KELOMPOK 3:
1
PERLAWANAN KESULTANAN PALEMBANG
2
Pada akhir abad ke-18, iklim politik di kawasan benua Eropa mulai memanas dengan
dikuasainya negeri Belanda oleh Pasukan Napoleon Bonaparte dari Perancis.
Inggris yang menjadi tempat pelarian raja Belanda dipercaya untuk mengambil alih
kekuasaan Belanda di Hindia Belanda. Tanggal 4 Agustus 1811, pasukan Inggris menyerang
pasukan Perancis di Batavia dan baru pada 26 Agustus 1811 Batavia dan sekitarnya jatuh ke
tangan Inggris. Peperangan ini berakhir dengan ditandatanganinya Perjanjian Tuntang pada
18 September 1811. Perjanjian ini berisi tentang kesepakatan damai dan penyerahan daerah
kekuasaan Belanda yang meliputi Jawa, Timor, Makasar, Palembang serta daerah-daerah
taklukannya menjadi daerah kekuasaan Inggris.
Perjanjian antara Inggris dan Belanda memberi harapan baru bagi Kesultanan
Palembang untuk melepaskan diri dari pengaruh kekuasaan Belanda. Hal tersebut
bersamaan dengan diplomasi Belanda yang mengajak Sultan Mahmud Badaruddin II untuk
menghadapi Belanda. Diplomasi Inggris tersebut mendapat sambutan yang baik dari sultan.
Hasilnya, pada 14 September 1811, sultan menghancurkan Loji Belanda di Sungai Aur.
Peristiwa ini dikenal dengan peristiwa Loji sungai aur serta peristiwa ini menjadi
perlawanan pertama Kesultanan Palembang dalam menghadapi Belanda yang memiliki
hasil.
Bantuan yang diberikan Inggris pada Kesultanan Palembang untuk menghadapi
Belanda dilakukan karena Inggris ingin menguasai Kesultanan Palembang seutuhnya.
Berdasarkan perjanjian Tuntang, Belanda menyerahkan kekuasaannya di Palembang kepada
Inggris, maka Inggris mengirimkan utusan untuk menerima warisan daerah Palembang dari
Belanda.
3
4
BIOGRAFI
Sultan Mahmud Badaruddin II
B. Kronologi
Pada 12 Juni 1819, pertempuran pun pecah, di mana sekitar 200 prajurit Belanda
dikirim untuk menyerang pertahanan Kesultanan Palembang di Kuto Besak. Pertempuran
terus berlanjut sampai hari esok, tetapi pertahanan Palembang masih sulit ditembus, sampai
akhirnya Muntinghe kembali ke Batavia dengan kekalahan. Belanda merasa tidak terima
dengan kekalahan ini, sehingga Muntinghe berdiskusi dengan Gubernur Jenderal Hindia
Belanda Van der Capellen. Hasilnya adalah Belanda akan melakukan serangan balik dengan
kekuatan berlipat ganda.
Belanda mengirim sebanyak 2.000 pasukan dan puluhan kapal tempur dengan tujuan
meluluhlantakkan Kesultanan Palembang. Di saat yang sama, Sultan Badaruddin II juga
sudah bersiap apabila ada serangan balik dari pihak Belanda. Persiapan yang dilakukan
adalah restrukturisasi pemerintahan dan membangun perbentengan di antara Pulau Kembaro
dan Plaju, yang menjadi jalur masuk ke Kota Palembang. Sultan juga memerintahkan
pasukannya untuk membuat pancang-pancang kayu yang berfungsi untuk menahan kapal-
kapal Belanda. Pada 21 Oktober 1819, pertempuran kedua terjadi di Sungai Musi, yang
kembali berakhir dengan kekalahan Belanda. Belanda, yang dipimpin oleh Wolterbeck,
memutuskan untuk mundur ke Batavia, tetapi kembali ke Palembang pada 9 Mei 1821 di
bawah pimpinan Mayjend de Kock.
6
C. Akhir pertempuran
Pada 21 Oktober 1819, Sultan Badaruddin II mengangkat putranya, Pangeran Ratu,
menjadi sultan di Palembang dengan gelar Ahmad Najamuddin III. Hal ini sengaja
dilakukan agar Badaruddin II lebih fokus memimpin perlawanan Kesultanan Palembang
untuk mengusir Belanda. Badaruddin II memperkuat benteng-benteng di Pulau Kembaro
dan Plaju dengan meriam-meriam, serta menyiapkan sekitar 7.000 hingga 8.000 pasukan.
Pada 22 Mei 1821, De Kock dengan armadanya sampai di Sungai Musi, yang langsung
disambut dengan tembakan meriam. Meriam dari pasukan Badaruddin II tidak hanya
menghancurkan formasi armada De Kock, tetapi membuat mereka kewalahan dan memilih
mundur. Akan tetapi, langkah itu ternyata hanya taktik dari pihak Belanda untuk mengatur
kembali strategi penyerangan. Baca juga: Pertempuran Lima Hari Palembang: Latar
Belakang, Kronologi, dan Akhir Pada 24 Juni 1821 dini hari, tiba-tiba Belanda memberikan
serangan yang membuat Palembang mengalami kekalahan. Penyebab kekalahan Kesultanan
Palembang dalam Perang Menteng adalah serangan mendadak dari Belanda, yang membuat
Badaruddin II berhasil ditangkap.