentara Asutralia, tidak akan mencampuriurusan dalam
negeri. Itu berarti, Inggeris mengakui pemerintahan kita. Dan terakhir
Pemimpin Tentara Inggeris di Jawa Jenderal Christison telah mengakui
Tentara Kemanan Rakyat. Yang sulit bagi kita sekarang, karena kita
belum mengetahui isi dan keputusan dari pada Konferensi Raja-Raja
bersama tentara Australia di Watampone.
Dalam persoalan ini, jelas kita berada di pihak yang benar, oleh
karena J. Boon nyata-nyata bertindak salah, ia datang secara kasar, dan
melanggarkehormatan dan kedaulatan Pemerintah Kolaka, sehingga
terjadai pertempuran. Jadi jalan yang sebaik-baiknya, kita harus
menunjukkan kerja sama dengan tentara Australia, jika memang
Australia mengakui kita. Jika Australia tidak mau berunding dengan kita
dalam soal-soal keamanan seumpama masaalah Boon ini, itu berarti
Australia hanya pura-pura mengakui kita. Dan jika memang
demikian,maka kita terpaksa bertarung dengan senjata yang ada pada
kita, dan kepada Allah kita menyerahkan diri.
Demikianlah duduknya persoalan ini, dan persoalan ini saya
serahkan di atas pertimbangan saudara-saudara.
Beberapa lama, belum ada orang yang mengeluarkan pendapatnya,
maka ketua rapat berkata lagi :
Saudara-saudara, sekarang saya hendak mengeluarkan
pendapatdan pendirian saya. Untuk mewujudkan kerja sama dengan
Australia,maka baiklah kita mengadakan tawanan. Australia kini sedang
menawan 7 orang Pemuda kita asal dari Palopo. Tawana-tawanan itu
beradadi Makassar. Jika Australia mauberundingdengan kita, maka

233
terpenting dalam perundingan ialah pertukaran tawanan tersebut.
Tapimeskipun demikian pendirian kita, terserah juga kepada
keputusanPemerintah Kerajaan dan Pimpinan Pemuda Pusat di Palopo.
Itulahsebanya, dalam beberapa hari ini, saya pikirkan bagimana cara
dukumen J. Boon itu dapat segera sampai di Palopo. Kini, waktu tinggal
hanya 10 harilagiAustralia telah tiba di sini, pada hal motorboot kita
belum baik.
Bagaimana jika Australi hanya pura2 mau berunding dengan kita,
tetapi maksudnya mau mengambil Boon begitu saja dengan tidak
menghiraukan permintaan kita? tanya seorang yang hadir.
Sudah tentu kita harus mempertahankan pendirian kita sampai
kepada usaha terakhir, kata ketua rapat.
Akhirnya rapat menetapkan keputusan : Berunding dengan
Australia dengan pokok acara, pertukaran tawanan.
Sesudah rapat tersebut, kelihatan rakyat kota banyak yang telah
bersiap-siap akan menyingkir, karena orang memastikan pertempuran
akan terjadi, dan tak dapat dielakkan lagi.
Sementara itu, Pasukan-pasukan Pemuda telah bersiap-siap
disekitar Kolaka dan Pamala, dipimpin oleh H. Wahid dan M. Joseph.
Kedua Pemimpin Pemuda tersebut, telah diberi tahu secara rahasia
bahwa jika kelak delegasi pemerintahan pemuda ditawan oleh Australia,
maka gempur saja Australia itu.
Sementara orang menunggu hari tibanya tentara Australia, Sanusi
berpikir terus hendak membawa persoalan itu ke atas tingkat yang lebih
tinggi. Sanusi menghendaki supaya perundingan itu dilakukan antara
Pemerintah Kerajaan Luwu bersama Pimpiman Tertinggi Pemuda Luwu
di satu pihak, dan tentara Australia di lain pihak, agar pertumpahan
darah dapat dihindarkan, karena pertumpahan darah itu bukan saja akan
mengorbankan banyak orang, tetapi memang itulah maksud NICA yang
terpenting. NICA hendak mengadu kita dengan Australia, supaya
Pemerintah dan Pemuda menjadi lemah.

234
Makin dekat waktu kedatangan Australia, semakin banyak wanita
dan anak-anak yang diungsikan, sehingga penghidupan yang tadinya
berjalan baik, kini menjadi tegang dan sukar.
Kira-kira 5 atau 6 hari lagi sebelum Australia datang, pada suatu
petang, Sanusi dengan seorang diri pergi menemui Andi Kasim dengan
satu maksud yang tertentu. Dia ajal beliau petang itu mengunjungi
Pamala untuk mendengar berita-berita dari Jawa. Ajakan itu diterima
baik oleh Andi Kasim. Oleh karena takada berita penting, mereka
langsung ke rumah ex Komandan Tentara Jepang yang sudah berkenalan
baik dengan sanusi, sesudah melakukan shalat magbrib di rumah
seorang penduduk. Sanusi berhadap, moga2 siasatnya yang telah
direncanakan tadinya, berhasil di rumah orang Jepang itu.
Setelah duduk tiba-tiba Andi Kasim meminta kepada Komandan
itu, supaya ia memberi tahukan Australia, supaya langsung dahulu ke
Palopo Mendengar permintaan Andi Kasim yang tidak di sangka--
sangkaitu, komandan Jepang tersebut menjadi bingung.
Apa yang dikatakan Andi Kasim tersebut, itulah juga maksud
Sanusi. Maka Sanusi segera menyambung permintaan Andi Kasim
tersebut :
Semenjakorang mengetahui bahwa Australia mau datang
mengambil J. Boon, rakyat gempar dan orangbanyak menjadi gelisah,
dan akhirnya mereka menjadi marah, dan bersiap-siap mau berkelahi
dengan siapa saja yang mau mengambil Boon. Dan sudah tentu orang
Jepanglah yang lebih dahulu dikeroyok rakyat, karena disangka sebagai
kaki-tangan Australia dan mata-mata NICA, sebab itu, tuan harus
menjawab pertanyaan saya, sebagai wakil Australia di daerah ini :
Apakah tuan sanggup dan mampu menahan kemarahan rakyat
sehinggakeamanan tidak terganggu ? Dan kalau tuan mampu, maka saya
ucapkan banyak terima kasih, sebab saya sendiri sebagai wakil pucuk
Pimpinan Tertinggi Pemuda Luwu,tidak sanggup menahan kemerdekaan
rakyat.

235
Mendengar keterangan dan pertanyaan itu, komandan Jepang
tersebut pucat mukanya, lantas ia bilang : kami sama sekali tidak
dapat.
Kemudian Sanusi bertanya kepada Andi Kasim.
Apakah Opu sebagai KepalaPemerintah Negeri Kolaka,
sanggupmembendung rakyat Kolaka?
Saya juga tidak sanggup, kata Andi Kasim
Nah, ini malam juga, kata Sanusi, Tuan harus cable Australia di
Makassar, supaya jangan langsung ke Pamala, tapi lebih dahulu harus ke
Palopo mengambil Sutjo (Datu) atau wakilnya sebagai pemerintah
tertinggi Luwu. Jadi akan diadakan perundingan antara Pemerintah
Kerajaan Luwu dan Pimpinan tertinggi Pemuda Luwu, dengan tentara
Australia.
Kasih tahu juga Australia dalam cable itu, bahwa permintaan
tersebut dimajukan,oleh karena Pemerintah Kolaka tak sanggup
menahan kemarahan rakyat jika Australia datang langsung ke Pamala.
Komandan tersebut segera memanggil seorang yang bertugas di
bahagian telegram lantas memerintahkan mengirim kawat ke Makassar
seperti yang dimaksud kedua pemimpin pemuda tersebut.
Kira-kira setengah jam kemudian, datanglah kembali petugas
telegram tadi, memberitahukan bahwa telegram yang dimaksud sudah
dikirim. Setelah komandan itu membaca copy telegram tersebut, lantas
memberitahukan kepada kedua tamunya, bahwa telegram sudah
dikirimdengan betul.
Setibanya di rumah, Sanusi terus memberitahukan kawannya
tentang siasatnya. Dan jika siasat ini berhasil, maka tentu Datu atau
wakilnya akan datang kemari.

g. BERUNDING DENGAN TENTARA AUSTRALIA


MENGENAI MASALAH LETNAN J.BOON
BERTEMPAT DI PAMALA.

236
Kalau kita terpaksa bertempur dengan tentara Australia, mungkin
disaat itulah berakhir rawayat kita, kata Sanusi suatu pagi ketika
sarapan bersama kawannya.
Apa boleh buat, kalau mesti begitu, kata Andi Achraad dan M.
Guli.
Ya, jika nasib kita demikian, maka kematian kita itu disebabkan
membela hak dan keadilan bukan? Itulah kematian yang terhormat mulia
di sisi bangsa dan di sisi Tuhan, kata Sanusi
Kemudian Sanusi berkata lagi :
Kini, masih ada waktu, baiklah kita masing-miksing mengatakan
suatu amanat yang harus disampaikan kepada keluarga kita.
Ah, buat saya tidak ada apa-apa yang perlu saya amanatkan, kata
Guli.
Tapi jika engkau gugur, dan mayatmu masih dapat diketemukan
barangkali ingin dikuburkan di tempat kelahiranmu atau di tempat lain
yang engkau sukai, kata Sanusi.
Ah, di manapun saya berkubur, sama saja, kata Guli. Andi
Achmad, bagaimana, tanya Sanusi.
Saya, sama dengan Dg. Malimpo.
Jika demikian, saya pun begitu juga, kata Sanusi, Akan tetapi,
mulai sekarang, kita harus meperbanyak ibadat Kepada Allah S.W. dan
berdoalah selalu kepada-Nya, karena segala sesuatu itu adalah
kepunyaan-Nya. Hidupdanmati Allah yang mengadakan. Pendek kata,
apa saja, semua kepunyaan-Nya. Moga-moga kita diampuni Tuhan, dan
mendapat kemenangan. Terima kasih, kata keduanya.
Hari itu, tanggal 14 Desember, jadi hanya dua hari lagi Australia
datang sesuai dengan kawatnya. Sesudah mereka sarapan, mereka
berangkat ke kota untuk mencari-cari berita dn memeriksa motorboot.
Dalam perjalanannya ke kota, ditengah jalan mereka bertemu dengan
komandan Jepang Pamala yang bermaksud mengunjungi mereka.
Komandan Jepang itu menyampaikan berita, bahwa ia telah
menerimacable dari Makassar sebagai jawaban cablenya. Australia

237
dalam cablenya menyatakan bahwa mereka tidak jadi langsung ke
Pamala, tetapi ke Palopo dahulu untuk mengambil Sutjo, dan nanti pada
tanggal 19 Desember baru tiba di Pamala. Sesudah ia menyampaikan
berita yang penting itu, Komandan itu terus berangkat.
Syukur Alhamdulillah, rupanya siasat kita mengena, karena
ternyata Australia pun takut kepada keributan yang mungkin terjadi,
sehingga mereka sangat memerlukan Datu. Moga-moga dalam hal ini
kita dapat mencapai kemenangan yang sempurna, sebab isi berita tadi,
baru merupakan kemenangan yang pertama, yakni Australia tidak berani
dan tidak sanggup sendiri menghadapi persoalan J. Boor. Kedua, dengan
membawa serta Datu dalam persoalan ini, berarti Australia mengakui
Luwu sebagai daerah Republik Indonesia, kata Sanusi menjelaskan
kandungan cable tersebut.
Setelah mereka tiba di kantor Kepala Pemerintah Negeri, mereka
meminta untuk berbicaradengan kepala pemerintah dengan tidak ada
orang lain, karena cable tersebut masih perlu dirahasiakan. Andi Kasim
merasa girang mendengar berita tersebut. Setelah mereka akan
meninggalkan kantor Andi Kasim, berkatalah Sanusi kepada Andi
Kasim, supaya beliau bersiap-siap dari serangan untuk menghadapi
perundingan itu kelak.
Di luar kantor, Sanusiberkata kepada kedua kawannya :
Pergilah beritahu Andi Kamarauddin dan lain-lain pemimpin,
tentang berita ini, dan saya sendiri hendak memeriksa motorboot, sebab
saya khawatir kita kena sabot dan stagnasi, sehingga motorboot itu
belum juga selesai.
Kebetulan ketika itu, muncul pula H. Abdurrasjid. Sanusi lantas
mengatakarn kepadanya tentang berita cable tersebut, dan dimintanya
dokumen. J. Boon diantar sebentar ke Sakkoli, karena masih adasedikit
keterangan perlu disampaikan kepada Datu dan Pimpinan Pemuda
diPalopo. Kemudian Sanusi bersama H. Abdurrasjid ke tepi pantai untuk
memeriksa keadaan motorboot yang telah lama diperbaiki itu.

238
Mereka mendapati Situ (masinist), tengah bekerja, dengan
memegang sebuah kunci Inggeris.
Setalah memperhatikan sebentar keadaan motorboot tersebut,dari
haluan ke buritan, dan kemudian kepada mesinnya, Sanusi lantas
bertanya kepada Situ : Bagaimana?
Masih susah, mungkin satu atau dua tiga hari lagi baru bisa baik,
kata Situ.
Engkau omong kosong, sebab jika saudara bersungguh-sungguh
selama lebih sebulan ini memperbaikinya, sudah lama motorboot ini
menjadi baik kembali. Menurut saya, dalam tempo sejam atau dua
jam,motor ini telah baik. Selama ini, kami percaya pada saudara. Tapi
mungkin saudara kaki-tanganNICA. Besok, H. Abdurrasjid harus
berangkat ke Palopo, dan kalau tidak, saya penjarakan saudara, dan
menganti saudara dengan orang lain, dan akibat selanjutnya saya tidak
tanggung, kata Sanusi kepada Satu dengan sedikit marah.
Situ pucat, lantas berkata :
Baiklain Nak, tapi saya kehabisan belanja.
Kapan belanjanya habis?
Sudah lima hari.
Apa sebab tidak diberi tahu, bentak Sanusi, sambil memberikan
kepadanya lima ratus rupiah uang Jepang.
Setelah mereka meninggalkan Situ, Sanusi selalu memandang
ketengah laut, moga-moga ada perahu Bugis. Kebetulan dari jauh
sebuah perahuBugis menuju pantai, Sanusi dan Abdurrasjid segera
menjumpai perahu tersebut, dan bertanya, perahu itu datang dari mana.
Perahu itu datang dari BajoE (Bone). Sanusi menanyakan kalau-
kalau nakhoda ada mengetahui tentang Konfrensi Raja-Raja dan
Australia yang diadakan di Bone.
Dengan tidak ditanya lebih jauh, tiba-tiha nakhoda itu memberikan
kepada Sanusi selembar surat. Surat itu, ternyata suatu maklumat
mengenai keputusan-keputusan konfrensi tersebut yang sengaja
disebarkan.

239
Isi yang terpenting dari maklumat tersebut, ialah :
1. Australia tidak mencampuri urusan pemerintahan.
2. NICA itu, adalah pegawai Australia.
3. Tidak boleh NICA melakukan sesuatu hal jika tidak diperin-
tahkan oleh Australia.
H. Abdurrasjid clan Sanusi mengucapkan banyak-banyak terima
kasih kepada nakhoda perahu tersebut, sebab apa yang gelap, kini telah
menjadi terang mengenai keadaan politik.
Dua hari sesudah Sanusi mengancam Situ, berangkatlah H.
Abdurrasjid ke Palopo membawa dokumen tersebut.
Sanusi cs. sudah ingin pulang ke Palopo bersama H. Abdarrasjid,
sebab sudah lama berada di Kolaka, apa lagi semua yang diinstruksikan
kepadanya telah diselesaikan, dan persoalan Boon sudah jatuh pula
dalam tangan Pucuk Pimpinan Pemerintah Kerajaan, tetapi mereka
masih perlu tinggal lagi karena tenaga masih diperlukan sampai
masaalah Boon selesai benar-benar.
Pada tanggal 18 Desember sehari sebelum Australia tiba
sekonyong-konyong terjadi suatu hal yang hampir menjadikan persoalan
Boon menjadi parah. Boon diculik dari penjara oleh beberapaorang
pemuda dan melarikannya masuk hutan antuk dibunuh.
Ketika kejadian itu diketahui, maka semua yang bertanggung
jawab,marah besar terutama Andi Kasim.
Insiden ini, pasti perbuatan kaki-tangan N1CA. Mereka
menghasut pemuda kita supaya menculik Boon dan membunuhnya,
sebab, jika terbunuh, maksudmereka tercapai, yaitu mengadu kita
dengan Australia sehingga kita menjadi lemah, dan dengan gampang
NICA memukul kita, kata Sanusi dengan suara keras di kantor
pemuda Kolaka yang penub sesak penduduk.
Untung baik, karena baru saja pemuda-pemuda itu hendak
meletakkan kelewangnya di leher Boon, ketika itu mereka dicegat oleh
pemimpinnya sehingga Boon dapat tertolong.

240
Sesudah insiden tersebut, maka pada hari itu juga, disusunlah
delegasi Kolaka yang akan mendampingi delegasi Datu, sebagai berikut
:
1. Andi Kasim, Kepala Pemerintahan Kolaka.
2. A. Kamaruddin, Ketua Umum Pemuda Kolaka.
3. Dr. Kwa Ha Tjui, Kepala Dines Kesehatan, karena
diperlukanbahasa Inggerisnya.
4. A. Achmad, Kepala Polisi Istimewa Pemuda Pusat Luwu.
5. M. Sanudi Dg. Mattata, Kepala Penerangan/juru bicara Pimpinan
Pemuda Pusat Luwu.
Beberapa hari sebelum tibanya Australia, rakyat diminta datang
dengan membawa sinangke untukmengatur diri memenuhi jalan dari
Kolaka ke Pamala, dan di dalam kota Pamala sendiri, sebagai suatu
siasat perang urat saraf.
Jam 08.00 pagi tanggal 19 Desember 1945, bekas rumah
Controleut Kolaka yang menjadi kantor pusat pemuda Kolaka, telah
penuh sesak oleh orang yang ingin mengetahui perkembangan
selanjutnya. Jam 9 pagi kapal Australia membuang, sauh di pelabuhan
Pamala, dengan membunyikan meriam penghormatan 2 kali. Sementara
itu, jalan raya antara Kolaka dan Pamala telah penuh oleh rakyat dengan
membawa senjata, seperti sinangke, tombak, keris dan lain-lain.
Memperhatikan semangat rakyat yang menyala begitu rupa, maka
untuk menjaga keselamatan J. Boon, atas permintaan Andi Kasim, J.
Boon harus tidur dalam truck dan tutup dengan terpal, supaya ia jangan
ditikam oleh rakyat yang telah memenuhi jalan raya. Ini pun satu siasat
perang urat saraf .
Atas permintaan Sanusi, kepergian ke Pamala ditunda dulu
beberapa saat, menunggu delegasi dari Palopo, supaya mereka paham
benar-benar persoalan J. Boon sebelum berunding, karena
mungkindokumen Boon belum tiba di Palopo.

241
Kira-kira sejam kemudian, wakil Data tiba di Kolaka, yaitu Andi
Mappajompa Opu tomarilalang bersama dengan M.A. Azikin, sekretaris
pertama Pemuda Republik Indonesia Luwu.
Perhatian orang semangkin besar, sehingga kedua tokoh itu dengan
susah payah baru dapat memasuki tantangan kantor.
Apa yang diduga semula, benar sekali, karena dokamen J. Boon
terlambat sejam, sehingga Data dan anggota Hadatnya heran, ketika
tiba-tiba Australia datang mengajak Datu untuk berangkat ke Pamala.
Dokumen tersebut tak dapat lagi dipelajari, sehingga Datu
memerintahkan saja Opu Tomarilalang berangakat ke Pamala, nanti di
sana baru ditanyakan lebih jauh soal itu.
Di pelabuhan Pamala kata Opu Tomarilalang, hampir terjadisatu
musibah yang menyedihkan, oleh karena M.A. Azikin, hampir di bunuh
oleh pemuda, karena lencananya disangka merah-putih-biru. Untug
saya lekas hardik pemuda tersebut : Jangan, ini pemuda. Lantas
pemuda yang sudah terhunus badiknya itu mengamat-amati bang
Azikin, kemudian ia minta maaf dan pergi. Opu Tomarilalang
mengatakan juga, bahwa bukan main banyaknya orang di pelabuhan,
dan masing2 mereka itu memakai senjata tajam.
Sesudah wakil Datu tersebat, mendapat keterangan yang jelas
mengenai duduknya persoalan J. Boon, segera delegasi itu berangkat ke
Pomala, dan Boon ditutup dengan terpal di atas satu truck. Menjelang
tengah hari, delegasi tiba di Pamala langsung ke pasanggarahan Pamala,
di mana komandan tentara Australia telah menunggu. Sementara itu,
berputuh-puluh anggota tentara Australia berkeliaran memasuki kantor-
kantor, asrama-asrama Jepang, mensita bermacam-macam barang dan
beratus-ratus ribu wang kertas Jepang. Banyat di antara barang-barang
itu diberikan kepada penduduk.
Ketika delegasi Luwu tiba di muka pasanggarahan, delegasi
mendapat tanda rahasia, bahwa Joseph dan kawaa-kawannya telah
siap, tidak jauh dari tempat itu.

242
Ketika di tangga pasanggarahan, delegasi disambut oleh
Komandan Tentara Australia Opsir berpangkat Kapten, dan
mempersilahkan duduk. Kemudian ia menanyakan dalam bahasa
Inggeris, jumlah anggota delegasi Luwu, yang dijawab oleh Azikin 7
orang. Kemudian komandan tersebut masuk ke ruang tengah, kemudian
keluar dengan 6 orang lainnya, jadi mereka berjumlah juga 7 orang,
sedang J. Boon didudukkan di atas satu bangku kecil sebagai pesakitan.
Tapi dalam ruang persidangan itu, terdapat 16 orang, sebab ada
seorang opsir yang berdiri saja dekat pintu. Dia adalah seorang bangsa
Inggeris totok, beda yang 7 orang itu.
Setelah duduk sejenak, tiba2 ke 7 opsir Australia tersebut.
serempak berdiri, dan serempak pula membuka senjatanya (pistol) dan
meletakkan senjata itu di lantai di pinggir dinding. Maka delegasi Luwu
berdiri pula bersama-sama lalu mengeluarkan badiknya masing-masing
dan meletakkan di pinggir dinding.
Melihatkejadian tersebut, delegasi Luwu berpendapat, bahwa
perundingan itu, adalah suatu perundingan secara bersahabat antara dua
pemerintah yang akan memecahkan soal-soal yang sulit, yang
menyangkut dua bangsa.
Di meja perandingan, Sanusi duduk di antara Wakil Datu dan
kepala Pemerintah Kolaka. Wakil berbisik kepada Sanusi, bahwa dalam
perundingan ini, saya berikan kepercayaan kepadamu untuk memberi
keterangan dan menjawab segala pertanyaan yang dikemukakan
Australia.
Sesaat kemudian, Komandan Tentara Australiaitu berkata :
Kami datang dengan maksud mengambil J.Boon, dan kamilah
membawa serta wakil raja, maka saya rasa persoalan J. B, ini, lebih
gampang selesai. Bagaimana pikiran tuan-tuan.
Sebelum menjawab, Andi Kasim membisik Sanusi, bahwa dia mau
berbicara lebih dahulu.
Dengan sikap yang tidak ragu-ragu, Andi Kasim berkata :

243
Tuan Komandan, Boon ini (sambil menunjuk Boon yang selalu
tunduk), seorang yang bersalah besar, karena ia datang di Kolaka
dengan cara yang sangat kasar, melanggar kehormatan dan kedaulatan
Pemerintah Kolaka, meskipun saya telah beri peringatan. Malah ia
menipu kami, karena pura-pura hendak membalik otonya, tapi tiba-tiba
ia lari terus ke Pamala dengan maksud membujuk bekas tentara Hindia
Belanda yang ada di Pamala. Karena itu rakyat marah, sehingga Boon
dan kawan-kawannya dihantam oleh rakyat. Menurut saya, Boon harus
dihukum, karena ia mengacau keamanan.
Komandan tentara Australia tersebut tersenyum, lalu berkata :
Apa yang dipakai menghantam Boon,?
Dengan tombak dan senapan, jawab Andi Kasim.
Siapa punya senapan?tanya Komansan itu.
Tidak tau, jawab Audi Kasinl.
Tapi, bagaimaaa pun juga, kami harus mengambil Boon,
danmembawa pulang sebagai pegawai Australia, kata Komandan itu.
Sesudah Komandan tersebut mengatakan pendiriannya, Sanusi
mulai bicara :
Tuan Komandan saya bicara sekarang menggantikan wakil raja
dan saya harap tuan-tuan pikirkan baik-baik pembicaraan saya demi
keamanan. Di dalam menjawab keterangan-keterangan Pemerintah
Kolaka tadi, tidak ada satu kata-kata tuan yang tegas mempersalahkan
Boon, atau membantah kesalahannya, sebab itu saya ingin bertanya
kepada tuan. (Sampai di situ, Sanusi berhenti sebentar, dan minta kepada
Azikin supaya menterjemahkan dahulu perkataannya itu kepada delegasi
Australia).
Mendengar terjemahan dari Azikin, semua anggota delegasi
Australia mengangguk-anggukkan kepalanya. Kemudiar Sanus:
menyambung :
Tuan komandan, di sini ada pamflet, (sambil Sanusi
mengeluarkan satu maklumat dari saku bajunya) yang dikeluarkan oleh

244
pimpinan tentara Australia di Makassar, benarkah apa yang tertulisdi
dalanmya ?
Komandan Tentara Australia (selanjutnya disebut K.T.A.)
menjawab :
Benar, setelah ia memperhatikan sebentar pamflet tersebut.
Sanusi (selanjutnya disebut San) bertanya Iagi :
Di sini tertulis, bahwa NICA, adalah pegawai Australia, dan
bahwa NICA, tidak boleh melakukan sesuatu hal jika tidak
diperintahkan oleh tentara Australia, benarkan itu ?
KTA - Benar.
San. - Sekarang perkataan yang kedua itu saya balik :
Tiap-tiap hal yang dilakukan NICA, adalah
kehendakAustralia. Benarkah juga itu ?
KTA - Benar.
San. - Jadi kedatangan Letnan J. Boon ke Famala dengan
kawannya yang bersenjata lengkap, dan dengan kasar
mereka menginjak-injak kehormatan dan kedaulatan
Pemerintah Kolaka, adalah atas instruksi tentara
Australia bukan ?
KTA - No, no., katanya.
San. - Jadi siapa yang menyuruh Letnan Boon ke Pamala ?
KTA - Saya tidak tahu, mungkin maunya sendiri.
Oleh karena Komandan Tentata Australia itu sudah mulai
terdesak atas pertanyaan-pertanyaan yang dimajukan Sanusi, maka
OpsirInggeris totok tadi segera mengambil kursi, lantas duduk dekat, di
belakang Komandan dan berbisik kepadanya.
San - Oleh karena bukan pimpinan tentara Australiayang
menginstruksikan Letnan Boon ke Pamala,maka
apakah ia tidak bersalah jika terang melanggar
disiplin tentara Australia ?
KTA - Yes, dia salah, melanggar disiplin,
San. - Thank You very much.

245
Setelah jalannya pembicaraan tiba di sini, perundingan dihentikan
sebentar, seorang opsir Australia diikuti beberapa orang Jepang
menyelenggarakan hidangan, membawa teh, kopi dan juadah.
Adapun Opsir inggeris totok tadi, selalu memperhatikan muka
Sanusi yang kurus itu sementara minum, dan di samping itu, Komandan
tersebut sendiri menyuguhkan rokok kepada anggota2 delegasi Luwu.
Sesudah cukup waktu minum teh, Komandan tersebut bertanya :
Barangkali masih ada pertanyaan ?. Andi Kasim mengatakan
masih ada.
A.K. - Kini di kampung Rate2 dan Wawotobi, masing-
masing terdapat 27 karaben dari tentara NICA.
Mereka selalu mengadakan pemeriksaan kepada
siapa saja, terutama kepada orang-orang yang
memakai lambang merah-putih. Kadang-kadang
orang-orang itu dipukul oleh NICA, sehingga
keperluan-keperluan hidup antara Kolak dan Kendari
terputus sama sekali. Apakah itu perintah Australia.
KTA - No, no jawabnya dengan pendek.
Oleh karena tuan Komandan telah mengakui kesalahan J. Boon,
maka sebagai kerja sama yang baik antara tentara Australia dengan
pemerintah kerajaan Luwu, sesuai dengan konfrensi Bone, maka kami
usulkan supaya kita mengadakan pertukaran tawanan sebagai yang
lazim dilakukan oleh dua Negara bersahabat, kata Sanusi.
Apa maksud tuan, tanya Komandan itu.
Pada bulan Oktober yang lalu, tentara Australia telah menawan 7
orang Pemuda di Palopo, dan dibawa ke Makassar.Kalau pemuda itu
dianggap bersalah lantaran mempertahankan benderanya yang hendak
diturunkan, dan menghantam orang Jepang yang bersenjata, yang
menjaga palakat-palakat yang disuruh tempel Australia, maka kesalahan
itu dapat dimengerti, jika diingat semangat kemerdekaan pemuda2
Luwu. Semua bangsaakan bertindak demikian jika diperlukan demikian.
Sebab itu, sebaiknyalah kita bertukar tawanan. Kami berikan tuan J.

246
Boon, dan Australia mengembalikan 7 pemuda tersebut kepada kami,
kata Sanusi.
Tapi undang-undang tuan dalam soal keamanan, tidak sama
dengan Undang-undang Australia, sehingga nanti ada orang yang akan
dihukum berat dan ringan, atau hanya ditahan untuk sementara. Sebab
itu siapa yang bersalah, dianggap mengganggu keamanan, maka kamilah
yang berkewajiban menggurusnya, baik J.Boon, bai itu 7 pemuda dan
lain-lainnya. Kata Komandan tersebut
tetapi Australia mengaku kerja sama dengan kakmi. Tapi kenapa
sampai saat waktu ini, Pememerintah kerajaan Luwu belum perrnah
menerima salinan proses-verbal yang dilakukan Jaksa Australia kepada
7 pemuda itu. Pemerrintah kerajaan Luwu berhak mengetahui
pemeriksaan 7 pemuda itu sebagai rakyatnya, sebagai mana kami telah
menyediakan proses-verbal J. Boon yang kkami akan serahkan kepada
tuan. Kata Sanusi.
Kornandan Australia itu mencatat keterangan Sanusi tersebut,
lantas berkata.
Kami akan perhatikan baik soal ini.
Kami harap sesudah tuan tiba di Makassar, 7 pemuda tersebut
terus dibebaskan. Mereka ditahan karena dianggap mengganggu
keamanan, sebagaimana J. Boon yang sudah terang bersalah, akan
dibebaskan juga jika kelak ia tiba di Makassar, kata Sanusi.
Saya akan periksa dan urus, dan sekurang-kurangnya proses
verbal itu segera dikirim ke Palopo, oleh karena soal pertukaran tawanan
itu, saya tak dapat memutuskan sendiri, tapi nanti di Makassar kata
Komandan itu.
Barangkali ada lagi yang mau bertanya, kata komandan.
tak ada pertanyaan lagi, hanya kami minta sekali lagi, keputusan
Makassar tentang pertukaran tawanan dikabarkan segera ke Palopo
dengan segala sarat-saratnya, kata Sanusi.
Mana itu orang yang luka? tanya Komandan.
Masih sakit, sekarang ada di hospital, kata Sanusi

247
Baik dibawah juga kemari, jika ia bisa bergerak, katanya lagi.
Bisa, tapi jika tuan hendak bawa pergi, baik ditanyai lebih dahulu.
Apakah ia mau pergi dengan tuan, ataukah ia mau tinggal saja, oleh
karena ia bangsa Indonesia, kata Andi Kasim.
Good, katanya.
Sesudah itu, rapat bubar. Pada waktu delegasi Luwu
meninggalkan ruangan, mereka diantar oleh Komandan tersebut sampai
di jalan besar, dan mengucapkan banyak terima kasih, dan meminta
kepada wakil raja supaya tinggal di Pamala tidur bersama-sama.
Delegasi Luwu mengatakan, wakil raja perlu ada bersama kami di
Kolaka.
Tapi Komandan itu mengatakan, besok saya sudah pulang ke
Makassar, tidak lagi pergi ke Palopo. Jadi Andi Mappanjompa dan
Azikin tidur semalam bersama-sama Australia di Pamala.
Pada wajktu delegasi akan naik oto, tuba-tiba Komandan Australia
itu, mengeluarkan secarik kertas dari saku bajunya, lantas berkata :
Tuan-tuan, disini ada terdapat sekurang-kurangnya 47 karabyn
Jepang. Saya harap supaya senjata-senjata itu diserahkan kepada saya,
selambat-lambatnya besok jam 09.00 pagi.
Kami tidak tau ada senjata yang sekian banyaknya itu. Dan kalau
ada tentu adalah kepunyaan orang banyak. Dan senjata itu sukar sekali
dikumpulkan karena kita tidak tahu siapa yang punya, apalagi tempat
diam orang banyak ada di atas gunung-gunung, dan tuan bisa lihat
sendiri itu pondok-pondok kecil penduduk, jadi sukarlah untuk
mengumpulkannya dalam waktu semalam saja. Kata Andi Kasim.
Tidak, besok senjata-senjata itu masti ada. Disamping kabarnya,
terdapat juga sejumlah pistol, katanya lagi.
Kami boleh bantu tuan, ini malam kita usahakan mengeluarkan
pengumuman, kata Sanusi.
Good, katanya.
Dalam oto anggota-anggota delegasi Luwu bertanya satu sama
lain, kanapa sampai Australia mengetahui jumlah senjata itu, padahal

248
adalah suatu rahasia besar. Pasti ada kawan yang telah khianat. Malam
baru mereka tiba di Kolaka. Di muka kantor pemuda, berkumpul banyak
sekali orang, ingin mengetahui persoalan J.Boon. segera Sanusi berdiri
memberi penjelasan, sehingga yang hadir merasa puas, apalagi Kolaka
terhindar dari pertumpahan darah, sebab umumnya orang berpendapat
bahwa delegasi Luwu pasti ditawan.

h. PERINTAH AUSTRALIA UNTUK MENGUMPULKAN


SENJATA2 YANG ADA DI KOLAKA

Sesudah pertemuan di kantor pemuda Kolaka, masing-masing


delegasi pulang ke rumahnya. Tengah kami makan malam, datanglah
suruhan Andi Kasim memanggil Sanusi cs.
Setelah tiba di rumah beliau, kelihatan telah berada pula beberapa
Pemimpin Pemuda Kolaka. Andi Kasim mengatakan bahwa ia telah
menyiapkan bahan2 yang perlu, untuk menentukan pemerintah
Australia malam ini juga.
Selanjutnya Andi Kasim mengatakan
Semua kita tentu menyukai keamanan, akan tetapi kita tidak
bodoh mau memberikan senjata itu kepada Australia, sebab senjata
senjata itu bukan hendak dipakai menyerang, atau merampok, tapi
semata-mata sebagai pertahanan, di dalam membela Kemerdekaan kita,
yang telah nyata akan diperkosa Belanda. Akan tetapi, supaya Australia
jangan salah sangka padakita, maka baiklah malam ini juga kita sama-
sama bekerja, supaya ada bukti, bahwa kita memang suka kerja sama
dengan Australia.
Semua yang nadir setuju dengan pendapat Andi Kasim. Senjata
yang akan diserahkan kepada Australia ialah pistol Boon dan sebuah
senapan Jepang yang telah rusak. Tindakan yang akan diambil
Pemerintah Kolakatersebut, tentunya semua orang yang berpikir sehat
menyetujuinya, kecuali Belanda, karena bertentangan dengan
kehendanya.
Di dalam surat Pemberi Tahuan untuk umum yang telah
ditempelkan di bahagian-bahagian penting dalam kota dan juga di luar

249
kota, berisi perintah kepada semua orang yang ada menyimpan senjata
api, supaya menyerahkan kepada Pemerintah malam itu juga, atau
selambat-lambatnya besok jam 07.00 pagi. Barang siapa yang
melangarperintah ini, akan dihukum sesuai dengan hukum yang berlaku.
Ditetapkan bahwasemua rumah di kola Kolaka harus digeleda.
Dan tiap-tiap rombongan terdiri dari dua orang untuk mendatangi
rumah-rumah yang telah ditetapkan baginya, dengan sarat, tidak bolr
penghuni rumah dipertakut-takuti, tapi mereka harus diberi pengertian,
bahwa tindakan ini, adalah atas perintah Australia sebagai penjaga
keamanan di Sulawesi ini.
Jam 2 malam lewat sedikit, rombongan pemeriksa mulai
bergerak. Andi Kasim sendiri mendapat bahagian, beberapa rumahyang
penting, sedangkan Sanusi bersama Guli, mendapat bahagian, beberapa
rumah pegawai negeri.
Dalam penggeledahan itu, ada suatu kejadian yang agak lucu dan
menarik perhatian, terjadi di rumah Massi, menteri kepala rumah sakit
Kolaka, seorang suku Menado.
Jam 3 dini-hari, Sanusi dan Guli, tiba di rumah, Massi tersebut.
Setelah mereka masuk dalam pekarangan, tiba2 Sanusi melihat 5
patroon pistol yang sudah kosong, terletak di alas meja di beranda muka.
Patroon itu masih baru, hanya bau mensiunya tidak lagi tarasa, tandanya
bahwa patroon itu telahmeletus beberapa hari lalu. Benda kecil itu
dimasukkan Sanusi ke dalam saku celananya, kemudian pintu di ketuk.
Tidak lama kemudian Messi tergesa-gesa bangun dengan mata yang
msih setengah tertutup; sebelum membuka pintu ia berteriak :
siapaKami dari Pemuda, kata Sanusi, oleh kerena Massi rupanya
mengenal suara Sanusi, segera ia membuka pintu, dan dengan hormat ia
mempersilahkan kedua tamunya duduk, dan bertanya agakharan, ada
apa malam2 begini.
Saudara Massi, sebenarnya kami tidak suka pekerjaan semacam
ini, membagunkan orang di tengah malam buta, selagi orang nyenyak
tidurnya, akan tetapi oleh karena kepentingan perjuangan terapaksa kami
lakukan. Kami menggeledah semua rumah di kota ini,karena permintaan
Australia sebagai tindakan keamanan. Jadi kami diwajibkan mencari
senjata api. Oleh sebab itu, tak usah saudara takut. Kalau saudara ada
senjata api, serahkan sekarang pada kamisesuai dengan surat Pemberi

250
Tahuan di mana kesemuanya diberikan sampai besok jam 07.00 pagi
bagi orang yang ada menyimpan senjata api. Dan jika saudara tidak ada
menyimpannya, maka kami akan melakukan penggeledahan. Ibu boleh
dibangunkandan yang lain-1ain, kecuali anak kecil, kataSanusi kepada
Massi.
Dengan segala senang hati, silahkan, kata Massi.
Kemudian, kedua petugas itu mulai memeriksa tempat-tempat
yang penting, kamar-kamar, almari-almari dan lain-lain. Sementara itu
nyonya Massi dan anaknya telah bangun pula, tetapi demi melihat kami
hatinya agak senang; oleh karena keluarga Massi telah mengenal baik
kedua Petugas itu.
Sesudah pemeriksaan selesai di bahagian dapur, Sanusi
memanggilMassi dengan keluarganya berkumpul di beranda depan.
Kemudian Sanusi berkata :
Saudara Massi, rupanya tidak ada senjata di sini, tapi apakah
dahulu saudara pernah mempunyai senjata api ?
Massi - Tidak, jawabnya dengan tenang.
San - Apakah sdr. peruah meminjam senjata api
dari oranglain ?
Massi - Tidak.
San - Adakah pernah orang yang ada senjata api, atau tengah
bersenjata bertamu ke rumah saudara ?
Massi - Menurut ingatan saya, tidak pernah', jawabnya sambil
melihat kepada isteri dan anaknya.
Sri - Ataukah ibu sendiri pernah menerima tamu yang sedang
bersenjata api, pada waktu saudara Massi tidak ada di
rumah ?
Ny.Massin- Tidak.
San - Apakah Stien (anak perempuan Massi), pernah menerima
tamu yang demikian itu ?
Stien - Tidak, dengan kemalu-maluan.
San - Siapa-siapakah yang bertamu kemari sejak pagi
tadisampai kepada waktu saudara masuk tidur ?
Massi - Tidak ada, kecuali dua orang Pegawai rumah sakit
San - Harap ditulis nama kedua Pegawai itu,
perintahnyakepada Guli.

251
San - Barangkali ibu dan Stien, ada mengetahui lain tamu sejak
pagi tadi ?
Ibu ! anak - Tidak.
San - Baiklah, akan tetapi (sambil Sanusi mengeluarkanpatroon
kosong dari sakunya), patroon ini kami peroleh terletak di
atas meja ini, ketika kami masuk, siapakahyang punya ?
Massi - Sungguh mati, kita tidak tahu patroon ini,
sahutnyadengan muka pucat dan setengah gemetar.
San - Tahukah saudara, patroon apa ini ?
Massi - Tidak tahu, sementara itu isteri dan anaknya
kelihatantakut.
San - Masa saudara tidak tahu, bahwa ini adalah
patroonPistol.
Massi - Bungguh mati, karena saya sejak dahulu tidak tahu
selukbeluk senjata api, katanya dengan sungguh-
sungguh.
San - Adakah orang yang saudara curigai ?
Massi - Tidak.
San - Adakah orang pernah berseteru dengan saudara, atauisteri
dan anak saudara ?
Massi - Tidak, demikian juga isteri dan anak saya, malah kami
hidup dengan baik dengan penduduk kota Kolakaini.
San - Pernahkah saudara, atau isteri dan anak saudaramenyakiti
hati orang lain ?
Massi - Tidak pernah.
San - Baiklah, kami pergi lagi ke lain rumah, dan
tidurlahkembali, tidak usah takut.
Massi - Apakah hal ini akan dilanjutkan ?
San - Saya tidak tahu, tergantung kepada pemerintah. Tapi
saudara tak usah khawatir.
Di jalan, Sanusi bertanya kepada Guli pendapatnya
mengenaiMassi. Guli katakan bahwa mereka sekeluarga itu bersih.
Sanusi juga demikian, jadi mungkin ada orang yang sakit hati kepada
Massi, lantas meletakkan patroon kosong ke atas mejanya, karena orang
itu rupanya tahu akan diadakan penggeledahan.

252
Setelah semua rumah yang diwajibkan kepada kedua petugas
tersebut selesai diperiksa, jam sudah menunjukkan05:30 pagi.
Sesudah shalat subuh, dengan cepat Sanusi mengisi blanco
prosesverbal yang telah tersedia lebih dahulu, dengan sengaja
menjadikan rumah Massi, rumah pemeriksa No. 1. Di dalam proses
verbal itu, sengaja ditambahkan bahwa patron kosong itu, masih di
dalam pemeriksaan polisi. Maksudnya supaya tentara Australia
mengetahui bahwa kita benar-benar bekerja.
Sesudah proses-verbal proses-verbal itu ditanda tangani Sanusi
dan Guli, mereka segera melompat ke sungai, mandi cepat-cepat, karena
waktu sangat mendesak.
Habis sarapan, mereka segera ke kantor pemerintah. Andi Kasim
yang rajin itu, telah agak lama menunggu. Lain-lain petugas telah
menyerahkan juga proses-verbalnya, sehingga proses-verbal proses-
verbal itu merupakan satu tumpukan kertas yang tebal.
Jam 08.00 pagi, delegasi itu berangkat ke Pamala. Di pelabuhan
Pamala, Komandan Tentara Australia bersama stafnya telah menunggu,
demi melihat delegasi Luwu, segera mereka keluar menyambut, dan
langsung mengambil senapan yang sudah rusak itu dengan pistol
J.Boon, serayabertanya dengan muka girang, mana yang lain. Dengan
tenang Andi Kasim menyerahkan proses-verbal dari rumah-rumah yang
digeledah dan selembar dari Pemberitahuan, dan berkata, hanya inilah
hasil pekerjaan kami semalam itu. Dan teman Boon yang luka juga telah
kami bawa. Segera komandan itu bertanya kepada orang itu : Mau ikut
Australia, atau mau tinggal saja, di sini ?Mau ikut,katanya.
Kemudian delegasi dipersilahkan masuk pelabuhan. Delegasi
dijamu kopi dan roti dengan dilayani oleh orang-orang Jepang.
Di atas meja, dimuka Komandan itu, terletak beberapa anggokan
kertas Jepang yang ratusan ribu jumlahnya. Komandan tersebut
bermaksud akan memberikan wang itu kepada delegasi, karena ia tahu
bahwa di Luwu masih dipergunakan wang kertas Jepang. Ketika wang
itu hendak diberikan kepada delegasi, tiba-tiba seorang tentara yang
agak tua umurnya berdiri di belakang komandan tersebut, membisikkan
bahwa wang itu jangan diberikan, sebab tentu delegasi itu tidak akan
menerimanya, dan kalau mau dikasih, nanti dikirim saja dari Makassar.
Sesaat mereka akan berangkat, Komandan tersebut, dan beberapa

253
orang lainnya meminta kepada delegasi Luwu beberapa buah lambang
merah putih, sebagai kenang-kenangan.
Jam 09.00 pagi mereka berangkat, dengan menjadikan serdadu-
serdadu Jepang sebagai anak tangga turun ke sekoci, sebab tebing
pelabuhan sangat tinggi dan licin. Demikianlah pedihnya jika orang
kalah dalam peperangan.
Sementara itu, H. Abdurrasjid telah tiba kembali dari Palopo.
Maka berangkatlah, Sanusi cs. bersama wakil Datu dengan Azikin ke
Palopo, dan menyinggahi lagi satu dua tempat yang penting. Mereka
tiba akhir Desember.

M. PEMUDA DAN AUSTRALIA KERJA SAMA.


MENJAGA KEAMANAN

Kini situasi semangkin gawat. Berita-berita dari Jawa dan


Makassar tambah berbahaya, dan rupanya tak dapat lagi dielakkan.
Siaran Radio Republik Indonesia, antara lain memberitakan
sebagai berikut :
Permulaan Oktober, kepala NICA Dr. H.J. van Mook, telah tiba
di Jakarta.
Pertengahan Oktober, Presiden Soekarno mengirim kawat
kepada Presiden Truman, yang menyatakan tentang terror NICA yang
memakai uniform alat-alat senjata dan truck Amerika.
Menjelang akhir Oktober, rakyat Surabaya bertempur dengan
tentara Inggeris, dan di mana Presiden dan wakil Presidenlah yang
mengetengahi atas permintaan Inggeris, sehingga pertempuran itu
berhenti.
14 Nopember, Sutan Sjahrir diangkat sebagai Perdana
Menteri.Berita-berita : dari Makassar, sangat memanaskan hati.
Dikabarkan, bahwa di Makassar ada suatu gerombolan tentara kolonial
suku Ambon, selalu menembaki orang-orang yang memakai lambang
merah-putih, sehingga kota Makassar, siang dan malam berada dalam
ketegangan dan ancaman maut.
Untuk menjaga provokasi-provokasi NICA yang telah tersiar di
mana-mana, maka Pimpinan Pemuda Luwu, meminta kepada Australia,

254
supaya Pemuda juga turut menjaga keamanan kota.Permintaan itu
diterima baik oleh Australia.
Pada suatu petang, Komandan-komandan Pemuda yang ada
diseluruh kota Palopo sejumlah 20 orang, berkumpul di halamam rumah
kediaman tentara Australia untuk berkenalan, atas permintaan komandan
tentara Australia. Dalam pertemuan itu, hadir pula sebahagian pimpinan
pemuda Luwu, dan dari pihak tentara Australia, selain komandir
Wayright bersama stafnya, hadir juga lain-lain opsir tentara Australia.
Pada pertemuan itu, Kepala Penerangan/juru-bicara pemuda,
mengucapkan sepatah kata, antara lain menegaskan kesediaan Australia
bekerja sama dengan pemuda menjaga keamanan dalam kota, dan mulai
sebentar malain. Pemuda-pemuda boleh turut menjaga keamanan.
Kemudianpertemuan itu difoto oleh seorang opsir Australia, dan kedua
belah-pihak mengucapkan banyak terima kasih.
Pada waktu itu, rupanya telah ada beberapa NICA yang
bersembunyi, menyamar sebagai orang Australia. Balakangan baru
diketahui, bahwa pada waktu pertemuan itu, seorang Belanda van Leep
bekas controleur Masamba yang terakhir,ada bersembunyi dalam rumah
kediaman komander Australia. Van Leepinilah yang kemudian ditunjuk
sebagai Assistent Resident Luwu menggantikan Vonk. ,
Tapi, dengan adanya kerja sama tersebut, maka pimpinan pemuda
lebih bebas menyempurkanan segala yang perlu perlu menghadapi masa
selanjutnya, dan penyelidikan-penyelidikan berjalan lebih baik, sehingga
jaringan-jaringan NICA lekas tercium.

N. NICA MULAI MERAMPOK

Menjelang akhir Desember, sejumlah tentara Australia tiba di


Palopo dengan penumpang kapal, sebagai tambahan. Dalam rombongan
Australia itu, turut beberapa orangnya NICA yang menyamar sebagai
orang Australia, dan sebagai pegawai Australia. Oleh karena tangsi
bekas tentara Jepang telah kosong, tentara Australia yang baru datang
itu, ditempatkan di sana.
Orang-orang NICA yang turut menyelundup, dalam rombongan
tentara Australia yang baru datang itu, yang terpenting ialah : Vonk,

255
bekas Assistent-resident Luwu yang terakhir, dan Iz. bekas Klerk
diPalopo.
Baru sehari di Palopo Vonk cs, memancing kemarahan rakyat.
Mereka merampok wang rakyat sejumlah wang perak yang berharga
48.000 rupiah. Wang itu disimpan oleh Andi Mapanjompa, Opu
Balirante. Wang tersebut, telah dipertahankan oleh Opu Balirante begitu
rupa dengan alasan bahwa wang itu benar-benar adalah kepunyaan
orang banyak, tetapi NICA tidak memperdulikan alasan tersebut, karena
maksudnya memang sengaja membuat kekacauan.
Kejadian tersebut menyebabkan pemuda bertambah waspada.
Pemuda tidak begitu percaya lagi kepadu Australia, sebab kejadian itu
nyata-nyatamengganggu keamanan dan ketenteraman, tetapi tentara
Australia sedikit pun tidak melakukan tindakan apa-apa.
Menurut pandangan pemuda, bahwa perampokan wang rakyat
tersebut menyatakan, bahwaLuwu di pandang NICA, musuhnya yang
nomor satu mengingat peristiwa Letnan J. Boon yang hampir berkuburdi
bumi Kolaka.
Tapi merkipuh begitu, hati rakyat dan pemuda masih dapat
disabarkan, sehingga kehidupan sehari-hari, untuk beberapa waktu,
masih dapat berjalan sepeiti biasa.
Sementara itu, berita-berita dari Jawa masih dapat ditangkap oleh
radio Pemuda, antaranya :
Jenderal Sudirman, diangkatjadi Panglima T.K.R.
Dr. H.J. Van Mook, tiba di Nederland untuk melakukan
perundingan dengan pemerintahnya tentang politik terhadap Republik.
Serdadu NICA, mencoba membunuh Sjahrir.
Tentang Dr. Ratulangi, Gubernur Sulawesi, sejak beliau ditawan
diWatampone, sampai pada waktu itu, tidak terdengar beritanya tentang
nasibnya. Sebab itu, gerakan-gerakan muda, sukar sekalimenentukan
garis-garis politiknya secara terang-terangan menghadapi situasi dewasa
itu. Tapi satu garis perjuangan yang dipegang teguh oleh pemuda,
walaupun betapa gentingnya keadaan, Republik harus dipertahankan,
dan jika keadaan terpaksa, maka pemuda dan rakyat harus tampil
kemuka memanggul senapan bertempur di medan perang, dengan garis
hidupnya : Merdeka atau mati.

256
Perampokan wang tersebut, menjadikan kaki-tanganNICA
bernafas lega, dan memperlihatkan ejekannya. Mereka seakan-akan
berkata :Lihat Vonk telah ada dan telah mulai mengatur kembali
pemerintahannya, sebagai dahulu. Mundurlah sebelum kasip.
Tapi ancaman, halus itu, dijawab pemuda dengan senyum,
sebab keyakinan mereka tak dapat digoyangkan meskipun diancam dan
dibujuk terus-terusan.

O. PEMBENTUKAN KOMANDO PERTEMPURAN.

Pada masa itu terasalah, bahwa di dalam susunan organisasi


Pemuda Republik Indonesia, ada satu kekurangan yang sangat
penting, ialah Komando Pertempuran.
Pada mulanya, Komando Pertempuran itu tidak diinginkan oleh
Pimpinan Pemuda, oleh karena omongan manis Belanda, baik
omongannya di tahun 1940, maupun di tahun 1942, yang berjanji akan
memberikan poemerintahan sendiri kepada bangsa Indonesia. Omongan
omongan Belanda tersebut, masuk akal, jika diingat, bahwa Belanda
telah berhutang budi sangat besar kepada Indonesia, yang telah
mengisap keakayaan Indonesia 3 abad lamanya.
Akan tetapi memperhatikan tindakan-tindakan NICA akhir-akhir
ini, baik di Makassar, maupun dilain-lain tempat, apa lagi di Jawa, maka
ternyata, bahwa Belanda sedikit pun tidak ada niatnya akan mengakui
kedaulatan bangsa Indonesia.
Tindakan Vonk yang lain setelah ia tiba di Palopo, ialah
membujuk Datu dan anggota Hadatnya. Tapi bujukannya itu selalu
kandas, berkat keteguhan pendirian Datu dan Hadatnya.
Memikirkan semua soal-soal yang kait-berkait itu, maka pimpinan
pemuda Luwu segera menentukan sikap : bahwa tibalah masanya
menambah suaiu bahagian di dalam tubuh P.R.I. yaitu
suatu'Komando Pertempuran.
Dengan tidak membuang waktu, maka pada tanggal 17 Januari
1946, yaitu 6 hari sebelum terjadinya pertempuran pertama di kota
Palopo, terbentuklah badan tersebut secara rahasia.
Adapun pembentukan komando pertempuran tersebut, didahului
dengan datangnya secara tiba-tiba sejumlah tentara NICA langsung

257
menempati tangsi Palopo. Tindakan itu, bertentangan dengan janji
Australia yang pernah dinyatakan kepada Datu dan pimpinan pemuda.
Komando pertempuran itu, dipimpin oleh M. Jusuf Arief,
M.Landau dan Andi Tenriadjeng.Untuk memudahkan gerak dan
tindakannya, maka komando tersebut dibagi menjadi dua indukpasukan.
Satu induk berpusat di kampung Bua, dibawah pimpinan langsung oleh
Andi Tenriadjeng, dan yang satu berpusat di kampung Sua-Sua di bawah
pimpinan Badawi.
Pemuda Badawi yang berani dan jujur itu, telah gugur di dalam
satu perempuran dengan tentara NICA.

P. SEBAB YANG TERPENTING


SEHINGGA PERTEMPURAN DENGAN KNIL
MENJALAR DI SELURUH LUWU

Adalah suatu kenyataan bahwa rakyat Luwu, mempunyai jiwa


kolektif, Islam kira-kira 75%, maka dengan sendirinya, jika perasaan
keIslaman mereka terganggu dan dilukai, maka tidak diragu-ragukan
mereka akan bangkit serempak tampil ke depan membela kehormatan
agamanya.
Membela proklamasi kemerdekaan dan membela kehormatan
agama, adalah dua sebab yang terpenting menarik mereka ke medan
bakti.
Jiwa rakyat Luwu yang demikian itu, diketahui baik oleh NICA,
maka dengan sendirinya NICA memperpunakan hal tersebut untuk
menimbulkan kekacauan.
Demikianlah, dengan tidak malu-malu, NICA melakukan hal
demikian di dalam suatu mesjid di kampung Bua.
Rakyat Luwu yang berjiwa agama itu, diketahui pula oleh seorang
bangsa asing yang selalu mengikuti operasi tentara NICA, sehinggaa ia
menulis mengenal perbuatan NICA di mesjid Bua tersebut sebagai
berikut : (Orang asing ini, jika penulis tidak salah, pernah berkenalan
penulis sewaktu penulis ditawan di benteng Batu-putih. Ia bertanya
kepada penulis ketika itu satu dua hal. Dia seorang wartawan.
Percakapan penulis dengan dia, baca di lain bahagian).

258
Preface.
The arbitrary actions and the cruelties of Dutch in Palopo region
began with hurtingthe feeling of the population wholive peacea sphere
of freedom culminating in the affair campong Bua (kl. 12 k.m. from
Palopo).

Mesjid Bua
Di sini Brigade KNIL telah merobek-robek A1 Quran dan
menetak penjaganya dengan bajonet sehingga seluruh Rakyat
Luwu terpaksa menggempur Kota Palopo 23 Januari 1946i-

January 21 st. 1946.


.
A brigade of the KNIL (Royal Netherlands, Indies Army) under
the menagement of the Dutch-men entred a mosque in campong Boea
and defiled and tore up leaves of the Quran. The guardsman of the
mosque who tried to save the holybook was given a kick on his mouth
so that all his teeth fell out and then his was thrust with bayonet several
time.

259
(The name of the guardsman is Tomandjawani; he is about 45 years old
and by the grace of God he is still alive now and remain in campong
Boea).
This incident aroused the unrest of the people an began to attack
the town of Palopo and clashes between citizens and the Dutch army
broke, out hostilities extended allcornersof the Loewoe-region and every
where the citizens organized the defence arming themselves with tipped
bamboe-sticks, spears and smiler tools.
During the first clashes the Dutch troops were beaten in the region
of Palopo and its environs. After three days Nica troops came for
assistance.

Satinan secara bebas


dari Penulis.

Pendahuluan.
Dengan bertindak secara menghukum sendiri dan kejam, Belanda
di wilayah Palopo mulai tindakannya dengan menyakiti perasaan
penduduk yang hidup dalam keamanan, dalam alam kemerdekaan,
bermula dalam satu kejadian di kampungBua (kira-kira 12 k.m. dari
Palopo).

Tanggal 21 Januari 1946.


Satu brigade tentara KNIL (Tentara Kerajaan Hindia Nelanda) di
bawah pimpinan orang-orang Belanda memasuki satu mesjid di
kampung Bua, di mana mereka menginjak-injak dan merobek-robek
lembaran Quran. Penjaga mesjid tersebut yang hendak mencoba
menyelamatkan kitab Suci itu, ditendang mulutnya sehingga semua
giginya jatuh, dan kemudian, kepalanya ditetak beberapa kali dengan
bayonet. (Nama penjaga itu, ialah Tomandjawani; ia berumur kira-kira
45 tahun, dan atas pengasihan Tuhan, ia masih hidup sekarang dan
tinggal di kampung Bua).
Kejadian ini, menimbulkan rasa tidak aman rakyat, dan mereka
mulai menyerang kota Palopo, dan perkelahian antara penduduk dan
tentara Belanda menjadi pecah, dan kemudian meluas kesegenapo
penjuru daerah Luwu, dan di mana-mana penduduk

260
membentukorganisasi pertahanan, mempersenjatai diri sendiri dengan
bambu runcing, tolbak dan alat-alat sederhana.
Semenjak pertempuran pertama itu, tentara Belanda terpukul di
wilayah Palopo dan sekitarnya: Sesudah tiga hari, tentara Nica untuk
membantu.
Demikianlah pandangan bangsa asing tersebut. Jika lain-lain aksi
NICA yang membangkitkan amarah pemuda-pemuda dan seluruh rakyat
Luwu, masih dapat disabarkan,akan tetapi perbuatan biadab tersebut
di atas,menyebabkan kemarahan rakyat tak dapat lagi dibendung.
Pecahnya pertempuran, itulah kehendak NICA. NICA tahu bahwa
senjata pemuda tidak seberapa kuatnya, sehingga sekali atau dan kali
saja bertempur di satu tempat, pasti mereka menang untuk pertama
kalinya, dengan demikian dapatlah NICA mendirikan pemerintahannya
di tempat itu.
Sebaliknya keyakinan Luwu makin bertambah kuat. oleh
perbuatan jahat NICA di mesjid, Bua tersebut. Luwu tetap percaya
bahwa keadilan akhirnya pasti menang.
Setelah peristiwa Bua tersebut di atas, maka tampaklah kesibukan
Dewan Pertahanan Rakyat Luwu yang berpungsi sebagai komando
pertempuran.
Sebelum menggempur kota Palopo maka Pimpinan Pemuda
berdasarkan kerja sama yang telah disetujui antara Australia dan
Pemerintah dan pemuda maka diputuskanlah untuk memberi peringatan
keras ultimatum kepada tentara Australia yang telah acap kali menyalahi
janjinya.
Pada tanggal 21 Januari 1946, yaitu dua hari sebelum
penyerangan kota Palopo, disampaikanlah ultimatum tersebut yang
isinya antara lain.
Dalam tempo 2 kali dua puluh empat jam, harus Australia
memerintahkan kepada pasukan-pasukan KNIL yang berkeliaran
didalam dan di luar kota Palopo mengadakan patroli masuk ke dalam
tangsi bersama senjatanya. Jika sampai tempo ini tidak diindahkan,
maka ketertiban dankeamanan tidak dapat lagi dipertanggungjawabkan.

Ultimatum ini ditanda tangani oleh :


1. Andi Jemma, sebagai Kepala PemerintahKerajaan Luwu.

261
2. M. Yusuf Ariet, sebagai Ketua Dewan Pertahanan Rakyat
Luwu,Komando Pertempuran
3. Kyai H. Moh. Ramli, Kadi Luwu atas nama ummat Islam
Luwu.
Demikian pula rumah anggota-anggata Pimpinan Pemuda yang
lain, ditinggalkan dengan tidak ada penjaga, penuh dengan barang-
barang yang berharga.
Adalah satu kenyataan dewasaitu, sedikit pun tidak tampak di
wajah keluarga-keluarga pemuda dan rakyat banyak ketakutan dan
kesedihan, pada hal belum tentu mereka akan bertemu kembali sebagai
biasa. Malah sebaliknya, kelihatanmereka ituselalu gembira, sehingga
pemuda-pemuda yang bertugas di malam itu, sedikit pun tidak mendapat
halangan dari keluarga mereka.
Kegembiraan yang tempak di wajah rakyat ketika itu, adalah
suatu menifestasi dari jiwa yang penuh rasa tanggung jawab dan rela
berkorban, untuk bangsa, tanah air dan agama mereka. Baik kawan,
maupun lawan, tidak ada dapat membantah kenyataan tersebut, yang
terlukis sebagai satu lukisan yang indah.
Setelah malam tiba, dan cuaca telah gelap, maka semua tempat
yang sudah ditentukan lebih dahulu, dengan segera diisi oleh pemuda-
pemuda yang diwajibkan bertugas malam itu bersama dengan
komandannya masing-masing.
Supaya serangan berjalan sesuai dengan rencana, maka untuk
menghubungi tiap-tiap komandan dan pasukannya yang ribuan
jumlahnya, maka ditugaskan pula sepasukan kecil ondernas di bawah
pimpinan Radhi Abdullah, seorang pemuda yang berani, cakap dan lekas
bertindak. Ia dari keluarga pemuda Muhammadiyah, dan menjadi
pemimpin terkemuka dari organisasi tersebut.
Pada malam tersebut, istana Datupenuh sesak orang yang datang
berlindung dan ingin mati bersama-sama Datu dan Permaisurinya.
Mereka akan mengamuk jika NICA dapat sampai di istana.
Di antara orang-orang penting yang ada di istana Datu pada
malam itu, ialah anggota-anggota Hadat, H.M. Ramli Kadhi Luwu, dan
2 orang pemimpin pemuda, yaitu Andi Achmad dan Sanusi, karena
mereka tidak mendapat tugas.

262
Kira-kira jam 9:30, Sanusi dipanggil menghadap Datu dan
permaisurinya di dalam kamar tidur baginda. Kamar yang besar itu,
telah penuh sesak pula, sehingga Sanusi terpaksa duduk dekat benar
dengan Datu. Ketika itu, tak ada orang yang merasa mengantuk, karena
mereka ingin menyaksikan peristiwa penting yang akan terjadi malam
itu, suatu peristiwa yang akan merobah jalannya perjuangan pemudadan
rakyat Luwu.
Sebagai biasa Datu tersenyum, baru baginda bertanya
tentangsituasi pada saat itu.
Setelah Sanusi memperhatikan sejenak orang-orang yang ada
dalamkamar besar itu, lantas ia menjelaskan bahwa pertempuran segera
akan dimulai, jika indukpasukan yang dipimpin oleh Andi Tenriadjeng
telah tiba dari Bua, demikian juga induk pasukan pimpinan Badawi dari,
Sua-Sua. Menurut kata seorang ordenans yang sebentar ini datang
kemari, bahwa induk pasukan dari Bua telah tiba dengan baik, sedang
yang dari Sua-Sua belum tiba.
Agak sejenak, Datu lantas bertanya lagi :
Apakah yang dari Sua-Sua itu benar akan datang?
Benar jawab Sanusi, Dan yang berangkat ke Sua-Sua
menjemputnya, ialah Landau Dg Mabate, dan saya rasa mereka tidak
lama lagisudah tiba kemarin. Dan jika mereka sudah datang,
penyerangan segera dumulai, kata Sanusi lebih lanjut.
Mendengar keterangan tersebut, baginda diam. Kemudian H.
Ramli bertanya :
Apakah pemuda-pemuda kita cukup banyak untuk melawan
NICA?
Lebih dari cukup, hanya senjata yang kurang, sehingga pemuda-
pemuda, yang sudah terlatih, tak dapat memegang satu orang satu
senjata api. Tapi senjata yang ada cukup menakutkan NICA, dan tidak
mudah kita dikalahkan begitu saja, jawab Sanusi.
Apakah tentara Australia tidak akan membantu NICA? tanya
Kadhi itu kembali.
Secara terang-terangan tentu tidakakan tetapi bantuan-
bantuantentara Australia kepada NICA, telah dapat dilihat pada
beberapa waktu yang lalu, seperti penggantungan palakat-palakat yang

263
berbau NICA, penurunan bendera, dan aksi mereka hendak mengibarkan
bendera Belanda, kata Sanusi.
Lepas sedikit tengah malam, Sanusi keluar meninjau keadaan di
sekeliling istana, dalam cahaya bulan yang terang-benderang. Alangkah
banyaknya rakyat berada di sekeliling istana.Ada yang sedang
duduk,ada yang sedang berbaring-baring, tapi tak ada yang tidur.
Mereka bercakap-cakap dengan suara kecil. Di antara percakapan
mereka itu ada juga yang menyinggung nasib yang akan menimpa Luwu
dan rakyatnya. Mereka kelihatan bersemangat.
Kira-kira jam 14.00 Sanusi dipanggil menghadap
permaisuri.Setelah Sanusi tiba di hadapan permaisuri, bertanyalah
beliau, bahwa apa sebab serangan belum dimulai, saya telah ingin benar
mendengar bunyi letusan.
Mendengar ucapan permaisuri tersebut, semua orang yang
mendengar merasa heran akan keberanian permaisuri. Tapi Sanusi
sendiri merasa, bahwa ucapan permaisuri tersebut adalah
padatempatnya, sebab beliau adalah cucu kandung almarhum baginda
Andi Makkulau raja Gowa yang menentangBelanda di tahun 1905. Dari
pada menyerah, bagindalebih suka mengembara bersama puteranya
Andi Mappanjukki. Selain itu, permaisuri juga bermaksud dengan
ucapannya itu, supaya rakyatnya jangan takut dan ragu-ragu.
Mendengar pertanyaan permaisuri tersebut, maka Sanusi hanya
dapat mengatakan, bahwa insyaAllah, sebentar, saat yang ditunggu-
tunggu permaisuri itu tiba. Dan kepada Kadhi, Sanusi meminta supaya
memperbanyak doa.
Kira-kira setengah jam kemudian, tibalah di belakang istana
sepasukan pemuda yang merayap dengan tertib, sesuai perintah yang
diberikan kepadanya. Ini berarti, bahwa Induk Pasukan dari sua-Sua
telah tiba di Patopo.
Demikianlah, liwat sedikit jam 03.00 dini hari, maka meletuslah
bunyi senapan yang pertama, yang dilepaskan oleh M. Jusuf Setia.
Sesaat kemudian, kedengaranlah dengan hebatnya bunyi letusan dari
berbagai-bagai macam senjata dari kedua belah pihak. Saat itu, Palopo
menjadi lautan darah manusia. Ia mengulang sejarahnya kembali di
tahun 1906. Ia telah membuktikan janjinya, memperlihatkan kepada

264
mata dunia, keberanian dan kemampuannya menentang Belanda yang
hendak menjajah kembali.
Pada ketika saat shalat subuh datang, Sanusi bersama Kadhi dan
lain-lain orang, terpaksa bershalat di tengah-tengah dentuman senjata
yangdahsat dari kedua belah pihak.
Jam 05.30, istana Datu mulai kena tembakan dari arah tempat
asrama Australia, sehingga tembok-tembok yang bersejarah itu, banyak
belubang-lubang, dan kaca-kaca jendela hancur luluh berdesing kena
pelor musuh.
Jam 11.00 pagi, pertempuran semangkin hebat. Maka untuk
menjaga keselamatan Datu dan Permaisurinya, terpaksa, beliau
diungsikan di bawah pengawasan pasukan pemuda, menuju satu tempat
di sebelah utara kota_Palopo, dengan meninggalkan istananya yang
penuh harta benda yang jutaan rupiah harganya. Pada malam
pertempuran tersebut, gugurlah Mannennenugeng, La Tajjo dari
Libukang dan H. Abd. Kadir dari Surutanga.

R. PERJUANGAN DIMASA GERILYA

a. KEJADIAN-KEJADIAN PENTING PADA


TANGGAL 24 DAN 25 JANUARI 1946

Liwatjam 11.00 siang pertempuran dalam kota Palopo, masih ber-


langsung terus dengan hebat, di beberapa bahagian kota, terutama di
bagian timur.
Sebenarnya Datu dengan permairusinya, sangat berat
hatinyameninggalkan istananya, akan tetapi baginda berangkat juga
setelahSanusi memberi keterangan, bahwa yang masih tinggal dalam
kota sekarang, hanyalah pemuda-pemuda yang sedang berperang, tetapi
rakyat umum, laki-laki dan perempuan telah banyak yang menyingkir
kemarin siang, karena mereka lebih suka menderita dari pada tinggal di
kota di bawah kekuasaan NICA. Kebanyakan rakyat menjauhkan diri di
sebelah utara kota dengan naik perahu. Mendengar keterangan tersebut,
baru Datu dan permaisurinya senang meninggalkan kota.
Sementara itu, seorang ordenans datang ke istana
memberitahukan, bahwa Andi Baso Lanrang, Andi Manguluang, Andi

265
Asi dan Masangka semuanya telah meninggal dibunuh oleh pasukan-
pasukan pemuda, karena semua orang tersebut berpihak kepada NICA.
Dalam rombongan Datu tersebut, ikut juga AndiGau OpuGawe
tantebaginda. A. Djema bersama suaminya Andi Maradang, bekas
Patunru Kerajaan Luwu.
Pemandangan ketika itu di teluk Palopo, ramai sekali dengan
bermacam-macam bentuk perahu yang ditumpangi orang banyak
menyingkir menjauhi medan pertempuran. Ada yang menuju ke
kampung Lamasi, Tjap Pasolo. Lawatu Uppa dan lain-lain. Meskipun
orang menyingkir, bertahun-tahun di tempat-tempat tersebut, tidak akan
kehabisan makanan, karena di sana terdapat banyak sekali hutan sagu .
Setelah Datau berangkat, maka Sanusi berangkat pula bersama
Andi Achmad dengan mempergunakan perahu kecil yang didayung,
yang disediakan oleh Amasangan ialah Leri juga sebagai kepala
kampung Amasangang menuju kampung Lamasi di tepi Pantai, kira-kira
4 k.m. dari Palopo.
Sebagai permulaan revolusi yang berkuah darah, waktu itu,
menimbulkan satu kesan bahwa orang-orang yang selama ini dipandang
sebagai orang besar yang senantiasa menekan orang lain untuk
kepentingannya sendiri, pasti hancur digulung banjir revolusi.
Menjelang tengah hari, suatu berita disampaikan kepada Sanusi
dan Andi Achmad, bahwa M. Jusuf Arief Pemimpin Tertinggi Komando
Pertempuran masih dalam keadaan pingsan, akibat luka di kepalanya,
disebabkan pertempuran semalam.
Keesokan harinya, kira-kira jam 09.00 pagi, tampak dari jauh
sebuah kapal perang yang besar dengan kecepatan tertinggi menuju
pelabuhan Palopo. Beberapa orang tentara turun dari kapal tersebut,
memasuki pelabuhan dengan motor-motor mengibarkan bendera Merah
Putih, yang tempak terang dari tempat Sanusi dan Andi Achmad. Tetapi
sesaat kemudian, tiba-tiba kapal tersebut melapaskan tembakan meriam
yang sangat dahsat munyinya, sejumlah 24 kali.
Akibat dari pada tembakan tersebut, beberapa rumah penduduk
runtuh serta gedung pemerintah, seperti kantor pos dan kantor telefon,
dan beberapa orang yang menjadi korban.
Kota Palopo, diserang NICA dari dua jurusan, dari laut dan dari
darat, yang sengaja telah diatur lebih dahulu.

266
Dalam penyerangan NICA tersebut, mereka menipu dengan
memakai bendera merah-putih dan lambang merah-putih. Bersama
dengan datangnyaa kapal perang tersebut, datang pula tentara NICA dari
jurusan Sengkang, Makale-Rantepaodan Posso.Tentara NICA yang
datang itu, memakai bendera merah-putih, dan di dada tiap-tiap sedadu
terpasang lambang merah-putih dan tertulis di sana PETA (Pembela
Tanah Air), yaitu nama pertahanan rakyat yang dibangun semasa
Jepang.
Oleh karena pemuda telah menentukan sikap, bertahan di desa-
desadan di hutan-hutan dengan taktik gerilya, maka dengan
sendirinyaNICA dengan gampang menduduki kota Palopo.
Setelah mereka menduduki kota Palopo, terjadilah di
sekitarPalopo, apa yang dinamakan kekejaman, kekerasan,
paksaan,perampokan, dan lain-lain sifat biadab, di bawah pimpinan
LetnanTupang, dengan semboyannya yang terkenal Sandarkan di
bawahpohon.
Dan adalah suatu keuntungan bagi Letnan Tupang,
karenakebetulan ia merajalela di kota di mana mertuanya yang
bernamaD.A.K. menjabat sebagai Commies di kantor AR.
Kekejaman yang berlaku di Palopo tersebut, silahkan
pembacamemperhatikan tulisan bangsa asing tersebut yang Penulis salin
secarabebas :
January 241946.
1. All hauses bilonging to Youth-leaders and well-known
persons in the national movement burnt down while tbeir
properties were looted.
2. The properties Loewoe-sultanate of million of guilders value
wich were left iiehind in good order, were looted.
3. Everyone in the street coming from the mosque was shot
down. Mr. Usman and some friends of his who just came
from the mosque were shot dead.
Artinya
2 Januari - 1946,
1. Semua rumah dari Pemimpin Pemuda dan orang-orang yang
terkenal dalam gerakan nasionaldibakar habis, dan harta benda.
Mereka dirampok.

267
2. Herta benda Kerajaan Luwu yang berharga milliunan rupiah yang
ditinggalkan dengan tersimpan baik, juga dirampok.
3. Tiap-tiap orang yang ada di jalan yang sementara pulang
darimesjid, ditembaki. Tuan Usmandanbeberapa orang
kawannyayang barusan saja keluar dari mesjid, ditembak mati.

b. MEMERIKSA KEADAAN DI SEKITAR KAMPUNG LAMASI

Atas permintaan Kepala Kampung Lamasi (Lamasi-muara), maka


semalam itu, Sanusi dan Andi Achmad beristirahat di kampung tersebut.
Mereka dikerumuni penduduk dan beberapa orang yang menyingkir dari
Palopo, untuk bertanya.
Pada ketika itulah, Sanusi merasa berapa beratnya tugas seorang
Juru-Penerang. Ia harus menghadapi bermacam-macam pertanyaan yang
simpang siur dan tidak tentu ujungpangkalnya, dan ada pula yang
bertanya dengan tangis saja.
Untuk menjawab pertanyaannya yang ramai itu, maka Sanusi
sewaktu-waktu harus berlagak sebagai Kiyai, yakni memberi nasihat
berdasarkan agama,agar supaya rakyat tenang dan sabar menantikan
kemenangan akhir. Acap kali bertindak sebagai guru dan sebagai orang
tua.
Di antara penduduk yang berkerumun itu, ada seorang tua yang
bertanya demikian :
Bagaimana anak saya yang kabarnya sudah mati itu?
Sanusi dapat mengerti tujuan pertanyaan orang tua tersebut.
Sejenak kemudian Sanusi menjawab :
Tiap-tiap dari kita akan mati. Oleh karenanya sekarang ini,
benar-benar telah berperang dengan NICA, maka mungkin besok atau
lusa saya dan Andi Achmad akan mati juga, demikian pula Datudan
lain-lainnya. Akan tetapi kematian anak ibu, adalah kematian yang
mulia, sebab ia mati membelahak dan keadilan, membela kehormatan
bangsa dan agamanya, satu kematian yang jarang dilalui, orang, kecuali
orang yang beruntung. Bagaimana kelak penghargaan Pemerintah, jika
Belanda telah terusir, saya sendiri belum tahu, akan tetapi pahlawan
yang demikian itu pasti mendapat penghargaan besar dari pemerintah
dan masyarakat.

268
Orang tua tersebut, makin meleleh air matanya, akan tetapi
terbayang di mukanya suatu kegirangan.
Dalam tidurnya,mereka dinyanyikan dengan suara merdu dari
nyamuk yang banyak bersarang di kampung tersebut, sehingga Sanusi
dan Andi Achmad kurang tidur.
Paginya, tanggal 25 Januari, setelahmenyaksikan tembakan-
tembakan yang dilepaskan kapal perang NICA yang datang membantu,
berangkatlah kedua Pemimpin Pemuda itu menuju kampung Lamasi
daratan. Kampung yang tadinya selalu lengang, kini telah ramai, karena
banyaknya orang yang menyingkir dari Palopo.
Setelah keduannya memeriksa keadaan di sekitar kampung
tersebut, lantas keduanya menjumpai penduduk dan orang-orang yang
menyingkir itu, lantas memberikan sekadar keterangan-keterangan, dan
keduanya berjanji akan selalu datang memeriksa keadaan, karena
kampung itu letaknya strategis, sebab kampung itu tidak jauh letaknya
dari jalan raya yang praktis telah dikuasai NICA. Sebab itu, Andi
Achmad mendirikan di kampung itu satu pos penjagaan, di bawah
pimpinan Ali, Kepala dan Pemimpin Pemuda PunjalaE, yang berada di
situ untuk, mengantarkan keluarganya menyingkir, dibantu oleh
Pimpinan Pemuda Lamasi, dengan bersenjatakan tombak, keris dan
beberapa garanat tangan. Di samping itu, ditetapkan pula beberapa orang
pemuda sebagai anggota penghubung, yang akan memberitakan
kepada kampung-kampung lain, bila ada bahaya mengancam.
Kemudian, mereka itu melanjutkan perjalanannya menuju
kampung Pombakka, melalui hutan-hutan belukar, kemudian dengan
perahu menjalani aliran sungai Rongkong dan sungai Makawa dan
sungai Lamasi yang kencang arusnya dan bercabang-cabang, sehingga
orang gampang sesat. Kira-kita tengah malam, baru mereka
tibadikampungPombakka.
Kampung ini telah ramai pula, akantetapiAndi Achmad dan Sanus
belum berjumpa seorang pun dari Pimpinan Pemuda, Pusat.
Pada waktu itu, terasalah oleh kedua pemimpin pemuda itu,
bahwa dalam waktuyang sebentar itu, tidak mungkin mengadakan satu
rapat lengkap dari Pimpinan Pemuda Pusat, untuk membicarakan lebih
lanjut cara-cara yang harus ditempuh, terutama dalam soal lalu-lintas
penghidupan rakyat yang masih ratusan ribu di bawah kekuasaan Datu.

269
Menghadapi kenyataap ini, maka tiap-tiap anggota Pimpinan Pemuda
Pusat, harus bekerja sendiri-sendiri mengatur segala-segala yang penting
sesuai dengan keadaan.
Paginya tanggal 26 Januari, Sanusi minta supaya penduduk
berkumpul sebentar. Dalam rapat itu, Sanusi menentramkan hati
penduduk, dengan beberapa nasihat, dan membakar semangat rakyat
supaya lebih menyala dari biasa supaya mereka lebih tabah menghadapi
ujian dan percobaan, lebih-lebih pada hari-hari yang akan datang.
Setelah Andi Achmad bersamaketua pemuda kampung
Pombakka, selesai membentuk pos penjagaan, maka dengan perahu,
kedua pemimpin pemuda tersebut, meneruskan perjalanannya ke tapi
pantai di kampung Lawatu.
Kira-kira jam 20.00 malam, baru keduanya tiba di kampung
tersebut. Kampung itu, terletak di muarasungakRongkongyang besar itu.
Di kampung tersebut, mereka bertemu seorang dari anggota
pimpinan pemuda pusat, yaitu almarhum M. Landau Dg Mabate yang
sedang mencaharikan tempat keluarganya yang agak tenang. Berhubung
dengan tugasnya, karena tanggal 27 Januari akan berjalan kesana
kemari, untuk mengatur kubu-kubu pertahanan sebagai seorang anggota
pimpinan komando pertempuran, sebagai juga halnya Sanusi yang
harus ke sana kemari guna menenteramkan hati rakyat, dan memberikan
keterangan dan penerangan, dan menjawab pertanyaan-pertanyaan
rakyat.
Keesokan harinya, tanggal 27 Januari - sesudah Sanusi membakar
semangat rakyat kampung Lawatu - bersama dengan Andi Achmad
berangkat menuju kampung WaelawiE, sedang Landau pagi-pagi telah
berangkat lebih dahulu ke daerah Lima-kampung dari distrik
Wara,yang padat dengan pengungsi.
Dalam perjalanan itu, mereka hanya melatui sungai-sungai
Tampaklah perahu-perahu yang, bermacam-macam bentuknya, masing-
masing sarat dengan orang, berlabuh di sepanjang sungai-sungaiyang
banyak bercabang-cabang. Sanusi sengajalalu dekat perahu-perahu
mereka, sekadar memperlihatkan diri, dan berpesan, supaya di malam
hari, pelita-pelita jangan terlalu kentara, supaya tidak mudah diketahui
NICA.

270
Pada petang harinya, keduanya tiba di kampung WaelawiE, sati
kampung yang agak besar. Di sini pun telah ramaipula.
Di kampung ini, Sanusi dan Andi Achmad sengaja berdiam 2 hari,
oleh karena selain mengadakan rapat, juga hendak menampung
bermacam-macam berita yang disampaikan orang-orang yang
menyingkir, terutama berita-berita yang berasal dari Palopo dan
Masamba.

c. MENEMUI DATU DI KAMPUNG CAPPASOLOE

Setelah dua hari di kampung WaelawiE, Sanusi banyak


memperoleh berita-berita, di antaranya berita-berita dari Palopo, yang
dapat dijadikan bahan penerangan kepada rakyat. Di antara berita-berita
tersebut, ada yang berharga untuk diabadikan dalam buku ini.
Waktu itutersiar secara luas, dari mulut ke mulut berita
keberanian pemuda-pemuda kita dalam pertempuran dengan tentara
NICA yang bersenjata lengkap. Di antara pemuda-pemuda yang luar
biasakeberaniannya, yang tersiar secara luas, ialah:
1. Muslimin, asal dari Ponrang. Ia telah gugur.
2. La Guli, asal dari Larompong.
3. Mustafa, asal dari Bajo. Ia telah gugur.
4. Halide, asal dari Sua-Sua. Ia telah gugur.
5. M. Jusuf Setia, asal dari Balo-Balo.
6. Djanaid, asal dari Suli.
7. La Malang, asal dari Wara.
8. Muhammad Bombay, asal dari kotaPalopo, keturunan India. Ia
telah gugur.
9. Mani, asal dariSuli. Ia telah gugur.
10. Andi Masse, asal dari Bajo. Ia telah gugur.

Selain berita tentang keberanian Pemuda-pemuda itu, ada juga


berita tentang pembakaran rumah-rumah pendudukdi kampung
Balandai,pembunuhan rakyat yang tidak berdosa di sekitar Palopo.
Di bawah ini, pembaca dapat malihat Dokumen dari berita-
berita tersebut :

271
January 26 -1946
The Dutch entred Balandai-village and about 20houses were burnt
down First the Butch troops fired the bouses not caring whther or not
there are people inside. Then they entered the pro mises took away all
articles they found and burnt down the houses. In this campong there
were 20 casualties.
January, 27 -1946.
1. Some KNIL soldiers wearing red-and-white badges gathered
the people and fired at then.
This accured at :
Boea Casualties 25 men.
Bilopa casualties 100 men.
Panrang casualties 200 men.
Laarompong casualties 9 men.
2. A men salled Parakasi, supervisor bridges, at Paremang
(about 40 k.m. from Palopo) get his ear cut off and he was after ward
shotdown.
Artinya :
Tanggal 26 Januari 1946.
Tentara Belanda inemasuki kampung Balandai dan membakar 20
rumah. Pertama Belanda itu menembaki rumah-rumah itu dengan tidak
memperdulikan kalau-kalau ada atau tidak ada orang di dalamnya.
Kemudian mereha memasuk rumah-rumah itu dan membawa pergi
semua barang-barang yang mereka dapati, dan membakar rumah-rumah
itu. Di kampung ini, 20 orang jadi korban.

Tanggal 27 Januari 1946.


1. Beberapa tentara KNIL yang memakai lambang merah-putih,
mengiring rakyat, kemudian mereka ditembaki.
Kemudian itu, ialah :
Di Bua, korban.25 arang:
Di Bilopa, korban 100 orang
Di Ponrang, korban 200 orang.
Di Larompong, korban 9 orang.

272
2. Seorang bernama Parakasi Opziener jembatan di Paremang
(kira-kira 40 k.m, dari Palopo), dipotong kupingnya, lantas kemudian
ditembak.
Oleh karena kebanyakan penduduk kota Palopo dan sekitarnya,
menyingkir ke bagian utara kota Palopo, terutama di Lima-kampung,
yaitu kampung Welang-Pelang, Salubongko, WaelawiE, Pombakka dan
Lamika-mike-Lawatu, maka dengan sendirinya semua rumah-rumah di
kampung tersebut penh sesek, laki-laki, perempuan dan anak-anak.
Mengurus keperluan-keperluan pengungsi yang banyak itu, maka jasa
pemimpin-pemimpin pemuda di daerah itu di bawah pimpinan
Mangambari Hamid tak dapat dilupakan. Mereka bekerja siang-malam,
dan di samping itu mengirim pula sejumlah pemuda, ikut bertempur di
kota Palopo.
Pada tgl 29 Januari, Sanusi dan andi Achmad meninggalkan
WaelawiE, menuju ke tempat kediaman Datu. Tapi sebelum tiba di
tempat tersebut, mereka berkeliling dahulu di beberapa tempat yang
telah masuk wilayah distrik Malangke (Masamba), untuk memberikan
keterangan-keterangan kepada rakyat apa yang sebenarnya telah terjadi.
Sebelum meninggalkan kampung WaelawiE, tiba pula di
kampung itu, Andi Kaso Opu Patunru, Petor Besar Luwu bersama
Sulaeman Umar, dan Sudarman, Sekretaris II PRI. Beliau akan menemui
Datu, maka dengan sendirinya Sanusi bersama-sama pula dengan beliau,
sehingga perjalanan yang sukar itu rasanya menjadi ringan.
Mereka berjalan kaki, kira-kira dua jam berjalan, mereka singgah
di satu kampung yang penduduknya telah berkumpul. Di tempat ini,
Sanusi memberikan beberapa keterangan yang perlu-perlu, dan meminta
kepada Suleman Umar, untuk membakar semangat mereka kemudian
mereka menuju kampung Mantalinga ditepi laut. Di Mantalinga, telah
ramai pula. Tegasnya semua kampung di dalam distrik Malangke padat
dengan pengungsi. Sesudah memberi keterangan, mereka menuju
kampung Amasangan, suatu kampung yang besar. Mereka telah
ditunggu, dengan barisan pemuda-pemuda, sebagai tanda penghormatan.
Hari itu juga, diadakan rapat umum. Sesudah makan malam di
rumah ibu Andi Attas, tiba-tiba datang di rumah itu seorang gurusekolah
bernama MassinaE dengan air mata bercucuran, minta kepada
rombongan supaya dia dilindungi, karena telah acap kali mendapat

273
ancaman dari pemuda-pemuda Amasangan. Selanjutnya,
MassinaEmengatakan, bahwa ia bersama keluarganya ingin juga mati
untuk membela kemerdekaan bangsa dan tanah air.
Ketika itu berada pula di kampung itu, H.M. Ramli Kadhi Luwu,
untuk berjumpa dengan istrinya yang kedua, yang berasal dari kamping
tersebut, sehingga beliau turut pula mendengarkan pengaduan guru
MassinaE tersebut.
Sementara Guru MassinaE menangis tersedu-sedu, Sanusi
mintakepada semua yang hadir supaya tenang sebentar, agar nasihat-
nasihatnya dapat diperhatikan dengan baik oleh Guru MassinaE dan
Ketua Pemuda Kampung Amasangan, Hamid Dg. Sisila.
Dengan ringkas dan jelas, Sanusi mengatakan bahwa tujuan
revolusi Indonesia, ialah kemerdekaan bangsa dan tanah air. Jadi siapa
saja yang hendak menentang revolusi itu, pasti ia hancur, dengan
lainperkataan barang siapa yang hendak berkhianat kepada tujuan yang
suci itu, pasti ia binasa. Kelak jika orang itu masih hidup, maka iahanya
merupakan bangkai yang berjalan jalan. Ia tidakakan merasai
kenikmatan hidup dan penghidupan, karena hatinya selalu tersiksa dari
dosa-dosa yang telah diperbuatnya. Betapa tidak, oleh karena ia
berkhianat, menyebabkan beratus-ratus bangsanya sendiri menjadi
korban keganasan NICA.
Tujuan revolusi, bukan hendak membunuh orang atau
merampokdan memperkosa wanita-wanita. Jika revolusi tujuannya
hanya hendak membunuh orang, akhirnya kita sendiri akan hancur,
sebab rasa dendam mendendam, akan hidup terus di kalangan bangsa
kita. Yang dianiaya hari ini, ia atau keluarganya kelak akan membalas
dendam kepada pemimpin atau lain orang yang berkuasa hari ini,
demikian seterusnya, sehingga hilanglah keamanan dan ketenteraman
hidup. Jadi revalusi ini, hendaklah kita laksanakan sesuai benar-benar
dengan tujuannya yang suci itu. Jangan sekali-kali revolusi itu kita
pergunakan untuk kepentingan diri sendiri. Misalnya seorang yang
dipercaya, sampai ia terpilih sebagai pimpinan pemuda, lama-kelamaan
ia meningkat menjadi pemimpm tertinggi, maka dengan mudah orang
tadi dapat mempergunakan kedudukannya tersebut untuk membinasakan
orang-orang yang ia benci.

274
Sesudab Sanusi menyampaikan nasihatnya, dimintanya kepada
H.M. RamIi untuk mendamaikan guru MassinaE dengan Hamid Dg.
Sisila, karena mungkin keduanya pernah berselisih, ternyata mereka
memang pernah berselisih tentang urusan tetek-bengek, sehingga mudah
mendamaikannya, dan akhirnya bersalam-salaman.
Tapi kira-kira 2 minggu kemudian, sewaktu Sanusi berada
kembali di kampung itu, Sanusi mendapat laporan bahwa guru
MassinaE telah dibunuh oleh pemuda, dengan tuduhan bahwa ia hendak
melarikan diri ke-Masamba bergabung dengan NICA.
Sesudah memberikan nasihat, rombonaan lantas baristirabat.
Barulah pada malam itu Sanusi dengan kawan-kawannya merasai sedikit
kelezatan tidur, setelah berhari-hari tidak merasa tidur barangsejam dua,
dalam semalamnya.
Pada keesokan harinya, rombongan mengajak H. Ramli untuk
berangkat bersama-sama menuju tempat kediaman Datu, dan supaya
turut pula memberikan nasihat-nasihat kepada rakyat di tempat-tempat
yang akan disinggahi. H. Ramli segera minta maaf, dan mengatakan :
Tentu istri saya akan marah kepada saya, jika saya hanya semalam di
kampungnya ini, kata H. Ramli dengan tertawa.
Rombongan sengaja tidak naik perahu, pada hal jika berjalan kaki,
lebih lama baru bisa tiba di tempat kediaman Datu, oleh karena perlu
menyaksikan rakyat yang berada di kampung-kampung yang tebih jauh
letaknya dari pantai, dan supaya rakyat dapat mengetahui apa
sebenarnya yang sudah terjadi, sehingga tidak mudah kenaprovokasi.
Setelah dua kali singgah memberi penerangan di kampung-
kampung yang dilalui, tibalah rombongan tersebut di kampung
Pattimang, kampung yang bersejarah. Kampung inilah dahulu yang
menjadi ibu kota kerajaan, lama sebelum Belanda datang di Indonesia.
Pattimang terkenal dimana-mana semasa baginda Patiarase Petta
MatinroE Pattimang, Datu yang mula-mula memeluk Islam di bawah
asuhan Datuk Suleman, yang digelar orang Luwu Datuk Pattimang.
Sebelum mengadakan rapat di kampung tersebut, rombongan
singgah dahulu bersiarah di makam baginda Patiarase dan makam Datuk
Suleman, seorang ulama ahli negara yang mula2 membawa Agama
Islam di Luwu. Kemudian mereka ke tempat rapat. Dalam rapat itu,
Sanusi menguraikan segala sesuatu yang terjadi, dan kekejaman-

275
kekejaman NICA. Sebagai penutup pidatonya. Sanusi meminta kepada
rakyat terutama kepada pemuda-pemuda, supaya rela berkorban untuk
bangsa dan Agama, yang kini telah diinjak-injak oleh Belanda.
Sesudah makan siang, rombongan berangkat ke kampung
Malangke. Di sana telah banyak rakyat menanti. Tapi oleh karena
rombongan akan bermalam di kampung Tokke yang terletak di pinggir
laut, maka penduduk kampung Malangke di panggil bersatu saja
denganpenduduk kampung Tokke, oleh karena rombongan sudah
merasalelah.
Pada malam itu, tiba pula Landau Dg. Mabate bersama
beberapapasukan pemuda lengkap dengan senjatanya di kampung
tersebut sehingga keadaan tambah ramai. Oleh karena Landau datang di
kampungTokke dengan perahu, di tengah laut ia mencegat satu perahu
layar.Waktu nakhodaperahu ditanyai, ia menjawab tidak keruan, sehing-
ga ia ditawan olehLandau, dan dibawa ke kampung Tokke untuk
diperiksa lebih lanjut. Persoalan itu, disampaikan kepada Sanusi.
Setelah narkoba perahu tersebut bersoal jawab dengan Sanusi,
barulah jelas bahwa perahu itu datang dari Malili, menuju ke suatu
kampung di daerah Wajo dekat Siwa. Nahkoda dan semua anak buah
perahu itu berasal dari Bugis (Wajo). Perahu itu sarat dengan beras dan
lain-lain barang dagangan. Menurut kata mereka, baru itulah mereka
mengetahui bahwa telah pecah perang dengan Belanda. Mereka
menyerahkan dirinya, dan mengharapkan kebijakan pemerintah dan
pimpinan pemuda.
Setelah berbicara sebentar kepada Petor Besar, kembali hat itu
diserahkan kepada kebijaksanaan Sanusi, untuk mengambil keputusan.
Kemudian Sanusi menyuruh nakhoda dan 4 orang temannya
menghadap di rumah Kepala Kampung Tokke.
Sanusi mengatakan kepada orang-orang perahu tersebut,
bahwaperkaranyatelah diputuskan. Mendengar itu, mereka semua
menjadipucat, karena disangkanya akan dibunuh. Sebelum Sanusi
berkata lebih lanjut, mereka menyembah-nyembah, minta dikasihani.
Saudara-saudara,, kata Sanusi kepada mereka, Dengarkanlah
baik-baik pembicaraan saya, supaya dapat mengerti dengan baik. Kami
di Luwu, telah bersumpab akan bertarung dengan mati-matian melawan
Belanda yang kejam itu. Setelah Belanda memulai kekejamannya di

276
Luwu dibantu dengan kaki-tangannya, sebagai juga di lain-lain
tempat, maka pemuda-pemudaLuwu terjun ke medan bakti menggempur
Belanda dengan tidak menghiraukan senjata-senjata Belanda yang
lengkap dan modern, dengan tujuan membela proklamasi kemerdekaan.
Saya cukup mengerti keadaan di negeri saudara. Sebab itu, saya.
berani pastikan, bahwa Belanda telah berkuasa sekarang di sana,
meskipun mungkin tadinya ada sedikit perlawanan. Maka dengan
sendirinya barang-barang dagangan saudara yang berasal dariLuwu ini,
jika tiba di Wajo akan jatuh dalam tangan musuh kami. Sebab itu,
barang-barang ini kamu sita, dan membayar segala harganya. Saudara
boleh berlayar terus dan membawabekal secukupnya. Dan kami akan
memberikan surat keterangan, untuk menjamin keselamatan saudara-
saudara selama masih berada di perairan Luwu. Akan tetapi kami minta,
supaya saudara ikut pula berjuang kelak di negerinya, sekurang-
kurangnya jangan sampai saudara manjadi alat, atau kaki
tanganBelanda.
Nakhoda dan temannya menangis dengan terharu sekali, setelah
mendengar keterangan Sanusi, sambil mengucapkan beribu-ribu
terimakasih,sebab sangka mereka, tidak akan hidup bila telah jatuh
dalam tangan pemuda. Setelah harga batang-batang mereka dibayar, dan
diberikan beras untuk bekal secukupnya, pada malam itu, mereka terus
berangkat.
Keesokan harinya, Arasi Dg Monompo, Ketua Pemuda Malangke,
telah berada di kampung Tokke bersama-sama dengan penduduk
Malangke. Kira-kira jam 09.00 pagi, rapat umum dimulai dengan
mendapat perhatian besar. Dalam rapat itu, rakyat kedua kampung
tersebut, berjanji dan bersumpah, akan sehidup semati dengan Datu
beserta sekalian pemimpin-pemimpin pemuda. Sesudah rapat,
rombongan berangkat lagi menuju tempat kejadian Datu. Sedangkan
Landau masih pagi-pagi buta telah berangkat dengan tentaranya,
berhubung adanya kabar bahwa NICA telah pernah sampai di Malangke
dengan naik oto, tetapi NICA itu lekas-lekas berangkat karena takut, apa
lagi ia tidak melihat penduduk seorang pun.
Setelah rombongan tiba kembali di Malangke, tiba-tiba dari
jurusan Masamba kelihatan beberapa orang naik kuda. Dengan cepat
anggota rombongan bersembunyi. Orang yang naik kuda itu, adalah

277
polisi-polisi Masamba, yang sengaja datang di Malangke untuk
memberitahukan pemimpin pemuda, bahwa NICA telah mengatur satu
rencana, akan memasuki Malangke ini, karena NICA memastikan
bahwa Datu, dan anggota Hadatnya dan pemimpin-pemimpin pemuda,
pasti berada di sekitar distrik Malangke. Itulah, kata mereka sekadar
sumbangannya kepada pemuda. Tapi dalam hati Sanusi, mungkin
mereka merupakan dirinya sebagai kawan, tetapi kemungkinan besar
adalah suatu siasat NICA untuk mengetahui sebenar-benarnya tempat
kediaman Datu. Segera Sanusi berterima kasih kepada polisi-polisi
tersebut, dan mengatakan bahwa kami sendiri tidak mengetahui di mana
Datu berada, dan berpesan kepada polisi-polisi tersebut; supaya berhati-
hati dengan perjuangannya dengan rombongan kami, supaya jangan
menyesal kelak.
Setelah polisi itu berangkat menuju jurusan kampung Tokke, tiba-
tiba kedengaran bunyi oto dari jurusan Masamba. Segera rombongan
bersembunyi lekas di semak-semak belukar. Tak lama kemudian, sebuah
jeep berhenti dekat rombongan bersembunyi, sehingga kelihatan terang
muka orang-orang dalam jeep tersebut. Didalam jeep itu terdapat
beberapa orang tentara NICA,dan seorang dikenal oleh Sanusi, yaitu
pegawai PU Luwu bernama H, seorang suku Ambon. Entah apa
sebabnya ia ada disitu bersama dengan tentara NICA. Tentara NICA itu,
kelihatan takut sekali, sebab sebenarnya oto tidak berhenti, hanya
memutar diri, dan langsung terus lari kembali ke jurusan Masamba.
Sekiranya Landau bersama pasukannya berada ketika itu, pasti mereka
itu dihancurkan. Mereka datang hanya hendak mengetahui keadaan.
Jadiapa yang dikatakan polisi-polisi tadi memang benar, tapi belum
dipastikan, bahwa apakah mereka menjadi kaki tangan NICA atau
tidak. Kemudian segera rombongan berangkat.
Setelah rombongan melalui makam baginda Patipassaung, gelar
Sulthan Abdullah, Petta MatinroE Malangke (baca riwayatnya. di lain
bahagian); rombongan singgah sebentar bersiarah dan mendoa
sekadarnya. Kemudian rombongan berangkat ke kampung CappasoloE,
di mana Datu dan permaisurinya tinggal.
Di kampung CappasoloE inilah tempat kelahiran Sanusi,
penulisbuku ini, Kampung ini, terkenal di seluruh Luwu, karena gadis-
gadisnya

278
yang jelita dan cantik-cantik, cekatan dan cepat bertenun sarung
denganalat-alat sederhana yang dibuatnya sendiri. Ada yang
dapatmenyelesaikan 2 lembar sarung dalam masa 3 hari saja.
Baru saja memasuki kampung tumpah darah Sanusi, tampaklah
dari jauh Radhi Abdullah Kepala P.H.B. dalam pertempuran kota Palopo
yang lalu, menyambut rombongan bersama pemimpin pemuda
Cappasolo. Radhi Abdullah lebih dahulu berada di Cappasolo, oleh
karena orang tuanya telah lama di Cappasolo sebagai orang dagang.
Tak dapat digambarkan betapa girangnya Sanusi berjumpa
kembali teman-teman sepermainannya semasa kanak-kanak, setelah
meninggalkan kampung itu kurang lebih 20 tahun lamanya.
Sesudah penyambutap selesai, Sanusi meminta kepada Radhi
Abdullah, membantunya dalam tugasnya, karena banyak surat-surat
propaganda yang harus disebarkan, berhubung NICA telah menginjak
wilayah distrik Malangke.
Kemudian rombongan menuju rumah tempat kediaman Datu.
Tapi Sanusi sendiri lebih dahulu menjumpai ibu-tirinya, yang dia
pandang sebagai ibu kandungnya sendiri, sebab sejak kecilnya, ia lebih
banyak memelihara Sanusi dari pada ibu kandungnya sendiri. Rumah
orang tua itu di mana Sanusi dibesarkan dahulu, masih tetap di
tempatnya, tapi sudah lapuk, tapi tiang-tiangnya masih kuat. Alangkah
girang hatinya ketika ia bertemu dengan ibunya yang sangat dicintainya
itu, setelah berpuluh-puluh tahun tidak berjumpa. Orang tua tersebut
segera memeluk anaknya, setelah ia ketahui siapa yang sekonyong -
konyong ada di hadapannya. Dengan air mata bercucuran, Sanusi
menceriterakan kepada ibunya tentang keadaan pada waktu itu, sehingga
kampungnya CappasoloE terpilih sebagai tempat kediaman Datu dan
permaisurinya, dan dengan sendirinya menjadi pula ibu kota pemerintah
kerajaan Luwu.
Kemudian Sanusi mengajak ibunya menghadap Datu dan
permaisurinya untuk memperkenalkan kepada baginda. Ibu itu amat
girang, karena telah, lama ia ingin menghadap Datu dengan
permaisurinya, tapi hatinya selalu takut, dan tidak ada orang yang berani
mengantarnya.
Setelah orang tua itumengganti pakaiannya, mereka berangkat ke
rumah Kediaman Datu yang terletak di seberang sungai.

279
Ketika mereka tiba di jembatan, meneteslah air mata Sanusi,
karena di jembatan itulah paling banyak waktu dalam seharinya ia
habiskan semasa kanak-kanak.
Di rumah Datu tersebut, telah hadir lebih dahulu, Andi Kaso Opu
Patunru, Andi Pangerang Opu Pabicara, H.M. Ramli Kadhi Luwu, Andi
Achmad, Suleman Umar, Radhi Abdullah, dan beberapa orang
pemimpin pemuda Cappasolo. Setelah Sanusi berjabat tangan dengan
Datu dan permaisurinya, lantas ia memperkenalkan ibunya. Mendengar
itu, Datu dan permaisurinya heran. Tapi setelah Sanusi menceriterakan
sedikit tentang keadaan yang sebenarnya, selungga ia lahir di kampung
itu, barulah Datu dan permaisurinya tersenyum.

d. MENGATUR PERTAHANAN

Sanusi tiba di kampung kelahirannya itu, pada tanggal 1 Pebruari.


Jadi pada malam tgl. 2 Pebruari 1946, terjadisuatu rapat penting yang
bersifat rahasia, yang dilaksanakan dihadapan Datu. Rapat itu diadakan
berhubung NICA telah acap kali datang di distrik Malangke.
Dalam rapat yang penting itu, selain Sanusi, Andi Achmad,
anggota-anggota Hadat dan lain-lainnya, hadir juga Opu Dg. Paduni,
seorang tokoh yang terkenal di wilayah distrik Malangke, bahkan di
seluruh Palopo, Masamba dan Malili, beliau adalah paman Andi Hamid,
dan sahabit paling akrab dengan almarhum ayah Sanusi.
Rapat membicarakan suatu siasat pertahanan, agar Datu dan
permaisurinya dapat terhindar dari kepungan. NICA, bila wilayah
LimaKampung dan Distrik Malangke menjadi medan pertempuran. Di
pikirkan, bahwa pemuda-pemuda kita yang bersenjata, tidak akan
mampu bertahan lama jika bertempur secara berhadap-hadapan dengan
NICA yang lengkap persenjataannya,kecuali dengan cara gerilya.
Jika Datu tertawan atau tertembak mati, maka sedikit banyak
semangat perlawanan rakyat akan kendur.
Akhirnya, rapat itu mengambil keputusan sbb :
1. Pusat Pemerintah Kerajaan, untuk sementara, bertempat di
kampung CappasoloE, distrik Malangke, wilayahMasamba.

280
2. Jika keadaan terpaksa, maka Pusat Pemerintah Kerajaan, akan
dipindahkan di bahagian utara CappasoloE, ysitu kampung
Pongko, distrik Tammuku, wilayah Masamba.
3. Meskipun Landau anggota PimpinanKomando
Pertempuran,telah membangun kubu pertahanan di bahagian
barat kampung Malangke jurusan Masamba, dan sangat
ditakuti oleh NICA, dan kubu-kubunya yang ada di tepi pantai,
maka dirasa di bahagian barat kampung CappasoloE, perlu
sekali adanya suatu kubu pertahanan yang terdiri dari pemuda-
pemuda CappasaloE, dengan bersenjatakan tombak dan keris,
dan garanat-garanat tangan.
4. Mengirim surat kepada Andi Pangerang Petta Rani, Petor
BesarBone, dan kepada Sulewatang Akotengan (Kepala
Distrik),ipar Andi Hamid, untuk meminta bantuan, terutama
beras.
Keesokan harinya, bertempat di tengah-tengah
kampung,berlangsung suatu rapat umum, yang dihadiri segenap
pendudukkampung besar, tersebut, baik laki-laki maupun wanita.
Dibantu dengan Suleman Umar, SanusiKepala
PeneranganPemuda itu membakar semangat perjuangan rakyat,sehingga
seluruh penduduk kampung yang bersejarah itu bersumpah dengan hati
ikhlas, akan sehidup semati dengan Datu, demi kehormatan bangsa dan
agama.
Sesudah rapat, secara keputusan No. 3 tersebut di atas
dilaksanakan oleh Andi Achmad bersama dengan DgParanru, Ketua
Pemuda CappasoloE. Sedang keputusan No. 4, segera pulakerjakan oleh
Sanusi dengan membuat tiga pucuk surat. Dua buah surat dari Datu yang
ditujukan kepada dua alamat tersebut di atas, dan sepucuk surat pribadi
dari Sanusi yang ditujukan kepada Andi Pangerang Petta Rani.
Setelah bunyi kedua surat tersebut disetujui-oleh Datu; segera
beliau meletakkan tanda tangannya, disertai stemper kerajaan. Adapun
isi kedua surat itu, selain meminta bantuan beras, juga memberi tahukan,
bahwa di Luwu telah pecah perang antara Kerajaan Luwu dan Belanda.
Dan Luwu sekarang berada dalam keadaan perang dan pusat pemerintah
kiniberadadiluarkotaPalopo. Jikamemangadabantuan atauhal-hal

281
yangperlu disampaikankepada kami, harap berurusan dengan orang yang
membawa surat ini, bernama Hasan Dg Mawelle.
Tentang surat peribadi Sanusi, isinya menganjurkan agar supaya
rakyat Bone dan pemuda-pemudanya, bangkit pula serentak memukul
Belanda sebagai yang telah terjadi di Luwu, sebab mungkin senjata-
senjata yang dikirim dari palopo, telah sampai di Bone, jika tidak
mengalami kegagalan.
Hasan Dg Mawelle yang mengantar surat-surat tersebut, adalah
saudaraguru Husain yang terkenal itu, seorang pemuda yang berani dan
jujur dan pelaut yang cekatan, dan dia adalah juga salah satu anggota
Pimpinan Pemuda' CappasoloE. Dia berangkat dengan beberapa pemuda
laut dengan memakai satu perahu lombayang- paling laju di seluruh
Luwu, dengan bersenjatakan beberapa biji garanat tangan, di samping
tombak dan keris.
Ketika berangkat, mereka diiringi dengan doa. Sesudah itu,
Sanusi, Radhi Abdullah dan Suleman Umar, merampungkan pula
berpuluh-puluh lembar pamflet-propaganda, yang segera disebarkan dan
dilekatkan di tempat-tempat yang mungkin dilalui tentara KNIL.
Adapun bunyi pamflet-pamflet tersebut, adalah sebagai berikut :

1. BANGSA INDONESIA YANG ADA DI KNIL !!!

Saudara - saudara keluarlah segera dar[ barisan KNIL.


Saudara-saudara, hanya dijadikan alat oleh Belanda, untuk
membunuh bangsa sendiri, Belanda salah dan kejam. Pada
mulanya Belanda mungkin menang, tapi akhirnya kita pasti
Menang. HAK dan KEADILAN tidak bisa dikalahkan,
bagaimana pun kuat musuhnya. Kita akan menerima
saudara-saudara dengan girang. Bertindaklah cepat, gempur
kembali Belanda itu, supaya sandara-saudara, jangan
menyesal kelak.

PUSAT PENERANGAN PEMUDA LUWU

2. SEGERALAH MASUK KE DALAM BARISAN


KEMERDEKAAN BANGSA

282
Saudara-saudara bangsa Indonesia yang ada di barisan
NICA dalam barisan pemuda, patriot-patriot bangsa, segala
suku ada. suku Jawa dan Sumatera, ialah Ir. Sukarno dan
Drs. Moh. Hatta. Suku Manado ada, lalah Dr. Ratulangi.
Suku Ambon ada, ialah Mr. Latuharyhary dan lain-lain.
Tidak usah ragu-ragu, kita pasti menang, karena penjajah
adalah kekejaman dan perkosaan, sedang kemerdekaan,
adalah hak dan keadilan.

PUSAT PENERANGAN PEMUDA LUWU

e. SUATU MALAM DENGAN ORANG ORANG TUA

Sementara menunggu berita-berita tentang perkembangan situasi,


dan mengharap berhasilnya perjalanan Hasan Dg Mawelle, maka pada
suatu malam, ketika Sanusi sedang berbaring-baring di rumah ibunya
memikirkan nasib perjuangan rakyat Luwu, tiba-tiba datang
panggilanDatu, meminta Sanusi segera menghadap.
Oleh karena baju dan celana yang hanya dua lembar, saja,
makabaju yang sudah banyak menderitaitu karena sudah lama tidak
dicuci, tidak dapat ia ganti, meskipun hendak menghadap Datu.
Berpakaian dengan baju yang sudah kumal itu, Sanusi segera ke rumah
Datu diikuti oleh ibunya.
Tiba di sana, berkatalah Andi Pangerang - seorang anggota
Hadatyang kurus badannya. Seorang yang cerdas, sabar dan berani,
ramahtamah, ahli pemerintahan, dan terkenal sebagai ahli adat-
istiadatlihatlah, sekarang ada banyak berkumpul disini di hadapan Datu,
orang-orang tua kita laki-laki dan perempuan. Mereka datang
hendakmemajukan pertanyaan tentang sesuatu yang mereka ingin
ketahui, tapisaya bilang pada orang-orang tua kita itu, tunggu dahulu
sebentar, nantijika Sanusi Dg Mattata telah datang, baru memajukan
pertanyaan.
Banyak yang masih dikenal oleh Sanusi, karena kebanyakan
orang-orang tua yang hadir itu, dianggapnya juga sebagai orang
tuanya,semasa kanak-kanak. Dalam hati Sanusi, terlintas pertanyaan,
bahwa apa pula gerangan yang hendak ditanyakan oleh orang-orang tua

283
itu yang umumnya telah berumur 50 tahun keatas. Jika soal-soal
kemerdekaan yang hendak mereka tanyakan, maka nyatalah betapa
hebatnya semangat kemerdekaan itu bersemi dalam kalbu rakyat Luwu.
Tapi di samping itu, rupanya Datu dengan semua pengiringnya,
akan makan besar dengan ikan bakar, ikan lawa (daging ikan mentah
dicampur dengan garam, lombak, dan asam, tanpa di masak, terus
dimakan), sebab tidak lama sebelum Sanusi datang, telah berkumpul
banyak sekali ikan yang dipersembahkan oleh nelayan-nelayan
CappasoloE, karena nelayan-nelayan itu merasa beruntung, sebab
kampung mereka terpilih sebagai tempat kediaman Datu, suatu hal yang
tidak pernahmereka impi-impikan selama ini.
Setelah Sanusi duduk sebagaimana mestinya di hadapan Datu dan
permaisurinya, lantas ia mengatakan, siap akan mendengar segala
pertanyaan-pertanyaan yang akan bapak-bapak dan ibu-ibu majukan,
dan moga-moga jawaban pertanyaan-pertanyaan itu, memuaskan bapak-
bapak dan ibu-ibu.
Kemudian tenang, tak ada seorang pun yang berkata-kata, karena
semua yang hadir ingin lekas hendak mendengar pertanyaan golongan
orang-orang tua tersebut.
NakBukankah Belanda yang kita lawan sekarang ini, adalah
pemerintah kita ?tanya seorang tua laki-laki dalam bahasa Bugis.
Belanda, bukanlah pemerintah kita. Dia bangsa asing yang
berkulit putih, beda dengan kulit kita yang merah-putih dan hitam-
manis, dan kadang-kadang ada juga yang kuning-langsat. Jika dulu
Belanda memerintah kita, semata-mat.a karena paksaan. Tapi sejak
waktu itu, hati kita tidak pernah mengakuinyasebagai pemerintah yang
sah di negeri kita ini, Itulah sebabnya, Belanda itu selalu kita lawan, biar
pun kita selalu dikalahkan. Tapi hati kita tidak pernah tunduk
kepadanya, dankita berkeyakinan bahwa satu masa Belanda akan kita
kalahkan, menyapu bersih dari tanah air kita. Bapak-bapak dan ibu-ibu
masih hidup dan banyak yang telah dewasa ; ketika mula-mula Belanda
datang memerintah kita dengan paksa, yaitu semasa pemerintahan
ibunda Datu, baginda Andi Kambo Opu Daeng Risompa, Belanda pada
waktu itu, kita lawan, kita gempur, kita kocar-kacirkan, sehingga tidak
sedikit Belanda yang berkubur di tanah Luwu. Perlawanan kita di waktu
itu, dipimpin oleh Andi Tadda, Makole Baebunta, Pongtiku, Haji Hasan

284
dan lain-lain. Kenapa kita tidak lawan Belanda jika ada kesempatan,
karena Belanda memerintah kita, hanyalah sebagai budaknya belaka.
Disuruhnya kita kerja rodi secara paksa dengan tidak dibayar, kekayaan-
kekayaan negeri kita diangkat ke negerinya dengan semau-maunya,
sehingga bangsa Indonesia susah tegak di atas kakinyasendiri. Kini
Belanda hendak memerintah lagi. Supaya ada alasan untuk membunuh,
maka Belanda lebih dahulu dengan sengaja memasuki mesjid, rumah
suci Islam di kampung Bua, dan menginjak-injak Al-Quran, kemudian
menyepak Tomanjawani, dojamesjid tersebut, sehingga gigi orang tua
itu jatuh semua, baru kepalanya ditetak dengan bayonet, tetapi TUHAN
melindunginya, sehingga dojaitu masih hidup. Belanda sengaja
berbuat demikian supaya kita marah, dan menggempurnya. Maksud
Belanda itu, berhasil, karena dua hari kemudian Belanda di serang oleh
Pemuda. Tapi karena pada lahirnya Belanda kuat, maka Belanda kini
telah merampok, membunuh, membakar rumah-rumah penduduk,
maksudnya supayakita takut dan jera, sehingga mereka dapat berkuasa
seperti dahulu. Dari pada diperintah orang asing dengan kejam, lebih
baik kita mati terbilang, demikian jawab Sanusi.
Di mana ayahmu sekarang Nak ?, tanya seorang tua laki-laki
lain, Saya ini biasa menjadi pengiringnya yang setia semasa masih
muda.
Semua yang hadir tersenyum mendengar pertanyaan orang tua itu,
yang tidak disangka-sangka demikian bentuk pertanyaannya. Tapi bagi
Sanusi sendiri merasa, bahwa pertanyaan orang tua tersebut merupakan
satu gambaran betapakuatnya rasa kesetiaanyang tertanam dalam hati
bangsa Indonesia, suku Luwu khususnya, terhadap kepada sahabat-
sahabatnya. Maka dengan pendek, pertanyaan itu, dijawab oleh Sanusi,
sebagai berikut :
Ayahku, telah lama meninggal, Sebab itu, saya harap bantuan
bapak, supaya dapat mendoakan beliau, moga-moga sahabat bapak itu
mendapat ampunan TUHAN, dan memperoleh tempat yang baik
diakhirat.
Mendengar jawaban Sanusi, orang tua tersebut berlinang-linang
air matanya, lantas menghampiri Sanusi dengan maksud meraihnya, tapi
dicegah oleh Sanusi dengan satu isyarat, bahwa kita sekarang berada
dihadapan Datu dan permaisurinya.

285
Apakah kita ada kesempatan kembali ke Palopo Nak ?,tanya
seorang tua wanita, penduduk kota Palopo yang turut menyingkir ke
CappasoloE.
Ibu sebenarnya sudah amat tua,maka,saya ingin bertanya lebih
dahulu, bahwa apa sebab ibu menyingkir pula menyusahkan diri, sebab
rasanya, jika NICA mendapati orang tua seperti ibu ini, tidak akan
diapa-apakan, tanya Sanusi dengan maksud hendak mengetahui
perasaannya. .
Nak saya sudah,mengalami beberapa masa. Masa Belanda yang
pertama, masa Jepang dan masa sekarang ini. Tapi kali ini, ibu merasa,
bahwa perbuatan, kejam Belanda, tidak memilih bulu lagi. Jika
berjumpa dengan manusia, tua atau muda dan anak-anak sekali pun pasti
NICA bunuh. Jika bertemu barang, pasti ia rampok Jika bertemu hewan,
sapi, kerbau, kuda, rusa, kambing, ayam dan anjing, pasti ia potong. Jika
melihat rumah, pasti ia bakar. Pendek kata ibu merasakekejaman
Belanda masa ini, tidak ada bandingannya dalam sejarah tanah air kita,
sebab Belanda telah gila karena merasa kehilangan sesuatu yang sangat
penting, lalah Indonesia yang kaya ini. Belanda tak ada bedanya dengan
dengan bonti-bonti(anak ikan belanak yang masih kecil) yang
melompat-lompat kegilaan tak henti-hentinya, karena ikanitu merasa
kehilangan yang amat pentingyaitu ditinggalkan pasang-surut di tepi
pantai, kemudian ikan-ikan itu kehabisan tenaga dan mati.
Ibu ingin mati bersama-sama Datu dan Opu Datu
(PermaisuriDatu). Itulah sebabnya ibu sampai pula kemari mengikuti
baginda , apalagi semua penghuni rumah kami di Palopo - kecuali ibu
sendiri - mendapat tugas dari pimpinan pemuda. Dari perasaan ibu yang
demikian itu, menyebabkan ibu memajukan pertanyaan tadi.
Semua yang hadir tertarik mendengar keterangan orang tua yang
cerdik itu, sehingga. yang hadir seakan-akan lupa kepada segala
penderitaannya selama ini.
Sesaat kemudian, Sanusi menjawab :
Saya dapat menangkap perasaan ibu, oleh sebab itu saya akan
menjawab pertanyaan ibu dengan dua sifat kejadian.
Pertama, kesempatan untuk melihat kembali kota Palopo,
tergantung dari pada umur kita masing-masing. Jika Allah mematikan
kita dalam satu dua hari ini, maka jangankan orang tua, anak kecil pun

286
tak dapat melihat lagi kota Palopo, sebab sudah menjadi ketentuan Allah
Yang Maha Kuasa.
Kedua, kesempatan untuk melihat kembali kota Palopo,
tergantung dari pada lambat dan cepatnya selesai perjuangan kita
sekarang ini. Selesainya perjuangan tergantung kepada dua pokok.
Pertama,perjuangan itu dianggap selesai, jika benar-benar rakyat
Indonesia yang berjumlah 90 juta orang musnah semua. Tapi hal ini
tidak mungkin dapat dilakukan. oleh Belanda, sebab biarpun betapa
kuatnya Belanda itu, pasti mempunyai batas, ada kesudahannya. Tidak
ada bedanya dengan satu banjir yang hebat, yang datang dengan tiba-
tiba melanda, menyapu bersih segala yang merintangi jalannya, menum-
bangkan pohon-pohon, menghancurkan hewan, manusia dan lain-lain.
Maka batang-batang kayu yang hanyut dan patuhmenuruti kemauaan
banjir tadi, akan hancur juga tenggelam dalam lumpur lautan. Demi-
kianlah perumpamaannya orang-orang yang membantu Belanda. dengan
perbuatan kejamnya itu, tak beda dengan batang yang dihanyutkan
banjir itu. Tetapi setelah sehari dua banjir itu mengganggu, maka
kekuatannya habis dan berhenti. Yang kedua, jika Belanda sendiri mau
insaf lantas mengakui hak-hak orang lain.
Kekalahan Belanda dan pengakuannya kepada kedaulatan bangsa
Indonesia mungkin cepat datangnya, karena revolusi berkuah darah
sekarang ini, adalah meliputi seluruh Indonesia.
Jika usia kita lanjut sampai kepada - masa berakhirnya kekejaman
Belanda tersebut dan mengakui kedaulatan kita, Insya Allah, kitasemua
akan dapat lagi melihat kota Palopo, demikian jawab Sanusi kepada
orang tua yang cerdik itu.
Kelihatan orang tua tersebut, puas dan gembira, sesudah ia men-
dengar jawaban pertanyannya.
Nak, saya juga hendak bertanya sedikit, bolehkah ?, tanya se-
orang tua wanita yang lain.
Boleh sajakata Andi Pangerang Opu Pabicara, Majukanlah
pertanyaan ibu, tidak usah takut dan ragu-ragu.
Ibumu ini merasa, bahwa mungkin banyak pemuda yang akan
mati dalam perjuangan ini. Bagaimanakah yang mati itu ?.
Saya dapat menangkap tujuan dari pertanyaan ibu itu, dan me-
rasa apa yang tergores dalam hati ibu. Sebab itu saya harap jawaban,

287
saya memuaskan hati ibu. Semua orang yang mati dalam membela
bangsa, tanah air dan agamanya, dan memang mereka berjuang dengan
hati yang ikhlas, maka mereka terhitung manusia yang beruntung,
sehingga orang tuanya turut pula menjadi orang yang mulia. Mereka
akan mendapat penghargaan dari pemerintah, masyarakat dan di sisi
TUHAN. Jadi pengorbanan mereka tidak sia-sia. Dikatakan mendapat
penghargaan di sisi TUHAN, sebab tiap2 yang mati lantaran membela
Agamanya, haknya, dengan hati jujur dan ikhlas karena Allah, maka
orang itu akan mendapat ganjaran dari Allah.
Saya kira ibu juga telah mengetahui, bahwa tujuan hidup manusia,
terutama bagi ummat Islam, yaitu mengabdikan diri kepada Allah. Kita
berpegang karena Tuhan, kita menuntut ilmu karena Allah, kita
berdagang karena Allah, kita bertani karena Allah. Kita makan, minum,
tidur, bangun, mandi, karena Allah. Yasegala-galanya karena Allah.
Tegasnya dalam hidup kita, kita harus selalu melakukan perintah, dan
menjauhi larangan Allah, karena Allah. Itulah artinya mengabdi dan
memperhambakan di kepada Allah. Apa sebabnya, oleh karena kita
semua ini adalah kepunyaannya. Seluruh alam semesta, dan segenap
isinya, adalah kepunyaan Tuhan. Dia yang menguasainya dan
mengaturnya oleh karena Dia yang mengadakannyasemua. Juga apa
yang dikatakan kemuliaan, kebenaran, kehormatan, pangkat dan derajat,
dan segala usaha apa saja, adalah kepunyaan TUHAN. Pendek kata,
bagaimana pun kita hidup, betapa pun kita hidup, semua itu dalam
kekuasaannya. Di samping manusia yang beruntung, banyak juga
manusia yang celaka, oleh karena mereka bertindak menyalahi perintah
dan petunjuk Allah malah ada yang mengingkarinya.
Jadi orang yang mati dalam perang karena Allah, namanya
syahid,suatu kematian yang tinggi harganya. Tentang kematian,
bukanlah menjadi urusan yang penting, karena tidak ada orang yang
dikecualikan TUHAN semua mesti mati menurut batas yang telah
ditentukanTUHAN. Lantaran merasa puas mendengar jawaban tersebut,
orang tua itu meneteskan air mata, dan menyeka air matanyadengan
pinggiran bajunya, yang sudah kumal itu.
Oleh karena tak ada lagi pertanyaan, makanlah semua yang hadir,
menikmati ikan-ikan yang masih segar, persembahan nelayan-nelayan
CappasoloE.

288
f. PUSAT PEMERINTAH KERAJAAN PINDAH
DI PONGKO.

Oleh karena masih ada satu kampung yang belum dikunjungi,


Sanusi segera mengatur rencana ke kampung tersebut, apa lagi
penduduk kampung itu merasa dianak-tirikan, jika kampungnya itu
tidak dikunjungi. Kampung itu bernama Rampoang, terletak sebelah
baratkampung CappasoloE.
Di sekitar kampung itu dahulu, menjadi lapangan Sanusi semasa
kanak-kanak, untuk mencari buah-buahan hutan yang banyak terdapatdi
situ.
Pada hari yang telah ditentukan, berangkatlah kepala penerangan
pemuda tersdbut bersama Andi Achmad, Suleman Umar, Radhi
Abdullah dan beberapa pemimpin pemuda CappasoloE ke
kampungRampoang tersebut. Menjelang tengah hari baru rombongan itu
tiba. Penduduknya, laki-laki dan wanita telah berkumpul sejak pagi.
Banyak di antara penduduk kampung tersebut, masih mengenal Sanusi,
sebagai kawan sepermainannya dahulu, dan ber-sama-sama masuk.hutan
mengambilbuah-buahan.
Sebelum Sanusi memberi penerangan, lebih dahulu ia
memperkenalkan diri, dan menjelaskan siapa Andi Achmad, Suleman
Umar dan Radhi Abdullah. Mereka terheran-heran, karena dengan
tidakdisangka-sangka lebih dahulu, Sanusi berada di tengah-tengah
mereka, sebagai seorang yang pernah berdiam di daerah itu semasa
kanak-kanak.
Sesudah perkenalan, baru Sanusi menceriterakan tentang
perjuangan rakyat Luwu sampai kepada masa itu.
Untuk membakar semangat perjuangan mereka tampil kemuka
Suleman Umar dengan gayanya sendiri, sehingga mereka kelihatan
dengan tenang memperhatikan pidato yang bersemangat itu.
Sesudah rapat, maka rakyat kampung Rampoang, bersumpahakan
sehidup semati dengan Datu, membela kemerdekaan dan agama Islam.
Rombongan kecil tersebut, dijamu makan siang oleb
kepalakampung dengan semacam lauk-pauk, yang banyak sekali
terdapat di sekitar CappasoloE danRampoang, yaitu semacam siput yang
lezat rasanya. Oleh penduduk, siput itu dinamai joi.

289
Menjelang magrib, baru rombongan itu tiba kembali di
CappasoloE.
Setelah 5 hari Datu berada di CappasoloE, maka atas
pertimbangan pengadaran yang disetujui oleh Datu sendiri, Pusat
Pemerintah kerajaan dipindahkan ke Pongko, meskipun tidak ada tanda-
tanda NICA akan mengadakan operasi dan seorangpun ke Distrik
Malangke. Jadi maksud yang terpenting diri pemindahan tersebut,ialah,
supaya rakyat distrik Tammuku berbesar hati dan tambah bersemangat.
Empat jam sebelum Datu berangkat ke Pongko, maka lebih
dahulu berangkat satu rombongan penyelidik di bawah pimpinan Andi
Pabeangi, salah seorang pemimpin pemuda Pongko.
Sesudah shalat isa, baru Datu bersama rombongannya berangkat
dengan perahu layar.
Oleh karena masih perlu menyinggahi satu dusun yang terletak
antara kampung CappasoloE dan kampung Pongko, maka Sanusi
bersamadengan Andi Achmad, Suleman Umar dan Radhi Abdullah
berangkat kemudian dengan mempergunakan perahu kecil yang di-
dayung.
Kira-kira tengah malam, baru rombongan Sanusi tiba di
dusunLabembe. Di dusun itu, hanya ada 7 buah pondok orang nelayan.
Karena semuanya sudah merasa lapar, maka segera nelayan-
nelayan di dusun itu terjun ke laut mengambil ikannya yang ada di
dalam seronya masing-masing. dengan sendirinya, rombangan itu,
makan dengan sepuas-puasnya ikan laut yang masih segar. Karena
kelezatan memakan ikan-ikan yang bermacam-macam itu, lupalah
mereka sejenak akan semua perasaian dan penderitaan selamaini.
Sesudah makan, mereka bersyukur kepada Tuhan lantaran kelezatan
makan di tengah malam di pantai Labembe yang indah pemandangannya
itu.
Sesudah makan, tiba-tiba terjadi auatu pertemuan di luar
dugaan.Hal itu, adalah suatu karunia Tuhan kepada Sanusi sendiri.
Oleh kedatangan rombongan itu, penduduk dusun tersebut tak ada
lagi yang tidur, mereka ingin memperpendek malam itu, karena mereka
ingin sekali mendapat keterangan tentang jalannya perjuangan rakyat
Luwu, yang sama sekali masih gelap bagi mereka.

290
Belum habis sebatang rokok diisap Sanusi, tiba-tiba datang
seorang ibu tua bersama anaknya dan menggendong cucunya, dengan air
mata bercucuran, langsung menaiki pondok di mana rombongan itu
beristirahat. Semua yang hadir heran melihat orang tua itu menangis.
Setelah Sanusi memperhatikan wajah orang tua itu, bersama anaknya,
maka ariflah Sanusi, apa sebab orang tua itu bercucuran air matanya.
kemudian, Sanusi segera bangkit dari duduknya, langsung mencium
kening orang tua itu. Sebaliknya orang tua itu merangkul Sanusi
dengantangisnya, sambil berkata : Anakku, anakku ! kemudian Sanusi
mempersilahkan orang tua itu duduk baik-baik, lantas memperkenalkan
kepadanya, anggota-anggota rombongannya. Sesudah itu,Sanusi berkata
kepada yang hadir, bahwa wanita ini - sambil menunjuk anak orang tua
itu adalah saudara Kandungsaya bernama Sanabe (Zainab).
Mendengar kata Sanusi demikian, yang hadir menjadiheran.
Saudara-saudara, orang tua ini, adalah ibu sussusaya. Dialah
yang menyusui saya sejak lahir keduanya selama kira-kira dua tahun
lamanya di CappasoloE. Karena air susunya yang saya minum selama
itu, maka anak dari orang tua ini adalah sebagai saudara kandung saya,
dan terlarang kawin dengan anak-anaknya. Demikianlah ketentuan
hukum Islam yang indah itu, kata Sanusi kepada yang hadir.
Sanusi sangat bersyukur kepada Allah yang Pengasih dan Pemu-
rahyang telah mempertemukan hambanya dengan ibunya itu, setelah
berpisah berpuluh-guluh tahun lamanya. Ibu itu bernama Panena.
Apalah yang akan diberikan Sanusi kepada ibunya itu sebagai
oleh-oleh, dalam keadaan perjuangan yang sedemikian hebatnya di
waktu itu. Oleh karena tidak ada lain barang, maka semua wang be-
lanjanya diberikan kepada ibunya itu. Orang tua itu menolak pemberian
anaknya, karena dia takut kalau-kalau anaknya mendapat susah .lantaran
kehabisan wang. Tapi Sanusi meminta, supaya ibunya menerima wang
tersebut, dan mengatakan tidak usah ibu cemas, karena TUHAN Maha
Kaya dan MahaKuasa .
Paginya, penduduk dusun tersebut telah berkumpul. Mereka
semua merasa senang, setelah jelas kepada mereka apa yang sebenarnya
telah terjadi.
Kemudian, rombongan kecil itu meneruskan perjalanannya ke
Pongko, satu kampung yang besar, terletak di muara sungai Baliaseyang

291
panjang dan besar itu, menyebabkan kampung Pongko terkenal sebagai
satu pelabuhan rotan yang penting, karena semua rotan yang berasal dari
Masamba dan sekitarnya dibawa ke Pongko dengan mempergunakan
aliran sungai Baliase.
Kini, kampung itu menjadi pula Pusat Pemerintah Kerajaan.

g. SEORANG TAHANAN TERBUNUH.

Kedatangan Datu dan rombongannya di Pongko, disambut


gembira oleh seluruh penduduk.
Setelah baginda tiba di rumah yang telah disediakan lebih dahulu,
datanglah rakyat berduyun-duyun mengantarkan persembahannya
masing-masing: ayam, beras, ikan, pisang, dan lain-lain. Demikianlah
adat kebiasaan mereka, bila kampungnya di datangi baginda. Menurut
taksiran Sanusi, persembahan rakyat itu, cukup untuk 10 hari lamanya.
Pada hari itu, datang pula menyingkir di Pongko kepala kampung
Penggoli dari kota Palopo, dan membawa seorang yang disangka
kakitanganNICA. Orang itu, langsung dibawa menghadap Hadat. Atas
perintah Hadat, orang itu harus ditahan dahulu di rumah kepala
kampung Pongko, karena belum ada waktu untuk mengadilinya.
Sementara itu, kampung yang besar itu, telah penuh pula oleh orang-
orang yang menyingkir, baik yang datang dari daerah Palopo maupun
darl daerah Masamba.
Setelah sehari di Pongko, datang pula Andi Hamid Opu Balirante,
dari daerah distrik Tammuku di kampung Bone2 yang terletak di pinggir
jalan raya antara Masamba dan Malili. la mengatakan, bahwa praktis
semua jalan raya telah dikuasai oleh NICA, sehingga setiap hari mereka
lalu-lalang saja, pergi pulang ke Masamba dan Malili.
Tiga hari sesudah Datu berada di Pongko, datanglah A. Baso
Rahim menemui Sanusi, meminta supaya orang yang ditahan itu
dihabisisaja. Sanusi menolak, dan mengatakan, bahwa biarlah orang
itu, dihadapkan dahulu di muka pengadilan, dan bagaimana
keputusannya, Itulah yang jadi. mendengar itu, A. Baso Rahim
kembalikepada kawan-kawannya pemuda, dan mengatakan tidak ada
jalan.
Akan tetapi, kira-kira jam 9 malam pada hari tersebut, datang

292
lagi A.Baso Rahim di tempat kediaman Datu dengan laku yang tergesa-
gesa menyampaikan bahwa orang tahanan tersebut, telah melarikan diri
dengan jelas terjun ke dalam cabang sungai Baliare yang sedang banjir.
Semua orang yang mendengar berita itu, terkejut dan cemas
karena orang itu amat berbahaya, jika ia bisa sampai di tempat NICA.
Maka seketika itu juga, Sanusi dan Andi Achmad dan lain-lain orang
berangkat ke tempatkejadian itu.
Menurut keterangan Pemuda yang menjaga orang itu, bahwa
tahanan itu mereka pindahkan ke seberang kali untuk di jaga di lain
rumah yang tidak memungkinkan ia lari, tetapi setelah mereka tiba di
tengah-tengah jembatan, tiba-tiba orang tahanan itu menyentak tali
pengikatnya sehingga terlepas dari tangan yang membawanya, dan terus
terjun ke dalam sungai dalam keadaan gelap-gulita.
Setelah mendengar keterangan pemuda tadi, Andi Achmad segera
mengerahkan lain2 orang untuk membantu pemuda2 yang telah lebih
dahulu mengejar tahanan tersebut.
Kira-kira jam 09.00 laporan mengatakan, bahwa orang tahanan
itu, didapati dalam semak2 belukar, dan dibunuh oleh orang
mendapatinya.
Sorehnya, sesudah kejadian tersebut, berangkatlah Andi Hamid
Opu Balirante menuju jurusan Bone-Bone, dengan pertimbangan, bahwa
lebih baik beliau pergi mengatur perlawanan-perlawanan rakyat di
sekitar distrik Tammuku dan di lain-lain tempat, dari pada tinggal
bersama Datu, sebab untuk mendampingi Datu, cukup dengan adanya
Andi Pangerang Opu Pabicara dan Andi Mappanyompa Opu
Tomarilalang.
Pada hari keberangkatan Andi Hamid, maka atas instruksi Sanusi,
berangkatlah pula Radhi Abdullah dan Sulema Umar menuju kampung
Wawo wilayah Kolaka untuk mengambil motor-boot cepat, yang
disuruh simpan dahulu ketika Sanusi bertugas di Kolaka, karena ada
orang yang dapat menjelaskan motor-boot itu. di samping itu,
ditugaskan pula kepada Radhi Abdullah untuk mengambil sejumlah
wang kepada Andi Kasim kepala pemerintah Kolaka, untuk membayar
gaji pegawaipegawai.
Lima hari kemudian, Radhi Abdullah tiba kemball di Pongko,
dengan tidak membawa motor-boot tersebut, karena ketika NICA

293
menyerang Wawo, motor-boot itu dapat dirampas NICA. Tapi ia
dapatbertemu dengan Andi Kasim, yang sedang berjalan ke bahagian
barat Kolaka, karena kota Kolaka telah diduduki NICA. Sedang Sule-
man Umar, singgah dahulu di kampung Tolala untuk mengetahui nasib
keluarganya. Dalam tugasnya tersebut, Radhi Abdullah hampir terbunuh
oleh NICA, tapi ia berhasil memperoleh wang sesuai dengan surat kuasa
yang dibawanya.
h. PUSAT PEMERINTAH KERAJAAN
DIPINDAHKAN LAGl KE SUATU TEMPAT
DALAM WILAYAH DISTRIK WARA.

Dalam mata rapat di rumah kediaman Datu, diputuskan akan


memindahkan PusatPemerintah Kerajaan di suatu tempat dalam wilayah
distrik Wara, kira-kira 20 Km di sebelah utara kota Palopo. Keputusan
tersebut diambil berdasarkan pertimbangan bahwa jika ada kelak
perdamaian dan persetujuan antara pemerintah Republik Indonesia de-
ngan Pemerintah Belanda, dengan arti Belanda telah mengakui
kedaulatan bangsa Indonesia, maka dengan mudah Datu dapat segera
kembali ke Palopo. Akan tetapi bila tidak ada kemungkinan yang
demikian, dan pasukan pasukan pemuda dapat dipukul mundur oleh
NICA, sehingga NICA dapat menduduki distrik Waradan Malangke
bahagian utara, maka Datu bersama dengan rombongannya lebih mudah
pindah ke lain wilayah, sebab alat2 pengangkutan , (perahu berbagai
bentuk), lebih banyak terdapat di distrik Wara dari pada di distrik
Tammuku.
Demikianlah; setelah kurang lebih 10 hari di Pongko, menjelang
pertengahan, Februari, Datu bersama rombongannya, berangkat arah ke
selatan di wilayah distrik Wara. ,
Selama Datu di Pongko, penduduk kampung tersebut telah
menunjukkan kesetiaannya, menyelenggarakan dengan hati ikhlas
semua keperluan-keperluan Datu dan rombongannya.
Sehari sebelum Datu berangkat, maka Hasan Dg. Mawelle, utusan
yang di suruh ke Bone membawa surat, telah pulang dengan selamat,
dan membawa beberapa ton beras, sumbangan Andi Pangerang
PettaRani, dan Sulewatang Akkotengan.

294
Keterangan Hasan Dg. Mawelle, adalah sebagai berikut : Dalam
pelajaran kami pulang-pergi, kami tidak menjumpai satuperahu atau
kapal musuh, sehingga kira-kira 40 jam kami telah memasuki perairan
Bone. Oleh karena takut diketahui NICA, kami tidak berlabuh di Bajo
(pelabuhan Bone), tapi kami berlabuh di satu sungai kecil, di tengah-
tengah hutan bakau dekat kampung Palette. Setelah pasang surut, kami
berjalan kaki menempuh lumpur yang cukup meletetihkan, dan tiba di
Palette dengan terengah-engah. Dari Palette kami menyamar sebagai
orang tani,dan berjalan kaki ke kota Watampone. Jika kita mendengar
bunyi oto, segera kami bersembunyi. Menurut penglihatan kami, oto-oto
itu kebanyakan ditumpangi tentara Australia, disertai satu dua bangsa
kita. demikianlah, setelah beberapa kali bersembunyi, barulah kami tiba
dengan selamat di kota Watampone. Dalam kota kami lihat keadaan
tidak aman, karena kelihatan oleh kami tentara2 Australia dan polisi-
polisi berjalan kian-kemari di segenap bahagian kota dengan senjatanya
yang lengkap. Dengan tidak membuang tempo, kami, segera ke rumah
Andi Pangerang Petta Rani yang juga telah di curigai oleh
AustraliadanNICA. Untung sekali, oleh karena pada jam itu, Andi
Pangerang berada di rumahnya, maka dengan mudah., surat-surat itu
kami serahkan kepadanya. Setelah beliau habis membaca kedua surat
tersebut, segera ia bakar, dan mengatakan kepada kami, supaya hari itu
juga kami harus meninggalkanBone, sebab jika bermalam mungkin
tertangkap. Kemudian kita menerima secarik kertas di alamatkan kepada
seorang dalam kota, di mana kami memperoleh beras. beliau tidak lagi
membuat surat sebagai jawaban, hanya beliau meminta kepada kami,
menyampaikan salamnya, dan salam raja Bone kepada Datu
dan,Hadatnya dan janganlupa salam saya kepada Sanusi Dg. Mattata .
Atas nasihat beliau, maka hari itu juga kami terus berangkat.
Kami singgah di Aktengan. Dari Sulewatang kami mendapat sejumlah
beras, dan menyarankan supaya kami cepat berangkat. Demikianlah
keterangan Hasan Dg. Mawelle, yang disampaikan kepada Datu dan
Pimpinan Pemuda.
Oleh karena Sanusi masih perlu menyinggahi kampung-kampung
yang pernah disinggahinya dahulu untuk memenuhi janjinya, dan juga
rakyat memang perlu sekali mengetahui jalannya perjuangan yang sudah
lebih meningkat, jadi Sanusi berangkat. tidak bersama - sama dengan

295
Datu, hanya dengan perahu kecil yang di dayung, bersama dengan Andi
Achmad dan Ridhi Abdullah. Mereka singgah lagi di dusun Labembe
untuk makau tengah lagi di rumah saudaranya.
Sementara makan, dari jauh kelihatan sebuah perahu menuju
dusun tersebut. Orang yang ada di dalam perahu tersebut, ialah
Maddennuang bersama dengan beberapa orang pemuda. Di antara
pemuda-pemuda itu ada juga yang datang dari Wotu Wilayah Malili.
Maddennuang tersebut, adalah anggota ~mpinan Pemuda Lanips
Distrik Patampanua, seorang yang berani dan jujur, dan dia pun salah
seorang anggota Pengurus Muhammadiyah Lanipa. Dia berangkat ke
pantai barat teluk Bone, oleh karena diutus oleh Pimpinan_ Pemuda
Lanipa untuk mengetahui keadaan-keadaan yang sebenarnya, berhubung
banyaknya kabar-kabar yang bertentangan , satu sama lain. Sebelum ia
ke daerahDistrik Wara, Maddennuang lebih dahulu ke Malili dan Wotu.
Di Wotu ia mendapat keterangan bahwa Datu berada di Pongko.
Di Malili dan Wotu, kata Maddennuang, NICA telah merajalela,
membunuh Pemuda-pemuda dan rakyat yang tidak bersalah, dan
merampok harta benda rakyat. pemuda2 di kedua wilayah tersebut, kini
telah terpencar-pencar melarikan dirinya, karena senjata mereka tidak
cukup untuk melawan NICA. Kemudian Maddennuang minta
pertimbangan Sanusi cs, apakah ia pulang ke kampungnya, ataukah ia
mengikuti rombongan Sanusi di mana saja pergi.
Setelah Maddennuang memberi keterangan, maka Sanusi membe-
rikan kepadanya apa yang sebenarnya telah terjadi. Oleh sebab itu,
baiklah Maddennuang pulang saja ke Lanipa, dan memberitahukan
segera kawan-kawan kita di Lanipa dan di lain kampung tentang ke-
adaan yang sebenarnya ke wilayah Patampanua. Sebab itu, supaya
disiapkan yang perlu-perlu.
Maddennuang segera berlayar arah timur, dengan perasaan
senang, karena apa yang ditugaskan kepadanya, telah ia peroleh dari
tangan pertama yang tidak ada keragu-raguannya.
Adapun berita2 mengenai keadaan di Distrik Malili dan Wotu
yang dikabarkan oleh Maddenuang tersebut, adalah benar. Untuk
kelengkapan berita tersebut, dapat pembaca metihat tulisan bangsa
asingtersebut di atas.
Malili and environs, Pebruary 1946.

296
1. 200 houses burnt down. by KNIL-troops and 500 men were
killed Properties and valuable were looted by them.
2. At Wotoe and Balantang nearly all men (Youth), were killed
without any trial. All these murders, ineediaries and loo tings
were conducted by the Dutch officers of the KNIL together
with their spies, a.o. A.M. All this subhumanterror was caried
out with the guiding prinstplea If there are youth in house,
killed them an burnt down'their houses.
Artinya :
Malili dan sekitarnya, Pebruari 1946.
1. 200 rumah dibakar oleh tentara KNIL dan 500 orang
yangdibuncl:nya. Harta benda dan kekayaan mereka
dirampoknya.
2. Di Wotu dan Balantang hampir semua Iaki-laki (Pemuda) di-
bunuh dengan tidak ada sesuatu pemeriksaan lebih
dahulu.Semua yang terbunuh itu, dan perampokan-
perampokan,dilakukan oleh opsir-opsir Belanda bersama mata-
matanya.seperti A.M. Semua terror tersebut dilakukan dengan
berdasarkan satu pendirian :Bila di sana ada pemuda di
dalamtiap-tiap rumah, bunuh saja dan bakar habis rumahnya.
Malam baru Sanusi cs. tiba di kampung kelahirannya, dan tidur
semalam di sana. Besoknya, mereka ke Malangke dan Tokke. Setelah
semalam di Tokke, mereka mengadakan rapat umum atas permintaan
pimpinan pemuda Tokke. Dalam rapat itu, Sanusi mengabarkan tentang
kekejaman NICA di Malili, Wotu dan sekitarnya.
Sesudah rapat, mereka ke kampung Amasangan, tengah hari baru
mereka tiba. Sesudah mereka makan siang, dan memberikan nasihat dan
petunjuk-petunjuk kepada Hamid Dg. Sisila ketua pemuda Amasangan,
dan lain-lain kawannya, mereka segera berangkat ke kampung
WaelawiE. Besoknya mereka mengadakan rapat umum. Rapat kali ini,
lebih berapi-api dari pada biasa. Pada kata penutupnya, Sanusi
menganjurkan, bahwa tidak ada gunanya lagi kita hidup jika mengingat
kekejaman NICA di Malili dan Wotu. Oleh karena kematian itu hanya
sekali saja, maka sekaranglah waktu yang sebaik-baiknya untuk
mempergunakan semboyan Lebih baik mati terbilang, dari pada hidup

297
bercermin bangkai. Sebab itu kita harus berjuang terus, sampai
kemenangan akhir berada dalam tangan kita.
Dari sekian lama, baru waktu itu, Sanusi dapat bertemu dengan
M.Jusuf Arief. Dan di kampung itu Sanusi harus bercerai dengan Andi
Achmad, karena mendapat tugas dari komando pertempuran. Tugas
itu amat penting, karena Andi Achmad, harus memimpin satu serangan
kepada NICA yang telah diatur lebih dahulu. Hari itu Andi Achmad dan
Jusuf Arief berangkat ke kampung Pombakka.
Keesokan harinya, Sanusi bersama Radhi Abdullab berangkat
pula ke Pombakka tempat. Pusat Pemerintahan Kerajaan yang baru.
Mereka singgah di kampung Salobongko dan Welangpelang menemui
penduduk, menentramkan dan membesarkan had mereka, terutama
kepada wanita-wanita yang banyak sekali menyingkir di kedua kampung
tersebut. Banyak sekali pertanyaan-pertanyaan orang banyak, sehingga
Sanusi cs. terlambat tiba di Pombakka.
Keesokan harinya, tgl. 17 Pebruari, diadakan satu upacara
penaikan bendera sebagai kenangankepada tgl. 17 Agustus hari
proklamasi kemerdekaan.
Penduduk Pombakka semangkin banyak, membuktikan bahwa
NICA dari sehari ke sehari, selalu memperhebat kekejamannya, ber-
hubung dengan itu Sanusi mengadakan rapat umum, untuk
menyampaikan kepada rakyat beberapa keterangan dan nasihat-nasihat
yangdapat membenarkan hati mereka dan melupakan semua
penderitaannya.
Pada sore_nya - untuk pertama kalinya - dapatlah Pimpinan
Pemuda Pusat mengadakan rapat. Rapat itu dihadiri oleh - selain
anggota-anggota Pimpinan Pemuda Pusat (kecuali Landau) - hadir juga
anggota-anggota Hadat (kecuali Midi Hamid dan Andi Pangerang), dan
beberapa orang undangan lainnya. Rapat itu mengambil dua,keputusan
penting :
a. berhubung karena keadaan samakin meningkat kehebatannya,
maka di samping Pemuda republik Indonesiadan Komando
Pertempuran, sangat perlu ditegakkan pula satu badan yang
dinamai Barisan Mati, Tugasnya yang terpenting untuk
memperkuat semua pos-pos penjagaan dan bekerja mendekati
pertahanan-pertahanan musuh, guna menyelediki dan

298
mengetahui segala gerak-gerik musuh, dan menyampaikan
laporan-laporannya kepada Pimpinan Pusat Pemuda dan
Komando Pertempuran.
Adapun Komandan dan Wakil Komandan badan tersebut,
ditunjuk S. S. Machmud dan Patang(Guru Patang).
S.S. Machmud, adalah seorang pemuda yang cakap dan berani.
Dia anggota Pimpinan PSII Luwu Yang terkemuka. Demikian
pula Patang, seorang Yang ramab tama, berani dan jujur. Dia
anggota . Pimpinan. Muhammadiyah Cabang Luwu.
b. Menambah jumlah anggota, penerangan pemuda pusat yang
terdiri dari pada alim ulama, oleh karena perjnangan ketika itu
telah meningkat menjadi perang mati-matian. Makanya, perlu
semangat keislaman dibangkitkan lebih tajam lagi, sehingga
rakyat tidak akan. ragu-ragu lagi menghadapi. maut jika
berhadapan dengan belanda dan kaki-tangannya. Untuk
maksud tersebut, ditunjuk H.M. Ramli, H. Musteri, dan H.
Baidawi. Akan tetapi atas permintaannya yang bersungguh-
sungguh, H.M. Ramli tidak jadi sebagai anggotapenerangan.
Meskipun orang telah mengetahui bahwa Datu dan permaisurinya
telah berada di kampung Pombakka, tapi jarang Yang tahu dimana
rumah kediaman baginda yang sebenarnya. Tika orang bertanya kepada
Sanusi, selalu ia menjawab entahlah, sebab hal itu sangat
dirahasiakan. Pada malamnya, sesudah rapat tersebut di atas, Sanusi
berangkat seorang diri dengan perahu yang didayung oleh dua pemuda
anggota barisan berani mati, mudik sungai Rongkong yang kencang
arusnya itu, menuju tempat kediaman Datu. Hampir tengah malam, baru
Sanusi tiba di satu muara anak sungai Rongkong, dan memasuki sungai
kecil itu dengan susah payah karena banyaknya onak dan duri.
Kira-kira jam dua malam, baru Sanusi tiba di tempat yang
sebenarnya, setelah mendapat ancaman beberapa kali dari pegawai-
pegawai Datu yang diatur bersusun-susun.
Datu bersama permainannya, diam dalam satu gubuk kecil, di
tengah-tengah sebuah bekas ladang. Hampir semua pahlawan-pahlawan
tua, berada di situ menjaga keamanan dan keselamatan Datu, seperti
Andi Pandangai Opu Nenena Makkulau, Opu Ambenna Saning dan lain-
lain. Mereka sangat girang, sewaktu mengetahui bahwa yang datang itu

299
ialah Sanusi Dg. Mattata. Pahlawan-pahlawan tuaitu segera
berkumpul. Datu juga segera bangun bersama permaisurinya, setelah
mengetahui siapa yang datang.
Sebelum Sanusi memberikaa laporan, lebih dahulu ia
memintasecangkir kipi panas, sebab minuman inilah yang sangat
diingininya selama ini. Beruntung karena masih ada sedikit persediaan
untukDatu.
Setelah mengirup kopi yang lezat itu serta mengisap rokok
gulungsendiri, barulah ia memberi laporan, baik keadaan yang
menimpapemuda-pemuda dan rakyat di Malili dan Wotu, maupun
keputusanrapat Pimpinan PemudaPusat Yang, diambil tadi soreh di
Pombakka,dan lain-lain keterangan yang penting.
Sesudah laporan itu, baginda lantars bertanya :
Sesudah ini, engkau hendak ke mana lagi ?
Patik tidak boleh bermalam, karena besok pagi patik, harus
ada di Pombakka untuk mengatur rencana berkeliling, guna
membentuk badan-badan Barisan Berani Mati, bersama-sama dengan
anggota-anggota penerangan yang baru, kata Sanusi:
Saya kira engkau bisa tinggal sehari dua lagi, kata permaisuridan
Andi Pangerang.
Tidak, kata Datu, bekerja terus, atur segala-galanya. Saya
yakin kita pasti menang, asal kita berpegang teguh kepada pendirian kita
semula, kata Datu lebih lanjut dengan muka tenang.
Oleh karena waktu telah subuh, maka Sanusi menunaikan dahulu
kewajiban shalat subuh bersama-sama dengan Datu dan lain-lain orang.
Sesudah sarapan, dan menikmati lagi semangkok kopi, berangkatlah
Sanusi kembali ke Pombakka, dan singgah di perahu makcikDatu, yaitu
Opu Gawe bersama suaminya Andi Maradang Opu Dg. Bau, Kepala
beliau, Sanusi memberikan pula sekadar keteranganketerangan yang
perlu beliau ketahui.
kira-kira tengah hari, baru Sanusi tiba di Pombakka, dan
Langsungmengatur rencana bersama-sama kawan - kawannya.

i. MENDIRIKAN BEBERAPA CABANG


BARISAN BERANI MATI

300
Sesuai dengan rencana, keesokan harinya, Sanusi dan H. Mustari
anggota baru penerangan, berangkat ke kampung Lamasi, sedang satu
rombongan penerangan yang lain yang dipimpin oleh H. Badawi juga
anggota penerangan yang baru, menuju kampung Lamatu dan lain-lain
kampung.
Kampung Lamasi, penduduknya semangkin padat tanda bahwa
NICA telah berbuat di luar batas. Sebab itu, Sanusi segera mengadakan
satu rapat umum yang mendapat perhatian besar. Pada penutup
pidatonya, Sanusi berkata supaya rakyat bersabar menderita, sebab
perbuatan NICA itu pasti dibalas oleh TUHAN, dan jika berpegang
teguh kepada pendirian kita, insya Allah, kita pasti menang.
Sesudah rapat, dibentuklah cabang dari Barisan Berani Mati,
yang bertuga untuk kampung Lamasi dan sekitarnya.
Adalah suatu keheranana, bahwa badan yang sangat berbahaya
tugas kewajibannya itu, dibanjiri oleh pemuda-pemuda untuk
mencatatkan diri sebagai anggota, sehingga Sanusi dan lain-lain orang
merasa terharu, menyaksikan betapa semangat kemerdekaan rakyat yang
bersemi dalam kalbunya, yang sukar digoyangkan, betapa punkejamnya
NICA.
Pemuda-pemuda itu mengatakan, janganlahmembunuh seorang
NICA, melukai saja, hati kami telah gembira, dan kami rela mati, karena
kami yakin bahagia telah menunggu di akhirat.
Setelah pembentukan badan tersebut selesai, dilaporkanlah oleh
saudara kandung Sanusi, yaitu Siti Hadera Dg. Risayang, yang ketika itu
berada di sana sebagai pengungsi dan bertugas sebagai anggota Badan
Perbekalan Pemuda, bahwa di kampung ini berada juga Sayid Achmad
bersama keluarganya.. Ia selalu , diancam oleh pemuda dan hendak
dibunuh, karena dia disangka kaki-tanganNICA.
Mendengar berita tersebut, Sanusi segera memeriksa kebenaran
berita itu dengan bertanya kepada Ketua Pemuda Lamasi, Ketua pemuda
Lamasi mengatakan, bahwa pemuda-pemuda curiga terhadap Sayed
Achmad berhubung sikapnya yang tidak tegas. Sanusi mengatakan
bahwa Sayed Ahmad memang dia Penyingkir tulen, ia tidak campur
sedikit pun, baik dalam soal perjuangan, maupun dalam soal penjajahan,
apalagi beliau itu sudah sangat tua. Memang umumnya orang tidak
mengerti apa yang dia katakan. Oleh sebab itu, kita harus selalu berhati-

301
hati kepada tiap-tiap orang yang dicurigai, agar kita tidak melakukan
suatu kesalahan, seperti membunuh orang yang tida bersalah,
membunuh, bukanlah suatu kebanggaan, apalagi jika membunuh orang
yang tidak bersalah dan tidak berdaya. Kita tidak boleh meniru
perbuatan kejam Belanda, membunuh, merampok dengan tidak ada
pemeriksaaan lebih dahulu. Perjuangan kita, ialah membela hak dan
keadilan. Kita bersama dengan TUHAN, sebab itu kita harus memohon
perlindungannya.
Supaya jangan teraniaya, maka Sanusi memberikan kepadanya
selembar surat keterangan yang dapat ia perlihatkan kepada pemuda-
pemuda, yang hendak melakukan sesuatu atas dirinya. Dengan demikian
terteramlah hati beliau, dan kemudian dengan selamat pulang ke Palopo,
setelah Belanda kalah.
kemudian Sanusi menanyakan tentang keadaan makanan
penduduk ternyata bahwa selama hampir sebulan bergerilya, keadaan
makanan rakyat tidaklah mengkhawatirkan, karena mereka gembira
sekali tolong-menolong, dan mereka tahu menghemat. Hanya yang
dirasakan sangat kurang, ialah gula pasir dan biji kopi. Tapi bahan-
bahan tersebut, boleh dikata tidak ada lagi semenjak Jepang menyerah.
Beruntung sekali, karena ada orang mengabarkan kepada Sanusi bahwa
seorang penyingkir yang mampu, mempunyai banyak persediaan biji
kopi, sisa dagangannya yang sampat ia bawa menyingkir. Sanusi
mengirim surat kepada H.A. Tjitju, untuk meminta kopi persediaannya
tersebut. dengan demikian dapatlah biji kopi itu dibagi-bagi kepada
keluarganya yang sangat memerlukannya.

j. RAPAT DENGAN ANDI ATTAS, GURU PATANG


DI TENGAH HUTAN, DAN MELINDUNGI DUA
WANITA

Keesokan harinya di waktu pagi, berangkatlah Sanusi bersama H.


Mustari dan beberapa orang pemimpin pemuda Lamasi ke suatu tempat
(hutan) untuk berjumpa dan mengadakan rapat dengan Andi Attas,
Kepala Distrik Walenreng dan pemimpin Tertinggi Pemuda Republik
IndonesiaCabang Walenrang, seorang pemuda yang berani,cekatan dan
rajin beterja.

302
Menjelang tengah hari baru Sanusi cs. tiba di tempat itu, di mana
Andi Attas, Guru Patang dan lain-lain pemimpin pemuda Walenrang
dan sejumlah rakyat dari berbagai kampung dalam distrik Walenreng.
Mereka berkumpul untuk mendengar penerangan-penerangantentang
keadaan.

Menurut keterangan Andi Attas, NICA telah merajalela pula di


distrik Walenrang, membunuh dan merampok, sehingga segala harta-
benda Andi Attas sendiri telah dirampok NICA. Ketika itu kata Andi
Attas selanjutnya - hanya sebentar saja kami melakukan perlawanan
karena senjata tidak seberapa.
Kini NICA Praktis telah menguasai kota Palopo danseluruh jalan
raya, akan tetapi mereka tidak-berani memasuki jalan kecil, kata Andi
Attas.
Sesudah Andi Attas memberi laporan, maka berkatalah Sanusi
dihadapan pemuda-pemuda dan rakyat di tengah hutan tersebut, bahwa
melawan NICA yang sedemikian kuat senjatanya, tidaklah dapat dengan
cara berhadap-hadapan, tapi hanya bisa dilawan dengan cara gerilya
saja. Selanjutnya Sanusi menerangkan jalannya perjuangandan betapa
keteguhan pendirian pemuda-pemuda dan rakyat di tempat- tempat lain.
Oleh sebab itu dalam perjuangan yang sudah banyak memakan korban
ini, tidak boleh lagi dihentikan. Tiap orang, apa lagi pemuda, tidak boleh
lagi mundur biar setapak, tapi harus maju terus,hidup atau mati, sampai
kita mencapai kemenangan.
Sesudah rapat selesai, dibentuklah Cabang Barisan Berani Mati,
dan semua pemuda-pemuda yang hadir ketika itu, mencatatkan diri
sebagai anggota. Kepada pemuda-pemuda tersebut diberitahukan juga,
bahwa guru Patang yang ada di tengah-tengah kita, telah ditunjuk
sebagai wakil komandan BarisanBerani MatiPusat, dan ditunjuk
sebagai komandan ialah S.S. Machmud.
Kepada Andi Attas dan Guru Patang diberitahukan juga oleh
Sanusi tentang keadaan Datu. Dan jika keadaan memaksa, mungkin
Datu dalam seminggu ini pindah ke Patampanua. Tapi sebagai satu
imbangan dari kekejaman NICA, maka dalam satu dua hari lagi, kita
akan gempur NICA di salah satu tempat di pinggir jalan raya, yang kini
telah diselidiki, mungkin yang akan jadi komandan dari pasukan

303
penggempur tersebut, ialah Andi Achmad. Maksud ini, telah
direncanakan oleh M. Jusuf Arief dari Komando Pertempuran,
Pada sorehnya, baru Sanusi cs. tiba kembali di Lamasi. Setelah
tiba di rumah di mana mereka menumpang, tiba-tiba H. Mustari
merebahkan dirinya lantaran sangat letih berjalan kaki. Memang dia sa-
ngat kurus dan lemah badannya sehingga dia hampir tidak berbicara di
rapat-rapat. Jika dia berbicara pendek saja.
Saudara H. Mustari kata Sanusi, ketika dilihatnya Haji Mustari
berbaring karena sangat letihnya, Kuatkan semangat perjuangannya,
sebab jika tidak, saudara diempaskan pelbagai penyakit di tengah-tengah
gelora perjuangan sekarang ini.
Kita tidak dapat lagi mundur.Mundur berarti mati, dan maju juga
berarti maut. Sebab itu, memilih maju, itulah yang baik, supaya kita mati
berbilang, menjadi syahid, jika memang kita ikhlas karena Allah.
Rupanya dia mendapat semangat baru, sebab tiba-tiba ia bangun
dengan muka merah lantas bertanya :
Apa maksud perkataan saudara itu Y
Seraya tersenyum oleb karena dua mangkok kopi yang masih
panassedang dihidangkan orang untuk mereka (Sanusi menjawab).
Masa saudara tidak tahu maksud perkataan saya
Sungguh-sungguh tidak mengerti katanya.
Adapun pembicaraan kedua orang penerangan pemuda
tersebut,didengar pula oleh beberapa orang terkemuka di kampung
Lamasi,diantaranya almarhum Andi Baso Dg.Mangawing dan Kasude.
Keduaorang terkemuka itu, telah gugur, ditembak oleh NICA di
kampung Lamiko-miko, karena mereka lebih suka mati dari pada
ditawan olehNICA.
Nah, jika benar-benar saudara tidak mengerti, baiklah
sayajelaskan, kata Sanusi.
Kami juga ingin mengetahuinya, kata Andi Baso Dg.
Mangawing.
Kini, kita tidak dapat lagi mundur. Mundur dalam perkataansaya
itu luas kandungannya. Pertama, mundur lantas berpihak kepada NICA,
itu tidakmungkin, oleh karena pendirian demikian, adalah pendirian
yang salah, sebab bertentangan dengan hak dan keadilan, dan terlarang
dalam Agama Islam. Dan jika kita lakukan, terang kita akan di bunuh

304
oleh Pemuda, dan jika umpama kelak kita masih hidup, makakita hanya
merupakan bangkai yang berjalan-jalan, karena kita telah menghianati
perintah agama dan menentang kemerdekaan bangsa, sebab rela menjadi
alat satu golongan yang menghina dan menginjak-injak kehormatan
agama dan bangsa.
Kedua, mundur dengan bersikap masa bodoh, ini juga tidak
dapat dilakukan, karena sikap yang demikian, dapat dilihat orang
denganjelas, sehingga kita dicurigai. Jika kita selalu dicurigai, makakita
merasa tidak aman. Dan sikap masa bodohitu, berarti menjustai bathin
kita sendiri. Terutama bagi orang-orang yang masih muda, tidak ada
jalan untuk bermasa bodoh, sebab orang yang masih muda dan
mempunyai pengetahuan, dapat menjadi suluh oleh rakyat dalam
perjuaagan maha dahsyat sekarang ini.
Tegasnya, jika kita mundur karena hendak berteman dengan
NICA atau karena hendak bermasa bodohhanya satu akibatnya, yaitu
maut, biarpun kemudian orang itu masih kelihatan berjalan-jalan di
tengah-tengah kita.
Sebaliknya, jika kita maju terus, dan kemudian berhasil, akibatnya
cuma satu juga, yaitu hidup. Jika kita tewas dalam majuitu, berarti
kita hidup, karena nama dan amal kita akan hidup terus dalam
kandungan sejarah sebagailukisan yang indah. Jika kita tidakmati, dan
aman kembali dengan kemenangan di tangan kita, maka kita hidup
terhormat, karena dengan sendirinya orang menghormati kita, lantaran
jasa yang besar itu, demikianlah menjelasan Sanusi.
Benar sekali, kata Haji Mustari sambil tersenyum.
Sehabis sholat ashar, datanglah M. Ali, Kepala Kampung
PUNJALAE yang pembaca telah kenal, melaporkan bahwa di kampung
Lamasi ini, ada dua wanita, yaitu isteri dan anak almarhum Andi
Manguluang Opu Gawena Baso, saudara sebapak dengan Datu, yang
telah dibunuh oleh pamuda dalam pertempuran kota Palopo yang lalu.
Kedua wanita itu telah diminta dengan sangat supaya keluar dari
kampung ini karena sangat berbahaya, berhubung letaknya- kampung
Lamasi dekat sekali jalan raya yang telah dikuasai NICA. Dan jika ia
tidak pergi, kemungkinan mereka dibunuh oleh Pemuda, karena mereka
menjaga keselamatan kampungnya.

305
Mendengar laporan Ali tersebut, Sanusi lantas minta
pertimbangan kepada Ketua Pemuda Lamasi tentang kedua wanita
tersebut. Semua yang hadir di waktu itu, sependapat, supaya kedua
perempuan itu, mau atau tidak mau, harus dikeluarkan dari Lamasi.
Oleh karena tak ada yang sanggup mengeluarkan kedua wanita
tersebut, kecuali dengan paksa, maka setelah Sanusi berpikir sebentar, ia
mengatakan; insya Allah saya sanggup membereskan soal ini, moga-
moga berhasil baik.
Oleh karena sebab hari itujuga, Sanusi cs. harus meninggalkan
Lamasi, pulang ke tempat Pusat Pemerintahan Kerajaan, maka Sanusi
bersama dengan Ali Kepala PunjalaE, mengunjungi rumah yang
ditinggali bekas isteri Andi Manguluang tersebut.
Dalam rumah itu tidak ada lagi lain orang, kecuali kedua wanita
itu anak beranak. Yang punya rumah telah lama pergi, karena takut
dicurigai oleh pemuda.
Setelah Sanusi dan Ali tiba di rumah tersebut, segera Dg. Mawau
(bekas isteri Andi Manguluang) bersama gadisnya, keluar dari ruangan
dalam, menjumpai Sanusi yang dikenalnya dengan baik, karena ia.
berdekatan rumah dengan Sanusi di kota Palopo, dan suaminya
adalahsahabat baik denganSanusi.
Sebelum Sanusi berkata, mereka telah menangis . Setelah agak
reda sedu sedannya, maka bertanyalah Sanusi kepadanya.
Bagaimana pikiran ibu, tentang permintaan pemuda-pemuda di
kampung ini, mereka tidak mau melihat ibu tinggal lama di
kampungnya, dan mereka tidak akan bertanggung jawab akan
keselamatan ibu. Saya lihat betapa ngerinya ibu berdua diam dalam
rumah ini, karena tidak ada orang lain, dan tidak ada lagi orang mau ke
rumah ini, sebab semua orang menjauhkan dirinya.
Dengan air matanya bercucuran Dg. Mawau berkata;
Dg. Mattata, selamatkanlah saya dengan anakku ini, demikian
katanya, nanti Tuhan akan menolong Dg. Mattata, selamatkanlah kami,
selamatkanlah kami.
Insya Allah, kata Saausi, Akan tetapi ketahuilah bahwa segala
sesuatu Itu, kepunyaannya Allah dan di dalam kekuasaanNYA. Saya
kemari dengan maksud tersebut. Akan tetapi semua syarat-syarat yang

306
saya berikan, supaya ibu dengan enaknya menurutinya dengan baik,
sebab jika tidak, maka berbahaya bagi ibu dan anaknya.
Dengan tidak membuang waktu - apalagi hari sudah petang segera
Sanusi berangkat pulang pada petang itu dengan membawa kedua
wanita tersebut. Di tengah jalan tidak henti-hentinya Dg. Mawauminta
diperlindungi. Rupanya ia masih ragu-ragu kepada, Sanusidan
Mustari.Mereka mengira akan dibunuh di tengah jalan.
Sanusi bersama Mustari, menasihatkan supaya kepadanya
bersabar dan menghilangkan was-wasnya, dan mengatakan kepadanya,
bahwa perjuangan pemuda dan semua kaum republikein, bukan
maksudnya hendak membunuh orang tapi semata-mata membela
kemerdekaan yang sudah diproklamasikan pada 17 Agustus 1945. Jadi
tidak usahtakutpada kami.
Setelah mereka tiba di kampung Pombakka, dengan segera
Sanusimembawa kedua wanita itu kepada Andi Mappajompa Opu
Tomarilalang. Akan tetapi beliau menolak untuk menerimanya tinggal,
bersama, karena beliau tidaksanggup menjaganya, berhubungtugasnya
yang selalu sibuk.
Pada waktu itu, amanah sulitnya bagi Sanusi yang bertanggung
jawab dalam hal itu, karena rencananya gagal. Yang amat sulit bagi
Sanusi, di mana kedua-wanita itu harus dititipkan supaya terjamin ke,
selamatannya, sebab yang dia rencanakan semula, ternyata menolak.
Apa lagi pada waktu itu, Opu Tomarilalang menyerahkan pula kepada
Sanusi seorang tahanan bernama Tosappawenni. Ia keluarga Sanusi dari
pihak ibunya. Opu Tomarilalang minta, supaya Sanusi yang menjaga
orang, itu, karena beliau tidak sanggup karena sangat sibuknya.
Terpaksa Sanusi menerima Tosappawenni, meskipun soal. Dg. Mawau
dengan anaknya belum selesai.
Sementara beristirahat, Sanusi berpikir-pikir bagaimana soal Dg.
Mawau ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Sebab tidak
mungkin Sanusi dapat membawakeduawanita itu ke mana-mana, sebab
keadaan waktu itu, pemuda berada dalam situasi perang gerilya, dan
terutama menjaga fitnah, sebab Dg. Mawag mempunyaigadis. Kira-kira
jam 20.00 malam Sanusi telah mengambil satu keputusan. Pada malam
itu juga, dengan didayung oleh dua orang pemuda di atas satu perahu
kecil, Sanusi mudik lagi sungai Rongkong, dengan membawa kedua

307
wanita tersebut menuju ke tempat kediaman Datu dengan pengharapan
mudah-mudahan mereka diterima oleh datu.
Di tengah jalan, Sanusi memperlngatkan kepada Dg. Mawau, agar
ia bersabar dan berhati-hati dengan menuruti segala nasihat-nasihat dan
syarat-syaratnya, seperti, jangan bicara banyak kepadaoran8, kecuali jika
- sangat perlu. Jika diejek dan dicemohkan orang, diam dan bersabar
saja, sebab keadaannya sangat rapuh, sebab - anak Dg. Mawau yang
bernama A. Baso seorang polisi, telah bergabung dengan NICA.
Kira-kira jam 1 malam, baru mereka tiba ditempat Datu.Sewaktu
Sanusi menyampaiakan peristiwa Dg. Mawau tersebut dan memohon
supaya ia bersama anaknya turut menjadi rombongan Datu, dengan
kontan Datu menolaknya.
Akan tetapi oleh karena Sanusi mengetahui akan sifat-sifat Datu
yang pengasih danpenyayang, maka Sanusi tidak langsung menjawab
penolakan Datu, hanya bersabar sebentar.Kemudian setelah Sanusi
hendak permisi pulang ke markas, maka berkatalah ia kepada Dg.
Mawau dengan suara sedikit keras, supaya didengar semua orang
yangada di situ, supaya Dg. Mawau tinggal saja bersama Datu dan
permaisurinya, tetapi harus ingat segala nasihat-nasihat dan petunjuk-
petunjuk yang sudah diberikan, dan jangan ada yang dilanggar, sebab
jika terjadi demikian, maka pasti Datu akan marah, dan akibatnya sangat
buruk untuk Dg. Mawau sendiri.
Sehabis mengatakan kata tersebut, Sanusi segera minta diri dan
kira-kira hampir pagi baru tiba di markas dengan selamat.
Oleh karena Dg. Mawau benar-benar menuruti nasihat dan
petunjuk Sanusi, maka atas kemurahan TUHAN, maka selamatlahDg.
Mawau bersama anaknya sampai pada hari ini.
k. PUSAT PEMERINTAH KERAJAAN, DAN
MARKAS BESAR PEMUDA, DIPINDAHKAAN
KE LATOU.
Sesudah pasukan pemuda di bawah komando Andi Achmad
melakukan pertempuran dengan tentara KNIL pada tgl. 22 Pebruari
1946 bertempat di kampung TaruE, suatu kampung yang terletak di tepi
jalan raya antara Palopo dan Masamba, terasalah, bahwa kelak NICA
dapat dengan sewaktu-waktu mengadakan pertempuran di dalam
wilayah distrik Malangke dan Wara di daerah Lima Kampung, sehingga

308
berbahaya bagi Datu dan rakyat umum, terutama bagi wanita-wanita dan
anak-anak.
Akan tetapi pada waktu ini, untuk menduduki dan menguasai
tempat-tempat tersebut, NICA belum berani karena perlawanan pemuda
adalah secara gerilya.
Berdasarkanpertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, maka
ditetapkanlah, untuk memindahkan Pusat Pemerintahan Kerajaan
danmarkas PRI ke wilayah distrik Patampanua, daerah Malili atau
Kolaka.
Meskipun kepindahan itu, pada mulanya sangat dirahasiakan,akan
tetapi di daerah Pombakka dan sekitarnya, jelas tidak ada seorang pun
dari pada kaki-tanganNICA yang dapat membocorkanrahasia
kepindahan itu kepada NICA. Sebab itu kepindahan tersebut dapat
diketahui oleh umum.
Setelah semua yang perlu-perlu teratur rapi, maka pada tgl. 26
Pebruari 1946 berangkatlah Datu bersama rombongannya. Anggota-
anggota Hadat bersama keluarganya, kecuali H. RamliKadhi Luwu,
pengawal-pengawal baginda yang terdiridari pada pahlawan-pahlawan
tua, dan lain-lain orang, menuju pantai di kampung Lamikomiko,
yang hanya kira-kira 7 k.m. dari pelabuhan Palopo, dan dari sana kelak
baru menyeberang ke PatampanuaE di pantai timur teluk Bone.
Sanusi dengan rencana, maka kampung Pombakka dan sekitarnya,
demikian juga wilayah distrik Malangke, tidaklah berarti dikosongkan,
akan tetapi pemerintahan berjalan seperti biasa, dan segala pos-pos
pertahanan tidak ada yang dihapuskan, mengingat banyaknya rakyat
yang masih berada di tempat-tempat tersebut, apa lagi karena daerah-
daerah itu adalah merupakan pusat makanan, terutama sagu.
Dalam perjalanan ke Lamiko-miko, Sanusi bersama Andi
Achmad menaiki satu perahu kecil yang-didayung, sehingga sudah
digerakkan, maka dengan sendirinya rombongan itu dapat berjalan
dengan baik. Di muka sekali ditempatkan sejumlah pasukan pemuda
yang bersenjatakan karabyn, kemudian perahu yang ditumpangi Datu
bersama rakyat yang ingin mengiring Datu ke Patampanua, dan paling
belakang sepasukan pemuda yang bersenjata api.
Mengenai Tosappawenni yang dicurigai, yang ketika itu berada
dalam pengawasan Sanusi, selalu diperingati, supaya jangan sekali-kali

309
berpisah dengannya dalam keadaan demikian sibuknya, karena
berbahaya untuk jiwanya.
Menjelang waktu magrib, baru Datu dan rombongannya sampai di
Lamiko-miko. Sesudah shalat magrib, dan makan malam, diadakan satu
rapat untuk mengtur pemberangkatan Datu, karena malam itujuga Datu
dan rombongannya harus berangkat. Dalam rapat itu, Sanusi ditunjuk
sebagai kepala komando pemberangkatan dibantu oleh Andi Achmad.
Tugas itu penting dan berat, sebab selain harus berhati-hati supaya
jangan diketahui oleh NICA yang tidak begitu jauh dari situ, ternyata
sesudah Sanusi memeriksa perahu-perahu yang telah disiapkan,
ruangannya tidak akan dapat memuat orang yang ditaksir kira-kira 2000.
orang, yang mau berangkat. Perahu besar itu hanya 7 buah, dan paling
banyak jikadipaksakan hanya dapat mamuat 75 orang, sedangkan perahu
yang yang kecil berjumlah 20 buah yang bisa memuat 10 15 orang.
Dengan demikian, terpaksa Sanusi mengumpulkan rakyat di malam buta
itu di pinggir kuala, kemudian Sanusi berseru :
Saudara-saudara, bapak-bapak dan ibu-ibu semua, lebih dahulu
saya minta maaf, karena dengan mendadak saya minta sekalian
berkumpul di tepi kuala ini,karena keadaan terpaksa, dan memang
soalnya amat penting. Kemudian saya ucapkan terima kasih atas
keteguhan pendirian saudara,bapak-bapak dan ibu-ibu, karena lebih suka
tudur berkalang tanah, dari pada diperbudak kembali oleh belanda.
Sebentar ini, saya bersama dengan Andi Achmad ditunjuk sebagai
komando pemberangkatan, maka kami mengharap kesetiaannya
untukmenuruti segala yang kami atur mengingat keselamatan kita,
semua. Tidak ada orang yang kami bedakan kecuali pasukan-pasukan
kita yang bersenjata harus memakai perahu yang selayaknya, demikian
juga Datu dan permaisurinya, dan jika ternyata kelak ada di antara
saudara-saudara yang mempersukar keberangkatan ini, dengan
sendirinya kami terpaksa mengambil tindakan seperlunya. Pokok
rencana pemberangkatan, dilakukan secara bergelombang, oleh karena
tak dapat dilakukan sekaligus.
Sesudah Sanusi memberiketerangan tiba-tiba keadaan menjadi
tegang, oleh karena dengan tidak disangka-sangka, meletuslah tangisibu-
ibu yang menyayat hati di malam kelam tersebut.

310
Ada yang mengatakan, bahwa kami pun ingin mati bersama
Datudan permaisurinya, dan ada yang meminta, supaya keluarganya
sajadahulu yang berangkat.
Mendengar tangis yang beriba-iba itu, Sanusi segera
menggaekpinggang Andi Achmad, supaya meninggalkan tempat itu
dahulu, kembali ke tempat Datu, sebab jika tangis-tangis itu diladeni,
pasti kitatidak jadi berangkat malam ini, dan inilah yang amat
berbahaya.
Setelah tiba di tempat Datu, Sanusi segera melaporkan
keadaanorang banyak yang ribuan jumlahnya itu, ingin semua
berangkatbersama-sama dengan Datu malam ini. Sesudah itu, Sanusi
dan AndiAchmad mengatur lebih dahulu siapa-siapa yang harus
menumpangpada 7 perahu yang besar itu. Dua buah untuk pasukan-
pasukan yangbersenjata, sebuah, untuk Datu dan permaisurinya dan
sejumlah pengawal pribadinya, dan lain-lain orang yang penting ada di
sampingDatu, dan 4 buah untuk anggota Hadat dan keluarganya,
sertapengawal-pengawal pribadinya pula.
Kira-kira jam 24.00 tengah malam, baru daftar penumpang dari ke
7 perahu itu tersusun. Sementara itu, menghadaplah To
sappowenni,sebagai tahanan,kepada Sanusi yang meminta dengan
sangat, supaya ia diizinkan berangkat ka kampung Tokke di mana
keluarganya berada, dengan janji ia hanya sebentar saja.
Sanusi dengan tegas mengatakan tidak boleh.Jika nenek
pergi,pasti dibunuh orang.nenek harus mengerti, bahwa atas
kebijaksanaanpimpinan pemuda, nenekhanya diserahkan kepada polisi
pemuda.
Sebab itu, apa yang selalu saya katakan kepada nenek, turutilah
dengan baik, dan insya Allah, nenek akan selamat.
Sesudah itu, Sanusi dengan Andi Achmad. turun lagi ke tepi
sungai untuk memeriksa perahu-perahu satu persatu. Tak dapat
dikatakan betapa kemarahan kedua petugas tersebut, di samping
kesedihan hatinya, oleh karena perahu-perahu tersebut telahpenuh
dengan orang-orang yang tidak ada dalam daftar, dan mereka tidak
mauke luar dari perahu. Terpaksa Sanusi bersuara dan berkata agak
keras, supaya dapat didengar semua orang yang ada dalam perahu,itu.

311
Saudara-saudara yang tercinta, saya harap supaya saudarasaudara
ke luar dahulu dari perahu-perahu itu, jika tidak, maka kita tidak jadi
berangkat, pada hal telah jam 14.00 lewat. Dan jika kita tidak berangkat
malam ini, besok pasti kita diketahui oleh musuh, dan tentu musuh itu
datang menyerang kita. Dan jika ini terjadi, kita semua akan kocar-kacir,
karena senjata tidak seimbang.
Sesudah Sanusi berkata demikian, maka ke luarlah berpuluhpuluh
orang dari perahu-perahu itu, tapi masih banyak yang enggan ke luar.
Melihat itu, sekali lagi Sanusi berkata :
Saudara-saudara tidak usah cemas tinggal dahulu, karena
yangtinggal untuk mengatur saudara-saudara, masih ada beberapa
pemimpin pemuda pusat, misalnya J. Arief, Landau, Andi Hamid Opu
Balirante, bersama dengan Andi Attas. Selain itu, masih cukup pasukan
-pasukan kita yang bersenjata tinggal untuk menjaga keamanan. Tokoh-
tokoh yang saya sebutkan tadi, sudah tentu tidak akan membiarkan
rakyat tinggal terkatung-katung, sebagai ayam yang tidakada induknya.
Saya sendiri masih ingin tinggal dan nanti pemberangkatan yang kedua
baru saya menyusul, akan tetapi kewajiban makadengan sendirinya
harus saya berangkat lebihdahulu bersama-samadengan Datu, sebab
sesampainya Datu disana, maka rakyat yang adadi perairan pantai timur
teluk Bone, perlu segera mendapat penerangan dan keterangan-
keterangan.
Sebab itu, saya harap sandara-saudara ke luar dari perahu dengan
cepat.
Mendengar ucapan Sanusi yang kedua itu banyak jugalah yang
ke luar dari perahu-perahu itu dengan menangis tersedu-sedu, tapi masih
ada juga yang merasa berat meninggalkan perahu, dan mereka berkata,
saya lebih baik matidari pada ke luar dari perahu ini.
Oleh karena jumlah orang yang tidak mau ke luar dari perahu-
perahu itu, nyata masih menyusahkan pemberangkatan yang pertama itu,
terpaksa Sanusi memerintahkan dengan keras, supaya mereka keluar
dengan cepat, tidak peduli, biarpun keluarga dekat kepada Datu.
Perintah itu, diiringi dengan satu letusan pistol. Mendengar bunyipistol
yang menggema di malam yang menggema di malam yang telah larut
itu, maka orang-orang yang masih ada dalam perahu itu, segera
berlompatan ke luar.

312
Setelah mereka semua ke luar, segera Sanusi mengucap banyak
terima kasih, dan mengatakan bahwa ia sendiri sekarang ini meneteskan
air mata, lantaran cinta kepada saudara-saudara.
Demikianlah, dengan melalui beberapa kesulitan, baru Datu
bersama rombongannya berangkat sesuai dengan rencana, yaitu jam 3
dini hari. Sebelum perahu mulai bergerak, suatu perintah
kerasdikeluarkan, bahwa tidak ada seorang pun yang dibolehkan
merokok, apa lagi menghidupkan pelita, sehingga tak ada kelihatan dari
pelabuhan Palopo.
Paginya, rombongan Datu telah berada di tengah-tengah teluk
Bone. Perahu-perahu itu, telah agak berjauhan letaknya, kecuali perahu
Datu dan perahu-perahu pasukan-pasukan pengawal.
Yang sangat menyusahkan pagi itu, ialah, angin yang bertiup
tidak tetap arahnya, sehingga armadakecil itu tak dapat mara dengan
baik, menyebabkan ketika matahari telah terbenam, belum ada satu dari
perahu-perahu itu mencapai tujuannya. Malah sesudah shalat magrib,
tiba-tiba datang badai menyerang dengan kencang, sehjngga perahu-
perahu itu, cerai-berai, dan tak ada lagi yang dapat dilihat, oleh karena
gelapnya cuaca.
Pada paginya, baru diketahui peristiwa-peristiwa yang menimpa
perahu-perahu tersebut. Satu dari perahu yang memuat pasukan yang
bersenjata, hanyut jauh ke timur dari tujuan semula. Tapi rupanya hal itu
mengandung suatu nasib yang baik, oleh karena di tempat perahu
pasukan-pasukan itu terdampar, mereka bertemu dengan satu patroli
NICA. Maka dengan sendirinya, meletuslah suatu pertempuran laut
yang sengit, sehingga menjadi tontonan yang indahdan menarik bagi
penduduk kampung Batunong.
Denganadanya pertempuran laut tersebut, bertambah teguhlah
keyakinan rakyat, tentang kemampuan pemuda bertarung dengan NICA.
(Pertempuran ini, ihat di lain bahagian).
Adapun perahu yang ditumpangi Datu, terdampar dekat kampung
Lanipa, demikian juga perahu yang ditumpangi Sanusi. Pada hari itu,
kedatangan Datu dan rombongannya, telah dapat diketahui oleh seluruh
rakyat di distrik Patampanua. Dengan demikian, terjadilah berbagai
macam kesibukan, disebabkan banyaknya hal yang harus diselesaikan.

313
Karena merasa penat, apalagi semua pakaian perlu dijemur, sebab
malamnya mendi dengan air asin, maka Datu bersama rombongannya
terpaksa tidur semalam di kampung Lanipa.
Di kampung itu,Sanusi bertemu dengan keluarga Suleman
Umar,dan beberapa kawan yang sudah lama tidak berjumpa.
Keesokan harinya, tgl. 28 Pebruari, baru Datu bersama
rombongannya berangkat ke kampung Latou sebagai tujuan semula.
Menjelang tengah hari, rombongn Datu, baru tiba di kampung
tersebut.Maka dengan sendirinya kampung yang kecil itu padat dengan
penduduk, sehingga semua rumah penuh. sesak.
Di kampung itu, terdapat sebuah mesjid yang agak baik, dan
kebanyakan rumah penduduk baik-baik dan kuat, satu tanda bahwa
kampung Latou mempunyai cukup kayu yang tinggi mutunya. Yang
lebih menyenangkan, karena kampung tersebut dibangun di tepi sungai
Latouyang sejuk airnya, dan tidak kering-kering sepanjang waktu,
walaupun ditimpa kemarau yang hebat.
Sampai malam, kesibukan belum berhenti-hentinya, sebab banyak
urusan yang perlu diselesaikan.
Sebagai pakta yang sudah-sudah, maka kali ini, terbukti lagi,
bahwa meskipun Datu dan permaisurinya, bersama-sama rakyat yang
mengikutinya, telah semakin jauh dari kampung halamannya masing-
masing, berpisah dengan sanak keluarganya dan harta-bendanya,akan
tetapi tidak seorang pun dari mereka itu kelihatan menyesal, malah
kegirangan saja yang selalu tampak di wajahnya, seakan-akan mereka
itu pergi saja bersenang-senang (piknik) ke lain tempat, padahal mereka
setiap saat menghadapi bahaya maut dari musuh yang kejam.

PERIODE P.K.R
(PEMBELA KEAMANAN RAKYAT)

A. PEMBENTUKAN P.K.R.

Pada malam tanggal 1 maret 1946, berlangsung satu rapat yang


penting, bertempat di rumah kediaman Datu di kampung Latou yang
bersejarah itu.

314
Rapat itu diadakan setelah Andi Kasim, Kepala Pemerintah
Kolaka, dan sejumlah pemimpin-pemimpin pemuda Kolaka dengan
pasukannya yang berrenjata tiba pula di Latou. Mereka mundur dari
kolaka, oleh, karena bertempur secara berhadap-hadapan dengan tentara
NICA yang lengkap senjatanya, tidak mungkin.
Andi Kasim bersama kawannya, meninggalkan Kolaka pada akhir
bulan Januari, setelah NICA menduduki kotaKolaka di bawah
pimpinanKapten Abeng, yang terkenal dengan semboyang mautnya,
berak di pinggir laut. Kapten Abengdengan semboyannya tersebut,
telah banyak membunuh penduduk dengan tidak ada sedikit pun
pemeriksaan lebihdahulu. Juga merampok harta benda penduduk. Dalam
tindakannya yang kejam itu, Kapten Abeng dibantu oleh kaki tangannya
yang utama, ialah powatu yang pembaca telah kenal, dan lain-lain.
Rapat tersebut di atas, dihadiri juga Datu dan semua
anggotaHadatnya (kecuali Andi Hamid), serta Andi Kasim bersama
Pemimpinpemimpin Pemuda Kolaka.
Oleh karena Kerajaan Luwu berada dalam peperangan melawan
Belanda, maka tibalah niasanya Pemuda republik Indonesia,
dijelmakan menjadi satu badan ketenteraan.
Setelah bertukar pikiran beberapa jam, maka terbentuklah malam
itu satu badan yang dinamai Pembela Keamanan Rakyatdisingkat
PKR. Adapun pimpinannya, tersusun sebagai berikut :
KOMANDO UMUM - Kepala Staf - M. Yusuf Arief .
Wakil Kepala Staf-Andi Achmad
Anggota-anggota :
1. Andi Tonriajong
2. M. Sudarman
3. Ch. Pingak,
4. Hasyim Pangerang
5. Mahmud Dg. Silasa
6. M. Rasyad.

KOMANDO CHUSUS : persenjataan -- kepala -- Hamzah


Pangerang
Wakil Kepala - Andi Mutakallimungpenerangan/ju-Kepala-M.
Sanusi Dg.Matta

315
ru Bicara - Wakil Kepala - Supu.
Polisi Keten-
teraan (P.K.I.) - Kepala - M. Landau Dg. Mabate
WakiL Kepala -- M. Radhi
Kadir Tukia dan Salampessy, keduanya Pembantu, mengurus
surat-surat dan memeriksa perkara-perkara.
Fenedang(Panglama)
Kepala - Andi 'tonriajong , Wakil - Mustafa
Bs I, Komandan. -_ Mustafa
Bs II, Komandan - M. Yoseph
Bs. III. Komandan- A. Baso Rahim
Bs. Berani Mati-Komandan - S.S. Mahmud
Wakil - Guru Patang
Adapun Pimpinan Pemerintah Kerajaan tetap seperti biasa :
Datu - Andi Jemma
Patunru, merangkap
Petro Besar . - Andi Kaso
Pabicara - Andi Pangerang
Tomarilalang - Andi Mappanyompa,
Balirante - Andi Hamid
Kepala-kepala Distrik yang ada, yaitu :
1. Andi Patonggang - Kepala Distrik Bajo
2. Andi Mahmud - Kepala Distrik Larompong
3. Andi Barahamang - Kepala Distrik Tammuku
4. Andi Pangajoang - Kepala Distrik Patampanua
5. Andi Mattangkilang - Kepala Distrik Wara
6. Andi Gau - Kepala Distrik Bua
7. Andi Wajo - Kepala Distrik Malangke
8. Baso - Sapati (Wakil Kepala Distrik
Kolaka)
9. Andi Attas - Kepala Distrik Walenrang.

Disamping itu,pemerintah kerajaan menunjuk pula seorang kepala


Penerangan Sipil, yaitu Suleman Umar.
Dengan lahirnya P.K.R., maka Pemimpin Pemuda telah bersatu
padu. Demikian juga segala kekuatan senjata telah dapat disatukan

316
sehingga semua macam kesatuan tentara ada di dalam PKR. Di samping
itu PKR mempunyai daerah yang luas (Luwu, Kendari, Posso, Wajo dan
Bone). Ingat saja sepak terjang PRI semasa belum pecah pertempuran.
Dengan demikian, maka PKR merupakan satu divisi.
Adapun tempat yang tepat untuk Pusat Pemerintahan dan Markas
Besar PKR belum dapat ditentukan pada malam itu, karena masih perlu
diselidiki tebih dahulu.
Marilah kita kenal sedikit, tokoh-tokoh baru yang tersebut di atas.
Hasyim Pangerang, adalah seorang pemudayang pendiam, dan
berani.iaseorang.pedagang yangcakap, kini ia menatap di
Makassarsebagaipedagang,Mahmud Dg. Silasa, seorang pemudayang
berani, cakap dan pandai berpikir:Sikapnya tegas, seakan-akan tidak
menyukai yang dinamaidiplomasi ia juga salah satu anggota Pimpinan
PRI, Sua-Sua,dan seorang pimpinan dari PSII Sua-Sua.
Hamzah Pangerang adik dari Hasyim Pangerang. Ia pun
anggotaPimpinan PRISua-sua. Seorang pemuda yang lincah, tegas dan
berani. Andi Mutakalimun, seorang yang masih muda sekali. la
seorangyang pendiam sabar, jujur, dan berani. la tidak banyak cakap,
tapiselalu tersenyum dan sopan kepada semua orang. la anggota pimpi-
nan PRI. Ponrang. Kini ia menetap di Tanjung Priok.
Y. Salampessy, adalah seorang pemuda suku Ambon Islam yang
taat beribadah. ia cakap, pandai berpikir, jujur dan berani. ia, pandai
bahasa Jepang, sehingga kedatangannya di Luwu dibawa oleb Jepang
sebagai tolk, dan kemudian menetap di Luwu (Kolaka), dan ikut
,berjuang bersama-sama dengan pemuda-pemuda Kolaka. Kini ia ber-
pangkat Letnan Satu TNI. di Makassar.
Kadir Tokin, keluargadari Y. Salampessy. Keadaannya sama
dengan Y. Salampessy. Kini ia berpangkat Kapten di dalam CPM.
A. Baso Rahim, seorang yang masih muda benar. Seorang
pemuda yang lincah, selalu tersenyumdan gembira. Dia berani dan cepat
bertindak. Ia adalah Komandan pemuda pelajar di kota Palopo, dan ikut
bertempur pada malam tanggal 23 Januari di kota Palopo. Kini ia me-
netap di Palopo.

317
B. MEMILIH BATU-PUTE SEBAGAI PUSAT
PEMERINTAH KERAJAAN, DAN MARKAS BESAR
PKR LUWU
Keesokan harinya, suatu team bertugas mengadakan penyelidikan
yang teliti di sekitar Latau. Mereka menyusur sungai Latou kehulu, dan
akhirnya, ditetapkan Bata-Putesebagai tempat yang dimaksudkan di
atas.
Batu-Pute, terletak di pinggir sungai Latou, jauhnya kira-kira 6
km dari kampung Latou. Tempat itu, merupakan satu gusung pasir yang
luas di pinggir sebelah timur sungai tersebut, sehingga cukup untuk
tempat membangun beberapa buah rumah dan gubuk, baik untuk
kediaman Datu bersama permaisurinya, maupun untuk
kediamanpenduduk, dan lain-lain keperluan. Dan di pinggir sebelah
barat sungai itu, agak jauh sedikit dari tempat kediaman Datu,
dipergunakanoleh Pasukan sebagai tangsi. Di situ didirikan rumah sakit,
gubuk-gubuk untuk tempat Tidur, zal makan dan lain-lain bangunan
yangperlu, dan satu lapangan untuk tempat latihan. Kanan kiri
sungaitersebut, diapit oleh gunung Batu-Pute, yang curam, sehingga
tidakdapat didaki oleh manusia. Berpuluh-puluh km ke hulu, kanan
kirinyadiapit oleh gunung yang sangat curam, sehingga tidak
dikhawatirkan, musuh dapat menerobos dari samping dan dari belakang.
Jika orang dari muara sungai, atau dari kampung Latou, hendak
pergi ke Batu-Pute tempat kediaman Datu, orang tidak dapat
mempergunakan perahu, tetapi harus berjalan kaki sepanjang tepi sungai
melalui hutan-hutan belukar, dan dalam pada itu harus berkali-kali
menyeberangi sungai. Akhirnya, sampailah orang ke suatu bahagian
sungai yang sangat sempit, dan amat strategis untuk pertahanan. Jika
umpamanya ada musuh yang hendak menyerang Batu-Pute, maka di.
tempat itulah musuh dapat dihancurkan, dekat bahagian sungai yang
sempit itu, di sanalah dibangun tangsi pasukan-pasukan PKR.
Selain yang tersebut di atas, ada lagi keistimewaan Batu-Pute,
yaitu dekat situ terdapat beberapa hutan sagu yang cukup untuk
makanan beribu-ribu orang dalam beberapa tahun.
Sebelum Datu pindah ke Batu-Pute, lebih dahulu diselesaikan
beberapa soal penting terutama dalam bidang pemerintahan dan
pertahanan. Dewasa itu, sebahagian besar daerah Luwu di bawah

318
kekuasaan Datu dan PKR seperti wilayah -Distrik Patampanua, daerah
Lima-Kampung dari wilayah Distrik Wara, seluruh wilayah. Distrik
Malangke, dan sebahagian dari wilayah Distrik Masamba danTamuku.
Yang diduduki oleh NICA, hanya kota Palopo, dan ibu kota Pistrik yang
terletak di jalan raya, sejak dari Larompong sampai di Malili, dan itu
pun penduduknya hampir ada lagi yang tinggal.
Mengingat hal itu, dan betapa sukarnya alat-alat perhubungan,
maka daerah Luwu dibagi dua masing-masing dinamai sektor barat dan
sektor timur. Untuk memudahkan jalannya pemerintahan, maka
Pemerintah Kerajaan, menetapkan suatu perwakilan pemerintahan untuk
sektor barat, yang dikepalai oleh Andi Hamid Opu Balirante, dibantu
oleh Andi Werru, Kepala Distrik Baebuntu, dan berkedudukan di
Lamasi. DI samping itu, PKR membentuk pula, satu perwakilan Staf
PKR yang dikepalai oleh Andi Attas dan dibentuk oleh Andi Pabeangi,
dan juga berkedudukan di Lamasi. Adapun daerah kekuasaan dari dua
Perwakilan itu, ialah daerah Palopo, Masamba dan Malili.
Oleh keputusan tersebut, maka tiap-tiap bahagian dari PKR,
mengangkat pula wakilnya di sektor barat, misalnya penerangan,
dikepalai oleh Baso Dg. Pawellang (Sasdap), dan bahagian PKI
dikepalai oleh Yasin Arief, dan bahagian pertengkapan, dikepalai oleh
Abdurrahman Usman ,dan lain-lain.
Perlu dijelaskan di sini, bahwa ketika Andi Kasim dan rombo-
ngannya tiba di Latou, ada pula mengikut 3 orang Jepang dari Pamala.
Orang-orang Jepang itu, akan memberi bantuan dalam perjuangan
rakyat, demikian katanya kepada Andi Kasim. Oleh karena pendirian
Pemerintah dan PKR di masa itu tidak bertentangan dengan keinginan
orang jepang tersebut, maka mereka diterima berada disana. Pendek
kata, siapa saja yang hendak membantu dengan jujur perjuangan
kemerdekaan bangsa Indonesia, pasti diterirna dengan baik, sebab
semua orang yang berpikiran sehat, harus membenarkan, jika suatu
bangsa tegak mempertahankan kemerdekaannya dengan jalan yang
bermacam-macam. Tapi kenyataannya, orang-orang Jepang itu, benar-
benar hanya tinggal saja di rumah, tidur dan makan. Menurut -pendapat
banyak orang, mereka itu hanya hendak menyembunyikan
kekecewaannya disebabkan kalah perang. Akhirnya orang-orang Jepang
itu, matidi hutan, lantaran diserang berbagai macam penyakit.

319
Untuk dikatakan tidak membantu, maka pada permulaan
terbentuknya PKR, mereka pernah diutus ke sektor barat, untuk
mengumpulkan senjata-senjata di beberapa tempat yang tidak sempat
lagidibawa, ketika pertempuran di kota Palopo. Tapi mereka pulang
denganhampa tangan, sebab tak dapat menembus pertahanan
NICA.Meskipun Batu-Pute telah ditetapkan sebagai Markas BesarPKR
tapi Sanusi memilih kampung Lanipa sebagai tempat tinggal,atas
persetujuan. Staf PKR supaya mudah menjalankan tugasnya,mendatangi
rakyat di kampung-kampung dalam wilayah Distill Patampanua.

320
C. SEJARAN RINGKAS PERJUANGAN
PEMUDA-PEMUDA DAN RAKYAT DI ENAM DESA
DI KECAMATAN PATAMPANUA (KOLAKA).

Atas pimpinan seorang pemuda yang luar biasa keberaniannya,


namanya Moh. Ali di desa Wawo, maka bangkitlah dengan semangat
juang yang tinggi, seluruh penduduk dari 6 Desa di daerah Wawo
tersebut, baik pria maupun wanita-wanitanya.
Perjuangan mereka yang begitu hebat, harus diabadikan dalam
buku sejarah, untuk diketahui oleh dunia dan untuk menjadi contoh
teladan, dan pelajaran yang sangat berharga bagi generasi-generasi
sekarang dan yang akan datang.
Mereka berjuang dan berbakti untuk membela dan
mempertahankan kemerdekaan Indonesia, dengan mempertahankan
segala-galanya, harta benda dan jiwa raganya tanpa mengenai mundur.
Dengan demikian maka 6 Desa tersebut bertahan terus tanpa
menyerah, sehingga tiba waktu penyerahan kedaulatan oleh Belanda
pada 27 Desember 1949.
Moh. Ali, yang diakui penuh oleh 6 Desa tersebut sebagai
pemimpinnya yang tertinggi. Mulanya adalah guru sekolah. Ia
keturunan bangsawan dinegerinya. Dia seorang yang jujur, dan taat
beragama, berani dan militant, cepat berpikir dan bertindak.
Di bawah ini, adalah catatan-catatannya selama perjuangannya
yang dibenarkan oleh kawan-kawan seperjuangannya, seperti M. Jufri
dan Letnan Kolonel Majid Yunus.
Oleh karena catatan tersebut sangat panjang, maka penulis kutip ,
saja yang penting-penting yang berharga untuk sejarah.
Pada tanggal 13 Agustus 1945, untuk pertama kali Moh. Ali
(selanjutnya kita tulis saja M.A.), mengadakan rapat di kampung Lanipa
Kecamatan Patampanua bersama kawan-kawannya, seperti M. Jufri,
Opu Toppessu, Mob. Kasim, Daenna Salaha, S. Baranadeadan
BedduMacang, untuk mengatur siasat perjuangan, oleh karena Palopo
(Datu Luwu) tetap menuntut kemerdekaan Indonesia seratus persen.
Maka M. Jufri bertugas ke Palopo untuk menemui Datu Luwu
dan pemimpin di Palopo guna memperoleh berita pasti tentang
kemerdakaan.

321
M.A. hari itu juga berangka ke Pamala (Kota Nikkel) untuk
mengambil senjata-senjata Jepang.
Perlu diketahui bahwaDesa Wawo dandesa-desa lainnya, terletak
di pinggir laut di tepi pantai Timur teluk Bone, antara Malili dan
Kolaka, Yang harus dijalani dengan perahu atau dengan jalan kaki
menyusur pantai.
Pada tanggal 15 Agustus M.A. tiba di Pamela, terus masuk tangsi
bertemu dengan Sigimitsu dan bersama-sama ke rumah Kabasima
komandan jepang di Pamala Kabasima mengatakan, bahwa senjata di
Pamala sudah terdaftar oleh Australia, nanti katanya ia ke Kendari
mengambil 1000 pucuk senapang untuk M.A., asal berjanji tidak akan
menyakiti orang-orang Jepang. Dalam pada itu Moh. Ali dapat juga
merampas satu, samurai Jepang yang baik. Kemudian Moh. Alike
Kolaka dan musyawarah dengan Andi Punna dan Tahrir keduanya setuju
untuk melawan Belanda.
Demikianlah, Moh. Ali boleh balik antara Wawo dan Kolaka serta
Pamala untuk mengumpulkan senjata. Apa yang dijanjikan Kabasima
tak dapat ia penuhi karena senjata-senjata di Kendari itu rupanya sudah,
dibuang di laut oleh Australia. Tapi sungguhpun demikian, Moh. Ali
dapat juga merampas lagi beberapa samurai Jepang dan beratus granat
tangan dan sejumlah pestol, sedangkan atas pimpinan Tahrir dengan
pertolongan orang-orang Bajo yang menyelami senjata-senjata yang
dibuang ke laut oleh Australia, dan memperoleh kurang lebih 50 karaben
Jepang.
Sesudah itu Moh. Ali menyusun pemimpin-pemimpin dari 6 Desa
terdiri dari pemuda-pemuda yang militan dan berani mati. Dan juga ia
telahmembentuk kesatuan yang bersenjata, yaitu :
I. PRI ialah pasukan yang memegang senjata api, dan harus tinggal
di asrama untuk berlatih terus-menerus.
II. Pasukan kelewang dan Parang. Kalau malam harus pos,dan
siangnya harus bekerja.
III. Pasukan Tombak. Jika malam harus pos, dan siangnyaharus
kerja.
IV. LASWI yaitu kesatuan-kesatuan golongan wanita baikmuda
maupun tua.

322
Selain dari itu, untuk persiapan selanjutnya dibentuk pula 3 kubu
pertahanan yang terletak di pinggir-pinggir hutan jauh sedikit dari
pantai. Di kubu-kubu itulah kelak mereka dapat bertahan jika Belanda
menduduki pantai.
Mereka juga telah membangun satu bengkel senjata.
Kepalatukangnya bernama Nene Badeng dan pembantunya bernama
PongkiddiBesi-besi yang dibuat menjadi kelewang din tombakadalah
daritambang Wawotoru/Wawo dan besi-besi peninggalan Jepang
danbatu-batu ready stok.
Kini Moh. Ali sedikit merasa mudah mengatur dan
menyelenggarakan tugasnya yang amat penting itu, oleh karena telah
merampasdua motor-bot cepat (speed-boot). Di samping itu mereka
telab mempunyai ratusan granat dan beberapa buah pistol.
Adapun motor-bot itu telah dua kali diminta oleh Andi Kasim
dengan menyuruh pemuda yang bersenjata, akan tetapi Moh. Ali dan
stafnya menolak memberikannya, oleh karena, mereka juga sangatperlu
mengingat daerahnya yang luas yang terdiri dari pada 80% lautan dan
sungai-sungai, dan juga kata mereka bahwa walaupun permintaan ini
datang dari And. Kasim, kepala Pemerintah Kolaka, akan tetapi status
daerah, memang Kolaka yang memerintah ke 6 Desa ini, akan tetapi
status kelaksyaran, langsung dari Luwu (Palopo) karena kepala Distrik
Patampanua (Andi-Umar), diutus langsung oleh Datu Luwu datang
mengresmikan PRI pada tanggal 9 September, 1945.
Pada tangga1 27Pebruari 1946mereka bertempur dengan tentara
NICA di Wawotora/Wawo kira-kira 1 jam lamanya-pada jam5 sore.
Komando dipegangoleh Moh. Ali sendiri. Di pihakMoh.Ali tujuh orang
gugur dan luka-luka.Korban pihak musuh tidak diketahui.
Meskipun tentara NICA itu dipancing untuk rapat ke dekat
pasukan Wawo, tetapi mereka tidak berani. Pada malamnya mereka
mundur masuk kubu, dan kelihatanlah nyalaapiyaiturumah-rumah
rakyatyang dibakar oleh Nica.
Pada tanggal 28 Pebruari 1946. Pada jam 20.30 malam terjadilagi
pertempuran di Ladolia/Wawo.NICA membikin stelling di pingggir laut,
dan membakar rumah-rumah rakyat yang berada di pinggir laut. Moh.
Ali dan Majid Yunus memerintahkankepada pasukannya supaya mundur
saja dan membikin stelling di pinggir hutan, akan tetapi tapiNica tidak

323
berani maju ke pinggir hutan. Pada tanggal 30 Pebruari malam,Nica
meninggalkan desa Wawo tetapi tak ada penduduk yang mereka
tangkap, tetapi dia NICA membakar rumah-rumah rakyat, di Wawo 350
rumah, di Desa Ranteangin 200 buah, didesa Pohu 100 buah, di desa
Lambai 200 buah. Di sampingitu membunuh hewan-hewan dan
merampok harta benda rakyat. Kerugian ditaksir Rp. 12.125.000
perhitungan dengan wang gulden.
Maka untuk memberi serangan balasan maka padatanggal 9 April
1946, Moh. Ali dengan 10 orang pembantu-pemtunya yang pilihan pergi
menggempur NICA di kota Kolaka. Pada tanggal 10 April 1946, waktu
subuh, melemparkan 4 buah geranat ke dalam tangsi NICA. Kemudian
Moh.Ali memasuki tangsi dan langsung membunuh tigatentara NICA
yang kena granat, merampas beberapa topi waja dan beberapa buah
granat, dan menembak mati2orang polisi di sudut kantornya. Mob. Ali
menunggu kawannya masuk tangsi, tapi tak ada yang muncul Sampai
pada jam 6pagi Moh. Ali bertempur dengan tentara NICA, kini di luar
tangsi di muka gedung sekolahdan disitu dibunuhnya lagi
seorangtentara, tapiMoh.A1i jugakenatembakan dan patah tulang
rusuknya satu buah.
Dengan menderita kesakitan yang lama menentang maut dariluka-
nya yang sangat parah itu, dan baru ia sembuh setelah dirawat berbulan-
bulan lamanya olehbahagian kesehatan dengan mempergunakan banyak
kunyit sebagai obat luka.
Oleh karena Datu Luwu sudahke tertawamereka bermusyawarah
dengan Andi Kasim ca pada tanggal 12 Juni 1946 untuk melanjutkan
perjuangan dan memutuskan juga bahwa : Di sudut politik serta
perlawanan yang sangat menguntungkan, harus jangan ada yang
mengikuti jejak Datu Luwu itu. (penulis tidak paham sedikit pun arti
keputusan itu).
Pada tanggal 3 Juli 1946, pasukan Andi Kasim (Kolaka) mengala-
mi kocar-kacir, masing-masing orang mencari hidupnya sendiri-sendiri.
Andi Punna lari dengaa perahu, Sari Lawang menyerah dengan bre-
ngunnya, Andi Kasim tertangkap, dan anggota-anggota Stafnya, yakni
H. Wahid, Baso-Umar juga lari menyelamatkan dirinya. Kabasima dan
Sukri jalan sendiri-sendiri bersembunyi di hutan-hutan.

324
Kini semua daerah Kecamatan Patampanua bahagian Utara, mulai
dari kampung Lasua-Sua sudais jatuh di tangan musuh, juga dari
kampung Lapao-Pao sampai ke Kolaka dan Pamala. Tinggal daerah
Moh. Ali, yaitu Desa-desa Walo, Menda, Wawo, Rante Angin, Pohu dan
Lambai, tetap seperti biasa.
Mereka berunding bersama dengan Majid Yunus, dan
memutuskan tidak mau menyerah dan berjuang terus. Mereka
mengadakan suatu siasat, bahwa orang-orang yang tidak begitu
berbahaya, boleh keluardari kubu-kubu, tetapi harus berkepala-dua,
dan mengangkat H. Dg. Mappunna sebagai kepala kampung dari orang-
orang yang keluar dari kubu-kubu.
Kedua orang Jepang yang turut bersama Andi Kasim
menggempur NICA di Kolaka, itulah yang menceriterakan dengan air
mata bercucuran tentang keadaan pertempuran di Kolaka, sehingga
mereka kocar-kacir, dan yang sangat menguntungkan NICA, adanya
dugaanbahwa Belbao dan Okhyver dan RonteGau dari PKR berubah
menjadi mata-mata NICA, dan dengan demikian maka propaganda
NICA mulai maju dan pesat.
Oleh karena Moh. Alidan kawan-kawannya sangat jauh dari pusat
(Makassar), mereka sangat gelap untuk mengetahui situasi yang se-
benarnya.Maka Moh. Ali dan Majid Yunus harus ke Makassar untuk
mengetahui keadaan yang sebenarnya.
Setelah kedua tokoh itu mengatur segala-galanya sebelum
berangkat, seperti menanam semua senjata dan memerintahkan supaya
ketiga kubu itu tetap dijaga dengan baik oleh pasukan bersenjata.
Moh.Ali dan Majid Yunus berangkat ke Balangnipa dan keduanya
berangkat ke Makaksar dengan mengalami pemeriksaan-pemeriksaaan
yang teliti dari NICA. Di Makassar Moh. Ali bermalam di rumah Kyai
H. Moh. Akib dan dijamin dangan baik. Itu malam, mereka mendengar
Bung Tomo bicara di Radio, mendengar pidato Bung Tomo tersebut,
maka semangat juang mereka meluap-luap.
Besoknya, mereka pulang, dan Moh. Ali mengirim surat ke
Wawountuk Konggoasa dan Supu Aib, keduanya adalah pemimpin
perjuagaan di tenggara, supaya keduanya jangan menyerah, dan supaya
keduanya dapat bertemu kelak di daerah Waso, karena Moh. Ali akan
kembali berjuang.

325
Waktu pulang, di daerah Balangnipa mereka ditahan pleh anggota
KERIS MUDA untuk memimpin mereka dan mengajar mempergunakan
senjata api. Dengan permintaan KERIS MUDA tersebut, mereka
menjadi girang.
Pada suatu pagi Moh. Ali dan Majid Yunus, memimpin
penghadangan petor Malino seorang bangsa belanda. Petor, itu mati dan
polisinya ditembak mati juga. Mereka merampas 1 L.E. satu pistol
otomatos, 1 jeep, 1 tas wang. Di pihak mereka satu orang gugur yaitu
Karaeng Pedo. Wang yang satu tas itu diberikan kepada isteri Karaeng
Pedo.
Demikianlah, mereka tinggal beberapa hari di darah Balangnipa,
memberi petunjuk-petunjul kepada anggota-anggota KERIS MUDA.
Kira-kira pada jam 03.00 pada suatu malam, mereka buru-buru
berangkat ke Sengkang, ibu kota Kabupaten Wajo, karena pada malam
itu menurut keterangan seorang peronda, bahwa mereka akan diserbuh
oleh NICA untuk mencari pemuda dari tenggara yang membunuh Petor
Malino. Peronda tersebut mendengar pembicaraan antara Arung Lamatti
dengan tentara NICA melalui telepon.
Dari Sengkang mereka langsung ke kampung Akkotangan dan
Majis Yunus langsung ke kampung Cimpu daerah Palopo.
Setelah isteri Moh. Ali pulang dari Wawo melakukan
penyelidikan, maka berangkatlah Moh. Ali dengan isterinya ke Wawo
dengan secara rahasia sekali.
Pada tanggal 15 Pebruari 1947 Moh. Ali dapat bertemu dengan
Konggoasa dan Supu Aib sebagai rencana Moh. Ali semula, di satu
tempat pegunungan.
Dalam pertemuan yang penting itu, Moh. Ali berkata,
Bahwa kita tiga orang ini, harus memimpin langsung perjuangan
di daerah tenggara ini sebagai pemimpin tertinggi menentang Belanda
mempertahankan kemerdekaan bangsa dan tanah Air, oleh karena
pemimpin yang lain banyak yang banyak yang tidak diketahui lagi
keadaannya. Mereka membentuk tiga sektor perjuangan.
Sektor-I mlai dari desa ke barat sampai de desa Tolala dekat
Malili, dipimpin oleh Muh. Ali.
Sektor-II, mulai dari desa Lapao-Pao menyusur pantai ke timur
sampai di pulai Buton, dipimpin oleh Anakia Konggoasa.

326
Sektor-III, mulai dari desa Mande, desa Lapao-Pao bahagian
pegunungan, desa Kanawe sampai di Kendari, dipimpin oleh Supu Aib.
Konggoasa menunjuk Muh. Ali sebagai Komando Umum, dan
Moh.Ali menunjuk Konggoasa sebagai wakil Konando Umum. Lantas
keduanya menunjuk Supu Aib sebagai Staf Umum.
Dengan adanya kesatuan baru tersebut, maka Moh. Ali menambah
di belakang namanya Kamrit artinya Komando Angkatan Militer
Republik Indonesia Tenggara. Kini ia bernama Moh. Ali Kamrit
sampai sekarang.
Adapun nama kesatuan yang baru itu ialah KERIST
(Kebangkitan Rakyat Indonesia Tenggara). Dan kepada tiga sektor
tersebut dibagi-bagikan kepada rakyat kartu KERIST.
Sesudah itu, Moh. Ali menjalani seluruh sektornya yang amat luas
itu untuk menggalang persatuan dan mengadakan persiapan untuk
bertempur. Dengan kerjanya yang non stop, akhirnya Moh.Ali Kamrit
jatuh sakit, dan baru beberapa bulan sembuh.
Pada tangal 5 Desember 1947 jam 4 sore terjadi suatu
pertempuran dengan NICA yang sangat hebat, dengan serbuan tentara
NICA dengan tiba-tiba sebelas orang kawan Moh. Ali Kamrit
tertangkap. Moh.Ali Kamrit dan Ukkas dan Nonci dapat lolos dan
mundur ke gunung.
Pada tanggal 20 Januari 1948 Moh. Ali Kamrit tertangkap di
kampung Lanipa, langsung di bawah ke Kolaka. Di Kolaka dia diperiksa
mengenai organisasi KERIST. Pemuda-pemuda KERIST sejumlah kira-
kira 50 orang yang ditahan di Kolaka, dapat di bela sehingga mereka itu
ditahan hanya 40 hari baru dibebaskan.
Kemudian Moh. Ali Kamrit dipindahkan ke penjara Bone, dan
pada tanggal 8 Juli 1948 dipindahkan ke penjara besar di Makassar
dengan diikat dengan rantai.
Di Makassar setelah ia ditanyai bebas dari tuduhan membunuh
Petor Malino tanpa diadili. Sesuadah itu, ia dipindahkan ke penjara
Palopo. Di sini ia pura-pura jatuh sakit sehingga dia diopename di
rumah sakit, dengan maksud untuk melarikan diri. Tapi rencananya itu
tercium, sehingga dia dimasukkan kembali dalam penjara.

327
Pada tanggal 14 Pebruari 1949 Moh. Ali Kamrit dikirim ke
penjara Kendari dengan Penjagaan yang keras karena dicurigai akan
minggat.
Pada tanggal 18 Januari 1949 Moh. Ali Kamrit dibawah ke
penjara Buton. Pada tanggal 1 April 1949, Moh. Ali Kamrit bebas, dan
ia kembali ke kampungnya.
Sampai di Wawo, disuruhnya Abd. Rasyid mendirikanAshar, di
samping itu Muh. Ali Kaamrit membentuk organisasi di bawah tanah,
yang dinamainya Gedit (Gerakan Di bawah tanah). Anggota-anggota
Genit hanya dibisik saja, sehingga anggota-anggota itu tidak mengenal
satu sama lain.
Gedit ini, mengadakan smokel kopra, dan melarang orang
membawa kopranya ke Makassar. Moh. Ali Kamrit mensobotir ekonomi
pemerintah NICA, sehingga kopra Fonds di Malili tidak pernah
mendapat dana kopra.
Oleh karena kemungkinan perjuagan masih panjang, maka pada
tanggal 27 September 1949 Moh. Ali berlayar ke Singapura dengan
membawa 15 ton kopra untuk membeli senjata. Empat puluh hari dalam
perlayaran baru tiba di Singapura.
Setelah ada persetujuan dari pedagang gelap senjata, bahwa
senjata-senjata yang diminta itu baru dapat diterima pada bulan Januari
1950, maka ia beristirahat menunggu waktu tersebut.
Tetapi beberapa hari sesudah perjanjiannya dengan pedagang
senjata tersebut, seorang sahabatnya bernama Moh. Sarawi,
memperlihatkan kepadanya selembar koran yang memuat berita
bahwaIndonesia pasti merdeka dalam tahun 1949.
Maka Moh. Ali Kamrif dengan cepat mencari perabu untuk
pulang sebelum Indonesia merdeka.
Pada tanggal 26 Desember 1949, Moh. AliKamrit tiba kembali di
Wawo dengan selamat.
Pada tanggal 27 Desember 1949 ia berpidato pada perisikaa
bendera merah putih di Wawo dan di Menda dan mendapat sambutan
yang hangat.

328
PENGURUS GABUNGAN DARI 6 DESA
MASA PRI / PKR.

1. Pemimpin Umum : Moh. Alie


2. Penerjang Majid yunus Kol. Inf. 16246
3. Wakil Penerjang : Moh. Kasim

SUSUNAN PENGURUS DESA WAWO MASA PRI

1. Moh. Alie - Ketua (pada waktu PRI.M.


2. M. dg. Mapunna - Wakil Ketua Dg mapunna sebagai
3. Alie Dg. - Sekretaris bendahara. Karena
Maningo Latang Dg. Pawata
4. Hasan Dg. - Sekretaris II sebagai wakil Ketua,
Patemma tertangkap di Wajo,
maka yang menjadi
Wakil Ketua Majid
Yunus)
5. Latang Dg - Bendahara
Pawata
6. Palemai Dg - Kepala
Mamase Perhubungan
7. Opu Toppessu - Penasehat
8. Opu H. Dg - Penasehat
masuki
9. Sitti Hamid - Kepala
Penerangan
10. Sitti Nadra - Wakil Kepala
Penerangan
11. Langkang - Perl. Mulandiano
12. Keli - Perlengkapan Ulu
Wawo
13. Kude - Perlengkapan
Letawa
14. Rembasa - Perlengkapan
Letawa

329
15. Mappa - Pembantu
Perlengkapan
16. Samihi - Pembantu
Perlengkapan
17. Bemba - Kepala
Kesehatan
18. Sitti Sutrya - Pembantu
Kesehatan
19. Sitti Syamsyah - Pembantu
Kesehatan
20. Sitti Hasisah - Pembantu
Kesehatan
21. Sitti Masmunah - Pembantu
Kesehatan
22. Sitti Hamirah - Pembantu
Kesehatan
23. Sitti Rahma - Pembantu
Kesehatan
24. Sitti Jahra - Pembantu
Kesehatan
25. Abd. Rasyid - Kep. Psk. PRI
Wawo
26. Usman - Wkl. Kep. Pak
Wawo

SUSUNAN PENGURUS DESA RANTE ANGIN MASA PRI/PKR.

1. Moh. Kasim - Ketua


2. Muh. Yusuf - Wakil Ketua
3. Kussu - Sekretaris
4. Sarre - Bendahara
5. Dg. Magassing - Perhubungan
6. H. Tanda - Penasehat
7. Mahmude - Penasehat
8. Papa Ambon - Kepala Perlengkapan
9. Sampe Ugi - Pemb. Perlengkapan

330
10. Moh. Kasim - Kepl. Pasukan
11. Tame Dg Magguna - Wakil Kepl. Pasukan
12. Sitti Jare - Pembantu Kesehatan
13. Dengo - Pembantu Kesehatan
14. Masira - Pembantu Kesehatan

SUSUNANPENGURUS DESA LAMBAI & POHU MASA PRI / PKR


1. Yasan Dg. Matareng - Ketua
2. L e b e - Wakil Ketua
3. M i r i - Sekretaris
4. Haisah - Bendahara
5. Moh. Nurung - Kep. Perh. Lambai
6. Lawadi - Kep. Per. Pohu
7. Tepeleno - Perlengkapan
8. Opu Topessu - Penasehat
9. Manrapi - Penasehat
10. Dg. Pabilla - Penasehat
11. SittiSahra - Pembantu Kesehatan
12. St. Mina Suttara - Pembantu Kesehatan
13. Alie Suttara - Pembantu Kesehatan
14. Abd. Aziz - Wakil Kep. Pakan
15. Lanto - Pembantu Umum

SUSUNAN PENGURUS DESA MENDA MASA PRI / PKR

No. Nama Jabatan Keterangan


1. Pabolloi - Ketua
2. Salasso - Wakil Ketua
3. P. Bahtiar - Sekretaris
4. H. Wakkasang - Bendahara
5. Sundeseng - Kpl. Perhubungan
6. Barahima - Perlengkapan
7. Palingei - Penasehat
8. Dg. Situr/Adam - Penasehat
9. Mannaga - Penasehat
10. Meko - Penasehat

331
11. Kombania - Penasehat
12. Parimeng - Pembantu
Perlengkapan
13. Manggopahi - Pembantu
Perlengkapan
14. Sitti Sapiyah - Pembantu Kesehatan
15. Itellu - Pembantu kesehatan
16. Indanuko - Pembantu Kesehatan
17. Palancoi - Kpl. Pasukan PRI /
PKR
18. P. Bahtiar - Wakil Kpl. Pasukan

SUSUNAN PENGURUS DESA WOLO MASA PRI/PKR

1. Abd. Wahab Dg. Pasele - Ketua


2. Tuge - Wakil Ketua
3. Abd. Rahim - Sekretaris
4. H. Muh. Sanusi - Bendahara
5. H. Kambecce - Perhubungan
6. Nanasi - Perlengkapan Ulu Wolo
7. Malla - Perkelengkapan Baba Wolo
8. Lahusaani - Penasehat
9. Abu Bakkar - Penasehat
10. Sitti Saleha - Pembantu Kesehatan
11. Dg. Ngatih - Pembantu Kesehatan
12. Abd. Wahab Dg. Pasele - Kpl. Pasukan
13. Abd. Muing - Wakil Kpl. Pasukan
SUSUNAN PENGURUS DESA ALAHA MASA PRI/PKR.
1. H. Muh. Sanusi - Ketua
2. Muh. Tahir - Wakil Ketua
3. Sumange - Sekretaris
4. Judda - Bendahara
5. Mappa Tukang - Perhubungan
6. Ukkasa - Pengangkutan
7. Bondoala - Perlengkapan
8. H. D.g. Mallira - Panasehat

332
9. Mana - Pembantu Perlengkapan
10. Mustafa - Pembantu Pengangkutan
11. Sitti Hani - Pembantu Kesehatan
12. Sitti Haisah - Pembantu Kesehatan
13. Lele - Kpl. Pasukan
14. Dullahi - Wakil Kpl. Pasukan

D. PENGALAMAN DAN PENDERITAAN PAHIT SUATU


KELUARGA

Jika pengalaman danpenderitaan dari keluarga M.Sanusi Dg.


Mattata selama revolusi berkuah-darah di Luwu silukiskan dalam buku
ini maksudnya tak lain, ialah sebagai gambaran dari pengalaman-
pengalaman dan penderitaan-penderitaan pahit yang dialami
olehkeluarga-keluarga dari Pemimpin-pemimpin Pemuda lainnya, di
seluruh Luwu, dan keluarga-keluarga dari anggota Hadat, Kepala-kepala
Distrik dan keluarga-keluarga dari rakyat umum. Malah sebahagian
besar dari Keluarga-keluarga itu, mengalami penderitaan yang lebih
hebat dan lebih menyedihkan dari pada apa yang dialami keluarga
Sanusi.
Dan juga, tidak mungkin dapat menuliskan dalam buku ini, segala
pengalaman danpenderitaan keluarga-keluarga yang lain itu,akan tetapi
dengan membaca pengalaman pahit dari keluarga Sanusi,maka dapatlah
tergambar di mata dunia, betapa beratnya penanggungandan penderitaan
yang menyayat jantung yang dialami oleh keluarga-keluarga rakyat
Luwu umumnya selama revolusi, akibat dari padakekejaman NICA dan
kaki-tangan kaki-tangannya.
Setelah pada malamnya, akan diadakan serangan kepada NICA di
kota Palopo, maka pada sore harinya, keluarga Sanusi meninggalkan
kota Palopo. Mereka hanya membawa beberapa lembar pakaian, sedang
barang-barangnya yang lain, seperti almari-almari yang berisi alat-
alatperjamuan dan alat-alat dapur, kursi-kursi tamu beberapa stel,
mesinjahit yang masih baru, tikar-tikar perbagai macam, diantaranya
tikar permadani,beratus-ratus buku pengetahuan yang penting, dan lain-
lain barang yang berharga.

333
Dalam perahu yang akan ditumpangi keluarga tersebut, ikut
pulaPetta Nabba dan Muaz Ali, guru sekolah Muhammadiyah Palopo
dan lain-lain orang, sehingga perahu itu sarat sekali.
Padakeesokan harinya menjelang waktu magrib, mereka telah
berada di perairan kampungBaeseang wilayah Distrik Ponrang. Di
perairan tersebut, tiba-tibaperahu mereka dikepung oleh sejumlah
perahu-perahukecil yang didayung, muncul dari hutan-hutan bakau.
Perahu-perahu kecil itu memuat 4-5 orang pemuda yang bersenjata
tajam. Mereka dikepung, karena disangka NICA.
Tak dapat digambarkan, betapa kecemasan dan ketakutan mereka,
ketika menyaksikan aksi yang hebat dan senjatayang berkilat-kilat
pemuda-pemuda tersebut. Untuk baik, karena di antar pemuda-pemuda
Basseang tersebut, ada yang mengenali isteri Sanusi, dan ketika
suratSanusi yang dialamatkan kepadaa pemuda-pemuda di Suli
mengenai soalsenjata, maka pemuda-pemuda tersebut terus mundur dan
meminta maaf.
Setelah keluarga Sanusi tersebut berada di Suli, di kampung
halamannya sendiri, sedikit pun mereka tidak merasa aman. Mereka
selalu terancam, karena adanya selalu operasi NICA di Suli
yangmencari keluarga-keluarga pemuda-pemuda, terutama keluarga dari
pemimpinnya. Untuk baik, oleh karena kedatangan keluarga Sanusi di
Suli amat, dirahasiakan, sehingga operasi-operasi N1CA tersebut tidak
mengetahuinya. Akan tetapi kedatangan keluarga itu, lama kelamaan
diketahui juga oleh orang banyak, sehingga keadaannya berbahaya.
Menjelang akhir Pebruari, NICA. di bawah pimpinan Ludo
Kolopita, seorang suku Menado yang telah diangkat oleh NICA menjadi
raja di Bajo, mulai bertindak merajalela, dibantu oleh Majennu, baik di
wilayah Distrik Baja, maupun di lain-lain tempat, memukul dan
menawan banyak orang, laki-laki dan wanita, dan diperlakukan secara
kasar.
Padapermulaan bulan Maret,NICA tambah memperhebat
tindakannya. Dengan demikian, keluarga Sanusi terpaksa lari dari satu ,
tempat ke lain tempat untuk bersembunyi. Sebentar di Kombong
sebentar di Buntu. Dari Buntu lari ke Tallang, terus ke Murante, dan
kembali lagi ke Kombong. Boleh dikata keluarga itu tidak lagi mendapat
kelelapan tidur dan keenakan makansebab setiap waktu selalu terancam

334
oleh bahaya. Kadang-kadang mereka meninggalkan satu tempat pada
waktu tengah malam, jika mereka mengetahui bahwa orang orang NICA
telah mendekati tempat persembunyiannya. Dengan keadaan
yangdemikian, penderitaan mereka semakin memuncak, baik lahir
maupun batin, sebab jika mereka dapat ditangkap oleh NICA, tak
tahulah apa yang akan menimpa mereka, karena keluarga-keluarga yang
demikian itulah yang amat dipentingkan oleh NICA. Oleh karena itu,
siang malam setiap mereka habis bersembahyang,mereka selalu
memohon perlindungan Allah s.w.
Pada masa itu, Andi Makkulau dan Andi Mangile, Ketua Umum
dan Ketua III Pemuda Republik Indonesia, berada di
daerahPatampanualebih dahulu dari pada kedatangan Datu di sana.
Keduanya tidak begitu perlu bersamaDatu ke Patampanua, karena
keduanyaberpendapat bahwa anggota-anggota Hadat dansejumlah
pemimpin pemuda, telah cukup mendampingi Datu. Jadi mereka lebih
dahulu ke pantai timur teluk Bone, untuk mengatur hal-hal yang perlu
dan kemudian mereka bermaksud menyeberang ke Jawa untuk meminta
bantuan dan melanjutkan perjuangan, jika memang sukar untuk kembali
ke Sulawesi. Dalam perjalanan keduanya untuk melanjutkan
maksudnya, keduanya ditawan oleh NICA di kampung Tanrutedong
(Wajo), dan terus dilemparkan ke dalam penjara Makassar.
Sebelum Andi Makkulau dan Andi Mangile meninggalkan
kampung , Toaha di mana keduanya tinggal, lebih dahulu disuruhnya
seorangkeluarganya yang bernama Tomasseua, dan Ali berangkat ke
Suli untuk menjemput keluarganya Andi Mangile. Dan dipesankan
kepada Tomasseua tersebut, supaya mencari juga keluarga Dg. Mattata
danNICA secara kejam.
Atas pertolongan TUHAN Yang Maha KuasaTomasseua dengan
teman-temannya tiba di Suli pada waktu malam secara diam-diam. Dan
dengan secara rahasiapula ditanyakannya keluargaDg Mattata, kalau-
kalau mereka berada di Suli. Orang mengatakan, keluarga itu kiniberada
dikampung Cerekang bersembunyi, dan telah beberapakalihampir
tertawan oleh karena NICA telahmengetahui bahwa mereka ada di Suli,
sehingga NICA setiap hari melakukan operasi di Suli dan
sekitarnya.Akan tetapi, atas perlindungan TUHAN Yang Maha Pengasih

335
kepada hambanya, maka tidak ada seorang pun penduduk yang mau
membuka mulut menerangkan di mana keluarga itu berada.
Demikianlah, sesudah Tomasseua memuat keluarga Andi Mangile
yang terdiri sepuluh orang yaitu, Opu Dg Mabau,Andi Busra,
AndiMameng,Andi Besse,Ecallu dan lain-lain,dikawah oleh
MalluniungOpuTomappeati, maka berangkat pulalah ia ke Cerekang di
waktu malam gelap untuk mengambil keluarga Dg Mattata yang dikawat
oleh Ramli Yacob Dg.Pewanta, Said Tola danJumaid. Pada malam itu
juga, mereka terus berlayar menuju Patampanua.
Malang bagi mereka karena pada malam itu, badai bertiup dengan
kencang sehingga perahu mereka hanyut ke utara jurusan malili,
terlempar jauhdari tujuan semula. Beberapa kali perahu
itu,nyaristenggelam karena besarnya ombak dankarenaamat sarat
muatannya. Selama mereka dipermainkantopan sedikit pun merekatidak
dapatmemakansesuatu karena diserang mabuk laut yang hebat. Tapi
mereka selalumenguatkan hati danbertawakkalkepada TUHAN benar-
benar mereka mendapat ujian yang berat dariAllah Yang Maha Kuasa.
Berkat rasa pertanggung jawab dariTomasseua sebagai nakhoda
perahu sehingga sepanjang malam tidak pernah, terpejam matanya
pelahu sehingga sedikitpun, menjaga kemudi dengan hati-hati,
sekali,dan Opu Tomappeari sebagai orang tua yang memerintahkan
Ramli Yacob azan, sampai pada waktu pagi, mereka selamat mendekati
pantai Bulu-PoloE dekat kampung Lampia (Malili). Waktu itu
gelombang masih besar alunnya, sehingga hampir, tidak ada orang, yang
bangun. Mereka tidur dengan mengikatkan diri masing-masing kepada
perahu, supaya jika mereka mati, mayatnya masih mudah diperoleh.
Jam 09.00 pagi baru gelombang reda. Karena mereka merasa
belumsehat benar maka mereka singgah beristirahatdi tepi pantai yang
berpasir putih, sambil memperbaiki segala yang rusak. Setelah mereka
merasa segar, mereka terus berlayar ke jurusan timur, dan pada waktu
ashar mereka singgah lagi beristirahat dekat kampungTolala, untuk
mandi dan mengambil air minum pada satu sungai kecil.
Dengan tidak diketahui, maka sejak mereka mulai singgah di
sungai kecil ini, gerak-gerik mereka telah diperhatikan oleh sejumlah
pemuda yang bersembunyi di hutan-hutan bakau yang
bersenjatakantombak dan keris, karena pemuda-.pemuda tersebut

336
mengira,muatan perahu ituadalah keluarga NICA, karena itu perahu itu
terdapat seorang pemuda keluarga Sanusi bernama Junaid Ahmad yang
sangat hitam kulitnya sehingga dia disangka orang Ambon.
Pada waktu Pemuda Tolala tersebut siap untuk menyerbu
keluargatersebut, tiba-tiba Junaid yang disangka orang Ambon itu,
berdiri diatas perahu melakukan shalat Ashar, dan diikuti lain-lain orang
dalamperahu tersebut, maka pemuda-pemuda tersebut tertegun dan ragu,
danmenunda maksudnya. Kemudian pemuda-pemuda itu keluar
daripersembunyiannya dan berjalan seperti biasa menuju
perahuTomasseua, untuk mengitahui lebih jelas siapamereka. Setelah
mengetahui isi perahu itu, pemuda-pemuda itu minta supaya perahu itu
singgah di tanjung yang bergunung batu, supayamereka
diperiksaitu.Demikianlah, mereka singgah di tanjungtersebut sebagai
orang tawanan. Dari dalam perahu, kelihatan dengan jelas di atas
tanjung batu itu beratus-ratus pemuda yang bersenjata lengkap. Di
antara pemuda-pemuda itu, terdapat saudara Suleman Umar,yaitu
Ibrahim Umar, yang mengenal dengan baik keluarga Sanusi. Dengan
demikian,maka keragu-raguan pemuda itu, hilang sama sekali.
Kemudian pemuda-pemuda itu minta dengan hormat, supaya
rombongan itu mendarat sebentar, jika tidak hendak bermalam karena
mereka hendak memberi penghormatan kepada keluarga pemimpinnya.
Akan tetapi permintaan ituditolak dengan baik oleh isteriSanusi, dengan
alasan waktu sudah malam, sedang perjalanan mereka masih jauh, dan
harus secepat-cepatnya tiba di Toaha.
Keesokan harinya, tibalah mereka dikampung Toahadengan susah
payah karenakampungitu jauh daripantai, sehingga mereka berjalan kaki
menempuh lumpur, rawa-rawa sepanjang kira-kirk 10 km.
Pada hari kedua kedatangan keluarga Sanusi tersebut, dua orang
Pemuda Toaha datang ke Lanip, memberitahukankepada Sanusi,
kedatangan keluarganya.
Pada hari itu juga, Sanusi menyuruh beberapa pemuda Lanipa
dengan bersenjata, untuk menjemput isteri dan anaknya di kampung
Toaha. Karena Sanusiwaktu itu berada di kampung Loho-loho memberi
penerangan kepadarakyat, maka tak lama kemudian, dapatlah iabertemu
kembali dengan keluarganya.

337
Di Lanipa Mereka harus mengurusmakanannya sendiri,
karenakadang-kadang ia ditinggalkan berhari-hari lamanya oleh
suaminya,berhubung tugasnya yang selalu berjalan ke sana - ke mari.
Demikianlah,keadaan hidup keluarga Sanusi sampai pertengahan bulan
Maret.
Merasai keadaanhidup yang demikian itu, maka Sanusi
bermaksud memindahkankeluarganya itu ke kampung Toaha kembali,
berdasarkan dua pertimbangan. Pertama, di Toaha keadaan makanan
lebih mudah sedikit didapat, dan kedua, daerah tugasnya, lebih luas ke
bahagian timur, sehingga jika Sanusi pergi tidak akan begitu jauh
terpisah dengan keluarganya. Setelah maksud itu disetujui keluarganya,
maka pada suatu hari berangkatlah keluarga itu ke Toaha, setelah lebih
dahulu mengucap banyak terima kasih kepada La Werru kepala
kampung Lanipa yang baikhati dan berani itu.Sebelum berpisah, Sanusi
memberi pesan kepada La Werru supayaa selalu waspada, karena
menurut pendapatnya, tidak akan lama lagi pasti datang di kampungini
operasi NICA yang tentunya menyamar sebagai teman kita. Apa yang
dikatakan Sanusi itu benar-benar terjadi setelahsehariia meninggalkan
Lanipa. Satu operasi NICA yang menyamar sebagai pemuda, dan setelah
tiba di pantai, NICA telah melepaskan tembakan, kemudian ia
membakar habis perahu-perahu yang ada di pinggir paritai.
Pada waktu itu, mulai terasa sukarnya makanan, oleh karena
hutan-hutan sagu jauh letaknya, sedangkan yang dekat telah habis
ditebang untuk keperluan orang banyak. Akhirnya keluarga itu pindah
lagi ke kampunig Kosali, karena dipanggil oleh Kepala Kampung
Kosali, sebagai keluarga dari isteri Sanusi.
Pada mulanya, keadaan mereka ada sedikit baik, akan tetapi,
kelihatan penduduk kampung itu ada di antaranya Yang kurang baik,
lebih-lebih jika Sanusi tidak ada di kampung. Seorang di antara mereka
itu berniat jahat terhadap anak perempuan Sanusi yang baru berumur 12
atau 13 tahun. Untung baik Sanusi tidak diberi tahu oleh isterinya
tentang maksud Jahatorang itu. Sekiranya Sanusi tahu, mungkin orang
telah mati terbunuh pada waktu itu.
Kesengsaraan dan penanggungan keluargi itu tiba di
puncaknya,setelah Sanusi tertawan bersama Datu di benteng Batu-Pute.

338
Pada saat itu, keluarga Sanusi tersebut, diusir oleh
Kepalakampung Toaha yang memanggil keluarga itu ke kampungnya
dahulu. Pengusiran itu, disebabkan oleh karena beberapa meter kain
kepunyaan Andi Kasim yang disimpankepada kepala kampung tersebut.
Kain-kain itudiambiloleh pasukan-pasukan pemuda yang lalu di tempat
itu untuk mencari tempat lain, berhubung benteng Batu-Pute telah jauh
kepada musuh.Kepada kampung itu menuduh, bahwa keluarga Sanusi
yang memberitahukan pasukan-pasukan itu adanya kain terebut
disimpan Kepala Kampung tersebut. Dengan prasangkanya yang salah
itu, sehingga kepala kampung marah dan mengusir keluarga tersebut
kaluar dari kampungnya. Pada waktu itu, keluarga tersebut tidak
mempunyai lagi sepersalin pakaian, kecuali yang melekat dibadan.
Perhiasan emasnya yang dapat ditukarkan dengan kain telah dirampas
pula tentara Andi Kasim, berhubung dengan satu insiden dari persoalan
kain Andi Kasim pula (lihat insiden itu di lain bagian).
Kemanalah mereka hendak pergi. Makanan tidak ada lagi,
pakaian yang melekat di badan sudah sangat rapuh, sedikit saja bergerak
robek lagi, apa lagi kekuasaan pemuda telah hilang karena Datu dan
sejumlah pemimpin pemuda telah tertawan oleh Belanda. Benar-benar
keadaan keluarga itu sangat menyedihkan. Maka dengan air mata
bercucran, terpaksa mereka berangkat denga tujuan yang tidak tentu.
Tapi mereka harus menguatkan hatinya, dan bertawakal kepada
TUHAN, menyerahkan nasibnya kepada Allah Rabbal Alamin. Dalam
keadaan berkeliling di sekitar kampung Kosali itu, mereka tidur di tepi
hutan jika malam telah datang, sehingga mereka nyaris tertawan oleh
NICA yang telah memulai operasinya di kampung tersebut. Takut
diketahui oleh NICA, maka pada suatumalam,mereka berangkat
meninggalkan kampung tersebut, menuju pantai ke rumah saudara
Tpmasseuwa, seorang tua yang baik hati. Beberapa hari disitu, mereka
pindah lagi ke kampung Batunong, karena di sana ada seorang
pemilihnya. Beberapa hari di sana, kembali lagi ke rumah saudara
Tomassuwau. Demikianlah cara mereka, supaya orang-orang yang
ditinggalkan menumpang jangan mereka jemu dan jengkel. Berpindah
dari satu kampung ke lain kampung pada masa itu, bukanlah suatu
perjalanan yang enteng, apa lagi bagi kaum wanita.

339
Pada bulan September atas ajakan saudara isteri Sanusi keluarga
tersebut secara diam-diam, berangkat pulang ke Suli. Untung baik bagi
mereka, karena Kapala Distrik Suli di waktu itu, ialah Mattalunru,
termasuk keluarga yang dekat dari isteri Sanusi, sehingga kedatangan
mereka di Suli, tidak dilaporkan kepada NICA di Bajo. Kepala Distrik
itu, bertanggung jawab adanya mereka di Suli.
Demikianlah, atas perlindungan TUHAN Yang Maha kuasa,
mereka selamat, dengan arti kata, mereka tidak pernah tertawan atau
bertemu dengan seorang Belanda, ataupun kaki-tangannya yang
senantiasa memburu-buru keluarga pemuda, sampai Belanda mengakui
kedaulatan Indonesia.
Inilah sedikit riwayat penderitaan dan pengalaman-pengalaman
pahit keluarga Sanusi selama ini, terutama penderitaan bathinnya,yang
selalu rasah-gelisah, karena tajut ditawan oleh NICA yang kejam itu.
Acap kali pengalaman itu meneteskan air mata, karena keluarga itu
menderita kesukaran dan kesengsaraan, bukan lantaran Belanda saja,
akan tetapi turut pula di dalamnya bangsa kita, ya, keluarga sendiri yang
berpisah kepada Belanda, melakukan kekejaman.

E. BEBERAPA KEKEJAMAN NICA DALAMBULAN PEBRUARI


DAN MARET

Atas kerja samayang baik antara Pemerintah Kerajaan dan PKR,


dapatlah diadaikan secara cepat berbagai-bagai tindakan dan usaha, guna
kepentingan seluruh rakyat.
Dari Batu-Pute, dikeluarkandan disampaikan berbagai macam
perintah ke selaruh daerahkerajaan tertutama ke sektor baret, seperti
perintah mengenai soal makanan rakyat, keamanan, pertahanan, soal-
soal sosial dan lain-lain. Sementara itu, Sanusi dengan dua orang
anggota penerangan pemuda yaitu:M.Ramli Yacob dan Junaid Ahmad,
Mendatangi seluruh daerah Patampanua,untukmenganjurkan kepada
rakyat supaya mereka bersabar dan bertahan, sebab dalam perjuangan ini
hanya golongan yang panjang nafas dapat menang. Dan di tiap-tiapyang
mungkin dilalui oleh air, ditempatkan pamflet propaganda yang ditulis
denganletter-letter besar, maksudnya mengajakbangsaIndonesia yangada
di dalam tentara KNIL, supaya segera memisahkan diri dari Belanda.

340
Pada bulan Maret untuk pertama kalinya StarPKR mengirim
Suatu expedisi yang kuat ke sektor barat, untuk menggempur NICA,
supaya Belanda mengetahui bahwa perjuangan rakyat Luwu, tidak
padam malah tambah bernyala-nyala. Expedisi itu, dipimpin oleh M.
Yosep.
Meskipun expedisi ersebut tidak seberapa hasilnya, ditinjau dari
segi materieel, akan tetapi dari segi moreel, terang menghasilkan satu
keuntungan yang berarti, karena sedikit banyak, Belansa dan semua
kaki tangannya mengetahui dan merasa, betapa keteguhan keyakinan
rakyat membela kemerdekaannya. Pula hal ini, sedikit-banyak
bepengaruh langsung dan memberi kekuatan semangat kepada
perjuangan Republik Indonesia di pusat yang tengah,bertarung dengan
Belanda (hasil expedisi ini, lihat di lain bahagian).
Meskipun rakyat Indonesia melakukan perlawanannya kepada
Belanda, berdasarkan hak dan keadilan yang harus dibenarkan oleh tiap-
tia p bangsa, tokh kekejaman Belanda merajalela turut.
Di bawah ini, penulis turunkan berbagai macam kekejaman NICA
kepada rakyat Luwu, yang terjadi pada bulan Pebruari dan Maret.
Masamba and environs, Febraart 1946.
300houses were burnt down, 200 men were toutured to death, a.o.
Idrus Usman, offcial of the Republican post office at Masamba; his head
wasskinned, a bayonet stabbed into his chin was so broughtto the
market-place to exhibited to the publik and afterwards stabbed with the
bayonet untill he died.February 1946.
1. Leaders among women put in jail all their belongings
werelootd Even the gold artificial teeth were pulled off. The
earsof the young girlsworking in theRepublicanoffice(Andi
Kasim) were torn apart, because her ear-rings pullod off
forcibly.
According to the statemen of Andi Mattulaga (at present living at
Kolaka), all these robbries done by order of the NICA (Klerk P.,
A.I.B=Acs).
2. The detained women were arouses dayly by putting the point
of the bayonet on their stomach.
3. According to a prosecuter Ali Kolaka akll the men were
arrested by cap tain Abeng and without trial theywere lined up

341
alongthebeach andsomachine-gunned end for month dead bodies
couldbefound on the spot.
4. All the imam (reliqious official) in campong beyond
Kolaka were killed a.o. Iman Rate-rate, Iman Mawewe,eto,because they
served the cause of freedom.
5. Manggue, an officialofPamala, was killed andhiswife taken
away

Maret 1946.
1. Andi Kasim,vice-chairmen of PRI and andi Hajaje, member
of the board, of directors of the same party at Masamba, werw arrestod
at Siwa (Wajo), brought to Palopo and Exhibited to the public and
afterwards brought to compang Patane, (about 2 km from Palopo) were
the two men ware pieraed with the bayonet till they dies.
2. Opoe Ambena Tanringeng was captured and detained at
Palopo. This oldman of 50 years was tied with a piece of rope around his
throat and so, pulled by jeep around the town till he died.
3. When mopping up actions were carried out by the Knil-
troops at Pombakka (about 15 km from Palopo) the assistent campong
head with his family was Rilled in a horrible way. Valuables (gold
articles etc, were looted and afterwards-some houses were burnt down.
4. Majenun, a NICA-spy together with Vonk, Assisten Resident
of Locwoe went to the village Patedong and Lanipa, fierd at the people,
captured persons end looted properties. Majenun then went to the village
Pasampo, caught a men,bound him, put him on the ground andstabbed
him with the bayonet.
5. In Bajo district (South of Palopo) Knil-troops assisted by
theirnorious spies, Ludo Calpita and Majnoen fired at the people,
captured persons and looted valuable. A women, 70 yeaws old, Dg
Risajoe by na me was captured an put up in dirty room for one month
owing to the fact thet her sons (H.Abdulkadir, Koerais and Maming)
wers fighting for their country. Every day she had to run around an open
field. Ludo Cal pita was appointed sultan at Bajo by the knil and he
captured the wives of the members of the youth- organisation.
In public left them take off their clothes, and many women have been
violeted, He axamined the women while he lying in his bed.

342
March 3 - 1946.
The telephone-operater mallebang at Palopo was stabbed with aba
yonet and his cut off till he died. It heppened at ponrang,20 k.m,
formPalopo.
March 17 -1946.
The houses of ahe population at Palopo as well as the houses in
Soeroetanga village in Palopo were removed by the Knil-troops to
neighbourheed of their campong. Houses wich were to large to removed,
were destroyed. The Knil and their spies were looted the properties of
Andi Makkulaoe, Opoe Tonisilele and others.
March 7 -1946.
The Knil-troups, from Malili and Palopo assisted by their spies:
the campong-head of Lampia, L.T., O.T. from Lampia, 3 km from
malili, fired at the people, burnt down some houses, looted vuluable and
aproas. Such happen at pakoee, Lanipa, Lelewewo and Tolela and
Latoos. Casualties amounted to about 200 men; valuable, amounting to
ane mil lion guildans were loat, 172 houses were burnt down. About
130 proas were burnt down and bout 70 proas taken away.

March 1946.
1. M. Mare (marchant) was shot down frombehind by a NICA
spy Powatu by name, while his was feeding his hens. Hes
belongingswere looted.
2. Imam Kolaka (Haji Abdurrahman) was given quantities of
water to drink afterwards was trempled on his stomach.
3. At Soea-soea campong-men were burnt to death to gethewith
their houses. _ .
4. Dg. Parani, a rich. marohant from. Tegal (Jawa), was fired at
because he rich. Afterwardehos belonginge were looted.
The name of the soldier who fired et him was .Yacob.
5. Dg. Malewa, a rich marchaftt from Tolala was killed and
afterwards his belongings to avalue of thousands of'guilders werw loo-,
ted.
6. Abdulhamid from Mala-Mala wasbound with apiece of
ropeand stabbed with the bayonet and dead body was left in the straet.

343
7. All men, old and young, who served the- cause of freedom.
were put in to custody and tortured each day, the ayes of one of
themcoming from Kanawake were pulled out.
Artinya :
Masamba dan sekitarnya, Pebruasi 1946.
300 rumah telah dibakar habis, 200 laki-laki dianiya sampai mati,
di antaranya, ialah Idris Usman pegawai Republikdari kantor pos
Masamba Kepalanya dikuliti lantas dadanya ditikam
bayonet,barudibawa ke pasar untuk dipertontonkan kepada umum
sesudah itu diaditetak dengan bayonet sampai mati.
Pebruari 1964.
1. Di antara pemimpin-peminpin wanita, disimpan di penjara,
dan semua kepunyaannya dirampok, meskipun gigi mas mereka dicabut
juga. Kupingdari seorang wanita mode yangbekerjadi kantor republik
(Andi Kasim), robek karena anting-anting dicabut secara paksa.
Menurut keterangan Andi Mattulaga (sekarang tinggaldi Kolaka)
semua perampokan ini dilakukan atas perintah NICA (Klerk P., AIB,
AC cs)
2. Wanita-wanitayangditahan, setiap harinya padawaktu mereka
bangun, selalu diancam dengan ujung bayonet di atas perut mereka.
3. Menurut seorang jaksaAli Kolaka, semua orang yang ditahan
oleh Kapitein Abeng, dan tidak ada pemeriksaan lebih dahulu, mereka
dibersihkan sepanjang pantai, lantas disiram, dengan senapan mesin,
sehingga berbulan-bulan lamanya mayat-mayat mereka itu masih bisa
ditemukan di tempat tersebut.
4. Semua iman ( pegawai Agama) di kampung-kampung di
sekitar kolaka, telah di bunuh, diantaranya iman Rate-Rate, iman
Mawewe dan lain-lain, lantaran mereka membela kemerdekan.
5. Manggu seorang pegawai dari pemala, telah di bunuh, dan
istrinya di bawah pergi.
Maret 1946.
1. Andi Kasim Wakil Ketua PRI (Pemuda Republik Indoneasia)
dan Andi Hajaje anggota dari badan tersebut, dan kepala dari party yang
sama di Masamba, dikatakan di Siwa (Wajo) dan dibawa ke palopo,
Lantas dipertintonkan kepada orang banyak, dan kemudian dibawa ke

344
kampung Patene (kira-kira 2 km dari Palopo), lantas mereka dipotong-
potong dengan bayonet sampai mereka mati.
2. Opu Ambena Tanringeng dan ditahan di Palopo. Orang tua
yang berumur 50 tahun ini, diikat dengan tali pada lehernya baru ditarik.
dengan jeep keliling kota sampai dia mati.
3. Pada waktu Knil melakukan aksinya di kampung Pombakka
(kira-kira 15 km dari Palopo), maka pembantu Kepala tersebut bersama
dengan keluarganya,dibunuhsecara kejam sekali. Hartanya yang
berharga (perhiasan, emas danlain-lain dirampok,kemudian dari pada itu
beberapa rumah dibakar).
4. Majnun seorang mata-mataNICA besama dengan Vonk A.R.
Loewoe, berangkat kekampung Patedong dan Lanipa, menembaki
rakyat, dan merampok harta benda mereka. KemudianMajnun pergi ke
kampung Pasampo, menangkap satu orang dan mengikatnya, lalu
dilemparkan ketanah,baru ditikam dengan bayonet.
5. Di Distrik Bajo (sebelah selatan Palopo), maka tentara Knil di
bantudengan mata-matanyayang utama, yaitu Ludo Kalpita dan Majnun,
menembaki rakyat, dan menangkap orang lantas merampok harta
bendanya yang berharga. Seorang wanita umur 70 tahun bernama Dg.
Risaju, ditangkap dan ditutup dalam satu kamar yang kotor sebulan
lamanya, lantaran anak laki-lakinya (H. Abdulakadir,Kurais dan
Maming) berjuang untuk negerinya. Tiap-tiap hari ia harus berlari
keliling di satu tanah lapang yang terbuka.
Ludo Kalpita, ditunjuk oleh Knil sebagai Sultan di Bajo,
menangkapiisteri-isteri anggota organisasi Pemuda. Mereka disuruh
bertelanjang di muka umum, dan banyak di antaranya yang telah
dipaksa. Ia memeriksa wanita-wanita, sementara ia berbaring di
ranjangnya.
3 Maret 1946
Operator telponPalopo nama Mallebang ditikam, dengan bayonet,
dan kupingnya dipotong sampaiia mati. Kejadian itu, ialah di Ponrang
20 km dari Palopo.

17 Maret 1946

345
Rumah-rumah rakyat di Palopo, seperti rumah-rumah di kampung
Surutanga dalam kota Palopo, tetah dipindahkan ke dekat kampung
mereka. Rumah yang terIalu besar untuk dipindahkan, dirusakkan saja.
Tentara dengan mata-mata mereka merampok harta benda andi
Makkulau, Opu Tosinilele dan lain-lain orang.
7 Maret 1946
Tentara Knil dari Palopo dan Malili, dibantu dengan mereka
punya mata-mata, yaitu, Kepala Kampung Lampia LT, OT, dari Lempia
3 km dari Malili, menembaki rakyat dan membakar beberapa rumah,
merampok harta benda yang berharga, dan juga perahu-perahu. Kejadian
yang demikian itu, dilakukannya juga di Pakua, Lanipa, Lelewawo,
Tolala dan Latou. Sejumlah 200 orang yang dianiaya, dan harta benda
yang berharga jutaan rupiah telah hilang. 177 rumah terbakar, kira-kira
130 perahu dibakar, dan 70 buah dibawa pergi.
Maret 1946.
1. M. Mare (seorang saudagar), ditembak dari belakang oleh
mata-mata NICA yang bernama Powatu, sementara ia memberi makan
ayamnya. Kepunyaannya semua dirampok.
2. Imam Kolaka (Haji Abdurrahman) diberi minum air banyak
sekali, dan sesudah itu perutnya dipukuli.
3. Orang-orang kampung di Sua-Sua dibakar sampai mati
bersama rumah mereka.
4. Dg. Parani (Seorang pedagang dari Tegal Jawa), ditembak
karena ia seorang kaya. Sesudah itu, semua-harta bendanya dirampok.
Nama serdadu yang menembaknya, ialah Yacob
5. Dg. Malewa, seorang pedagang yang kaya dari Tolala
dibunuh, sesudah itu hartanya yang berharga beribu-ribu rupiah
dirampok.
6. Abdulhamid dari Mala-mala, diikatdengan tali,lemudian
ditikam denganbayonet, dan mayatnya ditinggalkan dijalanan.
7. Semualaki-laki, tua dan muda yang membela
kemerdekaanditahan di tempat yang kotor, dan setiap hari dianiaya.
Seorang dari mereka yang datang dari Kanawake, dikeluarkan matanya.

346
F. KEADAAN DALAM BULAN APRIL.

Sesudah pertempuran dua kali berturut-turut di dekat benteng


Batu-Batu, maka situasi semakin hangat, sebab adalah suatu kenyataan,
bahwa meskipun demikian hebatnya serangan dan kekejaman NICA,
sedikit pun tak ada terbayang di muka rakyat dan pemuda-pemudanya,
rasa ketakutan, kesulitan dan kesusahan, malah semangat merekatambah
bernyala-nyala.
Ekpedisi yang dikirim PKR ke sektor barat pada bulan Maret,
misalnya pertempuran di Balambang, Buntu Terpedo, Cappasolo dan
lain-lain tempat, menambah keteguhan hati rakyat. Dan ekspedisi
tersebut juga telah merampas beberapa senjata dan membebaskan orang
yang ditawan NICA.
Atas persetujuan pemerintahkerajaan, maka Staf PKR untuk
kedua kalinya, mengirim lagi satu expedisi ke sektor timur di wilayah
Kolaka di bawah pimpinan M. Yoseph.
Di samping pertempuran-pertempuran yang dilakukan expedisi
Yoseph, terjadipula beberapa pertempuran di bawah pimpinan Landau
Dg. Mabate, seperti di Pattimang, Pangalla, Todengeng, Lamiko-miko
dan lain-lain.
Tindakan lain yang dilakukan, yang mengirim surat kepada
pemerintah Republik Indonesia, menceriterakan keadaan perjuangan
rakyat Luwu, dan mengharapkan bantuan senjata, perbekalan dan lain-
lain keperluan.
Dalam pada itu, bahagian perbekalan berusaha terus
mengumpulkan berbagai-bagai makanan, sehinggabarang siapa yang
menyaksikan keadaan di waktu itu, pasti merasa kagum melihat
kegigihan rakyat menentang Belada.
Sementara itu, kekejaman NICA berjalan terus. Di bawah ini, kita
turunkan beberapa kekejaman NICA yang baru.
April 1946.
Copral Sayo from Minahassa of the Intelligences Service captured
elevan schools-pupile et Boea, 12 km from Palopo a.o. La Baraja age 10
years, La Mange age 12 years, La Salundu, age 12 years, without trial
they were bound and brought to Palopo.

347
La Kaja, leader of PRI section Ponrang who was ditained in jail at
Palopo or Teroedgkoe was forced to dig a pit by force of bayonet on his
bach. He also buried the dead bodier of in school-childran saidabove.
One of them kept alive for the purpose of using to denounce persons
who have been evacuated. This boy IaParungbyname end 17years old
escaped when he was brought to Boear.
Later he was captured again and afterwards was shot down in
public.
Arinya :
April 1946.
1. Kopral Sayo dari Minahassa dari bahagian penyelidik,
menangkap 11 orang murid sekolah di Bua 12 km dari Palopo, di
antaranya: La Baria umur 10 tahun, La Manga umur 12 tahun, La
Salundu umur 12 tahun, dengan tidak ada pemeriksaan lebih dahulu,
mereka dibawa ke Palopo.
La Kaja, pemimpin PRI Cabang Ponrang, yang ada ditahan di
penjara Palopo, dipaksa menggali semur dengan ancaman bayonet di
belakangnya. Dia juga yang disuruh mengubur mayat dari 10 anak
sekolah tersebut, di atas, yang telah dibunuh dengan meletaknya 1
dengan bayonet yang dilakukan oleh Kopral Sayo. Seorang dari mereka
itudihidupkan dengan maksud untuk dipergunakan menunjuk orang-
orang yangmenyingkir. Anak itu bernama La Patung, Tetapidibawa ke
Bua, La Parung melarikan diri. Tapi kemudian tertangkaplagi, lantas
ditembak di muka umum.
2. Aboy,La Supu, 9 years oldran along thebeach at boea,
callling for his father, Dg. Madanreng who was pursued bytheKnil
troops. As he father could not be caught, that lettle boy was killed
anddead body thrown into sea.
Arttaya :
2. Seorang anak 1aki-laki, bernamaLaSupu, umur 9 tahun, di
suruh berjalan sepanjang pantai Bua untuk memanggil bapanya yang
bernama Dg. Madanreng yang sedang diburu oleh tentara Knil. Oleh
karenabapanyatidak dapat ditangkap, mata anak kecil tersebut dibunuh,
dan mayatnya dilemparkan ke laut.
3. A young girls, A.A. 14 years old, daughterof a district hoad,
while, she was at the point entering a proa to evacuate was fired et by

348
the Knil troops and was hit her thigh. She vas captured and was taken to
hospital at Palopo. In that hospitil she was violeted by Knil soldiers.
Artinya :
3. Seorang gadis muda, bernama A. A. 14 tahun umurnya anak
dari seorang kepala Distrik, sementara iahendak naik perahu untak
menyingkir lantas di tembak oleh tentaraKNIL dan luka pada pahanya.
Dia ditangkap dan dimasukkan di rumah sakit Palopo. Di rumah sakit itu
ia dipaksa oleh tentara KNIL.

PATAMPANUA, April 1946.


Knil-troops from Kendari under Kapitein Abeng, liuetenan
Biaschop burnt down houses, looted properties end killed people.
The member of houses, burnt down was at Wawo 200, at La Sua-
Sua 200, at Mala-Mala 70, at Pakue 100, at Latooe 2,0, at Lelrwawo Z,
and at Tolala 50.
Casualities : It Sua-Sua about 20 men killed, 2 women were burnt
down to death together with their houses and who were old and ill.
At Tolala, 30 men killed: 200 persons parted from their men,
wives and children who atill needed breast-feoding, so that a number of
babies died while the mother were taken to Malili, a.o. A.M.
The properties of Haji Ambo Bagenda, well-known for his wealth
thought out Loewoe, were looted at Wolo, Mala-Mala and Tolala.
Artinya :
PATAMPANUA, April 1946.
Tentara Knil dari Kendari di bawah pimpinan Kapiten Abang dan
Letnari Bisschop membakar rumah-rumah, merampas harta benda
danmembunuh rakyat.
Jumlah rumah yang dibakar, di Wawo 200 buah, di La Sua-Sua
200,di Mata-Mala 70, di Pakoee 100, di Latooe 20 Lalewawo 2 dan To-
lala 50 buah.
Yang teraniaya di La Sua-sua 20 orang terbunuh, dan dua dari
mereka itu terbakar bersama-sama dengan rumahnya, lantaran tua dan
sakit. Di Tolala 30 orang terbunuh. 200 orangdiceraikan dengan lakinya,
padahal isteri-isteri itu masih sangat perlu menyusui anak-anaknya,
sehingga sejumlah anak-anak yang masih menyusu meninggal, karena
ibu-ibu mereka dibawa ke Malili dihadapkan kepada A.M.

349
Harta benda Haji Ambo Bagenda seorang yang terkenal kaya di
seluruh Luwu, dirampok, baikhartanyayang ada di Wolo, maupun yang
ada di Wawo, Mala-Mala dan Tolala.
Siwa and anviros, April 1946.
1. La Mide district-head of Siwa, notorius for his eruelties
together with Knil-troops maltreated the people who declared their
attitude towards the Indonesian Indenpendence were compelled to look
streight into the sun for days en and on their neck a board was hung:
This man live in freedom. Their bedies were bound with ropes and
afterwarde trampledupon and thay were forced te drink betrelfuls of
water, a.o. Andi jaja was toutured till he died.
When the NICA occupied the Larompong-district, the said La
Mide was appointed as howl of the district. The Republican distrlct head
at Larompong, Andi Mahmoed, was captured and without trial his cars
were cut off and the women in the village were assaulted.
2. A young man, member of the PKR (peace presorvation
Corps), Manoniwho died during the clashes at Tarooe (Masamba) was
diskin ned and his flash wascut into pieces.
Artinya :
Siwa dan sekitarnya, April1946
1. La Mide, kepala Distrik Siwa, yang terkenal kekejamannya
bersama-saiua dengan tentara Knil menganiaya rakyat. Beberapa orang
yang menegaskan sikapnya terhadap kemerdekaan Indonesia,
dikumpulkan di bawah panas matahari untuk berhari-hari lamanya. Di
atas lehermereka digantungkah papan yang ada tertulis perkataan :ini
orang hidup dalamkemerdekaan. Badan mereka diikat dengan tali, dan
sesudah itu dibanting dan menengadah, lantas mereka minum air dari
barrel yang penuh air, di antaranya ialah Andi Jaja yang dianiaya sampai
ia mati.
Waktu NICA menduduki Distrik Larompong La Mide tersebut
ditunjuk sebagai Kepala Distrik Larompong. Adapun Kepala Distrik
republik Larompong Andi Mahmude, ditangkap, dan dengan tidak ada
pemeriksaan lebih dahulu, kupingnya lantas dipotong, dan perempuan-
perempuan di kampung itu dianiaya.

350
2. Seorang Pemuda, anggota PKR. Manguni yang mati dalam
pertempuran di Tarue (Masamba), dikuliti, dan dagingnya dipotong-
potong. .
Aprit 1946.
1. The Knil patrol at Batangtongka-Masamba captured the
wives of the members of the youth-organization and violated them in the
house of the district head which had been evacuated. When the Youths
made a counter-attack against campong, the Knil-troopsrretroated from
bandeng and the Youths succedeed in hialping 3 women from the hands
of the soldiers and it turned out that they were relatives of the districkt
head.
2. Andi Soepri offred himself to be executed on the condition
that hismother-in-law would not be haemed.TheKnil-troops
scceptedthisoffer.AfterkillingAndi Soepri, they capturedhis mother in-
law and latter was killed too. So both werekilled without any trial.
Artinya :
1. Patroli Knil di kapung Sangatongka, menangkapi istri-istri
anggota organisasi pemuda dan mengniaya mereka. Pada waktu pemuda
melakukan serangan balasan di kampung tersebut, maka tentara knail
mundur dari kampung itu, di mana pemuda berhadil membebaskan 3
orang wanita itu dari tangan tentara Knil, dan ternyata menurut
keterangan wanita-wanita itu, mereka adalah keluarga dari Kepala
Distrik.
2. Andi Soepri meminta, rela dibunuh dengan serat bahwa
ibumertuanya tidak akan disakiti tentara Knit menerima
permintaannya.Sesudah Andi Soepri dibunuh, tentara Knil menangkap
ibu-mertuanya, dan kemudian dibunuh. Jadi keduanya dibunuh oleh
Knil dengantidak ada pemeriksaan lebih dahulu.
PALOPO, April 1946.
Moengkasa was detained and all his belongings including clothes
were taken away. Abd. Wahid's, cars were cut off. Ahmad alie was
stabbed with the bayonet inhis things and legs. Many prisoners died
injail.

351
Artinya:
PALOPO, April1946.
Mungkasa ditahan dan semua kepunyaannya termasuk pakaiandi
bawa pergi, telinga Abdul Wahid dipotong. Ahmad Ali ditikam dengan
bayonet, baikbarangnya maupun kakinya. Banyak orang tahananmati
dalam penjara.
April 1946.
1. Opoe Tomapanangi (a merchant) and Andi Pananrang
andHamjah (an official) were killed and their belongings were looted.
2. A woman from campong walo, Saleha, was captured by capta
in Abeng and Pewatoe, then her belonginge were taken away and
herchildren were beaten and afterwardsset free.
3. Saleha Dg. Manerru, a women of 50 years of age, was
stabedwith the bayonet, because her son could not be found.
Arttnya:
April 1946.
1. Opu Tompanangi (seorang pedagang), dan Andi
Pananrangdan Hamzah (seorang pegawai negeri) dibunuh, dan mereka
punyaharta benda dirampok.
2. Seorang wanita dari Wolo, bernama Saleha, ditangkap oleh
kapiten Abeng dan Powatu, kemudian harta bendanya di bawa pergi,dan
anak-anaknya dipukuli baru dilepaskan.
3. SalehaDaeng Manerru, seorang wanita umur 50 tahun,
ditikam dengan bayonet, sebab anak laki-lakinya tidak dapat
diketemukan.

G. SATU INSIDEN YANG MENYEDIHKAN.

Kira-kira setengah bulan sesudah expedisi yang kedua tersebut di


atas berangkat ke daerah Kolaka, maka tibalah beritanya, bahwaexpedisi
itu telah mengadakan 2 kali pertempuran, yaitu di kota Kolaka dan
Pamala. Pertempuran-pertempuran tersebut tejadi dalam buan Mei.
Kabar itu amat menggembirakan, karena dari sudut moreel, Luwu
telah memperlihatkan kepada mata dunia betapa teguhnya tekad dan
keyakinan rakyat Luwu menentang penjajahan.

352
Akan tetapi, tidak lama sesudah berita tersebut tiba di Batu-Pute,
terjadilah suatu insiden yang cukup menyedihkan. Insiden ini terjadi
disebabkan perselisihan pendapat antara PKR Pusat dengan Andi Kasim
dengan kawan-kawannya dari Kolaka. Tapi soal apa yg menjadi
perselisihan itu, tidak diketahui dengan jelas oleh Kepala Penerangan
Pemuda (KR), sebab ketikan itu Sanusi tidak berada di Batu-Pute.
Tapi yang jelas, insiden itu pecah, setelah M. Radhi, Wakil
Ketua PKI mengambil beberapa gulung kain kpunyaan Andi Kasim
yang disimpan dalam hutan disekitar kampung La Sua-Sua.
Dududuknya soal adalah sebagai berikut:
Sanusi yang menjadi korban dari insiden tersebut, sewaktu pulang
dari kampungBatunong menjalankan tugasnya, singgah bermalam
dikampungToaha, dimana keluarganya tinggal. Paginya,ia berangkat ke
Batu-Pute. Setelah ia lalu di muku sebuah rumah di seberang sungai
Toaha, tiba-tiba ia dijumpai oleh M. Radhi tersebut, yang baru semalam
itu juga tiba di Toaha dari kampung La Sua-Sua, menjalankantugasnya.
Dengan tidak disangka-sangka, tiba-tiba Radhi berkata:
Apakah saudara memerlukan beberapa meter kain ?
'Dengan segala senang hati, kata Sanusi. Tapi kain itu dari
mana saudara peroleh ?
Itu, adalah kain persediaan Andi Kasim, Kepala pemerintah
Kolaka, yang beliau simpan pada suatu tempat di sekitar La Sua-Sua.
Bukan main sukarnya perjalanan ke tempat itu, sebab harus melalui
hutan-hutan yang sedang berlumpar. Kain itu disimpan beliau ketika
Jepang menyerah pada Sekutu, kata M. Radhi.
Apakah yang punya telah diberitahukan ? kata Sinusi.
Sudah dibicarakan antara M. Yusuf Arief Kepala Staf PKR dan
Andi Kasim, berhubung pakaian pasukanpasukan kita telah koyak-
koyak dan lain-lain orang sudah banyak yang perlu sekali mengganti
pakainnya, utamanya celana, dan sarung. Itulah sebabaya saya
sendiriyang ditugaskan untukmengambil kain itu jawab Radhi.
Jika begitu, saya memerlukan 6 meter, untuk anak saya yang
sudah sangat rapuh sarungnya. Sedikit bergerak, sarungnya pasti robek,
dan penambalan tidak ada, kata Sanusi.
Setelah Sanusi memperoleh kain itu, ia segera kembali ke pondok
kediaman keluarganya di tepi hutan. Tak dapat dikatakan kegirangan

353
keluarganya, bak pepatah mendapat durian runtuh. Sesudah itu, segera
Sanusi berangkat ke Batu-Pute untuk memberikan laporansebagai biasa.
Belum jauh dari rumah di mana Radhi bermalam, tiba-tiba Sanusi
berjumpa dengan Andi Kasim bersama beberapa orang pimpinan
pemuda Kolaka, dan seorang dua pemuda (Pasukan) yang bersenjata.
Dari jauh Andi Kasim telah mengacungkan pistolnya menuju dada
Sanusi. Segera Sanusi bertanya, ada apa ini, atau Opu hanya bersenda
gurau saja. Andi Kasim tidak menjawab, hanya memerintahkan Sanusi
supaya mengikutinya. Sanusi mengikut, sampai di rumah M. Radhi.
Tiba di rumah itu, A. Kasim memerintahkan M. Radhi turun ke
tanah, dan disuruhnya dengan keras supaya Radhi duduk di tanah
sebagai seorang pengkhianat. Kemudian Radhi diikatnya dengan
sepotong tali dan dijaga dengan keras. Lantas Andi Kasim bersama
rombongannya yang lain menuju rumah keluarga Sanusi. Tetelah tiba di
rumah itu, Andi Kasim terus mengacungkan pistolnya kedada isteri
Sanusi. Kain itu diperlihatkan Sanusi kepada Andi Kasim. Akan tetapi
bukan sajakain itu yang diambil, malah tas rotan yang berisi satu dua
perhiasan emas diambilnya juga, seakan-akan Sanusi dirampok oleh
kawan sendiri, karena Andi Kasim tak mau mendengar dan
mempertimbangkan segala keterangan-keterangan Sanusi.
Demikianlah, kegembiraan kecil yang baru saja pagi itu dirasai,
tidak sampai tengah hari telah bertukar dengan kesedihan dengan
cucuran air mata, oleh karena keluarga itu sedikitpun tidak bersalah dan
diperlakukan pula oleh kawan sendiri secara kasar oleh karena gara-
gara hanya enam meter kain Jepang. Harta benda yang berharga
berpuluh-puluh ribu rupiah, tidak mendatangkan sedikit pun rasa
kesedihan dan kesusahan, pada waktu barang-barang itu dirampok oleh
NICA, karena nica memang adalah musuh besarnya. Akan tetapi ba-
rang-barang keluarga tersebut yang tidak seberapa harganya -itu,
:menimbullcan kesedihan yang menyayat jantung, lantaran dilakukan
oleh kawan sendirl yang bersifat kaku, karena sedikit pan tak hendat
mendengar keterangan-keterangan. Lebih-lebih terhadap kepada M.
Radhi.
Insiden ini, segera tersiar kepada orang banyak, dan akhirnya
sampai pula di Batu-Pute, sehingga penduduk benteng Batu-Pute
menjadi heran.

354
Hariitu juga, kedua orang tawanan itu dibawa pergi oleh Andi
Kasim, dan bermalam di kampuag La Pai. Pada malam itu, almarhum
Andi Pengajoang kepala Distrik Patampanua, dengan satu pemeriksaan
secara kilat, memukul seorang anggota pimpinan pemuda kampung La
Pai dihadapananggota rombongan Andi Kasim, bernama Musa, sehingga
hidungnya mengeluarkan banyak darah.
Sanusi diam saja melihat kejadian itu, sambil bertanya-tanya
dalamhatinya tentang latar belakang pemukulan itu. Mungkin ada
hubungannya dengan penahanan M. Radhi dan Sanusi. Apakah kejadian
ini hasil dari pada hasutan kaki-tangan NICA, yang telah menyelinap
dalam tubuh Pemerintah atau PKR. Sebab walaupun Andi Kasim 100%
republikein, tapi cara-caranya bertindak kepada 2 tahananaya itu,tidak
ada bedanya dengan cara seorang bestuur di zaman penjajahan.
Mungkinkah ia hendak berkhianat kepada perjuangan yang sudah
berlarut-larut itu ? Tidak mungkin, pikir Sanusi. Dan jika hanya kain itu
saja yang menjadi sebab, maka menurut mestinya, orang yang
bertanggung jawablah dalam persoalan lain itu yang harus dituntut,
jangan orang yang tidak bersalah, sesuai keterangan M. Radhi
kepadaAndi Kasim bahwa Dg. Mattata sama sekati tidak tahu-menahu
tentang soal kain itu, dan kain yang enam meter itu adalah tanggung
jawabnya.
Demikian pula M. Radhi yang hanya menjalankan perintah
atasannya. Dan jika ia disangka campur dalam hal itu,maka ia tidak
perlu diikat.
Demikianlah pertanyaan-pertanyaan yang meliputi pikiran Sanusi
setelah melihat si Musa tersebut banyak mengeluarkan darah.
Oleh karena merasa tidak senang melihat aniaya tersebut, maka
Sanusi mendekati Andi Kasim dan bertanya :
Kenapa sampai terjadi hal yang demikian ini, sebab jika peristiwa
ini diketahui oleh NICA, pasti mereka bersorak-sorai karena peristiwa
itu dipandang sebagai kemenangan besar bagi mereka, dan sebaliknya
merupakan kelemahan bagi kita, apa lagi disaat sebagaisekarang ini.
Andi Kasim tidak hendak menerangkan segala sebab-sebab dari
pada kejadian itu. Ia hanya menjawab dengan pendek.
Saya tidak menyukai cara-cara pimpinan yang berlalu di Batu-
Pute.

355
Saya harap Opu terangkan terus terang sebab-sebabnya, sebab
perselisihan yang demikian itu, memang acap kali terjadi dalam suatu
organisasi. Saya ini, Kepala Penerangan dan Juru-Bicara dari saudara-
saudara Yang telah disepakati. Mungkin saya dapat bereskan soal-soal
Yang menyangkut hati Opu itu di maja perundingan, dan berbahaya
bagi kita semua, pinta Sanusi.
Andi Kasim hanya diam saja mendengar permintaan Sanusi
tersebut.
Menurut keterangan M. Radhi, bahwa pada mulanya Andi Kasim
setuju memberikan kain itu. Tapi kemudian M. Radhi tidak tahu apa
sebab Andi Kasim kemudian jadi marah.
Pada malam kedua, rombongan Andi Kasim tersebut bermalam di
kampung Katoi. Paginya sesudah shalat subuh, Andi Kasim menyuruh
Sanusi pulang saja ke Batu-Pute, dan minta disampaikan kepada Datu,
bahwa ia tidak akan kembali lagi ke Batu-Pute, tapi terus ke Kolaka
untuk berperang dengan NICA.
Oleh karena percaya kepada kawan sendiri, Sanusi lantas
mengambil tas rotan isterinya dari tangan seorang pasukan Andi Kasim.
Tapi kemudian ternyata, bahwa perhiasan emas dalam tas itu, telah
hilang.
Demikianlah, dengan seorang diri Sanusi pulang menengguh
hutan dan belukar, sedang M. Radhi masih ditawan terus oleh Andi
Kasim sampai di Sua-Sua. Di sanabaru ia dilepaskan.
Sanusi dan M. Radhi dibebaskan oleh Andi Kasim setelah
ternyata bahwa mereka tidak bersalah. Dan jika ia menawan terus kedua
orang itu, pasti timbul perang saudara yang menguntungkan bagi
Belanda.
Baru saja beberapa jam Sanusi dalam perjalanannya, bertemulah
ia dengan Andi Mappanyompa Opu Tomarilalang bersama sejumlah
tentara PKR yang diperintahkan oleh Pemerintah dan PKR untuk
membebaskan Sanusi dan Radhi dengan jalan bagaimanapun juga.
Setelah Sanusi tiba di Batu-Pute sesudah singgah sebentar di
Toaha memperlihatkan diri kepada keluarganyaialangsung menghadap
Datu, melaporkan kejadian tersebut.
Demikianlah kesudahan insidenyang menyedihkan itu.

356
H. KEADAAN DALAM BULAN MEI.

Sementara itu, tiba pulalah berita yang menyedihkan dari sektor


barat yang mengatakan tentang kematian Andi Werru Kepala Distrik
Baebunta, dan guru Patang Wakil Komandan Barisan berani Mati,
yang dibunuh NICA secara kejam sekali.
Pembaca dapat menuruti kekejaman NICA tersebut dalam tulisan
orans asing tersebut, sebagai berikut:
May 1946.
Andi Weroe, Republican district-head of Baebunta (Masamba),
was ditained in jail and 2 days latur, he was brought to Baebunta andwas
shown to his people and afterwards stabbed with the bayonet till he died.

Artmya :
Andi Werru, Kepala Distrikrepublik Baebunta (Masamba),
ditahan dalam penjara, dan 2 hari kemudian iadibawa ke Baebunta dan
di pertontonkan kepada rakyatnya, kemudian ia ditikam dengan bayonet
sampai meninggal.
PALOPO, May 1946.
1. Patang, teacher of primary-school at Padangalipang 13 km from
Palopo, wasorderto surrender at Palopo and nothing would done to him.
On his arrivalet Palopo he was beaten by a picce of wood till he was
forced to run to the Dutch camp where he was shown to the public and
afterwarde was stabbed with the bayonet till he died.
2. Many, innocent people in the camppong were cuptured and
tourtured without trial ; such was done adviceof D.A.K. fatherinlaw of
lieutenant Tupang, a.o. whom are Saleppang cs.
3. A young pasient, onsof the captured youths, died as his head was
stabbed with nail by Nica-Red-cross nurse called Mrs. D.
4. In order of R.police-sergeant of the nica at Palopo, cruelties ment
of Liuetnant Tupang.
Artinya ?
Palopo, Mei 1946:
1. Patang seorang guru sekolah rendah di Padangalipan, kira-
kira 13 km dari Palopo, diperintahkan untuk menyerah di Palopo dengan
janjitidak akan diapa-apakan. Setibanyadi Palopo lantas ia dipukul

357
dengan sepotongkayu sehingga setengah mati. Kemudian ia dipaksa
berlari ketangsi orang Belanda di mana ia dipertunjukkan kepada orang
banyakdan kemudian ia ditikam dengan bayonet sampai meninggal.
2. Banyak orang yang tidak bersalah di kampung-kampung,
dianiaya dengan tidak ada pemeriksaan lebih dahulu. Perbuatan itu
dilakukanatas advis DAK mertua laki-laki dari Letnan Tupang. Di
antara mereka itu ialah Saleppang dengan kawan-kawannya.
3. Seorang pasien yang masih muda, salah seorang pemuda-
pemuda tawanan di tusuk dengan jarum kepalanya oleh seorang juru
rawat wanita dari PalangMerah Belanda bernama Ny. D, sampai orang
itu mati.
Atas perintah R, seorang sersan polisi di Palopo,
makadilakukanlahkekejaman kepada orang-orang tahanan di penjara,
yang dilakukan oleh tentara Knil di bawah pimpinan Letnan Tupang.

I. SUATU RAPAT PENTING MEMBICARAKAN


SITUASI DI SEKITAR BATU-PUTE

Sejak bulan Maret, April dan Mei 1946 telah beberapakali


terjadipertempuran yang segit disekitar Latou, tetapi semua serangan
NICA tersebut dapat dipukul mundur. Adapun di tempat-tempat yang
kosong,KNIL melaksanakan kekejaman dan terornya yang biadab.
Menjelang akhir Mei 46,
tentaraKNILtambahdiperkuatdenganmenggerakkan seluruh angkatan
perang Belanda, baik yang ada di Palopo, maupun yang ada di
Masamba, Malili dan Kendari, dibantu dengan beberapa kapal perang
dan pesawat terbang untuk mengepungbenteng Batu-Pute.
NICA telah mengatur satu rencana untuk mengepung Batu-Pute
darijurusan Kendari dan Palopo, setelah gagal dalam sekian
banyakserangan-serangannya terhadap benteng Batu-Pute.
KapalPerang Belanda,
acapkalikelihatanmondarmandirdiperairanLatou yang berjumlah
kadang-kadang sampai 10 buah sebagai show, dan di samping itu
diselingi dengan pesawat-pesawat pembom danpenyelidik dan melayang
di sekitar Latou dengan gaya rendah sekali, sehingga kelihatan leter-

358
leter dari pesawat-pesawat tersebut. Dengan demikian, mereka dapat
mengetahui benar-benar letaknya bentengBatu-Pute.
Menyaksikan gerakan tentara NICA demikian itu, tak salah sudah,
bahwa sebentar lagiakan terjadi suatu pertempuran yang menentukan.
Berhubung dengan situasi yang amat gawat itu, maka segera
diadakansuatu di Batu-Pute yang dihadiri lengkap oleh anggota Staf
PKR, danPemerintah Kerajaan, Kepala-kepala Distrik dan sejumlah
tokoh-tokoh penting dari seluruh daerah kecamatan Patampanua, kecuali
Andi Kasim cs yang telah memisahkan diri, untuk membicarakan
situasi yangsudah hebat itu.
Rapattersebut,diadakandiwaktu malam
bertempatdibaruga(rumahpanjang) tempat kediaman Datu. Rapat
tersebut dipimpin oleh M. YusufArief, Kepala Staf PKR.
Pertama kali, petugas daribahagian penyelidikan dan
keamanandemikian juga dari bahagian perlengkapan,diberi kesempatan
menyampaikan laporannya. Mereka mengatakan bahwa sebenarnya,
benteng kita kini telah diketahui dengan jelas oleh musuh,dan telah
mengatur suatu rencana, untuk mengepungnya. Dari
bahagianperlengkapan, mengatakan bahwa persediaan makanan tidak
mengkhawatirkan.
Kemudian, bahagianpenerangan menyampaikan laporannya,
bahwameskipun keadaan sudah sangat genting, akan tetapi,
semangatperjuangan rakyat tidak kendur sedikit pun, malah rakyat
telahmenyatakan dengan niat yang bulat, lebih suka mati syahid dari
padadijajah kembali oleh Belanda.
Dalam rapat itu, timbul perbedaan pendapat yang hebat antara
AndiTenriajong Komandan tertinggi pasukan-pasukan PKR, dengan
M.Sanusi Dg Mattata, Kepala Penerangan dan Juru-Bicara
PKR.Perbedaan pendapat itu berpangkal dari siasat, bertahan
ataumundur, yang dikemukakan seorang dalam rapat itu.
Almarhum Andi Tenriajong berpendapat, kita tidak perlu
mundurmeninggalkan benteng Batu-Pute ini, karena hal itu adalah satu
malubagi kita. Jadi biarlah kita semua berkubur di sini jika telah data
ngmasanya, sebagai keharuman nama dalam lukisan sejarah perjuangan.
Sebaliknya, M. Sanusi Dg. Mattataberpendapat, oleh karena
tempat ini telah diketahui dengan oleh musuh, sebab itu perlu

359
ditinggalkan. Ini bukan berarti mundur dengan pengertian kalah. Dan
benteng ini tidak dikosongkan, hanya Datu dan permaisurinya serta
pengiring dan anak-anak harus dipindahkan secara rahasia. Jika tindakan
ini diartikan mundur, boleh juga, akan tetapi kita mundur untuk
mencapai kemenangan, sebab di dalam perjuangan kita ini, kita maju
bukan hendak menyerahkan diri untuk dibunuh oleh NICA, tetapi kita
maju dengan tujuan untuk mencapai kemenangan. Itulah sebabnya,
setiap perjuangan yang dipimpin dengan akal yang sehat dan pikiran
yang warasharus menempuh bermacam-macam cara dan siasat untuk
mencapai tujuannya.
Almarhum Andi Tenriajong masih bertahan terus dengan
pendiriannya tersebut, maka Kepala Penerangan Pemuda tersebut
meminta dengan hormat kepada hadirin untuk mengemukakan suatu
kejadian penting dalam sejarah perjuangan, pemuda-pemuda. Turky,
yang terjadi tidak lama sesudah usianya perang dunia pertama.
Pada waktu pemuda Turky diserang dengan satu kesatuan tentara
Griek yang kuat di semenanjung Saloniki, maka terjadilah suatu
perdebatan yang hebat antara Mustafa Kamal dan Ismet Inonu, di
dalamsuatu ladang jagung di tengah malam. Pendirian Mustafa Kemal
sama dengan pendiriannya Andi Tenriajong, yang berpendapat, bahwa
kali ini tentara Griek tak dapat lagi dikalahkan, maka dari pada mundur,
lebih baik kita semua berkubur di sini, untuk menambah keharuman
nama Turky dalam membela hak dan keadilan. Mundur adalah
merupakan satu aib bagi bangsa Turky.
Pendapat dan pendirian Mustafa tersebut ditantang dengan hebat
oleh Islamet, dengan katanya, bahwa kita bertarung bukan hendak mati,
tapi untuk mencapai kemenangan. Mundur, bukan berarti kalah, tapi kita
mundur untuk mencapai kemenangan.
Oleh karena perdebatan pemimpin-pemimpin Pemuda Turky
tersebut hanya terdiri dari 2 orang saja, sehingga perdebatan itu makan
waktu yang lama. Sementara itu, di luar ladang tersebut, tidak berhenti-
hentinya, dentuman meriam dan letusan senapan dari kedua belah pihak.
Pemuda-pemuda Turky telah parah sekali, tapi seorangpun tidak ada
yang mundur. Mereka tetap bertahan di atas garis yang sudah ditentukan
oleh Mustafa.

360
Akhirnya, karena Mustafa memandang Inonu lebih tua, maka
mengalahlah Mustafa, dan menyerahkan pimpinan kepada Inonu.
Setelah pasukan pemuda Turky mendapat perintah mundur, maka
bersorak-soraklah Griek, karena sangka mereka pemuda-pemuda Turky
benar-benar telah kalah. Segera mereka mengirim berita ke London,
yang mengatakan bahwa tentara Mustafa telah hancur lebur.
Setelahpasukan-pasukanpemudaTurky tiba di lembah
pengunungan Inonu, mereka mendapat perintah berhenti, dan harus
bersembunyi dalam semak-semak, sehingga tidak ada seorang pun
yangboleh kelihatan oleh musuh. Sementara itu, tentara Griek yang
memburu dari belakang yang berjumlah ribuan orang, berpendapat,
bahwa tentara Mustafa telah lumpuh sama sekali, maka setelah tentara
Griek itu tiba di lembah Inonu, mereka membuka pakaiannya sambil
mandi bersenang-senang, berbaring-baring dan lain-lain.
Kira-kira jam. 08.00 pagi, sementara tentara Griek bersenang-
senang, maka pasukan pemuda Turky mendapat perintah menyerang,
dan seorang pun tidak boleh dihidupkan. Dengan cepat, pasukan-
pasukan Turky tersebut menyerang dengan hebat sekali seakan-akan
harimau yang menerkam mangsanya, sehingga tentara Griek itu kacau-
balau, danhanya beberapa orang yang dapat lolos, selebihnya berkubur
semua dilembah yang bersejarah itu.
Dunia terkejutsetelah mendapat berita tentang kekalahan
tentaraGriek, padahal baru beberapa jam saja berita
kemenangannyaberkumandang ke seluruh dunia.
Sebagai kenang-kenangan, maka Ismet diganti namanya menjadi
Ismat Inonu sampai sekarang. Dan bangsa Turky yang telah kalah dalam
perang dunia pertama itu, disebabkan peristiwa tersebut, kembali
menjadi bangsa yang disegani.
Setelah Andi Tenriajong mendengar riwayat tersebut, ia
tersenyum dan mengakui kebenaran pendiria Ismat Inonu. Akhirnya
rapat mengambil keputusan untuk memindahkan Datu
danpermaisurinya, ke suatu tempat yang akan diselidiki pada esoknya.
Selain dari pada keputusan itu, maka dalam rapat malam itu,
disampaikan pula pesan yang amat penting oleh Staf OKR kepada
seluruh anggota-anggota PKR khususnya, kaum Republikein pada
umumnya, yang harus menjadi pegangan selanjutnya. Yang penting

361
sekali dalam pesan itu ialah :Jika pada satu ketika, kita semua tertawan
atau mati, sehingga PKR menjadi lumpuh, oleh karena tak ada lagi
menggerakkannya, maka diharuskan kepada tiap-tiap anggoia PKR
dantiap-tiap kaum Republikein melanjutkan perjuangannya dengan cara
masing-masing, sebab kita tidak bolehmembiarkan Belanda mendapat
kesempatan untuk menarik napas panjang. Kita yakin, mereka mesti
kalah.
Demikianlah antara lain bunyi pesanan yang penting itu.

Y. TERTAWAN

Pada tanggal 2 Juni 1946 - sementara orang mengurus persiapan-


persiapan kepindahan Datu dan, permaisurinya - kira-kira jam 09.00
pagi, terdengarlah satu letusan senapan dari jurusan belakang benteng
Batu-Pute. Sedikit pun tidak diduga, bahwa letusan itu dari musuh. Kira-
kira 10 menit kemudian, sejumlah bayonet telah meruncing di dada
penduduk Batu-Pute, diikuti lainnya dengan ancaman senapan.
Ternyata, bahwa maksud pindah, telah didahului oleh musuh,
danpraktis semua orang yang ada di Batu-Pute telah menjadi
tawanantentara Knil.
Tentara Knil yang mengepung Batu-Pute itu, datangnya dari
Kendari, di bawah pimpinan Letnan Venick, seorang yang pernah
bertugas di Palopo sebelum perang sebagai pembantu Letnan. Dia
adalah teman sepermainan tennis penulis dahutu di Palopo.
Di antara tentara Knil yang mengawal tawanan-tawanan tersebut,
terdapat seorang yang bernama B. Waktu itu B. berpakaian MP.
B. tersebut, sewaktu penulis berada di Kolaka, tidak pernah
menampakkandirinya secara terang-terangan. B. ini, pernah penulis pim-
pin dalam ilmu-ilmu pertanian ketika ia akan diangkat menjadi menteri
Landbouw Voorlichting Dienst di Kolaka. B. melihat penulis,
iakelihatan malu.
Selain dari B. terdapat juga M. Yoseph, Komandan expedisi yang
pernah dikirim dahulu ke sektor timur. M. Yoseph tertawan ketika ia
mengadakan pertempuran dengan Knil di Pamala. Rupanya ia dipaksa
masuk di benteng Batu-Pute dengan tangan-terikat.

362
Setelah penulis melihat M. Yoseph di pagi itu berama-sama
dengan tentara Knil dengan tangan yang terbelenggu, maka rasanya
terjawablah pertanyaan-pertanyaan yang ada di hati penulis, pagi itu.
Apa sebab NICA dapat menembus benteng Batu-Pute dari
belakang ? Siapa yang menunjukkan jalan kepada mereka ? Jalan mana
yang mereka tempuh dari Kolaka, sehingga NICA bisa sampai begitu
raja dengan tidak diketahui sedikit pun ? Apakah semua pos-pos pemuda
yang ditanam di tiap-tiap tempat yang penting sejakdari Wawo, La Sua-
Sua, Katoi, Lanipa dan lain-lain sudah lumpuh, ? Kenapa NICA tidak
melalui pintu depan benteng Batu-Pute ? Kenapa NICA tahu bahwa
melalui pintu depan benteng Batu-Pute pasti hancur ?
Inilah pertanyaan-pertanyaa yang meliputi pikiran penulis di pagi
masuknya NICA di Batu-Pute.
Adalah suatu keuntungan besar bagi NICA, karena menawan
Yoseph. Sudah tentu kesempatan itu dipergunakan NICA dengan sebaik
baiknya, dengan mengancam Yoseph begitu rupa, untuk dijadikan
penunjuk jalan yang utama ke Batu-Pute. Mereka tentu tidak berani
melalui pintu depan benteng Batu-Pute, sebab Yoseph mungkin pula
turut hancur, karena pelor tidak punya mata. Jadi NICA terpaksa
mempergunakan tali, baru bisa menuruni tubir-tubir gunung batu yang
curam di belakang benteng tersebut. Dan untung bagi NICA, karena
adalah suatu kealpaan, sehingga di pintu belakang tidak diadakan
pertahanan.
Andaikata, di belakang benteng ditempatkan pula satu kesatuan,
maka percayalah pembaca, bahwa Datu dan lain-lain orang, tidak akan
dapat tertawan sampai kepada waktu menyerahnya Belanda di tahun
1949.
Tapi apa hendak dikata, nasib perjuangan rakyat Luwu, telah
ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.
Kira-kira dua jam sesudah penghuni Batu-Pute tertawan,penulis
lantas dipanggil di muka Letnan tersebut. Di depannya terletak
seonggok tebal kertas-kertas pamflet-propaganda bikinan penulis,
yang dikumpulkan NICA dari perjalanannya dari Kolaka.
Letnan Venick, menunjukkan kepada penulis pamflet-pamflet
tersebut, seraya berkata :
Tuankah yang tulis pamflet-panflet ini ?

363
Ya! jawab penulis dengan pendek.
Bukan main manisnya bunyi pamflet-pamflet ini, kata Letnan
itu.
Kemudian ia menyuruh pulang, dan mengatakan, kita akan
beromong-omong lagi di lain waktu, oleh karena sekarang tidak ada
waktu.
Sesudah itu, Letnan Venick memanggil Andi Achmad bersama
Andi Pangerang Opu Pabicara. Kepada mereka diminta oleh Letnan
Venick, supaya memerintahkan kepada pasukan-pasukan PKR yang
berada di muka benteng segara menyerah saja, oleh karena Datu telah
tertawan. Akan tetapi Andi Achmad dan Andi Pangerang menolak
permintaan Letnan tersebut.
Setelah pasukan PKR mengetahui Datu telah tertawan, maka
mereka segera pindah dari muka benteng, karena mereka tidak mau
mengadakan serangan kepada tentara Knil. mengingat keselamatan Datu
dan permaisurinya, serta beratus-ratus wanita dan anak-anak.
Mereka Juga menolak permintaan Letnan Venick untuk
menyerah.
Setelah tidur lagi semalam di Batu-Pute, paginya 3 Juni, baru
tawanan-tawanan itu dibawa ke Latou. Anehnya, dari ratusan orang
yang ditawan, hanya penulis sendiri yang diikat dengan tali, dan disuruh
memikul barang, dalam keadaan demam panas.
Mungkin penulis diperlakukan demikian, atas anjuran B, untuk
memperlihatkan kemenangannya, dan mungkin juga, karena tentara
Knil memandang penulis orang yang paling berbahaya di antara
orang-orang tawanan itu.
Sedikit beruntung, oleh karena yang selalumemegang tali
pengikat penulis ialah Letnan Venick sendiri, sehingga dengan mudah
penulis sewaktu-waktu meminta berhenti, dan diapun tidak memaksa
penulis. Jadi yang terakhir tiba di Latou, adalah penulis dan Letnan
tersebut.
Tentang tertawannya Datu di Batu-Pute tersebut, pembaca dapat
melihat untuk kesekian kalinya tulisan seorang asing tersebut :
Juni, 2 1946.
When Datoe Loewoe was capturod by the Knil, under captain
Venick, a liuetnant and a Surinemeso corpral, the belongings of women

364
of nobility and common people were looted a.o.

Boegis-sarongs 500 pieces


Samarinda-sarongs 1000 pieces
Sarong of thread 500 pieces

Eive cases of adat-clothes were set on fire, one case full of silver
coin to a calue of 2000.- guilders, belonging to Opoe Gawewe (District-
head of Boea, and aboud 100 crisses with goldsheaths were taken away.

Artinya :
2 Juni 1946.
Waktu Datu Luwu ditawan oleh tentara Knil, di bawah pimpinan
Kapten Venick dan seorang kopral bangsa Suriname, maka kepunyaan
dari wanita-wanita bangsawan dan dari rakyat umum, dirampok,
antaranya :
Sarung Bugis (maksudnya sarung sutera) 500 lembar.
Sarung Samarinda 1000 lembar
Sarung benang 500 lembar
Lima peti pakaian adat, telah dibakar habis, satu peti penuh
dengan wang perak seharga 2000 rupiah, kepunyaan Opu Gawe (Kepala
Distrik Bua) dan kira-kira 100 keris yang berlapis mas telah
dibawapergi.

365
K. DATU DAN PERMAISURINYA DIBAWA
KE PALOPO, DAN YANG LAIN KE KOLAKA.

Pada tanggal 3 Juni, kita-kira jam 14.00 siang orang-orang


tawanan itu baru tiba di Latou. Rumah-rumah penduduk di Latou telah
terbakar habis, kecuali mesjid. Datu dengan permaisurinya ditempatkan
dimesjid dengan banyak orang yang lain, sehingga mesjid itu penuh
sesak. Sedangkan penulis sendiri ditempatkan di pos penjagaan di tas
jembatan sungai Latou.
Pada malamnya waktu pergantian penjaga tiba-tiba komandan
penjaga yang baru itu, melepaskan tali pengikat penulis, dan menyuruh
penulis pergi berkumpul dengan lain-lain tawanan. Mungkin hal itu
perintah dan Letnan Venick, atau mungkin juga kebaikan hati komandan
pos tersebut.
Setelah mengucap terima kasih, penulis segera pergi ke mesjid.
Belum habis secangkir kopi penulis minum,tiba-tiba datang panggilan,
sehingga penulis diikat kembali dan ditempatkan dipos penjagaan
seperti semula.
Pada malam itu, penulis merasa badan lebih panas, karena demam
penulis bertambah-tamah disebabkan tidak ada obat, dan badan penulis
waktu itu hanya ditutup dengan kemeja yang sudah koyak-koyak dengan
satu jelana pendek. Untuk melawan gangguan panasdingin yang
bebatitu, tidak ada lain jalan kecualisabar terus menerus, bertawakkal
kepada Tuhan, dan mengharapkan selalu perlindungan-Nya.
Setelah penulis merasa amat payah,penulis memberanikan diri
meminta kepada komandanpos, seorang suku Menado, kiranya penulis
dapat menghidupkan api, guna memanaskan badan yang sangat
kedinginan. Permintaan penulis diterima oleh komandap tersebut, malah
komandan itu sendiri menolong menghidupkan api itu, sehingga penulis
merasa sedikit segar berdiang di nyala api itu.
Waktu komandan itu merokok, ia menyuduhkan rokok kepada
penulis, maka dengan ucapan terima kasih penulis, segera merokok
bersama-sama komandan itu.
Komandan itu bertanya, kepada penulis; nama, dan kedudukan
dalam gerakan pemuda, apa sebab cuma dia yang diikat.

366
Penulis menceritakan kepada komandan dan temannya juga
seorang suku Menado, tentang nama dan kedudukan penulis dalam
gerakan pemuda dansekaligusmenerangkan tujuan dari pada gerakan
pemuda itu. Oleh karena rupanya mereka suka mendengar keterangan
penulis, maka penulis menerangkan lebih lanjutarti kemerdekaan tiap-
tiap bangsa, sehingga rokok orang menado itu tidak terasa sudah habis
sebungkus. Penulis juga menceriterakan kepadanya, waktu penulis
bertugas di Kolaka, berapa banyak orang Menado yang diperlindungi
karena dicurigai, sehingga mereka itu tidak ada yang dibunuh oleh
pemuda. Mendengar itu, maka komandan tersebut menanyakan nama-
nama orang-orang Menado yang penulis perlindungi, untuk menguji
kebenaran keterangan penulis. Penulis sebutkan nama Massi, menteri
kepala Rumah Sakit, Kolaka. Mendengar nama Massi, ia merasa terharu,
karena Massi dipandang sebagai orang tua oleh suku Menado yang ada
di dalam tentara Knil.
Omong-omong tersebut,mendatangkan juga sedikit hasil, karena
suku Menado itu kelihatan merasa insaf dan ia mengatakan kepada
penulis, bahwa ia belum pernah sekalipun menyiksa pemuda yang
sudah tertawan. Pada waktu subuh ia luaskan pertulis bershalat subuh di
pinggir sungai.
Paginya, pada waktu akan berangkat ke Pakue di pinggir laut,
penulis meminta langsung kepada Letnan Venick, supaya penulis di
bebaskan memikul barang-barang, karena masih sakit. Permintaan itu
diterima oleh Letnan tersebut.
Kira-kira jam 15.00 lewat sedikit di waktu ashar, tawanan-
tawanan itu, tiba di Pakie. Di kampung itu, semua rumah telah habis
dibakar olehNICA, kecuali sebuah yang tidak diketahui apa sebabnya.
Mungkin NICA masih memerlukannya, ataukah yang punya telah
berpihak kepada NICA. Di rumah itulah Datu bersama permaisurinya
ditempatkan.
Adapuntahanan-tahananyang lain, diatur berkelompok-
kelompokdi tengah-tengah kampung yang sudah terbakar itu, dan dijaga
oleh tentara Knil dari luar, sehingga tempat tahanan itu merupakan satu
bulatan yang mudah dijaga.
Pada hari itu terdengar berita, bahwa Landau telah tertawan pula
disuatu tempat di pinggir sungai, yang ia tidak duga semula.

367
Sementara orang-orang tawanan menghampar daun di atas
pasirsebagai alas tidurnya, tiba-tiba datang lagi Dg. Sitakka enam
berteman, di antaranyaterdapat Z. Usman.Mereka itutertawan di dekat
Tolala.Keenam orang itu diikat dengan tali, sehingga orang yang diikat
dariSeluruh tawanan itu, berjumlah 7 orang, termasuk penulis sendiri.
Dg. Sitakka cs, tersebut, ditempatkan bersama dengan penulis
sebagai golongan yang diikat. Melihat keadaan yang tidak
menyenangkan itu, maka penulis dengan diam-diam menyelimuti
dirinya dengan sarung yang penulis pinjam dari seorang kawan,
sehingga ujung tali pengikat penulis tidak kelihatan, sehingga penulis
tergolong sebagaiorang yang tidak diikat.Penulis lakukan yang
demikian, oleh karena dari jauh, serombongan tentara Knil yang datang
dari Palopo, menuju ke tempat tawanan-tawanan tersebut. Jika tawanan-
tawanan itu, akan dianiaya tentulah yang terikat lebih dahulu.
Apa yang penulis duga, benar-benar terjadi di muka mata penulis.
Tentara Knil yang dari Palopo itu dibawah pimpinan Letnan Tupang.
Mereka berkeliaran ke sana ke mari mendatangi kelompok-kelompok
orang-orang tawanan tersebut. Ketika datang di tempat penulis, mereka
membuka buku catatannya, dan menanyakan nama M. Yusuf Arief,
landau, Andi Achmad, Sanusi, Andi Tenriajong dan lain-lain.
Yangdatang dekat kami itu, di antaranya seorang suku Ambon. Orang-
orang tawanan itu menyahutbahwa tokoh-tokoh yang ditanyakan itu
tidak ada sekarang di sini, karena tokoh-tokoh itu tidak tertawanan.
Suku Ambon tersebut bertanya kepada Z. Usman, karena
dilihatnya seperti orang Ambon.
Kau orang apa ya ?
Orang Ambon, jawab Usman dengan pendek.
Mendengar jawaban tersebut, tentara Knil suku Ambon itu bukan
kepalang marahnya. .
Kurang ajar katanya, Engkau orang Ambon! Sehabis ia
berkata demikian, terus ia mencabut sangkurnya dan langsung
memotong satu dari kuping Usman dengan tidak ada sedikit pun
kelihatan rasa kemanusiaan terbayang di mukanya. Kemudiaa kuping itu
ditelan oleh Usman dengan paksa. Kejadian ini, bukan lagi berita,
karena terjadi hanya antaraduameter dari penulis. Kemudian, Letnan
Tupang dan tiga orang kawannya, menikam kepada Sg. Sitakka dan

368
temannya dengan bayonet, sehingga mereka berlumuran darah.
Sekiranya mereka tahu bahwa penulis jugaterikat, apa lagi kalau ia tahu
bahwa tokohitulah yang merekacari-cari selama ini, pasti penulis akan
mengalami penganiayaan yang lebih hebat, jika tidak dibunuhnya sekali.
Menyaksikan kejadian yang menyayat jantung itu, maka
umumnya kami semua bersyukur kepada Tuhan, karena tentara Knil
yang menawan kamiialah yang datang dari Kendari. Sekiranya yang
menawankami tentara Knil yang datang dari Palopo, pasti kami semua
mendapat perlakuan kejam, karena Knil yang dari Palopo itu, sudah
terkenal di mana-mana tentang kekejamannya.
Ketika kejadian tersebut diketahui oleh Letnan Venick, ia segera
datang di kelompok penulia, untuk menyaksikan akibat dari kekejaman
tersebut, dan bertanya kepada tentara yang menjaga kelompok itu,siapa
yang melakukan perbuatan itu. Tentara penjaga itu mengatakan, bahwa
yang melakukan itu, adalah Knil yang datang dari Palopo.
Letnan Venick sangat marah, dan mengatakan kepada tentara itu,
bahwa mereka tidak ada hak menganiaya tawanan kita, dan tidak boleh
kejadian yang demikian itu, berulang lagi.
Untuk menjaga, supaya jangan timbul perselisihan antara Knil
Kendari dan Knil Palopo, yang semakin banyak berkeliaran di sekitar
orang-orang tahanan itu, maka kira-kira jam 21.00 malam itu, kami
tujuh orang yang terikat dipertintahkan tidur di satu kapal kecil yang
sedang berlabuh jauh dari pantai. Jadi karat yang terikat itu,
disembunyikan dari mata Knil-Knil yang datang dari Palopo, oleh
karena rupanya mereka kecewa, karena bukan mereka yang menawan
Datu. Kami dibawa oleh dua orang tentara Knil, di antaranya seorang
suku Ambon.
Waktu itu, ombak sedang besar, maka perahu kecil yang kami
tumpangi tenggelam. Dengan suara yang beriba-iba, kedua tentara yang
membawa kami, meminta supaya jangan ada yang melarikan diri, atau
balik menyerangnya. Mereka, rupanya tidak tahu berenang.
Dengansusah payah baru kami tiba di kapal itu, yang di sampingnya
adapula kapal kecil lainnya.
Setelah orang-orang di kapal kecil lain itu, mengetahui bahwa di
antara tujuh orang tawanan itu, ada seoang bernama Sanusi, mereka

369
segera datang di kapal kami dengan membawa lampu perahu, dan
mengelilingi kami untuk mengenal muka penulis.
Di antara orang-orang kapal itu, terdapat seorang suku Bugis yang
berkata, bahwa jika saya yang berkuasa, maka orang semacam Sanusi
ini, sudah pasti saya bunuh. Mendengar bicara suku Bugis
tersebut,penulis menjawab dengan sedikit marah :
Jika saudara mau membunuh saya sekarang, mungkin saudara
tidak dianggap bersalah, karenasaudara telah menetapkan bahwa saya ini
adalah seorang penjahat, seorang bajingan tengik, seorang perampok,
seorang tukang memperkosa wanita-wanita, tukang memperkosahak-hak
orang lain, sehingga engkau dengan lantang berkata, pasti saya bunuh.
Tapi jika saudara berkuasa belum tentu dapat membunuh saya, karena
yang berkuasa hanya Allah, Yang Maha Kuasa dan Maha Adil.
Ketahuilah saudara, bahwa orang yang berjuang untuk kemerdekaan
bangsa dan tanah airnya bukanlah penjahat, bukan bajingan tengik,
bukan perampok, tapi adalah orang yang pantas dihormati, karena
mereka berjuang dengan ikhlas; mereka tidak menanti pembalasan Jasa,
baik pangkat, kedudukan dan lain-lain. Memang orang yang seperti
kami ini, banyak menderita, sebagai yang kami alami sekarang. Tapi
bangsa Indonesia yang membantu bangsa yang hendakmenjajah bangsa
Indonesia, sebenarnya mereka itu adalah penjahat besar, perampok,
sebagai yang saudara sendiri telah saksikan selama mengikuti NICA ke
mana-mana. Jika saudara belum insyaf tentang arti kemerdekaan, lebih
baik diam saja, daripada mengata-ngatai tawanantawanan itu.
Mendengar omongan penulis, maka orang Bugis itu, tersipu-
sipu,sedang Knil suku Ambon yang membawa kami, memandang agak
lama, kepada penulis, entah apa sebabnya.
Setelah ia mengetahui bahwa penulis ingin sekali merokok, di
sebabkan badan masih merasa dingin, dan rokok penulis tak dapat lagi
diisap karena telah hancur, maka Knil suku Ambon itu, buru-buru naik
kekapal yang lain itu, dan segera kembali dengan membawa sebungkus
rokok, sehingga kami merekok dengan puas, karena disertai pula
cecangkir kopi.
Kira-kira jam 14.00 dini hari, penulis bangun dengan maksud
bershalat subuh, tiba-tiba. Knil suku Ambon yang romannya seperti
orang Arab, itu mendekati penulis, lalu berkaia setengah berbisik :

370
Tuan ! Saya adalah tujuh bersaudara, dan saudara saya yang
enam orang itu telah haji semua, hanya saya yang tinggal menjadi
setan. Saya ini, adalah orang Arab keturunan Nabi, tetapi dari kecil
saya memang jahat, akhirnya saya masuk saja menjadi Knil. Dan kini
saya merasa insyaf benar-benar sesudah mendengar bicara Tuan tadi
itu.
Penulis mengatakan kepadanya dengan pendek, Baik sekali, dan
terima kasih.
Jam 06.00 pagi lewat sedikit, Letnan Venick datang ke kapal
kami, membawasejumlah obat-obatan dan seorang juru rawat, untuk
mengobatiluka-luka Usman, Dg. Sitakka dan lain-lain.Ia bertanya
kepada penulis tentang keadaan kami.
Hari itu juga, Datu bersama permaisurinya. dibawa ke Palopo
dengan motor boot cepat, kemudian ditahan di pulau Selayar
sedangtawanan-tawanan yang lain, dibawa ke Kolaka.
Tentang perlakuan kejam yang menimpa Z. Usman, kita
turunkantulisan orang asing tersebut:

Jane, 31946.
Z. Usman ears were out off and Usman was forced to swallow
them and while he was munching his own, ears the letter were pushed
dowa, his throat with the bayonet until ke swallowed them (he was
forced to doso by Knil soldiers headed by lieutenant Tupang).
Artinys :
3 Juni 1946
Kuping Z. Usman, dipotong dan dipaksa menelananya, dan
sementara ia mengunyah kupingnya, maka yang lain
menekankerongkongannyadengan bayonet, sampai kupingnya itu
tertelan (diadipaksa demikian oleh Knil yang dipimpin oleh Letnan
Tupang).

371
L. SUATU PEMBICARAAN YANG MENARIK
ANTARA M. SANUSI DG. MATTATA DENGAN
DUA ORANG BANGSA ASING.

Tidak lama sesudah kuping Usman dipotong, dan sesudah shalat


magrib, datanglahseorang tentara memanggil penulis, dan membawanya
ke tengah-tengah lapangan bekas pembakaran rumah-rumah di kampung
Pakue tersebut, di hadapan dua orang bangsa asing. Keduabangsa asing
itu tidak berpakaian seragam.
Setelah penulis tiba di muka kedua orang kulit putih itu,
tentarayang membawa penulis segera berangkat.
Kemudian seorang dari mereka itu bertanya :
Tuankah yang bernama M. Sanusi Dg. Mattata, Kepala
Penerangan serta Juru-Bicara Pemuda ?
Ya, jawab penulis.
Agak lama sedikit, kedua orang itu menentang wajah penulis,
lantas yang tadi bertanya, bertanya dengan tiba-tiba :
Apakah Perbedaan Perkumpulan dan party ?
Penulis agak heran, mendengar pertanyaan tersebut. Sebelum
penulis menjawab, penulis bertanya :
Apakah boleh saya ketahui, siapakah kedua tuan-tuan ini ?
Dengan tersenyum, mereka memperkenalkan diri. Yang mula-
mula bertanya adalah seorangwartawan bangsa Asutralia yang datang di
Makassar bersama-sama dengan tentara pendudukan Astralia, dan yang
seorang, adalah dari Dinas Penerangan NICA (Regeerings Voorlichtings
Dienst).
Denganmengetahui kedua orang itu, mengertilah penulis, bahwa
wartawan itu hendak mengetahuibenar-benar secara positif, latar
belakang dari pada gerakan dan perjuanga pemuda-pemuda Luwu.Sebab
mungkin ia telah bertanya kepada beberapa orang tentang hal itu,
akantetapi belum memuaskaa baginya. Dan oleh karena diaseorang
wartawan, maka Letnan Venick terpaksa menunjuk penulis untuk
ditanyai wartawan tersebut.
Menurut pendapat saya kata penulis, perkumpulan dan party,
jauh perbedaannya. Perkumpulan-perkumputan itu,lazimnya hanya
bertujuan memperbaiki dan mempertinggi taraf hidup anggota-

372
anggotanya dalam kehidupannya dalam masyarakat, dan melakukan
hidup secara tolong-menolong, memajukan kesehatan, pendidikan dan
pengajaran. Akan tetapi party, adalah suatu perkumpulan yang
bertujuan untuk merebut kekuasaan dalam satu negara, supaya party
tersebut dapat berkuasa, sehingga party itu mudah melaksanakan
pendirian dan pahamnya yang ditulis di dalam peraturan-peraturan dan
undang-undang yang harus dituruti oleh semua warga-negara.
Adapun gerakan pemuda-pemuda Luwu itu, adalah organisasi
politik? tanya wartawan tersebut.
Ya, jawab penulis.
Tapi, mereka melalui jalan paksa, sehingga membunuh
bangsanya sendiri, kata Pegawai RVD tersebut, menyela pembicaraan
itu. Dan Tuan, katanya lebih lanjut, Adalah terhitung seorang
terpelajar, kenapa sampai hati Tuan memasuki organisasi yang
demikian itu, katanya menyalahkan penulis.
Mendengar keterangan pegawai RVD tersebut, penulis tersenyum,
dan menjawab :
Apa yang tuan katakan, melalui jalan paksaan, itu adalah akibat
daripada suatu revolusi yang besar. Terjadinya revolusi ini, karena
Belanda sendiri yang melangkah kaku, yakni Belanda umumnya tidak
mau mengakui tuntutan kemerdekaan bangsa Indonesia yang sejak dulu
selalu dimajukan kepada Pemerintah Belanda. Apa lagi pada waktu
belakangan ini, saya merasa dan melihat, Belandatelah kehilangan
kewarasanberpikir, sehingga Belanda menjalankan tindakan
putusasa, menyebabkan terjadinya pembunuhan kepada orang-orang
yang tidak bersalah. Semakin lama Belanda menjalankan tindakan
putus asa, maka korban semakin besar, sebab revolusi semakin lama
pula berlangsung, karena rasa kemerdekaan itu tidak akan padam. Jika
hari ini pemuda-pemuda dan rakyat dapat ditundukkan, maka besok atau
lusa akan muncul lagi perlawanan, bangsa Indonesia itu. Tuan sebagai
orang yang terpelajar, dan mempunyai pandangan jauh, harus percaya,
bahwa kekejaman bagaimanapun yang ditimpakan kepada satu bangsa
yang menurut hak-haknya, tidak akan, mematikan semangat bangsaitu.
Malah kekejaman itu lebih mendorong bangsa itu berjuang terus
menentang perkosaan, yang ditimpakan kepada hak kemerdekaannya.
Hal yang demikian itu, telah dibuktikan dengan sejarah. Terutama

373
sejarah bangsa Belanda sendiri ketika bangsa Belanda melawan
penindasan dan penjajahan bangsa Sepanyoldalam masa 80 tahun
lamanya.
Mendengar keterangan penulis, Pegawai RVD itu, merah padam
warna mukanya, akan tetapi tak dapat marah, oleh karena penulis
memuji benar-benar perjuangan bangsanya. Sebaliknya wartawan itu
sedikit tersenyum.
Sejurus kemudian, pegawai RVD tersebut dengan muka agak
banggabertanya demikian :
Tahukah Tuan, apakah revolusi itu ?
Sudah tentu tahu, dan bukan saja tabu, tapi saya telah alami pula
lahir bathin, jawab penulis.
Jadi bagaimanakah revolusi itu ?, tanyanya.
Dengan pendeksaya dapat menerangkan, bahwa tiap-tiap suatu di
alam ini mempunyai evolusi dan revolusi, kata penulis menjawab
pertanyaan yang mengandung ejekan itu, karena disangkanya penulis
tidak tahu apa yang dikatakan revolusi, Demikian pula tiap-tiap
bangsa, kata penulis lebih jauh. Apapun keadaan yang kita hadapi
sekarang ini, adalah revolusi bangsa Indonesia yang meletus karena
masanya telah tiba. Suatu revolusi yang telah meletus, tidak akan ada
sesuatu kekuatan yang dapat membendungnya, sebab revolusi itu
merupakan suatu banjir yang melanda dan menumbangkan segala yang
yang menghalanginya, karena revolusi itu, adalah suatu hukum yang
dinamai sunnatullah atau natuurwet kata orang di Barat. Tuan-tuan
sendiri telah menyaksikan hebatnya revolusi ini, yang kini diusahakan di
bendung oleh Belanda dengan sekuat-kuatnya, sehingga menimbulkan
banyak korban. Saya yakin bahwa akhirnya Belanda akan insyaf dan
menyadari kesalahan tindakannya itu. Supaya lebih jelas, baiklah saya
ambilkan satu contoh tentang sifat revolusi itu. Setelah seekor ayam
betina mengerami telurnya kira-kira 21 hari lamanya, maka selama
waktu itu berlakulah hukum evokusi kepada telur tadi. Pada hari ke 22,
maka telur-telur itu pecah manjadi anak ayam, maka saat demikianitulah
berlakunya hukum revolusi. Pada saat itu, tidak ada satu kekuatan
yang dapat membendung dan menahan meletusnya, telur-telurtadi,
karena masanya telah tiba untuk menjadi ayam. Insyaf akan
hukumrevolusi tersebut, maka saya yang berada di tengah revolusi ini,

374
bukanmembendungnya, akan tetapi berusaha menyalurkan jalannya,
agarsupaya sedapat mungkin dapat dikurangi korban-korbannya.
Mendengar jawaban penulis, wartawan tersebut tersenyumdan
mengucapkan banyak terima kasih. Rupanya ia telah puas, karenatelah
mengerti latar belakang gerakan kemerdekaan pemuda-pemudaLuwu.
Kabarnya pada malam itu, ada permintaan dari satu dua
orangpenghianat untuk membunuh penulis. Tapi permintaan
penghianat itu ditolak mungkin disebabkan oleh keterangan-
keterangan yang penulis berikan kepada dua orang asing tersebut,
karena telah nyata bagi orang asing itu, bahwa penulis dan kawan-
penjahat dan perampok, sebagaimana tuduhan NICA selama ini.

M. SUKA DUKA SEMASA DALAM TAHANAN.


a. DITAHAN SEBAGAIHEWAN, DAN TENTARA KNIL
MENIPU RAKYAT.

Keadaan yang dialami orang-orang tawanan di sektor barat,sama


saja apa yang menimpa tawanan-tawanan di sektor timur. Selain yang
sudah dibunuh secara kejam, maka yang lainnya dihalau pulangke
Palopo, dikeluarkan dengan paksa dari kampung mereka, dan lantas
dilemparkan ke dalam penjara, dan lain-lain tempat tahanan. Oleh
karena tempat-tempat tahanan tidak mencukupi, maka mereka lantas
dikumpulkan di tanah lapang Masamba (bakal lapangan terbang). Di
sana mereka diperlakukan secara kejam, dan dipaksa bekerja, serta
diberi makan tidak sebagaimana mestinya.
Diantara tahanan-tahanan itu, terdapat Andi Hamid,
almarhumPakki Dg. Masiga, Andi Attas, Suleman Umar terdapat juga
pemimpin-pemimpin pemuda Bone, seperti Chalid Husain, Petta Nabba
danlain-lain.
Demikianlah, pada tanggal 3 Juni 1946, semua tawanan-
tawanandi sektor timur, diangkut ke Kolaka, dimuat di atas motor-boot-
motorboot dan kapal-kapal yang tidak cukup ruangannya, sehingga
mereka bertindihan berapit-apit sebagai ikan belik, menyebabkan
mereka sukar untukbuang air di tempat terbuka sebagai di motor-boot
itu, apa lagi bagi kaum ibu.

375
Dua hari dua malam dalam penjara demikian keadaannya, dan
denganmakanan yang tidak cukup, maka banyak di antara tawanan-
tawanan itu jatuh sakit.
Di Kolaka, tawanan-tawanan itu ditempatkan di beberapa tempat,
di antaranya ada yang ditahan di Pinggir laut dalam ruangan satu gardu
yang sangat sempit dan gelap. Di antara tawanan yang ditahan di pinggir
laut tersebut, ialah penulis sendiri. Adapun kaum, wanita, ditempatkan
dekat pasar dalam sebuah rumah yang agak besar.
Gardu (Rumah jaga) yang kami tempati kira-kira 35 orang karena
terlalu sempit, sehingga kami berimpit-impit tidur di atas pasiryang
sangat kotor dan gelap. Di sanalah kami makan, dan selama di tempat
itu, kami tidak pernah mandi biarpun sekalisaja. Dan kami keluar hanya
pada waktu pagi saja untuk buang air di pinggir laut. Pada waktu malam,
maka tahananyang tidak dapat lagi menahan sakit perutnya, terpaksa
buang berak dan kencing dalam ruangan, sehingga itu selalu saja berbau
busuk. Bagi tahanan yang hendak bershalat,terpaksa bertayamum. Jadi
keadaan kami di situ, tak bedanya dengan hewan yang tidurbercampur
dengan segala kotorannya.
Setelah beberapa hari kami ditahan di situ, datanglah di termpat
kami itu, Massi, menteri kepala Rumah Sakit Kolaka untuk memeriksa
penyakit dan mengobati kami. Menurut keterangan yang diperoleh
kemudian, Massi sengaja datang sendiri di tempat itu, karena
diketahuinya penulis ada di situ. Maka untuk membalas budi baik
penulis yang pernah memperlindunginya, maka ia sendiri datang.
Setelah orang-orang tahanan itu dikeluarkan dan diobati, segera
Massi mendekati penulis, dan bertanya kalau-kalau penulis sakit.
Penulis katakan kepadanya, bahwa penulis telah lama sakit. Massi
menyanggupi akan memindahkan penulis ke rumah sakit, dan sementara
itu dengan hati-hatisekali Massi memberikan kepada penulis beberapa
bungkus rokok, dan tembakau tongka beberapa lempeng.
Tapi perbuatan Massi tersebut dapat dilihat oleh polisi, sehingga
penulis tidak jadi pindah berobat di rumah sakit. Malah kabarnya Massi
dimarahi dan ditahan beberapa hari, dan kemudian dia sendiri tidak
diluaskan mengunjungi orang-orang tahanan yang sakit.
Demikianlah nasib yang menimpa orang tahanan itu pada
umumnya, dan tidak kurang pula yang disiksa, dipukul dan ditendang.

376
Apa yang kami alami itu, sebagai yang tertulis di atas, bukanlah
suatu hal yang sengaja dibuat-buat.Pembaca dapat melihat tulisan
orangasing tersebut.
15/7 1946 .
About 30 persons, M. Sanoesi, M.Y. Arief, Soedarman were put
into jail at Kolakaandthe cells were so small that they were compelled to
steep squntting for 10 days. They slept on the bare dirty floor, had had
their food there, never took a bath while they beaten and kicked by the
KNIL soldiers, one of them was Rasyid oh the Gaja Poetih = White
Elephant Brigade
Artinya :
15/7 1946
Kira-kira 30 orang, diantaranya M. Sanusi, M.Y. Arief, Sudirman di
jebloskan ke dalam penjara di Kolaka, dan cel di mana mereka ditahan
begitu kecil, sehingga, mereka tidur berhimpit-himpitan untuk 10 hari
lamanya. Mereka tidur di tempatyang kotor dan tidak berlantai, di
sanamereka makan, dan tidak pernah mandi, dan mereka mendapat
pukulan dan tendangan dari serdadu-serdadu Knil, seperti Rasyid dari
Brigade Gajah-Putih.
Selain dari pada kekejaman yang dilakukan serdadu-serdadu Knil
tersebut, mereka menipu pula rakyat. Di bawah ini pembaca dapat lagi
memperhatikan tulisan orang asing tersebut di atas:
June 7, 1946
A case (measurement 40 x 70 x 15 c.M.) containing gold,
diamonds to a value of one million guillders belonging to Opoe Gawe,
district, head of Boea, was taken away by the corperal of the troop. The
ownerdid not prevent this looting because he was afraid to be murdered.
Artinya :
7 Juni 1946.
Satu peti (ukuran 40 x 70 x 15 c.m.) yang berisi emas, intan yang
berharga satu juta rupiah, kepunyaan Opu Gawe, kepala Distrik Bua,
telah dibawa pergi oleh kopral dari tentara itu. Yang punya tidak
mempertahankan barangnya yang dirampok itu, karena takut dibunuh.
All the cains and other articles looted were put into cases marked
With Netherland and in several campongs those articles had been

377
distributed among the people for one guilder a piece and they weretold
that thoses articles had just arrived from the Netherlands.
Artinya :
Semua kain dan lain-lain barang yang mereka rampok, ditaruh
dalam beberapa peti, dan di luar peti itu ditulis merek (tanda) yang
berbunyi Nederland. Di Dalam beberapa kampung barang-barang
tersebut di bagi-bagikan kepada rakyat serupiah sepotong, dan mereka
mengatakan bahwa barang-barang itu baru saja dari tanah Belanda.

b. KEADILAN DAN KEKUASAAN

Pada hari kesembilan dalam tahanan, di waktu petang, datanglah


orang-orang penjara membawakan makanan orang-orang tahanan yang
di cel di pinggir laut tersebut, dikawal oleh seorang polisi yang
bersenjata senapan dengan bayonetnya yang tajam.
Sebagai biasa, pintu cel tidak dibuka orang-orang tahanan
menerima makanan dan air minumnya, melalui celah-celah pintu dan
dinding.
Setelah makananselesai dibagi, maka polisi tersebut berkata
dengan gaya yang angkuh, bahwa ia telah lama mencari seorang yang
bernama Sanusi, barangkali ia ada ditahan di sini.
Dengan tidak ada curiga sedikit pun dalam hati penulis, maka
penulis bertanya kepada polisi itu, Sanusi siapakah yang dicari, sebab
banyak orang yang berhama Sanusi. Kata polisi itu, jika saya lihat
mukanya, dapat saya menentukan Sanusi yang saya cari itu.
Penulis mengatakan,bahwa saya ini juga bernama Sanusi, tetapi
saya sendiri tidak mengenal tuan.
Mendengar nama Sanusi yang ada di hadapannya waktu itu, tiba-
tiba ia marah dan oleh karena pintu rumah tahanan itu terkunci dia
menikam penulis dengan bayonet melalui celah-celah dinding dengan
sangat bernafsu, sehingga bayonet itu hampir menembus perut penulis,
karena penulis berdiri dekat dinding beromong-omong dengan polisi
tersebut. Waktu itu, penulis segera mengempiskan perut, dan
dengancepat almarhum Andi Bassaleng menyentak penulis mundur,
sehingga penulis terlepas dari bahaya tersebut.

378
Polisi tersebut bertambah marah, karena maksudnyagagal.
Dengan kata-kata yang kasar, ia menuduh penulis membunuh
saudaranya, dan kini katanya tibalah masanya untuk membalas dendam.
Penulis menerangkan kepadanya, bahwa penulis tidak pernah
berniat membunuh orang, atau menyuruh membunuh orang, apalagi
melakukannya sendiri.
Bohong, katanya dengan keras, memang engkau yang
membunuh saudara saya. Engkau memang setan. Besok engkau akan
dipindahkan ke rumah penjara, di waktu mana saya masih bertugas di
sana. Jadi besok, pasti saya tembak engkau, setan !
Kata-kata polisi tersebut diucapkan dalam bahasa Indonesia,
bercampur dengan bahasa Makassar. Rupanya dia suku Makassar, dan
mukanya hitam kemerah-merahan.
Mendengar kata-katanya yang sangat kasar itu, penulis tak
dapatmenahan untuk menjawabnya, Teman-teman penulis, melarang un-
tuk menjawab kata-kata kasar polisi tersebut. Tapi penulis bilang, tidak,
orang semacam itu tidak dapat dibiarkan berkata begitu kasar kepada
kita. Kita harus jawab, supaya sedikit banyak ada imbangan dalam hati
dan pikirannya. Kemudian penulis berkata:
Saudara, jangan berlagak seperti orang yang sangat berkuasa di
sini; beraksi di hadapan orang-orang yang sama sekali tidak dapat
melawan.Saya tidak takut kepada saudara, sebab saya tidak bersalah.
Niat saudara yang jahal itu mungkin saudara lakukan kepada saya, tapi
bukan saudara yang berkuasa. Yang berkuasa hanya Allah Yang
MahaKuasa. Saudara menamai saya setan, tapi kata-kata saudara yang
kasar itu membuktikan bahwa saudara sendiri lebih dari setan. Saudara
ini, termasuk seorang Pengkhianat, yang tidak ada harganya di samping
pemada-pemuda yang telah rela berkorban untuk kemuliaan bangsanya.
Saudara hanya dijadikan alat oleh Belanda, untuk berbuat kasar kepada
bangsa saudara dengan dibayar dengan harga yang tidak seberapa.
Sebenarnya saja jijik berbicara dengan manusia sebagai saudaraini,
tetapi saya berkata sekarang ini dengan niat moga-moga saudaramenjadi
insaf.
Setelah polisi itu mendengar omongan penulis, mukanya
bertambah merah, tetapi ia diam, karena rupanya kata-kata itu tepat
mengenai jantungnya.

379
Waktu polisi itu hendak pulang, ia berkata :
Tunggulah sampai besok, saya tembak.
Kira-kira jam dua malam; bangunlah penulis bershalat dua
rakaat.Sesudah memberi salam, maka dengan tenang penulis mengadu-
kan peristiwa itu kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Adil:
Rabbi, bahwa sesungguhnya hamba ini, tidak pernah bersalah
kepada polisi itu, apa lagi berbuat seperti yang dituduhkannya kepada
hamba. Segala sesuatu TUHAN-lah yangpunya, dan maha mengetahui
segala yang terang dan yang tersembunyi. Tak ada daya, tak ada
kekuatan kepada kami, tetapi hanya kepada TUHAN belaka.
Lindungilah kami dari pada kejahatan orang itu,
Pada pagi harinya, benarlah apa yang dikatakan polisi itu, sebab
tidak lama sesudah matahari terbit, datanglah beberapa tentara Knil,
mengambil kami dengan berjalan kaki pindah ke penjara Kolaka, yaitu
penjara di mana dulu Letnan Y. Boon ditahan atas perintah penulis.
Tetapi sebelum berangkat, kamilebih dahulu harus berobat disatu
sekoci yang dijadikan sebagai poliklinik di pinggir jalan.
Sementara kami berobat, datanglah seorang MP bersama dengan
dua nona. MP itu, adalah anggota dari kesatuan brigade Gajah Putih,
bernama Rasyid, ipar La Side Pemilik Sekolah di Palopo. Ia terus
mendekati penulis dan berkata :
Nama Sanusi ?
Ya.
Tiba-tiba Rasrid menampar muka penulis dengan keras. Hidung
penulis mengeluarkan banyak darah.
Melihat perbuatannya yang sombong itu, yang sengaja
diperlihatkan kepada kedua nona yang mengapitnya, maka penulis
berkata sambil menyeka darah penulis.
Rasyid, saya kenal engkau, ketika datang di Palopo di rumah
saya yang disewa iparmu. Perbuatanmu ini, bukanlah perbuatan seorang
kesatria, karena dilakukan terhadap orang-orang yang tidak dapat
melawan. Ini bukan perbuatan jantan. Kelak engkau akanmenyesal
untuk selama-lamanya, tapi penyesalan yang tidak berguna lagi. Dan
dari sekarang engkau tidak ada harga lagi bagi orang-orang yang
mempunyai pikiranyang waras. Malah bangsa Belanda sendiri mengajak
dan mentertawai engkau dalam hatinya, sebagai seorang yang tidak

380
berpikiran, karena mau saja menjadi alatnya untuk memukul dan
memperkosa bangsanya.
Kabarnya si Rasyd itu, telah lama berada di Nederland, dan telah
menjadi Belanda yang bukan Belanda. Ini juga semacam hukuman
halus dari TUHAN.
Sesudah si Rasyid tadi pergi, kami lantas berangkat ke penjara.
Oleh teman-teman, penulis disuruh berdiri di tengah-tengah barisan,
supaya polisi yang mengancam kemarin itu tidak akan berani
melepaskan tembakan, sebab mungkin orang lain yang kena.
Setelah kami tiba di penjara, Supir Suyadi, telah menunggu kami
di halaman penjara yang berlantai papan itu. Tapi polisi yang
mengancam penulis, tidak kelihatan, walaupun telah dicari dengan
pandangan mata di sekitar penjara itu. Sejurus kemudian, penulis
permisi ke belakang untuk buang air. Sesudah penulis keluar dari w.c.
tiba-tiba penulis dipanggil oleh seorang mandur penjara, bernama
Ismail. Mandur tersebut menyuguhkan rokok kepada penulis, dan
berkata, bahwa mungkin bapak heran, karena kini saya menjadi mandur
penjara pada hal dulunya adalah anggota pemuda yang selalu mengikuti
bapakke mana-mana, jika bapak bertugas di Kolaka ini.
Ya, sebab saudara menjadi mandur penjara ? tanya
penulis.Ismail menceriterakan, bahwadua orang anaknya telah dibunuh
oleh NICA, sesudah mereka ditahan beberapa hari di penjata ini.
Sekarang masih ada anak saya seorang yang masih ditahan di penjara
ini, jika saya tidak memasuki pekerjaan ini, mungkin yang seorang itu
telah ditembak pula di pinggir laut.
Penulis mengangguk-anggukkepala dengan muka sedih,
membenarkan betapa beratnya penderitaan bathin yang diderita Ismail.
Kemudian Ismail berkata lagi, bahwa kematian kedua anaknya
tersebut, dia pikul dengan kesabaran, oleh karena hat itu telah menjadi
ketetapan Al-Khalik.
Di mana itu polisi yang hitam mukanya, yang kemarin petang
datang membawakan makanan orang-orang tahanan di pinggir
laut?tanya penulis kepada mandur itu.
Kira-kira jam dua tadi malam polisi itu mati di rumah sakit.
Setelah ia pulang dari pinggir laut, mengawal orang-orang terungku
kemarin itu, pada jam tujuh malam ia menghadap sipil untuk berobat

381
kerumah sakit, karena perutnya sakit. Menurut laporan pegawai Rumah
sakit, polisi itu meraung-raung kesakitan, dan badannya kelihatan hitam
biru. Telah dilakukan beberapa ikhtiar oleh doktor, akan tetapi tak dapat
tertolong lagi jawab Ismail mandur penjara itu.
Sewaktu ia pulang dari pinggir taut kemarin itu, apakah polisiitu
tidak berceritera dengan kawan-kawannya yang bersama-samabertugas
di penjara ini ? tanya penulis.
Ia berceritera banyak tentang seorang yang bernama Sanusi,
yang dia telah tikam dengan bayonet. Katanya ia sudah janji pada Sanusi
itu akan dibunuhnya hari ini, sebab katanya saudaranya telah dibunuh
oleh Sanusi. Dan mungkin bapaklah kiranya yang ditikam polisi itu ?
jawab Ismail.
Ya, sayalah yang ditikam polisi itu dengan bayonet, tapi untung
tidak kena.
Kejadian ini, dengan cepat tersiar di kalangan luar, terutama di
kalangan polisi dan tentara Knil, baik di Kolaka, maupun di
Kendari.Berita itu rupanya dilebih-lebihkan orang begitu rupa, dan
diiringi dengan satu peringatan, bahwa jangan sekali-kali ada orang
yang berani mengganggu orang-orang tahanan itu, karena ilmu
dotinya (semacam sihir) yang sangat hebat, sehingga polisi yang
lancang itu merasa akibatnya.
Peristiwa ini, besar sekali gunanya, karena semenjak kejadian itu,
tak ada lagi orang-orang tahanan di Kolaka yang disakiti oleh polisi dan
tentara.Suatu perlindungan TUHAN yang luar biasa.
Tidak berapa lama sasudah insiden tersebut, maka semua orang
tahanan laki-laki, dipanggil berkumpul dan berbaris panjang satu persatu
dimuka rumah kediaman Kontroleur Kolaka. Sejurus kemudian, seorang
perwira Knit bersama dengan seorang wanita bernama Rayati, seorang
janda yang cantik anak Powatu, Kepala Distrik Mawewe, datang berdiri
di muka berisan Rayati tersebut, akan menunjuk orang yang telah
membunuh suaminya, karena ia tahu dan kenal siapa yang membunuh
suaminya. Katanya orang itu memakai gigi mas dan mukanya hitam-
hitam manis. Kematian suaminyaitu terjadi semasa ada penyerangan
pemuda ke Wonotobi. Setelah Rayati dan Opsir Knit tersebut, melalui
kira-kira 30 orang dalam barisan kami itu, maka Rayati menunjuk Salika
seorang pemuda yang berasal dari Bua. Salika segera di keluarkan dari

382
barisan. Kemudian mereka berjalan lagi, dan setelah keduanya tiba di
hadapan penulis, maka Rayati menunjuk pula penulis sebagai pembunuh
suaminya, pada hat penulis belum pernah memakaigigi mas. Segera
penuliskeluar dari barisan, dan menunggu nasib yang akan menimpa
penulis bersama Salika. Akhirnyatak ada lagi orang yang ditunjuk
Rayati.
Dalam hati penduduk Kolaka yang banyak berkumpul dari tempat
yang jauh menyaksikan kejadian itu, bahwa sebentar ini, pasti kedua
tahanan itu ditembak di tepi taut, sebagai yang telah terjadi sebelumnya.
Sementara penulis bersama Salika menunggu apa hukum yang
akan menimpa kami, maka teman-teman yang lain diperintahkan pulang,
tiba-tiba Powatu yang telah menjadi mata-mata Nica yang ulung,
dengan pakaian seragam dan memakai satu pistol, keluar dari rumah
Grontroleur diiringi oleh Rayati dan Opsir Knit tadi, menuju ke tempat
kami untuk melihat sendiri roman muka orang-orang yang ditunjuk
anaknya itu.
Ketika Powatu melihat penulis, ia kelihatan terperanjat, lantas
berkata setengah marah kepada anaknya.
Bukan dia ini, semua orang Palopo, saya kenal betul.Tapi ini
dengan telunjuknya menunjuk kepada penulis pemimpin besar
pemuda, dia Tenno Heika dari langit, dan dia Kepala meja.
Semua orang yang mendengar omongan Powatu tersebut,
tertawakarena amat lucu sekali. Kemudian penulis dan Salika disuruh
pulangsaja. Masih dapat penulis mendengar Powatu memarahi
anaknya,karena ia menunjuk sembarangan saja kepada orang yang
pernahmembunuh suaminya.

383
c. BERKENALAN DENGAN LETNAN KEUYL

Setelah kamp di pinggir sungai Kolaka selesai dibuat, maka


disatukanlah semua orang-orang tahanan di kamp tersebut, kecuali
kaumwanita. Kamp ini cukup besar, terdiri dari dua bangsal yang
panjangorang-orang, tahanan merasa sedikit lega, karena udara di kamp
itu silih berganti.
Menjelang bulan puasa, orang-orang tahanan mulai merasa betapa
hebatnya jika kekurangan makanan. Hal itu disebabkan, bahwa selama
ini mereka tidak lagi mendapat beras, hanya sagu dan ubi kayu, sehingga
banyak orangyang jatuh sakit. Keluarga-keluarga Datu dan wanita-
wanitayang lain telah menjual habis barang-barangnyayangmasih disisa
oleh perampok. Mereka menjual barang-barang itu kepada serdadu
NICA, untuk membeli beras.
Seorang tahanan wanita nama Andi Besse, anak Kepala Distrik
Tamuku, meninggal dunia, akibat dari pada kekurangan makanan.
Berkenan dengan keadaan tersebut di atas, di bawah ini, kita
turunkan tulisan orang asing tersebut sebagai berikut :
Kolaka, 7/61946.
100 women of nobility at Tanah Loewoe detained at Kolaka for 6
menths. The reminder of their properties after having been looted by the
Knil had been sold to the soldiers for next to nothing, to able tobuy some
food, because they got,onlyputrifled maise and cassavaflourse that
allthe detained persons like were skeleton.
Artinya.
Kolaka 7/61946.
100 Wanita bangsawan dari Tanah Luwu yang ditahan di Kolaka
untuk 6 bulan lamanya, Sisa barang-barangnya yang dirampok oleh
serdadu Knil telah dijual kepada serdadu-serdadu Knil itu untuk
mencukupi kekurangannya, membeli sesuatu makanan, oleh
karenamereka hanya mendapat beras jagung dan tepung ubi kayu,
sehingga semua orang-orang tahanan kelihatan seperti hanya tulang
saja.

384
15/7-1946.
Andi Besse, a son (maksudnya: a Daughtor) of diestric-hoad of
Tamoeko (Masamba) died in jail at Kolaka of malaria. During his
(maksudnya: her) illness she and her friends had to sleep on the bare
floor.
Artinya.
15/7-1946.
Andi Basse, anak perempuan dari Kepala Distrik Tamuku
(Masamba) mati dalam tahanan karena malaria. Selama ia sakit, ia
dengan teman-temannya tidur di atas lantai yang basah.
Dari sehari ke sehari, semua orang tahanan menderita rupa-rupa
kesukaran, terutama makanan, sehingga tidak ada orang yang luput dari
penyakit.
Pada suatu hari, kira-kira jam 07.00 pagi, Letnan keuyul sebagai
Controleyr Kolaka mendatangi kamp tahanan pemuda di tepi sungai
tersebut, untuk melihat-lihat keadaan orang-orang tahanan. Dia acapkali
singgah sebentar bercakap-cakap dengan pemuda yang ditahan itu.
Waktu penulis melihat Kontroleur tersebut, maka penulis bersiap-
siap akan memajukan protes dan permintaan yang perlu-perlu
kepadanya.
Setelah ia tiba di tempat penulis, rupanya ia akan jalan terus,maka
penulis segera menegurnya :
Tuan Letnan, saya ingin bercakap-cakap dengan Tuan sebentar
Controleur itu segera berhenti dan kelihatan tersenyum.
Rupanya dia seorang yang baik hati. Ini dapatdiketahui setelah ia
bergaul dengan orang-orang tahanan.
Siapa nama tuan Y, tanya Controleur itu. M. Sanusi Dg.
Mattata, jawab penulis.
Mendengar nama tersebut, iatersenyum dan berkata :
Nama Tuan, terkenal di mana-mana, dan tertulis dalam buku
catatan semuapembesar-pembesar Belanda dan Australia sebagaikepala
Penerangan Pemuda, bukankah demikian ?
Benar, kata penulis.
Saya senang bercakap-cakap dengan Tuan, dan mulai malam ini
tuan boleh datang di rumah saya, dan boleh membawa teman tiga

385
oranguntuk mendengar berita-berita radio. Nah, apa yang Tuan mau
katakan kepada saya.
Tuan Letnan, saya telah tahu bahwa Tuan adalah sebagai
Controleur di Kolaka ini, maka alangkah baiknya, karena Tuan
sendirilah yang telah menyaksikan keadaan pemuda-pemuda
yangditahandi sini. Keadaan mereka menyedihkan, karena sangat
kekurangan makanan, apa lagiberas. Mereka mendapat sagu tanpa sayur
bersama garam danikan keringyang sudah di luar daftar pedagang ikan
kering.Jika keadaan ini terus menerus dengan tidak mendapat perubahan
segera, maka kuburan Islam di Kolaka ini akan penuh sesak.
Hal ini saya telah perhatikan dengan sungguh-sungguh, tapi saya
tak dapat berbuat apa-apa, sebab beras yang saya pesan dari Bone belum
tiba. Mungkin dalam satu dua had hari lagi beras itu telah ada di sini
kata Letnan tersebut.
Tetapi melihat kenyataan, banyak beras dijual di pasar. Apakah
tidak dapat diusahakan untuk mendapat sekedar beras di daerah ini,
sebab puasa tinggal beberapa hari lagi,dan semua orang tahanan akan
berpuasa kata penulis.
Nantikita pikirkan hal itu baik-baik katanya.
Tapi Tuan, kata penulis, Di dalam hal ini, kami dapat
membantu tuan meringankan penderitaan tahanan-tahanan ini, jika tuan
setuju.
Bagaimana ?, tanyanya.
Oleh karena tidak lagi cukup seminggu, kami sudah mesti
berpuasa, pada hal tanggal berapa beras tuan datang dari Bone, belum
ada ketentuannya, maka kami sendiri akan berusaha mencari wang
untuk pembeli beras yang ada dijual di pasar. Karena itu, saya meminta
kepada tuan :
1. Izinkanlah kami ke laut untuk menangkap ikan, asalkan Tuan
suka meminjamkan kepada kami berbagai alat penangkap ikan.
2. Izinkan kami ke luar, ke pinggir-pinggir sungai dan di tepi-
tepi hutan untuk mencari sayur liar yang banyak terdapat di sana.
3. Izinkanlah kami mengadakan sandiwara dengan memungut
pembayaran sederhana, untuk pembeli beras.
4. Izinkan kami bershalat Jumat di mesjid Kolaka, dan jika perlu
kami sendiri membaca khotbah.

386
Apa yang Tuan minta, semuanya dapat saya kabulkan, kata
Letnan Keuyl dengan tidak pikir panjang.
Setelah penulis dan kawan seketiduran yaitu saudara Kurais Daud
mengucapkan banyak terima kasih, Letnan yang baik hati itu segera
pergi.
Pada malamnya, dengan berteman empat orang, yaitu Andi
Achmad, M. Yusuf Arief, Sudarman, penulis mendatangi rumah
tuanKeuyl, dikawal oleh seorang tentara. Waktu Letnan itu melihat
kami, segera ia mempersilahkan kamimasuk, dan kami bercakap-cakap
sebagai sahabat.
Letnan itu berceritera, bahwa ia dikirim ke Kolaka sebagai
Controleur langsung dari Australia. Dia telah lama berdiam di Australia,
sehingga ia bertunangan dengan seorang gadis Australia.
SebelumkeKolaka, ia belajar dahulu tentang adat istiadatbangsa
Indonsia, dan Agama Islam.
Penulis mengatakan kepadanya, memang demikian semestinya,
supaya orang-orang yang bekerja di negeri orang lain, tidak akan banyak
mengalami kesulitan. Akan tetapi saya percaya, bahwa pengetahuan
tuan tentang bangsa Indonesia dan Agama Islam, jauh dari sempurna.
Jika tuan mau, saya akan menambah pengetahuan Tuan itu, meskipun
umpamanya Tuan tidak akan lama di Indonesia, maka pengetahuan itu
akan tetap berguna.
Letnan Keuyl, mengucap banyak terima kasih. Demikianlah
malam itu, kami isi dengan bermacam-macam percakapan sampai larut
malam.
Ketika, kami akan pulang, Letnan itu meminta supaya
penulissaban malam datang di rumahnya dan membawa temannya yang
lainlagi, untuk mendengar berita-berita radio, dan tidak perlu lagi
dikawal.
Perkenalan kami dengan Letnan Keuyl tersebut, sedikit
banyakmengharapkan orang banyak, apa lagi bagi pegawai-pegawai
kantor.Banyak mereka itu merasa khawatir dari sebab perkenalan itu.

387
d. MENGADAKAN PERTUNJUKAN

Apa yang kami minta kepada Letnan Keuyl semuanya


dipenuhi.Pemuda-pemuda yang pandai menangkap ikan, tiap-tiap hari
berangkat ke laut, sehingga setiap harinya orang-orang tahanan selalu
makan ikan basah yang segar. Demikian juga dengan sayuran yang
bermacam-macam khasiatnya. Setiap hari Andi Tenriajeng menyuruh
beberapa pemuda berganti-ganti ke luar ke tepi-tepi sungai dan bukan
mencari sayur-sayur dengan hasil yang memuaskan.
Pada tiap-tiap hari Jumaat, orang-orang tahanan berbaris dengan
tertib, menuju mesjid untuk bershalat Jumaat dengan bercampur
penduduk Kolaka, dan yang membaca khotbah adalah dari pihak
tahanan, yang diselenggarakan oleh M. Rasyad.
Akan tetapi hal ini, tidak berjalan lama, karena ada
pengaduanmengenai alat penangkap ikan banyak rusak karena tidak
dipergunakandengan hati-hati oleh pemuda yang mempergunakaanya,
dan mereka yang pergi mengambilsayur, memasuki kebun-kebun
penduduk dengan tidak seizin yang punya, dan menggasakisi kebun
itu.
Demikian juga tentang pembacaan khotbah, bukan lagi orang-
orang tahanan, oleh karena hasutan Powatu, sehingga Imam
Kolakamemajukan keberatan dengan alasan, bahwa khorbah-khotbah
orang-orangtahanan itu, banyak yang tidak memenuhi syarat,
sehinggamenimbulkankegelisahan di kalangan ummat Islam. Pada hal
khotbahkhotbah yang diucapkan oleh orang-orang tahananitu, tidak ada
yang kurang darisyarat-syarat yang mesti adapada satu khotbah. Juga
khotbah-khotbahpemuda itu, tidak sedikit pun mengandung
politik,semata-mata berisi anjuran untuk mempertinggimutu akhlak
ummat Islam.
Dalam urusan pertunjukan, pengurusnya menjadi lengkap, oleh
karena beberapan pemimpin pemuda yang tertawan kemudian, di bawa
ke Kolaka. Tapi ada juga yang dapat lolos ke Jawa untuk melanjutkan
perjuangannya.
Persiapan-persiapan untuk pertunjukan tersebut berjalan lancar,
karena panitya penyelenggara mendapat kelonggaran dari Pemerintah
Kolaka. Mereka dapat mengadakan latihan-latihan di sebuah rumah

388
sekolah, dan dari penduduk Kolaka, ada juga meminta turut membantu,
yakni ikut bermain dan memetik dan memalu bunyi-bunyian.
Pertunjukan sandiwara ini, diatur oleh penulis, M.Y. Arief, Andi
Achmad, Sudarman dan lain-lain, dan yang ditunjuk sebagai seri
panggung, seorang tahanan wanita bernama Chalifah, guru sekalah
Dasar dari Malili.
Setelah ceritera untuksandiwara tersebut selesai penulis karang,
pergilah penulis menemui Letnan Keuyl untuk memperlihatkan naskah
ceritara tersebut, dan menerangkan isi dan tujuan ceritra itu. Tujuannya,
untuk mempertinggi mutupertanian rakyat. Letnan Keuyl menerima baik
ceritera itu, dan menyuruh penulis berurusan lebih jauh, dengan AIB
Abdulgaffar.
Letnan Keuyl juga bertanya waktu itu, bahwa adakah di antara
pemuda-pemuda itu yang pandai bermain sandiwara penulis mengatakan
kepada Letnan itu, bahwa pemuda-pemuda yang ditahan itu serba
lengkap. Ada nelayan, ada petani, ada pedagang, ada guru, ada
Ambtenar dan lain-lain. Bahasa pun tau semua. Ada yang taubahasa
Inggeris,apa lagi bahasa Belanda. Ada yang tahu bahasa Jerman, bahasa
Perancis, dan malah ada yang tahu bahasa Cina dan bahasa Urdu.
Karena itu, jika Tuan suka, meminjamkan kepada kami majjallah-
majallah dari luar negeri.Letnan yang baik hati itu, sanggup akan
meminjamkan berbagai macam majallah.
Dengan tidak memeriksa baik naskah ceritera tersebut,
Abdulgaffar menyetujui ceritera itu untuk dipertunjukkan.
Berita pertunjukkan itu, sudah tersebar luas di kilangan penduduk
Kota Kolaka, sehingga pada malam pertunjukan, loods pasar
sebagaigedung pertunjukan dibanjiri penonton, baik laki-laki maupun
wanita dan anak-anak. Maka dalam waktu sebentar saja karcis yang di
jual Sudarman, habis.Tapi penonton tidak memperdulikan lagi
karcis,mereka memberikan saja wangnya kepada Sudarman sebagai
sumbangan katanya. Banyak orang pulang, karena tak dapat melihat
sedikit pun jalannya permainan.
Malam itu, dapatlah penulis memperhatikan dengan saksama
betapa besarnya perhatian penduduk kota Kolaka dan sekitarnya,
meskipun di dalam keadaan tertekan, tentang perjuangan pemuda-
pemuda, yang dicap oleh Belanda sebagai terrorist-extermist.

389
Hal itu, membuktikan, bahwa betapapun hebatnya tekanan NICA
dan kaki-tangannya kepada penduduk, tapi namun begitu, di dalam
hati penduduk masih hidup tersembunyi rasa simpati kepada perjuangan
kemerdekaan yang dipelopori pemuda. Perasaan kemerdekaan masih
tetap membara dalam jiwa orang banyak, meskipun telah disiram
ribuan liter air oleh NICA, yang berupa pembunuhan, perampokan,
paksaan, perkosaan dan lain-lain perbuatan kejam.
Kebencian hati rakyat kepada NICA dan kaki-tangannya,
terbayang nyata di malam itu. Sebaliknya, kecintaannya kepada pemuda
tetap hidup, sehingga setiap hari camp tahanan, dibanjiri bermacam-
macam kiriman dari penduduk kota.
Pada pertunjukan itu, tampak hadir Letnan Keuyl, dan beberapa
tentara Knil yang sengaja datang dengan berpakaian preman, juga
beberapa pegawai negeri.
Sebelum pertunjukan dimulai, lebih dahulu penulis mengucapkan
kata pembukaan dan terima kasih.
Jam 24.00 tengah malam, baru pertunjukan itu selesai dengan
hasil yang memuaskan. Pada keesokan harinya untuk pertama kalinya
pemuda-pemuda tahanan mengecap nasi putih dengan sepuas-puasnya.

e. DALAM SUASANA HARI RAYA


IDUL FITRI

Sesudah pertunjukan tersebut berlangsung, maka pengertian orang


banyak dan beberapa tentara Knil, bertambah baik, terhadap perjuangan
pemuda.
Demikianlah, pada suatu malam, Rasyid, M.P. dari brigade
Gajah Putih yang pernah memukul penulis, datang di tempat
penulis,langsung meminta maaf atas kesalahan yang ia lakukan kepada
penulis.
Penulis mengatakan kepadanya :
Saya telah dikatakan, bahwa engkau akan menyesal kelak.
Saya harap perbuatan demikian jangan diulang lagi kepada orang lain,
karena mungkin engkau sekarang minta maaf kepada saya, sebab takut
kepada ilmu-doti saya, yang tentunya engkau telah dengar beritanya,
setelah polisi itu mati dengan mendadak di rumah sakit Kolaka. Tapi apa

390
yang dikatakan orang doti atau sihir, tak sedikitpun saya tahu, akan
tetapi semua persoalan, selalu saya pulangkan kepada yang punya, yaitu
Allah s.w.t.
Denga bersungguh-sungguh Rasyid mengatakan, kini saya benar-
benar telah insaf.
Ketika penulis berjumpa dengan La Side di tahun 1954, penulis
menyatakan di mana Asyid sekarang berada. Saudara La Side
mengatakan bahwa Rasyid sekarang berada di tanah Belanda. Mungkin
ia telah menjadi warga Belanda.
Sementara menjalani ibadah puasa, maka setiap malam penulis
bersama-sama dengan teman yang lain, mendapat rumah Letnan Keuyl
untuk mendengar berita-berita radio. Atas persetujuan Letnan Keuyl,
maka setiap pagi penulis menyusun berita-berita tesrebut menjadi suatu
bulletin dengna mempergunakan alat-alat tulis Cipir penjara, dan lantas
disiarkan kepada umum, di kantor-kantor dan di dalam Kamp pemuda,
dan kepada Lentan Keuyls sendiri. Dengan demikian, maka penduduk
kota Kolaka , etiap hari dapat mengikuti beberapa kabar-kabar penting
yang terjadi di tanah air. Tapi berita-berita aksi Van Mook yang akan
membentuk negara-negara boneka, seperti NIT, yang konfresninya
dimulai di Malino, sengaja penulis tidak siarkan hanya menjadi
pengetahun sendiri.
Harian Pagi itu, mendapat petahian besar dari penduduk
sehingga jika penulis sakit, atau ada lain halangan, maka pekerjaan itu
diteruskan oleh M. Yusuf Arief.
Dengan pergaulan dan pengertian yang baik ini, antara Letnan
Keuyl dan pemuda-pemuda tahanan, maka pernah juga diadakan
suatupertandingan sepak bola antara pemuda-pemuda tahanan dengan
tentara Knil. Dalam pertandingan itu, tentaara Knil mendapat kekalahan.
Kekalahan Knil tersebut menjadi bisik-bisik dari orang-orang yang
percaya takhyul, bahwa kekalahan Knil itu, adalah suatu tanda, bahwa
Belanda kelak akan kalah dalam pertarungan yang maha dahsat ini.
Kira-kira pertengahan Ramadhan, Letnah Keuyl datang di Kamp
Tahanan, meminta supaya pihak pemuda menuliskan dengan betul
segala pertempuran yang telah terjadi antara Knil dan PKR. Permintaan
Letnan itu diterima dengan baik, dan dilaksanakan oleh M.S. Arief dan
lain-lain teman. Selain itu Letnan Keuyl, juga meminta kepada penulis,

391
supaya dibuatkan baginya bermacam-macam bentuk pidato, penulis
menyanggupi permintaannya tersebut.
Akan tetapi perhubungan yang baik atara pemuda-pemuda
tahanan dan Letnan Keuyl yang baik hati itu, tidak berjalan lama, karena
laporan Kaki-tangan-kaka-tangan NICA yang dikirim ke Kendari
kepada Kapten Vennick (Vennick diangkat menjadi Kapten lantaran
jasanya menawan Datu dan Pemimpin-Pemimpin Pemuda).
Kabarnya Letnan Keuyl mendapat marah dari atasannya. Maka
beberapa hari sebelum hari raya Idul fitri, perhubungan yang baik itu
terpaksa diputuskan. Pemuda tidak diperkankan lagi mendengar radio,
sehingga bulletin yang disiarkan setiap pagi juga dihentikan.
Tapi, meskipun begitu, tuan Keuyl yang demokrat itu, hadir juga
pada malam takbir yang diadakan oleh pemuda-pemuda tahanan di
dalam kamp tahanannya, dan turut mendengarkan seluruh pidato yang
diadakan malam itu. Dan juga ia turut berdiri bersama-sama dengan
pemuda untuk menghormati kedatangan anggota-anggota Hadat, yang
ditahan di lain tempat.
Pada hari raya Idulfitri, semua pemimpin-pemimpin pemuda
diluaskan bersiarah ke rumah kenalannya dengna penjagaan yang tidak
berarti. Pendek kata, jika orang mau lari, dengan mudah dapat
meloloskan diri.
Pada hari raya itu, banyak tahanan yang bercucuran air matanya,
karena terharu mengenangkan kebiasannya pada hari-hari Raya di kala
bersama-sama dengan sanak keluarganya. Tapi hari Raya kini, mereka
jauh dari sanak keluarganya, dan tidak tentu pula nasib yang menimpa
mereka, dan apakah mereka dapat bertemu kembali seperti biasa.
Soal kesedihan. Disebabkan bercerai dengan terpaksa dengan
keluarga, inilahmenjadi titik-berat dalam pidato penulis di malam takbir
tersebut.

f. BEBERAPA TAHANAN, DIPINDAHKAN


KE KENDARI
Demikianlah keadaan penghidupan tahanan-tahanan selama
mereka ditahan di Kolaka. Yang amat menyusahkan, hanyalah
kekurangan beras. Penganiayaan tak ada sama sekali, sesudah polisi
yang mengancam penulis mati mendadak.

392
Oleh laporan-laporan dari kaki-tangan-kaki-tangan Nica seperti
tersebut di atas, maka pada pertengahan bulan September beberapa
pemuda dipindahkan dari kamp tahanan ke penjara, sebab dikuatirkan
mengaturrencanaperlawanan.
Beberapa hari kemudian dari padaitu,tiba-tiba perintah
datangkepada 17 orang tahanan, supaya bersiap, karena pada hari itu
juga, mereka akan dibawa pergi. Mereka itu ialah :
1. Andi Kasim
2. Penulis sendiri.
3. Andi Tenriajong.
4. Andi Achmad.
5. M. Jusuf Arief.
6. Andi Mutakallimun.
7. Andi Sultan.
8. M. Rasyid.
9. M. Jufri.
10. La Guli.
11. Hasyim Pangerang.
12. Lapase.
13. M.Tahrir
14. Ch. Pengak.
15. Baso Dg. Pawellang.
16. A. Kadir Tokia.
17. (Penulis lupa).

Perintah yang tiba-tiba itu, amat menggelisahkan hati yang


bersangkutan, demikian juga pemuda-pemuda yang lain bersama
keluarga mereka yang ada di kota Kolaka, karena timbul dugaan di hati
mereka, bahwa 17 orang itu akan ditammatkan riwayatnya. Demikian
pula dugaan rakyat umum pendudukkota Kolaka.
Berhubung dengan kejadian yang tiba-tiba itu, Andi Nyiwi, Ketua
Umum Pemuda Malili, seorang yang berani dan ramahtamah,
mengamuk dalam kamp tahanan, dan nyaris menimbulkan korban,
sekiranya ia tidak dicegah oleh kawan-kawannya tapi ia melawanterus,
dan menangis tersedu-sedu, dan berteriak dengan suarakerasia

393
mengatakan, bahwa pemimpin-pemimpinnya itu akan dibunuh secara
kejam.
Melihat suasana kesedihan dan kepiluan yang menimpa hati dan
jiwa pemuda-pemuda tahanan tersebut, maka penulis berkata dari atas
oto :
Saudara-saudara semua, saya harap supaya bersabar dan
menyerahkan diri kapada Allah Yang Maha Kuasa, karena segala
sesuatu itu adalah di dalam genggamannya. Insya Allah, kita
semuakanberjumpa kembali dalam keadaan yang lebih baik.
Teguhkanlah iman saudara-saudara.
Kemudian keadaan menjadi tenang, dan barulah kami berangkat
ke jurusan Kendari.
Pada suatu ketika, di bahagian jalan yang mendaki, tiba-tiba jeep
di mana penulis ditempatkan, berhenti, dan dengan cepat diikuti dengan
satu letusan senapan. Semua tahanan terperanjat, dan menyangka bahwa
di tempatitulah mereka semua akan dibunuh. Hati kami berdebar-debar
menunggu apa yang akan terjadi. Kemudian, oto yang berjalan di muka
segera kembali setelah mendengar bunyi letusan tersebut. Barulah kami
tahu, bahwa letusan itu, adalah suatu tanda bahwa oto yang di belakang
memerlukan bantuan. Hati kami lega dan bersyukur kepada TUHAN.
Penulis berusaha, untuk mengetahui tujuan dari perjalanan kami.
Dekat penulis duduk, seorang sersan bangsa Belanda sudah agak lanjut
umurnya. Setelah berpikir sebentar, penulis mulai memancing :
Tuan sersan sudah berapa lama berdinas di Indonesia ini, sebagai
tentara ?
Ik ?, ik sudah lama di sini, terutama di jawa, sudah 10 tahun
lebih, dan palinglama ik di Magelang, kata sersan itu.
Jika begitu. Tuan tentu telah pandai benar bahasa Indonesia
bukan ?, tanya penulis.
Neen, tapi semua yang diomong orang dalam bahasa Indonesia,
ik mengerti, katanya.
Berapa anak Tuan yang lahir di Indonesia ini ?, tanya penulis.
Lima orang.
Oleh karena penulis mengetahui bahwa umumnya bangsa Barat
yang pergi berperang, selalu membawa foto-foto keluarganya, atau foto
tunangannya, maka penulis berkata lagi :

394
Bisakah saya melihat foto anak-anak manis itu ?.
Ya, sambil sersan itu merogoh kantongnya, dan mengeluarkan
selembar foto, lalu diperlihatkannya kepada penulis dan lain-lain teman.
Di dalamnya, tergambar semua anak-anaknya, bersama nyonyanya.
Wah, Tuan seorang bapak yang berbahagia, mempunyai anak-
anak yang manis, kata penulis sambil memandang wajah sersan
tersebut.
Terima kasih, kata sersan itu, sambil mengeluarkan sebungkus
rokok dari sakunya, lalu ia mengudut, dan menyuguhkan juga kepada
penulis seraya berkata
Suka rokok ?
Terima kasih, kata penulis, lalu mengambil sebatang,
demikianjugateman-teman yang lain. Dan untuk M. Rasyid yang duduk
dalam gandengan jeep, penulis lemparkan kepadanya 2 batang.
Sementara kami, mengecap enaknya bau tembakau, maka
penulis bertanya lagi sebagai orang yang bodoh :
Tuan, kenapa ada letusan tadi itu ?
O, itu sein, supaya oto di muka jangan terlalu jauh, dan juga jika
oto yang di belakang ada kerusakan, itu senapan mesti di kasih bunyi,
jawab sersan itu.
Terima kasih, tapi tadi itu, kami semua terkejut, karena tiba-tiba
oto berhenti, dan tiba-tiba itu senapan meletus. Saya kira kita orang mau
ditembak.
Neen, dan ik sendiri tidak suka bunuh orang, kata sersan itu,
sambil melihat kepada penulis dengan sedikit senyum. Apa lagi
sekarang ada perintah tidak boleh bunuh orang, katanya lebih jauh.
Hati kami menjadi lega, mendengar kata sersan itu. Jadi jika
begitu tuan sersan, kenapa kami 17 orang ini, dibawa pergi, diceraikan
dengan teman teman kami di Kolaka itu ? tanya penulis seakan-
akanseorang dungu.
Ya, ini perintah, sebab kamu semua akan diperiksa barangkali di
Makassar, kata sersan itu.
Tetapi kenapa semua tahanan tidak dibawa ?
Terlalu banyak, cuma yang penting-penting saja, katanya.
Dari pancingan itu, dapatkah kami mengetahui tujuan perjalanan
tersebut.

395
Sesudah makan siang di suatu tempat, perjalanan dilanjutkan lagi,
dan dalam kesempatan itu, penulis mencoba bercakap-cakap lagi
dengan sersan tersebut dengan maksud untuk mengetahui situasi pada
waktu itu. Percakapan ini, penulis lakukan dengan hati-hati sekali.
Sesudah membakar cigaret (rokok sersan selalu terletak diatas
bangku). Maka penulis bertanya lagi :
Kira-kira berapa jam lagi kita tiba ?
Ya, lagi 3 jam. Malam kita tiba, kata sersan itu.
Ya, lama juga. Tambah banyak susah. Saya punya pantat sudah
penab duduk saja sepanjang hariini. Untung baik tuan suka omong-
omong dengan kami. Terlatu banyak susah sekarang ini, sehingga saya
sendiriingin, supaya perkelahiaberhenti lekas, dan kita semua hidup
aman
Ya, ik dengar sudah ada pembicaraan Syahrir dengan pemerintah
Belanda, jadi ik rasa, tidak lama lagi berkelahi, karena ik sendiri sudah
bosan, sudah rindu kepada anak-anak di rumah.
Syahrir itu, siapa Tuan ?, tanya penulis dengan memperbodoh
diri.
O, dia orang pintar, dia orang Minister dari Indonesia, ujar
sersan tersebut.
Terima kasih, kata penulis.
Penulis tidak menambah lagi pertanyaan, karena kata-kata sersan
tersebut sudah cukup untukpenulis tentang gambaran situasi waktu itu.
Di samping masih adanya pertempuran-pertempuran, juga telah ada
usaha untuk mempertemukan pengertian kedua bangsa, agar terdapat
suatu perdamaian antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah
Belanda. Kurang lebih jam 21.00 malam, kami tiba di Kendari, dan
ditempatkan dalam rumah penjara.

g. BEBERAPA TENTARA KNIL MERASA INSAF.

Rumah penjara Kendari terbikin dari kayu, tingginya, kira-kira


1 m dari tanah, berlantai papan yang sudah lapuk, dan kotor sekali,
dan berjendela kawat berduri.
Rumah penjara ini, kotor, karena semua orang tahanan dan orang
hukuman, bila hendak ke kakus, harus melalui tempat tidur orang-orang

396
hukuman dengan kaki yang sangat amat kotor karena telah menginjak
kakus yang kotor yang selalu tergenang airnya, dan penuh dengan ulat-
ulat yang sebentar akan menjadi anjing terbang. Tidak heran jika
semua orang-orang hukuman dan tahanan yang berbeda di situ, kena
penyakit, dan badan mereka kurus kering.
Sekarang tidak ada lagi golongan pejuang yang ditahan di penjara
Kendari, yang ada hanya beberapa orang hukuman. Menurut keterangan
mandur penjara, jika ada pemuda maka yang menjaganya, adalah
tentara Knil sendiri, bukan polisi. Tentara yang menjaga itu, buas
terhadap pemuda yang ditahan itu. Hampir semua pemuda yang pernah
ditahan di penjara ini katamandur itu lebih jauh dipukuli, ditendang dan
lain-lain siksaan, sehingga beberapa di antara pemudaitu terpaksa
tinggal di rumah sakit.
Kami ditempatkan di dalam dua kamar yang berlantai semen,
berpintu besi yang kuat, dan tidak mempunyai jendela, sehingga jika
pintu ditutup, maka saluruh ruangan kamar menjadi gelap, dan hampir
tidak ada udara yang masuk. Kamartahanan itu, terpisah dari rumah
penjara,dan itulah yang terkenal di Kendari dengan sebutan kandang-
macan. Kandang macan ini, kelihatan lebih kukuh dari padakandang-
macan kandang-macan yang ada di kebun-kebun binatang.
Pada malam kami tiba, kami tidak diusik-usik oleh pengawal,
sehingga kami tidur dengan lelap, akibat dari keletihan dari perjalanan
yang sejauh itu.
Kedatangan kami di Kendari, segera tersiar di kalangan tentara,
polisi, pegawai-pegawai negeri dan rakyat umum. Mereka menerima
berita kedatangan kami, dengan macam-macam kata-kata yang
menghina dan mengejek. Mereka berkata di antara lain: Kini di
Kendari ditahan sebahagian dari jago jago Pemuda Luwu, di
antaranya itu Sanusi yang pernah datang di Kendari ini menyebarkan
propaganda kemerdekaan palsunya itu.
Kami ada juga mempunyai beberapa kenalan dan sahabat di
Kendari ini, seperti Andi Tenriajong ada iparnya sebagai pegawai
negeri,dan penulis sendiri mempunyai seorang sahabat karib nama
S.Hasan, akan tetapi mereka sangat takut berhubungan dengan kami.
Tidak heran, jika jalan raya yang terletak di samping rumah penjara
Kendari itu sepi, oleh karena orang tidak berani lalu di sana, kecuali oto

397
tentara dan anak-anak.Mereka takutdisangka adahubungan dengan
orang-orangtahanan tersebut.
Setiap hari, kami hanya mendapat segenggam nasi, dan sepotong
kecil ikan kering yang sudah layu, yang tak mempunyai lagi bau ikan.
Tentang hal ini, di bawah ini kami turunkan tulisan orang asing
tersebut :
16/9 1946.
Soma persons were held in custody at Kendari, a.o. Andi Kasim,
Republican district head af Kolaka, AndiTenriajong,Andi Achmad,
Andi Sultani, Andi Mutakalimun, M. Jusuf, M. Sanusi, M. Rasyid,
M.Jufri, La Goeli, La Pase, M. Tahrir, Ch. Pengak, Baso Dg. Pawellang,
Abdul kadiretc. Thay got rotten maize for food and a bit of rice with
fish. During 26 days bathed 3 time.
Artinya.
16/9-1946.
Seberapa orang ditahan di Kendari, di antaranya, ialah Andi
Kasim kepala distrik Republik dari Kolaka, Andi Tenriajeng, Andi
Achmad, Andi Sultani, Andi Mutakallimiun. M. Jusuf (maksudnya:
Jusuf Arief), M. Sanusi, M. Rasyid (maksudnya: M. Rasyad), M.Jufri,
La Goeli, La Pase, M. Tahrir, Ch. Pengak, Baso Ug. Pawallang,
Abdul Kadir dan lain-lain. Mereka mendapat jaung yang sudah busuk
untuk makanan mereka dan sedikit nasi dan ikan. Selama 26 hari,
mereka hanya 3 kali mandi.
Demikianlah, setiap hari, jika orang terungku telah memanjat
pohon jati yang tumbuh di muka kandang macan kami, maka tahulah
kami, bawa waktu makan sudah dekat, oleh karena yang
dijadikansebagai piring, daunkayu jati itulah.
Pada suatu petang, datanglah tentara yang sangat ditakuti orang-
orang tahanan, untuk bertugas pada malam itutentara itu, terkenal
sebagai algojo orang-orang tahanan, terutama jika yang ditahan itu,
pemuda-pemuda extermist. Tentara itu badannya sedikit tambun dan
mukanyakelihatan selalu garang. Apakah mukanya memang demikian
keadaannya, ataukah dia sengaja jika berhadapan dengan orang tahanan,
ketahuan setelah penulis beromong-omong dengan dia.
Kemudian, semua tahanan dikeluarkan dari kandang untuk
diperiksa dan dihitung, dan diperintahkannya kami berdiri kami berdiri

398
saja dengan tidak teratur. Suara tentara itu kedengaran di seluruh penjara
dan jalan raya. Mandur penjara kelihatan sangat takut,dan memandang
kepada kami secara sembunyi-sembunyi, seakan-akan memberi tahu,
bahwa dia itulah yang dia maksudkan sebagai orang yang paling garang
di antara, semua tentara Knil yang ada di Kendari. Kami semua tidak
ada yang merasa takut, dan kami memperbaiki barisan kami secara
malas.
Sesudah ia menghitung, lantas menerima kunci dari tentara yang
digantinya danmemerintahkan segera kami masuk kandang,sekali lagi
dengan suara keras.
Tentara itu dua berteman, semuanya suku Manado. Yang tambun
itulah yang kelihatan garang.
Mungkin sebentar ini, kita dianiaya mereka itu. Tadi dia marah-
marah, dan memang kelihatan garang, kata La Paso kepada tawan-
kawannya.
Tidak usah risau dan gelisah, biarkan saja, sebab TUHAN
berkuasa atas segala hambanya kata penulis.
Tapi, jika mereka hendak menganiaya kita, saya tidak biarkan,
saya mau lawan, biar dia tembak, kata La Pase lagi.
Tunggu, sabar, jika mereka datang ke mau mendekati kita, dan ia
mengomel mencaci maki kita, jangan ada seorang yang bercakap,nanti
saya yang membalas kata-katanya itu, jika benar ia menghinadan
mencaci maki kita, kata penulis.
Sebentar kemudian, tentara yang tambun itu, benar muka sel kami
yang belum ditutup pintunya. Setelah ia dekat sekali dengan kami, tiba-
tiba ia mengjamburkan kata-kata dengan suara yang cukup terang di
kuping kami.
Kurang ajar semua, kepala batu, tidak tau baris, atau sengaja
tidak mau turut perintah. Bangsat, di sini kamu semua mesti mati kutu.
Kamu rasai sekarang, telah ditipu Sukarno. Kamu semua orang bodoh,
mau saja ditarik hidungnya oleh Sukarno. nah, sekarang mana Sukarno
untuk melepaskan kamu. Mana kapal terbangnya, mana kapal lautnya,
omong kosong saja. Jadi kamu semua terrorist dan extermist, bikin
susah saja orang, bunuh bangsa sendiri. Jika saya perintah kamu
membandel, dan boleh kamu rasai saya punya pukulan, mengerti,

399
Kami semua diam mendengar kata-katanya yang kasar itu. Setelah
tiga kali lalu di muka kamar di mana penulis berada, dan masih saja
mengomel tidak karuan, maka penulis pun berseru kepadanya.
He, saudara, pelan-pelan omong, jangan seperti suara kerbau
yang mau dipotong. Jangan saudara sebab saudara belum tahu sedikit
pun arti dan maksud dari perjuangan kami, sebab yang saudara pikir
hanya makan, hanya pakaian, dan senangnya jika merampas barang-
barang bangsamu yang saudara sudah kalahkan, memperkosadan
membunuhnya. Bukan kami yang bodoh, tetapi saudari sendiri sebab
mau saja menjadi alat Belanda merusak bangsa, menentang kami. Dr.
Ratulangi, mungkin jadi keluarga engkau, itulah Gubernurkami,
pemimpin kami. Beliau seorang yang terpelajar, seorang pemimpin
besar,yang sudah terkenal di seluruh dunia.
Beliau lebih pandai dari semua orang Belanda yang menjadi tuanmu di
Sulawesi ini. Dia sudah tua, tetapi dia berjuang, dia tidak takut mati,
tidak takut ditangkap, tidaktakut menderita, asalkan bangsanya merdeka,
lepas dari penjajahan. Seribu orangmacam saudara tidak dapat
menyamai kepandaian dan keberanian dr. Ratulangi. Itulah pemimpin
kami di sini, bapak kami. Mungkin sekarang telah dibunuh atau di buang
oleh Belanda. Juga anak beliau, seorang gadis, mata saya sendiri
menyaksikan, betapa hebatnya ia menentang Australia di kota
Watampone. Saudara tidak malu, sehingga saudara berani menuduh
kami sebagai bangsat, terrorist. Di antara kami yang ada sekarang di
sini, jika hendak jadi budak Belanda, ada yang bisa jadi Resident,
Assisten-Resident, Hoofd School Opziener, Mayor, Kapiten dan lain-
lain. Tetapi kami mau diberi pangkat bagaimana pun tingginya, jika
masih dijajah. Bangsa Indonesia sekarang mempunyai garis hidup,
Merdeka atau Mati. Kami lebih suka mati dari pada hidup diperbudak.
Kita berjuang, supaya kitakelak yangmenentukan nasib sendiri, bukan
orang lain.Pikirkanlahbahwa Belanda tak bisa menang dalam
peperangan ini, karena mereka salah. Biarpun senjata Belanda kuat,tapi
akhirnya Belanda pasti kalah, sebab berhadapan dengan senjata yang
mampu, ialah hak dan keadilan. Saya heran sekali melihat sikapsaudara
sebagai seorang suku Menado, suatu suku yang terhitung pemberani,
lincah dan ramah-tamah. Tetapi kenapa sekarang sudah lebih dari
Belanda sendiri. Sebab hati saudara, telah kemasukan setan kolonial.

400
Tapi saya pikir tidak banyak orang Menado yang seperti saudara masih
lebih banyak lagi yang mengikuti jejak Dr. Ratulangi. Jika saudara suka,
boleh bertanya kepada kami, apa saja yang engkau ingin ketahui.
Misalnya, dapat kami jelaskanrahasia dan latar belakang dari perjuangan
kemerdekaan bangsa kita, serta tujuan dan maksudnya. Dan saudara
boleh hantamkami sesuka-sukanya, jika terdapat sedikit saja kejahatan
dalam cita-cita perjuangan kami, yang dipelopori oleh Sukarno, M.
Hatta, Dr. Ratulangi dan lain-lain.
Mari dekat kami, kami semua tidak takut. Tujuh belas orang kami
di sini ditahan, semuanya adalah orang-orang yang terpelajar dan
berpikiran sehat, dan tidak takut menderita jika kebenaran kami
diperkosa orang. Dekat sini, dan kita beromong-omong.
Waktu penulis seru dia, dia balik dengan muka yang merah. Tapi
akibat dari kata-kata yang tajam sebagai jawaban atas kata-katanya,
lama kelamaan mukanya yang merah menjadi normal, dan berjalan lebih
dekat ke jeriji pintu besi. Akhirnya ia duduk berhadap-hadapan dengan
kami, lantas berkata :
Yang Tuan katakan itu, menggerakkan hati saya, sehingga ingin
mendengar apa sebenarnya tujuan dari pada gerakan-pemuda, yang
selama ini dicap sebagai terrorist-extremist. Kemudian ia keluarkan
cigaretnya, dan mengajak semua tahanan merokok, dengan tidak lupa
memberikan juga rokok kepada tahanan-tahanan di kandang yang satu,
di mana Andi Kasim, M.Jusuf Arief ditempatkan.
Malam itu, penulis mengisi benar-benar hati dan pikiran kedua
tentara Knit tersebut, tentang tujuan dari pada gerakan
kemerdekaan.Akhirnya keduanya berjanji di hadapan kami, akan
bertindak segera,menginaafkan kawan-kawannya yang lain, dan jika
telah matang,mereka akan berontak melawan Belanda.
Malam itu, kami tidak tidur nyenyak, kami merokok sepuas-
puasnya. Paginya, limabuah nyiru penuh dengan kue
lopisi,semacamkue yang terbikin dari beras ketan dicampur dengan
kelapa dan gulamerah, dibeli tentara yang sudahinsaf itu, untuk
sarapan kami.Teman-teman di set yang satu, heran, sebab apa, sampai
tentara yanggarang itu, berubah sikapnya sebagai di pagi itu.

401
Pada waktu tentara itu hendak pulang, sebab penggantinya
telahdatang, ia menyanggupi akan memberi keterangan kepada peng-
gantinya itu, supaya, jangan bertindak keras kepada tahanan.
Semenjak itu,pintu set kami tidak pernah lagi ditutup, baik
siangmaupun malam. Dan setiap pagi, kami diantarkan ke rumah
sakituntuk berrobat, sehingga jalanan yang biasa kami tempuh ke
rumahsakit, menjadi sunyi sekali, karena orang takut berjumpa dengan
kami.

h. DIPINDAHKAN KE PALOPO.

Sebagaimana pembaca ketahui, bahwa pejuang-pejuang Luwu


ditahan bercerai-berai, ada di Masamba, Palopo, Makassar, dan lima
orang di bui Cipinang yang terkenal serem. Mereka yang ditahan di
Cipinang, setelah mereka berpisah dengan penulis, lantas dijatuhimati,
ialah :
1. M. Jusuf Arief
2. Andi Achmad
3. Andi Tenriajeng
4. M. Landau Dg. Mabate
5. M. Jufri .
Maka suka-duka yang penulis alami dalam tabanan, tida jauh
bedanya apa yang dialami kawan-kawan penulis yang di tempat lain itu,
malah dapat dikata lebih hebat lagi, karena mereka ditendang, dipukul,
ditempeleng, dibakar dengan puntung rokok,dilistrik dan lain-lain.
Menjelang pertengahan Oktober, pada hari itu, kira-kira jam 08.00
pagi, ketujuh belas tahanan diperintahkan bersiap untuk berangkat,
dengan tidak diberi tahu hendak ke mana mereka mau dibawa. Beberapa
menit kemudian, kami semua berangkat dengan memakai dua oto,
menuju lapangan terbang di Kendari II.
Setelah kami tiba di lapangan tersebut, dari jauh telah kelihatan
sebuah pesawat terbang militer Belanda yang akan mengangkut kami.
Yang menjemput kami, terdiri dari beberapa tentara Knil di
bawahpimpinan Letnan J. Boon yang Pembaca telah kenal. Dalam kapal
terbang, kami ditempatkan dalam satu ruangan bersama, dan dijaga
oleh Letnan Boon sendiri. Ruagan itu sangat berbahaya, karena jika

402
ada yang hendak melawan, maka lubang yang tertutup dalam ruangan
itu, dimana kami duduk atau berdiri, dapat segera terbukalebar, dengan
hanya menekan satu knop, sehinggaorang dalam ruangan itu dengan
mudah jatuh.
Setelah dalam penerbangan, tidak ada seorang yang
merokok,karena disitu ada tertulis no smoking.
Kira-kira jam 18.30 sore, kami tiba di lapangan terbang Mandai,
dan di sana telah ada dua buah oto yang akan membawa kami ke
Makassar. Tentara yang bertugas di lapangan Mandai segera
mengerumuni kami, lantas berteriak-teriak, Hantam saja jika
extermist!. Segera Letnan Boon menyuruh mereka pergi, lantas kami
buru-buru berangkat ke Makassar, dan langsung masuk ke tangsi besar
di jalan Rajawali di pinggir laut. Tangsi besar itu, telah penuh dengan
orang-orang tahanan. Setelah kami tiba di dalam tangsi tersebut, kami
diperintahkan duduk menjongkok, sementara menunggu Letnan Boon
yang pergi memberi laporan dan mencari kamar untuk kami. Pada ketika
itu, datanglah di dekat kami beberapa tentara yang tidakbertugas, dan
bertanya dari mana kami. Setelah mereka mengetahui kami dari
Kolakamaka seorang di antara serdadu itu mendekati Andi Kasim dan
bertanya Ini Andi Kasim bukan ? Andi Kasim yang jujur itu menyahut
: Ya. Bersamaan dengan janji Andi Kasim, jatuh pula tangan serdadu
itu di muka Andi Kasim sebagai satu tamparan yang keras. Untung baik
Letnan Boon telah pulang, dan melarang tentara itu memukul, sehingga
pukulan-pukulannya tidak terulang kepada kami.
Segera kami dimasukkan dalam satu kamar kosong yang tidak
berlampu, sehingga kamar itu amat gelap. Kira-kira jam 20.00 malam,
kami dibawakan makanan oleh seorang kopral suku Jawa. Kopral itu
mengatakan, bahwa makanan yang ia bawa itu mungkin tidak
menyenangkan, sebab itu harap dimaafkan. Rupanya kopral itu tahu,
bahwa kami semua adalah orang baik-baik, pemimpin-pemimpin dari
suatu gerakan kemerdekaan yang telah mentakjubkan dunia. Kopral itu
juga mengatakan bahwa kami tidak usah takut akan disiksa.
Melihat sikapnya yang baik terhadap kami, maka penulis minta
supaya kami mendapat lampu. Segera kopral itu pergi, dan kembali
mengatakan bahwa lampu tak dapat dipasang, karena hubungan listrik di

403
kamar ini telah rusak, dan jika diusahakan akan memakan banyak
waktu.
Kemudian penulis bertanya kepada kopral tersebut, bahwa selain
dari pada makanan, apakah tidak disediakan juga rokok bagi orang-
orang tahanan,sebab rokok bagi mereka sama pentingnya dengan
makanan. Mendengar pertanyaan tersebut, kopral tersebut, segera
mengeluarkan sebungkus rokok dan memberikan kepada penulis.
Malam itu, kami makan dalam keadaan gelap, dan merokok hanya
sebatang seorang, tapi sudah mendingan untuk selera kami.
Kira-kira jam 21.00 malam, tiba-tiba datang seorang kopral lain di
kamar kami, juga seorang suku Jawa, yangmembisikkan kepada kami,
bahwa besok pagi kami akan dibawa ke Palopo, dan kopral itu meminta
supaya jangan diberi tahu orang lain, supaya ia jangan
dituduhmembocorkan rahasia militer. Kami mengucapkan banyak
terima kasih kepada kopral tersebut.
Malam itu, perasaan kami sedikit lega, karena kami telah
mengetahui tujuan perjalanan kami. Tapi dalam hati, masih terselip
ketagu-raguan. Apakah kata kopral tadi itu bukan suatu tipu muslihat.
Dan jika benar akan ke Palopo, maka apakah tentara Knil yang ada
diPalopo masih melakukan kekejaman-kekejaman kepada tahanan.
Tetapi setelah soal itu dikembalikan kepada TUHAN, maka
perasaankami kembali menjadi lega.
Paginya, kami dibawa ke w.c. Pada waktu itu, dapatlah
kamimemperhatikan keadan sekeliling tangsi besar itu, yang telah penuh
dengan beratus-ratus tahanan yang lain. Kami tidak mengenal seorang
pun dari tahanan-tahanan itu, kecuali Achmad Makarausu
seorangpemuka Muhammadiyah, yang penulis lihat baru keluar, dari
w.c. Mereka kelihatan pucat dan kurus.
Setelah kami tiba kembali di kamar kami, tiba-tiba lalu seorang
tukang cat di hadapan kamar kami yang sedang menjinjing seember cet
(kapur), yang akan mengapuri tembok-tembok tangsi tersebut. Penulis
segera berkata dari dalam kamar dalam bahasa Makassar : Barang nia
kaluru saribattang, artinya, barangkali saudara ada rokok. Tapitukang
cetitu berjalan terus tanpa menoleh kepada kami. Akan tetapi,kira-kira
10 menit kemudian, tiba-tiba melayanglah ke dalam kamarkami melalui

404
sela-sela jendela seikat besar rokok dari tembakau Bugis itu tentu
pemberian tukang cet yang baik hati itu.
Sesudah makan pagi, kami diperintahkan untuk berangkat.
Penulis tanyakan kepada tentara itu, hendak ke mana kami akan dibawa.
Dengan pendek kata tentara itu bilang tidak tau.
Sebelum naik ke oto, kami semua diikat. Penulis diikat bersama
M. Rasyad. Tiap-tiap ikatan, ada yang terdiri dua orang, adayang tiga,
dan lain-lain, sehingga jika seorang hendak buang air, maka yang lain
terpaksa ikut.
Komandan yang membawa kami, ialah Letnan Boon juga,
sehingga hati kami sedikit lega, karena Letnan itu telah kelihatan
sikapnya yang baik selama ia membawa kami dari Kendari.
Dari atas oto, kami dapat melihat kota Makassarsepintaslalu.Kota
kelihatan ramai dari kendaraan-kendaraan tentara, penduduk umum
tidak tampak seperti biasa. Setelah kami melalui Maros dan Pangkajehe,
selera untukmerokok mengganggu lagi, terutama M.Rasyed dan
M.Yusuf Arief, semuan juara rokok tapi apa mau dikata, rokok dalam
kantong tidak ada.
Di samping penulis, duduk seorang kopral yang
sedangmengepulkan asap rokoknya.
Tuan kopral, jam berapa nanti kami mendapat makan, karena
perut saya sekarang mulai lapar, tanya penulis dengan tiba-tiba
kepadaopral suku Ambonitu.
O, nanti jam 12.00 dan mungkin di Pare-Pare kita singgah
makan, jawabnya.

Jika demikian, terlalu lama baru kita bisa mendapat rokok, kata
penulis.
Tidak disediakan rokok untuk orang-orang tahanan, tapi kalau
mau merokok saya ada sedia rokok, kata kopral itu.
Kemudian kami semua merokok dengan secukupnya.
Sesudah makan siang di Pare-Pare, kami berangkat lagi, dan
singgah makan malam di satu kampung di daerah Gilirang, karena kami
tidak melalui kota Sengkang. Jam 11.00 lewat, kami tiba di Siwa.
Tentara Knil yang bertugas di Siwa, sama datang melihat kami,
dan menanyakan nama-nama kami. Tentara itu mengatakan, bahwa

405
itulah nama-nama yang jelah lama dicari. Untung baik, karena telah ada
larangan membunuh orang-orang tahanan.
Menjelang pagi, baru kami tiba di Palopo, dan langsung
dimasukkan dalam rumah penjara.

i. DITAHAN DALAM TANGSI PALOPO.

Tak lama sesudah kami berada dalam penjara dengan cara


dipisahkan, maka haripun sianglah. Walaupun kami sangat letih dan
mengantuk, tidak begitu terasa pengaruhnya, karena kami merasa
girang, dan bersyukur, karena atas kehendak Allah s.w.t. dapatlah kami
berjumpa sebahagian dari pada kawan-kawan seperjuangan yang juga
menderita nasib sebagai orang tahanan di penjara Palopo. Pendek kata,
yang datang dan yang ditangani sama-sama bergembira, oleh karena
perjumpaan yang tidak disangka-sangka itu. Penjara Palopo hari itu jadi
gempar, karena tahanan yang ratusan jumlahnya itu berteriak-teriak dari
ruangannya masing-masing serta melambai-lambaikan tangannya, dan
mengucapkan selamat datang kepada tujuh belas orang tersebut.
Dengan suarakeras mereka berseru Merdeka tiga kali, yang
kami jawab pula dengan kata Merdeka sehingga pegawai-pegawai tak
dapat menguasai keadaan, terpaksa mereka diam saja.
Kedatangan kami di Palopo, dengan cepat sudah tersebar luas ke
seluruh Luwu. Kedatangan kami itu, menimbulkan kegembiraan dan
juga kekhawatiran kepada umum.
Mereka yang gembira, ialah, semua pengikut-pengikutNICA
karena dengan kedatangan kami itu, mereka yakin bahwa gerakan
kemerdekaan pemuda Luwu, benar-benar telah ditumpas dan
dihancurkan oleh Knil, karena yang datang itu, adalah sebahagian besar
Pemimpin-Pemimpin Pemuda Luwu yang terkemuka, baik yang berasal
dari Palopo maupun yang berasal dari Kolaka. Sudah terang dan nyata
bagi mereka itu, dan bahwa Gerakan Pemuda Luwu telah tercabut
semua akar-akarnya, dan berpucuk lagi.
Adapun mereka yang khawatir, ialah keluarga-keluarga tujuh
belas orang tersebut. Mereka merasa, bahwa ketujuh-belas orang itu
pasti dibunuh, sebagai halnya yang lain. Apa lagi mereka itulah yang
paling diperlukan dicari selama ini.

406
Pendek kata, dalam beberapa hari itu, orang memasang kuping
baik-baik serta menahan napas, menunggu apa yang akan terjadi kepada
tujuh-belas orang tersebut.
Dalam penjara ini, penulis ditempatkan berdua dengan Andi
Kasim dalam kamar no. 1, ruangan yang terbesar dalam penjara Palopo.
Kira-kira jam 09.00 pagi di hari kami datang, tiba-tiba Paeru
kepala mandur penjara, menyuruh kami berdua berpakaian, karena akan
dipindahkan ke lain tempat. Kami tanyakan kepada Paeru, hendak ke
mana kami akan dibawa, tapi Paeru mengatakan, tidak tahu. Jadi kami
berdua hanya beberapa jam saja di penjara tersebut bercampur dengan
kawan-kawan kami.
Setelah kami tiba di muka Sipir, dengan muka sedih, Wayong
Sipir penjara Palopo memandang kepada kami, sehingga menimbulkan
kesan dalam hati kami, bahwa kami akanmengalami kejadian yang
hebat. Di kantor Wayong tersebut, telah ada pula menunggu kami W.
Nikiyulu, Jaksa Palopo bersama seorang polisi J. Letnan, keturunan
Belanda yang akan rnembawa kami.
Karena kami hanya berjalan kaki saja, di tengah jalan penulis
bertanya kepada Nikiyulu, ke mana kami akan dibawa. Nikiyulu,
mengatakan, kami akan dibawa ke tangsi militer dan jangan takut,karena
tidak akan terjadi apa-apa.
Setelah kami hampir tiba di tangsi, kami bertemu dengan guru
sekolah T. Dia segera menyingkir sedikit jauh sewaktu guru itu melihat
kami, dan berkata dengan suara kecil yang terang kedengaran kepada
kmai : Wah, inilah semua jago-jagoan itu.
Apakah kata-kata T. Itu sebagai ejekan kepada kami, kami tidak
tahu, akan tetapi dalam hati penulis mengharap kepada TUHAN, moga-
moga kelak penulis bertemu kembali dengan T. dan penulis akan
mengingatkan kata-katanya tersebut. Sebab dengan diam di waktu itu,
adalah lebih baik dari pada berkata-kata yang tidak karuan, yang
hanyamenunjukkan belangnya.
Dalam tangsi, kami ditempatkan di kamar yang dekat dengan pos
penjagaan, dengan tidakada orang lain yang campur.
Sepanjang hari itu, tidak ada seorang tentara yang menjenguk
kami sebagai yang biasa mereka lakukan jika ada tahanan baru.

407
Akan tetapi pada malamnya, kira-kira jam 20.00 tiba-tiba muncul
di hadapan kamar kami yang berpintu setengah badan, seorang tentara
suku Menadi, mulutnya sedikit sumbing (bekas luka). Ia seorang kopral
bernama Sayo, demikian ia menyebut namanya di hadapan kami dengan
muka merah, dan bertanya :
Mana di sini yang bernama Sanusi.
Saya, kata penulis dengan pendek.
Ya, sudah lama benar saya ingin melihat mukamu. Sekarang
baru saya kenal. Engkaulah yang paling banyak dosa, karena engkaulah
yang menjerumuskan rakyat Luwu seluruhnya ini, disebabkan
propaganda dan pidato engkau yang berapi-api, sehingga pemuda dan
rakyat maju melawan satu kekuatan raksasa, yang jauh tidak seimbang
dengan kekuatan pemuda yang engkau jerumuskan itu, akibatnya,
mereka semua mati konyol. Saya amat kasihan kepada rakyat yang
masih bodoh itu, sehingga saya setengah mati menyembahkan pikiran
dan hati mereka yang sudah engkau racun itu. Tentunya, engkau akan
mendapat balasan dari kesalahanmu yang besar itu, kata kopral Sayo
dan suara sedikit keras dan muka yang merah, sehingga tentara yang
mendengar suara Sayo tersebut, berdatangan di muka kamar kami.
Kami berdua tidak ada yang berkata-kata. Penulis sengaja
melepaskan dahulu segala kebenciannya.
Kini, tentu engkau telah merasa, kata kopral itu lagi, Akan
kesalahanmu yang besar itu. Kalau saya mau, sekarang ini juga saya
hantam engkau sebagai seorang penjahat yang telah mencelakakan
beratus ribu orang di Luwu ini. Tapi saya tidak akan pukul engkau,
hanya saya akan urus supaya engkau turut pula merasai akibat dari pada
perbuatanmu yang tidak berguna itu. Nah, sekarang apa yang engkau
mau bilang, tentu tidak ada, karena engkau telah saksikan sendiri, akibat
propagandamu yang palsu itu.
Tidak dapat saya diam, kata penulis, saya harus menjawab
perkataan saudara yang kosong itu.
Mendengar kata penulis demikian, kopral itu kelihatan terkejut,
demikian pula lain-lain tentara yang ada di situ, karena mereka sangka
penulis akan diam saja.
Kopral Sayo, sambung penulis, Sudah lama kami mendengar
nama seorang bernama kopral Sayo di kalangan tentara Knil sebagai

408
alat yang penting bagi Belanda. Karena itu, kabarnya Sayo tersebut
membunuh banyak pemuda-pemuda dengan cara yang kejam. Yang
saudara bunuh itu, adalah bangsamu sendiri. Jika saudara sayang rakyat
Luwu, sebagai katamu tadi, kenapa saudara tidak hancurkan racun.
propaganda saya itu dengan propaganda pula. Tentu rakyat Luwu akan
insaf jika engkau benar. Akan tetapi maksud Belanda itu, tidak benar,
maka seratus seperti Sayo tidak akan dapat melawan propaganda saya,
kecuali dengan kekerasan, penganiayaan dan pembunuhan.
Jangan tuan kopral melagak di sini sebagai orang pandai. Tuan
sama sekali tidak tahu sepeser pun tentang apa yang diperjuangkan Dr.
Ratulangi dan pemuda-pemuda yang membenarkan pendiriannya. Dan
kopral, jangan menyebutkan kata kasihan, karena orang mengetahui
bahwa omongan itu hanya pura-pura saja, sebab bertentangan dengan
perbuatan kopral.
Jika Tuan mau berpikir setenang-tenangnya di waktu tengah
malam, saya berani pastikan Tuan nanti akan memarahi dirimu, lantaran
dosa-dosa yang telah Tuan lakukan yang sekarang ini Tuan sengaja
hendak menyembunyikannya dengan menyerang saya dengan kata-kata
kosong. Kopral sendiri telah menghianati bangsanya, telah khianat
kepada Dr. Ratulangi yang mungkin masih tergolong keluarga dengan
kopral. Kasihan saya sebenarnya pada kopral, hanya sesuap nasi lantas
mau menjadi alat bangsa lain, seakan-akan tidak percaya diri sendiri
untuk mencari penghidupan di tanah air sendiri.
Saya harap kopral jangan lagi datang ke mari, jika datang hanya
dengan lagak omong kosong saja, dan hendak menakut-nakuti kami.
Jika tuan mau pukul kami, silahkan, sebab kami tidak berdaya.
Sesudah penulis berkata demikian, tiba-tiba Sayo berangkat
segera. Tidak lama kemudian, datanglah seorang tentara suku Jawa
komandan pos waktu itu, membawakan kami dua mangkok kopi dan
sebungkus rokok. Ia berkata dengan suara kecil, sebenarnya saya sudah
lama bosan dengan pekerjaan sebagai tentara ini, saya sekarang merasa
insaf, setelah saya mendengar omongan-omongan saudara tadi itu. Kata-
kata itu sangat berkesan dalam hati saya. Kemudian ia pergi.
Keesokan harinya, Letnan J. Boon datang melihat kami, dan
berkata kepada pengawai-pengawai bahwa kedua tahanan ini tidak boleh
sekali-kali di ganggu. Dan ia menyakan kekurangan-kekurangan kami.

409
Rupanya Boon hendak membalas kebaikankami semasa ia ditahan
dulu di Kolaka.
Sehari dua kemudin dari pada kedatangan kopral Sayo, penulis
telah menyiapkan beberapa surat untuk keluarga di Palopo dan di Suli
(64 km, dari Palopo), memberi tahu di mana penulis sekarang ditahan.
Anehnya, surat-surat penulis itu, kopral Sayo sendiri yang membawanya
ke Suli, dan disampaikannya dengan baik kepada alamatnya. Hal itu,
menimbulkan ketakutan kepada seluruh keluarga penulis di Suli.
Menurut pengakuan Sayo kepada keluarga penulis, bahwa ia sekarang
telah insaf akan semua kesalahan-kesalahan yang ia telah lakukan
selama menjadi tentara.
Suatu hari, kelihatan banyak orang berkerumun dekat kamar
penulis. Kami dapat melihat dengan baik apa yang terjadi, karena kamar
kami terletak di pinggir jalan. Ketika itu, Andi Makkulau Opu Dg
Parebba yang sedang diperiksa oleh seorang Letnan Knil bangsa
Belanda, berdebat dengan sengit dalam soal demokrasi.
Sehari sesudah perdebatan Andi Mangkalau dan Letnan tersebut,
kami dipanggil pula untuk diperiksa oleh Letnan J. Boon. Letnan Boon
tidak melakukan pertanyaan yang bersifat tuduhan kepada kami.
Rupanya ia tahu, jika ia memajukan pertanyaan-pertanyaan, ia sendiri
akan terdesak ke sudut dengan pertanyaan-pertanyaan kami. Mungkin
Boon ingat itu persidangan Pamala antara delegasi Luwu dan delegasi
Australia dimana J. Boon yang menjadi pesakitan. Ia dengan bagaimana
penulis waktu itu mendorong Australia ke samping dengan pertanyaan-
pertanyaan yang sukar dijawab. Jadi Letnan J. Boon, hanya minta
kepada kami membikin sendiri keterangan-keterangan kami mengenai
jalannya perjuangan pemuda.
Sewaktu kami keluar dari kamar Letnan J. Boon, tiba-tiba kami
diikuti oleh seorang bangsa Indonesia yang berpakaian preman, dan
bertanya : Ini Andi Kasim bukan ?. Ya, kata Andi Kasim. Setelah
Andi Kasim menyebut namanya, tiba-tiba ia ditampar : oleh orang
tersebut, lantas pergi. Ternyata kemudian, kemudian, bahwa orang yang
menampar Andi Kasim itu, adalah supir Letnan Boon. Mungkin supir itu
melakukan perbuatan Kurang-ajar itu, karena ingin menyenangkan
hati tuannya, karena ketika Letnan Boon menjadi pesakitan dahulu di
Pamala, Andi Kasim hanya selalu menyebut-nyebut nama Boon, bukan

410
tuan Boon. Kini supir itu menjilat kepada tuannya, supaya gajinya
bisa ditambah.
Oleh karena keterangan penulis harus sudah selesai pada esok
harinya, terpaksa malam itu penulis menyelesaikannya sampai jam 3
dini hari.
Lima hari sesudah keterangan penulis diterima oleh Letnan Boon,
maka pada suatu malam, kira-kira jam 03.00 dini hari, kami
dibangunkan dan diperintahkan bersiap untuk berangkat, dengan tidak
diberi tahu hendak ke mana kami akan dibawa.

J. PENGALAMAN - PENGALAMAN SEBAGAI TAHANA


DI MAKASSAR.

Jam 03.00 dini hari, kami, ketujuh belas tahanan dibawa ke


Makassar. Waktu kami, melalui negeri Suli, orang kampung sudah
banyak yang bangun, sehingga ada di antara mereka yang mengenal
penulis berada di atas oto tentara tersebut. Dengan demikian maka berita
kepindahan kami segera tersiar di Palopo, dan menimbulkan kegelisahan
kepada keluarga kami, sebab jika kami tidak dibunuh oleh NICA dalam
perjalanannya itu, maka mungkin kami akan mendapat serangan dari
pemuda-Pemuda Pare-Pare, yang selalu menghadang NICA di bukit
PucuE.
Ketika kami tiba di Larompong penulis minta berhenti sebentar,
karena hendak bershalat subuh. Segera oto berhenti, lantas tentara
membuat stelling, sementara kami sholat subuh di pinggir jalan dengan
menggunakan air sawah.
Sesudah sholat subuh, penulis lantar bertanya kepada Letnan J.
Boon, tentang tujuan perjalanan, yang dijawab oleh Boon, ke Makassar.
Kami tiba di Makassar pada keesokan harinya diwaktu petang,
setelah bermalam di tangsi militer di Pare-pare.
Mulanya, ke tujuh belas orang tahan itu di tempatkan bersama di
penjara Hogapat. Tapi beberapa hari kemudian, kami dipisah-pisahkan
dalam penjara yang besar ini, dapatlah penulis berkenalan dengan
teman-teman yang datang dari daerah lain. Mereka umumnya, adalah

411
pemimpin-pemimpin pemuda terkemuka di daerahnya masing-masing,
seperti :
H. Makkaraeng Dg. Manjarungi dari daerah Gowa.
Faharudin Dg. Romo (saudara H. Makkaraeng Dg. Manjarungi).
M. Jusuf Bauti, seorang suku Gorontalo, yang berjuang bersama-
sama dengan pemuda-pemuda daerah Goa dan menjadi pemimpin yang
terkemuka.
H. Massiara, seorang pemimpin pemuda terkemuka daerah
Makassar (kota Makassar).
Pondaag, suku Menado, yang berjuang bersama-sama dengan
pemuda di Kota Makassar.
Rachman Tamma, suku Mandar, pemimpin pemuda terkemuka di
Mandar.
Bahang, seorang pemimpin pemuda terkemuka di Makassar.
Hasanuddin Nawing, pemuda pejuang yang berani dari Makassar.
Selain dari pada yang tersebut di atas, masih beratus-ratus lagi
jumlahnya dari daerah seperti Balangnipa Sinjai, dan sejumlah pemuda
bekas Heiho berasal dari Sumatera.
Penghidupan dalam penjara Makassar ini sangat membosankan,
oleh karena orang-orang tahanan tidak boleh bekerja di luar tembok
penjara, sehingga sehari-harinya orang hanya menghadap dan melihat
tembok penjara saja. Keadaan yang demikian, hanya dapat dilawan
dengan kesabaran yang kuat.
Pada waktu penulis ditahan di sana, yang masih berkuasa dalam
penjara Makassar yang besar ini, ialah orang-orang Belanda, sejak dan
direktur, wakil direktur sampai pada administraturnya.
Berhubung dengan rasa bosan yang menjadi-jadi ini di kalangan
orang-orang tahanan, maka berusahalah beberapa orang hendak lari, biar
mati, daripada tinggal dikurung begitu rupa.
Merasai keadaan bosan yang membahayakan jiwa itu, maka
dipikirkanlah suatu cara untuk mengatasinya.
Akhirnya, untuk menghilangkan rasa bosan yang menjadi-jadi itu,
orang-orang tahanan itu, membentuk suatu pemerintahan republik
dalam penjara tersebut, lengkap dengan Menteri-Menterinya, dan lain-
lain alat pemerintahan yang penting.

412
Adapun daerah Republik Hogepad tersebut, ialah penjara
Hogepad sendiri, dan Kamp. Layang. Mulanya hal ini masih bersifat
rahasia, akan tetapi akhirnya dapat dicium oleh penguasa penjara,
sehingga M. Jusuf Bauti, presiden dari Republik tersebut, terpaksa
berhadapan dengan pembesar-pembesar penjara.
Dari soal jawab yang berlangsung antara Republik dengan
penguasa-penguasa penjara, ternyata, penguasa-penguasa penjara tak
dapat melawan, kebenaran daripada sebab-sebab dibentuknya
Pemerintah itu. Dikemukakan kepada pembesar-pembesar penjara,
bahwa Republik dapat bertanggung jawab dari segala kejadian-
kejadian yang dapat mengganggu keamanan penjara jika perbuatan itu
dilakukan oleh warganya. Dan juga rasa bosan itu sangat berbahaya
bagi orang-orang tahanan.
Dengan adanya pemerintahan tersebut, maka mudahlah bagi
pegawai-pegawai penjara itu, mengurus sesuatu hal, karena mereka

413

Anda mungkin juga menyukai