Anda di halaman 1dari 4

PAHLAWAN PERJUANGAN SEBELUM TAHUN 1908

1. Sultan Ageng Tirtayasa


Sultan Ageng Tirtayasa adalah sultan dari kerajaan Banten yang memerintah pada tahun 1651-
1683. Masa pemerintahannya dianggap sebagai masa keemasan Kerajaan Banten. Pada masa
ini, Banten menjadi pusat perdagangan yang berniaga dengan pedagang dari Inggris,
Denmark, China,India dan negara lainya. Wilayah Banten juga meluas hingga Cirebon dan
Kalimantan.
Pada masa ini terjadi perebutan kekuasaan di Nusantara antara Banten melawan Belanda
(kongsi dagang VOC), karena keinginan Belanda memonopoli perdagangan rempah-rempah.
Namun saat hendak menyerang VOC di Batavia, Sultan Agung diserang oleh anaknya sendiri,
yaitu Sultan Haji. Sultan Ageng akhirnya ditawan dan diasingkan pada tahun 1683 ke Batavia,
dimana dia meninggal pada tahun 1685.
2. Sultan Hasanuddin
Sultan Hasanuddin adalah pemimpin kerajaan Gowa, di Makassar, Sulawesi Tenggara, dari
tahun 1653 hingga 1669.Pada masa ini, Makassar menjadi pusat perdagangan di Indonesia
bagian timur, dan karena itu Belanda ingin mengusai pelabuhan ini untuk memonopoli
rempah-rempah. Belanda akhirnya melakukan politik devide etimpera (adu domba), sehingga
berhasil mengalahkan Makassar dengan dibantu Arung Palakka.Akibat kekalahan ini, Sultan
Hasanuddin harus menandatangai perjanjian Bongaya, yang ditandatangani pada 1667. Hasil
perjanjian ini adalah perdagangan bangsa Eropa selain Belanda dilarang di Makassar. Sultan
Hasanuddin pun mengundurkan diri sebagai Raja Gowa dan meninggal pada tahun 1670.
3. Imam Bonjol
Imam Bonjol (lahir 1772 – meninggal 1864) adalah peminpin kaum Padri di Sumatera Barat.
Imam Bonjol memimpin kamu Padri yang sedang berlawanan dengan kaum Adat, hingga
akhirnya kaum Adat meminta bantuan Belanda dan menyebabkan Perang padri pada tahun
1820. Awalnya Belanda tidak bisa mengalahkan kaum Padri, karena sebagian besar tentara
Belanda sedang bertempur di Jawa melawan Pangeran Diponegoro. Sehingga, Belanda pada
tahun 1825 mengadakan perjanjian damai dengan kaum Padri. Namun setelah Diponegoro
ditawan, Belanda kembali menyerang kaum Padri. Belanda akhirnya berhasil menawan Imam
Bonjol, dan mengasingkannya hingga dia meninggal di Manado pada tahun 1864.
4. Pangeran Diponegoro
Pangeran Diponegoro adalah tokoh yang melawan penjajah Belanda dan kesultanan
Yogyakarta yang dianggap sebagai boneka Belanda. Perang Diponegoro ini dimulai tahun
1825, ketika Pangeran Diponegoro melancarkan serangan terhadap kesultanan Yogyakarta dan
Belanda. Saat itu Jawa dikuasai Belanda dan ditindas oleh kebijakan Belanda yang sangat
merugikan rakyat maupun para bangsawan. Perang berlangsung sengit karena Diponegoro
didukung banyak rakyat, namun Diponegoro tidak bisa mengalahkan Belanda karena tidak
bisa menaklukan kota Yogyakarta dan juga tidak bisa mengalahkan Belanda yang
menggunakan sistem benteng yang membatasi gerakan Diponegoro. Perang ini berakhir tahun
1830 setelah Belanda menipu Pangeran Diponegoro dengan ajakan berunding namun malah
ditawan dan dibuang ke Sulawesi.
5. Kapiten Patimura
Thomas Mattulessy, dikenal sebagai Kapitan Pattimura, adalah pemimpin perjuangan rakyat
Maluku melawan Belanda. Pattimura melawan Belanda setelah Belanda menguasai kembali
Maluku dari Inggris pada tahun 1816, seusai perang Napoleon.Perlawanan Pattimura ini
karena kebijakan Belanda yang merugikan rakyat Maluku, terutama bila dibandingkan
kebijakan Inggris. Pattimura menyerang Benteng Duurstede dan menguasai benteng ini pada
16 Mei 1817. Namun kemudian dia tertangkap oleh Belanda dan dihukum mati.
6. I Gusti Ketut Jelantik
I Gusti Ketut Jelantik adalah perdana menteri Kerajaan Badung di pulau Bali, yang melawan
upaya Belanda menaklukkan pulau Bali. Sebagai pemimpin rakyat Bali, Jelantik melakukan
perlawanan terhadap ekspedisi Belanda di Bali yang diadakan pada tahun 1846, 1848 dan
1849. Perlawanannya berakhir setelah dia kalah perang, dan tewas saat diserang saat
mengungsi ke Kintamani di Gunung Batur, diwilayah Kerajaan Karangasem pada tahun 1849.
7. Sultan Mahmud Baharuddin
Sultan Mahmud Baharudin adalah seorang pemimpin kesultanan di Palembang-Darussalam
dalam dua periode mulai dari tahun 1803- 1821). Sebelum dipimpin oleh sultan Mahmud
Baharudin, Pemerintahannya dipimpin oleh ayahnya, Sultan Muhammad Bahaudin pada
tahun 1776- 1803. Sebelum menjabat sebagai sultan, nama aslinya adalah Raden Hasan
Pangeran Ratu.
Semenjak menjabat sebagai sultan di kerajaan Palembang menggantikan ayahnya, Sultan
Mahmud melakukan perlawanan terhadap Belanda dan Inggris. Pada masa pemerintahan
Sultan Mahmud Bharudin, beliau beberapa kali memimpin pertempuran melawan Belanda
dan Inggris salah satunya yaitu Perang Menteng.
8. Cut Nyak Dhien
Cut Nyak Dhien (ejaan lama: Tjoet Nja’ Dhien, Lampadang, Kerajaan Aceh, 1848 –
Sumedang, Jawa Barat, 6 November 1908; dimakamkan di Gunung Puyuh, Sumedang)
merupakan pejuang pahlawan yang membela rakyat dari Aceh yang berperang menentang
Belanda pada masa Perang Aceh. Setelah daerah VI Mukim diserang, ia mengungsi, pada
waktu suaminya Ibrahim Lamnga bertempur melawan Belanda. Ibrahim Lamnga tewas di Gle
Tarum pada tanggal 29 Juni 1878 yang sehingga Cut Nyak Dhien sangat marah dan mengucap
sumpah mau mengusir Belanda.
9. Tjoet Nyak Meutia
Tjoet Nyak Meutia (Keureutoe, Pirak, Aceh Utara, 1870 – Alue Kurieng, Aceh, 24 Oktober
1910) adalah pahlawan yang selalu diingat dari daerah Aceh. Ia dimakamkan di Alue Kurieng,
Aceh. Ia menjadi pejuang yang membela rakyat Indonesia berdasarkan Surat Keputusan
Presiden Nomor 107/1964 pada tahun 1964.
10. Sultan Iskandar Muda
Sultan Iskandar Muda (Aceh, Banda Aceh, 1593 atau 1590 – Banda Aceh, Aceh, 27
September 1636) adalah Sultan yang paling besar di saat masa Kesultanan Aceh, yang
menguasai wilayah dari tahun 1607 sampai 1636. Aceh mendapai kejayaannya di saat masa
dipimpin Sultan Iskandar Muda, dimana wilayah kekuasaannya yang amat besar dibarengi
popularitas internasional yang merupakan pusat dari usaha dan pembelajaran hal Islam.
Namanya sejak itu diabadikan di Bandar Udara Internasional Sultan Iskandar Muda di Aceh.
PAHLAWAN PERJUANGAN SETELAH TAHUN 1908

1. Ir. Soekarno
Soekarno atau yang lebih sering disebut Sukarno merupakan presiden pertama di Indonesia.
Beliau mendapa sebutan sebagai bapak proklamator kemerdekaan Indonesia yang
diselenggarakan pada tanggal 17 Agustus 1945. Sukarno lahir di Surabaya pada tanggal 6
Juni tahun 1901. Dikenal sebagai orator terbaik yang cerdas, Sukarno mampu menciptakan
semangat nasional. Selama masa-masa penting Indonesia, Sukarno pernah mencetuskan
negara Pancasila, sehingga terciptalah konsep dasar negara bernama Pancasila yang
digunakan Indonesia sampai saat ini.
2. Mohammad Hatta
Mohammad Hatta adalah salah satu pahalawan Indonesia yang juga dipanggil sebagai Bung
Hatta. Bung Hatta adalah seorang wakil presiden Ir. Sukarno yang lahir pada tanggal 12
Agustus 1902 tepatnya di kota Bukittinggi. Bersama Bung Karno, Mohammad Hatta
mendapat gelar sebagai Pahlawan Proklamator. Selama menjabat sebagai wakil presiden,
Mohammad Hatta banyak menulis tentang ilmu koperasi. Sehingga perannya tersebut
mendapat julukan ‘Bapak Koperasi’.
3. Jenderal Sudirman
Jenderal Sudirman adalah panglima tentara pertama Republik Indonesia dengan jabatan
Jenderal Besar TNI Anumerta Sudirman yang sudah memperoleh gelar Jenderalnya pada
usia 31 tahun. Jenderal Sudirman sangat berjasa dalam perjuangan di masa penting Revolusi
Nasional Indonesia. Pahlawan yang terkenal akan perang gerilya dan Serang Umum 1 Maret
tahun 1949 ini lahir di Purbalingga provinsi Jawa tengah pada tanggal 24 Januari di tahun
1916.
4. Bung Tomo
Seorang pahlawan yang berasal dari Surabaya ini bernama Sutomo atau dikenal dengan
panggilan Bung Tomo. Beliau terkenal dengan semangat membara pada pertempuran sengit
di Surabaya tanggal 10 November 1945. Semboyannya yang sangat terkenal dan berhasil
mengobarkan semangat pejuang lain adalah “Merdeka atau mati”. Pertempuran tanggal 10
November tersebut hingga kini dijadikan sebagai Hari Pahlawan Nasional.
5. Achmad Soebardjo
Pahlawan Indonesia ini memiliki nama lengkap Mr. Raden Achmad Soebardjo
Djojoadisoerjo. Beliau lahir pada tanggal 23 Maret 1896 di Karawang, Jawa Barat dan
meninggal pada umur 82 tahun pada bulan Desember 1978. Achmad Soebardjo merupakan
tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia, seorang diplomat dan seorang Pahlawan Nasional
Indonesia. Ia menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Indonesia yang pertama kali. Gelarnya
didapat dari Universitas Leiden Belanda pada tahun 1993 dengan gelar Meester.

6. Teuku Muhammad Hasan


Pahlawan Teuku Muhammad Hasan merupakan Gubernur wilayah Sumatera yang pertama
kali setelah Indonesia merdeka. Beliau juga menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Indonesia pada tahun 1948 sampai 1949 di Kabinet Darurat. Disamping itu,
beliau juga seorang pejuang kemerdekaan dan juga pahlawan Indonesia.
7. I Gusti Ngurah Rai
Seorang pahlawan sekaligus seorang kolonel TNI Anumerta I ini bernama I Gusti Ngurah
Rai. Beliau lahir pada tanggal 30 Januari 1917 di Desa Carangsari, Petang, Kabupaten
Bandung, Bali dan meninggal pada tanggal 20 November 1946 di Marga, Tabanan, Bali
pada umur yang masih mudah yaitu 29 tahun. Beliau merupakan pahlawan nasional
Indonesia yang berasal dari Bali dan terus dikenang hingga saat ini.
8. Raden Dewi Sartika
Raden Dewi Sartika lahir pada tanggal 4 Desember 1884 di Bandung dan meninggal di
Tasikmalaya pada tanggal 11 September 1947 pada umur 62 tahun. Beliau merupakan tokoh
perintis pendidikan untuk kaum wanita dan diakui sebagai pahlawan Nasional Indonesia
pada tahun 1966.
9. Ahmad Yani
Ahmad Yani lahir pada tanggal 19 Juni 1922 di Jenar, Purworejo, Jawa tengah. Semua
anggota keluarganya bekerja di pabrik gula milik orang Belanda. Pada tahun 1927, Ahmad
Yani bersama keluarganya pindah ke Batavia, dimana ayahnya bekerja untuk General
Belanda. Pada tahun 1940, Ahmad Yani menjalani wajib militer dengan tentara Hindia-
Belanda dan meninggalkan sekolah tingginya.
Pada tahun 1943, Beliau bergabung dengan dengan tentara militer yang di sponsori Jepang
Peta (Pembela Tanah Air) dan melanjutkan latihannya di Magelang. Setelah selesai pelatihan
ini, Ahmad Yani minta untuk di lantik sebagai sebagai komandan peleton Peta dan kemudian
dipindahkan ke Bogor, Jawa Barat. Setelah bertugas disana, kemudian kembali ke Magelang
sebagai Instruktur.
10. Tan Malaka
Tan Malaka merupakan seorang aktivis kemerdekaan bangsa Indonesia, pemimpin Partai
Komunis Indonesia, pendiri Partai Murba dan merupakan seoarang Pahlawan Nasional
Indonesia. Tan Malaka lahir pada tanggal 2 Juni 1897 di Nagari Pandam Gadang, Siliki
Sumatra Barat. Beliau dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional pada tanggal 28 Maret 1963.
Tan Malaka memiliki nama lengkap yaitu Ibrahim Gelar Datuk Sutan Malaka, nama Ibrahim
merupakan nama aslinya, sedangkan nama Tan Malaka adalah nama semi bangsawan yang
di dapat dari garis ibunya. Untuk tanggal kelahirannya Tan Malaka tidak dapat dipastikan,
tetapi tempat kelahirannya saat ini dikenal sebagai Ngari Pandan Gadang, Suliki, Lima
Puluh Kota, Sumatra Barat.

Anda mungkin juga menyukai