Laporan ini mengulas tentang arsitektur vernakular Suku Bajo, baik dari segi
bangunan maupun kebudayaan yang ada di dalamnya, serta aspek-aspek lain
yang terdapat pada bangunan Rumah Trasional Suku Bajo baik dari segi
konstruksi hingga material yang digunakan.
Terselesaikannya laporan ini tidak terlepas dari peran serta pihak-pihak lain yang
membantu, untuk itu kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Eryani Nurma Yulita,
ST.,MT.,M.Sc selaku dosen koordinator, Bapak Yusfan Adeputera Yusran,
ST.,MT.Ars. dan Bapak Muhammad Satya Adhitama, ST.,M.Sc. selaku dosen
pengajar mata kuliah Bahan dan Konstruksi Arsitektur Rakyat, serta seluruh pihak
yang telah membantu terselaikannya laporan ini.
Kami menyadari laporan ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu
kami minta maaf dan untuk penyempurnaan penyusunan laporan selanjutnya
kami mohon kritik dan sarannya yang bersifat positif dan membangun.
Akhir kata kami berharap semoga laporan penelitian ini dapat memberikan
manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penulis
BAB 2 PEMBAHASAN
BAB 3 KESIMPULAN
RUMAH TRADISIONAL
PENDAHULUAN
Rumah Tradisional rakyat Suku Bajo
adalah salah satu kekayaan arsitektur
Nusantara, dengan kesederhanaannnya Suku
Bajo tinggal di daerah perairan yang tersebar
di beberapa daerah di Indonesia maupun
negara Asia lainnya.
MANFAAT
Manfaat dari pengambilan Rumah Tradisional Suku Bajo
sebagai objek studi adalah untuk memperkaya pengetahuan
kami, maupun pembaca tentang begitu besarnya
keanekaragaman arsitektur dan kebudayaan Nusantara,
dimana masing-masing memiliki ciri khas dan keunikan
tersendiri.
DESKRIPSI
BANGUNAN Konsep bangunan Suku Bajo adalah
kehidupan dirumah panggung yang
RUMAH SUKU BAJO berada di atas perairan, yang terbentuk
dari material lokal dan konstruksi
sederhana namun mampu bertahan lama
dan responsif terhadap bencana. Rumah-
rumah di Desa Kabalutan Walea ini
memiliki tampilan yang sederhana,
minimalis ragam hias, namun kaya akan
eksplorasi material lokal sehingga mampu
berdiri kokoh diatas perairan yang
tersusun secara linear terhadapa rumah-
rumah di sekitarnya.
7
DENAH
02.00 m
06.00 m
02.00 m
05.00 m
TAMPAK
8
ISOMETRI
POTONGAN
9
BAB 2
S uku Bajau/Bajo atau Suku Sama adalah suku bangsa yang asalnya dari Kepulauan
Sulu, Filipina Selatan/ Wakatobi( Sulawesi Tenggara)/ Laut Cina Selatan/ Johor,
Malaysia, beberapa sumber mengatakan Suku Bajo berasal dari wilayah-wilayah
tersebut namun pernah dilakukan penelitian asal dari Suku Bajo dengan melakukan
beberapa tes terhadap Suku Bajo dari berbagai daerah, hasilnya asal muasal Suku Bajo
lebih mengarah dari wilayah Filipina Selatan . Dulunya suku ini hidup nomaden diatas
laut (Gipsi Laut), salah satu lokasi yang dipilih suku Bajo untuk menetap adalah di Pulau
Kaledupa, Wakatobi, Sulawesi Tenggara.
KOSMOLOGI
& KEPERCAYAAN
Pada awalnya, Suku Bajo memeluk kepercayaan animisme dan
agama Hindu. Namun seiring ajaran agama Islam masuk yang
dibawa oleh Sunan Prapen (cucu Sunan Giri), banyak masyarakat
Bajo berpindah agama.Pada massa nya Kerajaan Anak Agung
Gedhe Agung yang menganut agama Hindu dalam massa
kejayaan di Pulau Lombok namun seiring dengan banyaknya
masyarakat Bajo yang memeluk Islam, maka kerajaan ini pun
perlahan lahan lengser.
KEADAAN SOSIAL
& KEBUDAYAAN
Bahasa : Bajo (serumpun dengan
Bahasa Bugis, Sulsel)
Terdapat beberapa tarian tradisional suku bajo
antara lain:
Tarian Manca : untuk upacara pernikahan
Sile’ Kampoh : kumpulan dari jurus jurus silat
kampung
Mata Pencaharian
Pertanian ( Padi , Kopi, Kelapa, Kakao, Cengkeh)
(Suku bajo hanya menanam varietas padi lokal
dari golongan padi bulu).
Nelayan
peralatan yang sering digunakan antara lain :
Timbalu, Sampan Kaloko, Bagu, Ngambai
GEOGRAFI
KABUPATEN
TOJO UNA-UNA
Lokasi : Desa Kabalutan Walea
Kepulauan, Kabupaten Tojo Una-Una,
Provinsi sulawesi Tengah
Batas Wilayah
TOPOGRAFI
Topogra : Pegunungan dan Perbukitan sebagian datar dan agak landai, ketinggian
wilayah umumnya 500 mdpl
Kemiringan lereng :
LINGKUNGAN
IKLIM &
Iklim : Tropis
Musim : Musim Barat dan Musim Timur
Curah Hujan : 1.200-4.100 mm/tahun
Temperatur : 17°C - 33°C
Kelembapan : 74%-82%
Kecepatan angin : 3-6 knot
Sungai :
Sungai Balingara
(perbatasanKabupaten Tojo Una-una-Kabupaten Banggai)
Sungai Malei
(perbatasan Kabupaten Tojo Una-una-Kabupaten Poso)
2m
2m
2m
2m
2m
5m
Sumber
Asal Mula Rumah Bajo (3) _ Ekskursi Arsitektur UI 2013.html
Suku Bajo percaya bahwa Barat adalah arah kiblat yang harus disucikan, tida boleh
ditempatkan sebagai area rumah yang kotor (toilet). serta penggunaan jumlah anak tangga
yang selalu harus ganjil. Mereka percaya bahwa jika ini dilanggar maka akan mendatangkan
musibah ataupun menyurutkan masuknya rezeki kedalam rumah.
15
ASPEK BANGUNAN
TIPE 1
// Lokasi di pesisir pantai, berbentuk rumah panggung diatas air
TIPE 2
TIPE 3
ROOF STRUKTUR
UPPER STRUKTUR
SUB STRUKTUR
TIANG
Pola tiang rumah : grid kubus ,
dengan jarak bentang 5x 6 meter.
Sambungan paku
DINDING
UPPER STRUKTUR
ATAP
ROOF STRUKTUR
ROOF STRUKTUR
UPPER STRUKTUR
SUB STRUKTUR
UPPER STRUKTUR
Struktur dinding menggunakan Papan Lantai
ROOF STRUKTUR
Kolom kayu
sambungan
takikan
TIPE 1 TIPE 2
dari ke tiga tipe rumah Adat Suku Bajo, tidak
memiliki ragam hias yang menonjol, tampilan
pada rumah ini sederhana dan minim akan
ragam hias.
Bahkan untuk elemen bukaan bangunan juga
hanya terdapat tidak lebih dari 3 bukaan pada
rumah tipe 1 dan 2
PONDASI ATAP
Menggunakan struktur rumah Menggunakan sambungan
panggung di atas air. ikat, sehinggga tidak
Kolom rumah disambungkan ke memberikan gerakan kaku
pondasi yang di tancapkan ke saat terjadi gempa, artinya
dalam tanah di bawah air. bangunan dapat merespon
Jika terjadi guncangan gempa, gempa dengan baik karena
maka struktur ini akan bergerak sambungan ini dapat
dan tidak kaku terhadap bergerak saat terjadi gempa.
gerapkan gempa.
MATERIAL BANGUNAN
KARAKTERISTIK
TIPE BANGUNAN
TIPE 3
TIPE 2
TIPE 1
KARAKTERISTIK UMUM
BANGUNANN
Bentuk bangunan : Persegi Panjang
Atap : limasan / pelana
Bahan penuturp atap : Atap Rumbia, atap seng gelombang (10% )
Dinding & Lantai : Pa p a n Ka y u , D a u n S i l a r ( C o r y p h a
utan Lamk) dan pelepah sagu/ enau
Luas lantai : ±5m x 10 m
22
KESIMPULAN
& SARAN
Arsitektur vernakular adalah arsitektur yang tumbuh dan
berkembang dari arsitektur rakyat yang lahir dari
masyarakat etnik ddan berakar pada tradisi etnik, yang
keberadaannya masih dapat kita nikmati sampe
sekarang yag biasa kita sebut dengan arsitektur
tradisional Indonesia, namun keberadaannya kini makin
tergerus oleh perkembangan jaman dan pengaruh dunia
luar, oleh karena itu dibutuhkan tindakan pelestarian
agar keberadaan arsitektur ini tidak punah, dan juga
sistem konstruksi serta kearifan setiap arsitektur
tradisional daoat kita adopsi ke arsitektur masa depan,
yakni arsitektur bangunan yang memiliki ke khasan,
aman, nyaman, responsif terhadap bencana.