Anda di halaman 1dari 8

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat dan karunia-Nyalah sehingga
Penyusunan Makalah ini sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya. Makalah ini merupakan salah satu syarat untuk
Mendapatkan nilai Ujian Tengah Semester
Selesainya penyusunan ini berkat bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu, pada kesempatan
ini kami sampaikan terima kasih atas kerja keras dan bantuannya :

· Ibu Nur Halifa, Selaku objek observasi kami;


· Dosen Character Building, selaku pembimbing untuk tugas ini;
· Rekan - rekan mahasiswa kelas 12.2D.07;
· Dan semua yang terlibat memberikan masukan dan saran pada makalah ini;

Kami berharap makalah ini dapat memberikan inforamasi untuk semua dan khususnya
untuk kami mahasiswa 12.2D.07. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai
akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

JAKARTA,23 APRIL
2013

PENYUSUN

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI………………………………………………………………………… i

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………… ii

BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………….. 1

A.Latar Belakang……………………………………………………………. 1
B.Rumusan Masalah………………………………………………………… 1
C.Tujuan…………………………………………………………………….. 2
D. Metodologi………………………………………………………………. 2

BAB II PEMBAHASAN
………………………………………………………….. 3
A. Asal mula tukang sapu …………………………………………………. 3
B. Peranan tukang sapu …………………………………………………… 5
C. Biografi ………………………………………………………………… 5
D. Wawancara …………….……………………………………………….. 7
E. Interaksi sosial tukang sapu dengan masyarakat ………………………. 8
F. Konsep kebersihan ……………………………………………………… 9

BAB III PENUTUP ………………………………………………………………. 10


A. Kesimpulan …………………………………………………………… 10
B. Saran ………………………………………………………………….. 11

DOKUMENTASI ……………………………………………………………….. 12

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sampah merupakan masalah yang dihadapi hampir seluruh Negara di dunia. Tidak hanya
di Negara-negara berkembang, tetapi juga di Negara-negara maju, sampah selalu menjadi
masalah. Rata-rata setiap harinya kota-kota besar di Indonesia menghasilkan puluhan ton
sampah. Sampah-sampah itu diangkut oleh truk-truk khusus dan dibuang atau ditumpuk begitu
saja di tempat yang sudah disediakan tanpa diapa-apakan lagi. Dari hari ke hari sampah itu
terus menumpuk dan terjadilah bukit sampah seperti yang sering kita lihat.

Sampah yang menumpuk itu, sudah tentu akan mengganggu penduduk di sekitarnya.
Selain baunya yang tidak sedap, sampah sering dihinggapi lalat. Dan juga dapat mendatangkan
wabah penyakit. Walaupun terbukti sampah itu dapat merugikan, tetapi ada sisi manfaatnya.
Hal ini karena selain dapat mendatangkan bencana bagi masyarakat, sampah juga dapat diubah
menjadi barang yang bermanfaat. Kemanfaatan sampah ini tidak terlepas dari penggunaan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam menanganinya.

B. RUMUSAN MASALAH
Berikut adalah pertanyaan yang terkait mengenai topik makalah ini sebagai rumusan masalah:

· Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan masyarakat tidak menyadari betapa


pentingnya Kebersihan Lingkungan ?
· Bagaimana peranan pemerintah tentang kesadaran lingkungan ?
· Apakah pemerintah menjamin atas jasa tukang sampah atau tukang sapu jalanan ?
· Bagaimanakah latar belakang seorang tukang sampah ?
· Bagaimanakah kondisi sosial tukang sampah ?
· Bagaimanakah interaksi sosial tukang sampah dng masyarakat lain ?
· Seperti apakah penilaian masyarakat terhadap tukang sampah?
· Bagaimanakah kondisi pemukimannya ?
1
C. TUJUAN

Dalam penulisan makalah ini, kami selaku penulis mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Untuk menambah wawasan tentang kehidupan tukang sapu.
2. Mengetahui latar belakang tentang adanya tukang sapu.
3. Mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi munculnya tukang sapu.
4. Menghargai pekerjaan seorang tukang sapu.
5. Bagaimana kehidupan seorang tukang sapu.
6. Bagaimana interaksi soal tukang sapu dengan masyarakat sekitar.

D. Metodologi Penelitian
Metode adalah kegiatan yang digunakan dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Metode
yang terbaik untuk menyelesaikan suatu masalah adalah metode yang sistematis dan sesuai
dengan kebutuhan masalahnya. Metode yang kami gunakan dalam penulisan makalah ini
adalah metode deskriptif. Deskriptif diartikan suatu sifat penyajian data yang mencirikan
masalah yang akan dibahas. Metode deskriptif adalah metode untuk menguraikan dan
menggambarkan dengan jelas permasalahan secara detail berdasarkan data yang terkumpul.
Dalam informasi mengenai pemulung dan lingkungan hdupnya, kami melakukan observasi
langsung di lapangan. Lapangan yang dimaksudkan adalah tempat tinggal pemulung itu sendiri
dan dalam hal ini adalah pemukiman pemulung di daerah Narogong, Rawalumbu, yang terletak
di kawasan Bekasi, Jawa Barat. Dengan melakukan observasi langsung di lapangan, kami dapat
mengetahui secara langsung bagaimana kehidupan para pemulung dan bagaimana keseharian
mereka sebagai pemulung.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Asal mula tukang sapu

Jakarta adalah kota megapolitan, dimana menjadi salah satu tujuan favorit orang-orang
dari daerah yang mengharapkan hidup lebih baik, dengan mencoba peruntungannya. kota besar
yang didatangi oleh para pendatang, untuk mencari nafkah. Sehingga membuat kota Jakarta ini
penuh dengan masyarakat yang berdatangan dari daerah. Dengan banyaknya masyarakat yang
datang ke Jakarta ini membuat kota Jakarta semakin penuh sesak.

Dalam banyaknya masyarakat yang ada di Jakarta ini membuat kesadaran manusianya
berkurang untuk menjaga kebersihan lingkungan, seperti membuang sampah pada tempatnya,
yang mengakibatkan Jakarta penuh dengan masalah seperti banjir.

Dengan masalah ini banyak orang yang memanfaatkan kesempatan itu untuk mencari
nafkah, seperti contohnya “tukang sapu” mereka senantiasa membersihkan tempat-tempat
yang banyak sampah. seperti tempat-tempat umum atau wisata yang sering menjadi pilihan
kebanyakan warga Jakarta untuk menikmati waktu senggangnya.

Kondisi dan keadaan yang membuat mereka memilih menjadi tukang sapu sehari hari
yang senantiasa selalu bekerja membersihkan lingkungan sekitar, dengan harapan
mendapatkan sedikit rezeki yang bisa dibawa pulang ke rumah untuk menyambung hidup.
membuat mereka menerima semua pemberian tuhan dan mejalankan kewajiban mereka demi
keluarganya. Mungkin ini memang jalan yang harus dipilih, walaupun menjadi profesi yang
lebih baik jika ada pastilah akan dipilihnya. Tapi mencari pekerjaan
di kota besar seperti Jakarta ini memanglah bukan suatu perkara yang mudah. Lulusan sarjana
saja masih banyak yang belum mendapatkan pekerjaan, apalagi seorang ibu ini yang hanya
lulusan sekolah dasar, yang bisa dibilang juga tidak memiliki kemampuan apapun. Ingin
mencari pekerjaan yang lebih seperti menjadi karyawan maka dia harus bersaing dengan ribuan
bahkan jutaan orang yang mempunyai latar belakang pendidikan lebih baik. Pastilah
kesempatan untuk mendapatkan itu sangatlah kecil.

3
Sehingga pekerjaan yang berat terasa ringan dan nikmat ia jalani, seakan tak ada beban
ataupun malu dalam hidup mereka. Mereka memilih pekerjaan ini memang karena kondisi
yang membuat mereka harus menerimanya. Tidak semua orang bisa menerima keadaan ini,
hanya orang-orang yang berjiwa besar lah yang tetap menjalani hidup dengan optimis dan
selalu bersyukur bagaimana keadaannya.

B. Peranan tukang sapu :

Pernahkah terlintas di pikiran anda, anda menjadi seorang tukang sampah?


Mungkin yang terlintas di pikiran kita, tukang sampah adalah pekerjaan hina, pekerjaan kotor,
tak berpendidikan, bau dan semacamnya. Tapi pernahkah anda berpikir bagaimana jadinya bila
di dunia ini tidak ada tukang sampah? Hhhh..Pastinya sampah berserakan dimana-mana,
sampah menumpuk di rumah kita, bau busuk menusuk hidung, lalat-lalat berdatangan, Mereka
(tukang sampah) sering dipandang remeh, direndahkan oleh orang banyak.
Padahal tukang sampah adalah pahlawan kita! Pahlawan lingkungan! Suatu pekerjaan
mulia. Walaupun pendapatan mereka tak sebanding dengan pekerjaan lainnya. Tukang sampah
bahkan lebih terhormat daripada para pejabat berdasi nan tajir, wangi, bermobil mewah tapi
berotak maling (mereka ini yg pantas disebut sampah masyarakat). Tukang sampah di
Indonesia rata-rata minim perlengkapan. Mereka bekerja tanpa sarung tangan, sepatu boot,
masker dan perlengkapan lainnya. Padahal pekerjaan mereka sangat beresiko terkena penyakit,
terkena benda-benda tajam, dll. Tak heran, tukang sampah harian di rumah saya sering sekali
absen dengan alasan sakit. Semoga kita bisa lebih menghargai jasa tukang sampah. Coba
sekarang kita bandingkan peran tukang sampah jika dibandingkan dengan misalnya para
anggota DPR di negara kita, yaitu negara antah berantah.
Apakah aktifitas kita akan terganggu jika para anggota dewan yang terhormat itu tidak
masuk kerja? Kami rasa bukan hanya tidak ada pengaruhnya terhadap kehidupan kita sehari-
hari, tetapi bahkan ada dan tidak adanya mereka, masuk kerja atau absennya mereka kita tidak
tahu.

Tetapi jika tukang sampah tidak datang selama 2 atau 3 hari saja. Apa akibatnya? Ibu-
bu resah. Mekanisme kehidupan yang telah berlangsung selama ini langsung terganggu
keseimbangannya. Ingat kasus sampah di Bandung bukan? Itu menunjukkan begitu pentingnya
sosok seorang tukang sampah. Keberadaannya diperlukan, ketidakhadirannya dirindukan.
Semua orang memerlukannya jasanya.
4
Saat ini kabarnya, untuk menghargai dan menghormati para jasa tukang sampah, para
anggota dewan di Indonesia juga tengah mengusulkan pembangunan perumahan khusus untuk
para tukang sampah di seluruh Indonesia dengan dana sebesar 1,168 trilyun rupiah. Dan
tampaknya rakyatpun mendukung sepenuhnya proyek prestisius yang mengundang decak
kagum dunia itu. Sebuah negara yang demikian menghargai jasa-jasa warganya sendiri.

Lalu kamipun tersadar dari gurauan untuk kemudian berharap dalam hati, adakah
kemungkinan para anggota dewan yang terhormat di negeri kami bisa tergugah hatinya?
Bisakah kemudian beliau-beliau berubah pikiran membatalkan rencana membangun gedung
mewah dan ngotot mengalihkannya menjadi proyek nasional untuk membangun perumahan
khusus untuk para tukang sampah di seluruh negeri kami? kami menduga hampir seluruh
rakyat negeri kami akan lebih setuju dengan proyek ini. Dan negeri kamipun kembali menjadi
negeri yang bermartabat di mata dunia.

C. Biografi

Dalam kehidupan masyarakat, Cacian, makian menjadi makanan sehari-hari bagi Ibu
beranak 3 yang bernama Ibu Nur halifah. Betapa tidak, setiap kali dirinya menjalankan tugas
sebagai tukang sapu jalanan, tepatnya Di Monume Nasional, ada saja orang yang masih
membuang sampah sembarangan bahkan ada saja yang sengaja membuang sampah didepan
dirinya .
Namun, Ibu Nur Halifah ini tetap sabar meski terkadang banyak orang yang tidak
menghargainya. Meski begitu Ibu beranak 3 ini tidak pernah membalas dengan marah atau
memaki atas perlakuan orang orang yang tidak menghargainya. Perlakuan seperti ini malah
dianggap sebagai ujian pada dirinya apakah dia sabar atau tidak menghadapinya.

“Saya tetap bersyukur, dengan pekerjaan ini. Karena saya bisa menyekolahan 3 anak
saya samapai lulus Sekolah Menengah Atas, tidak ada niat untuk berhenti dari pekerjaannya,
ungkapan dari hati kecil Ibu Nur Halifah saat ditemui di Monumen Nasional, Jakarta Pusat.
Diakui sejak menjalankan profesi sebagai tukang sapu jalanan dimonas selama 2 tahun yang
lalu,Meski begitu ibu nur halifah asal magelang, Jawa Tengah tidak pernah mau berhenti
sebagai tukang sapu.

“Saya ini bekerja Banting Tulang hanya untuk menyekolahkan anak-anak saya, berkat
kami-kami ini jalanan yang tadinya kotor karena sampah jadi bersih. Tapi kenapa masih ada
saja orang yang tidak menyadari kebersihan lingkungan, namun saya tetap memaklumi dan
sabar saja,”tutur Ibu bernak tiga itu. Menurutnya, kebersihan itu merupakan tangggungjawab
bersama.

5
Berbekal keyaninan itulah makanya ia menerima perlakuan yang kurang baik dari
Pengunjung Monumen Nasional. Meski begitu ia teteap menerima pekerjaan dan pahitnya
Jakarta hanya untuk menyekolahi anak anaknya.

D. Interaksi Sosial Tukang Sampah


Para tukang sampah umumnya memiliki pergaulan yang terbatas dan relasi yang
sempit. Jaringan sosial tukang sampah secara horizontal (hubungan dengan sesama tukang
sampah), terlihat cukup baik. Mereka saling tolong menolong sesamanya.Jika ada diantara
mereka yang terkena musibah, mereka meminta pertolongan dengan kawan seprofesi.
Jaringan sosial tukang sampah secara vertikal (hubungan dengan kelompok atas dan
bawah), terlihat cukup baik pula. Antara kelompok atas dan bawah saling
berkepentingan. Kelompok bawah (tukang sampah) membutukan kelompok atas (Bos atau
mandor) yang menjadi pengadah hasil kumpulan barang bekas yang dikumpulkan
pemulung.Tidak hanya kelompok bawah yang bergantung kepada kelompok atas. Namun,
kelompok atas pun memiliki kepentingan dengan kelompok bawah. Para agen, membeli
barang-barang bekas kumpulan pemulung.
Bagi agen, biasanya menyediakan minum dan makan sebagai biaya sosial.hal itu juga
untuk mempertahankan hubungan baik antara pemulung dengan pengadah atau agen. Dan jika
memerlukan uang untuk biaya pendidikan anaknya, misalnya, biasanya pemulung tidak segan
juga untuk meminjam uang kepada agen/bos kecil.
Pemulung-pemulung dapat melakukan kerjasama dalam bentuk uang yang
disumbangkan secara sukarela terhadap sesama pemulung yang terkena musibah.Sedangkan
dari pihak bos kecil/bos besar/agen biasanya memberikan bantuan seperti pinjaman uang (jika
dalam jumlah yang besar).Sedangkan jika dalam jumlah kecil, biasanya diberikan secara
sukarela.
Diantara para pemulung, dalam menjalankan tugasnya juga terdapat persaingan, seperti
untuk mendapatkan hasil pulungan yang banyak dan wilayah operasi. Faktor kecekatan tangan,
keterampilan, dan daya tahan fisik yang akan menentukan seberapa banyak mereka dapat
mengumpulkan barang-barang bekas yang masih memiliki nilai ekonomi. Siapa yang kuat
fisiknya, pagi, siang, sore bahkan malam hari, dapat melakukan aktivitasnya sebagai pemulung,
maka akan lebih banyak juga barang-barang bekas yang didapat. Persaingan antara pemulung
dengan agen, biasanya berkaitan dengan harga pulungan.Biasanya dihitung berdasarkan
berat.Jika dalam kondisi ekonomi yang sedang sulit seperti sekarang ini, biasanya harga barang
hasil pulungan cenderung turun.

6
Dalam kepemilikan media komunikasi, dalam hal ini penggunaan telepon genggam, hanya
beberapa pemulung saja yang memiliki telepon genggam.Biasanya mereka adalah pemulung
masih remaja dan menggunakan telepon genggam untuk berkomunikasi dengan teman-
temannya.

D. Wawancara.

ketika kami mendatangi seorang tukang sapu di monas, kami mencoba


mewawancarainya, dia seolah tidak menghiraukan pandangan orang lain kepadanya. Dia
senantiasa bekerja membersihkan sekitar monument nasional tersebut. Sesekali ibu ini merasa
sedih karna dia berfikiran ingin seperti ibu-ibu yang lain, yang hidup selayaknya. Dirumah,
merawat suami dan anak-anak, tanpa harus bekerja.

Di usianya yang sudah mulai lanjut, ibu nur sepantasnya sudah merasakan hidup
nyaman di rumah tanpa harus bekerja, dan membantingtulang dibawah terik matahari setiap
harinya. Rasa lelah selalu menyertai disetiap waktunya. Karna mungkin ibu nur ini sudah tidak
muda lagi. Terlebih dia hanyalah seorang wanita biasa,

Dalam wawanca yang kami lakukan kepada ibu ini, kami mendapatkan data-data
seperti dibawah ini :
Nama : Ibu Nurhalifah
Pekerjaan : Tukang sampah atau tukang sapu Monumen
Nasional
Keluarga : mempunyai 3 anak, Laki 2 dan perempuan 1.
Alamat rumah : Pintu air II, Jakarta Pusat.
Jam kerja : Shift, 3 shift kerja dalam 24 jam, pagi, siang dan
malam.

Ketika kami bertanya kepada sang ibu tua itu, “ ibu, kenapa jadi tukang sapu ? ”, dan
jawaban ibu itu cukup singkat “ karena keadaan ekonomi” , ibu nur rela membersihkan
sampah”, menyapu jalanan, dalam lingkungan monas, yang ramai di kunjungi pengunjung,
dengan ikhlas ibu nur menjalani pekerjaannya, hanya untuk menafkahi ke 3 anaknya. Seorang
istri yang kewajibannya hanya merawat anak-anak dan mengurus rumah. Kini harus membantu
suami untuk bekerja untuk memenuhi perekonomian keluarganya. Dia seorang yang begitu
kuat menjadi tukang sapu sekaligus menjalani kewajibannya sebagai seorang istri. Kurangnya
keahlian untuk melamar pekerjaan membuat ibu ini memilih menjadi seorang tukang sapu,
faktor pendidikan pun juga tidak mendukung untuk ibu nur bekerja pada pekerjaan yang lebih
baik. Tapi bagaimanapun Allah tidak akan membebani hambanya diluar batas kemampuannya.
7
Sebaiknya manusia sadar akan bahaya sampah, dan pentingnya menyelah-nyelah
sampah, untuk di daur ulang dan tidak merugikan banyak orang, dengan adanya masalah terkait
dengan sampah, maka banyak penyakit dan kerugian yang timbul akibat sampah tersebut,
sudah seayaknya kita yang ikut menjaga kebersihan, tidak hanya tukang sapu saja.

E. INTERAKSI SOSIAL TUKANG SAPU DENGAN MASYARAKAT


Pada umumnya tukang sapu dipandang sebelah mata oleh masyarakat, padahal nyatanya
tukang sapulah yang membantu membersihkan sampah-sampah yang telah mereka buang
sembarangan.
Tukang sapu pada umumnya memiliki pergaulan yang terbatas dan relasi yang
sempit. Jaringan sosial tukang sapu secara horizontal (hubungan dengan sesama tukang sapu),
terlihat cukup baik.Mereka saling tolong menolong sesamanya.Jika ada diantara mereka yang
terkena musibah, mereka meminta pertolongan dengan kawan seprofesi.
Jaringan sosial tukang sapu secara vertikal (hubungan dengan kelompok atas dan
bawah), terlihat cukup baik pula. Antara kelompok atas dan bawah saling
berkepentingan. Kelompok bawah (pemulung) membutukan kelompok atas (bos kecil atau
agen) yang menjadi pengadah hasil kumpulan barang bekas yang dikumpulkan oleh tukang
sapu.Tidak hanya kelompok bawah yang bergantung kepada kelompok atas. Namun, kelompok
atas pun memiliki kepentingan dengan kelompok bawah. para pemerintah dan masyarakat
membutuhkan jasa tukang sapu tersebut.
Tukang sapu dapat melakukan kerjasama dalam bentuk uang yang disumbangkan
secara sukarela terhadap sesama tukang sapu yang terkena musibah.Sedangkan dari pihak
bos/mandor biasanya memberikan bantuan seperti pinjaman uang (jika dalam jumlah yang
besar).Sedangkan jika dalam jumlah kecil, biasanya diberikan secara sukarela.
Diantara para tukang sapu, dalam menjalankan tugasnya juga terdapat persaingan,
seperti untuk mendapatkan hasil dari wilayah operasi. Faktor keterampilan, dan daya tahan
fisik yang akan menentukan seberapa lama mereka dapat membersihkan tempat-tempat yang
masih banyak terdapat sapu. Siapa yang kuat fisiknya, pagi, siang, sore bahkan malam hari,
dapat melakukan aktivitasnya sebagai tukang sapu, maka akan menentukan hasil kerja mereka.
Dalam kepemilikan media komunikasi, dalam hal ini penggunaan telepon genggam,
hanya beberapa pemulung saja yang memiliki telepon genggam.Biasanya mereka adalah
pemulung masih remaja dan menggunakan telepon genggam untuk berkomunikasi dengan
teman-temannya.

8
F. KONSEP KEBERSIHAN PADA LINGKUNGAN
Kebersihan lingkungan merupakan hal yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia
dan merupakan unsur yang fundamental dalam ilmu kesehatan dan pencegahan. Yang
dimaksud dengan kebersihan lingkungan adalah menciptakan lingkungan yang sehat sehingga
tidak mudah terserang berbagai penyakit seperti demam berdarah, muntaber dan lainnya. Ini
dapat dicapai dengan menciptakan suatu lingkungan yang bersih indah dan nyaman.

kebersihan lingkungan mencangkup kebersihan makan, kebersihan minum, kebersihan


rumah, kebersihan sumber air, pekarangan dan jalan. Ini semua sesuai dengan hadits Nabi
Muhammad SAW yaitu kebersihan adalah sebagian dari pada iman. Kebersihan akan lebih
menjamin kebersihan seseorang dan menyehatkan. Kebersihan tidak sama dengan kemewahan,
kebersihan adalah usaha manusia agar lingkungan tetep sehat terawat secara kontinyu.

Bila sudah terbiasa menjaga kebersihan maka jika melihat tempat yang tidak bersih
perlu segera kita bersihkan agar hilang dari pandangan mata. Semakin banyak kotoran yang
dibiarkan menumpuk semakin tidak baik untuk dilihat yang lebih bahaya lagi akan
mendatangkan berbagai penyakit atau wabah di sekitarnya. Dalam hubungan ini masyarakat
sekitar mutlak diperlukan dalam menciptakan lingkungan masyarakat bersih dan sehat. Kondisi
bersih sangat mendukung kenyamanan dan menerik, sebaliknya tempat yang kotor menjadikan
kondisi suram dan menjengkelkan.

Untuk dari itu seharusnya kita senantiasa membersihkan lingkungan sekitar kita, untuk
menghindari dari segala macam bahaya yang timpul akibat sampah yang tidak di buang pada
tempatnya. Tidak hanyalah tukang sapu/tukang sampah yang sewajibnya membersihkan dan
menyapu tempat-tempat yang terdapat sampah. jika kita membuang sampah pada tempatnya,
semakin sedikit sampah-sampah yang bergeletakan dijalanan.

Anda mungkin juga menyukai