Anda di halaman 1dari 7

Strategi Perlawanan Terhadap Penjajahan Bangsa Eropa Sampai Awal

Abad XX
pada saat bangsa-bangsa Eropa hendak menguasai nusantara mereka harus berhadapan
dengan para penguasa lokal berupa kerajaan-kerajaan ataupun kesatuan-kesultanan yang
tersebar di wilayah nusantara.
perlawanan-perlawanan yang terjadi sebelum lahirnya kesadaran nasional memiliki ciri-ciri
yang khusus antara lain sebagai berikut.

•bersifat lokal
perlawanan ini dilakukan oleh tiap-tiap kerajaan yang merasa martabatnya dilecehkan
kedaulatannya dilanggar dan kepentingannya terancam. dengan kata lain perlawanan itu
bersifat lokal dan dipandang oleh kerajaan lain sebagai masalah internal kerajaan lain
memilih tidak terlibat kecuali jika diminta bantuannya.

•bergantung pada pemimpin karismatik.


perlawanan bersenjata itu mengandalkan tokoh-tokoh karismatik seperti seorang raja
bangsawan pembesar kerajaan pemuka agama dan rakyat biasa berpengaruh atau yang
dianggap memiliki kesaktian dan kekuatan.
karena bertumpu pada pemimpin kharisma tak kala pemimpin itu meninggal rakyat bercerai
dan perlawanan pun akhirnya berhenti hal itulah yang terjadi pada perang Makassar dan
perang Tapanuli.

•perlawanan bersifat fisik atau mengandalkan kekuatan senjata.


senjata modern belum dikenal pada masa itu jadi masyarakat nusantara masih menggunakan
senjata tradisional seperti rencong kelewang pedang dan keris.

•mudah dipecah belah.


devide at impera "pecah belah dan kuasai" adalah siasat jitu penjajah kolonial Belanda
menaklukkan perlawanan-perlawanan di nusantara.
kaum penjajah dianggap lawan oleh para penguasa daerah ketika mereka dianggap
mengancam kepentingannya sebaliknya penguasa daerah menganggap kaum penjajah sebagai
kawan ketika mereka dapat menjadi sekutu dalam melakukan penguasa saingannya.
1. perlawanan terhadap bangsa Portugis.
menurut sebagian sejarawan sebutan kolonialisme Portugis untuk konteks Nusantara tidak
tepat karena Portugis hanya mengemban misi dagang bukan menduduki suatu wilayah.
kolonialisme lebih tepat diarahkan pada VOC Inggris dan pemerintah Hindia Belanda.

a. perlawanan kesultanan Ternate


monopoli perdagangan, campur tangan terhadap urusan internal kesultanan Ternate serta
penyebaran agama Katolik membuat rakyat Ternate di bawah pemimpin Sultan hairun
melakukan perlawanan terhadap bangsa Portugis.
sayangnya Sultan hairun ditangkap dengan sebuah tipu muslihat kemudian dihukum mati
kemudian perjuangannya dilanjutkan Sultan baabullah.

b. perlawanan kesultanan Demak


penduduk Portugis atas Malaka serta kebijakan monopoli yang diterapkan membuat aktivitas
perdagangan para saudagar muslim di tempat itu terganggu.
saat itu Demak dipimpin oleh Raden patah. selain sebagai bentuk solidaritas serangan Demak
ke Malaka juga dimaksud sebagai perwujudan politik ekspansi kesultanan Demak.
kerajaan Pajajaran yang bercorak Hindu merasa terancam oleh ekspansi Demak ke Sunda
kelapa pelabuhan utama Pajajaran. Demak memang berusaha menguasai kerajaan-kerajaan
pantai utara Jawa seperti Banten Sunda kelapa dan Cirebon.
maka dalam rangka memperkuat pertahanan Pajajaran menjalin persekutuan dengan bangsa
Portugis dengan imbalan Portugis diberi hak memonopoli perdagangan lada.

c. kesultanan Aceh perlawanan kesultanan Aceh.


sejak Malaka dikuasai Portugis saudagar muslim memindahkan aktivitas perdagangannya ke
Aceh yang juga memiliki pelabuhan dagang yang besar hal itu membuat Aceh maju pesat.
hal ini mengkhawatirkan bangsa Portugis Aceh pun melancarkan permusuhan dengan pihak
Portugis di Malaka kesultanan Aceh mendapatkan bantuan dari Turki Persia dan India juga
kerajaan-kerajaan Islam di Jawa, Sultan Ali mughayat Syah yang memerintah berhasil
mengalahkan kekuasaan Portugis di Aceh.
2. perlawanan terhadap kolonialisme Belanda.
perlawanan bersenjata terhadap VOC dan pemerintah kolonial Belanda dimulai sejak awal
abad 17 sampai 20. perlawanan itu dilakukan oleh Sultan agung dari Mataram.

A. perlawanan pada masa VOC


1. perlawanan kesultanan Mataram
awalnya hubungan antara kesultanan Mataram dan VOC berjalan baik namun lama-kelamaan
Mataram di bawah Sultan agung menyadari bahwa VOC di wilayahnya sangat
membahayakan pemerintahannya.
Sultan agung adalah raja terbesar Mataram yang memiliki cita-cita besar antara lain sebagai
berikut:
a. mempersatukan seluruh Jawa di bawah Mataram
b. mengusir VOC dari pulau Jawa
c. perlawanan kesultanan Gowa atau Makassar.
pada awal mulanya hubungan antara VOC dan Makassar berjalan baik akan tetapi kebijakan
monopoli VOC membuat hubungan itu menjadi retak VOC ingin memonopoli perdagangan
Makassar Batavia Maluku.

B. perlawanan pada masa pemerintahan kolonial Belanda.


pasca pembubaran VOC perlawanan rakyat Indonesia terhadap pemerintah kolonial tidak
surut bahkan semakin luas.

1. perlawanan Pattimura di Maluku


perlawanan rakyat di Maluku menandai perlawanan pertama rakyat Indonesia setelah
Belanda berkuasa lagi di nusantara. hal ini disebabkan keresahan-keresahan baik dalam
rangka politik ekonomi maupun sosial akibat kebijakan VOC di Maluku kebijakan tersebut
diantara lain kebijakan menyediakan bahan-bahan untuk perbaikan kapal Belanda dan wajib
militer bagi pemuda Ambon untuk menjadi serdadu Belanda di Jawa.
2. perlawanan pangeran Diponegoro
perang Diponegoro tidak terlepas dari dua konteks besar:
1.pengalaman keyakinan serta pandangan pribadi Diponegoro sendiri terhadap terkait situasi
sosial politik di Jawa
2. kondisi sosial politik utama di Jawa pada waktu itu yang memberi justifikasi atau
pembenaran bagi keyakinan pribadi Diponegoro.
•kondisi politik di Jawa
a. semakin kuatnya campur tangan Belanda terhadap urusan internal kerajaan
b. raja-raja Jawa dilakukan sebagai bawahan dari Batavia
c. secara internal lingkungan istana sendiri diwarnai praktik korupsi dan persekongkolan yang
merusak ketahanan serta kestabilan kerajaan.

3. perlawanan kesultanan Palembang


Palembang sangat berarti untuk Belanda setidaknya karena dua alasan berikut:
1. posisi strategis Palembang yang menghubugkan Jawa dengan Sumatera
2. Belanda berkepentingan menguasai pertambangan timah di Bangka dan Belitung.

4. perang Padri
perang Padri adalah perang yang berlangsung di Sumatera barat dan sekitarnya. bermula dari
konflik internal masyarakat Minangkabau
•kaum Padri melawan kaum adat
perang antar golongan ulama melawan golongan adat di tanah Minangkabau ini tidak terlepas
dari konteks sosial tanah Minang pada waktu itu.
desa-desa penghasil emas yang menopang kepentingan kerajaan terletak di wilayah tanah
datar serta di jalur-jalur ekspor penting. dari kegiatan perdagangan yang baru itu muncul
suatu gerakan pembaruan Islam pada tahun 1780-an
cikal bakal gerakan pembaruan ini adalah adanya keinginan para saudagar untuk mencari
perlindungan pada hukum Islam yang murni dari kekerasan keserakahan dan
ketidaknyamanan yang meluas yang mengancam kontrak barang dan diri mereka sendiri.
gerakan pembaruan diilhami oleh penekuk Mekah oleh kaum pembaruan pemurnian agama
Islam yaitu kaum Wahabi.

•kaum Padri melawan Belanda kaum adat


dalam keadaan terdesak Sultan Arifin murning Syah berinisiatif meminta bantuan Belanda
Dan disambut oleh Belanda. oleh karena itu kaum Padri yang dipimpin tuanku imam Bonjol
menghadapi dua lawan sekaligus: kaum adat dan Belanda.
dalam sebuah perjanjian yang ditandatangani para penghulu pihak kerajaan menyatakan
menyerahkan Minangkabau kepada Belanda. Belanda memang sudah lama mengincar tanah
Minangkabau untuk menguasai perdagangan kopi.
• kaum Padri adat melawan Belanda
setelah perang Diponegoro berakhir dan kekuasaan Belanda di Jawa pulih kembali Belanda
melanggar sendiri perjanjian masang dan mencoba mendudukan kembali kaum Padri. akan
tetapi pada waktu yang sama tuanku imam Bonjol telah berhasil merangkum kaum adat
dalam sebuah perjanjian damai di bukit marapalam tanah datar yang dikenal dengan nama
plakat puncak Plato atau piagam marapalam.
menghadapi perlawanan yang lebih besar Belanda menerapkan strategi baru yaitu memotong
garis bantuan ekonomi gerakan perlawanan, dengan strategi ini pada Agustus kaum Padri
yang bertahan di Lintau berhasil ditaklukan Belanda.
pada tanggal 3 Desember Belanda kembali melakukan serangan besar-besaran dan berhasil
meruntuhkan sebagian benteng Bonjol. pada 17 Agustus 1837 benteng Bonjol secara
keseluruhan dapat ditaklukan namun tuanku imam Bonjol beserta beberapa pengikutnya
berhasil keluar dari benteng Bonjol menuju marapak.

5. perang Aceh
•latar belakang
setelah menguasai Sumatera barat Belanda berencana melakukan Aceh. Belanda ingin
mewujudkan pax neerlandica yaitu sebagai berikut:
a. menguasai seluruh Nusantara termasuk pulau Sumatera
b. memperluas akses seluas-luasnya bagi pengusaha pengusaha swasta asing untuk
melakukan kegiatan ekonomi di nusantara terutama membuka perkebunan dan pertambangan.
Belanda ingin menguasai perdagangan lada dalam perkembangan selanjutnya motivasi
bertambah yaitu ingin menguasai sumber minyak di wilayah utara Aceh.
sementara itu traktat London 1824 tetap memungkinkan Inggris berdagang secara luas di
pulau Sumatera. itulah sebabnya ketika Belanda dalam perundingan dengan raja Siak
menetapkan wilayah alas dan Langkat sebagai wilayah Asia Inggris merasa keberatan.
kebijakan Inggris berubah drastis Inggris merasa lebih baik menyerahkan Aceh kepada
Belanda daripada pada Perancis maka terjadilah pertukaran besar antara Inggris dan Belanda
melalui traktat Sumatera yang berisi antara lain:
1. Belanda diberi kebebasan penuh di Sumatera atas persetujuan Inggris
2. Belanda menyerahkan Ghana di Afrika ke Inggris
3. Inggris diperkenankan mengirimkan kuli-kuli kontra India ke Suriname
4. pedagang Inggris dan Belanda mempunyai hak-hak yang sama di Sumatera yaitu dari Siak
ke arah utara
•jalannya perang Aceh
pada awal tahun 1873 utusan Aceh berunding dengan konsul Amerika serikat di Singapura
mengenai kemungkinan terwujudnya suatu perjanjian antara Aceh dan Amerika serikat
mencegah terjadinya perang utusan Belanda menghadap Sultan Mahmud di kutaraja.
utusan ini menyampaikan tuntutan agar kesultanan Aceh bersedia tunduk kepada
pemerintahan Belanda. namun Sultan Mahmud
pada bulan Maret Belanda meluncurkan serangan pertama langsung ke pusat istana. di luar
dugaan Belanda dipukul mundur dengan korban jiwa yang besar.
kegagalan serangan pertama memicu serangan kedua, dalam serangan ini Belanda berhasil
menduduki istana.
meskipun begitu perjuangan rakyat Aceh tidak berhenti, di tengah perjuangan gerilya Sultan
Mahmud wafat karena kolera ia digantikan oleh tuanku Muhammad Daud Syah. meskipun
terjadi pergantian pemimpin perlawanan rakyat Aceh tetap berlangsung hal itu membuat
bangsa Belanda menerapkan strategi baru.
perlawanan yang konsisten dengan taktik gerilya telah memakan banyak korban jiwa dan
keuangan Belanda. di situasi damai secara mengejutkan teuku Umar dan pasukannya
menyerah kepada Belanda. Belanda bergembira bahkan langsung mengangkatnya sebagai
panglima perang selain itu pasukannya diberi senjata serta perbekalan lengkap.
hanya berselang tiga tahun setelah peristiwa itu Teuku Umar dan seluruh pasukannya kembali
bergabung pada rakyat Aceh melancarkan serangan bergerilya terhadap Belanda.
hurgronje mengusulkan satu-satunya cara menguasai Aceh adalah meredakan perlawanan
dari kaum ulama yang fanatik mereka harus dikalahkan sementara untuk menjaga kestabilan.

6. perlawanan Sisingamangaraja
sebagai akibat dari perang Padri pengaruh Belanda juga menembus wilayah Tapanuli yang
terletak di sebelah utara Minangkabau. kehadiran Belanda memicu perang Tapanuli. kota
Natal madailing dikuasai Belanda.
pada Februari raja Sisingamangaraja melancarkan serangan terhadap pos pasukan Belanda di
bahal Batu dekat truntung Tapanuli Utara.
pada tahun 1904 pasukan Belanda bertugas di Aceh diperintahkan menuju Tapanuli ia
berhasil memukul mundur perlawanan raja Sisingamangaraja. raja Sisingamangaraja dan para
pengikutnya berhasil melarikan diri ia menolak tawaran untuk menyerah. dalam pertempuran
17 Juni raja Sisingamangaraja gugur bersama putri dan dua orang putranya gugurnya raja
Sisingamangaraja menandai berakhirnya perang Tapanuli.
7. perlawanan kerajaan-kerajaan di Bali
perang dengan kerajaan-kerajaan Bali berlangsung dalam tiga tahapan yaitu tahun 1846 1848
dan 1849.
perang itu dipicu oleh kegigihan raja-raja Bali mempertahankan apa yang disebut hak Tawan
karang hak Tawan karang adalah hak yang dimiliki kerajaan Bali untuk merampas perahu
dan muatannya yang terdampar di pantai wilayah kekuasaan. adanya hak itu merugikan
Belanda.
Belanda meminta kepada semua raja Bali untuk menghapus hak itu sebagai gantinya Belanda
akan membayar sejumlah uang untuk setiap kapal yang terdampar di pantai Bali. Bali
menyetujui tetapi Belanda tidak pernah menepati janjinya untuk memberikan uang kepada
setiap kapal yang terdampar.
pada tahun 1944 raja Buleleng Gusti nguru Made Karangasem rampas kapal Belanda yang
secara kebetulan terdampar di pantai bululang. Belanda meminta kembali kapalnya namun
tidak dihiraukan.
pada tahun 1846 Belanda menyerang burung namun karena kala persenjataan kerajaan
Buleleng yang dipimpin Gusti Ketut jelantik tidak mampu menahan serangan Belanda.
Jelantik kemudian membangun persekutuan dengan kerajaan-kerajaan lain. dari gabungan
pasukan-pasukan kerajaan Bali menyerang pos-pos Belanda di wilayah kerajaan tersebut
serta menawan para serdadunya.
pada tahun 1849 Belanda kembali mengirimkan pasukan kali ini dengan jumlah yang lebih
besar Belanda kemudian menyerang Jagaraga, karena kalah persenjataan banyak pasukan
Bali gugur.
Belanda berhasil menguasai Jagaraga. namun akhirnya mereka ditangkap dan terbunuh di
sana selanjutnya Belanda menaklukkan Karangasem dan klung klung

8. perlawanan kesultanan Banjar


pada tahun 1859 meletuslah perang Banjar yaitu perang antara kesultanan Banjar dan
pemerintah kolonial Belanda. alasan terjadinya perang sebagai berikut:
1. Belanda terlalu mencampuri urusan internal kesultanan
2. Belanda memonopoli perdagangan lada rotan damar serta emas dan intan
3. rakyat hidup menderita karena beban pajak serta kewajiban kerja rodi membuka jalan
dalam rangka mempermudah akses Belanda ke daerah-daerah pertambangan Belanda
4. Belanda bermaksud menguasai daerah Kalimantan
5. Belanda semakin memperluas wilayahnya di Kalimantan bagian selatan untuk perkebunan
dan pertambangan
pertempuran-pertempuran besar terus terjadi sampai tahun 1865, akhirnya pada tahun 1905
gugurnya Gusti musemen mengakhiri perlawanan rakyat Banjar terhadap Belanda.

Anda mungkin juga menyukai