6 Home
• Asta Kosala Kosali
Asta Kosala Kosali merupakan sebuah cara penataan lahan untuk tempat
tinggal dan bangunan suci. penataan Bangunan yang dimana di dasarkan oleh
anatomi tubuh yang punya. Pengukurannya pun lebih menggunakan ukuran
dari Tubuh yang mpunya rumah. mereka tidak menggunakan meter tetapi
menggunakan seperti
1. Musti (ukuran atau dimensi untuk ukuran tangan mengepal dengan ibu
jari yang menghadap ke atas),
2. Hasta (ukuran sejengkal jarak tangan manusia dewata dari pergelangan
tengah tangan sampai ujung jari tengah yang terbuka)
3. Depa (ukuran yang dipakai antara dua bentang tangan yang
dilentangkan dari kiri ke kanan)
Sudut utara-timur adalah area suci atau area
baik sehingga pura diletakkan pada sudut
ini, sedangkan sudut selatan-barat dianggap
lebih rendah atau area buruk sehingga posisi
dapur diletakkan pada sudut ini
GAMBAR DENAH RUMAH ADAT
BALI
1. Bangunan Suci
(Sanggah/Sanggar/Merajan
/Penugun Karang)
Bale Meten terletak di bagian Utara ( dajan natah umah ) atau di sebelah
barat tempat suci /Sanggah. Bale Meten ini juga sering disebut dengan Bale
Daja, karena tempatnya di zona utara ( kaja ).
Fasilitas desain interiornya adalah 2 buah bale yang terletak di kiri dan
kanan ruang. Bentuk bangunan Bale Meten adalah persegi panjang, dapat
menggunakan saka / tiang yang terbuat dari kayu yang berjumlah 8
(sakutus), dan 12 ( saka roras ).
Fungsi Bale Meten adalah untuk tempat tidur orang tua atau Kepala Keluarga
di bale sebelah kiri. Sedangkan di bale sebelah kanan difungsikan untuk
ruang suci, tempat sembahyang dan tempat menyimpan alat – alat upacara
5. Bale Dauh / Loji
Bale Dauh ini terletak di bagian Barat (Dauh natah
umah), dan sering pula disebut dengan Bale Loji,
serta Tiang Sanga.
Fungsi Bale Dauh ini adalah untuk tempat
menerima tamu dan juga digunakan sebagai tempat
tidur anak remaja atau anak muda. Fasilitas pada
bangunan Bale Dauh ini adalah 1 buah bale – bale
yang terletak di bagian dalam. Bentuk Bangunan
Bale Dauh adalah persegi panjang, dan
menggunakan saka atau tiang yang terbuat dari
kayu. Bila tiangnya berjumlah 6 disebut sakenem,
bila berjumlah 8 disebut sakutus / astasari, dan bila
tiangnya bejumlah 9 disebut sangasari.
6. Lumbung / Jineng
Tinggal dalam budaya dan tradisi Bali tidak dapat dipisahkan dari Hindu
yang hidup filsafat. Tempat tinggal adalah dharma dengan cara
mengembangkan dan mempertahankan dunia kehidupan sehubungan
dengan orang lain. Dharma tidak berarti permohonan moral, tetapi suatu
keharusan cara hidup berkelanjutan. Hubungan antara bangunan dan
tempat tinggal selaluditandai dengan ritual persembahan, yang bukan
hanya suatu penandaan sopanbersyukur, tetapi juga pengakuan atas
penghormatan terhadap transendensi wujud melampaui realitas yang bisa
dipahami. Dengan melakukan itu, setiap transformasi di bumi harus
dilakukan semuanya seimbang. Tempat tinggal adalah hidup, juga bekerja
dan bermain di dalambatas realitas, di mana interaksi peran dan fungsi
setiap makhluk berada dipelihara, dikembangkan dan dipertahankan.
Semua ini didasarkan pada kesadaran akan penyebab danefek dengan pola
pikir yang bertanggung jawab dan berterima kasih.