Anda di halaman 1dari 34

PURA BESAKIH

Inputbali,- Pura Besakih merupakan pura terbesar yang ada di Bali yang tepatnya terletak di
Kecamatan Rendang,Kabupaten Karangasem. Dulu, tempat sebelum dibangunnya Pura Besakih
hanya terdapat kayu-kayuan dalam sebuah hutan belantara. Sebelum adanya selat Bali ( Segara
Rupek ) Pulau Bali dan pulau Jawa dahulu masih menjadi satu dan belum dipisahkan oleh laut, pulau
ini bernama Pulau Panjang atau Pulau Dawa. Di suatu tempat di Jawa Timur yaitu di Gunung
Rawang (Gunung Raung) ada seorang Yogi atau pertapa yang bernama Resi Markandeya. Karena
ketinggian ilmu bhatinnya ,kesucian rohaninya,serta kecakapan dan kebijaksanaan beliau maka oleh
rakyat,beliau diberi julukan Bhatara Giri Rawang.
Pada mulanya Resi Markandeya bertapa di Gunung Demulung, kemudian pindah ke gunung Hyang
(konon gunung Hyang itu adalah DIYENG di Jawa Tengah yang berasal dan kata DI HYANG). Sekian
lamanya beliau bertapa di sana, mendapat titah dari Hyang Widhi Wasa agar beliau dan para
pengikutnya merabas hutan di pulau Dawasetelah selesai, agar tanah itu dibagi-bagikan kepada para
pengikutnya.
Demikianlah kemudian beliau berangkat ke tanah Bali disertai pengikutnya yang pertama yang
berjumlah 8000 orang dengan perlengkapan dan peralatan yang diperlukan. Sesampainya ditempat

yang dituju,beliau memerintahkan pengikutnya agar mulai merambas hutan. Akan tetapi Saat merabas
hutan, banyak para pengiring Sang Yogi Markandeya yang sakit, lalu mati dan ada juga yang mati
dimakan binatang buas, karena tidak didahului dengan upacara yadnya (bebanten / sesaji).
Kemudian beliau memerintahkan pengikutnya untuk menghentikan perambasan. Dengan hati yang
sedih beliau kemudian mengajak pengikutnya untuk kembali ke Jawa. Beliau kembali ketempat
pertapaannya semula untuk mohon petunjuk kepada sang Hyang Widhi.Setelah beberapa lamanya
beliau berada dipertapaannya, timbul cita-citanya kembali untuk melanjutkan merambas hutan
tersebut. Pada suatu hari yang baik,beliau kembali berangkat ke tanah Bali. Kali ini beliau mengajak
pengikutnya yang kedua berjumblah 4000 orang yang berasal dari desa Aga yaitu penduduk yang
mendiami lereng Gunung Rawung . Turut dalam rombongan itu para Pandita atau para Rsi. Para
pengikutnya membawa perlengkapan beserta alat-alat pertanian dan bibit tanaman untuk ditanam di
tempat yang baru.
Setelah tiba di tempat yang dituju, Resi Markandeya segera melakukan tapa yoga semadi bersamasama para yogi lainnya dan mempersembahkan upakara yadnya, yaitu Dewa Yadnya dan Buta Yadnya.
Setelah upacara itu selesai, para pengikutnya disuruh bekerja melanjutkan perabasan hutan tersebut,
menebang pohon-pohonan dan lain-lainnya mulai dan selatan ke utara. Karena dipandang sudah
cukup banyak hutan yang dirabas, maka berkat asung wara nugraha Hyang Widhi Wasa, Sang Yogi
Markandeyamemerintahkan agar perabasan hutan, itu dihentikan dan beliau mulai mengadakan
pembagian-pembagian tanah untuk para pengikut-pengikutnya masing-masing dijadikan sawah, tegal
dan perumahan.
Demikianlah pengikut Rsi Markandya yang berasal dari Desa Aga ( penduduk lereng Gunung
Rawung Jawa Timur ) menetap di tempat itu sampai sekarang. Ditempat bekas dimulainya
perambasan hutan itu oleh Sang Rsi/Yogi Markandya menanam kendi (caratan) berisi air disertai 5
jenis logam yaitu: emas,perak,tembaga,perunggu dan besi yang disebut Panca Datu dan permata
Mirahadi ( mirah yang utama ) dengan sitertai sarana upakara selengkapnya dan diperciki Tirta
Pangentas ( air suci ). Tempat menanam 5 jenis logam itu diberinama Basuki yang artinya selamat.

Kenapa disebut demikian,karena pada kedatangan Rsi Markandya yang ke dua beserta 4000
pengikutnya selamat tidak menemui hambatan atau bencana seperti yang dialami pada saat
kedatangan beliau yang pertama. Ditempat itu kemudian didirikan palinggih. Lambat laun di tempat
itu kemudian didirikan pura atau khayangan yang diberi nama Pura Basukian. Pura inilah cikal-bakal
berdirinya pura pura yang lain di komplek Pura Besakih. Ada pendapat yang mengatakan bahwa
pembangunan pura ditempat itu dimulai sejak Isaka 85 atau tahun 163 Masehi. Pembangunan
komplek pura di Pura Besakih sifatnya bertahap dan berkelanjutan disertai usaha pemugaran dan
perbaikan yang dilakukan secara terus menerus dari masa kemasa.

TAMPAK SIRING
Tampak Siring, nama sebuah kecamatan di kabupaten Gianyar, luas dari wilayah kecamatan Tampak
Siring, sebesar 42,63 kilometer persegi. Jika anda berangkat dari airport Ngurah Rai Denpasar, maka
anda perlu waktu satu jam lima belas menit, untuk ke tempat wisata di Ubud ini dengan mobil.
Tampak Siring lebih dikenal dikalangan wisatawan sebagai sebuah pura yang bernama Tirta Empul.

Tirta Empul adalah nama sebuah pura yang terletak di kecamatan Tampak Siring. Pura Tirta Empul
banyak dikunjungi para wisatawan, baik dari mancanegara maupun wisatawan domestik. Objek
wisata Tirta Empul, merupakan salah satu, tempat liburan di Bali yang wajib dikunjungi. Di pura Tirta
Empul, terdapat mata air dan juga digunakan oleh masyarakat pemeluk agama Hindu, untuk
permandian dan memohon tirta suci.

Untuk jalur pariwisata di Bali, Tampak Siring digunakan sebagai jalur persinggahan wisatawan yang
telah berkunjung ke daerah objek wisata Ubud, seperti objek wisata sawah terasering Tegalalang, atau
wisatawan yang telah datang dari tempat wisata Kintamani, menuju ke kawasan tempat wisata di
Bali selatan.
Sejarah Tampak Siring Pura Tirta Empul
Nama Tampak Siring berasal dari kata Tampak yang berarti telapak dan Siring berarti miring. Usana
Bali salah satu lontar yang menceritakan tentang sejarah Tampak Siring Bali. Telapak yang ada dalam
nama tempat wisata ini, diceritakan sebagai telapak dari raja yang bernama Mayadenawa.

Mayadenawa diceritakan seorang raja sakti, tapi memiliki sifat jahat dan beraggapan dirinya adalah
seorang dewa. Karena bersifat jahat, maka Dewa Indra mengirim pasukan beliau, untuk
menghancurkan Mayadenawa. Mayadenawa kalah perang melawan Dewa Indra dan Mayadenawa lari
kehutan. Untuk menghilangkan jejak, Mayadenawa berjalan dengan memiringkan kakinya ke tengah
hutan.
Walaupun Mayadenawa berusaha menghilangkan jejak, tapi usahanya melarikan diri gagal. Sebelum
berhasil ditangkap oleh pasukan dewa Indra, Mayadenawa menciptakan mata air beracun. Dengan
mata air beracun, Mayadenawa berhasil membunuh sebagian dari pasukan dewa Indra, yang
mengejar Mayadenawa.
Untuk mengatasi mata air beracun dari Mayadenawa, Dewa Indra menciptakan mata air penawar
racun. Mata air ini yang bernama Tirta Empul (air suci), oleh karena itu Pura yang memiliki mata air
ini disebut dengan nama pura Tirta Empul. Hutan yang digunakan untuk Mayadenawa melarikan diri,
dengan posisi kakinya dimiringkan inilah yang sekarang menjadi kawasan wisata Tampak Siring.
Lihat disini, lokasi dari Pura Tirta Empul di Google Map.
Istana Tampak Siring Tempat Wisata Di Bali

Selain pura, di tempat wisata ini terdapat istana kepresidenan yang didirikan oleh presiden pertama
Indonesia, IR Soekarno sebagai tempat peristirahatan beliau saat berkunjung ke Bali. Istana Tampak
Siring di bangun dari tahun 1957 1960.
Pembangunan istana kepresidenan Tampaksiring dilakukan secara perlahan-lahan dan mengalami
tahapan. Artiktek yang mendesain istana kepresidenan adalah RM Soedarsono. Bangunan awal yang
di bangun pada tahun 1957 adalah wisma Merdeka dan wisma Yudistira.

Istana Tampak Siring mengalami penambahan bangunan pada tahun 2003, yang diperuntukan untuk
KTT ASEAN Summit XIV. Penambahan bangunan pada Istana Tampak Siring, berupa bangunan
untuk sarana konfrensi dan resepsi tamu negara. Balai Wantilan yang ada di Istana Tampak Siring,
juga mengalami renovasi untuk acara pertujukan kesenian tamu negara.
Tujuan dari pembangunan istana kepresidenan ini, sebagai tempat Presiden, keluarga presiden dan
tamu negara beristirahat saat berkunjung ke pulau Bali.

Tampak Siring Ubud, tempat wisata di Bali favorit wisatawan. Lokasi dari pura Tirta Empul
(permandian air suci) dan Istana Kepresidenan Republik Indonesia.
Cara Terbaik Ke Pura Tirta Empul Tampak Siring
Jika anda liburan ke Bali, sebaiknya anda meluangkan waktu untuk datang ke kawasan wisata pura
Tirta Empul dan berkunjung ke istana presiden. Banyak pengalaman dan hal baru yang akan anda
ketahui, jika anda berwisata ke pura Tirta Empul. Jika anda menyukai objek wisata Tirta Empul, maka
anda pasti akan menyukai objek wisata pura Taman Ayun Mengwi.
Tentunya saat ingin wisata ke pura Tirta Empul, anda pastinya akan memerlukan sarana transfortasi.
Saat ini di Bali belum ada sarana transfortasi umum, dari tempat wisata Bali selatan menuju ke
kawasan wisata pura Tirta Empul.
Jika anda menginap di kawasan wisata Ubud, menggunakan taksi salah satu saranan transfortasi yang
dapat anda gunakan. Jika anda berencana mengunjungi lebih dari satu tempat wisata di Bali, tidak
hanya ke pura Tirta Empul. Maka menggunakan jasa Bali sewa mobil supir salah satu cara terbaik
untuk mendapatkan sarana transportasi murah.
Selain menyediakan jasa sewa mobil murah di Bali dengan supir, kami juga menyediakan jasa paket
wisata di Bali untuk wisata ke pura Tirta Empul. Sebagian besar pelanggan kami yang memilih paket
wisata saat liburan di Bali, tidak ingin ribet untuk memikirkan akan, biaya tiket masuk, biaya parkir
kendaraan, biaya bahan bakar minyak serta biaya makan. Selain tidak ribet, dengan membeli paket
wisata ke Bali, total biaya liburan akan jauh lebih murah dari pada anda tidak membeli paket tour.

GUNUNG BATUR, SEBUAH GUNUNG BERAPI AKTIF DI KINTAMANI BANGLI


Berdiri dengan tinggi 1.717 meter, Gunung Batur adalah salah satu gunung berapi aktif di Indonesia.
Gunung ini memiliki kaldera besar yang dianggap salah satu yang terbesar dan paling indah di dunia.

Kaldera ini terbentuk setelah dua letusan besar 29.300 dan 20.150 tahun yang lalu. Gunung hitam
kering ini masih memiliki nafas dan memberikan hidup kepada masyarakat di sekitarnya.
Terletak di daerah Kintamani, Kabupaten Bangli, gunung ini telah meletus sebanyak 26 kali sejak
1804. Letusan terbesar adalah pada tahun 1926 yang menyebabkan Desa Batur ditutupi oleh lava.
Letusan terakhir terjadi pada tahun 2000, tapi untungnya itu bukanlah letusan yang besar. Jadi Desa
Batur yang terletak di sebelah selatan gunung berapi yang ada sekarang adalah sebuah desa baru yang
dibangun setelah letusan.
Menurut cerita dalam naskah, Gunung Batur sebenarnya adalah puncak Gunung Mahameru yang
dipindahkan oleh Bathara Pasupati untuk menjadikannya sebagai sebuah istana bagi Dewi Danu.
Itulah sebabnya masyarakat Bali datang ke Gunung Batur pada hari tertentu dan membuat
persembahan di Pura Ulun Danu Batur untuk menghormati Bathara Pasupati dan Dewi Danu sehingga
mereka akan memberkati penduduk dengan tanah yang subur dan kemakmuran.
Gunung Batur memainkan peran penting dalam kehidupan masyarakat di sekitar gunung berapi serta
semua orang di pulau ini. Gunung Batur merupakan tujuan populer untuk melihat Bali, sehingga
sektor pariwisata di daerah ini berkembang pesat. Terdapat restoran disepanjang pinggir jalan
Kintamani dan hotel yang dibangun di sekitar Toya Bungkah (sumber air panas yang airnya berasal
dari jantung gunung berapi). Kaldera, kawah, dan danau terletak berdampingan, dan pemandangan
gunung dari desa Penelokan merupakan pemandangan yang sempurna.
Selain wisata yang tumbuh karena keindahan gunung berapi, kaldera, dan air danau juga merupakan
sumber kehidupan bagi masyarakat. Jika anda pergi di sepanjang jalan sempit menuju kaldera, anda
akan bertemu truk penuh dengan pasir hitam yang berasal dari kaldera. Mereka adalah penambangan
pasir hitam untuk dijual di kota atau bahkan menjualnya ke pulau lain. Air danau adalah sumber
utama untuk irigasi untuk pertanian di tepi danau dan juga di desa-desa di dekatnya. Pada dasarnya
tanah yang di daerah ini kering, tetapi tanahnya subur karena mengandung beberapa mineral yang
datang dari gunung berapi. Jadi jika anda berjalan-jalan di tepi danau, anda dapat melihat kubis hijau

tumbuh dan jenis sayuran lainnya. Juga danau adalah rumah untuk beberapa jenis ikan air tawar,
sehingga nelayan banyak yang membuat pembenihan ikan di danau untuk menciptakan lingkungan
yang layak bagi ikan agar dapat tumbuh sehat. Kemudian ikan-ikan ini disajikan di restoran di sekitar
daerah tersebut atau digunakan untuk konsumsi sendiri oleh nelayan-nelayan tersebut.
Rasakan nafas gunung dengan menjadi bagian dari pemandangan yang indah di Gunung Batur.

PURI SAREN UBUD


Budaya dan tradisi, Alam dan Budaya, wisata budaya, wisata sejarah
by Bali Tours Club
Bali sebagai daerah bekas kerajaan meninggalkan banyak tempat-tempat peninggalan sejarah,
kerajaan yang identik dengan Puri sebagai pusat dan tempat Raja menjalankan pucuk pemerintahan,
masih kita bisa temukan dibeberapa tempat di Bali, seperti salah satunya Puri Saren Ubud,
peninggalan budaya dari jaman kerajaan di tahun 1800-1823 M pada masa pemerintahan Ida Tjokorda
Putu Kandel, masih tetap terjaga dan lestari sampai sekarang ini, semua peninggalan sejarah ini masih
terjaga dengan baik, alamai, ditata dengan asri dan dengan lingkungan yang beriklim sejuk sehingga
di jaman yang serba modern ini terkesan begitu unik dan langka untuk bisa ditemukan, tempat-tempat
seperti ini.

Puri
Saren Ubud atau sering disebut Ubud Palace oleh bule, sebuah istana kerajaan yang
mempertahankan rumah-rumah tradisional yang menawan dar artistik dengan estetika tinggi yang
merupakan tempat kediaman raja Ubud sampai sekarang, melindungi berbagai seni, musik dan sastra
Bali. Areal Puri juga dilebgkapi dengan wantilan sebgai tempat pertemuan keluarga dan kerabat raja.
Hal-hal yang menarik seperti ini membuat Puri tidak pernah sepi pengunjung, selalu diminati oleh
turis asing maupun domestik. Apalagi lokasinya sangat strategis, terletak di tengah-tengan kota Ubud,
di jalan raya utama Ubud dan Gianyar dan tidak begitu jauh dari Pasar seni Ubud, fasilitas
pendukung di seputaran lokasi ada restaurant, sarana akomodasi, toko souvenir dan money changer
yang bisa diperlukan wisatawan sewaktu-waktu.

Dijaman transisi dan selalu berubah seperti


sekarang ini, dan feodalisme sudah ditinggalkan, eksistensi keberadaan Puri masih lestari dikarenakan
rasa hormat kepada leluhur, keberadaan dan ketrunannya masih dihormati sampai sekarang, sehingga
jiwa dan daya tari Ubud semakin kuat sebagai tempat yang indah, seni, alami, asri berbudaya dan
menemukan ketenangan yang maksimal selama berlibur di Bali.

KECAK

SIAPA yang tidak tahu tari Kecak dari Bali? Tarian ini pernah memecahkan rekor dunia ketika
ditarikan sekitar lima ribu orang beberapa tahun lalu. Tapi tahukah Anda, siapa pencipta dan mengapa
tarian itu diciptakan? Tersebutlah nama Wayan Limbak yang menciptakan tarian ini. Sebelumnya
sudah banyak tarian terkenal Bali lainnya. Tahun 1930 Limbak sudah mempopulerkan tarian ini ke
manca Negara dibantu oleh pelukis asal Jerman Walter Spies. Adalah puluhan laki-laki yang duduk
berbaris melingkar. Mereka memakai kain penutup kotak-kotak berbentuk papan catur, yang pada
akhirnya kain kotak-kotak itu pun menjadi kain ciri khas Bali. Tarian ini sebenarnya berasal dari ritual
Sanghyang. Ketika menari, mereka dalam kondisi tidak sadar, dimana dalam kondisi itu diyakini
mereka dapat berkomunikasi dengan Tuhan atau roh leluhur, guna menyampaikan harapan-harapan
mereka. Para lelaki ini mengangkat tangan mereka seraya meneriakan kata cak cak cak. Dan boleh
jadi dari situlah muncul nama Kecak. Yang unik dari tarian ini, tidak digunakan alat musik sama
sekali. Alunan menyerupai musik murni keluar dari teriakan cak cak tadi dan suara kincringan yang
diikatkan pada kaki para penari pemeran tokoh-tokoh Ramayana. Sementara itu di dalam lingkaran,
para penari lainnya pun beraksi. Biasanya mereka memainkan tarian yang diambil dari episode cerita
Ramayana. Mereka memerankan tokoh Rama yang dibantu pasukan kera berusaha menyelamatkan
Shinta dari tangan jahat Rahwana. Kini, tarian ini menjadi daya tarik turis baik asing maupun

domestik. Bahkan kadang-kadang mereka dilibatkan dalam tarian ini. Belum lengkap kayaknya kalau
ke Bali tapi tidak menyaksikan tarian yang satu ini.

10 BEST ATTRACTIONS IN KUTA

Best Things To See In Kuta


Kuta, long famous for its golden white coastline that curves north from the Ngurah Rai International
Airports runway in Tuban, continues to attract visitors with highlights other than the favourite surfing
coast itself. Despite the rapid progress following the beachs fame since the vagabond wave-riding
heydays of the 70s and the establishment of hotels, restaurants and bars that ensued throughout this
once quiet fishing village, Kuta offers a handful of other interesting sights worth finding out. Here are
among the few not to miss out on while in Kuta.
For some splashing fun thats away from Kutas waves, a hop from the beach and across the road from
the Discovery Shopping Mall is Waterbom Bali, the best and long-running water park on the island.
Another great place like no other in all of Indonesia is the Bali Shell Museum. Some cultural
highlights such as village temples, a Barong show and a significant Buddhist temple in the heart of
Kuta are also worth a visit. And back on the coast beside the lifeguard tower is the sea turtle
conservation site where you and the whole family can learn about the exciting community efforts in
protecting the endangered species. Check out our list of Kutas top attractions below.

MOST BOOKED HOTELS


in Kuta - Tuban
Guest Rating

1.

Kuta Paradiso Hotel4.3/ 5

2.

The Vira Bali Hotel4.3/ 5

3.

Sun Island Hotel Kuta4.4/ 5

4.

Rama Beach Resort and Villas4.4/ 5

5.

Hard Rock Hotel Bali4.1/ 5

6.

Discovery Kartika Plaza Hotel4.5/ 5

7.

Febri's Hotel & Spa4.3/ 5

8.

Grand Mega Resort & Spa Bali3.9/ 5

9.

Sheraton Bali Kuta Resort4.4/ 5

10.

KUTA SEAVIEW Boutique Resort & Spa4.1/ 5

Kuta Beach

Stretching an approximate five kilometres on the south-western coast north from the islands
international airport in Tuban, Kuta Beach is one of the best coasts from where to enjoy Balis golden
sunsets all year round. A beach footpath lets you enjoy leisurely strolls passing the Discovery
Shopping Mall, the colourful Kuta Art Market, hotel beachfronts the likes of the Grand Inna Kuta
Bali, and down to the Balawista Kuta lifeguard tower. Sunbathing, surfing, swimming and beach
soccer are favourite pastimes, while masseuses, hair braiders and peddlers roam the coast. The main
beach roads of Jalan Kartika Plaza and Jalan Pantai Kuta are dotted with modern establishments, from
numerous hotels, entertainment spots, shops big and small, and a mix of restaurants and bars. Kutas
waves suit beginner to advanced surfers and many surf schools line the beach. Getting around is easy
along footpaths and its easy to wave for a taxi. Read More...
Show Map
2

Waterbom Bali

Waterbom Bali is easily located midway along Jalan Kartika Plaza in Kuta, and just across the road
from the Discovery Shopping Mall. The waterslide and recreational park is also an additional
convenience to guests staying at the notable hotel that shares the same name as the street. As Balis
largest and pioneering waterpark, Waterbom Bali provides plenty of thrills, from the Climax superloop body slide, Superbowl, Boomerang, Smashdown, Race Track, and other adrenaline-pumping
slides. Waterbom Bali features leafy grounds with fine tropical gardens providing ample shade, and
various canteens and open-air restaurants offer international and Indonesian selections of snacks and
wholesome meals. Read More...
1.

Location: Jl. Kartika Plaza, South Kuta, Tuban

2.

Tel: +62 (0)361 755 676


Show Map
3

Odysseys Surf School

One of the highlights of Kuta is surfing, so why not get in the fun of wave riding while on holiday.
Odysseys Surf School has been giving lessons since 2003 from its headquarters right at the front of
the Mercure Kuta Hotel, providing an open, fun, and friendly learning environment for beginners,
with a team of experienced instructors who are determined to get you standing on your board within
your first few lessons. Lessons start off with handy hints in selecting the right board together with the
basic know-how of body and board positioning and basic manoeuvres. Supported by Oakley and the
Academy of Surfing Professionals Australia, it offers group and private surfing lessons, and theres
even a special class for kids. Its arsenal of rash guards, helmets and soft different sized foam-lined
boards help you learn ride the waves instantly and safely. Read More...
3.

Location: Mercure Kuta, Jalan Pantai Kuta, Kuta

4.

Tel: +62 (0)361 742 0763

Show Map
4

Dream Museum Zone

Dream Museum Zone (DMZ) Bali offers a great time indoors with a collection of galleries that are
filled with immersive large-scale wall paintings that create a three-dimensional effect for photos. You
can set up your tripod and camera timer to share wonderful group shots with friends, or simply pose
and play around with the numerous themes available. From being chased by a great white, to crossing
a treacherous causeway and sitting in an ancient temple garden, you'll easily spend a whole day
here. Read More...
5.

Location: Jl. Nakula No. 33X, Legian

6.

Tel: +62 (0)361 849 6220


Show Map
5

Vihara Dharmayana Kuta

Vihara Dharmayana, also known by the names Leeng Gwan Kuta Temple and Kongco Bio Kuta
Chinese Temple, is one of Balis considerable landmarks, but it is slightly hidden and located on a
side-street off Kuta's main beach roads. The Buddhist temple is one of the oldest in the area, dating
back two centuries. However, its main structures are well-maintained, and feature intricate Far Eastern
architecture painted in bright and vivid colours. The courtyard is calm with constant wafts of incense
smoke from the altars and large bowls. The red roof tiles are easily visible from the busy road. The
temple is located on Jalan Blambangan, with a rear access easily located from the smaller road of
Jalan Singosari that leads to the main Jalan Raya Kuta. Read More...
7.

Opening Hours: 09:00 20:00

8.

Location: Jalan Blambangan, Kuta

9.

Tel: +62 (0)361 762 362


Show Map

Kuta Theater

Kuta Theater started out as a unique addition to the entertainment scene in Kuta, presenting a stage of
magical tricks performed by Balis handful of stage magicians, and then developed to include
theatrical aspects to its show. Now it is a must-see on Kutas Jalan Kartika Plaza and serves as a great
night out for the family. For only USD 10, you can enjoy this fun show that blends stage magic with a
theatrical and cultural drama, known as Lights of Faith. It tells a story of traditional friendship faced
with the challenges of modernism. Theres fun and hilarious moments mixed in between tense and
thrilling illusion scenes.
10.

Opening Hours: Daily shows start at 20:00 for an hour and dinner packages are also
available.

11.

Location: Kuta Centre, Jalan Kartika Plaza, Kuta

12.

Tel: +62 (0)361 762 750


Show Map
7

Circus Waterpark

Circus Waterpark is a leisure park fit for the whole family, located on Jalan Kediri in Tuban, only 10
minutes north from Ngurah Rai International Airport. This park serves as a smaller and inexpensive
alternative to the existing Waterbom Bali in Kuta, which is approximately 1.5km north. The water
park features various slides and a lazy river, as well as a dedicated kids area that offers a variety of
fun activities such as fountains, water cannons, and mini train rides. Thrill seekers can opt for more

exciting slides such as the speed slider and wave slides among others. Several dining outlets serve
meals and refreshments while a mini store offers special merchandises, fashion items and accessories.
Also onsite are rental facilities comprising towel, lockers and gazebos, a temporary tattoo corner, foot
reflexology spa and photo services. Read More...
13.

Location: Jalan Kediri, Tuban

14.

Tel: +62 (0)361 764 003


Show Map
8

Trick Art 3D Gallery

Trick Art 3D Gallery offers another fun and interactive option where you can strike a pose against
detailed murals and paintings that show up stunningly three-dimensional in photos. The gallery on
Sunset Road houses around 80 life-size and hyper-realistic artworks on two levels. The artworks were
created by a group of Korean artists who were flown in to lend their expertise. Act being chased by a
T-Rex, reel in a blue marlin from a 'framed' picture, or 'escape' from a giant anaconda. Prepare your
camera and let your imagination run wild!Read More...
15.

Location: Jalan Sunset Road 789, Seminyak

16.

Tel: +62 (0)361 849 662 4


Show Map

Kuta Sea Turtle Conservation Site

A special highlight on the shores of Kuta Beach, and practically beside the prominent Balawista
Lifeguard tower and headquarters, is a sea turtle hatchery and educational facility known as Kuta
Beach Sea Turtle Conservation. Set out with the main purpose to protect sea turtles and boost their
numbers, the site has released over tens of thousands of hatchlings over the years. The conservation
centre usually gears up for breeding season mid-year around the months of June and July, when
thousands of turtle eggs hatch on temporary sites around the sands of Kuta. A joint effort with the Sea
Turtle Society, they also set out to involve local communities and visitors to participate in their efforts
and exciting releases. Established in 2002, the conservation site features a large eye-catching pen
structure in the form of a giant sea turtle that is great for photos. Drop in with the kids and check out
their approximate release schedules to possibly partake in the next baby turtle race.

17.

Location: behind Inna Grand Kuta hotel and next to Balawista Lifeguard
headquarters, Jalan Pantai Kuta, Kuta

18.

Tel: +62 (0)361 804 008 8


Show Map
10

Ground Zero Memorial

The Ground Zero monument sits on the border of Kuta and Legian, built as a permanent site and
tribute to the fallen victims of the 2002 Legion bombing. It takes over the site of the destroyed
Paddy's Pub that once stood famous on the main Legian road. The bar was reborn further down along
Jalan Legian, named Paddy's: Reloaded and continues to attract partygoers to the new venue that is
open on all four sides, with a high roof and hard tiled floors, giving it a light and airy feel. The

Ground Zero memorial is made of intricately carved sandstone, set with a large marble plaque bearing
the names and nationalities of the victims. The monument is well maintained by the local government
and is illuminated at night. A memorial ceremony takes place every year on October 12 to honour the
victims, hosted jointly by the Indonesian and Australian governments.

Dreamland berada di Desa Pecatu, Kabupaten Badung, yang terletak di bagian selatan Pulau Bali.
Anda dapat mencapai pantai ini sekitar 30 menit dari Pantai Kuta ke arah Jimbaran. Pantai yang masih
asri dan alami ini terletak di ujung selatan Badung Selatan. Anda akan menjumpai pantai ini dalam
perjalanan menuju pura terkenal di Bali yaitu Pura Uluwatu.

Pantai Dreamland, Bali, Indonesia


Anda mungkin bingung mengapa pantai ini disebut Dreamland? Pantai lainnya di Bali menggunakan
nama lokal, sedangkan pantai yang satu ini menggunakan bahasa Inggris yaitudreamland yang berarti
tanah impian.
Ternyata ada asal-usulnya. Konon, pantai ini dinamakan Dreamland karena di wilayah Pecatu sempat
akan dibangun salah satu kawasan pusat wisata terbesar dan terunik di Asia Tenggara. Selain itu, di
sana juga akan dibangun resor superluks yang dipadukan dengan kawasan wisata yang menonjolkan
keindahan dan keaslian alam serta pelestarian lingkungan hidup. Sebelumnya daerah ini adalah daerah
tandus dan gersang.
Pada saat krisis moneter tahun 1998, mega proyek ini terbengkalai. Namun, karena penduduk
setempat sangat berharap agar proyek ini selesai, dengan harapan mereka bisa beralih ke bisnis
pariwisata dari pertanian, maka mereka menamakan tempat ini sebagaitanah impian yang dalam
bahasa Inggris disebut dreamland. Sejak itulah kawasan ini dinamakan Dreamland.

SEJARAH CERITA GARUDA WISNU KENCANA


Category: Badung MAY 21, 2015 330 0
Sejarah Cerita Garuda Wisnu Kencana Garuda Wisnu Kencana memiliki arti Garuda yang
digunakan sebagai tunggangan oleh Dewa Wisnu. Garuda juga kita ketahui juga digunakan sebagai
lambang negara kita Negara Indonesia.
Dari berbagai jenis burung, lalu mengapa Burung Garuda digunakan sebagai lambang dari Negara
Indonesia. Padahal banyak sekali jenis-jenis burung lainnya seperti burung elang, burung rajawali,
burung kakak tua dan yang lainnya. Mengapa Burung Garuda dipilih sebagai lambang Negara yang
besar dan megah ini?
Jawabannya sesuai dengan Cerita Garuda Wisnu Kencana yang akan kita bahas kali ini. Cerita
Garuda Wisnu Kencana juga berkaitan dengan pembangunan landmark Garuda Wisnu Kencana
(GWK) di bali. GWK yang belum rangkum di bangun ini rencananya akan membuat patung Garuda
Wisnu Kencana dengan tinggi sekitar 120 meter yang akan tercatat sebagai salah satu patung terbesar
di dunia. Namun Pembangunannya tersendat masalah biaya, untuk lebih jelasnya bisa anda
baca DISINI.

Sejarah Garuda Wisnu Kencana GWK


Alkisah di sebuah negeri, tersebutlah seorang Rsi yang baik nan bijaksana. Rsi tersebut bernama Rsi
Kasyapa. Beliau memiliki 2 orang istri yakni Kadru dan Winata. Rsi kasyapa selalu berbuat adil
kepada kedua istrinya, walaupun begitu salah satu istrinya yaitu Kadru selalu menaruh rasa iri dan
dengki kepada Winata.
Kisah pun berlanjut, alkisah Kedua istri Rsi Kasyapa masing-masing dikaruniai momongan(anak).
Kadru dikaruniai para Naga, sedangkan Winata dikaruniai seekor Burung Garuda. Kadru yang tetap
memiliki rasa iri dan dengki terhadap Winata selalu melancarkan niat jahat agar Winata dapat keluar
dari lingkaran keluarga Rsi Kasyapa.
Suatu ketika, Para Dewa mengaduk-aduk samudra untuk mendapatkan Tirtha Amartha. Tirtha(air)
yang diebut-sebut dapat memberikan keabadian kepada siapapun yang dapat meminumnya walaupun
hanya setetes. Bersamaan dengan kejadian itu, muncullah kuda terbang bernama Ucaihswara. Oleh
karena Kadru yang selalu menaruh rasa dengki terhadapa Winata, Kadru kemudian menantang Winata
untuk menebak warna Kuda Ucaihswara yang belum terlihat oleh mereka.

Winata kemudian menyanggupi tantangan dari Kadru dengan perjanjian, jika siapapun yang kalah
harus bersedia menjadi budak dan selalu mentaati seluruh perintah dari yang menang. Kemudian
Kadru menebak warna kuda itu berwarna hitam, dan Winata menebak warna kuda itu berwarna putih.
Sebelum kuda itu muncul, secara diam-diam Kadru menerima informasi dari anaknya(naga) bahwa
kuda itu sebenarnya berwarna putih.
Mengetahui bahwa dirinya akan kalah, maka Kadru berbuat licik dengan menyuruh anaknya untuk
menyembur dengan racun tubuh kuda itu sehingga terlihat kehitaman. Benar saja kuda yang dulunya
putih kemudian menjadi hitam setelah muncul dan dilihat oleh Kadru dan Winata. Karena Winata
merasa dirinya telah kalah, maka ia bersedia menjadi budak Kadru selama hidupnya.

Mengetahui kelicikan Kadru, anak Winata yakni sang Garuda tidak tinggal diam. Dia kemudian
bertarung dengan anak-anak Kadru yakni para Naga yang berlangsung tanpa henti siang dan malam.
Keduanya berhasil menahan imbang disetiap pertarungan sampai akhirnya para Nagapun memberikan
persyaratan bahwa dia akan membebaskan Winata dengan syarat sang Garuda dapat membawakan
Tirtha Amartha kepada para Naga.
Sang Garuda menyanggupinya, dia bersedia mencari Tirtha Amertha yang tidak dia ketahui tempatnya
agar dia dapat menyelamatkan ibunya dari perbudakan. Di tengah petualangannya, sang Garuda
bertemu dengan Dewa Wisnu yang membawa Tirtha Amertha. Garuda kemudian meminta Tirtha

Amertha itu, Dewa Wisnu menyanggupinya dengan syarat agar Garuda mau menjadi tunggangan
Dewa Wisnu yang kemudian disebut sebagai Garuda Wisnu Kencana.
Garuda kemudian mendapat tirtha amertha dengan berwadahkan kamendalu dengan tali rumput
ilalang. Ia memberikan tirtha tersebut kepada para naga, namun sebelum para naga sempat
meminumnya tirtha itu terlebih dahulu diambil oleh dewa indra yang kebetulan lewat. Namun tetesan
tirtha amertha itu masih tertinggal di tali rumput ilalangnya. Naga kemudian menjilat rumput ilalang
tersebut yang ternyata sangat tajam dan lebih tajam dari pisau. Oleh karena itu lidah naga menjadi
terbelah menjadi 2 ujung yang kemudian disetiap keturunan naga itu juga memiliki lidah yang
terbelah.
Kemudian ibu Winata berhasil dibebaskan dari jeratan perbudakan.
Begitulah akhir cerita dari Sejarah Cerita Garuda Wisnu Kencana. Lalu apa hubungan Garuda
anak Winata dengan Garuda Lambang Negara Indonesia? Karena melihat filosofi diatas para petinggi
yang membangun Negara Indonesia kemudian memilih Burung Garuda sebagai lambang Negara
Indonesia karena melihat kegigihan Burung Garuda dalam berbakti kepada ibunya agar ibunya dapat
lolos dari perbudakan. Garuda tersebut melambangkan kegigihan masyarakat pribumi (masyarakat
indonesia) dalam memperjuangkan tanah Ibu pertiwi agar lolos dari perbudakan para penjajah kala
itu.

CERITA SEJARAH TENTANG PURA ULUWATU DI BALI

Sejarah Pura Uluwatu


Pura Uluwatu terletak di Desa Pecatu, sebuah Desa yang terletak dikecamatan Kuta Selatan,
Kabupaten Badung-Bali ini sangat terkenal dengan objek wisata andalan yaitu Pura Uluwatu, desa ini
juga terkenal dengan tempat dimana banyak hotel & fasilitas wisata berada. Lokasi yang sangat
strategis dengan keindahan alam yang luar biasa membuat desa ini dipilih oleh para investor untuk
menanamkan modal usahanya, contohlah Bulgari Hotels & Resorts, Bali, Alila Villas Uluwatu, The
Istana, Tirtha Bali, The Edge, The Khayangan estate dan masih banyak lagi hotel maupun wedding
venue yang dapat and temui di desa satu ini.
Pura Uluwatu berdiri kokoh dibatu karang yang menjorok ke tengah lautan dengan ketinggian kurang
lebih 97 meter membuat pura ini menjadi sangat indah, tebing berbatu disekeliling pura memberikan
pemandangan yang sangat luar biasa dan sangat memanjakan mata para wisatawan yang
mengunjunginya. Selain itu laut dibawahnya juga tidak kalah menariknya untuk mecuri perhatian para
peselancar dunia untuk sekedar menikmati ombak-ombak yang tercipta disebelah kanan Pura
Uluwatu. Keindahan panorama disekeliling Pura Uluwatu akan semakin memukau para
wisatawan pada saat matahari terbenam/sunset yang dapat dinikmati dari beberapa sisi tebing
diseputar pura, apalagi kemudian kehadiran tari kecak Uluwatu yang dipentaskan di panggung terbuka
membuat tempat wisata ini semakin diminati oleh wisatawan seluruh dunia.

Mpu Kuturan dan sejarah Pura Uluwatu


Tidak diketahui secara jelas kapan pura uluwatu dibangun oleh Mpu Kuturan atau Mpu Rajakreta
pada masa pemerintahan suami-istri Sri Msula-Masuli pada sekitar abad XI. Namun, ada fakta
menarik dari tinggalan historis di Pura Luhur Uluwatu. Tinggalan kuno di pura ini berupa candi
kurung atau kori gelung agung yang menjulang megah membatasi areal jaba tengah dengan jeroan
pura, diprediksi pura ini sudah ada sejak abad ke-8. Candi kuno itu menatahkan hitungan tahun Isaka
dengan candrasangkala gana sawang gana yang berarti tahun Isaka 808 atau sekitar 886 Masehi. Jadi,
sebelum datangnya Mpu Kuturan ke Bali.
Pura Luhur Uluwatu Berperan mempunyai peranan penting dalam ista dewata Bali. Dalam
PadmaBhuana di Bali Purai Uluwatu terletak di daerah baratdaya, dimana merupakan tempat memuja
dewa Rudra.. Selain posisi geografis, keunikan lain dari Pura Luhur Uluwatu adalah arah pemujaan
yang menuju Barat Daya. Umumnya, di beberapa prahyangan lainnya di Bali, yang pemujaannya
menghadap ke utara dan timur.Ketika kita lihat di sebelah kiri sebelum memasuki candi terdapat
pelinggih Dalem JUrit ini dapat ditemukan 3 tugu Tri Murti, merupakan subuah tempat memuja Dewa
Siwa Rudra. Di jaba tengah ini kita menoleh ke kiri lagi ada sebuah bak air yang selalu berisi air
meskipun musim kering sekalipun. Hal ini dianggap suatu keajaiban dari Pura Luhur Uluwatu. Sebab,
di wilayah Desa Pecatu adalah daerah perbukitan batu karang berkapur yang mengandalkan air
hujan. Karena ada keajaibannya, maka bak air itu dikeramatkan. Biasanya digunakan untuk
kepentingan tirta suci. Kemudian selanjutnya dari jaba tengah terus masuk akan melalui Candi
kurung, candi Kurung ini yang menduga dibuat yaitu sekitar abad 11, Masehi jika dihubungkan
dengan keberadaan Candi Kurungbersayap yang ada di Pura Sakenan. Namun ada juga yang
berpendapat bahwa Candi Kurung bersayap seperti ini ada di Jawa Timur peninggalan purbakala di
Sendang Duwur dengan Candra Sengkala yaitu tanda tahun Saka dengan kalimat dalam bahasa Jawa
Kuna sbb: Gunaning salira tirtha bayu, artinya menunjukkan angka tahun Saka 1483 atau tahun 1561
Masehi.

Candi Kurung Padu Raksa bersayap di Sendang Duwur sama dengan Candi Kurung Padu Raksa di
Pura Luhur Uluwatu. Dengan demikian nampaknya lebih tepat kalau dikatakan bahwa Candi Kurung
Padu Raksa di Pura Luhur Uluwatu dibuat pada zaman Dang Hyang Dwijendra yaitu abad XVI.
Karena Dang Hyang Dwijendra-lah yang memperluas Pura Luhur Uluwatu. Setelah kita masuk ke
jeroan (bagian dalam pura) kita menjumpai bangunan yang paling pokok yaitu Meru Tumpang Tiga
tempat pemujaan Dewa Siwa Rudra. Bangunan yang lainnya adalah bangunan pelengkap saja seperti
Tajuk tempat meletakkan upacara dan Balai Pawedaan tempat pandita memuja memimpin upacara.
Upacara piodalan atau hari raya besar di Pura Uluwatu jatuh pada hari Kliwon, wuku medangsia.
Kisah Sejarah Pura Uluwatu diawali dengan pemberian wahyu kepada
Dhangyang Dwijendra.
Dikisahkan ketika pada suatu hari pada anggara kliwon wuku medangsia Dhangyang Dwijendra
diberi wahyu dari Tuhan pada hari itu juga beliau harus pergi ke sorga. Pendeta Hindu asal Jawa
Timur yang juga menjadi bhagawanta (pendeta kerajan) Gelgel pada masa keemasan Dalem
Waturenggong sekitar 1460-1550, merasa bahagia karena saat yang dinanti-nantikannya telah tiba.
Namun, pendeta yang juga memiliki nama Danghyang Nirartha itu masih menyimpan satu pusataka
yang bakal diberikan kepada putranya. Di bawah ujung Pura Uluwatu, tampak seorang nelayan
bernama Ki Pasek Nambangan. Danghyang Dwijendra meminta agar Ki Pasek Nambangan mau
menyampikan kepada anaknya, Empus Mas di desa Mas bahwa Danghyang Dwijendra menaruh
sebuah pustaka di Pura Luhur Uluwatu. Kemudian KiPasek Nambanganpun memberikan sebuah
permintaan dari Dhangyang Nirarta. Kemudian KiPasek Nambangan akhirnya pergi, sementara
Dhangyang Dwijendra melakukan tapa yoga semadi. Selanjutnya Maha Resipun akhirnya moksah
(Pergi ke surga tanpa meninggalkan badan kasar) dengan cepat seperti sebuah kilat. KIPasek
nambangan hanya melihat sebuah cahaya ke angkasa.
Cerita sejarah Pura Uluwatu ini kemudian berkembang menjadikepercayaan masyarakat
setempat dan Hindu di Bali. Bahwa keberadaan Pura Uluwatu memainkan peran yang sangat penting
dalam kehidupan beragama masyarakat Hindu di Bali.

Anda mungkin juga menyukai