Anda di halaman 1dari 15

5.

6 Home
• Asta Kosala Kosali
Asta Kosala Kosali merupakan sebuah cara penataan lahan untuk tempat
tinggal dan bangunan suci. penataan Bangunan yang dimana di dasarkan oleh
anatomi tubuh yang punya. Pengukurannya pun lebih menggunakan ukuran
dari Tubuh yang mpunya rumah. mereka tidak menggunakan meter tetapi
menggunakan seperti
1. Musti (ukuran atau dimensi untuk ukuran tangan mengepal dengan ibu
jari yang menghadap ke atas),
2. Hasta (ukuran sejengkal jarak tangan manusia dewata dari pergelangan
tengah tangan sampai ujung jari tengah yang terbuka)
3. Depa (ukuran yang dipakai antara dua bentang tangan yang
dilentangkan dari kiri ke kanan)
Sudut utara-timur adalah area suci atau area
baik sehingga pura diletakkan pada sudut
ini, sedangkan sudut selatan-barat dianggap
lebih rendah atau area buruk sehingga posisi
dapur diletakkan pada sudut ini
GAMBAR DENAH RUMAH ADAT
BALI
1. Bangunan Suci
(Sanggah/Sanggar/Merajan
/Penugun Karang)

Fungsi bangunan Merajan ini adalah sebagai tempat suci atau


pemujaan kepada Tuhan dan roh suci leluhur. Pada unit bangunan suci
ini terdapat beberapa bangunan dengan fungsinya masing – masing
serta jumlah bangunan – bangunan ini sangat bervariasi dan tergantung
dari pemilik.
Namun demikian, yang mutlak terdapat dalam satu unit bangunan suci
terdiri dari : Penglurah, Kemulan, Padmasari, Peliangan, Taksu dan
Piyasan. Sanggah Pamerajan ini adalah tempat upacara yang dipakai
untuk keluarga. Dan pada perkampungan tradisional biasanya setiap
keluarga mempunyai pamerajan yang letaknya di Timur Laut pada
sembilan petak pola ruang.
2. Bale Dangin / Bale Gede

Bale Dangin terletak di bagian Timur atau dangin


natah umah, sering pula disebut dengan Bale Gede
apabila bertiang 12. Fungsi Bale Dangin ini adalah
untuk tempat upacara. Fasilitas pada bangunan Bale
Dangin ini menggunakan satu bale – bale dan kalau
Bale Gede menggunakan dua buah bale – bale yang
terletak di bagian kiri dan kanan. Bentuk Bangunan
Bale Dangin adalah segi empat ataupun persegi
panjang, dan dapat menggunakan saka / tiang yang
terbuat dari kayu yang dapat berjumlah 6 ( sakenem ),
8 ( sakutus / astasari ), 9 ( sangasari ) dan 12 ( saka
roras / Bale Gede ).
Bale Dangin biasanya dipakai untuk kegiatan agak
santai, membuat benda-benda seni atau merajut
pakaian bagi anak dan suaminya. Fondasinya lebih
rendah dari pada Bale Meten.
3. Bale Delod
Bale Delod sebagai Ruang menerima tamu atau ruang tamu. Di Bali bale
delod difunngsikan untuk kegiatan adat, dan atau bale kematian dimana bila
ada salah satu anggota keluarga yang meninggal akan disemayamkan disana
sebelum prosesi ngaben dilaksanakan. Selain itu bale ini juga berfungsi sebagai
tempat meletakan sesajen atau banten sebelum melaksanakan yadnya, sebagai
tempat untuk melaksanakan manusa yadnya seperti otonan, potong gigi, dan
upacara pemberkatan pernikahan. Lebih Umum bale delod bisa dikatakan
sebagai bale payadyan/ bale yadnya.
4. Bale Meten /
Bale Daja

Bale Meten terletak di bagian Utara ( dajan natah umah ) atau di sebelah
barat tempat suci /Sanggah. Bale Meten ini juga sering disebut dengan Bale
Daja, karena tempatnya di zona utara ( kaja ).
Fasilitas desain interiornya adalah 2 buah bale yang terletak di kiri dan
kanan ruang. Bentuk bangunan Bale Meten adalah persegi panjang, dapat
menggunakan saka / tiang yang terbuat dari kayu yang berjumlah 8
(sakutus), dan 12 ( saka roras ).
Fungsi Bale Meten adalah untuk tempat tidur orang tua atau Kepala Keluarga
di bale sebelah kiri. Sedangkan di bale sebelah kanan difungsikan untuk
ruang suci, tempat sembahyang dan tempat menyimpan alat – alat upacara
5. Bale Dauh / Loji
Bale Dauh ini terletak di bagian Barat (Dauh natah
umah), dan sering pula disebut dengan Bale Loji,
serta Tiang Sanga.
Fungsi Bale Dauh ini adalah untuk tempat
menerima tamu dan juga digunakan sebagai tempat
tidur anak remaja atau anak muda. Fasilitas pada
bangunan Bale Dauh ini adalah 1 buah bale – bale
yang terletak di bagian dalam. Bentuk Bangunan
Bale Dauh adalah persegi panjang, dan
menggunakan saka atau tiang yang terbuat dari
kayu. Bila tiangnya berjumlah 6 disebut sakenem,
bila berjumlah 8 disebut sakutus / astasari, dan bila
tiangnya bejumlah 9 disebut sangasari.
6. Lumbung / Jineng

Lumbung sebagai tempat untuk menyimpan


hasil panen, berupa padi dan hasil kebun
lainnya. Fungsinya sebagai penyimpanan hasil
panen yang berupa gabah di bagian atapnya.
Dan dibawahnya dibentuk menyerupai bale
untuk tempat bersantai dan bercengkrama
bersama keluarga. Orang – orang yang memiliki
jineng ini biasanya golongan petani yang
memiliki hasil panen setiap tahun.
Dapur atau yang biasanya disebut paon dalam bahasa
7. Paon bali, berasal dari bahasa Jawa yaitu Pawon (dapur)
merupakan bagunan adat bali yang letaknya disisi selatan,
yang umumnya berfungsi untuk memasak pada zaman
dahulu dan juga masih ada digunakan sampai sekarang.
Selain itu dalam kehidupan beragama di Bali, dapur
merupakan stana (istana) Dewa Brahma.

Selain itu dapur / paon juga memiliki fungsi yang


sangat penting yang dipercayai oleh masyarakat bali
adalah untuk menetralisir energi negative atau bhuta
kala yang mengikuti sampai ke rumah. Jadi hendaknya
ketika datang dari bepergian, janganlah langsung
masuk ke dalam kamar ataupun ruang utama di rumah.
Hendaknya mauk dapur terlebih dahulu.
8. Aling – Aling Pada pintu masuk (angkul-angkul) terdapat tembok yang dinamakan
aling-aling. Aling - Aling adalah pembatas antara angkul - angkul
dengan pekarangan rumah maupun tempat suci.
Selain itu aling-aling juga digunakan sebagai pengalih jalan masuk
sehingga untuk memasuki rumah harus menyamping ke arah kiri dan
saat keluar nanti melalui sisi kanan dari arah masuk. Hal ini
digunakan untuk menghalangi pandangan ke dalam dari arah luar
secara langsung sehingga dapat memberikan privasi kepada pemilik
rumah dan juga sebagai penghalang masuknya pengaruh jahat/
buruk.
9. Angkul – Angkul

Angkul – Angkul sering disebut juga Pamedal/ Kori yang merupakan


salah satu bentuk pamesuan (pintu keluar pekarangan), Pintu masuk
utama ke pekarangan rumah adat Bali dengan berbagai ornamen
khas Bali di bagian atas maupun sambing kiri/kanan.
5.7 Kehidupan Bali Modern dan Tradisional
Dalam tradisi, sebuah rumah tangga tidak hanya terikat dalam kehidupan sosial banjar.
Banjar sendiri adalah pembagian wilayah administratif di Provinsi Bali dibawah
kelurahan atau desa, setingkat dengan rukun warga (RW). Struktur banjar dibagi menjadi
tiga lokasi sakral;
1. Pura Puseh
Pura puseh umumnya ditempatkan dibagian selatan dari sebuah desa atau banjar. Pura ini
juga kerap dibangun dengan cara menghadap ke pantai. Masyarakat Bali beranggapan
bahwa pura ini dapat menjadi istana bagi Dewa Wisnu
2. Pura Desa
Dalam pembangunan pura desa kerap ditempatkan pada area tengah disalah satu sudut
caturpatra atau yang dikenal sebagai perempatan agung. Disekitar pura ini biasa
ditemukan balai desa.
3. Pura Dalam
Pura dalam biasa dibangun dengan arsitektur menghadap ke arah Barat Daya. Pura ini
merupakan pura khusus untuk pemujaan Dewa Siwa.
Ketiga tempat ibadah ini dinamakan kahyangan tiga. Ketiga pura ini adalah simbol
konstitusional tata pemerintahan banjar
Tradisi Kehidupan di Banjar

Menjalani kehidupan di banjar berarti menjalankan dharma,


dengan mengikuti berbagai upacara adat seperti odalan.
Odalan adalah upacara harian di Bali. Umat Hindu di Bali
merayakan odalan di masing-masing pura mereka setiap
210 hari. Selain itu menjalankan dharma di Bali terwujud
dalam perayaan nyepi.
5.8 Kata Penutup

Tinggal dalam budaya dan tradisi Bali tidak dapat dipisahkan dari Hindu
yang hidup filsafat. Tempat tinggal adalah dharma dengan cara
mengembangkan dan mempertahankan dunia kehidupan sehubungan
dengan orang lain. Dharma tidak berarti permohonan moral, tetapi suatu
keharusan cara hidup berkelanjutan. Hubungan antara bangunan dan
tempat tinggal selaluditandai dengan ritual persembahan, yang bukan
hanya suatu penandaan sopanbersyukur, tetapi juga pengakuan atas
penghormatan terhadap transendensi wujud melampaui realitas yang bisa
dipahami. Dengan melakukan itu, setiap transformasi di bumi harus
dilakukan semuanya seimbang. Tempat tinggal adalah hidup, juga bekerja
dan bermain di dalambatas realitas, di mana interaksi peran dan fungsi
setiap makhluk berada dipelihara, dikembangkan dan dipertahankan.
Semua ini didasarkan pada kesadaran akan penyebab danefek dengan pola
pikir yang bertanggung jawab dan berterima kasih.

Anda mungkin juga menyukai