Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN TUGAS BESAR

MK. Bahan dan Konstruksi Arsitektur Rakyat

Rekonstruksi Arsitektur Rakyat Vernakular


Rumah Adat Suku Bajo
Disusun oleh :
Kelompok 2

Puji Astutik 155060501111002


Dwi Ratna Poespaningrum 155060501111042
A. Rendra Atasa 155060500111011
Aditya Ikhlashul Amal 155060501111029

Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik


Universitas Brawijaya
2017
RUMAH ADAT
TRADISIONal SUKU BAJO
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan laporan tugas besar Bahan dan Konstruksi Arsitektur Rakyat
yang berjudul “Rekonstruksi Arsitektur Rakyat Vernakular Rumah Tradisional
Suku Bajo ”.

Laporan ini mengulas tentang arsitektur vernakular Suku Bajo, baik dari segi
bangunan maupun kebudayaan yang ada di dalamnya, serta aspek-aspek lain
yang terdapat pada bangunan Rumah Trasional Suku Bajo baik dari segi
konstruksi hingga material yang digunakan.

Terselesaikannya laporan ini tidak terlepas dari peran serta pihak-pihak lain yang
membantu, untuk itu kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Eryani Nurma Yulita,
ST.,MT.,M.Sc selaku dosen koordinator, Bapak Yusfan Adeputera Yusran,
ST.,MT.Ars. dan Bapak Muhammad Satya Adhitama, ST.,M.Sc. selaku dosen
pengajar mata kuliah Bahan dan Konstruksi Arsitektur Rakyat, serta seluruh pihak
yang telah membantu terselaikannya laporan ini.

Kami menyadari laporan ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu
kami minta maaf dan untuk penyempurnaan penyusunan laporan selanjutnya
kami mohon kritik dan sarannya yang bersifat positif dan membangun.
Akhir kata kami berharap semoga laporan penelitian ini dapat memberikan
manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Penulis

Malang, 19 Desember 2017


DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................5


1.2 Manfaat .......................................................6
1.3 Deskripsi Singkat Bangunan .......................................................6
1.4 Denah/Tampak .......................................................7
1.5 Potongan .......................................................8

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Aspek Kosmologi dan Kepercayaan .......................................................10


2.2 Keadaan Sosial & Kebudayaan .......................................................11
2.3 Aspek Geogras, Iklim, dan Lingkungan .......................................................13
2.4 Aspek Tata Ruang dan Dimensi .......................................................14
2.5 Analisis Aspek Bangunan
Aspek Teknologi Konstruksi Bangunan .......................................................15
2.6 Aspek Bentuk dan Tampilan Bangunan
Aspek Ragam Hias .......................................................19
2.7 Aspek Bahan dan Material .......................................................19
2.8 Aspek Tanggap Bencana .......................................................20
2.9 Karakteristik Tipe Bangunan .......................................................21

BAB 3 KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan .......................................................22


3.2 Saran .......................................................22
5

RUMAH TRADISIONAL

PENDAHULUAN
Rumah Tradisional rakyat Suku Bajo
adalah salah satu kekayaan arsitektur
Nusantara, dengan kesederhanaannnya Suku
Bajo tinggal di daerah perairan yang tersebar
di beberapa daerah di Indonesia maupun
negara Asia lainnya.

Pemilihan objek bangunan Rumah rakyat


Suku Bajo dilatar belakangi oleh
bagaimanakah sebuah permukiman yang
cukup besar dapat berdiri kokoh dan bertahan
lama diatas perairan, dimana material
pembentuk bangunannya adalah material
lokal dengan penerapan konstruksi yang
sederhana namun mampu memberikan
kenyamanan dan keamanan bagi
penghuninya.

Suku Bajo sendiri memiliki penyebaran


yan cukup luas di berbagai daerah di Asia,
mereka menyebar di berbagai perairan
bahkan Suku Bajo ini memiliki presiden sendiri
yang dipilih bersama dan dijadikan pemimpin
bagi seluruh Suku Bajo di dunia. Dari sinilah
kita dapat belajar, bahwa sebuah suku dengan
penyebaran yang cukup luas mempunyai
kebudayaan yang khas baik dari segi
kebudayaan sehari-hari dan juga ciri khas
bangunan tempat tinggal mereka.
6

MANFAAT
Manfaat dari pengambilan Rumah Tradisional Suku Bajo
sebagai objek studi adalah untuk memperkaya pengetahuan
kami, maupun pembaca tentang begitu besarnya
keanekaragaman arsitektur dan kebudayaan Nusantara,
dimana masing-masing memiliki ciri khas dan keunikan
tersendiri.

Dengan mempelajari keanekaragaman yang ada kita dapat


mengadopsi sistem konstruksinya pada bangunan masa
depan, bagaimana sebuah bangunan dapat bertahan lama,
tahan gempa dan mengunakan material lokal yang ramah
lingkungan.

DESKRIPSI
BANGUNAN Konsep bangunan Suku Bajo adalah
kehidupan dirumah panggung yang
RUMAH SUKU BAJO berada di atas perairan, yang terbentuk
dari material lokal dan konstruksi
sederhana namun mampu bertahan lama
dan responsif terhadap bencana. Rumah-
rumah di Desa Kabalutan Walea ini
memiliki tampilan yang sederhana,
minimalis ragam hias, namun kaya akan
eksplorasi material lokal sehingga mampu
berdiri kokoh diatas perairan yang
tersusun secara linear terhadapa rumah-
rumah di sekitarnya.
7

DENAH
02.00 m

06.00 m

02.00 m

05.00 m

TAMPAK
8

ISOMETRI

POTONGAN
9

BAB 2

S uku Bajau/Bajo atau Suku Sama adalah suku bangsa yang asalnya dari Kepulauan
Sulu, Filipina Selatan/ Wakatobi( Sulawesi Tenggara)/ Laut Cina Selatan/ Johor,
Malaysia, beberapa sumber mengatakan Suku Bajo berasal dari wilayah-wilayah
tersebut namun pernah dilakukan penelitian asal dari Suku Bajo dengan melakukan
beberapa tes terhadap Suku Bajo dari berbagai daerah, hasilnya asal muasal Suku Bajo
lebih mengarah dari wilayah Filipina Selatan . Dulunya suku ini hidup nomaden diatas
laut (Gipsi Laut), salah satu lokasi yang dipilih suku Bajo untuk menetap adalah di Pulau
Kaledupa, Wakatobi, Sulawesi Tenggara.

Pada tahun 2007 berdirilah perkumpulan Suku Bajo


Internasional yang diikuti oleh beberapa negara,
diantaranya Indonesia, Malaysia, dan Philipina yang di
ketuai oleh Presiden Suku Bajo Abdul Manan yang
merupakan Warga Negara Indonesia, beliau adalah orang
yang pertama kali dapat lulus S2 di Thailand jurusan
Managemen Tropika.

Bahkan oleh PBB Suku Bajo sudah dianggap sebagai Suku


yang mandiri, hal ini berlaku bahwa kepala negara hanya
sebagai moderator dalam pemilihan Presiden Suku Bajo.

PRESIDEN SUKU BAJO


Abdul Manan
10

KOSMOLOGI
& KEPERCAYAAN
Pada awalnya, Suku Bajo memeluk kepercayaan animisme dan
agama Hindu. Namun seiring ajaran agama Islam masuk yang
dibawa oleh Sunan Prapen (cucu Sunan Giri), banyak masyarakat
Bajo berpindah agama.Pada massa nya Kerajaan Anak Agung
Gedhe Agung yang menganut agama Hindu dalam massa
kejayaan di Pulau Lombok namun seiring dengan banyaknya
masyarakat Bajo yang memeluk Islam, maka kerajaan ini pun
perlahan lahan lengser.

Filsafat kehidupan suku Bajo di Bayan menilai antara kebudayaan


dan Agama Islam mempunyai korelasi inklusif. Tidak adanya
perbedaan, antara kebudayaan dan Agama Islam, semua itu
disingkronisasi oleh peradaban.Kebudayaan merupakan
keseluruhan dari hasil budidaya manusia baik cipta, karsa dan rasa.
Kebudayaan berwujud gagasan/ide, perilaku/ aktivitas dan benda-
benda. Sedangkan peradaban adalah bagian-bagian dari
kebudayaan yang tinggi, halus, indah dan maju.

Masyarakat suku Bajo Bayan memiliki loso yang sering disebut


dengan Wetu Telu. Makna dari kata Wetu adalah Keluar,
sedangkan Telu adalah Tiga. Jadi Wetu Telu adalah Keluarnya tiga
Filoso kehidupan suku Bajo, yaitu Beranak (diperuntukkan
manusia, dan hewan mamalia), Bertelur (diperuntukkan unggas
dan ikan) dan Tumbuh (diperuntukkan tumbuh-tumbuhan).

Wetu Telu juga mempunyai tiga fase dari kehidupan


makhluk hidup, yaitu fase pertama kelahiran, fase kedua adalah
kehidupan, fase ketiga adalah kematian. Ketiga fase ini memiliki
pola hubungan yang sama, dan setiap individu manusia memiliki
perbedaan dinamika kehidupan yang berbeda. Khususnya manusia
yang diberikan akal dan pikiran oleh Allah SWT akan
mempertanggung jawabkan apa yang telah dilakukannya selama
hidup Dari ketiga makna ini mempunyai arti bahwa manusia
merupakan satu kesatuan dari alam, yang tersirat dari lsafat
kosmologi kehidupan dan budaya.

Seperti halnya masyarakat Jawa, suku Bajo juga mengenal adanya


dewi padi. Jika orang Jawa mengenal Dewi Sri sebagai dewi
kesuburan (dewi padi), maka orang Bajo mengenal dewi padi
dengan sebutan Inak Sariti. Suku bajo hanya menanam varietas
padi lokal dari golongan padi bulu. Hal ini dikarenakan varietas
padi ini adalah varietas padi yang pertama kali ditanam di bangkat,
sawah orang Bayan pertama kali. Selain itu, masyarakat percaya
bahwa jika tidak menaman padi bulu, maka panen berikutnya akan
gagal. Masyarakat setempat juga lebih menyukai varietas ini
dikarenakan varietas padi ini menghasilkan nasi yang lebih pulen
dan lebih enak.
11

KEADAAN SOSIAL
& KEBUDAYAAN
Bahasa : Bajo (serumpun dengan
Bahasa Bugis, Sulsel)
Terdapat beberapa tarian tradisional suku bajo
antara lain:
Tarian Manca : untuk upacara pernikahan
Sile’ Kampoh : kumpulan dari jurus jurus silat
kampung

Terdapat 5 jenis perkawinan , yaitu:


1. Perkawinan yang dilaksanakan peminangan
(Massuro )
2. Perkawinan Silaiyang ( Kawin Lari )
3. Perkawinan menurut usia
4. Perkawinan yang dilarang
5. Perkawinan duduk ( sitingkolong )
Tradisi :
Perkawinan masyarakat Suku Bajo, saat malam
pertama biasanya pasangan suami istri, di lepas ke
laut dengan perahu, mereka menghabiskan
malam pertamanya di atas perahu

Mata Pencaharian
Pertanian ( Padi , Kopi, Kelapa, Kakao, Cengkeh)
(Suku bajo hanya menanam  varietas padi lokal
dari golongan padi bulu).

Nelayan
peralatan yang sering digunakan antara lain :
Timbalu, Sampan Kaloko, Bagu, Ngambai

Perikanan ( Budidaya lobster dan ikan laut lainnya)


12

GEOGRAFI
KABUPATEN
TOJO UNA-UNA
Lokasi : Desa Kabalutan Walea
Kepulauan, Kabupaten Tojo Una-Una,
Provinsi sulawesi Tengah

Koordinat : 0 25’33”-0 25’52” LS


dan 122 03’33”-122 03’49” BT

Luas : 5.726 km²

Batas Wilayah

Utara : Teluk Tomini dan


Provinsi Gorontalo
Selatan : Kecamatan Bungku
Utara
Kecamatan Petasia
Kecamatan Mori Atas
Kabupaten Morowali SUKU
Barat : Kabupaten Poso
Timur : Teluk Tomini
Kecamatan Bunta
Kabupaten Banggai
BAJO

TOPOGRAFI
Topogra : Pegunungan dan Perbukitan sebagian datar dan agak landai, ketinggian
wilayah umumnya 500 mdpl
Kemiringan lereng :

Ÿ Kemiringan 0-2% (datar-landai) : tersebar di seluruh kecamatan, khususnya Kecamatan


Ampana Kota. Kondisi Tanah baik untuk pemukiman
Ÿ Kemiringan 3-15 % ( landai agak miring ) :tersebar di seluruh kecamatan. Kondisi tanah baik
untuk konservasi tanah dan air
Ÿ Kemiringan 16-40% (miring agak curam) : di seluruh kecamatan. Penanaman tanaman yang
baik untuk konservasi
Ÿ Kemiringan diatas 40%: bagian terlua Kabupaten Tojo Una-una. Pelestarian kawasan hutan
lindung.
13

LINGKUNGAN
IKLIM &

Iklim : Tropis
Musim : Musim Barat dan Musim Timur
Curah Hujan : 1.200-4.100 mm/tahun
Temperatur : 17°C - 33°C
Kelembapan : 74%-82%
Kecepatan angin : 3-6 knot
Sungai :
Sungai Balingara
(perbatasanKabupaten Tojo Una-una-Kabupaten Banggai)

Sungai Malei
(perbatasan Kabupaten Tojo Una-una-Kabupaten Poso)

Bencana alam yang sering terjadi :


Banjir, Gempa Bumi ( BMKG : dalam satu bulan sekitar 150 kali
gempa kecil maupun besar ( diatas 6 SR) diseluruh wilayah Sulawesi
Tengah, hal ini dikarenakan Sulawesi berada di jalur utama patahan
gempa Palu Koro
14
ASPEK TATA RUANG
DAN DIMENSI
Te r c i p t a n y a b e n t u k a r s i t e k t u r R u m a h B a j o
dilatarbelakangi oleh suatu budaya , yaitu Budaya
Appabolang. Dimana dalam budaya ini ada prinsi-prinsip
yang harus dipenuhi dalam pembuatan Rumah Bajo

Ulu (Kepala) : sebagai tempat teratas karena


melambangkan kesucian
Watanf ( Badan) : melambangkan suatu penghidupan sejati
yang harus dilindungi
Aje (kaki) : tempat kotor yang dipenuhi oleh roh jahat
yang berfungsi untuk melindungi watang COSMOS
Paselo : teras
vs
Watangpola : badan rumah
Dapureng : dapur
Pocci Bola : pusar rumah yang berfungsi sebagai tempat
BUILDING
berkumpul keluarga dan disetiap malam jumat diadakan
upacara doa-doa dan pembakaran kemenyan agar keluarga
terhindar dari malapetaka.

Upacara Mapatettong Bola, yaitu upacara saat mendirikan


rumah, mereka meyakini bahwa ada waktu dan hari tertentu
untuk membangun setiap elemen dari Rumah Bajo.

2m
2m
2m
2m
2m

5m

Sumber
Asal Mula Rumah Bajo (3) _ Ekskursi Arsitektur UI 2013.html

Suku Bajo percaya bahwa Barat adalah arah kiblat yang harus disucikan, tida boleh
ditempatkan sebagai area rumah yang kotor (toilet). serta penggunaan jumlah anak tangga
yang selalu harus ganjil. Mereka percaya bahwa jika ini dilanggar maka akan mendatangkan
musibah ataupun menyurutkan masuknya rezeki kedalam rumah.
15
ASPEK BANGUNAN

TIPE 1
// Lokasi di pesisir pantai, berbentuk rumah panggung diatas air

TIPE 2
TIPE 3
ROOF STRUKTUR

UPPER STRUKTUR

SUB STRUKTUR

TIANG
Pola tiang rumah : grid kubus ,
dengan jarak bentang 5x 6 meter.

Menggunakan kayu Posi-posi


diameter 15-20 cm. Tiang yang lebih tinggi
menjadi penyangga
kuda-kuda ± 4 m dari
muka air.

Tiang lebih kecil sebagai


penyangga lantai rumah
(±1,5 m).

Tiang ditancapkan kedalam pasir sedalam ±0,5 m


lantai rumah dari bahan kayu posi-posi Papan kayu posi-
posi
LANTAI 16
yang merupakan material lokal yang
mudah di dapat dan semakin kuat jika
terkena air, sambungan antar balok
lantai pada beberapa rumah ada yang
sudah menggunakan paku, namun juga
masih beberapa menggunakan
sambungan ikat Jarak antar balok
lantai ±40 cm

Balok lantai : batangan


utuh kayu posi-posi

Sambungan paku

DINDING
UPPER STRUKTUR

Seiring kemajuan teknologi,


beberapa rumah Bajo sudah ada
yang menggunakan sambungan
dengan paku, namun mayoritas
masih menggunakan sambungan
ikat.
dahulu sebelum adanya paku,
masyarakat menggunakan duri
dari kayu nibong sebagai pengikat
antar elemen bangunan.

ATAP
ROOF STRUKTUR

Pada rumah tipe satu, konstruksi


atap ada yang menggunakan
limasan dan ada juga yang
menggunakan pelana, dengan
sambungan ikat dari rotan,
dengan penutup atap dari daun
menggunakan rumbia dan rangka atap dari kayu
sambungan ikat posi-posi.
17
TIPE 1
// Lokasi di pesisir pantai, berbentuk rumah panggung diatas air
TIPE 2 TIPE 3

ROOF STRUKTUR

UPPER STRUKTUR

SUB STRUKTUR

Tiang/ pondasi struktur utama


Besi Beton
bangunan , ditancapkan kedalam
pasir ±1 m. Pola tiang rumah Beton cor
kubus dengan as-as 5x6 meter.
TIANG
Pola lantai diatur lebih baik dan
rapi, menggunakan kayu dan Pasir dasar laut

papan sebagai penutup lantai.


Sambungan balok yang digunakan
sama dengan tipe 1
LANTAI Tiang rumah Suku Bajo tipe 2
Beton cor

UPPER STRUKTUR
Struktur dinding menggunakan Papan Lantai

bahan kayu (papan) dengan


sambungan paku

Balok lantai atas

DINDING Konstruksi dinding Rumah Suku Bajo tipe 2

ROOF STRUKTUR

Struktur atap pelana, dengan Balok Gording

bahan atap seng gelombang

ATAP Tiang Raja

Struktur atap Rumah Bajo Tipe 2


18

// Lokasi di daratan, tidak panggung, berada di pesisir pantai


TIPE 1
// menggunakan teknologi struktur konvensional seperti rumah
yang ada di daratan pada umumnya
TIPE 2
TIPE 3

Pondasi batu kali

Kolom kayu
sambungan
takikan

Pondasi Rumah Suku Bajo tipe 3

SUB STRUKTUR UPPER STRUKTUR


pondasi menggunakan batu kali,
Menggunakan selubung dinding
dan, dengan kolom masih
dari papan kayu lokal yang telah
menggunkan kayu, dimana semua
melalui proses pabrikasi , dengan
material yang digunakan adalah
ukuran 2 x 20 cm.
material lokal
PONDASI & KOLOM DINDING
LANTAI
Mayoritas menggunakan lantai cor beton, namun
Balok Gording
masih ada yang menggunakan papan kayu
sebagai lantai
ATAP Tiang Raja

Struktur atap yang digunakan sama dengan


Struktur atap Rumah Bajo Tipe 2 & 3
rumah tipe 2
19
ASPEK BENTUK & TAMPILAN/
RAGAM HIAS

TIPE 1 TIPE 2
dari ke tiga tipe rumah Adat Suku Bajo, tidak
memiliki ragam hias yang menonjol, tampilan
pada rumah ini sederhana dan minim akan
ragam hias.
Bahkan untuk elemen bukaan bangunan juga
hanya terdapat tidak lebih dari 3 bukaan pada
rumah tipe 1 dan 2

bentukan massa bangunan adalah persegi


TIPE 3 panjang, memangjang kebelakang, dengan
hierarki ruang.

material yang digunakan pada


rumah adat Suku Bajo sebagian
besar adalah material lokal, yaitu
ASPEK BAHAN

material dari tumbuhan dan


batuan alam.
& MATERIAL

Kayu Posi-posi Kayu Nibong

Daun Rumbia Batu Kali


20
ASPEK TANGGAP
BENCANA

PONDASI ATAP
Menggunakan struktur rumah Menggunakan sambungan
panggung di atas air. ikat, sehinggga tidak
Kolom rumah disambungkan ke memberikan gerakan kaku
pondasi yang di tancapkan ke saat terjadi gempa, artinya
dalam tanah di bawah air. bangunan dapat merespon
Jika terjadi guncangan gempa, gempa dengan baik karena
maka struktur ini akan bergerak sambungan ini dapat
dan tidak kaku terhadap bergerak saat terjadi gempa.
gerapkan gempa.

MATERIAL BANGUNAN

Penggunaan bahan material yang ringan seperti


kayu/bambu/ daun rumbia memungkinkan
bangunan adat tidak mudah roboh karena memiliki
kelenturan terhadap gempa. selain itu struktur
bangunan yang dikaitkan satu sama lain
menggunakan pasak bisa lebih dinamis dan kokoh
sehingga tahan terhadap guncangan gempa.
21

KARAKTERISTIK
TIPE BANGUNAN
TIPE 3

Rumah tidak panggung dengan 4


ruang, dinding bangunan dari beton

TIPE 2

Rumah panggung dengan 3-4 ruang,


bahan bangunan tiang beton cetak

TIPE 1

Rumah panggung dengan 2-3 ruang,


bahan bangunan dari atap rumbia
dan dinding dari daun silar (bahan
lokal)

KARAKTERISTIK UMUM
BANGUNANN
Bentuk bangunan : Persegi Panjang
Atap : limasan / pelana
Bahan penuturp atap : Atap Rumbia, atap seng gelombang (10% )
Dinding & Lantai : Pa p a n Ka y u , D a u n S i l a r ( C o r y p h a
utan Lamk) dan pelepah sagu/ enau
Luas lantai : ±5m x 10 m
22
KESIMPULAN
& SARAN
Arsitektur vernakular adalah arsitektur yang tumbuh dan
berkembang dari arsitektur rakyat yang lahir dari
masyarakat etnik ddan berakar pada tradisi etnik, yang
keberadaannya masih dapat kita nikmati sampe
sekarang yag biasa kita sebut dengan arsitektur
tradisional Indonesia, namun keberadaannya kini makin
tergerus oleh perkembangan jaman dan pengaruh dunia
luar, oleh karena itu dibutuhkan tindakan pelestarian
agar keberadaan arsitektur ini tidak punah, dan juga
sistem konstruksi serta kearifan setiap arsitektur
tradisional daoat kita adopsi ke arsitektur masa depan,
yakni arsitektur bangunan yang memiliki ke khasan,
aman, nyaman, responsif terhadap bencana.

Arsitektur Tradisional Rumah Adat Suku Bajo, adalah


salah satu bukti arsitektur vernakular, dengan
kesederhanaannya , mereka mampu bertahan di wilayah
dengan kondisi geogras yang cukup ekstrim.
Bangunan rumah Suku Bajo adalah salah satu contoh
penerapan arsitektur tahan gempa, dengan konstruksi
rumah panggung di atas air, prinsip ini dapat kita
terapkan pada rancangan desain kita baik dari segi
konstruksi ataupun material lokalnya.

Anda mungkin juga menyukai